You are on page 1of 16

CASE REPORT SESSION

Abrasio Cornea

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Dokter (P3d)


SMF Ilmu Penyakit Mata

Disusun oleh :
Agli Adhitya Anugrah Putra 12100112051
Vivi Herlianty Mamonto 12100110057

Preceptor :
Maryono, dr., Sp.M.

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
RS AL-IHSAN BANDUNG
2012
BAB I

LAPORAN STATUS PASIEN

1.1 Keterangan Umum

Nama : Tn. G

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 37 tahun

Alamat : Majalaya

Pekerjaan : pekerja bengkel las

Tanggal pemeriksaan : Senin, 18 desember 2012

1.2 Anamnesa

Keluhan utama : Sakit mata

Pasien mengeluhkan sakit mata yang terjadi sejak 1 hari sejak masuk rumah sakit pada

mata kiri. Sakit mata terjadi akibat terkena percikan api saat sedang bekerja. Awalnya

terasa sakit namun lama kelamaan sakitnya hilang. Saat menutup matanya pasien merasa

sakit namun ketika membuka matanya tidak sakit. Pada saat diberikan obat mata terasa

lebih baik.

Sakit mata disertai dengan mata berair dan mata yang merah. Mata masih berair dan

merah sampai di rumah sakit. Pasien juga merasa tidak enak apabila terkena cahaya.

Ketika melihat kedepan seperti terdapat bayangan.

Sakit mata tidak disertai dengan pembengkakan pada mata atau daerah sekitar mata.

Tidak terdapat penurunan lapang pandang.

Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya pada usia 22 tahun pada mata

kiri. Mata pasien dirasakan sakit sampai 3 hari, setelah itu tidak sakit. Gejala yang
dialami saat ini dan waktu dahulu sama. Tidak terdapat riwayat alergi, kencing manis

ataupun hipertensi.

1.3 Pemeriksaan

Status Generalis

- Kesadaran : Komposmentis

- Keadaan umum : Sakit ringan

- Tanda vital : Dalam batas normal

Status Ophtalmologi

A. Visus

Okular Dekstra : 6/10

Okular Sinistra : 10/10

B. Inspeksi Eksternal

Keterangan OD OS

“Muscle Balance” Orthoporia Orthoporia

Gerakan Bola Mata

Duksi, Versi Baik Duksi, Versi Baik

Silia Trikhiasis (-) Trikhiasis (-)

Palpebra Superior Tenang merah

Palpebra Inferior Tenang merah


Aparatus Lakrimalis Lakrimasi normal Peningkatan lakrimasi

Konjunctiva tarsalis sup. Tenang merah

Konjunctiva tarsalis inf. Tenang merah

Konjunctiva Bulbi Tenang merah

Kornea Tenang Terdapat foreign body

Bilik Mata Depan Normal Normal

Pupil Bulat, regular, d=4mm Bulat regular, d=3mm

Refleks + Refleks +

Iris Lensa Coklat, jernih Coklat, jernih

Refleks Fundus + +

C. Palpasi

OD OS

Tekanan Intra Okular normal normal

1.4 Resume

Pasien mengeluhkan sakit mata yang terjadi sejak 1 hari sejak masuk rumah sakit pada

mata kiri. Sakit mata terjadi akibat terkena percikan api saat sedang bekerja. Awalnya

terasa sakit namun lama kelamaan sakitnya hilang. Saat menutup matanya pasien merasa

sakit Pada saat diberikan obat mata terasa lebih baik. Sakit mata disertai dengan mata

berair dan mata yang merah. Pasien juga merasa tidak enak apabila terkena cahaya.

Ketika melihat kedepan seperti terdapat bayangan. Pasien pernah mengalami hal yang

sama sebelumnya pada usia 22 tahun pada mata kiri.


Pada pemeriksaan opthalmologi pada pasien, didapat :

 visus kanan 6/10 dan kiri 10/10.

 konjunctiva kemerahan

 Foreign body pada kornea

1.5 Diagnosis Kerja

Abrasio corne e.c trauma

1.6 Usulan Pemeriksaan

 Pemeriksaan pembiasan  untuk resep kacamata

 funduscopy

1.7 Tatalaksana

1. Umum

- tutup mata

- Lakukan pemeriksaan refraksi mata kembali 6 bulan kemudian

- Edukasi dan konseling mengenai penyakit pasien

2. Khusus

- pemberian antibiotic pada mata

1.8 Prognosis

- Quo ad vitam : ad bonam

- Quo ad functionam : ad bonam

BAB II
PEMBAHASAN

Berikut ini adalah mengenai masalah pada kasus pasien tersebut :

Apakah dasar dan bukti klinis penegakkan diagnosis pada pasien ini sehingga didiagnosis

sebagai abrasion cornea ?

Penegakkan diagnosia didasarkan dari hasil anamnesa dan bukti klinis pada pemeriksaan

fisik.

Anamnesa menunjukkan :

- Pasien mengalami sakit pada mata kiri

- Terdapat kemerahan

- Sakit saat melihat kearah samping

- Berair

- Riwayat terkena percikkan api

- Tidak enak ketika terkena cahaya

Pemeriksaan menunjukkan :

- Visus OD = 6/10 ; OS = 10/10

- Pupil : OD = d:4mm dan OS = d:3mm

- Terdapat foreign body pada cornea

- Kemerahan pada konjunctiva

Berdasarkan data-data tersebut, maka pasien ini didiagnosis sebagai abrasion kornea

e.c trauma

BAB III
KAJIAN PUSTAKA

3.1 Anatomi Kornea

Kornea merupakan daerah sirkular pada bagian anterior dari lapisan fibrosa

paling luar dari bola mata. Kornea sendiri sangat bertanggung jawab untuk

refraksi dari cahaya yang masuk kedalam mata. Warna kornea transparent, terdiri

dari susunan rapih dari kolagen fiber dan kering. Kornea sensitive terhadap

sentuhan. Struktur ini di persyarafi oleh ophthalmic nerve (CN V1). Kornea tidak

memiliki vaskularisasi. Nutrisi diterima dari kapiler pada periferalnya, aqueous

humor dan cairan lakrimal.1 Pada bagian superficial kornea mendapatkan suplai

oksigen dari atmosphere. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana

40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea. 2 Diameter kornea sekitar

12 mm pada arah transversal dimana sedikit lebar daripada arah vertikal 10,6 mm.

Kornea memiliki tebal 0,6-1,0 mm. Batas kornea dan sklera disebut limbus.

Kornea sendiri memiliki lima lapisan, yang terdiri dari, epitel, membrane

bowman, stroma, membrane descement dan endotel.3 Gambar kornea dapat dilihat

pada gambar 4.1.


Gambar 4.1 Anatomi Mata

3.2 Histologi Kornea

Kornea merupakan bagian yag tidak berwarna dan transparan. Pada potongan

transversal kornea menunjukan terdiri dari lima lapisan, yaitu epitel, membrane

bowman, stroma, membrane descement, dan endotel. Epitel dari kornea

merupakan epitel berlapis gepeng dan tidak berkeratin dan terdiri dari lima atau

enam lapisan sel. Pada bagian basal dari epitel memiliki banyak gambaran mitosis

yang bertanggung jawab atas regenasi dari kornea. Regenerasi dari sel ini kurang

lebih sekitar 7 hari. Permukaan sel kornea menunjukan mikrovili yang menonjol

kedalam ruang yang diisi oleh cairan airmata pda precorneal. Jaringan epitel ini

dilapisi oleh lipid dan glikoprotein yang merupakan lapisan yang menjaganya

dengan tebal kurang lebih 7 µm. kornea memiliki satu dari saraf sensori yang

paling kaya yang mensuplai setiap jaringan mata. Dibawah epitel terdapat lapisan

tebal yang homogeny dengan tebal 7-12 µm yaitu membran bowman. Lapisan ini

terdiri dari kolagen fiber yang lewat secara acak, kondensasi dari substansi
interselular dan tidak memiliki sel. Membrane bowman berkontribusi besar

terhadap stabilitas dan kekuatan kornea.

Strolma dibentuk dari berbagai lapisan kolagen yang parallel yang lewat pada

sudut satu dan yang lain. Kolagen fibril pada setiap lamella adalah parallel

setiapnya dan berjalan luas pada seluruh kornea. Diantara beberapa lapisan,

pemanjangan sitopllasma dari fibroblast berbentuk datar seperti sayap kupu-kupu,

kedua sel dan fiber dari stroma merupakan substansi kaya pada glikoprotein dan

kondroitin sulfat. Meskipun stroma tidak memiliki vaskularisasi, migrasi sel

limfoid secara normal ada pada kornea.

Membrane descement merupakan lapisan dengan tebal ( 5-10 µm) dengan

struktur homogeny yang terdiri atas filament kolaben yang halus yang terorganisir

dalam jaringan tiga dimensi. Endotel dari kornea merupakan epitel selapis gepeng.

Sel ini berfungsi dalam sekresi yang memiliki karakteristik sel untuk aktif

transport dan sintesis protein dan juga mungkin berhubungan dengan sintesis dan

menjaga membrane descement. Endotel kornea dan epitel bertanggung jawab

untuk menjaga transparansi dari korne. Kedua lapisan tersebut memiliki

kemampuan menyalurkan ion sodium ke permukan apical. Ion klorida dan air

mengikuti secara pasif, menjaga stroma kornea dalam keadaan yang relative

kurang cairan. 4 Lapisan kornea dapat dilihat pada gambar 4.2.


Gambar 4.2 Histologi Kornea
4.1 ABRASI KORNEA

4.4.1 Definisi

Abrasi Kornea, yang juga dikenal dengan jejas kornea, adalah keadaan

dimana epitel dari kornea terlepas yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul,

trauma tajam dan trauma kimia dan juga benda asing subtarsal. 5

Trauma tumpul kornea dapat menimbulkan kelainan kornea mulai dari

erosi kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian sentral, lebih-

lebih bila mengakibatkan pengurangan ketajaman penglihatan. Benda asing dan

abrasi di kornea menyebabkan nteri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata

dan kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk

mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel (abrasi), laserasi dan benda

asing. Abrasi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena

trauma pada bagian superfisial mata. Abrasi kornea umumnya sembuh dengan

cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata.(6,8)

4.4.2 Klasifikasi

Ada 2 kategori pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial, hanya sebatas

lapisan epitel saja dan arbrasi profunda, abrasi yang terjadi hingga pada membran

descemen tanpa disertai ruptur pada membran tersebut. Abrasi dapat diakibatkan

oleh karena benda asing, lensa kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu

dan tertusuknya mata oleh jari.(12,13)


4.4.3 Diagnosis

Pada abrasi kornea, diagnosa dapat ditegakkan dengan melakukan

anamnesis dan pemeriksaan oftamologi yang tepat. Pada anamnesis yang

didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri

pada mata, fotopobia, rasa mengganjal, blefarospasme, pengeluaran air mata

berlebihan dan visus yang menurun. Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek

yang terjadi pada lapisan epitel bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada

kasus berat, dengan edema yang berat harus diperhatikan pada lapisan membran

descemen juga. Dengan tes fluoresensi, daerah defek/abrasi dapat dilihat pada

daerah yang berwarna hijau. Misalnya pada gambar berikut : (6,9,12,13,14,15)

Dikutip dari kepustakaan (handbook) : Tampak lima lapisan kornea

4.4.4 Penatalaksanaan

Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan

salep antibiotik dan pelindung mata. Dilatasi pupil dengan siklopentolat 1% dapat

membantu menghilangkan nyeri yang disebabkan oleh spasme otot siliar. Kornea

memiliki kemampuan untuk menyembuhkan diri sendiri, dimana pengobatan

bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika abrasi yang terjadi ringan,
maka terapi yang diberikan hanyalah lumbrikasi pada mata yang sakit dan

kemudian dilakukan follow-up untuk hari berikutnya. Penyembuhan ini dapat

berlangsung selama 2 hari ataupun dalam waktu seminggu. Bagaimanapun untuk

menghindari infeksi, pemberian antibiotik dianjurkan. Namun tak lepas dari

pengobatan, seorang dokter harus tetap melakukan follow up utnuk meyakinkan

bahwa tidak terjdi inefeksi nantinya.(12)

Sebagai langkah awal, diberikan pengobatan yang berisifat siklopegi

seperti atropine 1% pada kasus yang berat, hematropine 5% pada kasus sedang

dan cyclopentolate 1% untuk pasien dengan abrasi yang ringan. Anjuran

selanjutnya yaitu pada obat topical antibiotic yang terdiri dari polytrim,

gentamycin dan tombramycin. Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total

(bed-rest) diharapkan tidak adanya pergerakkan pasien secara aktif. Apabila

pasien merasa nyeri, diberikan pengobatan topical nonsteroid anti inflamasi

(Voltaren, Acular atau Ocufen).(13)

4.4.5 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi apabila penyembuhan epitel tidak terjadi secara

baik atau minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada

daerah membrane descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi

pelepasan pada lapisan kornea hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE)

dalam beberapa bulan atau hingga beberapa tahun. (6,12,15)

4.4.6 Prognosis
Pada pengobatan topical umumnya dengan prognosis yang baik.

Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa hari. Pada

abrasi yang terjadi agak dalam dapat terjadi penyembuhan dengan jaringan

sikatriks berupa nebula, makula ataupun leukoma kornea.(7,12)


DAFTAR PUSTAKA

1. Moore K.L, cliniccaly oriented anatomy. 5th edition. Lippicot. 2006

2. Jonqueira LC. Basic Histology, 11th edition.Mcgraww-Hill’s. 2005

3. Radjamin R K T. Ilmu Penyakit Mata. Universitas Airlangga. 1984.

Surabaya

4. Vaughan, Daniel,G., Trauma : Oftamologi Umum edisi ke-14. Widya

Medika, Jakarta, 2000. Hal: 380,384.

5. James, Bruce., Trauma : Oftamologi edisi kesembilan. Erlangga,

Jakarta, 2006. Hal : 177,181,182,184.

6. Ilyas, Sidarta., Trauma Tumpul Mata : Ilmu Penyakit Mata. Sagung

Seto, Jakarta, 2002. Hal : 263-6.

7. Kanski J J. Clinical Opthalmology. 7th edition. Elsevier. 2011

8. Batterburry, Mark., Trauma : Ophthalmology. Elsevier, London, 2007.

Hal : 76,78.

9. Webb, Lennox.A., Trauma : Manual of Eye Emergencies. Butterworth

Heinemann, London, 2004. Hal : 114-6, 123-4.

10. Sumarsono, Contusio Oculi. Available at

http://www.portalkalbe/kalbe_ContusioOculi.html. Accessed on :

February 24th 2009.


11. Anonim, Corneal Abrasion in Encyclopedia of Medicine 2006.

Available at http://www.healthatoz/transform.jps.html. Accessed on :

February 24th 2009.

12. Anonim, Corneal Abrasion and Reccurent Corneal Erosions. Avalable

at http://www.yahoo.com/revoptomSECT3F.html. Accessed on :

February 24th 2009.

13. Anonim, Corneal Abrasion. Available at

http://www.emedicine.com/799316-overview.html. Accessed on :

February 25th 2009.

14. Anonim, Corneal Abrasion. Available at http://www.wikipedia.com/

corneal_abrasion.html. Accessed on : February 25th 2009.

You might also like