You are on page 1of 9

REKAM MEDIS ELETRONIK

Rekam medis adalah pondasi dalam penyelenggaraan pelayanan medis. Hal ini dikarenakan,
rekam medis merupakan perwujudan dari rahasia kedokteran yang bersifat tertulis. Artinya,
rekam medis berisikan data mengenai identitas pasien, pelayanan kesehatan dan pelayanan medis
yang telah diberikan kepada pasien (di antaranya meliputi pemeriksaan, pengobatan, tindakan
dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien).

Manfaat rekam medis, seringkali disingkat dengan istilah “ALFRED”, yang meliputi:
Administrative (isi rekam medis mendeskripsikan mengenai tindakan, wewenang dan tanggung
jawab tenaga medis); Legal (isi rekam medis dapat dijadikan sebagai bukti dalam proses
penegakan hukum); Financial (isi rekam medis dapat dijadikan sebagai dasar penetapan biaya
pelayanan medis); Research (isi rekam medis dapat dijadikan sebagai bahan penelitian untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi); Education (isi rekam medis dapat dijadikan
sebagai bahan atau referensi pembelajaran); Documentation (isi rekam medis dapat dijadikan
sebagai dokumentasi atas tindakan medis yang telah dilakukan terhadap pasien).

Pada tanggal 31 Agustus 2022, Menteri Kesehatan Republik Indonesia menetapkan Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.
Peraturan ini mencabut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269/MENKES/PER/III/2008 Tahun 2008 tentang Rekam Medis. Beberapa hal yang mendasari
pencabutan Peraturan Menteri Kesehatan tersebut, di antaranya adalah: Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 Tahun 2008 sudah tidak
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kebutuhan pelayanan kesehatan,
dan kebutuhan hukum masyarakat; perkembangan teknologi digital dalam masyarakat
mengakibatkan transformasi digitalisasi pelayanan kesehatan; penyelenggaraan rekam medis
secara elektronik harus mengutamakan prinsip keamanan dan kerahasiaan data serta informasi.

Intinya, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 berusaha untuk
memberikan landasan hukum atau legalitas terhadap penyelenggaraan rekam medis elektronik.
Secara garis besar, ada tiga hal baru yang diatur di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2022, yaitu sistem elektronik rekam medis elektronik, kegiatan
penyelenggaraan rekam medis elektronik, keamanan dan perlindungan data rekam medis
elektronik.

Sistem elektronik rekam medis elektronik dapat berupa: sistem elektronik yang dikembangkan
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, sistem elektronik yang dikembangkan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan sendiri, sistem elektronik yang dikembangkan oleh Penyelenggara
Sistem Elektronik (PSE) yang telah terdaftar sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE)
pada sektor kesehatan di Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Sistem
elektronik yang dipergunakan dalam penyelenggaraan rekam medis elektronik harus memiliki
kemampuan kompatibilitas (kesesuaian sistem elektronik yang satu dengan sistem elektronik
yang lainnya) dan/atau interoperabilitas (kemampuan sistem elektronik yang berbeda untuk dapat
bekerja secara terpadu melakukan komunikasi atau pertukaran data dengan salah satu atau lebih
sistem elektronik yang lain, yang menggunakan standar pertukaran data).
Interoperabilitas ini mengacu kepada standar sistem elektronik yang diselenggarakan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Sistem elektronik harus mengacu kepada variabel
(elemen data yang terdapat pada sistem elektronik rekam medis elektronik) dan meta data
(definisi, format dan kodifikasi) yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia. Oleh karena itu, fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelengarakan rekam medis
elektronik atau Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) wajib melakukan registrasi sistem
elektronik yang digunakannya di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kegiatan penyelenggaraan rekam medis elektronik meliputi: Registrasi Pasien, Pendistribusian


Data Rekam Medis Elektronik, Pengisian Informasi Klinis, Pengolahan Informasi Rekam Medis
Elektronik, Penginputan Data untuk Klaim Pembiayaan, Penyimpanan Rekam Medis Elektronik,
Penjaminan Mutu Rekam Medis Elektronik, Transfer Isi Rekam Medis Elektronik.

Dalam proses registrasi pasien, data pasien merupakan hal yang sifatnya esensial. Data pasien ini
meliputi data identitas pasien (minimal terdiri dari: nomor rekam medis, nama pasien, dan
Nomor Induk Kependudukan) dan data sosial pasien (minimal terdiri dari: agama, pekerjaan,
pendidikan, dan status perkawinan). Sedangkan pendistribusian data rekam medis elektronik
merupakan kegiatan pengiriman data rekam medis elektronik dari satu unit pelayanan ke unit
pelayanan lain di fasilitas pelayanan kesehatan.

Pengisian formulir klinis rekam medis elektronik dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga
medis yang telah memberikan pelayanan kesehatan serta pelayaan medis kepada pasien (hal
inilah yang membedakan dengan rangkaian kegiatan lainnya dalam penyelenggaraan rekam
medis elektronik, dimana untuk rangkaian kegiatan lainnya dilakukan oleh tenaga perekam
medis dan informasi kesehatan). Informasi klinis ini berupa hasil pemeriksaan, pengobatan,
tindakan, dan pelayanan kesehatan (termasuk pelayanan medis) lain yang telah dan akan
diberikan kepada pasien.

Pengolahan informasi rekam medis elektronik meliputi: Pengkodean (pemberian kode klasifikasi
klinis sesuai dengan klasifikasi internasional penyakit dan tindakan medis yang
terbaru/International Statistical Classification of Disease and Related Health Problems);
Pelaporan (meliputi pelaporan internal fasilitas pelayanan kesehatan dan pelaporan eksternal dari
fasilitas pelayanan kesehatan kepada dinas kesehatan, Kementerian Kesehatan, dan pemangku
kepentingan terkait); Penganalisisan (penganalisisan terhadap data rekam medis elektronik
secara kuantitatif dan kualitatif). Sedangkan penginputan data untuk klaim pembayaran
merupakan kegiatan penginputan kode klasifikasi penyakit pada aplikasi pembiayaan
berdasarkan hasil diagnosis dan tindakan yang ditulis oleh tenaga medis dan tenaga kesehatan
pemberi pelayanan medis serta pelayanan kesehatan.

Penyimpanan rekam medis elektronik merupakan kegiatan penyimpanan data rekam medis pada
media penyimpanan berbasis digital pada fasilitas pelayanan kesehatan. Dalam kegiatan ini, ada
dua hal yang harus diperhatikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu: penyimpanan rekam
medis elektronik harus menjamin keamanan, keutuhan, kerahasiaan, dan ketersediaan data rekam
medis elektronik; fasilitas pelayanan kesehatan wajib memiliki cadangan data (backup system).
Penjaminan mutu dalam penyelenggaraan rekam medis elektronik, meliputi penjaminan mutu
internal (dilakukan oleh fasilitas pelayanan kesehatan) dan penjaminan mutu eksternal
(dilakukan oleh Pemerintah dan dapat melibatkan pihak terkait).

Transfer isi rekam medis elektronik merupakan kegiatan pengiriman rekam medis dalam rangka
rujukan pelayanan kesehatan perorangan ke fasilitas pelayanan kesehatan penerima rujukan.
Transfer isi rekam medis elektronik dilakukan melalui platform layanan interoperabilitas dan
integrasi data kesehatan yang dikelola oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pengaturan mengenai keamanan dan perlindungan data rekam medis elektronik di dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 meliputi: kepemilikan
dan isi rekam medis elektronik; keamanan dan perlindungan data rekam medis elektronik
(meliputi kerahasiaan isi rekam medis elektronik, pembukaan isi rekam medis elektronik,
pelepasan hak atas isi rekam medis elektronik, dan jangka waktu penyimpanan rekam medis
elektronik).

Kepemilikan dan isi rekam medis elektronik, mengandung dua makna. Pertama adalah dokumen
rekam medis merupakan milik dari fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, fasilitas
pelayanan kesehatan bertanggung jawab atas hilang, rusak, pemalsuan dan/atau penggunaan oleh
orang, dan/atau badan yang tidak berhak terhadap dokumen rekam medis. Makna yang kedua
adalah isi rekam medis merupakan milik pasien, dan dapat disampaikan kepada keluarga terdekat
atau pihak lain setelah mendapat persetujuan dari pasien.

Isi rekam medis elektronik wajib dijaga kerahasiaannya oleh semua pihak yang terlibat dalam
pelayanan kesehatan dan pelayanan medis di fasilitas pelayanan kesehatan (tidak hanya tenaga
kesehatan dan tenaga medis, tetapi juga meliputi mahasiswa/siswa yang bertugas di fasilitas
pelayanan kesehatan, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga yang berkaitan dengan
pembiayaan pelayanan kesehatan dan pelayanan medis, pihak lain yang memiliki akses terhadap
data dan informasi kesehatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan), walaupun pasien telah
meninggal dunia.

Terkait dengan pembukaan isi rekam medis elektronik, ada dua hal yang harus dijadikan
pedoman yaitu: permintaan pembukaan isi rekam medis harus dilakukan secara tertulis atau
secara elektronik; dan pembukaan isi rekam medis dilakukan terbatas sesuai dengan kebutuhan.
Pada dasarnya, pembukaan isi rekam medis elektronik harus dengan persetujuan pasien.
Pembukaan isi rekam medis elektronik tanpa persetujuan pasien, harus mendapatkan persetujuan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia (dengan mengajukan permohonan melalui Direktur
Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia).

Persetujuan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dikecualikan untuk pembukaan isi rekam
medis elektronik yang dilakukan atas dasar perintah pengadilan. Pasien dikategorikan telah
melepaskan hak atas isi rekam medis elektronik apabila pasien dan/atau keluarga pasien
menginformasikan isi rekam medis elektronik kepada publik melalui media massa. Implikasinya,
hal ini memberikan kewenangan kepada fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengungkapkan
rahasia isi rekam medis elektronik sebagai hak jawab dari fasilitas pelayanan kesehatan.
Penyimpanan data rekam medis elektronik di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan paling
singkat 25 tahun sejak tanggal kunjungan terakhir pasien. Setelah jangka waktu tersebut, data
rekam medis elektronik dapat dimusnahkan, kecuali data yang masih dipergunakan atau
dimanfaatkan.

Beberapa catatan yang dapat diberikan terhadap Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis:

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 membebankan


kewajiban kepada seluruh fasilitas pelayanan kesehatan (termasuk tempat praktik mandiri
yang diselenggarakan oleh tenaga kesehatan dan tenaga medis) untuk menyelenggarakan
rekam medis elektronik sesuai dengan peraturan tersebut, paling lambat pada tanggal 31
Desember 2023. Menkes melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian
Kesehatan dapat mengenakan sanksi administratif (teguran tertulis dan/atau rekomendasi
pencabutan atau pencabutan status akreditasi) terhadap fasilitas pelayanan kesehatan
yang melakukan pelanggaran.

Kewajiban hukum yang diperkuat dengan sanksi hukum, bertujuan untuk mewujudkan kepastian
hukum. Namun, seharusnya kepastian hukum ini juga mempertimbangkan kemanfaatan hukum.
Hal ini dikarenakan kondisi geografis negara Indonesia yang sangat luas, bervariasi dan
majemuk. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan harus mempertimbangkan situasi dan kondisi
tenaga kesehatan dan tenaga medis yang bertugas di pelosok Indonesia, dengan keterbatasan
sarana prasarana (khususnya jaringan internet dan komputer).

Kementerian Kesehatan harus memberikan pendampingan yang optimal dan fasilitasi yang
proporsional bagi tenaga kesehatan serta tenaga medis yang bertugas di fasilitas pelayanan
kesehatan yang terletak di pelosok negara Indonesia. Tujuannya, agar hukum tidak semata-mata
memberikan kepastian hukum, tetapi juga memberikan kemanfaatan hukum, yaitu pemerataan
pelayanan kesehatan yang berkualitas hingga pelosok negara Indonesia;

2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 memberikan


kewenangan yang besar terhadap Kementerian Kesehatan, khususnya terhadap data dan
isi rekam medis elektronik serta sistem penyelenggaraan rekam medis elektronik.
Fasilitas pelayanan kesehatan harus membuka akses terhadap seluruh isi rekam medis
elektronik kepada Kementerian Kesehatan dan seluruh sistem penyelenggaraan rekam
medis elektronik harus teregistrasi di Kementerian Kesehatan.

Kewenangan yang besar ini harus diimbangi dengan tanggung jawab yang besar karena hingga
saat ini, perlindungan data pribadi di Indonesia masih lemah. Rahasia kedokteran bukan semata
merupakan data pribadi yang wajib dilindungi, tetapi juga merupakan pondasi dan landasan
filosofis bagi tenaga kesehatan serta tenaga medis dalam mengemban profesinya. Oleh karena
itu, perlu ada penguatan regulasi mengenai rahasia kedokteran, baik melalui harmonisasi maupun
sinkronisasi;

3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 merupakan


“payung hukum” terhadap penyelenggaraan rekam medis elektronik. Oleh karena
sifatnya adalah “payung hukum”, peraturan ini bersifat makro dan harus diterjemahkan
lagi dalam bentuk peraturan yang bersifat mikro (misalnya: Standar Operasional Prosedur
atau Buku Pedoman Penyelenggaraan Rekam Medis Elektronik). Tujuannya adalah untuk
mencegah terjadinya salah penafsiran terhadap ketentuan yang terdapat di dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2022 maupun
mendeskripsikan secara komprehensif.

HAMBATAN

Dari hasil analisis diketahui bahwa hambatan penerapan rekam medis elektronik di rumah
sakit meliputi 4 aspek antara lain: sumber daya manusia (SDM), kebijakan dan regulasi,
infrastruktur dan biaya.

Empat masalah utama dalam penggunaan rekam medis elektronik adalah terkait


keamanan dan privasi, kurangnya interoperabilitas, digital divide dan kontinuitas bisnis.
Keamanan menjadi masalah utama, dimana bila hal ini dapat dengan mudah diakses
maka dapat memberikan informasi penuh terkait kondisi kesehatan pasien.

Rekam medis elektronik memiliki kekurangan sebagai berikut: Risiko malware dan


error. Operator dapat melakukan kesalahan saat proses input atau edit data. Sistem
dapat diretas.

Rekam Medis Elektronik merupakan sistem informasi kesehatan terkomputerisasi yang berisi
data sosial dan data medis pasien, serta dilengkapi dengan sistem pendukung keputusan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor penghambat belum diterapkannya rekam
medis elektronik di klinik aksara. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan
teknik triangulasi dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Informan penelitian ini berjumlah 4 orang. Hasil penelitian menyatakan terdapat beberapa
faktor belum diterapkannya Rekam Medis Elektronik diantaranya fasilitas yang tidak
memadai dan jaringan yang sulit didapat, selain itu diketahui bahwa tidak adanya petugas
yang berlatar belakang lulusan rekam medis di Klinik Aksara. Hal ini menyebabkan
pelaksanaan tugas rekam medis kurang maksimal. Metode yang digunakan sudah benar
menggunakan petunjuk teknis pelayanan Klinik, namun belum terealisasikan secara maksimal
dikarenakan terdapat beberapa kendala. Kesimpulan penelitian terdapat beberapa faktor
belum diterapkannya Rekam Medis Elektronik diantaranya yaitu manusia, uang, bahan, mesin
dan metode. Saran yang diberikan sebaiknya petugas rekam medis berlatar belakang lulusan
rekam medis, penambahan jumlah mesin, menggunakan jaringan internet dengan kecepatan
yang lebih tinggi, dan sebaiknya menerapkan Rekam Medis Elektronik di Klinik Aksara agar
tercapainya rekam medis yang lebih baik.

Fungsi Rekam Medis Secara Umum

 Menyediakan informasi terkait pelayanan dan pengobatan pasien.


 Sebagai alat bukti penegakan hukum, disiplin dan penegakan etika kedokteran.
 Digunakan untuk keperluan pendidikan, penelitian dan pelatihan tenaga
kesehatan.
 Dapat digunakan sebagai dasar pembayaran pembiayaan kesehatan. Mislanya
digunakan dalam sistem INACBG klaim Jaminan Kesehatan Nasional.
 Data statistik kesehatan yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan manajemen rumah sakit pemerintah ataupun stakeholder terkait.

Manfaat Rekam Medis Elektronik

Beberapa manfaat yang kita dapatkan dari implementasi rekam medis elektronik :

 Penghematan biaya karena rekam medis pengelolaannya tanpa kertas dan tidak
membutuhkan ruang yang besar dan semakin bertambah untuk pengelolaan
berkas dokumen rekam medis kertas.
 Mendorong profesionalisme tenaga kesehatan untuk bekerja lebih taat standard
dan kompetensi. Dengan RME sistem rekam medis dapat terstandarisasi.
 Mengurangi kesalahan dan kelalaian dalam pencatatan dalam rekam medis.
Dengan RME validasi data dapat dilakukan dengan sistem elektronik.
 Mendorong rumah sakit digital berkualitas tinggi menuju e-hospital. Sehingga
dapat mempercepat tersedianya data medis untuk pelayanan pasien ataupun
dalam pengambilan keputusan manajemen.
 Memiliki barang bukti hukum yang valid dan akurat dengan RME yang
terstandarisasi.
 Untuk dokter RME dapat membuat catatan medis yang jelas, rapi, standar
sehingga menghindari bahaya medis tersembunyi karena tulisan tangan yang
potensial keliru terbaca oleh tenaga kesehatan lainnya

Kendala Rekam Medis Elektronik

Selain manfaat yang didapat dari implementasi RME, ada kendala yang harus dihadapi
yaitu :

 Masih kurangnya sumber daya manusia terutama tenaga perekam medis dan
teknologi informasi di fasilitas pelayanan kesehatan untuk operasional rekam
medis elektronik.
 Infrastruktur jaringan komunikasi dan data yang perlu disiapkan memerlukan
biaya dalam tahap awal pengembangannya.
 Tim teknologi informasi yang harus siap setiap saat agar tidak terjadi kendala
sistem RME down.
 Belum seluruh rumah sakit ataupun fasilitas pelayanan kesehatan dapat
menerapkan SIMRS. Sebelum RME diimplementasikan, SIMRS ini merupakan
sistem elektronik yang harus lebih dulu berjalan dengan baik.

Tantangan Rekam Medis Elektronik

Setelah manfaat dan kendala kita ketahui, selanjutnya ada tantangan yang harus
dihadapi dalam pelaksanaan RME ini. Tantangan implementasi RME antara lain sebagai
berikut :
 Kurangnya komitmen fasilitas pelayanan kesehatan untuk menerapkan rekam
medis elektronik. Karena RME membutuhkan komitmen yang kuat baik itu dari
segi biaya, teknologi informasi dan SDM.
 Perubahan budaya rekam medis manual ke rekam medis elektronik. Dalam
pelaksanaan implementasi RME akan ada tenaga kesehatan yang mendukung
dan yang enggan. Yang enggan menggunakan RME ini adalah tenaga yang
kurang dalam pengetahuan teknologi informasi dan yang dikarenakan faktor
usia.
 Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi belum dapat diikuti dan
dimanfaatkan secara optimal oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
 Aspek legal dan standar pelaksanaan rekam medis elektronik masih belum
tersedia secara spesifik (April 2021). Perlu adanya percepatan pihak terkait
dalam tersedianya dasar hukum dan standar sistem rekam medis elektronik.

Rekam medis elektronik kedepannya akan menjadi kebutuhan dari fasilitas pelayanan
kesehatan. Banyak manfaat yang akan didapat, walaupun ada kendala dan tantangan
yang harus dihadapi dalam implementasi Rekam medis elektronik ini. Sekian

Apa itu rekam medis pasien?


Mengutip dari jurnal Maxillofacial and Oral Surgery, rekam medis pasien adalah dokumentasi detail yang
tersusun secara sistematis dari riwayat medis dan perawatan pasien tunggal sepanjang waktu dalam yurisdiksi
penyedia layanan kesehatan tertentu. Rekam medis seringkali menjadi satu-satunya sumber data tentang pasien
yang dapat dipercaya. Rekam medis jauh lebih dapat diandalkan daripada memori dari tenaga kesehatan.

Mengapa data rekam medis pasien penting?


Rekam medis pasien (RMP) menjadi penting karena pada praktiknya ini dijadikan dokumen rujukan dokter
dalam pengambilan keputusan perawatan pasien. Selain itu, rekam medis pasien juga menjadi media
komunikasi antar tenaga kesehatan, seperti perawat, bidan, apoteker, hingga analis laboratorium.

Maka dari itu, penting untuk melakukan manajemen RMP dengan baik untuk membantu dalam evaluasi pasien
dengan tepat dan untuk merencanakan protokol pengobatan. Apabila RMP banyak yang tercecer dan sulit
diakses, maka tenaga kesehatan akan kesulitan dalam menggunakannya. Parahnya jika ada rekam medis yang
hilang, dokter juga akan kesulitan melihat riwayat pasien. Hal tersebut berpotensi mengakibatkan error dalam
pengambilan keputusan klinis.

Rekam Medis Elektronik (RME)


Sebelum adanya RME informasi pasien dicatat pada bagan kertas, yang disimpan di lemari arsip. Seiring
dengan pesatnya perubahan teknologi dan praktik kedokteran, rekam medis dan pengelolaannya pun demikian.

Sekarang rekam medis sudah ada dalam bentuk elektronik. Rekam medis elektronik adalah bentuk digital dari
riwayat pasien dan alur kerja klinis. Di era digital, kita semua tahu bahwa penggunaan teknologi mampu
mempercepat dan mempermudah pekerjaan manusia. Hal ini terjadi juga pada manajemen rekam medis pasien.
Penggunaan teknologi mempermudah penyimpanan dan akses data pasien. Selain itu, fasilitas kesehatan juga
tidak perlu khawatir kehilangan data pasien karena telah tersimpan dengan aman di sistem digital cloud.

Dengan menggunakan RME, maka data atau dokumen yang disimpan akan lebih mudah diakses oleh pihak
yang berwenang saat dibutuhkan. Dari studi kasus rumah sakit Pennsylvania, Amerika Serikat bahwa
penggunaan RME dapat mengurangi kesalahan tindakan medis secara signifikan hingga 30%.

Baca juga: RME sebagai Wujud E-Kesehatan Nasional

Namun sebelum menggunakan RME, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan. Mengacu pada ISO 9001 -
2015 tentang sistem manajemen mutu, data/dan atau dokumen harus:

1. Akurat: Pun sudah menggunakan sistem, kita harus melakukan random checking dan pengkinian data
secara berkala untuk meminimalisir redudansi data
2. Tervalidasi: Pada proses penginputan data, tenaga kesehatan khususnya dokter dan atau perawat perlu
melakukan konfirmasi kevalidan data sebelum melakukan penyimpanan data.
3. Terdapat record dan traceability: Selain kemudahan saat melakukan penyimpanan data, sistem yang
baik harus memiliki history/ rekam jejak aktifitas baik penyimpanan maupun perubahan data.
4. Mudah diakses: Dalam konteks ini 2 hal yang perlu kita perhatikan, selain maksudnya mudah
dipahami bagi pengguna (tenaga medis yang berwenang), akses kepada data rekam medis juga harus
cepat agar tidak mengganggu proses pelayanan.

Keuntungan Menggunakan Rekam Medis


Elektronik
1. Kolaborasi antar dan akses ke data klinis pasien dengan mudah;
2. Mengurangi biaya penyimpanan data seperti ruangan, kertas, peralatan cetak seperti printer, tinta, dll.
3. Mengurangi resiko atas rusaknya rekam medis akibat bencana (kebakaran, banjir, gempa, dll) karena
tersimpan di dalam cloud

Regulasi Pemerintah Terkait Rekam Medis


Pemerintah telah menjelaskan aturan terkait pengelolaan RMP pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 269/Menkes/PER/III/2008. Dari peraturan tersebut kita bisa memahami bahwa pengelolaan
RMP yang baik dan benar, harusnya menjadi prioritas utama atas segala bentuk aktifitas atau pekerjaan tenaga
kesehatan. Dengan demikian, fasilitas kesehatan diharapkan mulai menggunakan rekam medis elektronik.
Rekam medis konvensional sedikit demi sedikit dialihkan ke sistem digital. Seperti yang telah disebutkan oleh
pemerintah pada PMK No. 24 Tahun 2022 tentang rekam medis, bahwa setiap fasilitas kesehatan wajib
menggunakan sistem rekam medis elektronik.
Solusi Rekam Medis Elektronik HIS
Trustmedis
Kami yakin bagi Anda yang belum menggunakan rekam medis elektronik untuk pengelolaan data rekam medis
di fasilitas kesehatan Anda, saat ini sedang bertanya-tanya, kira-kira sistem informasi manajemen apa yang
memiliki modul rekam medis elektronik yang baik dan benar?

Apabila Anda menggunakan SIMRS Trustmedis, maka Anda akan mendapatkan modul Rekam Medis
Elektronik yang memiliki fitur seperti diantaranya:

Laporan RL - 10 diagnosa penyakit terbanyak


BOR-LOS-TOI
Monitoring Berkas
Surat Bebas Narkoba, dan masih banyak lagi yang lainnya

Tidak hanya itu HIS Trustmedis juga merupakan partner resmi dari Kemenkes dalam mengembangan rekam
medis elektronik. Sehingga, aplikasi sudah dibuat sudah sesuai dengan standar pemerintah

Bagaimana Jika Anda Ingin Tahu Lebih Banyak Mengenai Rekam Medis Elektronik SIMRS Trustmedis?

Silahkan klik tombol berikut

You might also like