You are on page 1of 28

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA APRIL 2022

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

GANGGUAN LAPANG PANDANG

Oleh:
Andi Husnul Hanifah

C014192034

Residen Pembimbing:

dr. Desti Priani

Supervisor Pembimbing :
Dr. dr. Habibah S. Muhiddin, Sp. M,(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN IlMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Berikut nama dibawah ini menyatakan bahwa:


Nama : Andi Husnul Hanifah
NIM : C014192034
Judul Referat : Gangguan Lapang Pandang
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, April 2022

Mengetahui,
Residen Pembimbing

dr. Desti Priani

Supervisor Pembimbing

Dr. dr. Habibah S. Muhiddin, Sp. M,(K)


DAFTAR ISI

Contents
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii

DISKUSI KASUS.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................3

2.1 ANATOMI MATA...........................................................................................................3

2.2 FISIOLOGI PENGLIHATAN..........................................................................................3

2.3 PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG........................................................................3

2.4 KELAINAN PADA PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG.......................................4

2.5 GANGGUAN LAPANG PANDANG..............................................................................5

BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
Sekertariat: RS UNIVERSITAS HASANUDDIN Lt. IV
Jl. Perintis Kemerdekaan KM 11-Tamalanrea Makassar-Indonesia 90245
Telp/Fax: 586078 Email: mataunhas@yahoo.com

Nama : Rahmi Thahir


No : 030955
Umur : 06-10-1969 RM
Tanggal MRS :1 04-03-2022
Pekerjaan : No Telpon
Alamat :

Keluhan Utama : keluhan kedua lapang pandang mata bagian luar kabur
Anamnesa : Pasien rujukan dari JEC Orbita dengan keluhan kedua lapang pandang mata
bagian luar kabur. keluhan dirasakan sejak 6 bulan lalu dan semakin memburuk. nyeri kepala (-),
mual dan muntah (-), riwayat trauma(-), riwayat HT(-), DM(-), riwayat kaca mata(-), riwayat
pemakaian KB suntik 3 bulan lalu, riwayat, riwayat haid tidak teratur sebelum menikah, riwayat
pwnyakit lain (-), riwayat pengobatan (-).
STATUS
OD PRESENT
OS
20/100 f 20/80 f
VISUS
19 19
NCT
Intak KEDUDUKAN Intak
BOLA MATA
Edema (-) Edema (-)
PALPEBRA
Hiperemis tidak ada Hiperemis tidak ada
KONJUNGTIVA
Jernih Jernih
KORNEA
VH4 VH4
BMD
Cokelat Cokelat
IRIS
Bulat, R.Cahaya (-), R.Cahaya Tidak Bulat, R.Cahaya (+), R.Cahaya Tidak
PUPIL
Langsung (-), APD (+) Langsung (+), APD (+)
Jernih Jernih
LENSA
Jernih KORPUS Jernih
VITREUS
refleks fundus (+), papil N.II bulat batas refleks fundus (+), papil N.II bulat
tegas , A/V 2/3, makula refleks fovea Funduskopi batas tegas , A/V 2/3, makula refleks
(+), retina perifer kesan normal fovea (+), retina perifer kesan normal
GBM

0 0
0 0 0 0

0 0 0

0 0 0
0
0
0

Hischberg test : 0
Cover Test : tidak dilakukan
Krimsky : tidak dilakukan
APCT (Alternate Prism Cover Test) : tidak dilakukan

Sensorik

WFDT (Worth Four Dot Test) : tidak dilakukan


Stereoskopis : tidak dilakukan

Penunjang Lainnya :

 Color Vision : sensitiviatas warna mata kanan dan kiri sama

 Ishihara Test : sulit dinilai (keterbatasan lapang pandang)

 Amsler Grid : tidak dilakukan

 Hess Chart : tidak dilakukan

 Force duction test : tidak dilakukan

 Ice pack test : tidak dilakukan

 Konfrontasi :
OD : hemianopia temporal
OS : hemianopia temporal
 Humprey: Bitemporal hemianopia
 Hasil MRI, Kesan: Gambaran Macroadenoma Pituitary berukuran +/- 2.92 x
2.58 x 4.02 cm pada sella yang meluas ke suprasella hingga ke cornu anterior
ventrikel lateralis kiri, serta mendesak sinus cavernosus, chiasma opticum, dan
a.cerebri anterior segmen A1 bilateral

DIAGNOSA : ODS Bitemporal Hemianopia ec Macroadenoma Pituitary

konsul TS Bedah Saraf

Dokter Poliklinik Konsultan Neuro-


Oftalmologi

dr. Philipus Putra Raharjo Dr. dr. Yunita, Sp.M(K),


M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN

Lapangan pandang merupakan perluasan perifer dari dunia visual. Tranquair mengatakan
bahwa lapangan pandang bagaikan sebuah pulau penglihatan ( island of vision ) di lautan yang
gelap, dimana pulau tersebut merupakan lapangan pandang dan lautan gelap merupakan daerah
sekililing yang tidak dapat dilihat.2 Lapangan pandang sendiri juga dibagaikan sebuah bukit,
dimana ketajaman penglihatan yang terbaik berada di fovea atau puncak bukit dan menurun
secara progresif ke perifer. Pada orang normal, lapangan pandang meluas hingga sekitar 50° ke
arah superior, 60° ke arah nasal, 70° ke arah inferior, dan 50° ke arah temporal. Di sisi temporal
lapang pandang terletak bintik buta antara 10° dan 20°. 1
Pada kelainan lapangan pandang, dapat terjadi penyempitan dari batas lapangan pandang
tersebut atau adanya bintik buta di berbagai macam daerah di lapangan pandang. Oleh karena
kelaianan lapangan pandang yang besar sekalipun dapat saja tidak jelas bagi pasien, pemeriksaan
lapangan pandang sebaiknya dilakukan pada setiap pemeriksaan oftalmologis. Hasil dari
pemeriksaan lapangan pandang dapat membantu diagnosis penyebabnya.1
Terdapat berbagai macam metode pemeriksaan lapangan pandang, dari yang sederhana
hingga kompleks dan membutuhkan alat khusus. Antara lain pemeriksaan lapangan pandang
yang sering digunakan adalah : tes konfrontasi, perimetri, dan kisi – kisi Amsler. Pemilihan
metode pemeriksaan lapangan pandang dapat disesuaikan kebutuhan. Pemeriksaan –
pemeriksaan tersebut tidak ada yang menimbulkan nyeri dan tidak memiliki risiko. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI MATA
Mata manusia adalah organ seperti bola dengan struktur spheroidal yang
mengandung reseptor indera untuk penglihatan yang mendeteksi cahaya dan mengirimkan sinyal
di sepanjang saraf optik ke otak. Merupakan salah satu organ tubuh yang paling kompleks, mata
terdiri dari beberapa bagian dan masing-masing bagian berkontribusi pada kemampuan melihat.
Ukuran mata manusia dewasa kira-kira 24,2 mm (melintang) × 23,7 mm (sagital) × 22,0- 24,8
mm (aksial) tanpa perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan kelompok usia. Pada
diameter transversal, ukuran bola mata dapat bervariasi dari 21 mm hingga 27 mm.3

Gambar 1. Anatomi Mata

2.1.1 Struktur Pembungkus Bola Mata


Pembungkus bola mata terdiri atas tiga struktur, yaitu konjungtiva,sklera; dan
kornea. Konjungtiva adalah lapisan membran mukosa tipis dan transparan yang
melapisi kelopak mata bagian dalam, dimulai dari taut mukokutaneus (mucocutaneous
junction); kemudian melapisi permukaan luar bola mata hingga 3 mencapai limbus
korneasklera. Susunan konjungtiva yang berlapis dan berlipatlipat pada fomiks dan di
sebelah medial bola mata memungkinkan terjadinya pergerakan mata dan kelopaknya.
Permukaan konjungtiva yang berlipat-lipat tersebut juga akan menambah luas daerah
permukaan sehingga mengurangi luas area kontak dan mengurangi friksi antara
konjungtiva tarsal dan bulbaris.4
Sklera berasal dari kata Yunani "scleros" yang berarti "keras". Sklera adalah
pembungkus luar bola mata yang opak, kuat tetapi elastis, dan melapisi bola mata
dimulai dari kornea di anterior sampai saraf optik di posterior. Komposisi sklera
didominasi oleh kolagen dan sejumlah fibril elastin. Sklera hanya memiliki sedikit sel
fibroblas dan secara keseluruhan relatif bersifat aselular serta avaskular sehingga
sklera normal umumnya memiliki aktivitas yang sangat lambat. Fungsi sklera adalah,
memberikan perlindungan terhadap isi dalam bola mata, menstabilkan tekanan
intraocular dan sebagai tempat insersi otot bola mata.4
Komea merupakan jaringan transparan serta avaskular di bagian tengahnya, dan
merupakan organ refraksi kuat yang membelokkan sinar masuk ke dalam mata,
dengan indeks refraksi 1.376 serta jari-jari kelengkungan 7,8 mm. Karena terletak
paling depan, komea memiliki kekuatan dioptric terbesar yaitu 42.25 D, yang
merupakan 74% dari seluruh kekuatan dioptric bola mata. Secara makroskopis, area di
pinggir komea dapat dikenali sebagai limbus, yang merupakan daerah peralihan dari
sklera ke kornea . Struktur limbus terdiri dari lapisan sel punca pluripoten yang
berperan pada regenerasi epitel kornea. Pada limbus terdapat arteri sirkulus limbus,
pembuluh darah yang tumbuh secara radier, yang berperan memberikan nutrisi kepada
kornea bagian perifer.4
2.1.2 Traktus Uvea
Traktus uvoalis adalah kompartemen vaskular utama pada mata yang terdir dari
tiga bagian yakni Iris,Badan siliar (terletak di uvea anterior), Koroid (terletak di uvea
posterior).Traktus uvealis melekat erat hanya pada 3 tempat di sklera, yaitu: scleral
spur (taji sklera), tempat keluar vena-vena vortikosae, dan nervus optikus. Traktus
uvealis sebelah anterior mendapat pendarahan dari arteri siliaris longus posterior,
sedangkan di sebelah posterior dari beberapa arteri siliaris posterior yang masuk ke
koroid di sekitar saraf optik.4
2.1.3 Lensa
Lensa kristalin merupakan organ penglihatan yang berfungsi memfokuskan
cahaya yang masuk ke mata agar sampai ke makula. Setelah lahir, lensa kristalin
berubah menjadi struktur yang avaskular; nutrisi dan ekskresi hasil metabolisme lensa
berlangsung melalui humor akuos di sekitarnya. Lensa kristalin terletak di belakang
iris, digantung oleh zonula Zinn ke badan siliar. Lensa kristalin pada orang muda
memiliki indeks refraksi 1.4 di bagian sentral. Pada orang dewasa, diameter ekuatorial
adalah 9 mm dan ketebalan antero posteriomya sekitar 5 mm. Sel hidup yang aktif
hanya terdapat pada lapisan sel epitel lensa yang terletak di bawah kapsul bagian
anterior, dan meluas ke ekuator. Sel epitel ini bermitosis dan pada bagian ekuator
berelongasi memanjang menjadi serat lensa yang membentuk korteks lensa. Hal ini
terjadi terus menerus seumur hidup, tanpa ada serat yang dikeluarkan dari lensa
sehingga susunan lapisan serat tersebut semakin padat di tengah, membentuk nukleus
lensa. Proses mitosis dan elongasi sel ini terjadi terus menerus seumur hidup setelah
pubertas, tanpa ada serabut yang dikeluarkan dari lensa. Oleh karena serabut-serabut
ini tumbuh dengan arah konsentrik, susunan lapisan serabut lensa akan semakin
memadat ke tengah, membentuk nukleus lensa.4
2.1.4 Badan Vitreus
Rongga vitreus menempati 4/5 total volume bola mata. Badan vitreus yang
mengisi rongga ini merupakan media optik gelatinosa avaskular dan jernih, yang
memiliki peran penting dalam mempertahankan integritas struktural la mata, memberi
nutrisi, serta dalam metabolisme jaringan intraokular karena cairan ini menjadi jalur
untuk metabolit yang digunakan oleh lensa, badan siliar, serta retina. Volume badan
vitreus lebih kurang sebanyak 4.0 ml dengan berat sekitar 4 gram. Walaupun struktur
badan atau cairan vitreus berbentuk gel dengan viskositas lebih kurang 2 kali lebih
pekat dibandingkan air, cairan ini terdiri dari 99% air. Viskositas ini disebabkan
adanya asam hialuronat mukopolisakarida. Pada tingkat struktural yang lebih detil,
komponen makromolekul utama vitreus secara umum adalah asam hialuronat, fibril
kolagen halus (umumnya tipe II) dan sejumlah sel yang asal serta fungsinya belum
diketahui.4
2.1.5 Retina
Retina adalah lembaran transparan tipis jaringan saraf yang melapisi permukaan
dalam 2/3-3/4 bagian posterior bola mata, kecuali pada area diskus optik Lapisan
retina meluas ke anterior bola mata dan berakhir secara sirkumferensial 360 derajat di
ora serrata. Retina beserta pembuluh darah retina (dan diskus optik) membentuk funds
okuli, yaitu bagian dalam bola mata yang terlihat melalui pemeriksaan oftalmoskopi.
Pada pemeriksaan fundus atau oftalmoskopi, retira normal akan terlihat cerah dan
berwarna jingga, karena di balik retina yang transparan terdapat latar belakang pigmen
melanin dari lapisan epitel pigmen retina dan koroid.4

2.2 FISIOLOGI PENGLIHATAN (VISUAL PATHWAY)


Jalur penglihatan merupakan saluran saraf dari retina ke pusat penglihatan pada daerah
oksipital otak. Terdapat beberapa dasar jalur penglihatan, seperti :
a. Retina bagian nasal dari makula diproyeksikan ke arah temporal lapang pandangan.
b. Serabut saraf bagian nasal retina menyilang kiasma optik.
c. Serabut saraf bagian temporal berjalan tidak bersilang pada kiasma optik.1
Jalur penglihatan dimulai dari retina kemudian nervus optikus, kiasma optik, traktus
optikus, lateral geniculate body, radiatio optik, dan korteks visual. Nervus optikus tersusun
dari serabut-serabut afferent sel-sel ganglion di stratum optikum dari retina. Lapisan retina
pertama ialah stratum optikum tersebut. Lapisan sel retina kedua dan ketiga terdiri dari sel
antara yang menghantarkan impuls penglihatan dari batang dan kerucut ke sel di stratum
optikum. Lapisan retina yang mengandung batang dan kerucut merupakan lapisan yang
terdalam. Cahaya yang tiba di retina diterima oleh batang dan kerucut sebagai gelobang
cahaya. Gelombang ini mencetuskan impuls yang dihantarkan oleh serabut-serabut sel di
stratum optikum ke otak. Jika cahaya berproyeksi ke makula, gambaran yang dilihat adalah
tajam. Proyeksi cahaya di luar makula mennghasilkan penglihatan yang kabur. Proyeksi suatu
benda yang terlihat oleh kedua mata terletak pada tempat di kedua makula secara setangkup.
Apabila proyeksi itu tidak menduduki tempat yang bersifat setangkup, maka akan terlihat
gambaran penglihatan yang kembar.5,6
Nervus optikus memasuki ruang intrakranial melalui foramen optikum. Di depan tuber
sinerium (tangkai hipofisis) nervus optikus kiri dan kanan tergabung menjadi satu berkas
untuk kemudian terpisah lagi dan melanjutkan perjalanannya ke korpus genikulatum lateral
dan kolikulus superior. Tempat kedua nervus optikus bergabung menjadi satu berkas
dinamakan kiasma optikum. Di serabut-serabut nervus optikus yang mengantarkan impuls
visual dari belahan nasal dari retina menyilang garis tengah. Sedangkan serabut-serabut
nervus optikus yang mengantarkan impuls dari belahan temporal dari retina tetap pada sisi
yang sama. Setelah mengadakan pergabungan tersebut, nervus optikus melanjutkan
perjalanannya menjadi traktus optikus. Julukan yang berbeda untuk serabut-serabut nervus
optikus dari kedua belah sisi itu berdasar, karena nervus optikus yang berasal dari retina mata
kiri atau kanan. Sedangkan taktus optikus ialah berkas serabut optikus yang sebagian berasal
dari belahan nasal sisi kontralateral dan sebagian dari belahan temporal retina sisi
homolateral.5
Serabut-serabut optik yang bersinaps di korpus genikulatum lateral merupakan jalur
penglihatan, sedangkan yang berakhir di kolikus superior mengantarkan impuls visual yang
membangkitkan refleks optosomatik. Setelah bersinaps di korpus genikulatum lateral,
penghantaran impuls visual selanjutnya dilaksanakan oleh serabut-serabut genikolokalkarina,
yaitu juluran neuron korpus genikulatum laterale yang menuju ke korteks kalkarinus.Korteks
tersebut ialah korteks periseptif visual primer (area 17). Setibanya impuls visual disitu
terwujudlah suatu perasaan (sensasi visual sederhana). Dengan perantaraan korteks area 18
dan 19 perasaan visual itu mendapat bentuk dan arti, yakni suatu penglihatan.6,7

Gambar 2. Jalur Penglihatan

2.3 PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG


Pemeriksaan lapang pandang diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit
tertentu ataupun untuk menilai progresivitas penyakit tertentu. Bentuk sederhana daripada
kelainan lapang pandang adalah bila terdapat kelainan pada prekiasma, kiasma, dan
retrokiasma. Pada defek monokular prekiasma maka akan terlihat kelaianan pada kedua
mata. Kelaianan kiasma akan memberikan kelaian nonhomonim sedangkan pada retrokiasma
bersifat homonim. Batas lapang pandang perifer 90 derajat temporal, 70 derajat inferior, 50
derajat nasal, dan 60 derajat superior.6
2.1.6 Tes Konfrontasi
Penderita diperiksa dengan duduk berhadapan dengan pemeriksa pada jarak 33
cm. mata kanan pasien dengan mata kiri pemeriksa saling berhadapan. Mata kiri
pasien dan mata kanan pemeriksa diminta untuk ditutup. Sebuah benda dengan jarak
sama digeser perlahan-lahan dari perifer lapang pandang ke tengah. Bila pasien
sudah melihatnya ia diminta memberi tahu. Pada keadaan ini bila pasien melihat
pada saat bersamaan dengan pemeriksa berarti lapang pandang pasien adalah normal.
Syarat pada pemeriksaan ini adalah lapang pandang pemeriksa adalah normal.6

Gambar 3. Pemeriksaan Tes Konfrontasi


2.1.7 Kampimeter
Kampimeter sebagai alat pengukur atau pemetaan lapang pandang terutama
daerah sentral atau parasentral, disebut juga uji tangent screen. Kampimeter adalah
papan hitam yang diletakkan di depan penderita pada jarak 1 atau 2 meter, dan
sebagai benda penguji (test object) digunakan bundaran kecil berdiameter 1 sampai 3
mm. Mata pasien difiksasi di tengah dan benda penguji digerakkan dari perifer ke
tengah dari segala jurusan. Dicari batas-batas pada seluruh lapangan pandang pada
saat benda mulai terlihat. Kita catat tempat pasien mulai melihat benda penguji.
Dengan demikian diperoleh gambaran kampus penglihatan. Dengan cara ini dapat
ditemukan defek lapang pandang dan adanya skotoma.6
2.1.8 Perimeter
Perimeter adalah setengah lingkaran yang dapat diubah-ubah letaknya pada
bidang meridiannya. Cara pemakaiannya serta cara melaporkan keadaan sewaktu
pemeriksaan sama dengan kampimeter. Alat perimeter ini berbentuk bola denga jari-
jari 30 cm, dan pada pusat parabola ini mata penderita diletakan untuk diperiksa.
Mata berfiksasi pada bagian sentral parabola perimeter. Obyek digeser perlahan-
layan dari perifer ke sentral, dan dicari batas-batas pada seluruh lapangan pada saat
benda mulai terlihat. Pemeriksaan ini berguna untuk membantu diagnosis pada
keluhan penglihatan, melihat progresivitas turunnya lapangan pandang, sebagai
pemeriksaan rutin pada kelainan susunan saraf pusat, dan memeriksa adanya histeria
atau malingering. Dikenal 2 cara peneriksaan perimeter. 6
a. Perimeter Kinetik
Perimeter kinetik menggunakan tes Hemispheric Goldman or Rodenstock,
dimana pemeriksaan dilakukan dengan objek digerakan dari daerah tidak terlihat
menjadi terlihat oleh pasien. Keuntungan dari perimetr kinetik adalah interaksi
pribadi antara dokter dan pasien. Metode ini sangat cocok untuk pasien yang
lebih tua yang mungkin memiliki kesulitan dengan interaksi stereotip yang
dibutuhkan oleh program komputer. Indikasi spesifik untuk perimeter kinetik
meliputi gangguan lapangan pandang karena penyebab neurologis dan
pemeriksaan hemianopia atau anopsia kuadrantik. 6
b. Perimeter Statik
Perimeter statik menggunakan Humprey field analyzer, dimana pemeriksa
dengan tidak menggerakan objek akan tetapi dengan menaikan intensitas objek
sehingga terlihat oleh pasien. 6
Gambar 4. Goldman HemisphericPerimeter Gambar 5. Humprey field analyzer

2.2 KELAINAN PADA PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG


Orang buta pada kedua sisi tidak mempunyai medan penglihatan. Istilah untuk buta
ialah anopia atau anopsia. Apabila medan penglihatan kedua mata hilang sesisi, maka buta
semacam itu dinamakan hemianopia (hemianopsia). Tergantung pada belahan mana yang
hilang dapat diberikan julukan tembahan homonim atau heteronim. Jika belahan kanan atau
kiri kedua mata hilang, maka hemianopia tesebut dinamakan hemianopia homonim kanan
atau kiri. Apabila belahan nasal atau temporal kedua mata hilang, maka hemianopia
heteronim atau hemianopia binasal atau bitemporal.8

Gambar 6. Lesi pada Visual Pathway


a. Lesi pada Nervus Optikus
Lesi di sepanjang lintasan nervus optikus (N.II) hingga korteks sensorik, akan
menunjukkan gejala gangguan penglihatan yaitu pada lapang pandang atau medan
penglihatan. Lesi pada nervus optikus akan mengakibatkan kebutaan atau anopsia pada
mata yang disarafinya. Hal ini disebabkan karena penyumbatan arteri centralis retina
yang memperdarahi retina tanpa kolateral, ataupun arteri karotis interna yang akan
bercabang menjadi arteri oftalmika yang kemudian menjadi arteri centralis retina.
Kebutaan tersebut terjadi tiba-tiba dan disebut amaurosis fugax. 8 Lesi ini ditandai
dengan hilangnya penglihatan atau kebutaan lengkap pada sisi yang terkena berhubungan
dengan tidak adanya refleks cahaya langsung sisi ipsilateral dan konsensual pada sisi
kontralateral. Penyebab umum dari lesi nervus optik adalah: atrofi optik, avulsion
traumatis dari saraf optik, neuropati dan neuritis optik akut.8
b. Lesi pada Proximal Nervus Optikus
Gambaran yang menonjol dari lesi tersebut adalah kebutaan ipsilateral,
hemianopia kontralateral dan tidak adanya refleks cahaya langsung pada sisi yang terkena
dan konsensual di sisi kontralateral. 8
c. Lesi pada Sentral Chiasma Opticum
Lesi ini ditandai dengan hemianopia bitemporal dan kelumpuhan refleks pupil
pada hemianopia bitemporal. Penyebab umum dari lesi ini adalah aneurisma suprasellar,
tumor kelenjar hipofisis, craniopharyngioma, meningioma suprasellar dan glioma dari
ventrikel ketiga, ventrikel ketiga dilatasi karena obstruktif hidrosefalus dan arachnoiditis
chiasmal kronis. 8
d. Lesi pada Lateral Chiasma Opticum
Lesi ini ditandai memiliki gambaran yang menonjol seperti hemianopia binasal
kelumpuhan refleks pupil pada hemianopia binasal. Penyebab umum dari lesi seperti
distensi dari ketiga ventrikel menyebabkan tekanan pada setiap sisi kiasma dan ateroma
dari karotis. 8
e. Lesi pada Traktus Optikus
Lesi ini ditandai dengan hemianopia homonim kongruen terkait dengan reaksi
pupil kontralateral hemianopia (Reaksi Wernicke). Penyebab umum dari lesi ini adalah
meningitis sifilis atau gumma, TBC dan tumor thalamus optik dan aneurisma arteri
serebelar superior atau serebral posterior. 8
f. Lesi pada Geniculate Body Lateral
Lesi ini ditandai dengan hemianopia homonim dengan refleks pupil yang lambat
dan mungkin berakhir dengan atrofi optik parsial. 8
g. Lesi pada Radiatio Opticum
Memberikan bervariasi tergantung pada lokasi lesi. Radiatio optik total
menghasilkan hemianopia homonim lengkap (kadang-kadang sparing makula).
Hemianopia kuadran inferior (pie in the floor) terjadi jika lesi terdapat pada lobus
parietalis. Hemianopia kuadran superior (pie in the sky) dapat terjadi jika lesi terdapat
pada lobus temporal. Penyebab umum lesi ini adalah oklusi vaskular, tumor primer dan
sekunder serta trauma. 8
h. Lesi pada Korteks Visual
Memberikan gambaran hemianopia homonim kongruen (biasanya sparing macula)
dengan gambaran oklusi arteri serebral posterior yang memperdarahi bagian anterior dari
korteks oksipital. Homonim kongruen macula terjadi pada lesi ujung korteks oksipital.
Penyebab umumnya seperti cedera kepala atau tembakan senjata yang menyebabkan
cedera.8

2.3 GANGGUAN LAPANG PANDANG


2.3.1 Hemianopia Bitemporal
Definisi
Hemianopia bitemporal adalah hilangnya setengah lapangan pandang temporal
kedua mata yang merupakan tanda khusus kelainan kiasma optik.9
Etiopatogenesis
Kiasma optik dan nervus optikus terletak pada diafragma sellae yang membetuk
atap sela tursika. Kelenjar hipofisis di sela tursika terletak pada bagian inferior dari
kiasma. Batas lateral kiasma adalah arteri karotis interna, sedangkan hipotalamus dan
lobus cerebrum anterior yang terletak pada bagian superior dari kiasma. Inferior nasal
fiber kiasma menyilang pada bagian inferior dan anterior, oleh karena itu
kemungkinan besar dipengaruhi oleh tumor hipofisis. Superior nasal fiber kiasma
menyilang pada bagian superior dan posterior dalam kiasma, oleh karena itu
kemungkinan besar akan dipenguruhi oleh kraniofaringioma. Macular fiber kiasma
menyilang pada berbagai lokasi di seluruh kiasma termasuk posterior dan superior.9
Secara umum, lesi pada kiasma optik menyebabkan defek lapangan pandang
hemianopia bitemporal. Pada awalnya, defek ini biasanya tidak lengkap dan sering
asimetrik. Namun, seiring dengan berjalannya penyakit, hemianopia bitemporal
menjadi komplit, lapangan pandang nasal inferior dan superior kemudian terkena,
dan ketajaman penglihatan sentral akan berkurang.9
Lobus anterior kelenjar hipofisis adalah lokasi awal tumor hipofisis, yang
bermanifestasi dalam bentuk hilang penglihatan, kelumpuhan pada nervus kranialis
termasuk kelumpuhan otot ekstraokuler, dan sebuah massa lesi pada CT scan atau
MRI, yang berasal dari sela hipofisis dan meluas ke regio suprasela dan parasela.
Tumor hipofisis ini menyebabkan gangguan lapangan penglihatan pada kuadran
temporal superior dan bisa progresif menjadi hemianopia bitemporal lengkap.
Gangguan lapangan penglihatan ini dimulai dengan pola asimetris. Gambaran awal
caput nervioptiki tidak memperkirakan hasil akhir penglihatan, tetapi atropi optik
merupakan tanda prognostik yang buruk.9
Kraniofaringioma adalah sekelompok tumor yang jarang ditemukan dan berasal
dari sisa epitel kantung Rathke (80% dari populasi normal yang memiliki sisa
tersebut) dan khasnya mulai menimbulkan gejala antara usia 10 sampai 25 tahun,
walaupun terkadang baru terjadi saat usia 60 atau 70an. Tumor – tumor ini biasanya
terletak suprasella, tetapi kadang – kadang juga dapat terdapat di intersella. Gejala
dan tanda bervariasi sesuai usia pasien dan letak pasti serta kecepatan pertumbuhan
tumor. Bila tumor terletak di suprasella akan tampak jelas defek lapangan pandang
traktus atau kiasma yang asimetrik. Kraniofaringioma menyebabkan kompresi pada
bagian superior dan posterior dari kiasma yang mempengaruhi superior nasal fiber.
Kraniofaringioma ini menyebabkan gangguan lapangan penglihatan pada kuadran
temporal inferior dan bisa progresif menjadi hemianopia bitemporal lengkap.9
Gejala
Keluhan yang biasa di rasakan oleh pasien gangguan penglihatan pada kedua
mata dengan hemianopia bitemporal tanpa adanya kelumpuhan otot ekstraokuler
(biasanya diplopia horizontal atau vertikal atau pemisahan dari gambar). Gejala
timbul karena ketidakmampuan pasien untuk memadukan gambar, seperti unsur
lapangan pandang yang saling tumpang tindih antara setengah lapang pandang nasal
dan setengah lapangan pandang temporal. Berkurangnya lapangan pandang pada
mata membuat dekompesasi mata menjadi strabismus dengan efek medan visual
yang disebut hemi-sliding. Setengah lapangan pandang nasal bergeser secara
horizontal dan / atau vertikal, tergantung pada strasbismus tersebut.9.
Penatalaksanaan
Tatalaksana dari hemianopia bitemporal dilakukan dengan menyingkirkan atau
mengatasi penyebab lesi pada kiasma optik.8 Pada tumor hipofisis pemeriksaan
penglihatan, khususnya dokumentasi lapangan pandang serta pemeriksaan endokrin
penting dalam penentuan panatalaksanaan tumor ini. Prolaktinoma umumnya diterapi
awal secara medis dengan agonis dopamin, seperti cabergolin, bromocriptine, atau
pergolid. Makroadenoma hipofisis lain umumnya menjalani hipofisektomi
transfenoid. Radioterapi dapat diberikan sebagai adjuvan pembedahan atau pada
penyakit kambuhan. Ketajaman penglihatan dan lapangan pandang dapat pulih secara
dramatis setelah tekanan pada kiasma dihilangkan.6,8 Untuk kraniofaringioma,
tatalaksana terdiri atas pengangkatan secara bedah selengkap mungkin pada tindakan
pertama karena operasi ulang cenderung mengenai hipotalamus, dan prognosis pasien
menjadi kurang baik. Sering digunakan radioterapi adjuvant, terutama bila
pengangkatan secara bedah tidak sempurna.9
Prognosis
Prognosis juga tergantung pada gangguan yang mendasarinya. Gangguan fungsi
penglihatan bisa membaik jika keadaan yang mendasarinya cepat didiagnosis dan di
obati.9

2.3.2 Hemianopia Homonim


Definisi
Hemianopia homonim (HH) adalah kehilangan penglihatan pada sisi yang sama
pada lapangan pandang kedua mata. Kehilangan penglihatan ini menunjukan adanya
lesi yang melibatkan jalur posterior visual kiasma (retrochiasmal) ; traktus optikus,
radiatio optik, lateral geniculate body, lobus oksipital, lobus temporal, dan lobus
parietalis.10,11
Etiopatogenesis
Penyebab hemianopia homonim tergantung pada usia pasien. Penyebab paling
umum dari hemianopia homonim pada orang dewasa adalah stroke. Sekitar 8% -10%
dari pasien stroke memiliki hemianopia homonim permanen, dan 52% -70% dari
hemianopia disebabkan oleh stroke.10
Penyebab umum lainnya dari hemianopia homonim seperti cedera otak
traumatik (14%) dan tumor (11%). Penyebab lainya yang bisa menimbulkan
hemianopia homonim adalah penyakit alzeimer, malformasi arterivenous, degenerasi
ganglion basal kortikal, epilepsi, limpoma, metastasis karsinoma hepar, multiple
sklerosis, neuromielitis optik, neurosifilis, dan prosedur neurosurgical. Hemianopia
homonim sementara dengan pemulihan spontan dapat terjadi karena migrain:
oksipital, parietal, atau kejang lobus temporal; atau transient ischemic attack..
Penyebab paling umum pada anak usia dibawah 18 tahun adalah tumor (27% -39%),
cedera otak (19% -34%), infark (11% -23%), dan pendarahan otak (7% - 11% ). 10
Hemianopia homonim adalah hilangnya setengah dari lapangan pandang pada
sisi yang sama pada kedua mata. Ini sering terjadi pada cedera otak stroke, tumor dan
trauma, yang mengenai pada bagian posterior otak. Visual gambar yang kita lihat di
sisi kanan kedua mata berjalan masuk retina dan masuk ke kiasma kemudian ke sisi
kiri otak, sementara visual gambar yang kita lihat di sisi kiri kedua mata berjalan
masuk retina dan masuk ke kiasma kemudian ke sisi kanan otak. Sehingga, cedera
otak kiri menyebabkan hilangnya penglihatan di bagian kanan setengah, atau cedera
pada otak kanan menghasilkan kehilangan penglihatan di kiri setengah dari dunia
visual dari setiap mata.10,11
Jenis-Jenis
Kerusakan unilateral dari jalur visual retrochiasmal menyebabkan hilangnya
penglihatan bilateral dan mempengaruhi lapangan pandang kontralateral. Hilangnya
penglihatan pada garis tengah vertikal dari lapangan pandang. Ini harus dibedakan
dari hilangnya lapangan pandang karena glaukoma, yang tidak tepat garis tengah
vertikal melainkan pada garis tengah horisontal. Lokasi yang paling umum dari lesi
yang mengakibatkan hemianopia homonim adalah lobus oksipital (45%), diikuti oleh
kerusakan radiatio optik (32%). Sisanya disebabkan oleh lesi pada saluran optik
(10%), lateral yang geniculate nucleus ( LGN) (1,3%), atau kombinasi dari beberapa
daerah (11%).
a. Hemianopia homonim lengkap (complete) berarti setengah dari lapangan
pandang terganggu dari kedua mata karena adanya lesi pada posterior kiasma. 10
Gambar 7. Hemianopia Homonim Lengkap Kanan
b. Hemianopia homonim tidak lengkap (incomplete) tergantung lesi dan jenis
cedera pada sisi yang terkena dan dapat diklasifikasikan sebagai inkonguren dan
kongruen. Kongruen berarti gangguan lapangan pandang sama antara dua mata
dimana lesi biasa terjadi pada lobus oksipitalis, sedangkan inkongruen gangguan
lapangan pandang yang berbeda antara dua mata dengan lesi biasa pada traktus
optikus. 10

Gambar 8. Hemianopia homonim kongruen kiri dan hemianopia homonim


inkongruen kiri
c. Kuadratanopia, kerusakan pada LGN akan sering mengakibatkan satu atau lebih
gangguan lapangan pandang, karena bagian dorsal dari LGN mengandung serat
dari daerah makula, bagian lateral merupakan lapangan pandang bagian superior,
dan bagian medial mewakili lapangan pandang inferior. Lesi lobus temporal
cenderung melibatkan lapangan pandang kuadran superior. Sebaliknya, lesi
parietal lebih cenderung menyebabkan gangguan lapangan pandang inferior
dengan perbatasan superior. Lesi pada bagian atas gyrus cuneus atau dibawah
gyrus lingual mengakibatkan kuadratanopia inferior atau superior.10

Gambar 9. Kuadranopia Superior Kanan


d. Hemianopia homonim dengan macular sparing umumnya ditemukan dengan lesi
lobus oksipital, namun bisa juga terjadi karena lesi dari radiatio optik atau traktus
optikus. Hemianopia homonim sendiri umumnya tidak mempengaruhi ketajaman
visual. Jika ketajaman visual berkurang, lesi yang menyertainya melibatkan jalur
visual anterior harus dicurigai.10

Gambar 10. Hemianopia Homonim Kiri dengan Macular Sparing

Gejala Klinik
Gejala hemianopia homonim melibatkan ketidakmampuan untuk melihat benda-
benda di setengah dari lapangan pandang dari salah satu atau kedua mata, penurunan
lap pangan mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengemudi, membaca, atau
menavigasi, kehilangan kepercayaan diri dan ketidakmampuan untuk menikmati
kegiatan rekreasi yang memiliki implikasi emosional dan sosial. Ketidakmampuan ini
membuat batasan dalam bekerja dan meningkatkan risiko depresi. Penderita memiliki
kemampuan membaca yang buruk karena berkurangnya lapang pandang, gerakan
mata yang buruk, atau kesulitan persepsi. Untuk membaca efisien, mereka harus
mampu melihat tiga ke empat huruf ke kiri dan tujuh sampai 11 huruf ke kanan.
Hemianopia dapat menyebabkan kesulitan mengevaluasi lingkungan. Hal ini dapat
mengakibatkan disorientasi, kesulitan menyeberang jalan lalu lintas, menabrak
benda, ketidakmampuan untuk mendeteksi bahaya, dan peningkatan risiko jatuh.10,12
Penatalaksanaan
Manajemen pasien harus melibatkan pendekatan multidisiplin. Vision training
dan rehabilitasi penurunan visus dapat memperbaiki kekurangan visual khusus seperti
mobilitas atau masalah dalam membaca. Terapi okupasi dapat membantu menavigasi
pasien dalam kehidupan sehari-hari. Rehabilitasi psikologis serta dukungan sosial
juga penting dalam penyesuaian dan meningkatkan kualitas hidup. Pengobatan
tergantung pada kebutuhan pasien, pengobatan gangguan lapangan pandang dapat
mencakup koreksi dengan menggunakan prisma untuk memperluas lapangan
pandang yang tersisa, pelatihan kompensasi untuk meningkatkan kemampuan
pencarian visual, dan terapi restorasi untuk memperbaiki penglihatan itu. 10,12
Tujuan pengobatan prisma adalah untuk memperluas lapangan pandang yang
utuh. Dengan bantuan prisma, gambar yang biasanya jatuh pada hemianopia retina
dialihkan sehingga gambar menjadi terlihat oleh bagian retina. Segmen perifer prisma
ditempatkan diatas dan dibawah garis pandang sehingga meningkatkan lapangan
pandang dan dapat digunakan untuk mencegah diplopia. 40 dioptri segmen prisma
diletakan secara unilateral pada bagian atas dan bawah lensa sehingga memberikan
perluasan lapangan pandang sebanyak 20°, atau 57 dioptri prisma dapat dipasang
secara permanen pada bagian atas dan bawah lensa yang memberikan perluasan
lapangan pandang sebanyak 30°. 10
Prisma oblik memiliki keuntungan dibandingkan prisma horisontal karena
prisma oblik memungkinkan perluasan lapangan pandang sentral. Sama dengan
prisma horisontal, dua segmen prisma tempatkan secara terpisah dengan jarak 9 mm
di atas dan di bawah garis pandang. Prisma atas ditempatkan pada lensa yang sesuai
dengan sisi hemianopia dengan dasar dan bawah pada sudut 30 °. Prisma bawah
ditempatkan dengan dasar dan sudut 30 °. Menggunakan prisma 40 dioptri prisma
oblik Fresnel telah meningkatkan respon baik.10
Kesulitan menggunakan prisma seperti turun tangga, silau, dan ketidakmampuan
untuk membaca dengan prisma. Selain itu, kualitas optik person prisma memburuk
dari waktu ke waktu. Prisma sementara harus diganti setiap 3-4 bulan. Prisma
permanen dengan kualitas optik yang lebih baik digunakan jika memakai jangka
waktu yang diinginkan. 10,11
Pelatihan kompensasi dapat meningkatkan gerakan mata dan kepala dan
membantu pasien menggunakan sisa penglihatan lebih efisien untuk melakukan tugas
yang diinginkan. Pelatihan harus mencakup kegiatan yang meningkatkan
keterampilan penglihatan, meningkatkan jumlah dan amplitudo saccades pada
lapangan pandang yang terganggu , dan mengembangkan pola yang lebih terorganisir
pada gerakan mata. Selain itu, strategi untuk memperbaiki gangguan visual seperti
meningkatkan kemampuan membaca atau kemampuan pencarian visual. 10,12
Salah satu metode pelatihan kompensasi dimulai dengan pelatihan menggunakan
lampu berwarna sepanjang bidang horizontal. Sistem ini mengharuskan pasien untuk
menggunakan gerakan kepala dan mata. Latihan menjadi lebih kompleks, sehingga
pasien bisa melakukan pola pencarian yang sistematis dan akurat. Pelatihan ini dapat
meningkatkan kemampuan membaca dengan mengurangi kesalahan dan
meningkatkan kecepatan membaca.10,12
Vision Restorative Training (VRT) bertujuan untuk mendapatkan kembali fungsi
penglihatan pada gangguan lapangan panang. Pelatihan berbasis rumah di mana
cahaya suprathreshold disajikan pada daerah- daerah yang berbatasan dengan
gangguan lapangan pandang. Pelatihan dilakukan minimal 1 jam setiap hari selama 6
bulan. 11
Rehabilitasi yang ideal seharusnya efektif, mudah digunakan, ringan, dan murah.
Mengingat kriteria ini, kompensasi optik dan pelatihan kompensasi adalah pilihan
yang layak. Namun, biaya dan manfaat relative kecil dari VRT membuat pilihan ini
kurang praktis. Sebagian besar pelatihan kompensasi dapat dilakukan di rumah
dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Ini memiliki keuntungan menjadi
lebih hemat biaya. 10 ,12
Prognosis
Pemulihan hemianopia homonim tergantung pada penyebab yang mendasari dan
tingkat keparahan cedera pada lobus oksipital. Pemulihan buruk jika penyebabnya
adalah stroke. 12
Pemulihan hemianopia homonim penting dalam edukasi pasien serta dalam
menilai hasil rehabilitasi. Sekitar 17% -19% dari pasien pasca stroke dengan
hemianopia homonim lengkap pemulihan lengkap dalam waktu 1 bulan. Dalam
sebuah studi yang berbeda melaporkan bahwa 55% dari pasien hemianopia homonim
memiliki perbaikan pada lapangan pandang dalam bulan pertama. Prognosis tidak
berbeda secara signifikan untuk berbagai penyebab kerusakan. Penurunan pemulihan
dengan meningkatnya waktu cedera, dan sebagian besar peningkatan terjadi dalam 2
bulan pertama. Pemulihan tidak mungkin setelah waktu 6 bulan kecuali penyebab
dasarnya diatasi. 10
Pemulihan spontan pada anak-anak dilaporkan sama dengan yang ditemukan
pada orang dewasa. Selain itu, anak-anak dapat beradaptasi dengan hemianopia
homonim dengan mengembangkan exotropia ipsilateral atau kompensasi kepala
berpaling pada gangguan lapangan pandang. Exotropia dengan mata menyimpang ke
arah sisi hemianopia dapat memperluas lapangan pandang. Namun, pada orang
dewasa tidak mengembangkan adaptasi ini, tapi pasien dengan exotropia bawaan
dengan hemianopia homonim ipsilateral ketika dewasa dapat bermanfaat. 10,12
BAB III
KESIMPULAN

Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat
tiga jenis lapangan pandang yaitu lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas
dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan
lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja. Pemeriksaan
lapang pandang diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit tertentu ataupun untuk
menilai progresivitas penyakit tertentu. Lapangan pandang tiap mata dapat memperlihatkan
bentuk yang khas untuk tiap lesi pada jalur penglihatan mulai dari nervus optikus, kiasma optik,
traktus optikus, lateral geniculate body, radiatio optik, dan korteks visual. Bentuk sederhana
daripada kelainan lapang pandang adalah bila terdapat kelainan pada prekiasma, kiasma, dan
retrokiasma. Pada defek monokular prekiasma maka akan terlihat kelaianan pada kedua mata.
Kelaianan kiasma akan memberikan kelainan nonhomonim sedangkan pada retrokiasma bersifat
homonim.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Yulianti SE. Ilmu Penyakit Mata. Edisi V. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2015. Hal. 40, 275-276
2. Syauqie M, Putri SHM. Development of Binocular Vision. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 3
(1). 2014. Hal. 8-14.
3. Bekerman I, Gottlieb P, Vaiman M. Variations in eyeball diameters of the healthy adults. J
Ophthalmol. 2014;2014:503645. doi: 10.1155/2014/503645. Epub 2014 Nov 5. PMID:
25431659; PMCID: PMC4238270
4. Edwar,Lukman. Nora, Rina., Widyawati S. Struktur Pembungkus Bola Mata. Dalam: Sitorus
RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP, editor. Buku ajar oftamologi. Edisi 1. Jakarta: Pusat
penerbitan departemen ilmu kesehatan mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2017.
5. Khurana AK. Comprehensive Opthalmology. 6th Ed. New Delhi : Jaypee Brothers Medial
Publishers; 2015. Pp. 38-42, 50-54.
6. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinik Dasar. Dian Rakyat. Jakarta. 2010. Hal. 116-121
7. Banich, M. T., & Compton, R. J. (2018). Cognitive Neuroscience. Cambridge, United
Kingdom: Cambridge University Press
8. Lumbatobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2012. Hal. 25-30.
9. Peli E, Satgunam P. Bitemporal Hemianopia : Its Unique Binocular Complexities and a
Novel Remedy. Ophthamic and Physiological Optics. The Journal of The College of
Optometrists. Vol 34. 2014. p. 233-242
10. Goodwin D. Homonymous Hemianopia : Challenges and Solution. Dove Medical Press
Limited. Vol. 8. 2014. p. 1919-1927
11. Mitcell J, Yancy A, Loius LS, Rosberger DF. Reversible Hyperglicemic Homonymous
Hemianopia. Case Report Presbyterian Hospital Newyork. Journal of The National Medical
Association. Vol. 10 (4). April 2009. p. 373- 376
12. Peres C, Chidiron S. Rehabilitation of Homonymous Hemianopia ; Insight Into Blind
Fronties in Integrative Neuroscience. Vol. 8 (82). October 2014. p. 1-12

You might also like