Professional Documents
Culture Documents
B 2 Makalah Endometriosis
B 2 Makalah Endometriosis
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Farmakoterapi Pernapasan, Pencernaan & Endokrin B
1. Frans Eliezer Panjaitan (2020210062)
2. Muhammad Rafly Firdaus (2020210063)
3. Husna Kayla Isria (2020210064)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Farmakoterapi Sistem
Pernapasan, Pencernaan & Endokrin”. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Farmakoterapi Saluran Pernapasan,
Pencernaan dan Endokrin. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan mengenai endometriosis bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih jauh dari
kesempurnaan dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan kami. Oleh
karena itu, kami mohon maaf atas segala kekurangannya dan sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita
semua. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Endometriosis merupakan salah satu kelainan ginekologi umum yang
diderita wanita usia reproduktif dimana dapat ditemukan stroma dan kelenjar
endometrium diluar lokasi normal. Endometriosis tergolong dalam kelainan
ginekologi jinak terkait hormonal yang sangat berhubungan dengan nyeri,
subfertilitas, dan penurunan kualitas hidup. Prevalensi endometriosis belum
diketahui dengan pasti. Namun, beberapa studi menyatakan sekitar 6-10%
wanita usia produktif mengalami endometriosis dengan usia rata-rata penderita
sekitar 28 tahun.
3
Endometriosis berperan terhadap rendahnya angka kehamilan, baik
secara siklus ovulasi normal, maupun secara inseminasi intrauterine, fertilisasi
in vitro, dan transfer embrio. Angka siklus kesuburan (Cycle Fecundity Rate/
CFR) pada wanita endometriosis adalah 2-10 % dan prevalensi endometriosis
lebih tinggi pada wanita infertil dibandingkan wanita fertil. Dimana dilaporkan
bahwa wanita infertil 6-8 kali lebih banyak mengalami endometriosis
dibandingkan wanita fertil.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana deskripsi terkait kasus Endometriosis?
2. Apa yang dimaksud dengan Endometriosis?
3. Bagaimana patofisiologi Endometriosis?
4. Bagaimana farmakoterapi umum terkait Endometriosis?
5. Bagaimana farmakoterapi terkait kasus Endometriosis?
4
C. Tujuan
1. Untuk mengenahui deskripsi mengenai kasus Endometriosis
2. Untuk mengetahui deskripsi mengenai Endometriosis
3. Untuk mengetahui patofisiologi Endometriosis
4. Untuk mengetahui farmakoterapi umum terkait Endometriosis
5. Untuk mengetahui farmakoterapi kasus Endometriosis
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
dependent disease karena tumbuh dan perkembangan jaringan endometrium
ektopik tersebut membutuhkan stimulasi hormon estrogen.
Pada penderita endometriosis disebutkan pula terjadi reaksi inflamasi
yaitu,terbukti banyak ditemukan makrofag aktif dan peningkatan jumlah
sitokin proinflamasi di zalir peritoneum perempuan dengan endometriosis
dibandingkan dengan perempuan tanpa endometriosis. Beberapa sitokin,
molekul adesi dan faktor solubel yang meningkat,yaitu : Interleukin (IL)-
1Beta,IL-6,IL-8,TNF-alpha,ICAM-1, dan RANTES serta didapatkan
penumpukan Iron di rongga panggul yang semua tersebut menjadi lingkungan
mikro yang ideal untuk pertumbuhan endometriosis
7
Penyebab endometriosis tidak diketahui, namun beberapa teori telah
diajukan. Satu teori yang mungkin, yang dikenal sebagai menstruasi retrograde,
menyatakan bahwa implantasi sel-sel endometrium terjadi selama aliran balik
cairan menstruasi melalui saluran tuba dan ke dalam rongga panggul. Namun,
menstruasi retrograde terjadi pada hampir semua wanita dan tidak semua
wanita mengalami endometriosis
Teori lain yang diusulkan melibatkan kemungkinan bahwa wanita
dengan endometriosis memiliki gangguan imunitas seluler dan humoral.
Perubahan dalam pensinyalan sitokin dan faktor pertumbuhan telah
diidentifikasi serta depresi sel T sitotoksik dan aktivitas sel pembunuh alami
(NK). Proliferasi sel endometrium di luar rahim dirangsang oleh peningkatan
jumlah makrofag
Teori tambahan termasuk kemungkinan kecenderungan genetik untuk
endometriosis dengan gangguan ekspresi gen selama embriogenesis serta
kemungkinan bahwa sel-sel endometrium dapat menyebar ke luar rahim selama
perkembangan janin. Ada juga kemungkinan bahwa sel-sel endometrium
berjalan melalui sistem vaskular dan limfa
8
Dari berbagai jenis hormon yang telah dipakai untuk pengobatan endometriosis
dalam dua dasawarsa terakhir ini, ternyata danazol termasuk golongan hormon
sintetik pria turunan androgen dengan substitusi gugus alkil pada atom C-17.
Efek antigonadotropin Danazol ini terjadi dengan cara menekan FSH dan LH,
sehingga teriadi penghambatan steroidogenesis ovarium. Pemberian danazol
mengakibatkan jaringan endometriosis menjadi atrofi dan diikuti dengan
aktivasi mekanisme penyembuhan dan resorpsi penyakit.
Androgen dapat membebani fungsi hati; oleh karena itu danazol tidak
dianjurkan pada pasien endometriosis dengan penyakit hati, ginjal, dan jantung.
Selain itu, hormon ini juga termasuk hormon pria sehingga efeknya tidak terlalu
nyaman bagi wanita. Danazol juga kadang-kadang menyebabkan perdarahan
bercak (spotting) yang tidak menyenangkan. Dewasa ini dipakai preparat
medroksi progesteron asetat (MPA) dan didrogesteron. Kedua senyawa ini
merupakan progesteron alamiah dengan efek samping yang tidak separah
danazol. Bentuk yang tersedia berupa paket komposit, jadi satu tablet dapat
terdiri dari beberapa jenis obat.
9
Skema pengobatan endometriosis disusun berdasarkan gejala yang paling
utama dikeluhkan oleh pasien. Nyeri dan infertilitas merupakan gejala yang
paling sering dikeluhkan oleh pasien endometriosis.
a. Danazol
Merupakan suatu hormon sintentik, yang diturunkan dari ethisterone,
dengan aktivitas anti gonadotropik kuat (menghambat LH dan FSH) dan
kerja androgenic lemah tanpa efek samping virilizing dan
masculinizing. Penggunaan androgen mungkin bisa menstimulasi
eritropoiesis dan efisiensi penggumpalan. Androgen merubah jaringan
endometrium menjadi tidak aktif dan atropik (serupa menopause).
Setelah pemberian oral, danocrine secara cepat diabsorpsi dan
dimetabolisme secara ekstensif. Kadar puncak plasma, bervariasi antara
2 dan 8 jam. Waktu paruh plasma danocrine berkisar 4,5-29 jam.
- Mekanisme : Mencegah keluarnya FSH, LH, dan pertumbuhan
endometrium
- Indikasi : Endometriosis yang terbukti secara visual (misalnya
dengan laparoskopi) yang mensyaratkan end-point terapi,
fertilitas.
- Dosis & Cara Pemberian : 200-800 mg per hari dengan dosis
terbagi 2-4. Direkomendasikan untuk terapi awal diberikan
dosis 800 mg per hari dengan dosis terbagi 4. Pengobatan
diteruskan tanpa terputus 3-6 bulan, dan jika perlu sampai 9
bulan.
- Efek samping : Jerawat, meningkat berat badan, rambut rontok,
hirsutism, gangguan menstruasi berupa perubahan siklus, ram
pada kulit, nausea, vomiting, konstipasi, kram otot, sakit kepala,
emosi labil, ansietas, dan gangguan selera makan.
10
b. Progestin (kandungan progesteron)
Progestin dapat menginduksi anovulasi dan hypooestrogenism, dan
menyebabkan atrofi eutopic serta endometrium ektopik. Efektivitasnya
juga sebagai anti-inflamasi. Progestin menyebabkan penurunan cairan
volume peritoneal dan jumlah leukosit. Progestin menghambat ekspresi
metaloproteinase, enzim yang berkontribusi terhadap kapasitas fragmen
endometrium menyerang peritoneal permukaan dan membentuk implan
endometriosis.
- Mekanisme : Menurunkan kadar FSH, LH, dan estrogen
- Efek samping : Yang paling umum terjadi seperti perdarahan,
kembung.
- Keuntungan : Biaya yang lebih rendah dan mengurangi dampak
metabolik dibandingkan dengan obat lain yang tersedia untuk
pengobatan endometriosis, seperti GnRH analog dan danazol.
- Dosis: 10 mg oral selama 3 bulan dan 15 mg oral 1x sehari
c. Antagonis GnRH
Antagonis GnRH banyak digunakan dalam pengobatan gejala
endometriosis. Digunakan untuk persiapan merangsang menopause
buatan; dengan mengikat reseptor GnRH pituitari.
- Mekanisme : Menekan sekresi hormon GnRH dan
endometrium.
- Efek samping : Hypooestrogenism, yang berkaitan dengan
fisiologis menopause - hot flushes, kekeringan yagina, mood
perubahan dan insomnia.
- Dosis : 11,25 mg IM tiap 3 bulan, 3,6 mg SC tiap bulan, dan
200 mcg intranasal 2x sehari
11
d. Pil kontrasepsi kombinasi
Pemberian pil hormon kombinasi pada endometriosis bermanfaat untuk
mengurangi gejala-gejala endometriosis seperti nyeri panggul,
perdarahan di luar menstruasi, nyeri menstruasi hebat, dan gejala
psikologis terkait kadar hormon. Pada kasus endometriosis, memilih pil
hormon kombinasi dengan kadar progesteron yang lebih tinggi, karena
lebih efektif menekan pertumbuhan jaringan endometrium.
12
4. Farmakoterapi Kasus Endometriosis
Sebagian besar gejala endometriosis disebabkan oleh pembentukan
perlengketan yang terjadi dengan pemecahan dan perdarahan jaringan
endometrium ektopik. Gejala yang paling umum adalah nyeri panggul dan
infertilitas. Gejala tambahan termasuk dismenore, disuria, diskezia (nyeri saat
buang air besar), dan dispareunia (nyelesiri saat berhubungan). Konstipasi dan
perdarahan vagina abnormal juga dapat terjadi. Gejala biasanya berhubungan
dengan lokasi perdarahan ektopik jaringan endometrium dan tidak
berhubungan dengan derajat endometriosis. Kehadiran massa panggul atau
rahim terbalik juga kadang-kadang diamati.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengobatan dan terapi Ms. L.C untuk endometriosis yang di deritanya berjalan
cukup baik. Diawali dengan didiagnosis menggunakan laparoskopi. Setelah di
diagnosis, pengobatan difokuskan untuk mencegah penyebaran lesi ektopik
dengan bantuan progestin, menghilangkan rasa sakit dengan obat golongan
NSAID (obat antiinflamasi non-steroid), dan memulihkan kesuburan.
Perawatan melibatkan penggunaan obat hormonal untuk menekan ovulasi dan
operasi pengangkatan lesi endometrium ektopik.
B. Saran
Endometriosis sulit dicegah, karena penyebabnya belum diketahui secara pasti.
Namun, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan resiko,
yaitu :
14
DAFTAR PUSTAKA
15
LAMPIRAN
16
17
18