Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Andi Husnul Hanifah
C014192034
Residen Pembimbing:
Supervisor Pembimbing :
Dr. dr. Habibah S. Muhiddin, Sp. M,(K)
Mengetahui,
Residen Pembimbing
Supervisor Pembimbing
Contents
HALAMAN JUDUL.......................................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
DISKUSI KASUS.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
Sekertariat: RS UNIVERSITAS HASANUDDIN Lt. IV
Jl. Perintis Kemerdekaan KM 11-Tamalanrea Makassar-Indonesia 90245
Telp/Fax: 586078 Email: mataunhas@yahoo.com
Keluhan Utama : keluhan kedua lapang pandang mata bagian luar kabur
Anamnesa : Pasien rujukan dari JEC Orbita dengan keluhan kedua lapang pandang mata
bagian luar kabur. keluhan dirasakan sejak 6 bulan lalu dan semakin memburuk. nyeri kepala (-),
mual dan muntah (-), riwayat trauma(-), riwayat HT(-), DM(-), riwayat kaca mata(-), riwayat
pemakaian KB suntik 3 bulan lalu, riwayat, riwayat haid tidak teratur sebelum menikah, riwayat
pwnyakit lain (-), riwayat pengobatan (-).
STATUS
OD PRESENT
OS
20/100 f 20/80 f
VISUS
19 19
NCT
Intak KEDUDUKAN Intak
BOLA MATA
Edema (-) Edema (-)
PALPEBRA
Hiperemis tidak ada Hiperemis tidak ada
KONJUNGTIVA
Jernih Jernih
KORNEA
VH4 VH4
BMD
Cokelat Cokelat
IRIS
Bulat, R.Cahaya (-), R.Cahaya Tidak Bulat, R.Cahaya (+), R.Cahaya Tidak
PUPIL
Langsung (-), APD (+) Langsung (+), APD (+)
Jernih Jernih
LENSA
Jernih KORPUS Jernih
VITREUS
refleks fundus (+), papil N.II bulat batas refleks fundus (+), papil N.II bulat
tegas , A/V 2/3, makula refleks fovea Funduskopi batas tegas , A/V 2/3, makula refleks
(+), retina perifer kesan normal fovea (+), retina perifer kesan normal
GBM
0 0
0 0 0 0
0 0 0
0 0 0
0
0
0
Hischberg test : 0
Cover Test : tidak dilakukan
Krimsky : tidak dilakukan
APCT (Alternate Prism Cover Test) : tidak dilakukan
Sensorik
Penunjang Lainnya :
Konfrontasi :
OD : hemianopia temporal
OS : hemianopia temporal
Humprey: Bitemporal hemianopia
Hasil MRI, Kesan: Gambaran Macroadenoma Pituitary berukuran +/- 2.92 x
2.58 x 4.02 cm pada sella yang meluas ke suprasella hingga ke cornu anterior
ventrikel lateralis kiri, serta mendesak sinus cavernosus, chiasma opticum, dan
a.cerebri anterior segmen A1 bilateral
Lapangan pandang merupakan perluasan perifer dari dunia visual. Tranquair mengatakan
bahwa lapangan pandang bagaikan sebuah pulau penglihatan ( island of vision ) di lautan yang
gelap, dimana pulau tersebut merupakan lapangan pandang dan lautan gelap merupakan daerah
sekililing yang tidak dapat dilihat.2 Lapangan pandang sendiri juga dibagaikan sebuah bukit,
dimana ketajaman penglihatan yang terbaik berada di fovea atau puncak bukit dan menurun
secara progresif ke perifer. Pada orang normal, lapangan pandang meluas hingga sekitar 50° ke
arah superior, 60° ke arah nasal, 70° ke arah inferior, dan 50° ke arah temporal. Di sisi temporal
lapang pandang terletak bintik buta antara 10° dan 20°. 1
Pada kelainan lapangan pandang, dapat terjadi penyempitan dari batas lapangan pandang
tersebut atau adanya bintik buta di berbagai macam daerah di lapangan pandang. Oleh karena
kelaianan lapangan pandang yang besar sekalipun dapat saja tidak jelas bagi pasien, pemeriksaan
lapangan pandang sebaiknya dilakukan pada setiap pemeriksaan oftalmologis. Hasil dari
pemeriksaan lapangan pandang dapat membantu diagnosis penyebabnya.1
Terdapat berbagai macam metode pemeriksaan lapangan pandang, dari yang sederhana
hingga kompleks dan membutuhkan alat khusus. Antara lain pemeriksaan lapangan pandang
yang sering digunakan adalah : tes konfrontasi, perimetri, dan kisi – kisi Amsler. Pemilihan
metode pemeriksaan lapangan pandang dapat disesuaikan kebutuhan. Pemeriksaan –
pemeriksaan tersebut tidak ada yang menimbulkan nyeri dan tidak memiliki risiko. 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI MATA
Mata manusia adalah organ seperti bola dengan struktur spheroidal yang
mengandung reseptor indera untuk penglihatan yang mendeteksi cahaya dan mengirimkan sinyal
di sepanjang saraf optik ke otak. Merupakan salah satu organ tubuh yang paling kompleks, mata
terdiri dari beberapa bagian dan masing-masing bagian berkontribusi pada kemampuan melihat.
Ukuran mata manusia dewasa kira-kira 24,2 mm (melintang) × 23,7 mm (sagital) × 22,0- 24,8
mm (aksial) tanpa perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan kelompok usia. Pada
diameter transversal, ukuran bola mata dapat bervariasi dari 21 mm hingga 27 mm.3
Gejala Klinik
Gejala hemianopia homonim melibatkan ketidakmampuan untuk melihat benda-
benda di setengah dari lapangan pandang dari salah satu atau kedua mata, penurunan
lap pangan mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengemudi, membaca, atau
menavigasi, kehilangan kepercayaan diri dan ketidakmampuan untuk menikmati
kegiatan rekreasi yang memiliki implikasi emosional dan sosial. Ketidakmampuan ini
membuat batasan dalam bekerja dan meningkatkan risiko depresi. Penderita memiliki
kemampuan membaca yang buruk karena berkurangnya lapang pandang, gerakan
mata yang buruk, atau kesulitan persepsi. Untuk membaca efisien, mereka harus
mampu melihat tiga ke empat huruf ke kiri dan tujuh sampai 11 huruf ke kanan.
Hemianopia dapat menyebabkan kesulitan mengevaluasi lingkungan. Hal ini dapat
mengakibatkan disorientasi, kesulitan menyeberang jalan lalu lintas, menabrak
benda, ketidakmampuan untuk mendeteksi bahaya, dan peningkatan risiko jatuh.10,12
Penatalaksanaan
Manajemen pasien harus melibatkan pendekatan multidisiplin. Vision training
dan rehabilitasi penurunan visus dapat memperbaiki kekurangan visual khusus seperti
mobilitas atau masalah dalam membaca. Terapi okupasi dapat membantu menavigasi
pasien dalam kehidupan sehari-hari. Rehabilitasi psikologis serta dukungan sosial
juga penting dalam penyesuaian dan meningkatkan kualitas hidup. Pengobatan
tergantung pada kebutuhan pasien, pengobatan gangguan lapangan pandang dapat
mencakup koreksi dengan menggunakan prisma untuk memperluas lapangan
pandang yang tersisa, pelatihan kompensasi untuk meningkatkan kemampuan
pencarian visual, dan terapi restorasi untuk memperbaiki penglihatan itu. 10,12
Tujuan pengobatan prisma adalah untuk memperluas lapangan pandang yang
utuh. Dengan bantuan prisma, gambar yang biasanya jatuh pada hemianopia retina
dialihkan sehingga gambar menjadi terlihat oleh bagian retina. Segmen perifer prisma
ditempatkan diatas dan dibawah garis pandang sehingga meningkatkan lapangan
pandang dan dapat digunakan untuk mencegah diplopia. 40 dioptri segmen prisma
diletakan secara unilateral pada bagian atas dan bawah lensa sehingga memberikan
perluasan lapangan pandang sebanyak 20°, atau 57 dioptri prisma dapat dipasang
secara permanen pada bagian atas dan bawah lensa yang memberikan perluasan
lapangan pandang sebanyak 30°. 10
Prisma oblik memiliki keuntungan dibandingkan prisma horisontal karena
prisma oblik memungkinkan perluasan lapangan pandang sentral. Sama dengan
prisma horisontal, dua segmen prisma tempatkan secara terpisah dengan jarak 9 mm
di atas dan di bawah garis pandang. Prisma atas ditempatkan pada lensa yang sesuai
dengan sisi hemianopia dengan dasar dan bawah pada sudut 30 °. Prisma bawah
ditempatkan dengan dasar dan sudut 30 °. Menggunakan prisma 40 dioptri prisma
oblik Fresnel telah meningkatkan respon baik.10
Kesulitan menggunakan prisma seperti turun tangga, silau, dan ketidakmampuan
untuk membaca dengan prisma. Selain itu, kualitas optik person prisma memburuk
dari waktu ke waktu. Prisma sementara harus diganti setiap 3-4 bulan. Prisma
permanen dengan kualitas optik yang lebih baik digunakan jika memakai jangka
waktu yang diinginkan. 10,11
Pelatihan kompensasi dapat meningkatkan gerakan mata dan kepala dan
membantu pasien menggunakan sisa penglihatan lebih efisien untuk melakukan tugas
yang diinginkan. Pelatihan harus mencakup kegiatan yang meningkatkan
keterampilan penglihatan, meningkatkan jumlah dan amplitudo saccades pada
lapangan pandang yang terganggu , dan mengembangkan pola yang lebih terorganisir
pada gerakan mata. Selain itu, strategi untuk memperbaiki gangguan visual seperti
meningkatkan kemampuan membaca atau kemampuan pencarian visual. 10,12
Salah satu metode pelatihan kompensasi dimulai dengan pelatihan menggunakan
lampu berwarna sepanjang bidang horizontal. Sistem ini mengharuskan pasien untuk
menggunakan gerakan kepala dan mata. Latihan menjadi lebih kompleks, sehingga
pasien bisa melakukan pola pencarian yang sistematis dan akurat. Pelatihan ini dapat
meningkatkan kemampuan membaca dengan mengurangi kesalahan dan
meningkatkan kecepatan membaca.10,12
Vision Restorative Training (VRT) bertujuan untuk mendapatkan kembali fungsi
penglihatan pada gangguan lapangan panang. Pelatihan berbasis rumah di mana
cahaya suprathreshold disajikan pada daerah- daerah yang berbatasan dengan
gangguan lapangan pandang. Pelatihan dilakukan minimal 1 jam setiap hari selama 6
bulan. 11
Rehabilitasi yang ideal seharusnya efektif, mudah digunakan, ringan, dan murah.
Mengingat kriteria ini, kompensasi optik dan pelatihan kompensasi adalah pilihan
yang layak. Namun, biaya dan manfaat relative kecil dari VRT membuat pilihan ini
kurang praktis. Sebagian besar pelatihan kompensasi dapat dilakukan di rumah
dengan menggunakan perangkat lunak komputer. Ini memiliki keuntungan menjadi
lebih hemat biaya. 10 ,12
Prognosis
Pemulihan hemianopia homonim tergantung pada penyebab yang mendasari dan
tingkat keparahan cedera pada lobus oksipital. Pemulihan buruk jika penyebabnya
adalah stroke. 12
Pemulihan hemianopia homonim penting dalam edukasi pasien serta dalam
menilai hasil rehabilitasi. Sekitar 17% -19% dari pasien pasca stroke dengan
hemianopia homonim lengkap pemulihan lengkap dalam waktu 1 bulan. Dalam
sebuah studi yang berbeda melaporkan bahwa 55% dari pasien hemianopia homonim
memiliki perbaikan pada lapangan pandang dalam bulan pertama. Prognosis tidak
berbeda secara signifikan untuk berbagai penyebab kerusakan. Penurunan pemulihan
dengan meningkatnya waktu cedera, dan sebagian besar peningkatan terjadi dalam 2
bulan pertama. Pemulihan tidak mungkin setelah waktu 6 bulan kecuali penyebab
dasarnya diatasi. 10
Pemulihan spontan pada anak-anak dilaporkan sama dengan yang ditemukan
pada orang dewasa. Selain itu, anak-anak dapat beradaptasi dengan hemianopia
homonim dengan mengembangkan exotropia ipsilateral atau kompensasi kepala
berpaling pada gangguan lapangan pandang. Exotropia dengan mata menyimpang ke
arah sisi hemianopia dapat memperluas lapangan pandang. Namun, pada orang
dewasa tidak mengembangkan adaptasi ini, tapi pasien dengan exotropia bawaan
dengan hemianopia homonim ipsilateral ketika dewasa dapat bermanfaat. 10,12
BAB III
KESIMPULAN
Lapangan pandang mata adalah luas lapangan penglihatan seorang individu. Terdapat
tiga jenis lapangan pandang yaitu lapangan makular yaitu lapangan pandang yang paling jelas
dilihat oleh kedua mata, lapangan binokular yang dilihat oleh kedua mata secara umumnya dan
lapangan monokular yaitu kawasan yang bisa dilihat oleh salah satu mata saja. Pemeriksaan
lapang pandang diperlukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit tertentu ataupun untuk
menilai progresivitas penyakit tertentu. Lapangan pandang tiap mata dapat memperlihatkan
bentuk yang khas untuk tiap lesi pada jalur penglihatan mulai dari nervus optikus, kiasma optik,
traktus optikus, lateral geniculate body, radiatio optik, dan korteks visual. Bentuk sederhana
daripada kelainan lapang pandang adalah bila terdapat kelainan pada prekiasma, kiasma, dan
retrokiasma. Pada defek monokular prekiasma maka akan terlihat kelaianan pada kedua mata.
Kelaianan kiasma akan memberikan kelainan nonhomonim sedangkan pada retrokiasma bersifat
homonim.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SE. Ilmu Penyakit Mata. Edisi V. Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2015. Hal. 40, 275-276
2. Syauqie M, Putri SHM. Development of Binocular Vision. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 3
(1). 2014. Hal. 8-14.
3. Bekerman I, Gottlieb P, Vaiman M. Variations in eyeball diameters of the healthy adults. J
Ophthalmol. 2014;2014:503645. doi: 10.1155/2014/503645. Epub 2014 Nov 5. PMID:
25431659; PMCID: PMC4238270
4. Edwar,Lukman. Nora, Rina., Widyawati S. Struktur Pembungkus Bola Mata. Dalam: Sitorus
RS, Sitompul R, Widyawati S, Bani AP, editor. Buku ajar oftamologi. Edisi 1. Jakarta: Pusat
penerbitan departemen ilmu kesehatan mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2017.
5. Khurana AK. Comprehensive Opthalmology. 6th Ed. New Delhi : Jaypee Brothers Medial
Publishers; 2015. Pp. 38-42, 50-54.
6. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinik Dasar. Dian Rakyat. Jakarta. 2010. Hal. 116-121
7. Banich, M. T., & Compton, R. J. (2018). Cognitive Neuroscience. Cambridge, United
Kingdom: Cambridge University Press
8. Lumbatobing. Neurologi Klinik Pemeriksaan Fisik dan Mental. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2012. Hal. 25-30.
9. Peli E, Satgunam P. Bitemporal Hemianopia : Its Unique Binocular Complexities and a
Novel Remedy. Ophthamic and Physiological Optics. The Journal of The College of
Optometrists. Vol 34. 2014. p. 233-242
10. Goodwin D. Homonymous Hemianopia : Challenges and Solution. Dove Medical Press
Limited. Vol. 8. 2014. p. 1919-1927
11. Mitcell J, Yancy A, Loius LS, Rosberger DF. Reversible Hyperglicemic Homonymous
Hemianopia. Case Report Presbyterian Hospital Newyork. Journal of The National Medical
Association. Vol. 10 (4). April 2009. p. 373- 376
12. Peres C, Chidiron S. Rehabilitation of Homonymous Hemianopia ; Insight Into Blind
Fronties in Integrative Neuroscience. Vol. 8 (82). October 2014. p. 1-12