Professional Documents
Culture Documents
Khutbah Sya'ban
Khutbah Sya'ban
صاَل ةُ َوال َّساَل ُم ع َٰلى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َخي ِْر اَأْلن َِام َّ َوال.اَ ْل َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ َأ ْن َع َمنَا بِنِ ْع َم ِة ااْل ِ ْي َما ِن َوااْل ِ سْاَل ِم
قَّ اِتَّقُوا هّٰللا َ َح, َ فَيَاَأيُّهَا ْال ُمْؤ ِمنُوْ ن:ُف َواِإْل حْ تِ َرام َأ َّما َب ْعد ِ َ ر َّ
ش ال ُك ْالقُ ُّدوْ سُ ال َّساَل ُم َوَأ ْشهَ ُد اَ َّن َسيِّ َدنَا َو َحبِ ْيبَنَا ُم َ َّ َ ُ َ َ ُوْ ُ َ ِ ب
اح ص هُ ل س ر و ه ُ
د ْ
ب ع ًا
د م ح ُ ِهللاُ ْال َمل
َْأل ُأ ْ َأ
َ َ ق. َو َج َعلَ ُك ْم ِم ْن َّم ِة َذ ِوى ا رْ َح ِام، َو وْ الَ ُك ْم ِمنَ الفَضْ ِل َواِإل ْن َع ِام، َوا ْش ُكرُوْ هُ َعلَى َما هَدَا ُك ْم لِِإل ْسالَ ِم, َتُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموْ تُ َّن اِ َو ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن
ال َأ اَّل
اِ ْن اَحْ َس ْنتُ ْم اَحْ َس ْنتُ ْم اِل َ ْنفُ ِس ُك ۗ ْم َواِ ْن اَ َسْأتُ ْم فَلَهَ ۗا فَاِ َذا َج ۤا َء َو ْع ُد ااْل ٰ ِخ َر ِة لِيَسٗۤ ـُٔوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َولِيَ ْد ُخلُوا ْال َم ْس ِج َد َك َما َد َخلُوْ هُ اَ َّو َل َم َّر ٍة َّولِيُتَبِّرُوْ ا َما: تَ َعالَى
َعلَوْ ا تَ ْتبِ ْيرًا
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah Ada dua hal yang patut kita ingat dan harus kita realisasikan dalam
kehidupan kita sehari-hari. Dua hal tersebut adalah senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah
dianugerahkan Allah kepada kita dan menguatkan ketakwaan dengan menjalankan perintah-Nya
sekaligus menjauhi larangan-Nya. Nikmat yang tak bisa kita hitung satu persatu ini harus disyukuri dalam
hati melalui kesadaran bahwa kita adalah makhluk lemah yang tidak bisa lepas dari rahmat dan
pertolongan Allah. Syukur ini harus kita ucapan dengan kalimat ‘Alhamdulillahirabbil Alamin” diiringi
dengan syukur dalam tindakan, berupa memanfaatkan nikmat ini untuk menguatkan misi kita untuk
beribadah menyembah Allah swt.
َٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوْ ا َربَّ ُك ُم الَّ ِذيْ خَ لَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ ْينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُوْ ۙن
Artinya: “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang
sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah: 21).
Sementara ketakwaan harus terus ditingkatkan sebagai rambu-rambu agar kita senantiasa tetap di jalan
Allah swt, mampu menaati segala ketentuannya. Muara dari ketakwaan adalah masuknya kita dalam
golongan orang-orang yang spesial di sisi Allah dan akan mendapatkan ganjaran pahala yang lebih utama
dari segalanya. Allah berfirman:
َࣖ ْ َولَوْ اَنَّهُ ْم ٰا َمنُوْ ا َواتَّقَوْ ا لَ َمثُوْ بَةٌ ِّم ْن ِع ْن ِد هّٰللا ِ َخ ْي ۗ ٌر لَوْ كَانُوْ ا يَ ْعلَ ُمو
ن
Artinya: “Seandainya mereka benar-benar beriman dan bertakwa, pahala dari Allah pasti lebih baik,
seandainya mereka mengetahui(-nya)”. (QS Al Baqarah: 103).
Seperti yang sudah kita maklumi bahwa kita baru saja melewati Nisfu Sya’ban atau pertengah bulan
Sya’ban dan sebentar lagi akan memasuki bulan suci Ramadhan. Berbagai perintah ibadah banyak
ditekankan oleh rosulullah dilakukan pada hari-hari ini, utamanya menekankan kepada kepedulian dan
kepekaan sosial kita pada lingkungan sekitar.
Kita harus menyadari bahwa kita adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Semua aspek
kehidupan manusia membutuhkan orang lain sehingga konsep ta’awun atau saling tolong menolong
dalam kebaikan menjadi perintah dalam agama. Wujud tolong-menolong ini di antaranya dengan
memperbanyak sedekah pada bulan Sya’ban dan tentunya juga pada bulan-bulan lainnya. Dengan kita
banyak membantu orang-orang yang sedang dalam kesulitan di masa Nisfu Sya’ban dan Ramadahan,
maka kita dapat menjadikan mereka bergembira dan bahagia ketika memasuki bulan puasa.
Sayyid Muhammad bin Alwi bin Abbas Al-Maliki dalam kitab Ma Dza fi Sya‘ban? Menyebutkan bahwa
umat Islam di zaman Rasulullah menyibukkan diri dengan tadarus dan mengeluarkan harta mereka
untuk membantu kelompok dhuafa dan orang-orang miskin dalam menyongsong datangnya bulan
Ramadhan.
Budaya seperti ini pun sebenarnya sudah dilakukan juga oleh umat Islam di Indonesia dengan saling
bersedekah makanan jelang datangnya bulan Ramadhan. Budaya membahagiakan orang lain ini perlu
perlu kita perkuat karena selain menjaga harmoni dalam kehidupan juga sekaligus bentuk ibadah yang
dianjurkan dalam tuntunan agama Islam. Dengan menjalin kebersamaan dan kebaikan pada orang lain
melalui sedekah, maka sebenarnya kita sedang berbuat baik pada diri kita sendiri. Hal ini selaras dengan
Firman Allah swt dalam Al-Qur’an Surat Al-Isra’ ayat 7:
اِ ْن اَحْ َس ْنتُ ْم اَحْ َس ْنتُ ْم اِل َ ْنفُ ِس ُك ۗ ْم َواِ ْن اَ َسْأتُ ْم فَلَهَ ۗا فَاِ َذا َج ۤا َء َو ْع ُد ااْل ٰ ِخ َر ِة لِيَسٗۤ ـُٔوْ ا ُوجُوْ هَ ُك ْم َولِيَ ْد ُخلُوا ْال َم ْس ِج َد َك َما َد َخلُوْ هُ اَ َّو َل َم َّر ٍة َّولِيُتَبِّرُوْ ا َما َعلَوْ ا
تَ ْتبِ ْيرًا
Artinya: “Jika berbuat baik, (berarti) kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Jika kamu berbuat
jahat, (kerugian dari kejahatan) itu kembali kepada dirimu sendiri. Apabila datang saat (kerusakan) yang
kedua, (Kami bangkitkan musuhmu) untuk menyuramkan wajahmu, untuk memasuki masjid
(Baitulmaqdis) sebagaimana memasukinya ketika pertama kali, dan untuk membinasakan apa saja yang
mereka kuasai.”
Jika direnungkan lebih mendalam, kita sebenarnya tak perlu khawatir dengan pemikiran jika bersedekah
maka harta kita akan berkurang. Secara matematika memang apa yang kita miliki akan berkurang, jika
milik kita diberikan pada orang lain. Namun dengan bersedekah, hakikatnya kita sedang menyucikan apa
yang kita miliki sekaligus akan ditambah oleh Allah swt dengan berlipat ganda. Rasulullah menegaskan
dalam haditsnya:
Selain dengan bersedekah, kita juga bisa menjalin kebersamaan dengan memperbanyak puasa di bulan
Sya’ban. Selain sebagai upaya melatih diri sebelum melaksanakan puasa satu bulan penuh di bulan
Ramadhan, puasa di bulan Sya’ban juga bisa mengasah kepekaan kita terhadap kesusahan orang lain
dengan merasakan kondisi lapar dan dahaga.
Selain itu dengan puasa, kita juga dididik untuk dapat mengekang hawa nafsu yang dapat merugikan
orang lain di antaranya melalui ucapan dan tingkah laku yang kita perbuat. Dengan puasa, mulut akan
terkunci untuk mengeluarkan kata-kata yang dapat menyakiti orang lain sehingga tingkah laku kita pun
akan terarah. Dengan puasa akan dihindarkan dari perbuatan negatif yang bisa menyakiti dan merugikan
orang lain. Disebutkan dalam hadits Qudsi:
Akhirnya dari paparan ini, khatib mengajak kepada semua jamaah untuk menjadikan Nisfu Syaban
menjelang hadirnya bulan Ramadhan ini sebagai momentum untuk menguatkan kebersamaan melalui
kepekaan sosial yang bisa menumbuhkan kebahagiaan bagi diri dan orang lain. Mari bersama bersuka
cita akan hadirnya Ramadhan dan semoga kita diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan dan
bisa memaksimalkan ibadah kita. Amin
ِ بَارَكَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِي ْالقُرْ ٰا ِن ْال َع ِظي ِْم َونَفَ َعنِي َواِيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ ااْل ٰ يَا
َوَأ ْستَ ْغفِ ُر.ت َوال ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِاَل َوتَهُ اِنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ْال َعلِ ْي ُم
ت فَيَا فَوْ زَ ْال ُم ْستَ ْغفِ ِر ْينَ َويَا ن ََجاةَ التَّاِئبِيْن ِ هللاَ ْال َع ِظ ْي َم لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َساِئ ِر ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو ْال ُم ْسلِ َما