You are on page 1of 3

KHOTBAH : MAZMUR 42 : 1 – 6

Jiwaku haus kepada Allah


Mazmur 42:1-6
Jemaat Tuhan yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus,

Semua orang tentu pernah merasakan yang namanya “mencintai dan dicintai”. Bagi dia yang
masih anak-anak, dia sangat mencintai ibu dan ayahnya. Dia yang remaja atau pemuda, dia juga
akan mulai mencintai lawan jenisnya. Dia yang sudah menjadi orangtua, dia akan mencintai
suami atau istrinya dan juga anak-anaknya. Dan dia yang sudah tua atau lanjut usia, dia akan
mencintai keturunannya (anak-anaknya yang sudah menikah sampai kepada cucu-cucunya).
Saudara bisa melihat dan merasakan bagaimana ketika kita berada dalam situasi mencintai dan
dicintai. Mungkin di antara kita rela berkorban demi orang yang kita cintai dan bahkan kita lebih
peduli kepada mereka dari pada diri kita sendiri. Seakan-akan kita merasa bahwa mereka
merupakan separuh dari hidup kita. dan saudara juga melihat bagaimana ketika mereka yang kita
cintai itu jauh dari kita. kita pasti akan merasa kesepian, tidak jarang juga di antara kita yang
sampai menangis karena saking rindunya kita kepada mereka dan menantikan waktu untuk
berjumpa lagi. kita haus akan cinta dan kepedulian mereka, kita haus akan perhatian mereka, dan
kita haus akan waktu-waktu kebersamaan bersama dengan mereka. itu masih karena jauh dari
jarak. Coba bayangkan ketika kita jauh untuk selama-lamanya? tentu bagi kita itu adalah hal
yang paling mengerikan.

Jemaat Tuhan yang terkasih,

Demikianlah gambaran setiap orang percaya yang merindukan Tuhannya. Mereka yang
merasa sebelumnya berada dalam lindungan Tuhan dan mengalami karunia-karunia Tuhan. Dan
ketika mereka mendapatkan sebuah kesulitan-kesulitan hidup, mereka merasa seolah-olah jauh
daripada Tuhan. Pengalaman pemazmur (bani korah) dalam teks Alkitab yang baru saja kita baca
juga menceritakan situasi-situasi pelik di tengah bangsa Israel pada saat itu.

a. Jikalau kita melihat pada ayat 2, pemazmur yang merasakan kerinduan yang mendalam
kepada Allah itu menyamakan dirinya seperti binatang “Rusa yang merindukan sungai
yang berair”. Ada yang unik dalam penggambaran ini. Biasanya umat Tuhan
digambarkan seperti Domba. Mengapa Pemazmur menyamakan dirinya dengan Rusa?

Ternyata ada perbedaan yang begitu kontras antara Rusa dan Domba. dia tertutupi oleh bulunya
yang tebal dan lebat, membuatnya tidak bisa berenang dan takut air. Sementara Rusa, ia
memiliki bentuk tubuh yang besar dan tubuh yang khas. Karena itu, dia pasti akan tertangkap
oleh binatang yang ingin memburunya karena baunya yang gampang tercium. Agar dia bisa
menghilangkan bau badannya, hanya ada satu tempat di mana Rusa ini mendapatkan tempat
perlindungan dan menghilangkan jejaknya. Ia harus mencari sebuah sungai. Sungai yang berair
baginya bukan saja untuk menghilangkan rasa haus, tetapi tempat yang tepat untuk berlindung.
Saat menemukan sungai, ia akan langsung masuk dan meneggelamkan dirinya sehingga tidak
lagi tercium bau badannya oleh musuh. Pada saat itulah musuhnya tidak bisa mengejar rusa itu
lagi. Dalam kondisi inilah, bapak/ibu yang terkasih tidak ada kebutuhan lain bagi seekor Rusa,
selain mendapatkan sungai yang berair. Ia sadar, tanpa air hidupnya akan berakhir. Demikianlah
perasaan orang-orang yang benar-benar dilanda kerinduan akan hadirat Tuhan.

b. Di ayat 3, pemazmur kembali meratapi kerinduannya dengan mengatakan “ Jiwaku haus


kepada Allah, kepada Allah yang hidup.” Bahkan karena rasa rindunya yang begitu
mendalam dia melanjutkan lagi dengan kalimat “Bilakah aku boleh datang melihat
Allah?” di sini Pemazmur sangat jelas sekali bahwa dalam kehidupannya, dia menyadari
bahwa “ALLAH YANG HIDUP” itu adalah satu-satunya pribadi yang dapat
dijadikannya sebagai sumber kehidupan dan sandaran bagi jiwa pemazmur.
Kerinduannya itu semakin mendalam karena sekelilingnya sudah menjadi musuhnya
yang sepanjang hari menanyakan keberadaan Allahnya: “Dimanakah AllahMu?” (Ayat
4). tekanan yang luar biasa ini membuat Pemazmur begitu berharap untuk berjumpa
dengan Allah walaupun hanya sebentar saja.

c. Akhirnya, kerinduan ingin bertemu dengan Allah, rasa haus akan perhatian dan cinta
kasih Allah menjadi sebuah pengharapan yang hidup dalam diri pemazmur. Sekalipun

Pemazmur mengatakan bahwa siang dan malam dia hanya menangis sampai air matanya
membasahi makanannya (ayat 4) dia tidak mau berhenti sampai di sana. Dia bangkit kembali dan
mengarahkan imannya kepada Allah bahwa Allah akan segera menolongnya. Pada ayat 5, dia
kembali menghibur hatinya dengan mengingat kenangan-kenangannya saat bersama dengan
Allah. Dia mengingat bahwa dahulu, dia pernah bernyanyi dan memuliakan Allah dengan suara
sorak-sorai dan nyanyian syukur. Ini berarti bahwa Allah pernah menunjukkan kuasanya kepada
umat-Nya yang membuat mereka bersukacita. Sehingga inilah yang mendorong pemazmur untuk
“Berharap kepada Allah dan akan bersyukur lagi kepada-Nya” (Ayat 6). Dia percaya
bahwa untuk selama-lamanya Allah akan tetap menjadi Allah dan penolong bagi setiap orang
yang percaya kepada-Nya.

Jemaat Tuhan yang terkasih dalam nama Tuhan kita Yesus Kristus,

1. Adakah kita yang dulu merasa bahwa Tuhan begitu dekat dengan kita lalu pada saat ini
Tuhan begitu jauh dari kita? adakah pada saat ini kita merasa haus seperti Rusa yang
merindukan sungai yang berair? Mari katakanlah kepada jiwa kita, seperti layaknya
pemazmur, “Mengapa Engkau tertekan hai jiwaku, dan gelisah di dalam diriku (ayat 6).”
Di saat kita merasa tertekan dan terpuruk, di sanalah kita harus semakin memaksakan diri
untuk mendekat kepada Tuhan. Sama halnya dengan penulis lagu “seperti Rusa rindu
sungaiMu” yaitu Martyn J. Nystorm. Lirik lagunya berkata demikian:

S'perti rusa rindu sungai Mu Jiwaku rindu Engkau


Kaulah Tuhan hasrat hatiku Kurindu menyembahMu
Engkau kekuatan dan perisai ku Kepadamu roh ku berserah
Kaulah Tuhan hasrat hatiku kurindu menyembahMu
Sejenak kita berpikir dia adalah orang yang dekat dengan Tuhan. Namun pada saat itu tidaklah
demikian. Dia adalah orang yang jauh sekali dari Tuhan. Tahun 1981 dia sangat terpikat sekali
dengan seorang wanita yang membuat dia terlalu memuja wanita itu, sampai pada akhirnya dia
pergi ke Texas untuk mengejar wanita tersebut. Bukannya wanita itu yang dia dapat, dia malah
patah hati karena wanita itu, dia bingung dan hampir putus asa. Lalu datanglah seorang teman
yang menyuruhnya berpuasa dan hanya boleh minum air putih saja dengan tujuan menarik
dirinya kembali kepada Tuhan

Selama itulah dia menyadari bahwa Tuhan lah sember kekuatannya. Akhirnya lahirlah lagu “As
the Dear” atau dalam terjemahan bahasa indonesia “Seperti Rusa Rindu Sungai-Mu.”

2. Mungkin saat ini kita merasa di posisi yang sama seperti pemazmur, di tengah situasi
Covid 19 yang masih belum diketahui kapan akan berakhir, Membuat kita menangis di
rumah kita masing masing sambil meratap “Kapan aku akan kembali beribadat dan
berjumpa kepada Tuhan?” di sinilah diperlukan untuk mengenang saat-saat manis
bersama Tuhan. Marilah kita berharap dan bersama-sama berdoa supaya Tuhan bekerja
dan kembali menunjukkan kuasa-Nya bagi kita. Di saat kita jenuh untuk berdoa, semakin
giatlah untuk berdoa. Sekalipun banyak orang yang mempertanyakan keberadaan Tuhan,
mari tetap percaya bahwa Allah akan tetap menadi Allah. Covid 19 mungkin membuat
kita tidak bisa beribadah dirumahNya. Tapi dia tidak bisa menghambat Allah menjamah
hati kita sehingga kita berjumpa dengan Allah. biarlah kehausan kita menjadi kekuatan
bagi kita untuk semakin menanti-nantikan Allah.

Tuhan memberkati kita. Amin.

You might also like