You are on page 1of 25

EVALUASI PEMBELAJARAN

“Penilaian Berbasis Kelas dan Penilain Autentik”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran
Dosen Pengampu: Minarti Usman, S.pd., M.pd

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4:
KELAS A KELAS B
MUH. AKRAM A1Q118017 NARNIA A1Q119086
ANDI SAFITRI A1Q121003 WD SITTI RAHMAWANI A1Q121053
DARTA LISTIANA A1Q121005 HIJRA A1Q121064
ELSYA SHAFIRA BASRI A1Q121007 REZA SAPUTRA A1Q121074
NUR ATIFA SYAHRANI A1Q121015 SULASTRI A1Q121076
SUFIANA A1Q121019 WA ODE ISLAMIYAH A1Q121077
TRI TESSA RAHMADANI A1Q121021 WISNUH A1Q121081
ALI MUSTAWA A1Q121026 MELI SAFITRI A1Q121082
LA ODE AHMAD HAIDIR A1Q121036

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rosulullah SAW. Berkat
rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan Makalah Evaluasi Pembelajaran
sesuai dengan waktu yang telah di tentukan oleh dosen pengampu.

Terima kasih kami sampaikan kepada dosen pengampu Mata Kuliah Evaluasi
Pembelajaran yaitu Ibu Minarti Usman, S.Pd., M.Pd yang telah memberikan
bimbingan.

Tujuan dari penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas dari salah satu
mata kuliah Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Halu Oleo yaitu Evaluasi Pemblajaran. Dalam penulisan
makalah ini, kami menyadari masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
berharap kepada pembaca agar dapat menyampaikan kritik maupun saran yang
bersifat membangun sehingga dapat menjadi perbaikan kedepannya. Akhir kata,
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Kendari, 5 Juni 2023

Penulis
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A. Penilaian Berbasis Kelas................................................................................
B. Penilaian Otentik............................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran ..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam konteks pendidikan, penilaian berperan dalam mengukur sejauh
mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran dan memberikan umpan balik
yang berguna untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Penilaian berbasis kelas adalah pendekatan penilaian yang berfokus pada
pengumpulan data tentang prestasi siswa melalui berbagai tugas, tes, proyek, dan
aktivitas dalam konteks kelas. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus dan
menyeluruh untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang kemajuan
siswa dalam memahami materi pembelajaran. Penilaian berbasis kelas
menekankan pentingnya melihat siswa dalam konteks kehidupan nyata dan
memberikan umpan balik yang sesuai untuk membantu siswa meningkatkan
keterampilan dan pemahaman mereka.
Sementara itu, penilaian otentik menekankan pada pengukuran kemampuan
siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dalam
konteks situasi nyata. Penilaian ini dirancang untuk merefleksikan kinerja siswa
di dunia nyata dan menilai kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas-tugas
yang memiliki signifikansi dan keaslian. Penilaian otentik dapat melibatkan
proyek, presentasi, simulasi, kolaborasi, dan tugas-tugas lain yang menuntut
siswa untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka dengan cara
yang autentik.
Penilaian berbasis kelas dapat memberikan wawasan yang lebih
komprehensif tentang perkembangan siswa secara individu, memungkinkan guru
untuk merancang pengajaran yang lebih terfokus dan responsif. Sementara itu,
penilaian otentik mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dunia nyata
dan meningkatkan kemampuan mereka dalam menghubungkan pengetahuan dan
keterampilan dengan konteks yang relevan.
Dalam penilaian berbasis kelas, tantangan dapat meliputi kebutuhan untuk
mengembangkan instrumen penilaian yang valid dan reliabel, serta memastikan
konsistensi antara guru-guru dalam memberikan penilaian. Dalam penilaian
otentik, tantangan dapat melibatkan kebutuhan untuk memberikan arahan yang
jelas kepada siswa dan menilai kinerja mereka dengan adil dan obyektif.
Dengan memahami latar belakang dan konsep-konsep yang terkait dengan
penilaian berbasis kelas dan penilaian otentik, makalah ini dapat menjelaskan
pentingnya kedua pendekatan ini dalam konteks pembelajaran dan membahas
keuntungan serta tantangan yang terkait dengan implementasinya.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penilaian berbasis kelas?
2. Bagaimana penilaian otentik?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Penilaian berbasis kelas
2. Penilaian otentik
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penilaian Berbasis Kelas
1. Pengertian

Penilaian berbasis kelas adalah penilaian dalam arti “assesment”.


Maksudnya, data dan informasi dari penilaian berbasis kelas merupakan salah
satu bukti yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu tujuan
pendidikan (Arifin, 2009:180). Tujuan pendidikan yang dimaksud adalah
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar
yang terdapat pada kurikulum. Penilaian berbasis kelas dilakukan untuk
memberikan keseimbangan pada tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor dengan menggunakan berbagai bentuk dan model penilaian yang
dilakukan secara sistematis dan sistemik, menyeluruh dan berkelanjutan.
Dalam implementasinya penilaian berbasis kelas, guru harus menetapkan
prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan, bukti autentik, akurat dan konsisten
sebagai akuntabilitas publik.

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan model penilaian yang


dilakukan oleh guru dalam rangka proses pembelajaran. PBK merupakan
proses pengumpulan dan penggunaan informasi hasil belajar peserta didik
yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan
penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan (standar komptensi,
komptensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar). Penilaian Berbasis
Kelas merupakan prinsip, sasaran yang akurat dan konsisten tentang
kompetensi atau hasil belajar siswa serta pernyataan yang jelas mengenai
perkembangan dan kemajuan siswa. maksudnya adalah hasil Penilaian
Berbasis Kelas dapat menggambarkan kompetensi, keterampilan dan
kemajuan siswa selama di kelas.
Depdiknas (2002), menjelaskan bahwa Penilaian Berbasis Kelas (PBK)
merupakan salah satu komponen dalam kurikulum berbasis kompetensi. PBK
itu sendiri pada dasarnya merupakan kegiatan penilaian yang dilaksanakan
secara terpadu dalam kegiatan belajar mengajar yang dilakukan dengan
mengumpulkan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan
(proyek), kinerja (performance), dan tes tertulis (paper and pen). Fokus
penilaian diarahkan pada penguasaan kompetensi dan hasil belajar siswa
sesuai dengan level pencapaian prestasi siswa. Keberangaman teknik yang
dimiliki Penilaian Berbasis Kelas diharapkan dapat mengungkap kompetensi
yang sudah dikuasai siswa dalam seluruh keterampilan berbahasa yakni
keterampilan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara.

PBK juga merupakan kegiatan yang tidak bisa dipisahkan dari Proses
Belajar Mengajar. Dengan penilaian ini dapat diketahui sejauh mana
keberhasilan siswa belajar dan guru melakukan pembelajaran (Hidayah,
2006:2). Penilaian yang dilaksanakan oleh guru dengan baik akan dapat
menjawab dua pertanyaan mendasar dalam pendidikan yaitu seberapa baik
siswa belajar dan seberapa efektif guru mengajar.

PBK juga harus dilakukan oleh guru sebagai bagian dari proses
pembelajaran yang direncanakan dan diimplementasikan di kelas. Namun
demikian, kondisi objektif di lapangan menunjukkan bahwa masih ada
beberapa guru, termasuk guru bahasa Indonesia, yang dalam melaksanakan
proses pembelajaran belum disertai dengan pelaksanaan penilaian
sebagaimana ketentuan yang berlaku. Hal ini menyebabkan peningkatan
proses dan hasil pembelajaran belum memadai.
2. Model Penilaian Berbasis Kelas
Salah satu fungsi penilaian adalah untuk mengetahui ketercapaian
siswa dalam kompetensi tertentu. Ketercapaian tersebut dapat diketahui
dengan bantuan model penilaian yang disesuaikan dengan kompetensi yang
diukur. Guru sebagai pemegang kendali di dalam kelas diharuskan trampil
dalam menentukan, memilih, dan menggunakan model penilaian agar hasil
yang ditunjukan dapat menggambarkan hasil belajar siswa yang sebenarnya.
Terdapat beberapa model penilaian yang dapat digunakan dalam kegiatan
pembelajaran di antaranya sebagai berikut.
a) Penilaian Unjuk Kerja
Hamid (2011: 136) menjelaskan penilaian unjuk kerja sebagai salah
satu model penilaian berbasis kelas yang dilakukan dengan cara mengamati
kegiatan siswa ketika mengerjakan sesuatu. Penilaian unjuk kerja dianggap
mampu menggambarkan kemampuan sebenarnya dari siswa, dikarenakan
penilaian unjuk kerja dianggap lebih otentik daripada tes tertulis. Pendapat
lain mengatakan penilaian unjuk kerja sebagai model penilaian dengan cara
mengamati kegiatan yang dilakukan siswa (Uno dan Satria Koni, 2014: 19-
22).
Penilaian unjuk kerja dipakai untuk menilai ketercapaian kompetensi
siswa dalam mengerjakan tugas. Penilaian unjuk kerja dilakukan dalam
berbagai konteks tertentu untuk menetapkan tingkat pencapaian
kemampuan siswa, sehingga memerlukan pengamatan terlebih dahulu
untuk menilai suatu kompetensi. Pengamatan awal yang dilakukan akan
memberikan gambaran bagi guru tentang kemampuan siswa. Selanjutnya
guru dapat memilih dan menggunakan instrumen untuk menilai
kemampuan siswa. Adapun instrumen yang dapat digunakan dalam
penilaian unjuk kerja, yaitu: (1) daftar cek (checklist), dan; (2) skala
penilaian.
b) Penilaian Sikap
Arifin (2012: 191) menjelaskan penilaian sikap sebagai model
penilaian yang berkaitan dengan sikap. Penilaian sikap dilakukan dengan
berbagai objek sikap, yaitu: (1) sikap terhadap mata pelajaran; (2) sikap
terhadap guru mata 19 pelajaran; (3) sikap terhadap kegiatan pembelajaran;
(4) sikap terhadap materi pembelajaran, dan; (5) sikap yang berhubungan
dengan nilai-nilai yang ingin ditanamkan pada siswa. Penilaian sikap dapat
diukur dengan observasi perilaku, pertanyaan langsung, laporan pribadi,
dan penggunaan skala sikap.
Penilaian sikap berkaitan dengan perasaan seorang dan kecendrungan
seorang terhadap objek tertentu. Objek tersebut berbentuk perilaku atau
tindakan yang dilakukan secara langsung yang terdiri dari beberapa
komponen, yaitu aktif, kognitif, dan konatif. Komponen aktif berkaitan
dengan perasaan seorang terhadap sesuatu. Komponen kognitif
berhubungan dengan kepercayaan mengenai objek tertentu, sedangkan
komponen konatif berkaitan dengan keinginan untuk berperilaku dengan
cara-cara tertentu. Penilaian atas sikap dilakukan dengan berbagai teknik
seperti observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi (Uno
dan Satria Koni, 2014: 29-32).

c) Penilaian Tertulis
Surapranata (2004: 8) menjelaskan penilaian tertulis sebagai model
penilaian yang penyajiannya bermodel tulisan, baik dari pemberian
jawaban atas pertanyaan atau pernyataan tertentu. Penilaian tertulis dapat
berupa ulangan harian atau ulangan umum. Pada jawaban yang diberikan,
siswa tidak selalu merespon dengan tulisan tetapi dapat dengan memberi
tanda, mewarnai, menggambar, dan sebagainya. Terdapat dua model soal
tes tetulis, yaitu: (1) tes tertulis objektif berupa memilih jawaban yang
meliputi pilihan ganda, dua pilihan (benar/salah, ya/tidak), menjodohkan,
sebab-akibat, mensuplai jawaban yang meliputi tes dalam model isian atau
melengkapi, dan jawaban singkat, dan; (2) tes turtulis bentuk urian.
Model tes memilih jawaban dianggap sebagai alat penilaian yang
hanya menilai kemampuan berpikir rendah, yaitu mengingat pengetahuan,
tes bermodel dua pilihan, menjodohkan, dan sebab-akibat. Tes pilihan
ganda dianggap kurang mampu mendeskripsikan informasi yang cukup
untuk mendiagnosis kelemahan siswa. Hal ini menyebabkan model tes
pilihan ganda kurang dianjurkan dalam penilaian berbasis kelas yang
otentik dan bekesinambungan. Berbeda dengan tes memilih jawaban, tes
uraian digunakan untuk menilai kemampuan seorang pada tingkat yang
lebih tinggi dengan cakupan materi yang lebih luas. Tes bermodel uraian
mengharuskan siswa agar mampu mengingat, memahami, dan membentuk
gagasanya. Melalui tes model uraian, siswa dapat mengembangkan
gagasannya sendiri, berpikir logis, maupun menyimpulkan. Walaupun
cakupan yang ditanyakan terbatas dan waktu yang panjang untuk menilai
jawaban tersebut (Pusat Kurikulum, 2006: 12-13).

d) Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan model penilaian berbasis kelas terhadap
tugas yang harus diselesaikan dalam kurun waktu yang ditetapkan.
Penilaian proyek dilakukan mulai dari pengumpulan, pengorganisasian,
pengevaluasian, dan penyajian data (Arifin, 2012: 191). Pendapat lain
mengatakan penilaian proyek sebagai model penilaian yang harus
diselesaikan dalam waktu tertentu dalam bentuk tugas. Penilaian proyek
sebagai alat penilaian, meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan data,
pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian produk. Model tes ini
digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa dalam
bidang tertentu (Uno dan Satria Koni, 2014: 24).
Penilaian proyek dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: (1)
kemampuan pengolahan, meliputi kemampuan memilih topik, mencari
informasi, mengelola waktu dan data, serta penulisan laporan; (2) relevensi,
meliputi kesesuaian produk dengan mata pelajaran dengan
mempertimbangkan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman
pembelajaran, dan; (3) keaslian, proyek yang dihasilkan merupakan kerja
perorangan dengan mempertimbangkan konstribusi guru. Adapun
instrumen yang digunakan dalam penilaian proyek adalah daftar cek atau
skala rentang (Uno dan Satria Koni, 2014: 25).

e) Penilaian Produk
Arifin (2012: 191) menjelaskan penilaian produk sebagai model
penilaian dalam menilai kualitas hasil kerja siswa ketika membuat sebuah
produk. Pada penilaian produk terdapat dua konsep penilaian berbasis
kelas, yaitu penilaian siswa tentang: (1) pemilihan, cara menggunakan alat
dan prosedur kerja, dan; (2) kualitas teknis maupun estetik suatu produk.
Pendapat lain menjelaskan penilaian produk sebagai penilaian terhadap
kerterampilan siswa dalam membuat produk. Penilaian yang dilakukan
tidak hanya meliputi penilaian hasil kerja, namun meliputi kegiatan
pembuatannya (Uno dan Satria Koni, 2014: 22).
Adapun tahap dalam melaksanakan penilaian produk, yaitu: (1) tahap
persiapan, meliputi kegiatan siswa dalam merencanakan, merancang,
menggali, mengembangkan ide, dan mendesian produk; (2) tahap produksi,
meliputi kemampuan menilai siswa, memilih dan menggunakan alat,
bahan, dan teknik kerja, dan; (3) tahap penilaian, meliputi kemampuan
siswa dalam membuat produk sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.
Penilaian produk dilakukan dengan dua cara, yaitu holistik dan analitik.
Penilaian cara holistik yaitu dengan menilai secara keseluruhan produk
berdasarkan kesan yang ditimbulkannya, sedangkan penilaian analitik
dilakukan sesuai aspek-aspek produk, mencakup semua kriteria pada tahap
kegiatan pengembangan (Uno dan Satria Koni, 2014: 23).

f) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan model penilaian berdasarkan
kumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis. Karya dibuat dan
dikumpulkan pada kegiatan pembelajaran dalam kurun waktu tertentu.
Penilaian pada karya dilakukan untuk mengetahui perkembangan,
keterampilan atau sikap siswa (Arifin, 2012: 191-192). Uno dan Satria
Koni (2014: 26) mengatakan penilaian portofolio sebagai model penilaian
berdasarkan kumpulan informasi dari karya siswa sehingga dapat
menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam periode tertentu.
Informasi tersebut berupa karya siswa yang dianggap terbaik, hasil tes,
piagam, dan prestasi lain dalam satu mata pelajaran. Hasil penilaian
dijadikan rujukan bagi guru dalam menilai perkembangan dan kemampuan
siswa.

g) Penilaian Diri
Penilaian diri mengharuskan siswa melakukan penilaian terhadap
dirinya sendiri terkait status, kegiatan maupun tingkat pencapaian
kompetensi yang dipelajari pada mata pelajaran tertentu. Terdapat beberapa
jenis penilaian diri yang dapat dilakukan, di antaranya: (1) penilaian
langsung dan spesifik, yaitu penilaian secara langsung saat siswa
mengerjakan tugas dengan 23 mempertimbangkan aspek-aspek
kompetensi; (2) penilaian tidak langsung dan holistik yaitu penilaian
dengan kurun waktu yang panjang, dan; (3) penilaian sosio afektif yaitu
penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau emosional.
Penilaian diri dilakukan dengan cara jelas dan objektif, walaupun
terdapat kecendrungan siswa untuk menilai secara subjektif. Objektivitas
hasil penilaian sangat diperlukan untuk kegiatan verifikasi, baik secara
internal maupun eksternal. Verifikasi secara internal meliputi kegiatan
penjaminan mutu oleh sekolah, baik dari guru kejuruan, ketua program
keahlian atau wakil kepala sekolah sedangkan verifikasi eksternal meliputi
kegiatan pengendalian mutu yang dilakukan penilai dan telah diakui
lembaga sertifikasi profesi (Pusat Kurikulum, 2006: 19-20).

B. Penilaian Autentik
a) Pengertian
Penilaian merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan
keberhasilan proses dan hasil belajar. Kegiatan penilaian harus dapat
memberikan informasi kepada guru untuk meningkatkan kemampuan
mengajarnya dan membantu peserta didik mencapai perkembangan belajarnya
secara optimal. Guru harus menyadari bahwa kemajuan peserta didik
merupakan salah satu indikator keberhasilannya.
Perubahan elemen standar isi pada Kurikulum 2013 membuat guru
yang selama ini menggunakan penilaian tradisional harus mengubah
penilaiannya yaitu menjadi evaluasi otentik berdasarkan tuntutan kurikulum.
Menurut Zainal Arifin (2016: 4) penilaian adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan
informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka
membuat keputusan-keputusan berdasarkan criteria dan pertimbangan
tertentu. Keputusan yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta peserta
didik, seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan
kelas dan kelulusan. Hal ini juga sejalan dengan pendapat E. Mulyasa (2012:
201-202) menyatakan bahwa penilaian adalah keseluruhan kegiatan
pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan
pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang
dicapai peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Dalam Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian,
dinyatakan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara
komprehensif untuk menilai mulai dari input (masukan), proses, dan output
(keluaran).
Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nyata, valid atau reliable.
Autentik berarti keadaan yang sebenarnya, yaitu kemampuan atau
keterampilan yang dimiliki oleh peserta didik. Misalnya, peserta didik diberi
tugas proyek untuk melihat kompetensi peserta didik dalam menerapkan
pengetahuan yang dimiliki peserta didik dalam kehidupan sehari-hari atau
dunia nyata.
Menurut Nurhadi (2004: 172) penilaian otentik adalah proses
pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian
pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang
mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa
tujuan pembelajaran telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Penilaian autentik
juga merupakan sebutan yang digunakan untuk menggambarkan tugas-tugas
yang riil yang dibutuhkan peserta didik untuk dilaksanakan dalam
menghasilkan pengetahuan mereproduksi informasi.
Evaluasi autentik pada kurikulum 2013 yaitu berfokus pada
pengetahuan melalui evaluasi output menjadi berbasis kemampuan melalui
evaluasi proses, portofolio dan evaluasi output secara utuh dan menyeluruh,
Mulyasa (2013: 66).
Penamaan terhadap penilaian otentik itu cukup beragam. Dalam
kenyataan sehari-hari terdapat sejumlah padanan nama bagi istilah penilaian
otentik. Ada yang menyebutnya sebagai penilaian alternatif (alternative
assessment) karena digunakan sebagai suatu alternatif yang tak mungkin
dilakukan melalui penilaian konvensional. Penilaian otentik sering juga
dipadankan dengan penilaian berbasis kinerja (performancebased assessment)
atau penilaian kinerja (performance assessment), karena digunakan untuk
menilai kinerja peserta didik dalam menampilkan tugas-tugas (tasks) yang
bermakna. Selain itu penilaian otentik dipadankan pula dengan nama direct
assessment karena penilaian otentik menyediakan lebih banyak bukti langsung
dari penerapan keterampilan dan pengetahuan peserta didik, Asrul, dkk
( 2014: 30-40).
Berdasarkan pendapat ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
penilaian otentik adalah penilaian yang mencakup sikap, keterampilan dan
kemampuan yang dimiliki peserta didik dan mereka mampu mengamalkan
dalam kehidupan riil.

b) Karakteristik Penilaian Otentik


Penilaian hasil belajar yang dilakukan dengan baik akan memberikan
informasi yang bermanfaat dalam perbaikan kualitas proses belajar mengajar
yang telah dilakukan. Adapun karakteristik penilaian otentik adalah sebagai
berikut:
Nurhadi mengemukakan bahwa karakteristik authentic assesment
adalah sebagai berikut:
1) Melibatkan pengalaman nyata (involves real-world experience).
2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3) Mencakup penilaian pribadi (self assesment) dan refleksi yang diukur
keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta.
4) Berkesinambungan.
5) Terintegrasi.
6) Dapat digunakan sebagai umpan balik.
7) Kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas.
Sedangkan menurut Kunandar (2013: 38-39) ciri-ciri penilaian otentik
yaitu:
1) Harus mengukur semua aspek pembelajaran yakni kinerja dan hasilatau
produk.
2) Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.
3) Menggunakan berbagai cara dan sumber.
4) Tes hanya salah satu alat pengumpul data penilaian.
5) Tugas-tugas yangdiberikan kepada peserta didik mencerminkan bagian-
bagian kehidupan peserta didik yang nyata setiap hari, mereka harus dapat
menceritakan pengalaman atau kegiatan yang mereka lakukan setiap hari.
6) Penilaian harus menekankan kedalam pengetahuan dan keahlian peserta
didik, bukan keluasannya (kuantitas)

c) Prinsip, Pendekatan, dan Teknik Penilaian Otentik


Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah pada Kurikulum 2013
penilaian peserta didik di dasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi
faktor subjektivitas penilai.
b) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara
terencana,menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
c) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
d) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
e) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak
internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan
hasilnya.
f) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah Penilaian Acuan Kriteria
(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan
pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM merupakan kriteria
ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan
mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan dicapai, daya
dukung, dan karakteristik peserta didik.
Di atas telah disebutkan standar penilaian kurikulum 2013
mengedepankan prinsip-prinsip kejujuran dan aspek-aspek berupa knowledge,
skill, dan attitude. Adapun teknik dan instrumen penilaian dalam kurikulum
2013 sebagai berikut:
a) Penilaian Kompetensi Sikap, Pendidik melakukan penilaian kompetensi
sikapmelalui observasi, penilaian diri, penilaian teman sejawat (peer
review) oleh peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk
observasi, penilaian diri, dan penilaian teman sejawat adalah daftar cek
atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik sedangkan pada
jurnal berupa catatan pendidik.
b) Penilaian Kompetensi Pengetahuan Menilai kompetensi pengetahuan
melalui tes tertulis, tes lisan dan penugasan.
c) Penilaian Kompetensi Keterampilan, Guru menilai kompetensi
keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut
peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan
menggunakan tes praktik, tes projek, dan penilaian portofolio. Instrumen
yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen
harus memenuhi syarat mempresentasikan kompetensi yang dinilai, susunan
penilaian sudah sesuai dengan syarat yang berlaku serta bahasa harus
komunikatif dan mudah dimengerti oleh peserta didik.
d) Jenis-jenis Penilaian Otentik
Penilaian otentik menurut jenisnya ada empat (4) yaitu: (1) penilaian
kinerja; (2) penilaian proyek; (3) penilaian portofolio; dan (4) penilaian
tertulis. Penjelasan lebih lengkap tentang keempat penilaian di atas
dikemukakan oleh Sulipan yaitu seorang Widyaiswara PPPPTK – BMTI
dalam Arul, dkk (.....: 35) sebagai berikut:
a) Penilaian kinerja
Penilaian otentik sedapat mungkin melibatkan partisipasi pesertadidik,
khususnya dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai.Guru dapat
melakukannya dengan meminta para peserta didik menyebutkanunsur-
unsur proyek atau tugas yang akan mereka gunakan untukmenentukan
kriteria penyelesaiannya. Ada beberapa cara berbeda untuk merekam hasil
penilaian berbasis kinerja:
 Daftar cek (checklist). Digunakan untuk mengetahui muncul atau
tidaknya unsur-unsur tertentu dari indikator atau sub indikator yang
harus muncul dalam sebuah peristiwa atau tindakan.
 Catatan anekdot/narasi (anecdotal/narative records). Digunakan dengan
cara: guru menulis laporan narasi tentang apa yang dilakukan oleh
masingmasing peserta didik selama melakukan tindakan.
 Skala penilaian (rating scale). Biasanya digunakan dengan
menggunakan skala numerik berikut predikatnya. Misalnya: 5 = baik
sekali, 4 =baik, 3 = cukup, 2 = kurang, 1 = kurang sekali.
 Memori atau ingatan (memory approach). Digunakan oleh gurudengan
cara mengamati peserta didik ketika melakukan sesuatu, tanpa membuat
catatan.
Penilaian kinerja memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus.
Pertama, langkah-langkah kinerja harus dilakukan peserta didik untuk
menunjukkan kinerja yang nyata untuk suatu atau beberapa jenis
kompetensi tertentu. Kedua, ketepatan dan kelengkapan terhadap aspek
kinerja yang dinilai. Ketiga, kemampuan-kemampuan khusus yang
diperlukan oleh peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas
pembelajaran. Keempat, fokus utama dari kinerja yang akan dinilai,
khususnya indikator esensial yang akan diamati. Kelima, urutan dari
kemampuan atau keterampilan peserta didik yang akan diamati.

b) Penilaian Proyek
Project assessment merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas
yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Selama mengerjakan sebuah proyek pembelajaran, peserta didik
memperoleh kesempatan untuk mengaplikasikan sikap, keterampilan,dan
pengetahuannya. Ada tiga hal yang memerlukan perhatian khusus dari
guru, yaitu:
 Keterampilan peserta didik dalam memilih topik, mencari dan
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna atas
informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
 Kesesuaian atau relevansi materi pembelajaran dengan pengembangan
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta
didik.
 Orijinalitas atas keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan
atau dihasilkan oleh peserta didik.
Penilaian proyek berfokus pada perencanaan, pengerjaan, dan
produkproyek. Dalam kaitan ini serial kegiatan yang harus dilakukan oleh
guru meliputi penyusunan rancangan dan instrumen penilaian,
pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan. Penilaian proyek
dapat menggunakan instrumen daftar cek, skala penilaian, atau narasi.
Laporan penilaian dapat dituangkan dalam bentuk poster atau tertulis.
c) Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio berangkat dari hasil kerja pesertadidik secara
perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukanrefleksi
peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi. Penilaian
portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa
karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik, hasil
tes (bukan nilai), atau informasi lain yang relevan dengan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang dituntut oleh topik atau mata
pelajaran tertentu.
Penilaian portofolio dilakukan dengan menggunakan langkah-
langkah seperti berikut ini.
 Guru menjelaskan secara ringkas esensi penilaian portofolio.
 Guru atau guru bersama peserta didik menentukan jenis portofolio yang
akan dibuat.
 Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok, mandiri atau dibawah
bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
 Guru menghimpun dan menyimpan portofolio peserta didik pada tempat
yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
 Guru menilai portofolio peserta didik dengan kriteria tertentu.
 Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama
dokumen portofolio yang dihasilkan.
 Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian
portofolio.
d) Penilaian Tertulis
Tes tertulis terdiri atas memilih atau mensuplai jawaban dan uraian.
Memilih jawaban terdiri atas pilihan ganda, pilihan benar-salah, ya-tidak,
menjodohkan, dan sebab-akibat. Mensuplai jawaban terdiri dari isian atau
melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan uraian.
Tes tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis,
mensintesis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materiyang sudah
dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sedapat mungkin bersifat
komprehentif, sehingga mampu menggambarkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Pada tes tertulis berbentuk
esai, peserta didik berkesempatan memberikan jawabannya sendiri yang
berbeda dengan teman-temannya, namun tetap terbuka memperoleh nilai
yang sama.
Tes tertulis berbentuk esai biasanya menuntut dua jenis pola awaban,
yaitu jawaban terbuka (extended-response) atau jawabanterbatas
(restrictedresponse). Hal ini sangat tergantung pada bobotsoal yang
diberikan oleh guru. Tes semacam ini memberi kesempatan pada guru
untuk dapat mengukur hasil belajar peserta didik padatingkatan yang lebih
tinggi atau kompleks.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penilaian berbasis kelas adalah metode penilaian yang dilakukan oleh guru
untuk menilai kemajuan dan prestasi siswa dalam konteks kelas. Ini melibatkan
penggunaan berbagai instrumen penilaian seperti tes, tugas proyek, ujian lisan, dan
observasi kinerja siswa. Penilaian berbasis kelas bertujuan untuk memberikan
umpan balik kepada siswa tentang pemahaman mereka terhadap materi
pembelajaran dan kemampuan mereka dalam menerapkan pengetahuan tersebut.
Penilaian otentik, di sisi lain, fokus pada penilaian yang mencerminkan
situasi nyata atau aplikasi praktis dari pengetahuan dan keterampilan siswa. Ini
melibatkan penilaian berbasis tugas autentik yang relevan dengan dunia nyata,
seperti proyek, presentasi, simulasi, atau penyelesaian masalah. Penilaian otentik
berusaha untuk mengukur kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan yang telah dipelajari dalam konteks yang nyata dan bermakna.
Perbedaan utama antara penilaian berbasis kelas dan penilaian otentik adalah
fokus dan metode penilaian. Penilaian berbasis kelas lebih berorientasi pada
pemantauan kemajuan siswa dalam lingkungan kelas, sementara penilaian otentik
lebih menekankan pada kemampuan siswa dalam mengaplikasikan pengetahuan
dan keterampilan dalam situasi yang mirip dengan kehidupan nyata. Penilaian
otentik sering kali melibatkan tugas-tugas yang memerlukan pemikiran kritis,
pemecahan masalah, kolaborasi, dan kreativitas siswa.
Baik penilaian berbasis kelas maupun penilaian otentik memiliki nilai
penting dalam proses pembelajaran. Penilaian berbasis kelas membantu guru
dalam memantau kemajuan individual siswa dan memberikan umpan balik yang
cepat, sedangkan penilaian otentik memungkinkan siswa untuk menerapkan
pengetahuan mereka dalam situasi dunia nyata yang bermakna. Kombinasi dari
kedua jenis penilaian ini dapat memberikan gambaran yang komprehensif tentang
kemampuan siswa dan membantu dalam pengembangan pembelajaran yang
efektif.

B. Saran
Makalah ini jauh dari kesempurnaan,kritikan dan masukan dari pembaca
dapat menambah kesempurnaan dari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Hariadi, Joko. Penilaian Pelaksanaan Berbasis Kelas Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia Pada Mts. Swasta Madrasah Ulumul Quran Kota Langsa. Jurnal
Seuneubok Lada no 2, vol 3 (2016).

Apriliadi, Frans. “Pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas Pada Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia Tahun 2016”. Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik


Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu pendekatan Praktis. Jakarta: Rajawali
Press.
LAMPIRAN

You might also like