You are on page 1of 5

 Runway Sweeper

yaitu salah satu ala tdari Alat- Alat Berat yang memiliki fungsi untuk membersihkan debu, kotoran
atau FOD (Foreign Object Damage) yang berada di Runway, Taxiway atauApron dan juga sebagai
salah satu peralatan penunjang operasional kebandarudaraan.

Runway sweeper terbagi menjadi 2 mesin, mesin depan dan mesin belakang, untuk bagian depan
berguna untuk menggerakkan kendaraan, dan mesin bagian belakang digunakan untuk menghisap

Spesifikasi mesin depan 7800 cc single turbo, bahan bakar diesel

Spesifikasi mesin belakang 4500 cc single turbo

Kapasitas air 2000 liter

Runway sweeper memakai bahan bakar solar untuk konsumsi dalam 1 jam 35 liter/ jam, dengan rpm
2200, idle 900

Runway sweeper dilengkapi 2 lampu rotary

Pengecekan :

1. Wajib mengunci bagian kepala motor


2. Periksa baterai
3. Periksa tangga kargo
4. House streel
5. System hidrolik untuk dump harus terpasang
6. Mulut penghisap harus dinaikkang
7. Valve air harus tertutup
8. Pastikan hoper tertutup rapat
9. Periksa bahan bakar 210 l
10. Periksa saringan air
11. Periksa ruang control yang dibagian kanan mobil
System kerja dari sweeper

 Penghantar digerakkan dengan hidrolik


 Penghantar mengarahkan kotoran pada runway ke mulut penghisap
 Penyemprotan air digunakan agar udara yang keluar dari hisapan tetap bersih

Perawatan harian

1. penggantian oli mesin tepat waktu


2. penggantian saringan/ filter oli tepat waktu
3. tangka bahan bakar tidak boleh sampai habis
4. pemeriksaan oli hidrolik
5. pemeriksaan oli rem
6. pemeriksaan tekanan angin pada ban
7. pemeriksaan oli power steering
8. pemeriksaan oli mesin
9. pemeriksaan air radiator
10. pemeriksaan saringan udara
11. pemeriksaan level solar

perawatan semesteran, penggantian oli dan fluida

perawatan tahunan, penggantian filter dan software

Keselamatan penerbangan merupakan faktor utama yang perlu mendapat perhatian lebih dari
pemerintah sebagai regulator/fasilitator, pengelola bandar udara sebagai penyedia prasarana,
maupun oleh perusahaan penerbangan sebagai operator, dimana ketiga unsur inilah yang
menentukan kualitas dan kuantititas sistem transportasi udara serta keselamatan penerbangan.
Keselamatan penerbangan adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan penerbangan yang
lancar sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan kelaikan teknis terhadap sarana dan
prasarana penerbangan beserta penunjangnya. Setiap komponen sub sistem bandar udara dalam
melakukan kegiatan operasinya tetap harus mengutamakan keamanan dan keselamatan
penerbangan. Kecelakaan penerbangan, seperti misalnya pesawat udara yang gagal melakukan take-
off atau landing, serta insiden kebakaran yang terjadi di bandar udara harus cepat mendapat
penanganan agar penyelenggaraan operasi penerbangan tidak terganggu.

Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. 24 tahun 2011 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulations Part 139) tentang Bandar Udara
(Aerodrome) menyebutkan bahwa sebagai salah satu negara penandatangan Konvensi Chicago,
Indonesia mempunyai kewajiban untuk menyediakan pelayanan Pertolongan Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) dengan standar minimum sesuai dengan ketentuan
Chapter 9.2 Annex 14 Konvensi Chicago. Standar dan persyaratan pelayanan PKP-PK untuk bandar
udara di Indonesia yang melayani penerbangan sipil internasional dan/atau penerbangan domestik
dengan tingkat operasi penerbangan tertentu, harus memenuhi ketentuan dalam Chapter 9 Annex
14 Konvensi Chicago dan Standar Teknis Bandar Udara yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara. Adapun untuk bandar udara yang hanya melayani penerbangan domestik,
standar dan persyaratan pelayanan PKP-PK yang berlaku adalah yang ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara dan dipublikasikan dalam Aeronautical Information Procedure (AIP)
dengan tingkat pelayanan (level of service) alternatif.
Setiap bandar udara yang dioperasikan wajib memenuhi ketentuan keselamatan dan
keamanan penerbangan, dan untuk dapat memenuhi ketentuan tersebut setiap penyelenggara
bandar udara wajib menyediakan fasilitas bandar udara yang memenuhi persyaratan keselamatan
dan keamanan penerbangan. Agar fasilitas bandar udara tersebut dapat memenuhi persyaratan
keselamatan dan keamanan penerbangan, penyelenggara bandar udara wajib melakukan
pemeliharaan dalam jangka waktu tertentu dengan cara pengecekan, tes, verifikasi, dan/atau
kalibrasi. Berdasarkan surat keputusan dari Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP. 420
tahun 2011 tentang Persyaratan Standar Teknis dan Operasional Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139 (Manual Of Standard CASR Part 139) Volume IV PelayananPertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK), setiap bandar udara wajib menyediakan
dan memberikan pelayanan PKP-PK sesuai kategori bandar udara untuk PKP-PK yang dipersyaratkan.
Untuk memenuhi kategori bandar udara untuk PKP-PK yang dipersyaratkan, diperlukan adanya
fasilitas PKP-PK yang memenuhi persyaratan standar teknis dan operasional pelayanan PKP-PK.

Setiap Bandar Udara yang telah memiliki izin operasi wajib menyediakan fasilitas Pertolongan
Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran (PKP-PK) serta memberikan pelayanan PKP-PK
sesuai dengan kategori bandar udara untuk PKP-PK yang dipersyaratkan. Pelayanan PKP-PK
dilaksanakan secara cepat dan tepat untuk penyelamatan pertolongan kecelakaan penerbangan serta
pemadaman kebakaran di bandar udara dan sekitarnya.

Bandara Sultan hasannudin saat ini memiliki 2 unit Foam Tender. selain itu juga dibantu oleh
1 unit Comando Car, 1 unit rescue tender serta 1 unit Ambulance. semua mobil pemadam
tersebut beroperasi guna memenuhi PKP – PK kategori 8 yang dipersiapkan untuk bandar
udara Sultan Iskandar Muda agar pesawat berbadan lebar seperti boeing 747 dan airbus 330
bisa masuk ke Bandar Udara Sultan Iskandara Muda.
Kendaraan pkp pk
a. Foam tender

Foam Tender adalah kendaraan utama yang digunakan dalam operasi pertolongan kecelakaan
penerbangan. Kendaraan ini di desain khusus untuk Pemadam Bandara dan memiliki
perbedaaan dengan pemadam kota. Kendaraaan ini membawa dua buah tangki yang berisi
bahan pemadam utama yaitu air dan busa.

Klasifikasi Foam Tender


Kapasitas tangki air lebih besar dari 10.000 liter, tangki foam konsentrat
minimum 12 persen dari kapasitas tangki air, kapasitas tangki tepung kimia kering
(dry chemical powder) 500 kg, kapasitas pompa minimum 6.000 liter per menit dan
kapasitas pancaran utama busa minimum 5.000 liter permenit; dilengkapi dengan
bumper turret, handlines, nozzle di bawah dan di depan kendaraan, monitor,
akselerasi O Sd 80 km/jam dalam 40 detik, kecepatan minimum 100 km/jam, jarak
pancaran rata-rata (discharge range) minimum 70 meter, jarak pengereman (stop
distance) maksimum 12 meter pada kecepatan 32 km/jam.

Perawatan Foam Tender


 Pemeliharaan terhadap mesin mencakup pembacaan indikator tekanan
dan temperatur saat akan menyalakan mesin, Periksa Air Restriction
Indicator dan ganti elemen pembersih udara jika diperlukan
 Pemeriksaan pada pengoperasiankomponen elektronik berupa lighting,
sirene, dll.
 Perawatan terhadap rem mencakup uji coba pada service brake untuk
operasi normal
 Lakukan pemeriksaan pada semua katup penting di dalam sistem pemadam
kebakaran
 Perawatan transmisi yaitu Periksa sisa oli transmisi, tambahkan jika
diperlukan dan Periksa jumlah oli power divider yang tersisa

Mobil foam tender atau mobil penyemprot busa adalah jenis mobil pemadam kebakaran yang
dirancang khusus untuk memadamkan kebakaran dengan menggunakan busa pemadam api.
Berikut adalah penjelasan umum tentang cara kerja mobil foam tender:
1. Tangki Busa: Mobil foam tender dilengkapi dengan tangki yang berisi busa pemadam
api. Tangki ini biasanya berisi campuran air dan bahan pemadam busa yang cocok
untuk memadamkan api.
2. Sistem Pemancar Busa: Mobil ini memiliki sistem pemancar busa yang terhubung ke
tangki busa. Sistem ini memungkinkan pemancaran busa dengan tekanan yang diatur.
3. Pompa Air: Mobil foam tender juga dilengkapi dengan pompa air yang dapat
memompa air dari sumber pasokan eksternal ke sistem pemancar busa. Pompa air ini
memberikan tekanan yang diperlukan untuk memancarkan busa.
4. Selang dan Nozel: Mobil ini dilengkapi dengan selang dan nozel khusus yang
dirancang untuk memancarkan busa dengan efektif. Selang ini terhubung ke sistem
pemancar busa dan memungkinkan aliran busa ke titik api yang terbakar.
5. Kendali dan Monitor: Mobil foam tender memiliki panel kendali di dalam kabin yang
memungkinkan pengemudi atau operator untuk mengatur aliran busa dan tekanan.
Monitor eksternal juga dapat dipasang di atas mobil untuk mengarahkan aliran busa
ke titik api dengan lebih akurat.
Proses Kerja
Tiba di Tempat Kebakaran: Mobil foam tender tiba di lokasi kebakaran dan petugas pemadam
kebakaran mengevaluasi situasi untuk menentukan tindakan yang diperlukan.
Persiapan dan Persiapan Sistem: Pompa air dihidupkan dan selang serta nozel yang sesuai
dipasang. Tangki busa juga harus dipersiapkan dengan mengisi campuran air dan bahan
pemadam busa yang sesuai.
Pemancaran Busa: Setelah semuanya siap, operator mengaktifkan sistem pemancar busa dan
mulai memancarkan busa ke titik api. Busa akan membungkus api, mendinginkannya, dan
mengisolasi sumber oksigen untuk memadamkan api.
Monitoring dan Penyesuaian: Operator memantau aliran busa dan menyesuaikan tekanan
serta arah pemancaran sesuai kebutuhan. Mereka berusaha untuk memastikan pemadaman api
yang efektif dan menghindari kemungkinan api kembali muncul.
Evaluasi dan Penanganan Lanjutan: Setelah kebakaran padam, petugas pemadam kebakaran
akan mengevaluasi situasi dan melanjutkan tindakan pemadaman atau pembersihan yang
diperlukan.
Penting untuk dicatat bahwa cara kerja mobil foam tender dapat bervariasi tergantung pada
model dan spesifikasinya. Panduan di atas memberikan gambaran umum tentang prinsip
dasar cara kerja mobil penyemprot busa tersebut.

You might also like