Professional Documents
Culture Documents
CRS Abrasi Kornea
CRS Abrasi Kornea
Abrasio Cornea
Disusun oleh :
Agli Adhitya Anugrah Putra 12100112051
Vivi Herlianty Mamonto 12100110057
Preceptor :
Maryono, dr., Sp.M.
Nama : Tn. G
Usia : 37 tahun
Alamat : Majalaya
1.2 Anamnesa
Pasien mengeluhkan sakit mata yang terjadi sejak 1 hari sejak masuk rumah sakit pada
mata kiri. Sakit mata terjadi akibat terkena percikan api saat sedang bekerja. Awalnya
terasa sakit namun lama kelamaan sakitnya hilang. Saat menutup matanya pasien merasa
sakit namun ketika membuka matanya tidak sakit. Pada saat diberikan obat mata terasa
lebih baik.
Sakit mata disertai dengan mata berair dan mata yang merah. Mata masih berair dan
merah sampai di rumah sakit. Pasien juga merasa tidak enak apabila terkena cahaya.
Sakit mata tidak disertai dengan pembengkakan pada mata atau daerah sekitar mata.
Pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya pada usia 22 tahun pada mata
kiri. Mata pasien dirasakan sakit sampai 3 hari, setelah itu tidak sakit. Gejala yang
dialami saat ini dan waktu dahulu sama. Tidak terdapat riwayat alergi, kencing manis
ataupun hipertensi.
1.3 Pemeriksaan
Status Generalis
- Kesadaran : Komposmentis
Status Ophtalmologi
A. Visus
B. Inspeksi Eksternal
Keterangan OD OS
Refleks + Refleks +
Refleks Fundus + +
C. Palpasi
OD OS
1.4 Resume
Pasien mengeluhkan sakit mata yang terjadi sejak 1 hari sejak masuk rumah sakit pada
mata kiri. Sakit mata terjadi akibat terkena percikan api saat sedang bekerja. Awalnya
terasa sakit namun lama kelamaan sakitnya hilang. Saat menutup matanya pasien merasa
sakit Pada saat diberikan obat mata terasa lebih baik. Sakit mata disertai dengan mata
berair dan mata yang merah. Pasien juga merasa tidak enak apabila terkena cahaya.
Ketika melihat kedepan seperti terdapat bayangan. Pasien pernah mengalami hal yang
konjunctiva kemerahan
funduscopy
1.7 Tatalaksana
1. Umum
- tutup mata
2. Khusus
1.8 Prognosis
BAB II
PEMBAHASAN
Apakah dasar dan bukti klinis penegakkan diagnosis pada pasien ini sehingga didiagnosis
Penegakkan diagnosia didasarkan dari hasil anamnesa dan bukti klinis pada pemeriksaan
fisik.
Anamnesa menunjukkan :
- Terdapat kemerahan
- Berair
Pemeriksaan menunjukkan :
Berdasarkan data-data tersebut, maka pasien ini didiagnosis sebagai abrasion kornea
e.c trauma
BAB III
KAJIAN PUSTAKA
Kornea merupakan daerah sirkular pada bagian anterior dari lapisan fibrosa
paling luar dari bola mata. Kornea sendiri sangat bertanggung jawab untuk
refraksi dari cahaya yang masuk kedalam mata. Warna kornea transparent, terdiri
dari susunan rapih dari kolagen fiber dan kering. Kornea sensitive terhadap
sentuhan. Struktur ini di persyarafi oleh ophthalmic nerve (CN V1). Kornea tidak
humor dan cairan lakrimal.1 Pada bagian superficial kornea mendapatkan suplai
oksigen dari atmosphere. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana
40 dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea. 2 Diameter kornea sekitar
12 mm pada arah transversal dimana sedikit lebar daripada arah vertikal 10,6 mm.
Kornea memiliki tebal 0,6-1,0 mm. Batas kornea dan sklera disebut limbus.
Kornea sendiri memiliki lima lapisan, yang terdiri dari, epitel, membrane
bowman, stroma, membrane descement dan endotel.3 Gambar kornea dapat dilihat
Kornea merupakan bagian yag tidak berwarna dan transparan. Pada potongan
transversal kornea menunjukan terdiri dari lima lapisan, yaitu epitel, membrane
merupakan epitel berlapis gepeng dan tidak berkeratin dan terdiri dari lima atau
enam lapisan sel. Pada bagian basal dari epitel memiliki banyak gambaran mitosis
yang bertanggung jawab atas regenasi dari kornea. Regenerasi dari sel ini kurang
lebih sekitar 7 hari. Permukaan sel kornea menunjukan mikrovili yang menonjol
kedalam ruang yang diisi oleh cairan airmata pda precorneal. Jaringan epitel ini
dilapisi oleh lipid dan glikoprotein yang merupakan lapisan yang menjaganya
dengan tebal kurang lebih 7 µm. kornea memiliki satu dari saraf sensori yang
paling kaya yang mensuplai setiap jaringan mata. Dibawah epitel terdapat lapisan
tebal yang homogeny dengan tebal 7-12 µm yaitu membran bowman. Lapisan ini
terdiri dari kolagen fiber yang lewat secara acak, kondensasi dari substansi
interselular dan tidak memiliki sel. Membrane bowman berkontribusi besar
Strolma dibentuk dari berbagai lapisan kolagen yang parallel yang lewat pada
sudut satu dan yang lain. Kolagen fibril pada setiap lamella adalah parallel
setiapnya dan berjalan luas pada seluruh kornea. Diantara beberapa lapisan,
kedua sel dan fiber dari stroma merupakan substansi kaya pada glikoprotein dan
struktur homogeny yang terdiri atas filament kolaben yang halus yang terorganisir
dalam jaringan tiga dimensi. Endotel dari kornea merupakan epitel selapis gepeng.
Sel ini berfungsi dalam sekresi yang memiliki karakteristik sel untuk aktif
transport dan sintesis protein dan juga mungkin berhubungan dengan sintesis dan
kemampuan menyalurkan ion sodium ke permukan apical. Ion klorida dan air
mengikuti secara pasif, menjaga stroma kornea dalam keadaan yang relative
4.4.1 Definisi
Abrasi Kornea, yang juga dikenal dengan jejas kornea, adalah keadaan
dimana epitel dari kornea terlepas yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul,
trauma tajam dan trauma kimia dan juga benda asing subtarsal. 5
erosi kornea sampai laserasi kornea. Bilamana lesi terletak dibagian sentral, lebih-
abrasi di kornea menyebabkan nteri dan iritasi yang dapat dirasakan sewaktu mata
dan kelopak digerakkan. Pada trauma tumpul mata, kornea diperiksa untuk
mencari apakah terdapat kehilangan lapisan epitel (abrasi), laserasi dan benda
asing. Abrasi kornea merupakan terkikisnya lapisan kornea (epitel) oleh karena
trauma pada bagian superfisial mata. Abrasi kornea umumnya sembuh dengan
cepat dan harus diterapi dengan salep antibiotik dan pelindung mata.(6,8)
4.4.2 Klasifikasi
Ada 2 kategori pada abrasi kornea yaitu abrasi superfisial, hanya sebatas
lapisan epitel saja dan arbrasi profunda, abrasi yang terjadi hingga pada membran
descemen tanpa disertai ruptur pada membran tersebut. Abrasi dapat diakibatkan
oleh karena benda asing, lensa kontak, pengusap pipi untuk make-up, ranting kayu
didapatkan adanya riwayat trauma tumpul dengan gejala-gejala seperti rasa nyeri
berlebihan dan visus yang menurun. Pada pemeriksaan slit lamp adanya defek
yang terjadi pada lapisan epitel bersamaan dengan adanya edema kornea. Pada
kasus berat, dengan edema yang berat harus diperhatikan pada lapisan membran
descemen juga. Dengan tes fluoresensi, daerah defek/abrasi dapat dilihat pada
4.4.4 Penatalaksanaan
Abrasi kornea umumnya sembuh dengan cepat dan harus diterapi dengan
salep antibiotik dan pelindung mata. Dilatasi pupil dengan siklopentolat 1% dapat
membantu menghilangkan nyeri yang disebabkan oleh spasme otot siliar. Kornea
bertujuan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Jika abrasi yang terjadi ringan,
maka terapi yang diberikan hanyalah lumbrikasi pada mata yang sakit dan
seperti atropine 1% pada kasus yang berat, hematropine 5% pada kasus sedang
selanjutnya yaitu pada obat topical antibiotic yang terdiri dari polytrim,
gentamycin dan tombramycin. Selain itu, pasien dianjurkan untuk istirahat total
4.4.5 Komplikasi
baik atau minimal sehingga kerusakan lapisan kornea bisa terjadi hingga pada
daerah membrane descemen. Dengan keadaan seperti itu, maka akan terjadi
pelepasan pada lapisan kornea hingga terjadi Recurrent Corneal Erosions (RCE)
4.4.6 Prognosis
Pada pengobatan topical umumnya dengan prognosis yang baik.
Penyembuhan pada lapisan kornea ini dapat terjadi dalam beberapa hari. Pada
abrasi yang terjadi agak dalam dapat terjadi penyembuhan dengan jaringan
Surabaya
Hal : 76,78.
http://www.portalkalbe/kalbe_ContusioOculi.html. Accessed on :
at http://www.yahoo.com/revoptomSECT3F.html. Accessed on :
http://www.emedicine.com/799316-overview.html. Accessed on :