Professional Documents
Culture Documents
Book Chapter - Nur Aulia Selfira Riski - 210902502031 - Pa-B
Book Chapter - Nur Aulia Selfira Riski - 210902502031 - Pa-B
KELAS B
PENDIDIKAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITASNEGERI MAKASSAR
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
1
DAFTAR ISI
SAMPUL
PENDAHULUAN........................................................................................................... 7
BAB I ............................................................................................................................ 9
KESIMPULAN...................................................................................................... 31
BAB II ......................................................................................................................... 33
2
D. Manfaat Pembelajaran Berbasis Kompetensi .................................................. 38
E. Rancangan Pembelajaran Berbasis Kompetensi............................................. 39
KESIMPULAN........................................................................................................ 41
KESIMPULAN........................................................................................................ 72
BAB IV ........................................................................................................................ 73
KESIMPULAN...................................................................................................... 106
3
BAB V ....................................................................................................................... 107
KESIMPULAN..................................................................................................... 125
KESIMPULAN..................................................................................................... 136
KESIMPULAN..................................................................................................... 153
KESIMPULAN.................................................................................................... 174
4
BAB IX ...................................................................................................................... 177
KESIMPULAN...................................................................................................... 198
KESIMPULAN..................................................................................................... 212
KESIMPULAN..................................................................................................... 235
5
KESIMPULAN............................................................................................ 245
KEISMPULAN.................................................................................................... 279
6
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Buku ini ditulis dalam rangka melengkapi mata kuliah,
yaitu Perencanaan Bidang Studi Akuntansi. Semester empat
adalah saat kursus ditawarkan.
Perencanaan adalah pemikiran sebelum sesuatu tugas.
Apabila penyusun cermati secara keseluruhan maka
Perencanaan Pengajaran berarti pemikiran tentang penerapan
prinsip-prinsip umum mengajar tersebut di dalam pelaksanaan
tugas mengajar dalam situasi interaksi guru – murid, baik di
dalam kelas maupun di luar kelas.
Karena dengan perencanaan yang baik, maka seorang
akan tumbuh menjadi seorang guru tang baik, karena ia dapat
menghadapi situasi di dalam kelas secara tegas, mantap dan
fleksibel.
Karena membuat perencanaan yang baik, maka seorang
akan tumbuh menjadi seorang guru yang baik. Seorang bisa
mejadi guru yang baik adalah bakat pertumbuhan, bakat
pengalaman dan akibat dari hasil belajar yang terus menerus,
walaupun faktor bakat ikut pula berpengaruh.
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu
dilakukan dan dialami manusia sejak manusia di dalam
kandungan, buaian, tumbuh berkembang dari anak-anak,
remaja, sehingga menjadi dewasa sampai keliang lahat, sesuai
dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat. Oleh sebab itu,
tidak lah heran jika konsep belajar dan pembelajaran
perencanaan lah yang dahulu lebih ditekankan kepada istilah
mengajar atau pengajaran, yang berfokus pada aktivitas guru
(teacher-centered). Karena aktivitas mengajar tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas belajar karena sambil mengajar pada
hakikatnya guru juga belajar.
7
B. RELEVANSI
Pada bagian ini dibahas tentang perencanaan
pembelajaran, perencanaan pembelajaran merupakan hal
penting yang harus dilakukan sebelum pembelajaran
berlangsung. Perencanaan pembelajaran menjadi sangat
penting karena dapat membantu pencapaian sasaran secara
lebih tepat waktu dan memberi peluang untuk lebih mudah
dikontrol dan dimonitor dalam pelaksanaannya.
C. INDIKATOR
Mahasiswa mampu menjelaskan materi pemahaman
tentang sistem pembelajaran dan konsep dasar perencanaan
pembelajaran, perencanaan pembelajaran berbasis kompetensi,
model perencanaan pembelajaran, analisis peserta didik dan
rangcangan kompetensi, pengembangan indikator, program
tahunan dan program semester, analisis materi pembelajaran,
rancangan pengalaman belajar, rancangan penilaian,
pengembangan silabus, pengembangan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), perencanaan remedial dan pengayaan,
dan pengembangan media pembelajaran dan bahan ajar.
8
BAB I
9
sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu kumpulan atau
kumpulan dari elemen atau variabel-variabel yang mengatur,
berinteraksi, dan bergantung satu sama lain.
1. Mandiri (Independen)
Setiap elemen sistem tergantung pada pencapaian
tujuan dan prestasi. Output atau keluaran dari suatu
komponen suatu sistem merupakan masukan atau
masukan dari komponen sistem yang lain.
2. Sinergi (sinergi)
Kinerja semua komponen sistem memainkan peran
optimal dibandingkan dengan kinerja masing-masing
komponen. Untuk mencapai kinerja sistem yang optimal,
10
kinerja semua komponen harus diterapkan secara
optimal.
3. Dinamis (dinamis)
Sistem memiliki kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan lingkungan. Suatu sistem menerima
input atau masukan, memproses dan menghasilkan
output atau keluaran bagi lingkungannya. Sistem terus
berkembang secara dinamis dan beradaptasi dengan
perubahan lingkungan.
4. Siberia (Sibernetika)
Setiap elemen sistem secara efektif berkomunikasi
antar elemen; kondisi yang diperlukan agar suatu sistem
saling bergantung, sinergis, dan dinamis. Fungsi ini
sangat penting untuk memahami proses desain
instruksional dan bagaimana komponen sistem bekerja
sama untuk mencapai tujuan sistem.
B. Pendekatan Sistem Dalam Pendidikan
Pendidikan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari
berbagai unsur yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan
pendidikan yang tertuang dalam UUD 1945, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu,
perencanaan pendidikan harus berorientasi pada tujuan,
terstruktur, dan sistematis agar dapat menjalankan sistem
pendidikan dengan baik. Namun, saat ini pelatihan Muti
kurang efektif karena belum menerapkan pendekatan
interdisipliner yang memperlakukan komponen pendidikan
secara individual. Sebagai contoh, pembangunan pendidikan
hanya difokuskan pada sisi fisik, seperti pembangunan USB,
renovasi RKB, dan penyediaan infrastruktur pendidikan.
Pendekatan semacam itu tidak akan cukup untuk
menyelesaikan masalah pendidikan secara menyeluruh.
Sebaliknya, pendekatan yang lebih holistik dan terpadu
11
Sebaliknya, pendekatan yang lebih holistik dan terpadu
diperlukan untuk meningkatkan kesempatan belajar dan
mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Pendekatan ini tidak akan secara signifikan
mempengaruhi isu-isu peningkatan kualitas dan pentingnya,
serta isu-isu tata kelola pendidikan. Ketika merencanakan
pendidikan yang sistematis, perhatian diberikan pada posisi
masing-masing subbidang pendidikan dan kontribusi masing-
masing subbidang dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Menurut Paanen dan Malat (1997), pendidikan sebagai suatu
sistem menerima input dari supersistem dan menghasilkan
keluaran (outcome) bagi supersistem tersebut. Sumbangan
sistem atas terdiri dari nilai, cita-cita dan standar masyarakat,
peserta didik, pendidik (guru dari guru) dan tenaga
kependidikan lainnya, serta bahan ajar (peralatan dan biaya).
Dalam sistem pelatihan, input dari supersistem diatur dan
dikendalikan dengan cara tertentu dalam subsistem yang
memiliki hubungan fungsional untuk mencapai tujuan.
Coombs (Paanen dan Malati, 1997) yang dikutip oleh
Mudyahardjo menjelaskan bahwa dalam pendidikan terdapat
12 subsistem yaitu. (1) tujuan, (2) siswa, (3) administrasi, (4)
struktur dan kurikulum, (5) materi, (6). Guru dan pimpinan, (7)
bahan ajar, (8) fasilitas, (9) teknologi, (10) kendali mutu, (11)
penelitian, dan (12) pengajaran.
Teori Pendekatan Sistem Dalam Pendidikan
Semua hal di dunia ini memiliki sistemnya sendiri
yang dibutuhkan oleh setiap makhluk yang ada di bumi.
Manusia sebagai salah satu makhluk juga memiliki
sistemnya sendiri, begitu juga dengan keluarga, mobil,
sekolah, organisasi, desa, kampus, pejabat, kerajaan,
negara, dan dunia. Terdapat beberapa jenis teori sistem
yang digunakan untuk mengklasifikasikan sistem, antara
lain:
12
a. Sistem terbagi menjadi empat jenis berdasarkan
bentuknya, yaitu sistem fisik seperti mobil, sistem
konseptual seperti sains, sistem biologis seperti tubuh
manusia, dan sistem sosial seperti sekolah.
b. Sistem terbagi menjadi dua jenis berdasarkan asal
usulnya, yaitu sistem alam seperti tata surya dan
sistem buatan seperti pendidikan.
c. Sistem terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
kesatuan internalnya, yaitu sistem mekanistik-
deterministik seperti gerak dan sistem organisasional-
probabilistik seperti organisasi.
d. Sistem terbagi menjadi dua jenis berdasarkan
hubungannya dengan lingkungan, yaitu sistem
terbuka seperti sistem yang berinteraksi dan
bergantung pada lingkungan atau sistem lain yang
berada di dalam sistem utama, mengambil masukan
dari sistem induknya, dan memberikan hasil ke
lingkungan dan sistem tertutup seperti sistem yang
tidak terhubung dengan lingkungan.
C. Sekolah Sebagai Suatu Sistem
Sekolah Sebagai Sistem
Sekolah adalah tempat di mana siswa menerima
pendidikan Sekolah dapat dipahami sebagai lembaga
tempat belajar mengajar berlangsung dalam sistem
pendidikan yang diakui negara Namun, ada juga beberapa
sistem pendidikan yang menyasar sekolah formal dalam
berbagai bentuk, Homeschooling yang disebut sekolah
rumah, tetapi sekolah itu bahkan di semua negara
merupakan sistem pendidikan yang paling terkenal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah
bangunan atau sarana belajar mengajar dan tempat
menerima dan memberikan pendidikan menurut jenjang dan
jenjang yang diselesaikan. Tingkatan tersebut selanjutnya
13
disebut tingkatan yang ada, yaitu. Tingkatannya adalah
sekolah dasar, sekolah menengah atas dan universitas.
Sekolah merupakan suatu sistem yang kompleks karena
memiliki banyak sekali komponen yang saling berinteraksi
untuk menyelenggarakan pendidikan. Sekolah unsur sistem
terdiri dari, mulai dari direktur, dewan sekolah, guru, siswa,
kurikulum, lembaga pendidikan, yang semuanya saling
berhubungan dan saling menjangkau untuk mencapai tujuan
akhir.. Pasal 1(3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
“Sistem pendidikan nasional adalah semua komponen
pendidikan yang dihubungkan secara terpadu untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional.”
Definisi ini menjelaskan bahwa suatu sistem mencakup
pengertian tentang (a) komponen atau elemen yang saling
terkait satu sama lain, (b) komponen yang saling
mempengaruhi, dan (c) hubungan antara hubungan dan
pengaruh yang digunakan untuk menetapkan tujuan yang
ingin dicapai.
Sekolah sebagai suatu sistem terdiri dari beberapa unsur
yang saling berhubungan antara unsur dengan unsur lainnya
dan saling mempengaruhi Misalnya, kepala sekolah adalah
bagian dari sekolah Kepala sekolah memiliki sikap timbal
balik terhadap unsur-unsur lain di sekolah. Kinerja sekolah
dipengaruhi oleh kinerja guru yang mengajar di sekolah
tersebut. Dan sebaliknya. Semuanya saling berhubungan
dan mempengaruhi satu sama lain untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.
Sebagai sebuah sistem, komponen penting sekolah
meliputi input, proses, dan output. Komponen-komponen
tersebut saling bergantung dan membentuk satu kesatuan
(kesatuan) yang utuh. Pengklasifikasian input sistem sekolah
dapat dilakukan dalam beberapa cara. Investasi sekolah
umumnya dibagi menjadi:
14
1. Kondisi terkait komoditas siswa, meliputi kondisi
fisiologis, kondisi psikologis, dan kondisi lain seperti
kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
2. Input instrumen, meliputi Guru dan Tenaga Pengajar,
Kurikulum, Sarana Prasarana, Metode, Media,
Manajemen, Evaluasi dll.
3. Kontribusi lingkungan, meliputi lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.
15
manajemen ini harus tercermin dalam arahan
administrasi yang harus dibuat oleh sekolah. Menurut
peraturan menteri pendidikan tahun 2007 no. 19 tentang
Standar Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
sekolah wajib menetapkan sembilan pedoman
manajemen sekolah, yaitu:
a. Kurikulum;
b. Kalender pendidikan / akademik;
c. Struktur organisasi sekolah;
d. Pembagian tugas guru;
e. Pembagian tugas tenaga kependidikan;
f. Peraturan akademik;
g. Tata tertib;
h. Kode etik;
i. Biaya operasional;
16
masukan (input), proses (process) dan keluaran
(output). Ini termasuk guru, siswa, sumber daya,
infrastruktur, kegiatan belajar mengajar (TLB),
prestasi sekolah dan dampak alumni.
2. Setiap elemen memiliki peran tertentu untuk
mendukung fungsi secara keseluruhan
Untuk mencapai tujuan dari sistem yang dilatih,
setiap elemen yang terlibat dalam sistem memiliki
peran masing-masing agar sistem dapat berfungsi
dengan baik Misalnya, guru di sekolah membantu
membagi ilmunya, dan dalam proses belajar
mengajar, agar siswa dapat mengasimilasikan
ilmunya dengan baik, maka harus ada sarana dan
prasarana yang baik dan lengkap sebagai penunjang,
siswa juga berperan dalam menjaga sarana dan
prasarana sekolah, sehingga tidak mudah rusak dan
nantinya dapat digunakan kembali oleh juniornya
nanti.
3. Tersusun dalam suatu tatanan tertentu
Setiap sistem memiliki kode etik atau aturan
yang memandu sistem tersebut untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, setiap sistem
memiliki aturan yang berbeda-beda yang harus diikuti
oleh seluruh warga negara agar proses penegakan
hukum di dalam sistem tersebut dapat berjalan lancar.
Misalnya, sebuah sekolah memiliki peraturan dan tata
tertib tersendiri yang harus dipatuhi tidak hanya oleh
siswa, tetapi juga oleh staf, guru, bahkan penjual atau
kantin di dalamnya.
4. Memiliki mekanisme kontrol untuk beradaptasi
dengan perubahan lingkungan
Memiliki program sendiri untuk menerapkan
perubahan kondisi di luar sistem. Sekolah bebas
17
untuk kembali ke keadaan yang lebih modern sambil
fokus pada kesabaran atau visi dan misi inti sekolah.
D. Pendekatan Sistem Dalam Pembelajaran
Belajar harus dilihat sebagai suatu sistem. Perspektif ini
membawa kita pada proses desain pembelajaran yang
terstruktur dan sistematis. Menurut Dick dan Carey (1958),
pendekatan pembelajaran sistematis adalah prosedur yang
bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan
efisien. Dengan menerapkan pendekatan terencana, kita
dapat melakukan langkah-langkah secara terencana dan
terencana. Pendekatan sistem ialah cara yang melihat sistem
sebagai suatu kesatuan yang utuh dengan komponen yang
fungsional dan terintegrasi. Di sisi lain, sistematis berarti
berusaha bertindak dengan tujuan dan langkah demi langkah
untuk mencapai yang tertentu. Menurut Branch (2009),
pendekatan sistematis menerima semua tujuan yang
ditetapkan untuk orientasi. Perbedaan hasil belajar seringkali
memerlukan penerapan konsep inti yang berbeda, meskipun
komponen inti tetap digunakan untuk menjaga keterpaduan
konsep aslinya. Branch (2009) juga memberikan contoh
ilustrasi model penerapan pendekatan sistem pada desain
Ketika merencanakan pendidikan yang sistematis,
perhatian diberikan pada posisi masing-masing subbidang
pendidikan dan kontribusi masing-masing subbidang dalam
pencapaian tujuan pendidikan. Menurut Paanen dan Malat
(1997), pendidikan sebagai suatu sistem menerima input dari
supersistem dan menghasilkan keluaran (outcome) bagi
supersistem tersebut. Sumbangan sistem atas terdiri dari
nilai, cita-cita dan standar masyarakat, peserta didik, pendidik
(guru dari guru) dan tenaga kependidikan lainnya, serta
bahan ajar (peralatan dan biaya).
Model/pendekatan/strategi: kerangka konseptual
yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam
18
mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk
mencapai tujuan belajar tertentu.
Media pembelajaran: semua media fisik yang dapat
menyajikan pesan dan memotivasi siswa untuk belajar,
seperti buku, film, video, dan lain-lain.
Lingkungan: masukan lingkungan berasal dari
lingkungan di sekitar peserta didik, meliputi lingkungan fisik,
sosial, dan budaya yang dapat mempengaruhi pembelajaran.
Pembiayaan: Pembiayaan pendidikan sangat penting
untuk pengembangan sekolah dan kualitas pembelajaran.
Biaya pendidikan terdiri dari beberapa aspek seperti biaya
satuan pendidikan, biaya penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan, dan biaya pribadi peserta didik.
Penilaian: Penilaian memiliki dua pandangan, yang
pertama hanya mempertimbangkan hasil pengukuran secara
kualitatif, sedangkan pandangan kedua mencakup
pengumpulan dan pengolahan informasi secara kuantitatif
dan kualitatif untuk menilai pencapaian hasil belajar peserta
didik. Penilaian yang objektif dan berkelanjutan penting untuk
mengevaluasi kualitas rancangan dan pelaksanaan
pembelajaran serta mencapai tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
E. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran merupakan suatu proses
kegiatan yang merumuskan tujuan yang ingin dicapai oleh
suatu kegiatan pembelajaran, cara apa yang digunakan
untuk menilai pencapaian tujuan tersebut, materi atau bahan
apa yang akan disampaikan, bagaimana cara menyampaikan
bahan serta media atau alat apa yang diperlukan untuk
mendukung pelaksanaan pembelajaran tersebut.
Sampai saat ini riset tentang perencanaan
pembelajaran itu masih jarang, tetapi beberapa konsep dapat
membantu guru dalam efektifitas dalam pembuatan
perencanaan pembelajaran. Konsep tersebut mengandung
19
dua pemikiran utama yaitu pengambilan keputusan dan
pengetahuan profesional tentang proses pembelajaran.
Keputusan yang diambil oleh guru itu bisa bermacam-macam
dari yang sederhana sampai pada tingkat yang komplek.
Berdasarkan uraian diatas, konsep perencanaan
pembelajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang
(Abdul Majid 2013:17).yaitu:
1. Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi adalah
suatu perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-
teknik yang dapat mengembangkan tingkah laku kognitif
dan teori-teori konstruktif pembelajaran. terhadap solusi
dan problem-problem
2. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem adalah
sebuah susuna dari sumber-sumber dan prosedu-
prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
Pengembangan sistem pembelajaran melalui proses
yang sistematik, selanjutnya diimplementasikan dengan
mengacu pada sistem perencanaan itu.
3. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin
adalah cabang dari sebuah pengetahuan yang
senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori
tentang strategipembelajaran dan implementasinya
terhadap strategi tersebut.
4. Perencanaan pembelajaran sebagai sains (science)
adalah mengkreasi secara detail spesifikasi dari
pengembangan, implementasi, evaluasi, dan
pemeliharaan akan siuasi maupun fasilitas pembelajaran
terhadap unit-unit yang luas maupun yang lebih sempit
dari materi pelajaran dengan segala tingkatan
kompleksitasnya.
5. Perencanan pembelajaran sebagai sebuah proses adalah
mengembangkan pembelajaran secara sistematik ang
digunakan secara khusus ata teori-teori pembelajaran
untuk menjamin kualitas-kualitas pembelajaran. Dalam
20
perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhan dari proses
belajar dengan alur yang sistematik untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan
evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas
sitematik.
6. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah realitas yaitu
ide pembelajaran dikembangkan dengan memberikan
hubungan pembelajaran dari waktu ke waktu dalam suatu
proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek
secara cermat bahwa semua kegiatan telah sesuai
dengan tuntutan sains dan dilaksanakan secara
sistematik.
21
pembangunan lain yang didasarkan atas pertimbangan
ekonomi dan biaya serta keuntungan sosial.
3. Menurut coombs (1982) bahwa perencanan pembelajaran
adalah suatu penerapan yang rasional dari analisi
sistematis proses perkembangan pendidikan dengan
tujuan agarpendidikan itu lebih efektif dan efisien serta
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik
dan masyarakatnya. Perencanaan pembelajaran memiliki
karakteristik (Wina Sanjaya, 2008) sebagai berikut :
Perencanaan pembelajaran merupakan hasil berpikir
karena perencanaan disusun dengan pertimbangan
yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah
prilaku siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran berisi rangkaian kegiatan
yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dan
sebagai pedoman yang dibutuhkan.
22
sosial budaya dan kebutuhan pembangunan secara menyeluruh
terhadap pendidikan nasional. Definisi ini meperlihatkan suatu
tanggung jawab pendidikan yang besar sebagai bagian ingtegral
dari pembangunan bangsa.
23
teori evaluasi, teori pembelajaran merupakan teori-teori yang
melandasi perencanaan pembelajaran.
Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne dan Briggs (1979)
bahwa asumsi dasar perencanaan pembelajaran, yaitu: (1) harus
bertujuan untuk membantu seorang belajar, (2) mencakup jangka
panjang dan jangka pendek, (3) sistem pembelajaran yang
dirancang secara sistematik dapat mempengaruhi perkembangan
seseorang, (4) sistem pembelajaran harus dilaksanakan
berdasarkan pendekatan sistem, (5) perlu didasarkan atas
pengetahuan bagaimana manusia belajar.
Perancangan pembelajaran haruslah didasarkan pada hasil
ldentifikasi dan analisis tentang semua variabel yang
mempengaruhi belajar.Ada tiga variabel yang mempengaruhi
belajar, yaitu kondisi pembelajaran, metode pembelajaran, dan
hasil pembelajaran.
Kondisi pembelajaran mencakup semua variabel yang tidak
dapat dimanipulasi oleh perancang yang harus diterima
sebagaimana adanya.Yang termasuk dalam variabel kondisi
adalah tujuan pembelajaran, isi pembelajaran, keterbatasan
sumber belajar dan karakteristik siswa.
Metode pembelajaran mencakup semua cara yang dapat
dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi
tertentu. Variabel metode adalah strategi mengorganisasi isi
pembelajaran, strategi menyampaikan isi pembelajaran dan
strategi mengelola pembelajaran.Hasil pembelajaran mencakup
semua akibat yang muncul dari penggunaan metode tertentu,
seperti keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran.Suatu
perencanaan pembelajaran selayaknya mencakup keseluruhan
variabel ini.Inti utama dalam perancangan pembelajaran adalah
pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode
pembelajaran.Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan
pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran.Analisis akan
menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya dan apa hasil
pembelajaran yang diinginkan. Setelah bagaimana kondisi itu,
24
baru penetapan dan pengembangan metode pembelajaran
dilakukan.
Dalam menentukan metode pembelajaran ada tiga prinsip
yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) tidak ada satu metode
pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dan semua
kondisi, (2) metode pembelajaran yang berbeda memiliki
pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran,
dan (3) kondisi pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh
yang konsisten pada hasil pembelajaran.Upaya membuat
perencanaan pembelajaran dimaksudkan agar dapat dicapai
perbaikan pembelajaran. Melalui perbaikan pembelajaran ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang
dilakukan oleh perancang pembelajaran.
b. Fungsi Perencanaan Pembelajaran.
25
dibutuhkan dapat terpenuhi untuk menunjang terjadinya proses
pembelajaran yang lebih efektif.
4) Memetakan indikator hasil belajar dancara untuk mencapainya;
yaitu melalui perencanaan yang matang, guru sudah memiliki
data tentang jumlah indikator yang harus dikuasai oleh siswa dari
setiap pembelajaran yang dilakukannya. Dengan demikian
guruoun tentu saja sudah membayangkan kegiatan yang harus
dilakukan untuk mencapai setiap indicator tersebut.
5) Merancang program untuk mengakomodasi kebutuhan siswa
secara lebih spesifik; yaitu melalui perencanaa, hal-hal penting
yang terkait dengan kebutuhan, karakteristik, dan potensi yang
dimiliki siswa akanteridentifikasi dan merencanakan tindakan
yang dianggap tepat untukmeresponnya.
6) Mengkomunikasikan proses dan hasil pembelajaran; yaitu
melalui perencanaan segala sesuatu yang terkait dengan
kepentingan pembelajaran sudah dikomunikasikan, baik secara
internal yaitu terhadap pihak-pihak yang terkait langsung dengan
tugas-tugas pembelajaran, maupun dengan pihak eksternal yaitu
pihak-pihak mayarakat (stake holder). (Agustina: 2011)
26
4. Terjadinya kebosanan guru dalam mengajar disebabkan
implementasi pembuatan rencana pembelajaran yang mengarah
pada rutinitas sehingga guru merasa tidak mengalami kepuasan
dalam bekerja.
5. Hal-hal yang menunjang profesionalisme guru, seperti verpikir
dan bertindak progresif, senang menghadapi tantangan, interaksi
dan kompetisi antar individu, percaya diri, pemberian
penghargaan belum dikembangkan secara maksimal.
Pengembangan potensi ini berdaya guna dalam proses
pembelajaran secara umum dan juga diperlukan guru dalam
kehidupan bermasyarakat.
27
yang akan dilakukan (Yaumi, 2014). Langkah dalam mengidentifikasi
kebutuhan belajar adalah proses untuk:
a. menentukan kesenjangan penampilan siswa yang disebabkan
kekurangan kesempatan mendapatkan pendidikan dan
pelatihan masa lalu
b. mengidentifikasi bentuk kegiatan pembelajaran yang paling
cepat
c. menentukan populasi sasaran yang dapat mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Menurut Harless mengidentifikasi kebutuhan belajar, ada tiga
kelompok yang berfungsi sebagai sumber informasi:
a. mahasiswa, terutama yang telah bekerja
b. Masyarakat termasuk orang tua dan yang akan
memanfaatkan alumni
c. Pendidik, termasuk guru dan pengelola program pendidikan.
Hal ini bertujuan untuk menemukan rumusan
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus diajarkan kepada
mahasiswa dalam mata pelajaran tertentu.Hasil rumusan ini
digunakan sebagai dasar untuk merumuskan tujuan umum
pembelajaran (TPU) atau standar kompetensi.
Kedua, menganalisis pembelajaran. Analisis
pembelajaran adalah proses menggambarkan perilaku umum
sebagai perilaku khusus yang disusun secara logis dan sistematis.
Kursus ini bertujuan untuk menemukan penjelasan tentang
serangkaian perilaku khusus, dari yang paling awal hingga yang
terbaru. Jumlah dan susunan tindakan tersebut akan memberikan
keyakinan kepada pendidik bahwa tindakan umum yang tercantum
dalam TPU dapat dicapai secara efektif dan efisien.
Ketiga, mengidentifikasi perilaku dan ciri-ciri awal siswa.
Setelah menyelesaikan analisis studi dan menggambarkan perilaku
khusus yang akan dikuasai siswa. Nah, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi perilaku dan ciri awal siswa berdasarkan hasil
analisis pembelajaran yang telah dijelaskan.Kemampuan siswa di
dalam kelas selalu heterogen, ada siswa yang sudah tahu banyak
28
dan ada yang tidak tahu tentang materi yang diajarkan di kelas
berdasarkan perilaku khusus yang sudah ada sebelumnya.Ketika
seorang pendidik mengikuti sekelompok siswa yang sudah banyak
tahu, maka kelompok siswa yang belum tahu tertinggal dan tidak
mampu menangkap materi yang disampaikan. Sebaliknya jika guru
mengikuti sekelompok siswa yang tidak tahu, maka kelompok siswa
yang banyak tahu akan merasa tidak belajar dan bosan.
Keempat, tuliskan tujuan kinerja atau tujuan
pembelajaran khusus (TPK). Tujuan pembelajaran khusus adalah
gambaran rinci tentang apa yang akan dapat dilakukan siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran. TPK dikerahkan sebagai komponen
awal yang menyusun desain pembelajaran, yang merupakan inti dari
semua pengembangan pembelajaran. TPK merupakan dasar dan
pedoman bagi seluruh proses pengembangan pembelajaran
selanjutnya. Perumusan TPK merupakan titik awal yang sebenarnya
dari proses pengembangan pembelajaran. Sedangkan proses
sebelumnya merupakan langkah sebelumnya untuk menghasilkan
TPK.
Kelima, pengembangan Butir Uji Acuan Tolok
Ukur.Setelah TPK diformalkan secara operasional, langkah
selanjutnya adalah mengembangkan kasus uji referensi tolok
ukur.TPK mencakup perilaku-perilaku khusus yang mungkin belum
dikuasai mahasiswa sebelum memulai perkuliahan.TPK merupakan
hasil kegiatan analisis pembelajaran dan hasil dua tahap identifikasi
karakteristik awal siswa.Pendidik harus mengembangkan tes
referensi patokan—tes yang mengukur penguasaan siswa dari
masing-masing perilaku ini. Itu tidak mengukur semua deskripsi
pendidik dalam proses pembelajaran. Hal ini karena konten yang
diberikan pendidik selama kursus belum tentu seluruhnya terkait
dengan TPK.
Keenam, pengembangan strategi pembelajaran. Menurut
Dick dan Carey, strategi pembelajaran menggambarkan komponen
umum dari seperangkat materi pembelajaran dan prosedur yang
akan digunakan dengan materi tersebut untuk menghasilkan hasil
29
belajar yang spesifik bagi siswa. Komponen strategi pembelajaran
meliputi:
1. Kegiatan Pra-Pembelajaran
2. Penyajian informasi
3. Keterlibatan Siswa
4. Tes
5. Kegiatan tindak lanjut.
Ketujuh, buku teks pengembangan buku ajar adalah
materi atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis
yang digunakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran,
yang menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan
struktur dan urutan yang sistematis serta memotivasi pembelajaran. ,
siswa yang mengantisipasi kesulitan belajar memberikan bimbingan
kepada siswa untuk mempelajari materi, memberi siswa banyak
latihan, memberikan rangkuman dan umumnya berorientasi pada
individu siswa.
Kedelapan, dilakukan evaluasi formatif dan
sumatif.Setelah semua tahapan desain sistem pembelajaran telah
dikembangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi
formatif terhadap keseluruhan kegiatan desain. Menurut Suparman,
penilaian formatif adalah proses penyediaan dan penggunaan
informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan guna
meningkatkan kualitas suatu produk atau program pembelajaran.
30
KESIMPULAN
32
BAB II
33
Sehingga tujuan pembelajarn kompetensi sama dengan
tujuan yang diharapkan dalam KBK. Namun secar umum tujuan
penyelenggaraan pembelajaran berbasis kompetensi ini
berkaitan dengan tujuan pendidika nasional sebagaimana
tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
yang menyatakan:
“kebudayaan nasional mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bernilai dalam
rangka pendidikan kehidupan bangsa, serta berupaya
mengembangkan kesempatan peserta didik menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Masa Esa,
berakhlak mulia, berakhlak, sehat, berilmu, dan cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
brtanggung jawab.”
Pembelajaran berbasis kompetensi menekankan
pembeljaran untuk menciptakan dan memantapkan berbagai
keterampilan dan potensi dalam diri siswa untuk mengantisipasi
berbagai tantangan hidup. Artinya, jika sebelumnya
pembelajaran berorientasi pada aspek pengetahuan dan tujuan
materi yang sebagian besar bersifat verbal dan tidak terpakai,
maka pembelajaran berbasisi kompetensi lebih menekankan
aspek pengetahuan dan tujuan keterampilan pembelajaran
berbasisi kompetensi ini harus menjadikan kualitas lulusan lebih
signifikan dan kompeten.
Oleh karena itu, konsep pembelajaran berbasis
kompetensi memerlukan rumusan yang jelas tentang kompetensi
yang akan atau harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Saat rumusan kompetensi ini memandu guru
dalam merancang pemebelajaran, antara lain:
1. Identifikasi dan pengembangan materi pembelajaran
Materi pembelajaran yang diidentifikasi berkaitan
dengan desain kompetensi. Identifikasi materi ini meliputi
keluasan dan kedalaman kajian yang harus dipelajari siswa.
Dengan prosedur tersebut dimungkinkan diperoleh jabatan
34
bahan ajar yang cukup untuk mencapai kompetensi yang
telah dirumuskan, sehingga mencegah siswa mempelajari
materi yang tidak mendukun pencapaian penguasaan
kompetensi.
2. Merancang kegiatan pembelajaran
Perencanaan kegiatan pembelajaran merupakan
bagian penting yang turut menetukan perolehan kompetensi.
Memilih model/pendekatan/strategi/metode yang tepat
bukanlah tugas yang mudah bagi pendidik. Berkat
perumusan kompetensi yang jelas, guru dapat menentukan
pembelajaran yang sesuai. Misalnya, rumusan
kompetensinya “siswa dapat menemukan rumus luas
lingkaran”. Untuk mencapai kompetensi ini, tidak tepat jika
pendidik tidak hanya menjelaskan rumus luas lingkaran dan
kemudian memberikan contoh soal dan masalah yang
berkaitan dengan menghitung luas lingkaran Adalah lebih
tepat jika pendidik mengembangkan aktivitas peserta didik
membuat gambar persegi pada kertas, membagi lingkaran
tersebut atas 16 atau 32 sektor (juring), kemudian memotong
bagian-bagian tersebut dan menyusunnya sehingga
berbentuk seperti persegi panjang. Sehingga dengan
menggunakan bentuk tersebut peserta didik dapat
menemukan rumus luas lingkaran.
3. Pengembangan penilaian
Pendidik harus mengukur apakah siswa dapat
mencapai kompetensi yang mereka ungkapkan pada akhir
pembelajaran. Berdasarkan rumusan kompetensi tersebut,
selanjutnya dapat diuraikan indicatorpencapian kompetensi
dan dikembangkan perangkat penilaian yang sesuai.
B. Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembelajaran berbasis kompetensi memberikan
perhatian pada pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
(studencenteredlearning). Pelibatan peserta didik secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan dampak besar
35
bagi pencapaian kompetensi yang diharapkan. Hal ini menuntut
adanya perubahan peran pendidik dari dalam pembelajaran
berbasis kompetensi adalah adanya berbagai sumber belajar
yang perlu disediakan dan difasilitasi pada peserta didik.
Tersedianya berbagai sumber belajar akan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mencari sendiri,
mengonstruksi pengetahuan, dan mengembangkan diri secara
mandiri, tanpa harus tergantung pada transfer pengetahuan dari
pendidik.
Menurut Sanatang (2020:4) pembelajaran berbasis
kompetensi mencakup prinsip-prinsip berikut:
1. Berpusat pada siswa
2. Fokus pada penguasaan kompetensi
3. Tujuan pembelajaran khusus
4. Penekanan pada pembelajaran/kinerja
5. Belajar lebih individual
6. Berinteraksi dengan berbagai metode, aktif, pemecahan
masalah dan kontekstual
7. Guru lebih berperan sebagai fasilitator
8. Beroientasi pada kebutuhan individu
9. Umpan balik langsung
10. Dengan intruksi
11. Pembelajaran Lapangan (praktek)
12. Kriteria penilaian mennggunakan tolak ukur (PAP)
36
2. Pembelajaran terpadu agar kompetensi yang dirumuskan
dalam KD dan SK (atau KI) tercapai secara maksimal. Aspek
kompetensi yang terdiri dari sikap, pengetahuan dan
keterampilan terintegrasi menjadi satu kesatuan.
3. Pembelajaran berlangsung dari sudut sudut pandang
keunikan individu setiap siswa. Peserta didik memiliiki
karakteristik, poetsni dan kecepatan belajar yang berbeda-
beda. Oleh karena itu, dalam kelas dengan jumlah tertentu,
guru harus memberikan layanan individual untuk mengenal
dan mengembangkan siswanya.
4. Pembelajaran berlangsung secara bertahap dan dengan
penerapan secara terus menerus prinsip ketuntasan belajar
untuk (masteryleraning) mencapai ketuntasan yang
ditetapkan. Layanan remedial yang ditawarka kepada siswa
yang belum tuntas, layanan pengayaan diberikan kepada
mereka yang telah lulus atau sedang melanjutkan ke
kompetensi berikutnya.
5. Pembelajaran memenuhi situasi pemecahan masalah,
menjadi siswa kritis, pembelajaran kreatif, dan mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu,
guru harus merancang pembelajaran dengan cara yang
berkaitan dengan masalah kehidupan atau konetks
kehidupan dan lingkungan siswa.
6. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan
multistrategi untuk memberikan pengalaman belajar yang
berbeda-beda kepada siswa.
7. Peran guru sebagai fasilitator, motivator, dan narasumber.
C. Tujuan Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Tujuan pembelajran merupakan suatu kompetensi itu
yang diharapkan dicapai siswa atau siswa setelah berpartisipasi
semua rangkaian proses pembelajaran. Dimana nantinya
kompetensi itu sendiri Menjadi milik siswa setelah proses
pembelajaran selesai yang dilakukan oleh tenaga pendidik
dengan mengeluarkan segala kemampuan, keterampilan serta
37
kinerja yang dimilikinya untuk berbagai pengetahuan dan
kompetensi dari materi yang disajikan dalam proses
pembelajaran. Adapun konsep tujuan pembelajaran berbasis
kompetensi diharapkan supaya setiap lulusan memiliki
pengetahuan, keterampilan, sikap serta perilaku yang dapat
diimplementasikan pada saat lulusan tersebut memasuki dunia
kerja.
Dimana tujuan pembelajaran berbasis kompetensi ini
akan menghasilkan kinerja yang baik dalam memecahkan
persoalan mauapun masalah di dunia kerja, tujuan pembelajaran
berbasis akan menciptakan Hasil Pembelajaran dari
Pengalaman dan Pengajaran sebagai dasar perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku, serta menghasilakn
kemampuan dasar yang diperoleh berdasarkan bakat,
penerapan pengetahuan, penerapan keterampilan dan
penerapan perilaku yang dilakukan oleh para lulusan berbasis
kompetensi ini.
D. Manfaat Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Pembelajaran berbasis kompetensi memiliki banyak
manfaat, diantaranya lebih banyak kesempatan bagi siswa untuk
berkembang secara maksimal. Selain itu, pembelajaran berbasis
kompetensi memungkinkan pembelajaran disesuaikan dengan
kebutuhan, bakat, dan kecepatan belajar siswa. Kompetensi
sebagai hasil belajar dirumuskan dengan jelas sejak awal
pelajaran ini untuk memandu rancangan pembelajaran.
Keuntungan lain bagi siswa adalah tumbuh dan berkembangnya
kemandirian belajar. Pembelajaran berfokus pada siswa.
Mempengaruhi keterlibatan aktif siswa dalam mempelajari materi
pelajaran dan membangun pengetahuan untuk diri mereka
sendiri.
Penerapan konsep dan prinsip pembelajaran berbasis
kompetensi akan bermanfaat untuk:
1) Hindari pemberian bahan pelajaran yang rangkap.
38
2) Mengupayakan konsistensi dalam keterampilan yang akan
diperoleh dalam mata pelajaran yang diajarkan,
3) Dapat meningkatkan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan, kecepatan dan pertumbuhan siswa
4) Dapat membantu memfasilitasi audit
5) Perbarui sistem penilaian dan pelaporan siswa
6) Membantu mengkomunikasikan dengan jelas kepada siswa
tugas, kegiatan, atau pengalaman belajar apa yang perlu
diselesaikan.
7) Meningkatkan akuntabilitas public
8) Sistem sertifikat yang lebih baik.
E. Rancangan Pembelajaran Berbasis Kompetensi
Dalam konsep pembelajaran berbasis kompetensi,
kegiatan pembelajaran hendaknya ditujukan untuk
mengembangkan potensi dan memungkinkan siswa memperoleh
(acquire) kompetensi yang dirumuskan atau ditetapkan.
Desain berbasis kompetensi dari proses pembelajaran
terbimbing berbeda dalam banyak hal dari model yang
dikemukakan oleh Dicky dan Carey (dalam Majid, 2011;24)
Pendidikan berbasis kompetensi terutama untuk meningkatkan
kompetensi atau kemampuan peserta didik untuk melakukan
tugas tertentu sesuai dengan seperangkat kriteria keberhasilan
yang harus mencakup empat unsur utama, antara lain:
1) Memilih Kompetensi yang Tepat
2) Persyaratan metrik untuk menilai keberhasilan kemampuan
3) Pengembangan sistem Pendidikan
4) Evaluasi
39
Fokus pada hasil belajar dan keberagaman
Terkait dengan penyampaian isi pembelajaran dengan
menggunakan berbagai pendekatan dan metodologi;
Sumber belajar tidak hanya berasal dari pengajar, tetapi
juga dari sumber lain yang memenuhi unsur edukatif.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar
untuk memperoleh dan mencapai kompetensi.
40
KESIMPULAN
41
BAB III
42
2. Mengembangkan Alat Evaluasi
Terdapat 2 tahap penting dalam pengembangan alat
evaluasi diantanya, yang pertama penentuan jenis tes yang
sesuai pada tujuan pembelajaran yang ada. Kedua,
penyusunan instrumen untuk setiap tujuan pembelajaran.
43
Gambar 2.1 Model Desain Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI)
44
Tindakan ini dijadikan landasan bagi perumusan langkah-
langkah selanjutnya.
Tahapan pengembangan desain pembelajaran
berdasarkan model Dick and Carey dijelaskan di bawah ini.
1. Identifikasi Tujuan Pembelajaran Umum
Langkah awal ini dimaksudkan untuk menentukan
keterampilan atau bakat apa yang dimiliki siswa ketika terlibat
dalam kegiatan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran
secara umum dapat dikaitkan dengan rumusan pada
kurikulum/silabus, dan hasil analisis kebutuhan atau dari
pengalaman pendidik selama mengelola kegiatan
pembelajaran.
2. Analisis Instruksional
Analisis instruksional adalah metode penentuan
keterampilan dan pengetahuan yang esensial dan dibutuhkan
oleh siswa untuk mencapai kompetensi atau tujuan
pembelajaran secara umum. Analisis instruksional adalah
proses menggambarkan perilaku umum (keterampilan)
sebagai perilaku khusus yang diatur secara logis dan
sistematis. Analisis instruksional dilakukan dengan membuat
diagram yang menggambarkan keterkaitan dan hubungan
semua keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran secara
keseluruhan.
3. Identifikasi Tingkah Laku dan Karakteristik Peserta didik
Identifikasi karakteristik peserta didik perlu dilakukan
untuk mengetahui kondisi awal masukan program. Hal ini
penting untuk menjadi acuan atau petunjuk dalam
menentukan strategi pembelajaran yang tepat. Aspek-aspek
yang penting diungkap dalam tahap ini adalah penguasaan
prasyarat, bakat, motivasi, gaya belajar, kemampuan berpikir,
minat, dan sebagainya.
45
4. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Khusus
Dari analisis instruksional diperoleh tujuan pembelajaran
yang bersifat umum. Tujuan umum pembelajaran ini
selanjutnya dijabarkan menjadi tujuan pembelajaran yang
kongkrit. Perancang pembelajaran harus mengembangkan
tujuan pembelajaran khusus yang harus dikuasai siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran umum. Ada tiga hal yang
perlu diingat ketika menentukan tujuan pembelajaran khusus,
sebagai berikut.
a. Mengidentifikasi pengetahuan, sikap, dan keterampilan
yang perlu dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran.
b. Kondisi yang diperlukan bagi siswa untuk
mendemonstrasikan pengetahuan atau prestasi yang
diperoleh.
c. Kriteria yang dapat menentukan keberhasilan belajar
siswa.
5. Mengembangkan Alat atau Instrumen Penilaian
Pengembangan alat atau instrumen penilaian mengacu
pada tujuan pembelajaran khusus yang telah dirumuskan.
Aspek penting yang perlu diperhatikan adalah instrumen
penilaian yang dikembangkan harus secara akurat dapat
mengukur pengetahuan dan kinerja peserta didik
sebagaimana yang telah dirumuskan dalam tujuan
pembelajaran.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan, pendidik perlu menyusun strategi pembelajaran,
Strategi perlu dirumuskan agar implementasi aktivitas
pembelajaran, yang meliputi kegiatan prasekolah,
penyampaian materi, dan tindak lanjut dapat ditargetkan
untuk mencapai tujuan.
7. Penggunaan Bahan Ajar
Bahan ajar digunakan dalam penerapan strategi
pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya. Bahan
46
ajar yang digunakan dalam pembelajaran berbeda-beda,
seperti: buku ajar, panduan, modul, program audio visual,
bahan ajar komputer, program multimedia, dll.
8. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif dilakukan untuk memperoleh informasi
tentang kekuatan dan kelemahan dari program pembelajaran
yang direncanakan. Hasil penilaian formatif ini akan
digunakan sebagai masukan untuk revisi program.
9. Revisi terhadap Draft Program Pembelajaran
Data yang diperoleh melalui evaluasi formatif dianalisis
untuk mengidentifikasi kelemahan program. Juga
mengidentifikasi aspek-aspek lain yang berkaitan dengan
desain pelajaran, seperti: Analisis instruksional, entry
behavior dan karakteristik siswa. Berdasarkan hasil analisis
ini dilakukan revisi terhadap draft program pembelajaran.
10. Merancang dan Mengembangkan Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif merupakan tahap akhir dari model
desain Dick and Carey. Para perancang program tidak
dilibatkan dalam evaluasi sumatif, tetapi pihak lain dilibatkan
sebagai analis independen. Model desain instruksional Dick
and Carey (1985) dengan langkah-langkah yang diuraikan di
atas ditunjukkan pada Gambar 2.2 di bawah ini.
47
C. Model Kemp
Jerol E. Kemp , et.al., (1994) mendesain model
pembelajaran yang berbentuk siklus agar membuktikan adanya
proses berkelanjutan. Model ini merupakan sebuah bentuk
pembelajaran yang fleksibel, karena pengembangan
pembelajaran dapat diawali dimana saja. Kemp menyebut
modelnya sebagai "instructional design plan". Model ini dapat
digunakan mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Model ini dibuat untuk menjawab tiga pertanyaan utama, yaitu:
(1) Apa yang harus dipelajari? (tujuan) (2) Prosedur dan sumber
daya apa yang harus ada untuk mencapai tingkat pembelajaran
yang diinginkan (aktivitas dan sumber daya) (3) Bagaimana kita
tahu bahwa pembelajaran telah terjadi (evaluasi).
48
dengan keterbatasan (learners with disabilities). Hal lain yang
perlu pula diperhatikan adalah gaya belajar (learning styles).
3. Analisis Tugas (Task Analysis)
Analisis tugas merupakan langkah penting dalam proses
perencanaan pembelajaran. Ada tiga pertanyaan dalam
analisis ini, yaitu (1) apa yang harus dilakukan siswa, (2) apa
yang harus diketahui siswa bagaimana melakukannya, dan
(3) apa petunjuk (sinyal) kepada siswa, masalah, langkah
kerja, atau berbagai . langkah-langkah untuk mengatasi
diperlukan.
4. Menentapkan Tujuan Pembelajaran Khusus (Instructional
Objectives)
Tujuan pembelajaran memiliki tiga fungsi penting.
Pertama, memberikan panduan bagi guru untuk
merencanakan pembelajaran dengan baik, memilih dan
mengatur kegiatan pembelajaran secara rinci dan sumber
daya yang memfasilitasi pembelajaran yang efektif. Kedua,
tujuan pembelajaran memberikan kerangka untuk merancang
penilaian siswa terhadap pembelajaran. Ketiga, tujuan
pembelajaran membimbing siswa dalam pembelajarannya.
Pembelajar menggunakan tujuan pembelajaran untuk
mengidentifikasi keterampilan dan pengetahuan yang mereka
butuhkan untuk dikuasai.
5. Mengorganisasi/Membuat Urutan Materi Pembelajaran
(Content Sequencing)
Pengorganisasian bahan pelajaran secara teratur dan
sistematis membantu siswa mencapai tujuan belajarnya.
Cara mengurutkan materi pembelajaran yang sering
digunakan adalah metode premis berdasarkan hirarki
pembelajaran (Gagne, 1985). Metode ini memperhatikan
hubungan satu pengetahuan (atau kemampuan) dengan
pengetahuan (atau kemampuan) yang lain. Pada tahap
pembelajaran, materi informasi awal diajarkan terlebih dahulu
baru kemudian materi informasi awal berikutnya.
49
6. Merancang Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)
Keputusan perencanaan pelajaran dibuat pada dua
tingkat. Keputusan pertama adalah strategi pengiriman, yang
menggambarkan lingkungan belajar secara keseluruhan.
Lingkungan belajar umum berkisar dari presentasi kuliah
hingga pembelajaran berbasis komputer yang sangat
interaktif. Keputusan kedua adalah strategi pembelajaran,
yang menggambarkan urutan dan metode pembelajaran
untuk mencapai tujuan.
7. Menetapkan Metode Pembelajaran (Instructional Delivery
Methods)
Setelah strategi pembelajaran direncanakan, perancang
instruksional harus membuat keputusan tentang bagaimana
memandu pembelajaran ke subjek sasaran. Hal ini
tergantung pada metode mana yang digunakan. Pemilihan
metode ditentukan oleh tujuan dan lingkungan belajar.
Misalnya, jika kita ingin mengembangkan keterampilan
interpersonal, lebih tepat menggunakan metode kelompok
kecil (small-group methods).
8. Mengembangkan Instrumen Evaluasi (Developing Evaluation
Instruments)
Pada fase ini dikembangkan alat evaluasi untuk
mengukur apakah tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Langkah ini diawali dengan menentukan hasil belajar yang
akan dinilai. Hasil belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan
pengetahuan, keterampilan dan perilaku atau sikap. Selain
itu, instrumen yang sesuai telah dikembangkan untuk
mengukur hasil belajar masing-masing.
9. Memilih Sumber-Sumber Pembelajaran (Instructional
Resources)
Kegiatan belajar akan lebih berhasil bila sumber belajar
yang tepat digunakan. Jika sumber daya dipilih dan
dipersiapkan dengan cermat, mereka dapat mencapai tujuan
pembelajaran sebagai berikut.
50
a. Memotivasi peserta didik dengan mengarahkan perhatian
dan menstimulasi minat terhadap mata pelajaran.
b. Melibatkan peserta didik dalam pengalaman belajar yang
lebih bermakna.
c. Mengimplementasikan bentuk berbeda dari pembelajaran
untuk setiap peserta didik.
d. Menjelaskan dan mengilustrasikan materi mata pelajaran
dan penampilan keterampilan.
e. Memberikan kesempatan untuk menganalisis kinerja dan
perilaku individual secara mandiri.
D. Model Instructional Development Institute (IDI)
1. Mendefinisikan (Define)
51
2. Mengembangkan (Develop)
3. Mengevaluasi (Evaluate)
52
c. Implementasi, sebagai tindak lanjut dari analisis hasil uji
coba, dilakukan review dan revisi, serta menentukan
tindakan selanjutnya atau rencana tindak lanjut.
E. Model ASSURE
Model ASSURE terlihat dari nama model tersebut, yaitu A
yang berarti Analyze Learners, S berarti State Standard and
Objectives, S yang kedua berarti Select Strategy Technology
Media and Materials, U berarti Utilize Technology Media and
Materials, R berarti Require Learner Participation, dan E berarti
Evaluated and Revise (Smaldino dkk., 2008). Model ASSURE
dikembangkan pada tahun 2005 oleh Sharon Smaldino, Robert
Henich, James Russell dan Michael Molenda. Model ini
bertujuan untuk menggunakan media dan teknologi untuk
menciptakan kegiatan pembelajaran yang diharapkan.
Penggunaan media dan teknologi yang benar dan tepat
mendorong pembelajaran aktif. Model ini dapat diterapkan baik
pada pembelajaran.
Model ASSURE merupakan model pembelajaran yang
lebih praktis dan mudah diimplementasikan. Model ini
memastikan pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa
karena diawali dengan proses identifikasi karakteristik siswa.
Identifikasi karakteristik siswa tersebut memungkinkan guru
sebagai perancang pembelajaran untuk menentukan strategi dan
metode pembelajaran yang tepat, memilih materi pembelajaran
yang sesuai dan merancang materi pembelajaran yang dapat
mendukung terciptanya interaksi belajar mengajar yang lebih
baik.
Menurut Pribadi (2011:31), dalam penggunaan media
dan teknologi sangat penting dalam menerapkan model ini
karena dirancang untuk membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran. Melalui penggunaan media yang sesuai dengan
metode dan strategi pembelajaran, siswa dapat berpartisipasi
secara intensif dalam proses pembelajaran.
53
Smaldino, et.al., (2011) menjelaskan enam langkah
penting dalam model desain pembelajaran ASSURE, yaitu:
1. Analisis Karakterisitik Peserta Didik (Analyze Learner
Characteristic)
Tujuan keseluruhan pendidik adalah untuk memenuhi
kebutuhan unik setiap siswa sehingga dapat mencapai
tingkat pembelajaran yang optimal. Pada tahap pertama,
dipetakan karakteristik yang mempengaruhi kemampuan
belajar siswa. Analisis ini memberikan informasi yang
memungkinkan guru untuk merencanakan pembelajaran
yang tepat secara strategis untuk memenuhi kebutuhan
khusus siswa. Analisis siswa memperhitungkan tiga faktor
utama, yaitu:
a. Karakteristik umum, termasuk faktor deskriptif seperti
usia, jenis kelamin, kelas dan faktor budaya atau sosial
ekonomi. Agar berhasil memenuhi kebutuhan individu
siswa, penting bagi guru untuk memahami karakteristik
umum yang dapat memengaruhi pembelajaran siswa.
b. Kompetensi dasar spesifik, mengacu pada pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki atau kurang dimiliki siswa,
termasuk pengetahuan dan keterampilan sebelumnya,
pengetahuan dan keterampilan target, dan sikap.
Komponen ini merupakan bagian penting dari desain
pembelajaran. Pendidik dapat melakukannya melalui cara
informal, seperti mengajukan pertanyaan, atau melalui
cara formal, seperti tes.
c. Gaya belajar mengacu pada seperangkat karakteristik
psikologis yang menentukan bagaimana siswa
memandang dan menanggapi berbagai rangsangan,
termasuk kecerdasan majemuk, preferensi dan
kemampuan perseptual, kebiasaan memproses
informasi, motivasi dan faktor fisiologis.
2. Menyatakan Standard dan Tujuan (State Standard and
Objective)
54
Tujuan pembelajaran ini terkait dengan standar
kurikulum. Standar kurikulum memberikan penjelasan umum
tentang pencapaian siswa yang diharapkan, sedangkan
tujuan pembelajaran yang ditetapkan guru lebih spesifik.
Standar dan tujuan merupakan aspek yang penting untuk
diperhatikan karena:
a. Menjadi dasar pemilihan strategi, teknologi dan media,
b. Menjadi dasar evaluasi, dan
c. Menjadi dasar harapan belajar siswa.
Saat merumuskan tujuan pembelajaran, perhatian harus
diberikan pada kemampuan individu siswa. Filosofinya
adalah untuk membantu siswa mencapai potensi tertinggi
mereka. Tujuan pembelajaran bukan untuk membatasi
belajar siswa, tetapi untuk memberikan pencapaian
minimum.
3. Memilih Strategi, Teknologi, Media dan Materi (Select
Strategy, Technology, Media and Learning)
Ada dua jenis strategi yang dapat dipilih, yaitu strategi
yang berpusat pada guru dan strategi yang berpusat pada
siswa. Ketika memilih strategi pembelajaran, aspek yang
paling penting adalah bahwa strategi harus mengarahkan
siswa untuk mencapai standar dan tujuan. Saat memilih
strategi, penting untuk memperhatikan model ARCS Keller,
yaitu. Keller memaparkan empat aspek dasar motivasi yang
dapat diperhatikan guru dalam merencanakan pembelajaran,
yaitu:
a. Perhatian (attention): Mengembangkan bahan ajar yang
menurut siswa menarik dan bernilai.
b. Relvansi (relevance): Memastikan bahwa pembelajaran
bermakna sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan
pembelajaran.
c. Percaya Diri (confidence): Rancang pelajaran yang
menciptakan harapan untuk keberhasilan siswa
berdasarkan usaha mereka sendiri.
55
d. Kepuasan (satisfaction): berisi penghargaan intrinsik dan
ekstrinsik yang diterima siswa dari ganjaran.
56
agar siswa dapat mendengar dan melihat dengan lebih
baik.
d. Mempersiapkan (prepare) siswa. Apa yang dipelajari dari
kegiatan tersebut sangat tergantung pada bagaimana
siswa mempersiapkan diri untuk pembelajaran itu.
e. Memberikan (provide) pengalaman belajar. Ketika
pembelajaran berpusat pada guru, itu termasuk
presentasi, demonstrasi, praktik, dan praktik.
5. Mengharuskan Partisipasi Peserta Didik (Requires Learner
Participation)
Kondisi ekonomi global saat ini menuntut mahasiswa
untuk memiliki pengalaman dan praktik dalam aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi, bukan sekedar mengetahui
dan memahami informasi. Hal ini sesuai dengan pandangan
konstruktivis bahwa belajar adalah proses mental yang aktif
berdasarkan pengalaman otentik yang bermakna di mana
siswa menerima umpan balik dan tanggapan informatif yang
memungkinkan mereka untuk mengetahui seberapa jauh
mereka telah berkembang menuju tujuan mereka, dan untuk
meningkatkan kinerja mereka.
Penggunaan teknologi, perangkat lunak pendidikan dan
media lainnya dapat mendorong partisipasi siswa dalam
pembelajaran. Menggunakan alat ini dapat meningkatkan
pembelajaran, meningkatkan produktivitas, dan mendorong
kreativitas. Mengenai umpan balik, siswa harus selalu
menerima umpan balik atas kebenaran jawaban mereka.
Umpan balik atau jawaban dapat berasal dari guru atau
siswa lain yang bekerja dalam kelompok kecil saling
memberikan umpan balik. Umpan balik juga dapat diperoleh
melalui pemeriksaan diri atau dari komputer atau mentor.
6. Mengevaluasi dan Merivisi (Evaluate and Revise)
Bagian terakhir dari model ASSURE untuk pembelajaran
yang efektif adalah penilaian dan tinjauan. Penilaian dan
pengulangan sangat penting untuk mengembangkan
57
pembelajaran yang berkualitas. Perancang pembelajaran
memiliki dua tugas yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu
(1) menilai kinerja siswa, dan (1) mengevaluasi dan meninjau
strategi, teknologi, dan media.
F. Model Four D
Menurut Thiagarajan et al. Model 4D yang disajikan terdiri
dari empat tahapan yaitu define, design, develop, dan
disseminate. Thiagarajan (1974) menjelaskan keempat tahapan
tersebut sebagai berikut.
1. Mendefinisikan (Define)
Tujuan dari langkah ini adalah untuk mendefinisikan
dan menentukan kebutuhan belajar. Dengan bantuan analisis
ini kami menjelaskan tujuan dan keterbatasan materi
58
pembelajaran. Lima langkah dilakukan dalam fase ini, yang
dijelaskan di bawah ini.
a. Analisis awal akhir (Front-end analysis)
Analisis awal dan akhir adalah pemeriksaan
terhadap masalah mendasar yang dihadapi oleh pelatih
untuk meningkatkan tingkat kinerja. Selama analisis ini,
beberapa opsi dipertimbangkan, yang mungkin lebih baik
dan lebih efektif. Pemeriksaan masalah mendasar yang
dihadapi oleh pendidik untuk menunjukkan tingkat
pencapaian pendidik tertentu. Selama penelitian ini,
pilihan pembelajaran yang lebih baik dan lebih efektif
dapat dipertimbangkan.
b. Analisis siswa (Learner analysis)
Analisis siswa merupakan kajian terhadap siswa
sasaran. Mari kita kenali ciri-ciri yang berkaitan dengan
perencanaan dan pengembangan pembelajaran siswa.
Ciri-ciri yang diperiksa meliputi kompetensi, latar
belakang pengalaman, perilaku umum dalam kaitannya
dengan mata pelajaran, dan pilihan media, format dan
bahasa.
c. Analisis tugas (Task analysis)
Analisis tugas adalah identifikasi keterampilan
penting yang paling penting dan pembagiannya menjadi
sub-keterampilan yang diperlukan dan memadai.
d. Analisis konsep (Concept analysis)
Analisis konsep berarti mengidentifikasi konsep
yang paling penting untuk dipelajari, mengaturnya dalam
hierarki, dan membagi konsep individu menjadi fitur kritis
dan tidak relevan. Analisis ini membantu menemukan
pembenaran untuk contoh dan bukan contoh.
e. Menerapkan tujuan pembelajaran (Specifying instruction
objectives)
Menetapkan tujuan pembelajaran berarti
mengubah hasil analisis tugas dan analisis konsep
59
menjadi tujuan dalam hal perilaku yang diharapkan.
Tujuan ini menjadi dasar bagi struktur dan perencanaan
pembelajaran. Tujuan tersebut kemudian disajikan dalam
bahan ajar yang dapat digunakan oleh guru.
2. Merancang (Design)
Tujuan dari langkah ini adalah merancang prototipe
bahan ajar. Fase ini dapat dimulai ketika tujuan materi
pembelajaran ditetapkan. Pemilihan media dan format bahan
serta produksi versi pertama merupakan faktor kunci dalam
fase desain. Langkah ini terdiri dari empat langkah, yang
dijelaskan di bawah ini.
a. Menyusun Tes Berbasis Kriteria (Constructing Criterion-
Referenced Test)
Tahap ini merupakan jembatan antara Tahap I
dan Tahap II. Tes berbasis kriteria menjadikan tujuan
perilaku sebagai kerangka materi pembelajaran.
b. Seleksi Media (Media Selection)
Seleksi media berfungsi untuk memilih media
yang tepat untuk penyajian isi pembelajaran. Proses ini
meliputi penyesuaian analisis peta konsep dengan
karakteristik siswa sasaran, sumber daya produksi dan
rencana distribusi sesuai dengan karakteristik media
yang berbeda.
c. Seleksi Format (Format Selection)
Pemilihan format berhubungan dengan media.
Istilah modus pembelajaran itu sendiri menggambarkan
gabungan dari media, strategi pengajaran dan teknik
penggunaan. Terkadang format digunakan secara
bergantian dengan media, mis. B. Format televisi,
seringkali lintas media. bentuk-bentuk pembelajaran
otonom dengan cara yang berbeda-beda, misalnya
bentuk visual, format audio-visual, dan format non-verbal;
dan seringkali istilah format pembelajaran mengacu pada
fitur eksternal seperti format buku teks atau format kuliah.
60
d. Desain Awal (Initial Design)
Dalam perencanaan awal, aspek-aspek penting
dari pembelajaran disajikan melalui media yang tepat dan
dalam urutan yang benar. Ini juga termasuk perencanaan
kegiatan pembelajaran yang berbeda, mis. Misalnya,
membaca buku pelajaran, mewawancarai guru dan
melatih keterampilan belajar lain selain mengajar teman
sebaya.
3. Mengembangkan (Develop)
Tujuan dari langkah ini adalah memodifikasi bahan ajar
prototype. Meskipun dilakukan dari tahap pendefinisian,
hasilnya harus dilihat sebagai bahan pembelajaran versi
pertama yang perlu diedit sebelum menjadi versi final yang
efektif. Selama fase pengembangan, umpan balik diperoleh
melalui evaluasi formatif dan materi yang direvisi. Ada dua
tingkat. Langkah ini dijelaskan sebagai berikut.
a. Penilaian Pakar (Expert Appraisal)
Penilaian pakar adalah teknik untuk mendapatkan
saran untuk perbaikan bahan. Beberapa ahli diminta
untuk mengevaluasi materi dari segi pedagogis dan
teknis. Berdasarkan umpan balik ahli, materi telah
dimodifikasi menjadi lebih sesuai, efisien, dapat
digunakan, dan unggul secara teknis.
b. Pengujian Pengembangan (Developmental Testing)
Pengujian pengembangan melibatkan pengujian
materi dengan siswa untuk menentukan bagian mana
yang perlu penyesuaian. Materi dimodifikasi berdasarkan
respon, reaksi dan komentar siswa. Siklus pengujian,
revisi, dan pengujian ulang diulang sampai materi
konsisten dan efektif.
4. Menyebarkan (Disseminate)
Materi pembelajaran mencapai tahap produksi akhir
ketika tes pengembangan menunjukkan hasil yang konsisten
dan evaluasi yang sebenarnya menerima komentar positif.
61
Terdapat 3 (tiga) langkah dalam fase ini yaitu pengujian
validasi (validation testing), pengemasan (packaging),
distribusi (diffusion) dan penyebaran (adopting).
Pada tahap pengujian validasi, materi akan digunakan
dalam kondisi simulasi untuk menunjukkan: siapa yang
belajar, apa yang dipelajari, dan dalam kondisi apa dan
berapa banyak waktu yang dihabiskan untuk itu. Materi
tersebut juga tunduk pada tinjauan profesional untuk
mendapatkan pendapat objektif tentang kesesuaian dan
relevansinya. Langkah penting terakhir adalah pengemasan,
distribusi, dan penyebaran, meskipun sering diabaikan.
Dalam hal ini, produser dan distributor harus memilih bahan
dalam format yang dapat diterima dan bekerja sama untuk
mengemasnya. Upaya khusus diperlukan untuk
menyebarluaskan materi di antara guru dan siswa dan untuk
mendorong adopsi dan penggunaan materi tersebut.
G. Model Attention, Relevvance, Confidence, Satisfaction
(ARCS)
Model ARCS dikembangkan oleh John Keller, merupakan
model yang berfokus pada desain pembelajaran berbasis
motivasi. Oleh karena itu, model ini sering disebut sebagai model
desain motivasi ARCS. Motivasi belajar adalah sesuatu yang
dapat mendorong hasil belajar. Adanya motivasi untuk
merangsang minat siswa dalam belajar sehingga siswa dapat
berpartisipasi dengan baik dalam pembelajaran (Sardiman,
2020). Oleh karena itu, motivasi belajar sangat penting untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
Strategi, model dan metode pembelajaran mutlak
diperlukan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran ARCS merupakan salah satu
jenis metode pemecahan masalah yang baik untuk
merencanakan motivasi belajar siswa.
Model ini terdiri atas 4 (empat) komponen utama, yakni
perhatian (attention), relevansi (relevance), kepercayaan
62
(confidence), dan kepuasan (satisfaction). Poulsen, et al., (2008)
menjelaskan keempat area tersebut sebagai berikut.
1. Perhatian (Attention)
Perhatian pada model ini menunjukkan ketertarikan
siswa terhadap suatu konsep atau ide pembelajaran.
Komponen-komponen ini dibagi menjadi tiga kategori
sebagai berikut.
a. Pemunculan perseptual, meliputi:
1) Pengkonkretan. Penerapan contoh konkret, yang
dapat digabungkan.
2) Keganjilan (incongruity) dan konflik. Kepentingan
memegang pendapat yang bertentangan.
3) Humor. Adanya humor untuk memperjelas pelajaran.
b. Mengadakan penyelidikan, berupa:
1) Partisipasi. Memberikan permainan peran atau
pengalaman aksi langsung.
2) Penyelidikan. Menggali pertanyaan yang mendorong
siswa berpikir kritis atau mengungkapkan pendapat
(brainstorming).
3) Variabilitas. Termasuk metode pembelajaran yang
berbeda (video, membaca, kuliah).
2. Relevansi
Menurut Keller, relevansi harus dikembangkan
dengan menggunakan bahasa dan contoh yang familiar bagi
siswa. Menurut Keller, ada 3 (tiga) strategi utama sebagai
berikut.
a. Orientasi Tujuan
1) Manfaat Sekarang - jelaskan bagaimana informasi
tersebut akan membantu pelajar saat ini.
63
2) Manfaat Masa Depan.
b. Menyesuaikan motif
1) Sesuaikan nilai-nilai yang dibutuhkan - kelompok
siswa dan putuskan apa yang dibutuhkan siswa.
2) Pilihan - berikan siswa memilih cara terbaik mereka
bekerja saat mempelajari sesuatu.
c. Kekeluargaan
1) Model - lakukan apa yang Anda ingin siswa lakukan.
2) Pengalaman - jelaskan kepada siswa
pengetahuan/keterampilan mereka dan tunjukkan
kepada mereka bagaimana mereka dapat
menggunakan pengetahuan mereka sebelumnya
untuk pembelajaran lebih lanjut.
3. Kepercayaan (Confidence)
Aspek kepercayaan dari model ARCS berfokus pada
pengaturan harapan positif untuk keberhasilan prestasi
siswa. Keyakinan siswa sering berkorelasi dengan motivasi
dan upaya yang mereka lakukan untuk mencapai tujuan
pencapaian. Oleh karena itu, penting bahwa desain pelajaran
menyediakan metode bagi siswa untuk menilai peluang
keberhasilan mereka. Ini dapat dicapai dalam bentuk
kurikulum dan praktik penilaian, rubrik, atau perkiraan waktu
untuk menyelesaikan tugas. Selain itu, kepercayaan diri
berkembang ketika pencapaian pribadi diperkuat secara
positif dari waktu ke waktu dan umpan balik sangat
diperlukan.
Keller menawarkan strategi kepercayaan berikut untuk
perancang pembelajaran.
a. Persyaratan kinerja: Standar pembelajaran dan kriteria
penilaian harus disajikan kepada siswa sehingga mereka
dapat menetapkan harapan keberhasilan yang positif.
Ketika siswa dapat secara mandiri dan akurat
memperkirakan upaya dan waktu yang diperlukan untuk
berhasil, mereka lebih cenderung untuk berusaha.
64
Sebaliknya, ketika siswa tidak mengerti atau merasa
perlu untuk belajar, maka motivasinya menurun.
b. Peluang sukses: Keberhasilan dalam situasi belajar
dapat membantu membangun rasa percaya diri untuk
melakukan usaha di kemudian hari. Siswa akan
ditawarkan kesempatan untuk sukses melalui beragam,
beragam pengalaman dan tantangan konstruktif.
c. Kontrol pribadi: Keyakinan meningkat ketika siswa
mengaitkan kesuksesan mereka dengan kemampuan
atau usaha pribadi daripada faktor eksternal seperti
tantangan atau nasib baik.
4. Kepuasan (Satisfaction)
Siswa harus mendapatkan semacam kepuasan atau
imbalan dari pembelajaran tersebut. Kepuasan ini bisa
menjadi awal dari pencapaian. Umpan balik dan penguatan
adalah elemen penting, dan ketika siswa menghargainya,
mereka termotivasi untuk belajar. Kepuasan adalah dasar
dari motivasi, yang dapat berupa intrinsik (intrinsik) atau
ekstrinsik (ekstrinsik).
Keller mengusulkan tiga strategi utama berikut untuk
meningkatkan kepuasan.
a. Penguatan Intrinsik: mendorong dan mendukung
pengalaman belajar yang menyenangkan. Contoh: Guru
meminta siswa untuk memiliki pengalaman belajar.
b. Penghargaan ekstrinsik: memberikan penguatan positif
dan umpan balik motivasi. Contoh: guru memberikan
siswa sertifikat sebagai bukti kesediaan mereka untuk
menguasai keterampilan.
c. Keadilan: secara konsisten mematuhi standar dan hasil
untuk berhasil. Contoh: di akhir proyek, guru memberikan
umpan balik evaluasi sesuai dengan kriteria yang
dijelaskan dalam pelajaran.
65
H. Model ADDIE
ADDIE adalah singkatan dari Analyze, Design,
Implement, dan Evaluate. ADDIE merupakan konsep
pengembangan produk yang diterapkan pada pengembangan
pembelajaran berbasis kinerja. Filosofi pendidikan ADDIE adalah
bahwa pembelajaran yang disengaja harus berpusat pada
peserta didik, inovatif, otentik, dan menginspirasi (Branch, 2009).
Model desain sistem pembelajaran ADDIE sederhana dan dapat
diimplementasikan dalam praktik secara bertahap atau
sistematis menerapkan program pelatihan yang komprehensif.
Branch (2009) lebih lanjut menjelaskan langkah-langkah
model ADDIE atau pendekatan ADDIE sebagai berikut:
1. Analisis (Analyze)
Tujuan dari tahap analisis adalah untuk mengidentifikasi
kemungkinan penyebab penurunan kinerja. Prosedur umum
yang terkait dengan tahap analisis dijelaskan sebagai berikut.
a. Validasi kesenjangan kinerja, bertujuan untuk
menghasilkan tujuan berdasarkan kesenjangan kinerja
yang telah ditentukan. Ada tiga langkah utama dalam
penilaian kinerja, yaitu:
1) pengukuran kinerja aktual;
2) konfirmasi kinerja yang diharapkan; dan
3) mengidentifikasi akar penyebab kesenjangan kinerja.
b. Pembelajaran berbasis tujuan dirancang untuk
menciptakan tujuan yang merespons kesenjangan kinerja
yang menghasilkan pengetahuan dan keterampilan yang
lemah.
c. Konfirmasi audiens (analisis siswa), dimaksud untuk
mengidentifikasikan kemampuan, pengalaman,
preferensi, dan motivasi siswa. Analisis siswa meliputi:
1) kelompok mahasiswa;
2) sifat umum;
3) jumlah siswa;
4) tempat tinggal siswa;
66
5) tingkat pengalaman;
6) sikap siswa; dan
7) keterampilan yang berpotensi mempengaruhi
keberhasilan dalam lingkungan belajar.
d. Mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan berarti
mengidentifikasi semua jenis sumber daya yang
diperlukan untuk menyelesaikan proses ADDIE. Ada 4
(empat) jenis sumber daya yang dikendalikan, yaitu
1) bahan;
2) teknologi;
3) kesempatan belajar; dan
4) sumber daya manusia.
e. Menentukan system pengantar potensional. Cari tahu
kemungkinan sistem pengiriman. Tujuannya adalah untuk
mengetahui kemungkinan sistem pengiriman dan
memperkirakan biayanya. Sistem pengiriman biasanya
meliputi:
1) pertemuan pribadi;
2) pelatihan komputer;
3) video;
4) sistem pengelolaan pembelajaran berbasis
internet;dan
5) kombinasi dari komponen-komponen di atas.
f. Buat rencana manajemen proyek, yang tujuannya adalah
untuk membuat dokumen yang mendefinisikan
ekspektasi semua bagian proyek (program).
2. Desain (Design)
Tujuan dari fase desain adalah untuk memastikan kinerja
yang diharapkan dan metode pengujian yang benar.
Prosedur umum yang terkait dengan tahap perencanaan
dijelaskan di bawah ini.
a. Buat daftar tugas dengan tujuan mengidentifikasi tugas
yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
67
b. Membuat sasaran kinerja dengan 3 (tiga) komponen yaitu
kinerja, kondisi dan kriteria. Tujuan kinerja memberikan
instruksi:
1) prosedur pengujian yang benar;
2) pilihan bahan;
3) pilihan atau pengembangan media massa;
4) menentukan strategi pembelajaran yang tepat;
5) penilaian kemampuan siswa;
6) mengukur kinerja siswa;
7) identifikasi pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan;
8) sumber daya yang diperlukan; dan
9) Mengubah tugas pencapaian menjadi tindakan siswa
yang terukur.
c. Strategi tes dikembangkan, tujuannya adalah untuk
membuat item tes kinerja siswa.
d. Hitung keuntungan investasi untuk memperkirakan biaya
untuk menyelesaikan seluruh proses ADDIE.
3. Pengembangan (Develop)
Tujuan dari fase ini adalah untuk membangun dan
memvalidasi sumber belajar. Prosedur umum yang terkait
dengan fase pengembangan dijelaskan sebagai berikut.
a. Menyusun Materi. Materi itu penting dalam melibatkan
siswa dalam proses mengkonstruksi pengetahuan. Materi
harus disajikan selama pelajaran dan kelas.
b. Dalam memilih atau mengembangkan media pendukung,
tujuannya adalah untuk memilih atau mengembangkan
media yang cukup untuk mendukung pencapaian tujuan
hasil. Media harus dipilih untuk mendukung proses
pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat yang
dianggap sebagai perpanjangan dari keterampilan guru
dan siswa. Proses pemilihan media yang tersedia atau
mengembangkan media baru didasarkan pada konteks,
68
harapan, kondisi kinerja, sumber daya yang tersedia,
budaya dan praktik.
c. Mengembangkan instruksi untuk siswa, tujuannya adalah
untuk memberikan informasi untuk membimbing siswa
selama pembelajaran.
d. Kami mengembangkan panduan untuk pendidik,
tujuannya adalah untuk memberikan informasi kepada
guru yang memfasilitasi pembelajaran.
e. Peninjauan tes formatif bertujuan untuk memverifikasi
desain asli produk dan proses pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
f. Lakukan uji coba dengan tujuan menjadikan uji lapangan
sebagai langkah terakhir dari fase evaluasi formatif.
4. Implementasi
Tujuan dari fase ini adalah untuk mempersiapkan
lingkungan belajar dan melibatkan siswa. Prosedur umum
yang terkait dengan fase implementasi ini dijelaskan di
bawah ini.
a. Mempersiapkan pendidik, bertujuan untuk
mengidentifikasi dan mempersiapkan pelatih untuk
mengajarkan strategi pembelajaran dan sumber belajar
yang dikembangkan. Bagian penting dari proses
persiapan guru adalah perencanaan guru. Rencana
fasilitator terdiri dari:
1) Identifikasi pelatih yang terlibat dalam pelaksanaan,
termasuk informasi rinci tentang program dan
pengalaman mereka;
2) Perencanaan, termasuk mengidentifikasi langkah-
langkah tindakan dan membuat garis waktu; dan
3) Melatih pelatih (pendidik) agar setiap pendidik dapat
mengenal guru pembimbing dan pembimbing siswa
serta menggunakan semua alat dan bahan yang ada
di dalam kelas.
69
b. Tujuan dari pelatihan siswa adalah mempersiapkan siswa
untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan
berinteraksi secara efektif dengan sumber belajar baru.
5. Evaluasi
Tujuan dari tahap evaluasi adalah untuk menilai kualitas
pembelajaran dan hasil sebelum dan sesudah pelaksanaan.
Prosedur umum yang terkait dengan tahap evaluasi
dijelaskan di bawah ini.
a. Dalam menentukan kriteria penilaian, tujuannya adalah
untuk mengidentifikasi persepsi, pembelajaran dan
kinerja, termasuk domain kognitif, afektif dan psikomotor,
sebagai tiga tingkatan penilaian utama desain
pembelajaran.
b. Dalam memilih alat penilaian, tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi atribut yang paling penting untuk setiap
alat penilaian yang dipilih untuk digunakan dalam
pendekatan desain instruksional ADDIE.
c. Melakukan evaluasi untuk memberikan pedoman
bagaimana melakukan evaluasi kurikulum.
70
pelatihan yang harus diselesaikan oleh peserta. Saat
menerapkan model ADDIE di tingkat Messo, perancang
pelatihan dan tim mengidentifikasi topik pelatihan apa yang perlu
diajarkan kepada peserta sehingga mereka memiliki
keterampilan yang dibutuhkan setelah mengikuti program
pelatihan.
71
KESIMPULAN
72
BAB IV
73
Kualitas siswa harus diidentifikasi berdasarkan landasan
teori dan hukum. Pertama, menurut Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan,
pengembangan pembelajaran harus memperhatikan
keinginan, minat, hasrat, dan tuntutan peserta didik. Selain
perbedaan latar belakang yang berkaitan dengan faktor
keluarga, sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan, siswa
secara teoritis berbeda dalam hal sifat unik mereka. Pada
intinya, kriteria umum seperti usia, kelas, pekerjaan, dan jenis
kelamin mencerminkan kondisi siswa. Karakteristik siswa
adalah sifat unik yang dimiliki siswa, dan dapat berdampak
pada seberapa berhasil mereka menyelesaikan tujuan
akademiknya. Karakteristik siswa adalah sifat unik yang
dimiliki oleh setiap siswa baik secara individu maupun
kelompok yang menjadi pertimbangan dalam merencanakan
kegiatan pembelajaran. Winkel menghubungkan keadaan
awal—yang mencakup realitas setiap siswa dan juga realitas
setiap guru—dengan kualitas siswa.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk memahami
tuntutan, bakat, minat, keinginan, dan kesukaan siswa dalam
kaitannya dengan suatu program pembelajaran tertentu
adalah analisis karakteristik awal siswa. Kepentingan
program pendidikan/pembelajaran tertentu yang akan
ditempuh siswa, serta ilmu pengetahuan dan teknologi.
Slavin (2009) menguraikan banyak faktor yang harus
dipertimbangkan pendidik saat mengembangkan dan
melaksanakan pelajaran untuk memajukan pemikiran
operasional formal, termasuk yang berikut:
1. Ketika memperkenalkan informasi baru,khususnya
informasi yang melibatkan konsep abstrak dan
teori,berikanlah cukup waku kepada peserta didik untuk
menyerap gagasan tersebut dan menggunakan pola
pemikiran formal.Mulailah dengan contoh yang lebih
74
dikenal,dan doronglah peserta didik menerapkan
penalaran hipotesis deduktif.
2. Peserta didik yang belum memperoleh pemikiran operasi
formal akan memerlukan lebih banyak dukungan untuk
merencanakan tugas yang rumit.
3. Doronglah peserta didik menyatakan prinsip dan
pendapat dengan kata-kata mereka sendiri dan mencari
makna dibalik pendapat abstrak dan teori.
4. Sertakan berbagai kegiatan yang meningkatkan
pemikiran hipotesis deduktif.
3. Langkah-langkah Analisis Kemampuan Peserta Didik
Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam
mengadakan analisis kemampuan awal peserta didik berupa:
1. Melakukan pengamatan kepada peserta didik secara
perorangan. Pengamatan ini bisa dilakukan dengan
menggunakan tes kemampuan awal,atau angket dan
wawancara.
2. Tabulasi karakteristik perorangan peserta didik.Hasil
pengemasan yang dilakukan pada langkah pertama
ditabulasi untuk mendapatkan kalsifikasi dan rinciannya.
3. Menyusun dokumen strategi pembentukan karakter anak
didik. Dokumen ini harus dibuat sebagai dasar untuk
menjelaskan strategi pengembangan rencana
pengajaran.
B. Bakat dan Minat
1. Konsep Dasar Bakat dan Minat
Bakat merupakan kemampuan seseorang yang bersifat
genetis. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu
yang inherent dalam diri seseorang,dibawa sejak lahir dan
terkait dengan struktur otak.Secara genetis struktur otak
memang telah terbentuk sejak lahir,tetapi berfungsinya otak
itu sangat ditentukan caranya lingkungan berinteraksi dengan
anak tersebut.( Semiawan,1997).
75
Definisi lain diadopsi dari US Office of Education
(Munandar, 2009), yakni anak berbakat adalah mereka yang
oleh orang-orang professional diidentifikasi sebagai anak
yang mampu mencapai prestasi yang tinggi karena
mempunyai kemmapuan-kemampuan yang
unggul.Kemampuan-kemampuan yang unggul.Kemampuan-
kemampuan tersebut,baik secara potensial maupun yang
telah nyata meliputi :
1) Kemampuan intelektual umum
2) Kemampuan akademik khusus
3) Kemampuan berpikir kreatif produktif
4) Kemampuan memimpin
5) Kemampuan dalam salah satu bidang seni
6) Kemampuan psikomotor (seperti dalam olahraga)
76
menghubungkan materi pembelajaran sebelumnya dan
kemudian menjelaskan bagaimana itu akan digunakan di
masa depan untuk mengajar siswa tentang topik yang akan
diajarkan. Menurut Rooijakters (1980), fase ini juga dapat
dilakukan dengan mengaitkan materi pelajaran dengan berita
terkini yang sudah dikenal oleh siswa
Berkaitan dengan minat,terdapat dua kaidah tentang
minat (the laws of interest),yaitu sebagai berikut:
1) Untuk menumbuhkan minat terhadap mata
pelajaran,usahakn memperoleh keterangan tentang hal
tersebut.
2) Untuk menumbuhkan minat terhadap mata
pelajaran,lakukan kegiatan yang menyangkut hal tersebut.
C. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Menurut Woolfolk (2009), motivasi biasanya didefinisikan
sebagai suatu keadaan internal yang
membangkitkan,mengarahkan,dan mempertahankan
perilaku.Sedangkan menurut Morgan, et.al., (1986),motivasi
dapat didefinisikan sebagai tenaga pendorong atau penarik
yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah suatu tujuan
tertentu.Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Koontz,
et.al., (1980),bahwa “motivation refers to thedrive and effort
to satisfy a want or goal”.Motivasi menunjuk pada dorongan
dan usaha untuk memenuhi (mencapai) suatu kenginan
(kebutuhan) atau tujuan.
77
2. Aspek Penting Perencanaan Pembelajaran
Meningkatkan motivasi peserta didik untuk dapat terlibat
dalam pembelajaran akan memberikan kontribusi tehadap
keberhasilan pembelajaran dan pencapaian kompetensi
peserta didik.Pemahaman atau pengetahuan pendidik
terhadap motivasi masing-masing peserta didik akan penting
dalam menyusun rencana yang tepat untuk keberhasilan
pembelajaran.Beberapa aspek penting terkait perencanaan
dimaksud diuraikan sebagai berikut:
1) Rancang pembelajaran yang menarik,misalnya dengan
melakukan aktivitas pembelajaran diluar kelas dan
melibatkan semua peserta didik dalam situasi belajar.
2) Rancang pembelajaran yang dapat melibatkan semua
peserta didik secara aktif,serta bekerja sama,dan saling
mmebantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
3) Rancangan pembelajaran menggunakan variasi
model/pendekatan/strategi/metode.Hindarilah
pembelajaran yang monoton,karena akan membosankan
peserta didik.
4) Identifikasikan manfaat materi pembelajaran dan
runjukkan kepada peserta didik.Menurut Jensen
(2011),peserta didik tertarik untuk belajar jika materi
pembelajaran berhubungan dengan kehidupan
personalnya.
5) Rancangan pembelajaran yang dapat melibatkan emosi
peserta didik.Menurut Jensen (2011),melibatkan emosi
peserta didik merupakan salah satu strategi
mendatangkan motivasi intrinsic.
6) Rancangan pengalaman sukses untuk peserta didik
dengan kemampuan relative rendah dan dengan
motivasi yang relative rendah.
7) Rancangan pembelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan atau minat anak.
78
Keller (1987) dalam Smaldino, et al. (2011)
menjelaskan 4 aspek mendasar dari motivasi yang bisa
dipertimbangkan pendidik dalam merancang
pembelajaran,yakni:
1) Perhatian (attention). Mengambangkan pembelajaran
peserta didik yang dianggap menarik dan berharga
untuk diperhatikan.
2) Relevansi (relevance).Pastikan bahwa pembelajaran
bermakna dan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pembelajaran peserta didik.
3) Percaya diri (confidence).Rancanglah pembelajaran
yang membangun ekspektasi peserta didik untuk
sukses berdasarkan usaha mereka sendiri.
4) Kepuasan (satisfaction).Sertakan ganjaran instrik dan
ekstrinsik untuk peserta didik
D. Inteligensi
1. Pengertian Inteligensi
Kata intelegensi mengandung unsur yang sama dengan
intelek sehingga memiliki makna yang hampir sama,yaitu
mendeskripsikan kemampuan seseorang dalam berfikir atau
bertindak.Dalam dunia psikologi dan
pendidikan,perkembangan intelektual atau intelek dikenal
dengan istilah perkembangan kognitif.Perkembangan kognitif
manusia ialah proses psikologi yang didalamnya terdapat
melibatkan proses memperoleh,menyusunm dan
pengetahuan.
Inteligensi/kecerdasan adalah salah satu konsep paling
elusive (sukar dipahami, sukar diindetifikasi, pen). Di seluruh
psikologi. Mungkin tidak ada tempat lain di psikologi dimana
begitu banyak upaya penelitian dan teori dilakukan untuk
mendefinisikan konsep yang sedang diteliti.(Davis,2013).
Terdapat variasi pengertian mengenai inteligensi yang
diperkenalkan para ahli. Beberapa ahli seperti Terman, Burt,
dan Vernon hanya menekankan aspek kognitif/intelektual
79
murni. Menurut Terman (1921) seorang individu dikatan
cerdas jika dalam proporsinya ia mampu berpikir abstrak.
Memang terdapat banyak pengertian inteligensi, tetapi
mengkaji defenisi defenisi tersebut dapat di simpulkan bahwa
terdapat empat komponen inti dalam inteligensi, yakni:
1) Kemampuan dasar
2) Kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
3) Kemampuan berpikir abstrak, dan
4) Kemampuan untuk mencapai tujuan.
80
a) Bila kelas terdiri peserta didik inteligensi yang tinggi, maka
:
- Rancangan materi perluasan dan pengayaan.Dengan
merancang materi tambahan berupa perluasan dan
pengayaan, pendidik memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berkembang lebih cepat sesuai
dengan kemampuannya.
- Rancangan materi pembelajaran yang lebih banyak
mengakomodasikan berpikir tingkat tinggi.
- Rancang aktivitas penyelidikan atau eksplorasi
b) Bila kelas lebih didominasi oleh peserta didik dengan
inteligensi yang rendah, maka:
- Rancang pembelajaran yang lebih menekankan konsep
atau pengetahuan dasar dan bergerak secara bertahap
dari sederhana ke kompleks,dari yang mudah ke yang
sukar, dari soal – soal yang bersifat rutin ke
pemecahan masalah.
- Bahan ajar yang disusun harus memuat Langkah -
langkah penyelesaian soal atau pemecahan masalah
secara dtail, tidak ada Langkah yang terlompati.
- Rancangan pembelajaran dengan memberikan
pengulangan pada setiap materi pembelajaran yang
dibahas
- Perlu di sediakan waktu ekstra dalam program
semester untuk kegiatan remedial.
c) Bila kelas terdiri atas campuran peserta didik dengan
inteligensi beragam ( tinggi, sedang, dan rendah ) maka:
- Rancangan pembelajaran disesuaikan dengan kondisi
peserta dengan inteligensi rata – rata. Jika di sesuikan
dengan peserta didik pandai, maka peserta didik lemah
akan kesulitan mengikuti pembelajaran danrentan
strees.
- Perlu dirancang pula program remedial bagi peserta
didik dengan inteligensi rendah, karena umumnya
81
kelompok peserta didik ini memperloleh hasil belajara
bahwa kriteria ketuntasan minimal (KKM).
- Rancang penggunaan tutor sebaya dengan
memanfaatkan peserta didik dengan inteligensi tinggi
untuk membantu temannya yang memiliki inteligensi
rendah.
2. Jenis – jenis inteligensi
1. Intelegensi kolektif
Pengertian pengertian kolektif adalah pengertian
yang telah dicapai oleh lebih dari satu orang dan bahkan
telah menarik dukungan dari sejumlah orang atau
organisasi. Beberapa artikel, baik yang bersifat religius
maupun sekuler, telah membahas tentang perlunya
pemahaman bersama. Salah satunya dari kamus All
Word tahun 2006. Dalam teks tersebut di atas,
pemahaman dipandang sebagai kemampuan seseorang
untuk menggunakan pengetahuan, ingatan, pengalaman,
penalaran, pemahaman, penilaian, dan persepsi untuk
memecahkan masalah dan melakukan penyesuaian
terhadap lingkungan baru.
2. Intelegensi psikologis
Jenis kedua dari intelegensi ialah definisi
intelegensi psikologis. Definisi secara psikologis ini
dikemukakan oleh ahli-ahli psikologis. Berikut beberapa
definisi intelegensi menurut psikologis. Menurut Anastasi,
intelegensi didefinisikan sebagai sebuah kemampuan
yang tidak bersifat tunggal, akan tetapi suatu gabungan
dari beberapa fungsi. Oleh karena itu, maka intelegensi
yang dimiliki oleh individu memerlukan suatu kombinasi
dari beberapa kemampuan untuk dapat bertahan
sekaligus berkembang dalam suatu kultur.
3. Intelegensi AI Researcher
Salah satu definisi intelegensi dari AI Researcher
diungkapkan oleh J.S. Albus. S. Albus mendefinisikan
82
intelegensi sebagai suatu kemampuan di sebuah sistem
untuk mampu bertindak sesuai dengan lingkungan yang
tak pasti. Tindakan yang diambil tersebut sesuai untuk
dapat meningkatkan kemungkinan guna mencapai suatu
kesuksesan serta kesuksesan merupakan pencapaian
yang akan didukung oleh tujuan utama dari suatu sistem.
E. Gaya Belajar
Ada dua aspek dasar pembelajaran: modalitas, atau
bagaimana kita dengan mudah menerima informasi, dan
organisasi dan pengelolaan pengetahuan ini (dominasi
otak).Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaiamna seseorang
menyerap informasi kemudian mengatur secara mengolah
informasi tersebut (Ratumanan, 2015). Konsep gaya belajar
dikembangkan berasal dari fakta bahwa setiap orang memiliki
cara yang berbeda dalam belajar. Ada beberapa peserta didik
yang lebih senang belajar dengan mengamati gambar atau
menonton video, ada yang lebih senang belajar dengan
mendengarkan penjelasan orang lain atau mendengarkan
rekaman suara, dan ada pula yang menyenangi belajar dengan
cara praktikum atau langsung melakukan proses pengumpulan
data, mengelolah, menganalisis, menginterpretasi, dan menulis
laporan.
Kolb (1984) dalam Davis (2013) mengindentifikasi
adanya 4 jenis gaya belajar sebagai berikut :
1) Pengarah (Converger), Dengan kata lain, berdasarkan
konseptualisasi abstrak dan eksperimen aktif, mereka lebih
baik dalam mendefinisikan masalah dan merumuskan
argumen ketika mereka mampu mengidentifikasi masalah
dengan kekhususan dan kecepatan.
2) Penyebar (Diverger), Dengan kata lain, mereka
menggunakan data konkrit dan observasi reflektif untuk
menghasilkan sejumlah ide, kemudian mereka melakukan
brainstorming dan mengeliminasi ide satu per satu.
83
3) Penggabung (Assimilator), Mereka menyukai komponen
asimilasi banyak informasi dari jangkauan luas dan
menyatakannya kembali dalam bentuk yang logis dan jelas.
Mereka terampil dalam perencanaan, perumusan teori, dan
konstruksi model.
4) Penyesuai (Accommodator), yaitu, yang terbaik dalam hal
pengetahuan konkret dan pengalaman aktif; Untuk
memecahkan masalah, mereka sering memilih pendekatan
coba-coba atau strategi intuitif; mereka tidak mau mengambil
risiko dan tetap tenggelam dalam masalah..
84
F. Kemampuan Awal
Kedudukan dua atau lebih banyak konten pendidikan,
serta posisi dua pada tingkat keterampilan atau lebih, dapat
dianggap dapat disewa atau tidak. Jika pelatihan tidak dibayar,
maka materi atau keterampilan masing-masing individu
dikembangkan secara mandiri, artinya satu keterampilan atau
materi pelajaran tertentu tidak menggantikan atau merusak yang
lain. Padahal jika bahannya adalah hirerkis, ada hubungan yang
signifikan antara keduanya. Akan sulit memahami materi
pendidikan lain yang berkaitan dengan prasyarat jika materi
prasyarat tidak ditangani dengan baik.
Kemampuan awal merupakan aspek penting yang pada
akhirnya akan digunakan untuk menjelaskan seberapa baik
perilaku siswa di kelas. Persyaratan awal terkait dengan
pengetahuan dan kesiapan yang harus dimiliki siswa sebelum
memulai proses pembelajaran tertentu. Kemampuan awal dapat
diartikan sebagai prasyarat untuk mencapai target kompetensi.
Peserta didika memiliki kemampuan awal baik dalam proses
belajar mandiri maupun dalam proses pembelajaran
sebelumnya.
Beberapa ahil menggunakan istilah yang berbeda untuk
menyatakan kemampuan awal. Van Gelder menggunakan istilah
“kemampuan peserta didik pada awal pembelajaran”, Glaser
menggunakan istilah “entering behavior”; dan de Corte
menggunakan istilah “keadaan awal dalam arti sempit”.
Kemampuan awal dimaksud disrtikan sama oleh mereka, yakni
kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
instruksional (Winkel, 2007). Smaldino, et.al., (2011) juga
menggunakan istilah yang berbeda yakni kecakapan dasar
spseifik atau pengetahuan sebelumnya.
Kemampuan awal terkait dengan materi prasyarat akan
sangat menetukan keberhasilan peserta didik dalam
memepelajari materi pembelajaran. Kemampuan siswa untuk
menangkap materi pembelajaran yang dibahas di kelas akan
85
terhambat oleh pengetahuan awal mereka tentang informasi
persiapan yang lemah. Siswa membutuhkan pemahaman yang
kuat tentang “sinonim”, “konotasi”, dan “ekspresi atau idiom”
untuk menganalisis materi pembelajaran yang mengandung
“keberagaman kata dan frasa”, misalnya. Siswa tentunya akan
mengalami kesulitan dalam memahami materi pembelajaran jika
pengetahuan yang dibutuhkan tersebut belum dipelajari secara
efektif.
Analisis kemampuan awal siswa adalah tugas yang
melibatkan pengenalan siswa dalam hal kebutuhan dan sifat
mereka untuk menetapkan persyaratan dan kualifikasi untuk
modifikasi perilaku, khususnya yang berkaitan dengan
pencapaian tujuan dan penguasaan materi pelajaran.
Keterampilan awal adalah keterampilan yang sudah dimiliki
siswa sebelum melaksanakan pembelajaran yang akan
diberikan.
Aspek penting dalam perencanaan pembelajaran yang
perlu diperhatikan sehubungan dengan kemampuan awal
peserta didik adalh sebagai berikut :
1) Identifikasi keterampilan Prasayarat yang diperlukan untuk
mencapai tingkat ketegangan kelas yang diperlukan. Hasil
identifikasi ini digunakan untuk memotivasi proyek tinjauan
tahun pertama.
2) Desain proses untuk mengevaluasi keterampilan awal siswa.
Evaluasi ini akan memberikan informasi tentang titik awal
siswa dalam hal kemampuan serta konten apa saja yang
diperlukan yang belum sepenuhnya dipelajari.
Menindaklanjuti temuan studi melalui pertemuan tatap muka
eksklusif membantu peserta lebih memahami konten yang
diperlukan.
3) Lebih baik membuat program khusus, seperti matrikulasi di
awal semester, jika banyak konten wajib yang belum
dipelajari siswa. Materi prasyarat yang belum dikuasai
dengan baik direview selama satu sampai dua minggu
86
pertama semester. Setelah itu, hanya materi pembelajaran
yang selaras dengan kurikulum yang tercakup dalam
pembelajaran yang mengikuti desain program pembelajaran
yang direncanakan.
87
sesuai dengan kebutuhan dan zamannya. Dengan demikian,
seorang guru harus memiliki kemampuan memimpin
pembelajaran, memimpin dengan keteladanan, menjadi guru
yang profesional, serta kemampuan berinteraksi dan
berkomunikasi. Kompetensi mengacu pada keterampilan
maupun kemampuan yang diperlukan dalam melakukan tugas
tertentu. Kompetensi seseorang menentukan aktivitas yang
dapat ditampilkan saat melakukan tugas tertentu. Seorang
pembelajar dianggap kompeten ketika dia dapat menyelesaikan
tugas atau melakukan dengan baik sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Kualifikasi ditetapkan berdasarkan studi khusus,
pelatihan atau hasil pelatihan.
Proses pembelajaran dan pelatihan yang direncanakan dan
dikelola dengan baik membangun keterampilan siswa.
Kompetensi dasar juga terdiri dari pengalaman; pengalaman
lapangan dapat membentuk keterampilan seseorang di
lapangan. Kualifikasi mencakup beberapa aspek, tidak hanya
melalui pengetahuan, tetapi juga melalui keterampilan dan nilai
yang dibutuhkan seseorang untuk bekerja, menyelesaikan
masalah, berkembang dalam hidup, dan bahkan menjalani
kehidupan yang lebih bermakna. Kompetensi juga dapat
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan juga nilai-nilai
yang tercermin dalam kebiasaan berpikir dan juga bertindak.
Menurut Permendikbud Edisi 045/U/2022, kompetensi dapat
diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas dan bertanggung
jawab yang dimiliki oleh seseorang sebagai syarat masyarakat
sehingga dianggap mampu melakukan tugas tertentu. Menurut
Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2013, kompetensi diartikan
sebagai seperangkat sikap, pengetahuan dan keterampilan yang
harusdimiliki, dihayati dan juga dikelola oleh peserta didik setelah
mereka mempelajari isi, menyelesaikan program atau pelatihan
tertentu.
Definisi ini memberikan informasi penting tentang kompetensi
yang harus diperhatikan sebagai berikut:
88
1. Kompetensi adalah syarat seseorang untuk dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik.
2. Pengakuan public diperlukan untuk mendapatkan kualifikasi.
Seseorang dianggap cakap jika ia menjalankan tugasnya
dengan baik dan mendapat simpati dari masyarakat.
3. Kompetensi ditandai dengan aktivitas yang dapat
didemonstrasikan dan komitmen serta tanggung jawab yang
dapat didemonstrasikan, tidak hanya berkaitan dengan aspek
pengetahuan.
4. Kompetensi mencakup domain yang luas yaitu pengetahuan
(kognitif), keterampilan (psikomotorik) dan nilai ataupun sikap
(afektif).
89
verbal melibatkan fakta atau bahasa tertulis atau lisan yang
dihubungkan bersama untuk membentuk makna yang diingat
persis seperti aslinya tertulis. Belajar pengetahuan lisan
berarti orang dapat mengungkapkan secara lisan apa yang
telah mereka pelajari. Pengungkapan Informasi yang
Disimpan.
3. Strategi Kognitif
Ini adalah keterampilan khusus dan sangat penting
yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengontrol dan
mengembangkan proses berpikir melalui perekaman,
analisis, dan sintesis. Strategi kognitif mencakup
keterampilan pemrosesan informasi, seperti halnya
memperhatikan informasi baru, memutuskan untuk
mengulangi informasi, menjelaskan informasi, menggunakan
strategi untuk mengambil informasi dari memori jangka
panjang, dan menerapkan strategi pemecahan masalah.
Strategi kognitif adalah keterampilan terorganisir secara
internal yang memungkinkan siswa untuk fokus, menyelidiki,
mengingat, dan berpikir.
4. Keterampilan motorik (penggerak)
Keterampilan motorik tidak hanya mencakup aktivitas
fisik, tetapi juga aktivitas motorik yang dikombinasikan
dengan keterampilan intelektual. Keterampilan motoric dapat
paling baik dicapai dengan latihan berulang kali. Orang harus
diberi kesempatan untuk mengulangi gerakan yang
diperlukan untuk mengembangkan keterampilan motorik
tertentu.
5. Sikap
Sikap merupakan karakteristik yang dapat dipelajari
dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap
suatu objek. Sikap adalah kecenderungan untuk merespon
suatu stimulus berdasarkan evaluasi terhadap stimulus
tersebut. Jawabannya bias positif atau negatif.
90
I. Ranah Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik
91
2. Ranah Afektif
Ranah afektif mengacu pada karakter, sikap, dan nilai
yang diharapkan dari siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran. Sampai saat ini, topik-topik tersebut secara
implicit telah dimasukkan dalam perencanaan pembelajaran,
padahal kompetensi tersebut sangat penting untuk
keberhasilan dalam kehidupan profesional dan kehidupan
secara umum. Fokus utama bidang afektif adalah pada
pembentukan sikap dan nilai. Sikap mengacu pada target
atau objek tertentu. Nilai memiliki cakupan yang lebih luas
daripada sikap Karena mencakup tujuan yang lebih umum.
Krathwohl dan lain-lain (Bloom et al., 1971; Gronlund, 1995;
Lin dan Gronlund, 1995) menjelaskan berbagai jenis domain
afektif sebagai hasil belajar. Kategori berkisar dari yang
sederhana sampai yang kompleks, yaitu (a) penerimaan (b)
partisipasi (c) evaluasi (d) organisasi dan (e) karakterisasi
nilai.
3. RanahPsikomotorik
Domain psikomotor mengacu pada kegiatan atau
tindakan yang dilakukan menurut aturan atau prosedur. Para
sarjana telah memperkenalkan beberapa bidang
psikomorfisme. Anita Harrow (Jacobsen et al., 2009;
Kubiszyn and Borich, 2013) mengklasifikasikan (a) gerak
refleks, (b) gerak dasar, (c) keterampilan perseptual, (d)
keterampilan fisik, (e) gerak. profesional dan (f) komunikasi
non-diskursif. Dave (Atkinson, 2012) mengklasifikasikan
domain psikomotor sebagai (a) imitasi, (b) manipulasi, (c)
presisi, (d) artikulasi, dan (e) asimilasi. Simpson (Miller et al.
et al., 2009; Gronlund, 1995; Lin dan Gronlund, 1995)
mengklasifikasikan domain psikomotorik dari (a) persepsi, (b)
kemauan bertindak, (c) respon terarah. (d) mekanika, (e)
respon kompleks, (f) adaptasi, dan (g) orisinalitas. Kelas
Simpson ada di Permendikbud. 104 Tahun 2014 dijelaskan
sebagai kategori keahlian tertentu. Selain itu,
92
Permendikbudis No. 104 Tahun 2014 dan Permendikbud No.
22 Tahun 2016 juga menjelaskan keterampilan abstrak
terkait kategori warna yaitu. (a) observasi, (b) Tanya jawab,
(c) tes, (d) penalaran, (e) presentasi, dan (f) kreasi.
Jacobsen dkk., (2009) menegaskan bahwa jika melihat
ketiga domain tersebut, ketiganya tidak bekerja secara terpisah,
tetapi berjalan beriringan dan saling mempengaruhi. Beberapa
target dapat dengan mudah dikelompokkan ke dalam salah satu
dari tiga area, sementara beberapa target terlihat tumpang tindih.
93
ini digunakan sebagai acuan utama untuk pengembangan
Standar Isi, Standar Proses, Standar Tenaga Kependidikan dan
Tenaga Kependidikan, Standar Penilaian Pendidikan, Standar
Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, dan Standar
Pengelolaan. Persyaratan kualifikasi untuk diploma ini terdiri dari
kualifikasi yang diharapkan diperoleh siswa setelah
menyelesaikan studi mereka di pendidikan dasar dan menengah.
Persyaratan kualifikasi dasar dan menengah diberikan dalam
tabel di bawah ini:
94
sekitar, bangsa
dan negara.
SMP/MTs/SMPLB/SMPTK/Paket 1. Perilaku yang
B mencerminkan
sikap:
2. Iman dan taqwa di
hadapanTuhan
Yang Maha Esa
3. Berkarakter, jujur
dan peduli
4. Bertanggung jawab
5. Pembelajar sejati
seumur hidup
6. Sehat jasmani dan
rohani sesuai
dengan
perkembangan
anak dalam
keluarga, sekolah,
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa,
negara dan
daerah.
SMA/SMK/MA/SMTK/SMAK/Pake Perilaku
tC yang
mencerminka
n sikap:
95
3. Bertanggung jawab
4. Pembelajar sejati
seumur hidup
5. Sehat jasmani dan
rohani sesuai
dengan
perkembanga
nanak dalam
keluarga, sekolah,
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa,
negara, ruang
regional dan
internasional.
1. Sains
2. Teknologi
3. Senn
4. Budaya
96
Mampu
mengintegrasikan
informasi di ataske
dalam konsepdiri,
keluarga, sekolah,
masyarakat dan
lingkungan alam
sekitar, bangsa dan
negara.
SMP/MTs/SMPLB/SMPTK/Paket Anda memiliki
B keterampilan faktual,
konseptual,
prosedural, dan
metakognitif pada
tingkat teknis dan
spesifik sederhana
yang terkait dengan:
1. Sains
2. Teknologi
3. Seni
4. Budaya
Mampu
mengaitkan informasi
di atas dalam
konteksdiri, keluarga,
sekolah, masyarakat
dan lingkungan alams
ekitar, bangsa, negara
dan wilayah.
97
Paket C konseptual,
prosedural, dan
metakognitif pada
tingkat teknis, spesifik,
terperinci, dan
kompleks terkait
dengan:
1. Sains
2. Teknologi
3. Seni
4. Budaya
Mampu mengaitkan
informasi di atas dalam
konteksdiri, keluarga,
sekolah, masyarakat
dan lingkungan alam
sekitar, bangsa,
negara, wilayah dan
internasional.
1. Kreatif
98
2. Produktif
3. Kritis
4. Mandiri
5. Kolaborasi
6. Komunikasi
Melalui pendekatan
ilmiah, sesuai dengan
tingkat perkembangan
anak yang penting
untuk menyelesaikan
tugas.
SMP/MTs/SMPLB/SMPTK/Paket Memiliki keterampilan
B berpikir dan bertindak:
1. Kreatif
2. Produktif
3. Kritis
4. Mandiri
5. Kolaboratif
6. Komunikatif
Dengan pendekatan
ilmiah yang konsisten
dengan apa yang
dipelajari di unit studi
dan sumber
99
independen lainnya.
1. Kreatif
2. Produktif
3. Kritis
4. Mandiri
5. Kolaborasi
6. Komunikasi
Melalui pendekatan
ilmiah pengembangan
diri, yang diajarkan
dalam satuan-
satuanstudi dan
mandiri dari sumber
lain.
100
pengetahuan profesional spesifik, rinci
, teknologi, sederhana dan kompleks
seni dan tentang ilmu tentang ilmu
budaya pengetahuan pengetahuan,
tentang diri , teknologi, teknologi, seni
sendiri, seni dan dan budaya
keluarga, budaya yang yang terkait
sekolah, berkaitan dengan
masyarakat dengan masyarakat
dan alams masyarakat dan
ekitar, dan lingkungan
bangsa dan lingkungan, hidup,
Negara bangsa, nasional,
negara, dan negara bagian,
wilayah. lokal, dan
internasional.
101
dengan diri teknis dan dan
sendiri, spesifik lingkungan
keluarga, sederhana alam,
sekolah, yang manusia, seni
masyarakat berkaitan dan budaya,
dan alam, dengan wilayah
bangsa dan masyarakat nasional,
negara. dan regional dan
lingkungan internasional.
alam sekitar,
bangsa,
negara dan
wilayah.
Prosedur Melakukan Pengetahuan Melakukan hal
al atau berbuat melakukan atau kegiatan
sesuatu yang atau yang berkaitan
berkaitan melakukan dengan
dengan ilmu sesuatu yang pengetahuan
pengetahuan berkaitan teknis,
, teknologi, dengan karakteristik,
seni dan pengetahuan algoritma,
budaya, yang teknis metode dan
berkaitan tertentu, kriteria untuk
dengan diri algoritma, menentukan
sendiri, metode tata cara yang
keluarga, tingkat berkaitan
sekolah, sederhana, dengan ilmu
masyarakat terkait pengetahuan,
dan dengan teknologi, seni
lingkungan, masyarakat dan budaya
bangsa dan dan alam bagi
negara. sekitar, masyarakat
bangsa, dan
102
negara dan lingkungan
wilayah, sekitarnya,
terkait bangsa,
dengan ilmu negara,
pengetahuan kawasan
, teknologi, regional dan
seni dan internasional.
budaya.
Metakog Menget Menget Mengeta
nitif ahui ahui hui dan
kelebihan kelebihan menggunakan
dan dan kelebihan dan
kekurangan kekurangan kekurangan
diri sendiri diri sendiri dalam kajian
serta serta dengan informasi
memanfaatka mudah teknis, rinci,
nnya dalam menggunaka spesifik,
kajian ilmu nnya dalam kompleks,
pengetahuan pengajaran kontekstual
, teknologi, keterampilan dan
seni dan teknis dan kondisional
budaya khusus tentang ilmu
dalam dalam ilmu pengetahuan,
kaitannya pengetahuan teknologi, seni
dengan diri , teknologi, dan budaya
sendiri, seni dan yang berkaitan
keluarga, budaya dengan
sekolah, dalam masyarakat
masyarakat hubungannya dan
dan dengan lingkungan
lingkungan masyarakat sekitar,
alam, bangsa dan bangsa,
dan negara. lingkungan negara, ruang
103
sekitar, regional dan
bangsa, internasional.
negara dan
daerah.
105
KESIMPULAN
106
BAB V
Pengembangan Indikator
107
depan. Demikian pula, tanda-tanda juga perlu disesuaikan
dengan keinginan dan minat siswa dan memfasilitasi pengenalan
yang berfokus pada cendekiawan.
Menurut Yunarti (2014), indikator dalam evaluasi
pembelajaran harus memenuhi beberapa syarat yaitu relevan
dengan tujuan pembelajaran, mudah diukur, obyektif, jelas dan
dapat dimengerti, konsisten dan memungkinkan perbandingan
antara siswa, serta mampu memfasilitasi penyesuaian stetegi
pembelajaran.
Penyusunan indikator harus didasarkan pada tujuan
pembelajaran yang jelas dan tepat. Selain itu, dapat
dikembangkan indikator terkait penilaian formatif yang
memberikan umpan balik kepada siswa dan guru atas kemajuan
belajar siswa dan membantu guru menyesuaikan strategi
pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ketika
penilaian sumatif digunakan untuk menilai kinerja siswa pada
akhir proses pembelajaran. Namun, perlu diingat bahwa indikator
tidak boleh digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
secara keseluruhan. Indikator hanya memberikan gambaran
kemajuan menuju tujuan belajar siswa tertentu. Untuk mengukur
kemampuan siswa secara umum, sebaiknya guru menggunakan
penilaian yang berbeda-beda berdasarkan tujuan pembelajaran.
Saat menggunakan statistik, guru juga harus
memperhatikan umpan balik, memberikan umpan balik yang
konstruktif dan mendorong, serta memberikan informasi spesifik
tentang kemajuan siswa dan peluang untuk perbaikan. Umpan
balik yang efektif juga harus memungkinkan siswa untuk
memperbaiki kesalahan mereka dan mengembangkan
keterampilan mereka
Depdiknas (2008) mendeskripsikan adanya 4 (empat)
fungsi penting indikator diuraikan menjadi berikut:
1. Tips dalam menumbuhkan zat belajar. Dalam situasi ini,
pengembangan bahan ajar harus sesuai dengan tanda-tanda
yang berkembang. Indikator yang dirumuskan secara cermat
108
dapat memberikan arah dalam peningkatan bahan ajar yang
berdaya guna sesuai dengan karakteristik mata pelajaran,
potensi dan keinginan mahasiswa, fakultas dan lingkungan
sekitar.
2. Tips dalam mendesain kegiatan mastering. Dalam hal ini,
penguasaan ilmu desain perlu dilakukan secara efektif agar
kompetensi dapat tereksekusi secara optimal.
Pengembangan desain pembelajaran harus sesuai dengan
rambu-rambu yang berkembang, karena rambu dapat
menawarkan garis besar kegiatan pembelajaran yang efektif
untuk mencapai kompetensi.
3. Petunjuk dalam mensosialisasikan bahan ajar. Dalam hal ini
substansi pembinaan perlu ditingkatkan dengan
menggunakan tenaga pendidik untuk membantu keberhasilan
kompetensi cendekiawan. Pemilihan materi pembinaan yang
berdaya guna harus sinkron dengan kebutuhan rambu-rambu
sehingga dapat meningkatkan pencapaian kompetensi
secara porismis.
4. Petunjuk dalam merancang dan menerapkan evaluasi
sehingga akan terjadi penguasaan. Dalam situasi ini,
indikator berfungsi sebagai petunjuk untuk merancang,
menegakkan, dan mengevaluasi memperoleh pengetahuan
sehingga muncul. Rencana penilaian menyajikan acuan
dalam menentukan bentuk dan jenis evaluasi, selain
penyempurnaan rambu-rambu evaluasi. Pengembangan
rambu-rambu evaluasi perlu mengacu pada indikator
pemenuhan yang dapat dikembangkan sesuai dengan
tuntutan standar Kompetensi (atau Kompetensi Madya) dan
Kompetensi Utama.
B. Kata Kerja Operasional
Frase kata kerja operasional adalah kata kerja yang
digunakan untuk menjelaskan gerakan unik yang harus
diselesaikan untuk mencapai tujuan yang tepat. Dalam konteks
pedagogi, kata kerja fungsional biasanya digunakan untuk
109
menjelaskan langkah-langkah konkrit yang diperlukan oleh siswa
dalam mempelajari topik.
Penggunaan verba tersebut juga disesuaikan dengan
tingkat kompetensi yang dibutuhkan siswa setelah
menguasainya. Tahap kompetensi dapat didiagnosis dengan
menggunakan kata kerja operasional yang digunakan sebagai
keterampilan utama. Menurut Kementerian Pendidikan Nasional
(2008), tingkat bakat dapat dikategorikan menjadi tiga bagian,
yaitu tingkat pengetahuan, tingkat sikap dan tingkat
kewaspadaan. Persyaratan operasi tingkat informasi yang lebih
rendah yang berasal dari metode atau tahap utilitas. Gelar
aplikasi adalah persyaratan kualifikasi terbaik yang disukai. Jenis
rentang kompetensi sesuai dengan verba yang digunakan
disajikan pada Tabel 1.1 sebagai berikut:
1 Berhubungan 1. Menggambarkan
dengan 2. Melafalkan
mencari 3. Merapatkan
keterangan 4. Mengindeks
5. Mengartikan
6. Menjumlah
7. Mengenali
8. Mengisahkan
9. Melabeli
2 Memproses 1. Mencampurkan
2. Menggolongkan
3. Menerangkan
4. Mengoorganisasikan
110
5. Mengkaji
6. Memadankan
7. Menderetkan
8. Mengklasifikasikan
9. Menyelidiki
10. Mencocokkan
11. Memilah
12. Mengaitkan
13. Memisahkan
3 Menerapkan 1. Mengaplikasikan prinsip
dan 2. Membentuk dasar
mengevaluasi 3. Menyurvei
4. Merancangkan
5. Memperkirakan
6. Menduga
7. Mengemukakan
pendapat
8. Memperhitungkan
9. Menyamaratakan
10. Memikirkan
11. Merefleksikan
12. Meramalkan
13. Mempersiapkan
14. Melahirkan
15. Menaksir
111
raga “menerima, memaksakan, menghargai, menghayati, dan
mengamalkan”. Pengetahuan (kognitif) diperoleh melalui olah
raga “mengingat, informasi, memanfaatkan, mempelajari,
mengevaluasi, menumbuhkan”. Kemampuan (psikomotorik)
diperoleh melalui “menatap, bertanya, mencoba, menalar,
mempresentasikan, dan mencipta”.
1. Ranah Kognitif
Tanda teknik kognitif adalah sikap siswa yang diharapkan
terjadi setelah menyelesaikan rangkaian olahraga untuk
mencapai kemampuan yang diinginkan. Perilaku ini selaras
dengan bakat teknik medis, tetapi merupakan karakteristik
unik dalam mengembangkan kompetensi bertanya siswa.
Indikator hasil kognitif berhubungan dengan sikap
mahasiswa yang ingin ditingkatkan untuk memperoleh
kompetensi tertentu. Tanda-tanda produksi kognitif disusun
dengan kata kerja berguna komponen kognitif. Tujuan dari
tanda-tanda adalah buatan dari ilmu pengetahuan. Misalnya
konsep, pedoman, pedoman hukum, dan sebagainya.
112
membilang, memasangkan,
menandai, menghafal, meniru,
mengulangi.
2 Pemahaman Menjelaskan, menguraikan,
merumuskan, merangkum,
mengubah memberikan contoh
tentang, menarik kesimpulan,
meringkas, mengembangkan,
mencirikan, merincikan,
mengasosialisasikan,
membandingkan, menghitung,
mengonsepkan, memproses,
menjabarkan.
3 Aplikasi Menyediakan, menyesuaikan,
menemukan, memproses,
menyelidiki, menyusun,
mensimulasikan, menerapkan,
menentukan, mengkalkulasi,
memodifikasi, mengklasifikasi,
membanun, menggambarkan,
menggunakan,memecahkan.
4 Analisis Membagi, membuat
diagram/skema, menunjukkan
hubungan, menganalisis,
mengaudit, mendeteksi,
mendiagnosis, menyeleksi,
memerinci, merasionalkan,
menemukan, mentransfer,
mengonversikan.
5 Sintesis Merangkaikan,
mengubungkan,
menyimpulkan,
merencanakan,
113
merancangkan, membentuk,
membentuk, memproduksi,
membuat pola,
merekonstruksi,
mengabstraksi, mengodekan,
membangun, memadukan.
6 Evaluasi Menafsirkan, membahas,
menaksir, memilih antara,
menguraikan, membedakan,
melukiskan, mendukung,
menyokong, menolak,
mengarahkan, memutuskan,
memvalidasi.
2. Ranah Afektif
Indikator afektif adalah sikap yg diharapkan ketika dan
sesudah peserta didik melakukan serangkaian aktivitas
pembelajaran.
Tabel 1.3 Kata Kerja Operasional Ranah Afektif
114
merapatkan, mengesahkan,
memelopori, mengajak,
mempersatukan, menelaah,
menganjurkan, menegaskan,
menyokong.
4 Mengorganisasi Menganut, mengganti,
mengatur, mengelompokkan,
menggabungkan,
membentengi, membentuk,
membentuk pendapat,
mempersatukan, mengurus,
menawarkan, merembung.
5 Karakterisasi Mengubah perilaku,
memengaruhi, mengindahkan,
menglimitasi, meladeni,
memperlihatkan,
mendemostrasikan,
membongkar.
3. Ranah Psikomotor
Indikator psikomotor merupakan perilaku (behavior) siswa
yang diharapkan tampak sehabis siswa mengikuti
pembelajaran untuk mencapai kompetensi yg telah
ditetapkan.
Tabel 1.4 Kata Kerja Operasional Ranah Psikomotor
Imitasi
1 Membangkitkan,
mencocokkan
memadukan, Meminang,
menyusun, menghimpun,
115
menakar, melengahkan,
membentuk, melangir,
mengomposisi.
Manipulasi
2 Memperbaiki,
membuktikan,
mempersiapkan,
menunjuk, membimbing,
membenahi,
memasukkan, mengenali,
menaruh, menciptakan
memalsukan,
memadukan.
Presisi
3 Mengindahkan,
memutasikan, menggisar,
menyampaikan,
menggeser, menyorong,
memikat, memproses,
memadukan,
mengaplikasikan,
membalut, mengepak.
Arti asi
4 Memalingkan, mengasah,
membangun,
meleburkan, memakai,
mengemudikan,
mendompleng,
mengendurkan, menakar.
116
dan ditaksir, yang meliputi pemahaman, perilaku, serta keahlian.
(Permendiknas: 2007)
Pada merumuskan indicator pencapaian kompetensi,
terdapat beberapa pertimbangan umum yg wajib diperhatikan
pengajar merupakan:
1. Perlu memperhatikan karasteristik mata pelajaran, karena
setiap mata pelajaran mempunyai karasteristik tersendiri.
Contohnya, matematika lebih menekankan kepada
kemampuan menghitung, memecahkan duduk perkara yg
tidak sinkron dengan pelajaran bahasa yg lebih menekankan
pada kecakapan melafalkan, dan bercakap serta mencatat.
Pendidik wajib mengikuti analisis meluas tentang karasteristik
mata pelajaran menjadi rujukan memperluas indicator.
Karasteristik mata kuliah bisa diteliti pada arsip kurikulum.
2. Perlu memperhatikan keahlian peserta didik. Maksudnya,
peserta didik memiliki keahlian yang berbeda pada masalah
keahlian menerima serta menggarap gosip. Di gerombolan
peserta didik menggunakan kemampuan akademik atau
intelegensi relative tinggi contohnya, selain indicator sebagai
jabaran kompetensi dasar dapat ditambah, juga levelnya bisa
ditingkatkan. Penambahan indicator dapat membentuk
keluasan bahan diskusi yang bakal ditekuni serta dites,
menaikkan kuadrat pemahaman, karakter, dan keahlian bakal
berpengaruh di didorongnya keahlian serta prestasi yg lebih
meningkat perlu dipunyai siswa.
3. Dorongan kapabilitas yang bisa dicermati melewati aktivitas
yang dipergunakan pada KD.
4. Kemampuan serta kepentingan peserta didik, rakyat, dan
sekitar.
Indikator berperan sebagai berikut:
1. Kemampuan pada melebarkan bahan didikan.
2. Kemampuan dalam merancang aktivitas didikan.
3. Panduan pada membuatkan materi diskusi
117
4. Panduan pada mendesain serta menjalankan evaluasi yang
akan terjadi belajar.
118
Berdasarkan Kemdikbud (2017), Indikator Pencapaian
Pembelajaran diformulasikan melewati tahap-tahap:
1. Teramati
Maknanya, teramatidisini bukan hanya dipengaruhi
oleh kata kerja operasional semata, melainkan oleh ukuran
atau tandagejalayg diamati.
2. Terukur
Maknanya, dapat diukur strata ketercapaian
kompetensinya.
3. Dapat dicapai
Maksudnya, jangan membentuk rumusan indicatoryg
tidak dapat dicapai.
4. Mewakili seluruh ranah
119
Indicator yang baik mewakili kemampuan atau ranah
eksklusif. Akan tetapi, secara akumulasi semua indicator buat
satu kompetensi seyogyanya meliputi keseluruhan ranah
kemampuan.
5. Banyaknya indicator penanda kompetensi supaya kita yakin
anak memiliki kompetensi yang dibelajarkan, maka anak
wajib menandakan sesuatu yg konsisten.
6. Rumusan yg lengkap sebab indicator sebagai indera agar
proses pembelajaran harus motivator serta terevalusi.
120
2. Peserta didik dalam memantapkan diri untuk ikut
pemeringkatan ujian maupun bukan ujian sebagai akibatnya
memperoleh penilaian diri buat mengetahui keahalian diri pra
evaluasi sebenarnya.
3. Pimpinan sekolah dalam mengawasi keterlaksanaan
pembelajaran serta evaluasi diruangan.
4. Orang tua serta masyarakat pada cara menuntut
keberhasilan kompetensi sepesrta didik bertambah aporisma.
121
persegi, persegi segitiga
persegi panjang, piscal
panjang, serta
serta segitiga
segitiga piscal.
pascal
2.0.2mengidentifik Dibagikan
asi aturan sebentuk
pada barisan,
susunan siwa/I
bilangan menetapka
n bilangan
selanjutnya
.
2.0.3mengidentifik Diberikan
asi formula
pengertian suku ke-n
barisan dari suatu
aritmetika barisan
dan suku ke- aritmatika,
n di barisan peserta
aritmatika didik bisa
menetapka
n empat
suku ke-1
diberikan 2
suku di
barisan
aritmatika,
siwa/I bias
menetapka
n formula
suku ke-n
122
2.0.4mengidentifik Siwa/I bisa
asi menetapka
pengertian n formula
barisan suku ke-n
geometri di suatu
dan suku ke- barisan
n pada geometri
barisan Diberikan
geometri barisan
geometri,
siswa/I
bisa
menetapka
n suku
tertentu.
2.0.5mengidentifik Diberikan
asi dua suku
pengertian dari
deret sebuah
aritmatika deret
serta total n aritmatika,
suku deret siwa/I bisa
aritmatika menetapka
n total n
suku
kesatu.
4.1menyelesaiak 3.0.1mengerjakan Diberikan
an soal soal yang sebuah
yang berhubunga soal yang
berhubunga n dengan berhubung
n oleh suku ke-n an oleh
barisan barisan barisan
aritmatika, aritmatika aritmatika,
123
siswa/I
bisa
menetapka
n susunan
ke-n
3.0.2mengerjakan Siswa/I
soal yang bisa
behubungan mengerjak
dengan total an soal
n suku yang
kesatu deret terkait
aritmatika dengan
deret
aritmatika
3.0.4mengerjakan Siswa/I
soal yang bisa
berhubunga mengerjak
n dengan an soal
total n suku yang
kesatu deret berhubung
geometri an dengan
deret
geometri
124
KESIMPULAN
125
BAB VI
A. Perencanaan Pembelajaran
1. Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Rencana pembelajaran adalah dokumen rasional yang
disusun berdasarkan hasil analisis perkembangan siswa
secara sistematis, dengan tujuan agar pembelajaran menjadi
lebih efektif dan efisien, sesuai dengan kebutuhan siswa dan
masyarakat. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang baik
juga memerlukan perencanaan program yang baik. Artinya
keberhasilan belajar siswa sangat ditentukan oleh rencana
guru. Untuk itu, pembuatan RPP sangat penting dilakukan
oleh guru ketika hendak menunaikan tugasnya mengajar
siswa. Artinya, guru tidak akan dapat mengajar secara
maksimal jika persiapannya belum dikembangkan
sebelumnya.
Menurut Madjid (2006), perencanaan pembelajaran dapat
dilihat dari beberapasudut pandang berikut.
1. Perencanaan pembelajaran sebagai teknologi yaitu
perencanaan pembelajaran dengan menggunakan teknik-
teknik serta penggunaan teknologi yang dapat
mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori
konstruktif yang dapat memberikan solusi terhadap
problem pengajaran yang timbul dalam dunia pendidikan.
2. Perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem adalah
menyusun perencanaan pembelajaran dengan
menetapkan strategi, model, pendekatan, metode, alat
serta sumber dan prosedur yang dapat digunakan dalam
menyelenggarakan pembelajaran.
126
3. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah disiplin ilmu,
yaitu perencanaan pembelajaran merupakan cabang dari
pengetahuan yang senantiasa memperhatian hasil-hasil
penelitian di bidang pendidikan, pengajaran dan teori-
teori yang berkembang serta strategi pengajaran yang
dikembangkan dan diiplementasikan dalam perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran.
4. Perencanaan pembelajaran sebagai sebuah proses, yaitu
pengembangan pembelajaran secara sistemik yang
digunakan secara khusus atas dasar teori-teori
pembelajaran untuk menjamin pembelajaran. Dalam
perencanaan ini dilakukan analisis kebutuhan dari proses
belajar dengan alur yang sitematik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan
evaluasi terhadap materi pelajaran dan aktivitas aktivitas
pembelajaran.
2. Pengertian Rencana Pekan Efektif (RPE)
Rencana Pekan efektif adalah hitungan hari-hari efektif
yang ada pada tahun pelajaran berlangsung, untuk
membantu kemajuan belajar peserta didik. Selain modul,
penting untuk mengembangkan program mingguan dan
harian. Program ini adalah program honoris selama satu
semester dan program modul. Program ini memungkinkan
untuk mengidentifikasi setiap siswa tujuan yang dicapai dan
diulangi, dengan mengidentifikasi siswa yang mengalami
kesulitan di setiap modul dan siswa yang kecepatan
belajarnya lebih tinggi dari rata-rata kelas. Pengayaan dapat
diberikan kepada pembelajar cepat, sedangkan pengulangan
modul dilakukan bagi pembelajar lamban untuk mencapai
tujuan yang belum tercapai pada waktu luang.
RPE adalah jumlah hari mengajar, baik hari efektif
maupun hari libur nasional. Semuanya dihitung dalam RPE
dalam bentuk RPP. Arti RPE sama dengan RPP. Tanpa
RPE, pembelajaran tidak dapat dilaksanakan dan
127
diselesaikan dengan baik. Kapan hari libur nasional dan
kapan hari kerja dapat diketahui dengan menggunakan
penanggalan atau penanggalan.
B. Program Tahunan
1. Pengertian Program Tahunan
Pada permendikbud nomor 22 tahun 2016 merupakan
peribahan dari peraturan pemerintah Nomor 32 tahun 2013
tentang perubahan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Dimana didalamya berisikan
pembuatan RPP, Prota dan Promes. Dimana didalamya
berisikan pembuatan RPP, Prota dan Promes.
Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang
pengertian program tahunan adalah rencana penetapan
alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan per KD yang
telah ditetapkan di SKL. Program tahunan adalah rencana
penetapan alokasi waktu satu tahun untuk mencapai tujuan
(SK dan KD) yang telah ditetapkan.Penetapan alokasi waktu
diperlukan agar seluruh kompetensi dasar yang ada dalam
kurikulum seluruhnya dapat tercapai. Penentuan alokasi
waktu ditentukan oleh banyaknya jumlah jam pelajaran
sesuai dengan struktur kurikulum serta jumlah hari dalam
kalender pendidikan (Marwiah & dkk, 2018).
Program tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk setiap kelas, berisi tentang garis-garis besar
pengajaran yang hendak dicapai dalam dalam satu tahun
dan dikembangkan oleh guru mata pelajaran.Program
tahunan adalah program umum tematik terpadu untuk setiap
kelas yang dikembangkan oleh guru.
Mulyana menyatakan bahwa program tahunan
merupakan program umum setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata pelajaran
yang bersangkutan. Namun melihat kondisi di sekolah dasar
yang pada umumnya sebagai guru kelas bukan guru mata
128
pelajaran, maka program tahunan dibuat oleh guru kelas
masing-masing. Program tahunan perlu dipersiapkan guru
sebelum tahun ajaran baru mulai, karena program tahunan
dijadikan pedoman bagi pengembangan program-program
berikutnya, yakniprogram semester, program modul, program
mingguan dan harian serta pembuatan silabus dan system
penilaiannya (Syamsiah, 2016).
2. Fungsi Program Tahunan
Program tahun pada jenjang pendidikan formal tentunya
memiliki fungsi, antara lain:
1. Mengatur pembelajaran agar selanjutnya dapat
berlangsung secara optimal.
2. Sebagai panduan untuk membuat jadwal berikut, seperti
jadwal harian, jadwal mingguan dan jadwal tengah
tahunan (pinjaman yang dapat ditukar).
3. Memaksimalkan waktu belajar yang tersedia agar
kegiatan belajar mengajar berlangsung efisien dan
mudah diadopsi oleh siswa.
4. Untuk mengilustrasikan hal-hal yang dilakukan selama 1
tahun pembelajaran.
3. Tujuan Program Tahunan
129
4. Sumber-sumber yang Digunakan Sebagai
Pengembangan Program Tahunan dalam Perangkat
Pembelajaran
Sumber yang digunakan sebagai pengembangan
program tahunan.
1) Daftar kompetensi standar sebagai consensus nasional,
yang akan disusun dalam SKKD untuk setiap mata
pelajaran yang akan dikembangkan.
2) Skope dan sekuensi setiap kompetensi. Untuk mencapai
tujuan pembelajaran diperlukan bahan ajar yang
kemudian disusun menjadi pokok bahasan dan sub
pokok bahasan yang memuat pokok pikiran yang sesuai
dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran.
3) Kalender pendidikan.Pembuatan kalender pendidikan
dari satu tahun pembelajaran berkaitan dengan efisiensi,
efektifitas dan hak-hak siswa
130
3) Menghitung jumlah minggu efektif setiap bulan dan
semester dalamsatu tahun dan memasukkan dalam
format matrik yang tersedia.
4) Medistribusikan lokasi waktu yang disediakan untuk suatu
mata pelajaran, pada setiap KD dan topik bahasannya
pada minggu efektif, sesuai ruang lingkup cakupan maeri,
tingkat kesulitan dan pentingnya materi tersebut, serta
mempertimbangkan waktu untuk ulangan serta review
materi.
C. Program Semester
1. Pengertian Program Semester
Semester adalah satuan waktu yang digunakan untuk
penyelenggaraan program pendidikan. Dalam hal ini sekolah
dasar memiliki 2 semester yang masing-masing 6 bulan
dalam satu tahuan. Dalam satu semester guru melaksanakan
program diantaranya kegiatan tatap muka, praktikum, kerja
lapangan, mid semester, ujian semester dan berbagai
kegiatan lainnya (Andriani, 2018).
Program semester adalah program yang berisikan garis-
garis besar mengenai hal-hal yang hendak dicapai dalam
satu semester. Kalau program tahunan disusun untuk
menentukan jumlah jam yang diperlukan untuk mencapai
kompetensi dasar, maka dalam program semester diarahkan
untuk menjawab minggu keberapa atau kapan pembelajaran
untuk mencapai kompetensi dasar itu dilakukan. Program
semester merupakan penjabaran dari program tahunan
(Kunandar, 2011). Isi dari program semester adalah tentang
bulan, pokok bahasan, waktu dan keterangan yang berisikan
tanggal pelaksanaan. Program semester merupakan
penjabaran dari program tahunan sehingga program tersebut
tidak bias disusun sebelum tersusun program tahunan.
Program semester adalah perencanaan yang disusun oleh
seorang guru dalam mendistribusikan alokasi waktu untuk
setiap bulan di semester satu dan dua. Pendistribusian
131
alokasi waktu di program semester harus menunjuk pada
alokasi waktu untuk KD di program tahunan (Hanum, 2017).
2. Fungsi Program Semester
Program tahunan dalam suatu jenjang pendidikan
formal pasti memiliki fungsi, adapun fungsi program tahunan
diantaranya:
1) Bisa mempermudah tugas pendidik saat mengadakan
pembelajaran selama satu semester
2) Mampu mengarahkan kegiatan untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah deprogram.
3) Menjadi pola dasar untuk mengatur tugas dan wewenang
setiap pihak yang ikut serta dalam pembelajaran.
4) Menjadi pedoman guru dan dalam bekerja dan belajar.
5) Menjadi tolak ukur efektivitas pada proses pembelajaran.
Adapun menurut Usman (200:54) penyusunan
program semester berfungsi sebagai berikut:
a. Acuan menyusun satuan pelajaran
b. Acuan kalender kegiatan belajar mengajar
c. Mencapai efesien dan efektifitas penggunaan waktu
belajar yang tersedia
3. Tujuan Program Semester
Tujuan penyusunan program tahunan adalah sebagai
berikut.
1) Untuk mempermudah guru dalam proses menagajar
2) Sebagai acuan dalam melaksanakan KBM (kegiatan
Belajar Mengajar).
3) Menjadi daya tarik guru dalam mengajar karena dapat
lebih mendalamimateri yang akan diajarakan pada siswa.
4. Sumber-sumber yang Digunakan Sebagai
Pengembangan Program Semester dalam Perangkat
Pembelajaran
Sumber yang digunakan sebagai pengembangan
program semester (Suherman, 2001).
1) Kalender pendidikan
132
2) Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) mata
pelajaran
3) Hasil analisis mata pelajaran
4) Format program semester
5. Unsur-unsur yang Terkandung dalam Program Semester
Unsur-unsur yang biasanya terkandung di dalam
program semester meliputi.
1) Tujuan. Tujuan yang tercantum dalam program semester
merupakan tujuan umum SKKD, yaitu tujuan kurikuler
dan tujuan didaktik.
2) Pokok bahasan. Pokok bahasan ialah judul mata
pelajaran yang dipelajari atau diajarkan di kabupaten
tertentu. Rencana pembelajaran membuat konten dan
subtopik pembelajaran dalam satu semester, dengan
perhitungan konten pembelajaran dapat diselesaikan
dalam satu semester jika kualitas yang dipersyaratkan
tercapai.
3) Metode mengajar. Metode mengajar adalah dalah
metode yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan
materi. Program semester harus mencantumkan metode
pengajaran yang ditujukan untuk pengajaran mata
pelajaran yang bersangkutan. Penentuan metode
pengajaran juga ditentukan oleh tujuan yang dirumuskan
oleh guru.
4) Media sumber. Setiap topik juga disertakan dalam media
dan buku sumber yang digunakan. Pencantuman buku
sumber mencakup nama penulis, nama buku, tahun dan
penerbit, serta bagian atau bab yang dirujuk dalam
pengajaran mata pelajaran tersebut. Media akan
memudahkan siswa untuk memahami dan berhubungan
dengan pelajaran yang diajarkan oleh guru.
5) Evaluasi. Pelajaran dalam program semester harus
mencakup kegiatan penilaian yang dilakukan di luar mata
133
pelajaran, seperti: Evaluasi juga digunakan untuk
memperbaiki bahan atau metode pengajaran.
6) Waktu. Untuk setiap kegiatan pembahasan dan evaluasi
semester yang bersangkutan diperlukan alokasi waktu
agar sejak awal diketahui apakah program semester yang
dilaksanakan dapat dilaksanakan sesuai jadwal.
134
Materi Ket.
JJP Bulan
Pokok/KD
135
KESIMPULAN
136
program tahunan dan program semester yang di lakukan dalam
rangka mendesain bingkai pembelajaran yang efektif.
137
BAB VII
138
Mc Leod dan Reyes (Holmes, 1995) berpendapat bahwa
sikap adalah persepsi independen, objek atau ide lain. Johnson
(2002) menjelaskan bahwa sikap adalah kecenderungan untuk
merespon secara positif atau negatif terhadap seseorang, objek
atau ide tertentu.
139
memudahkan siswa untuk memahami konsep atau keterampilan
yang diajarkan. Materi pembelajaran juga harus dikembangkan
secara sistematis dan berkesinambungan untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
B. Dimensi Pengetahuan
Romiszowski (1981) dalam Kuswana (2012) memberikan
fakta, prosedur, konsep dan prinsip yang konkrit. Bagle (1979)
dan Ratumanan (2003) membagi informasi (materi
pembelajaran) tentang fakta, konsep, fungsi dan prinsip.
Sementara itu, khusus untuk alat peraga matematika, Bell (1981)
membedakan dua jenis objek matematika, yaitu objek langsung
dan objek tidak langsung. Objek langsung adalah objek
matematika itu sendiri, sedangkan objek tidak langsung
140
berkaitan dengan perolehan pembelajaran objek langsung
seperti transfer belajar, keterampilan penemuan, pemecahan
masalah, disiplin diri, dan apresiasi terhadap struktur
matematika. Item langsung dalam matematika dibagi menjadi
empat kategori yaitu fakta, keterampilan, konsep dan prinsip.
Pada hakekatnya, dimensi informasi dalam pendidikan
bukanlah hal baru. Dimensi pengetahuan ini telah dikembangkan
oleh Anderson dan Karthwohl sejak tahun 2001. Taksonomi
Bloom versi Anderson dan Karthwohl membagi domain kognitif
menjadi dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi
kognitif atau pengetahuan. Dimensi pengetahuan ini muncul
sebagai produk kognitif atau hasil dari proses kognitif. Proses
kognitif sendiri dikaitkan dengan enam kategori proses (C1-C6),
yaitu mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta.
Anderson dan Krathwohl (2001), membedakan
pengetahuan atas 4 (empat) jenis, yaitu :
1. Pengetahuan faktual mengandung unsur-unsur dasar yang
perlu diketahui siswa ketika mempelajari suatu disiplin ilmu
atau memecahkan masalah mereka. Unsur-unsur tersebut
biasanya berupa simbol-simbol yang merujuk pada makna-
makna tertentu atau daftar simbol-simbol yang mengandung
informasi penting. Informasi faktual dibedakan dengan poin-
poin berikut :
a. Pengetahuan tentang terminologi
1) Pengetahuan tentang alfabet, pengetahuan tentang
istilah-istilah tertentu.
2) Pengetahuan tentang kosakata seni visual.
3) Pengetahuan tentang istilah akuntansi dasar.
4) Pengetahuan tentang simbol terpenting pada peta dan
peta.
5) Ketahui simbol-simbol yang menggambarkan
pengucapan kata-kata yang benar.
141
b. Pengetahuan tentang beberapa detail dan 10 elemen
spesifik
1) Pengetahuan mengenai fakta penting budaya dan
masyarakat tertentu.
2) Pengetahuan tentang fakta praktis penting yang
berkaitan dengan kesehatan, kewarganegaraan, dan
masalah manusia lainnya.
3) Pengetahuan tentang nama-nama orang, tempat, dan
peristiwa penting dalam majalah.
4) Pengetahuan tentang produk utama dan produk ekspor
beberapa negara.
5) Pengetahuan tentang sumber informasi yang dapat
dipercaya tentang pembelian yang tepat.
2. Pengetahuan konseptual mencakup informasi tentang
kategori, klasifikasi dan hubungan antara dua atau lebih
kategori atau klasifikasi, informasi yang lebih kompleks dan
terorganisir. Pengetahuan konseptual mencakup skema
implisit atau eksplisit, model mental, atau teori. Pengetahuan
konseptual terdiri dari tiga subtipe yaitu :
a. Pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori
1) Pengetahuan tentang berbagai jenis referensi.
2) Pengetahuan tentang berbagai bentuk bisnis.
3) Pengetahuan tentang bagian-bagian kalimat (misalnya
kata benda, kata kerja dan kata sifat).
4) Pengetahuan tentang berbagai masalah psikologis.
5) Pengetahuan tentang kalender yang berbeda.
b. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi. Contoh
pengetahuan ini dijelaskan sebagai berikut:
1) Pengetahuan tentang generalisasi dasar tentang
budaya tertentu.
2) Pengetahuan tentang hukum fisika dasar.
3) Pengetahuan tentang prinsip-prinsip kimia yang
berkaitan dengan proses kehidupan dan kesehatan.
142
4) Informasi tentang dampak kebijakan perdagangan
Amerika terhadap perekonomian dunia dan sikap
masyarakat internasional.
5) Pengetahuan tentang prinsip-prinsip utama
pembelajaran.
6) Pengetahuan tentang prinsip-prinsip sistem
administrasi federal.
7) Pengetahuan tentang prinsip-prinsip operasi aritmatika
sederhana (misalnya prinsip komutatif dan asosiatif).
c. Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur mencakup
pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi serta
hubungan antara keduanya yang memungkinkan
pandangan yang jelas, holistik, dan sistematis
1) Pengetahuan tentang hubungan antara prinsip kimia
sebagai dasar teori kimia.
2) Pengetahuan tentang semua struktur organisasi.
3) Pengetahuan tentang struktur inti pemerintah daerah.
4) Pengetahuan tentang rumusan lengkap teori
pembangunan.
5) Pengetahuan tentang teori pergerakan lempeng
tektonik.
6) Pengetahuan tentang model genetik (misalnya DNA).
3. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara
melakukan sesuatu, mulai dari latihan rutin hingga
pemecahan masalah baru. Pengetahuan ini mencakup
informasi tentang keterampilan, algoritme, teknik, dan
metode, semuanya disebut prosedur. Informasi metode juga
mencakup informasi tentang kriteria yang menjadi dasar
penentuan kapan menggunakan metode yang berbeda. Data
prosedural terdiri dari 3 (tiga) subtipe yaitu:
a. Pengetahuan tentang bidang dan algoritme tertentu terkait
dengan pengetahuan tentang prosedur atau algoritme
yang digunakan untuk memecahkan masalah tertentu. Di
bawah ini adalah contoh informasi tersebut.
143
1) Pengetahuan tentang lukisan cat air.
2) Pengetahuan tentang keterampilan yang digunakan
untuk menentukan arti kata dengan menganalisis
strukturnya.
3) Pengetahuan tentang algoritma yang berbeda untuk
memecahkan persamaan kuadrat.
4) Pengetahuan tentang keterampilan lompat tinggi.
b. Pengetahuan tentang teknik dan metode di bidang tertentu
1) Pengetahuan tentang metode penelitian yang relevan
dalam ilmu sosial.
2) Pengetahuan tentang teknik yang digunakan ilmuwan
untuk menemukan solusi atas suatu masalah.
3) Pengetahuan tentang metode evaluasi konsep
kesehatan.
4) Pengetahuan tentang berbagai metode kritik sastra.
144
a. Pengetahuan strategis adalah pengetahuan tentang
strategi belajar dan berpikir serta pemecahan masalah.
Contoh informasi strategis dijelaskan di bawah ini.
1) Mengetahui bahwa mengulang informasi adalah cara
menginternalisasi informasi.
2) Ingat informasi tentang strategi memori yang berbeda
(misalnya singkatan mejikhiniu untuk warna pelangi).
3) Pengetahuan tentang strategi editorial yang berbeda
seperti ungkapan dan meringkas.
4) Pengetahuan tentang berbagai strategi organisasi
seperti menulis garis besar dan menggambar diagram
dll.
b. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif yang mencakup
pengetahuan kontekstual dan kontingensi, termasuk
mengetahui kapan dan mengapa strategi tertentu harus
digunakan secara tepat. Ini juga mencakup norma-norma
situasional, sosial umum, adat dan budaya lokal yang
harus dipahami agar dapat menerapkan strategi dengan
tepat. Contoh informasi tersebut adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui bahwa tugas memori berbeda dari tugas
pengenalan biasanya membutuhkan lebih banyak kerja
memori.
2) Mengetahui bahwa tugas-tugas sederhana hanya
membutuhkan pengulangan strategi dengan hati. 3)
Mengetahui bahwa strategi elaborasi seperti meringkas
dan parafrase dapat menimbulkan pemahaman yang
mendalam.
3) Pengetahuan bahwa metode pemecahan masalah
heuristik sangat berguna ketika siswa tidak memiliki
pengetahuan mata pelajaran atau pengetahuan
metodologi tertentu.
c. Kesadaran diri, termasuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan diri sendiri dalam hal kognisi dan
pembelajaran
145
1) Tahu bahwa dia memiliki pengetahuan yang mendalam
di beberapa bidang tetapi tidak di bidang lain.
2) Mengetahui bahwa ia cenderung mengandalkan “alat
kognitif” (strategi) dalam situasi tertentu.
3) Informasi yang akurat dan tidak memihak tentang
kemampuan seseorang untuk melakukan tugas
tertentu.
4) Informasi tentang tujuan pribadi dalam melaksanakan
tugas, dll.
C. Pengorganisasian Materi Pembelajaran
Menurut KBBI, organisasi adalah suatu proses, cara,
perbuatan mengatur dan menyusun bagian-bagian sehingga
menjadi satu kesatuan yang teratur. (Siagian, 1983 dalam
Andriani) Sementara itu, Szilagji (dalam Andriani) berpendapat
bahwa fungsi organisasi adalah proses mewujudkan tujuan
dengan mengkoordinasikan kegiatan dan upaya melalui
penataan struktur, tugas, mandat, tenaga kerja, dan komunikasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian
bahan ajar adalah suatu proses atau cara merangkai bahan ajar
menjadi satu kesatuan utuh yang saling berhubungan dan
diorganisasikan secara sistematis untuk disampaikan kepada
siswa.
Pengorganisasian bahan kajian merupakan langkah
penting dalam penyusunan bahan kajian. Mengorganisasikan
materi pembelajaran di antara materi pembelajaran dan
menentukan struktur atau urutan materi pembelajaran. Penataan
materi pembelajaran di lingkungan pembelajaran mengacu pada
standar kompetensi dan kompetensi inti (dalam kurikulum)
(2006) atau kompetensi inti dan kompetensi inti (dalam
kurikulum) (2013) berdasarkan peraturan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Dalam menyusun materi pembelajaran, ada tiga prinsip
penting yang harus diperhatikan, yaitu relevansi, koherensi, dan
kesesuaian (Ratumanan, 2006; Depdiknas, 2004).
146
1. Relevansi
Relevansi mengacu pada keterkaitan dan kompatibilitas
komponen. Berkaitan dengan kebutuhan kompetensi sumber
belajar, penyediaan sumber belajar esensial harus menyasar
kebutuhan kompetensi peserta didik yang telah ditetapkan.
2. Konsistensi
Konsistensi berarti hubungan antar komponen harus
konsisten dengan prinsip. Mata pelajaran yang harus
dipelajari siswa harus berhubungan atau sesuai dengan
kompetensi inti
3. Kecukupan
Kecukupan meliputi makna atau materi yang harus
dimiliki siswa secara memadai untuk mendukung
penguasaan kompetensi kunci. Untuk mempertahankan titik
awal ini, aturan indikator kompetensi ditetapkan untuk setiap
kompetensi inti, setelah itu departemen ditentukan untuk
setiap indikator kebijakan kompetensi (IPK).
147
D. Berpikir Tingkat Tinggi
Keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dalam bahasa
umum dikenal sebagai Higher Order Thinking Skills (HOTS)
dipicu oleh empat kondisi berikut.
1. Situasi belajar tertentu yang memerlukan strategi belajar
tertentu khusus dan tidak dapat digunakan dalam situasi
belajar lainnya.
2. Kecerdasan tidak lagi dianggap sebagai kekurangan
keterampilan berubah, tetapi kumpulan data dipengaruhi oleh
banyak kumpulan data yang berbeda pembelajaran
lingkungan, strategi dan kesadaran mendalam belajar.
3. Memahami konsep yang bergerak dari satu dimensi, ke linier,
ke hierarki atau spiral untuk pemahaman dalam tampilan
multidimensi dan interaktif.
4. Keterampilan berpikir tingkat tinggi lanjutan seperti
penalaran, kemampuan analitis, pemecahan masalah dan
berpikir kritis lalu kreatif.
148
2. Berpikir kreatif yang menentukan informasi untuk sampai
pada konsep, ide atau pemahaman yang benar-benar
menyeluruh.
3. Metakognisi adalah kesadaran seseorang terhadap proses
berpikirnya.
149
Menurut Mulyasa, muatan lokal adalah seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai isi bahan pelajaran yang
ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan daerah masing masing serta cara yang di
gunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar.
150
2. Indetifikasi muatan lokal yang relevan dengan kompetensi dasar
dan materi pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya.
1. Tujuan langsung
a. Bahan pengajaran lebih mudah diserap oleh murid.
151
b. Sumber belajar didaerah, dapat lebih dimanfaatkan untuk
pentingan pendidikan.
c. Murid dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan
yang dipelajarinya untuk memecahkan masalah yang
ditemukan di sekitarnya.
d. Murid lebih mengenal kondisi alam, lingkungan sosial,
dan lingkungan budaya yang terdapat di daerahnya.
2. Tujuan tak langsung
a. Murid dapat meningkatkan pengetahuan mengenai
daerahnya.
b. Murid diharapkan dapat menolong orang tuanya dan
menolong dirinya sendiri dalam rangka memenuhi
kebutuhan lainnya.
c. Murid menjadi akrab dengan lingkungan sosial.
152
KESIMPULAN
153
membangun hubungan dengan melibatkan aktivitas mental
yang paling dasar.
154
BAB VIII
155
dalam pengalaman belajar pasif, siswa lebih sering menunggu
informasi dari guru. Perbedaan antara kedua pengalaman belajar
ini ditunjukkan sebagai berikut:
156
e. Perolehan keterampilan relatif terbatas, perolehan
pengetahuan juga relatif terbatas, kemandirian belajar
rendah, kemampuan membangun pengetahuan relatif
rendah, dan kemampuan mempertahankannya relatif
rendah.
f. Informasi yang diterima diproses dengan menghafal.
Beberapa pemikiran umum tentang pengalaman belajar:
1. Partisipasi dalam pembelajaran merupakan pengaruh yang
sangat penting dalam pembelajaran
2. Suasana bebas dan rahasia mendukung kemauan siswa
untuk mengerjakan tugas, meskipun mengandung resiko.
3. Pengaruh deep strategy dapat digunakan, namun sangat
bergantung pada beberapa aspek, seperti usia, kedewasaan,
kepercayaan dan rasa hormat terhadap orang lain. Dan
kebahagiaan guru juga tergantung dari latihan yang diberikan
untuk menguasai atau menguasai aspek-aspek tersebut.
4. Beberapa teknik yang disajikan biasanya memberikan ide
atau gagasan tentang bagaimana guru dapat melibatkan
siswa secara emosional. Dalam hal ini, referensi atau mata
pelajaran yang diberikan sangat tergantung pada siswa,
kelas tertentu, pengajaran atau lingkungan pengajaran.
5. Berbagai pengaruh paling baik dieksplorasi melalui berbagai
model, di mana guru atau guru menggabungkan pengaruh
dalam berbagai cara sementara siswa mencoba
menguranginya. Oleh karena itu, model yang digunakan
membutuhkan banyak pelatihan informal.
B. Pertimbangan Pemilihan Pengalaman Belajar
1. Berorientasi pada kualifikasi
Dalam mengembangkan kurikulum dan pembelajaran,
kompetensi menjadi acuan utama. Keberhasilan pelatihan
dan pembelajaran ditentukan oleh sejauh mana kompetensi
atau keberhasilan belajar yang dibawa oleh peserta didik
sejak awal. Dalam penerapan kurikulum sekolah dan
kurikulum perguruan tinggi, kompetensi dibedakan menurut
157
sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan kemampuan
(psikomotorik). Tentunya diperlukan pengalaman belajar
yang berbeda untuk mencapai masing- masing kompetensi
tersebut. Misalnya, pemerolehan kompetensi sikap
memerlukan pengalaman belajar berupa sosialisasi, fungsi
panutan, penerapan pembelajaran dalam lingkungan
kolaboratif, dan lain-lain. Untuk memperoleh kompetensi
dalam suatu bidang pengetahuan atau dimensi pengetahuan,
diperlukan berbagai pengalaman belajar, seperti mengamati
objek tertentu, mengerjakan masalah atau kasus tertentu,
mengumpulkan informasi, merumuskan konsep, menyusun
laporan, mempresentasikan hasil kerja kelompok, dan lain-
lain. Untuk memperoleh kompetensi dalam
Bidang yang kompeten, pengalaman belajar seperti
menjalankan simulasi, mendemonstrasikan, mempraktikkan
metode kerja tertentu, pelatihan, dll. Desain kompetensi
harus menjadi pertimbangan utama dalam mendefinisikan
proses pembelajaran.
2. Kompatibilitas dengan karakteristik
Materi pembelajaran Setiap materi pembelajaran memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Misalnya, materi
pembelajaran berupa konsep memerlukan pengetahuan atau
pemahaman tentang sifat-sifat dan konsep itu sendiri,
sedangkan materi pembelajaran berupa prinsip.
Membutuhkan tingkat pemahaman dan aktivitas mental yang
lebih tinggi, termasuk memahami hubungan antar elemen,
antar konsep, dan juga lintas bukti. Oleh karena itu,
pengalaman belajar berbeda untuk setiap jenis materi
pembelajaran. Begitu pula dengan tingkat kesulitan materi
pembelajaran. Materi pembelajaran sederhana, sedang dan
kompleks. Materi sederhana membutuhkan waktu relatif
singkat untuk dipahami, sedangkan materi kompleks
membutuhkan waktu relatif lama untuk dipahami. Untuk
materi pembelajaran yang sederhana, pengalaman belajar
158
dapat dikonfigurasi untuk mempelajari bahan kajian dan
diskusi kelompok kecil, melengkapi dan mempresentasikan
Lembar Kerja Siswa (LKPD), dll. Namun, materi
pembelajaran yang kompleks memerlukan pengalaman
belajar yang berbeda, antara lain: memecahkan masalah
dalam kelompok kecil, mengembangkan alat, mengumpulkan
dan menganalisis data, menulis dan menyajikan laporan, dll.
3. Memperhatikan karakteristik setiap peserta didik
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Setiap siswa memiliki konsumsi informasi (information
Consumption) yang berbeda dan pengolahan informasi yang
berbeda pula. Penting bagi guru untuk menyadari perbedaan
ini ketika merencanakan pelajaran. Ini bisa sulit karena dua
alasan: Pertama, guru cenderung mengajar sesuai dengan
gaya belajar mereka. Menurut Sousa (2002), guru masih
cenderung mengajar. Seorang pendidik dengan keterampilan
mendengarkan yang kuat lebih.
Mungkin mengajar dengan berbicara di depan kelas.
Siswa dengan pendengaran yang kuat akan merasa mampu
dan nyaman menggunakan metode ini, tetapi siswa dengan
kecenderungan visual akan sulit untuk mempertahankan
konsentrasinya. Kedua, sulit bagi guru untuk mengakomodasi
semua perbedaan siswa tersebut dalam kurikulum. Namun,
jika hal ini diperhitungkan, akan berdampak lebih baik pada
prestasi belajar dan pencapaian kompetensi siswa.
4. Partisipasi siswa yang optimal
Partisipasi siswa memiliki dampak yang kuat pada
kinerja. Kelayakan Semakin tinggi aktivitas mental siswa
dalam mengolah informasi, maka semakin banyak pula
informasi yang tersimpan dalam memori. Misalnya, dalam
metode pengajaran tradisional, pengalaman belajar siswa
cenderung didominasi oleh kegiatan menyimak atau
mengikuti pemaparan informasi dari guru. Kadang-kadang
siswa melakukan kegiatan mandiri di mana mereka terlibat
159
dalam pertanyaan yang diberikan oleh guru, yang biasanya
mirip dengan contoh yang diberikan. Pengalaman belajar
seperti itu berdampak lebih kecil pada retensi, seperti yang
ditunjukkan oleh penelitian Moore di atas. Pendidik dapat
merancang berbagai pengalaman belajar aktif bagi siswa,
seperti: B. Mempelajari bahan ajar, mendiskusikan kasus
atau wacana tertentu, memecahkan masalah dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi, merancang penelitian sederhana,
pengumpulan data, pengolahan, analisis data dan interpretasi
hasil analisis, konfirmasi praktis atau praktis atau penemuan
kembali konsep atau teori tertentu, dll.
Morrison dan Lowther (dalam Smaldino, et al., 2011)
menekankan bahwa pembelajaran yang paling efektif adalah
pembelajaran yang mendorong siswa untuk menggunakan
keterampilan yang sesuai dengan hasil yang diharapkan.
Partisipasi siswa meningkatkan kesempatan belajar.
Pelatihan, terutama dalam konteks yang berbeda,
meningkatkan komitmen dan kemampuan untuk menerapkan
teknologi, keterampilan, dan sikap baru. Latihan mendorong
pembelajaran yang lebih dalam, lebih lama, dan lebih
Bertahan lama. Ginnis (2008) merekomendasikan
pedoman berikut untuk keterlibatan siswa dalam
pembelajaran :
a. Mendorong siswa untuk menemukan dan melakukan
sesuatu sendiri. Memanfaatkan keingintahuan alami siswa
dan keinginan untuk bersosialisasi. Meminta siswa untuk
bertanya, meminta siswa untuk mencari informasi,
mengatur kesempatan siswa untuk mengolah informasi,
menalar, menalar dan merasakan.
b. Mendorong siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide
kasar. Dalam peran belajar, berdiskusi, menyampaikan,
memahami dengan hati – semua ini penting dan terbukti
dengan sendirinya dalam proses pengembangan konsep.
Kita adalah makhluk sosial, otak kita berkembang di
160
lingkungan sosial dan kita sering memahami berbagai hal
melalui interaksi sosial. Jadi diskusi, peer teaching,
membuat sketsa, mempresentasikan, berpikir, berbicara
dan menanggapi adalah cara klasik bagi siswa untuk
mengekspresikan pemikiran mereka, sehingga
mempercepat pemilahan dan penggabungan mental.
Bahasa itu sendiri menjadi jelas. Siswa tidak hanya
menggunakan bahasa untuk melakukan kegiatan, mereka
juga menggunakan kegiatan mereka untuk
mengembangkan bahasa.
c. Berikan umpan balik interaktif yang spesifik dan langsung.
Pikirkan tentang apa yang terjadi di game komputer.
Siswa belajar bergerak melalui level dengan cepat karena
mereka mendapatkan umpan balik yang cepat dan akurat
tentang pilihan mereka. Otak sangat pandai memberikan
umpan balik – memutuskan apa yang harus dilakukan
selanjutnya berdasarkan apa yang terjadi sebelumnya.
Otak mengacu pada diri sendiri dan mengoreksi diri
sendiri, siap memberikan umpan balik yang relevan dan
segera untuk mengembangkan keterampilan dan konsep.
6. Mempertimbangkan Konteks Realistis
Melibatkan lingkungan siswa dalam merencanakan
pengalaman belajar siswa menjadikan pembelajaran lebih
menarik dan bermakna. Adaptasi terhadap konteks realistik
juga mengembangkan kemampuan.
Untuk mentransfer konsep atau prinsip yang dipelajari
dalam konteks nyata. Mengajar tanpa konteks yang realistis
seringkali dapat menyebabkan kesalahpahaman. Hasil karya
Pembelajar Baru (Ince) seperti terlihat pada Gambar 10.1 di
atas, jelas menunjukkan dampak pembelajaran konsep yang
tidak terkait dengan konteks realistik. Akibatnya, Ince melihat
operasi tersebut tidak lebih dari proses yang tidak berarti.
Masalah yang diberikan sebenarnya tidak didukung oleh
informasi yang cukup sehingga tidak dapat dipecahkan atau
161
tidak ada solusinya. Namun Ince mengabaikan konteksnya
dan hanya memperhatikan angka yang disajikan dalam soal.
Mengapa dia menggunakan pembagian dan bukan perkalian,
penjumlahan atau pengurangan? Mungkin juga karena
menurut Ince 20 tahun adalah yang paling logis dibandingkan
dengan 500 tahun (100x5) atau 105 tahun (100+5) atau 95
tahun (100-5) bagi seorang penggembala.
Smaldino dkk. Al., (2011) berpendapat bahwa siswa
dapat menghafal dan menerapkan pengetahuan otentik yang
disajikan dalam konteks nyata. Brandsford, Brown dan
Cocking (2000, Smaldino, et al., 2011) menjelaskan bahwa
pembelajaran langsung menghasilkan “pengetahuan implisit”,
artinya siswa mengetahui sesuatu tetapi tidak dapat
menerapkannya dalam kehidupan nyata.
7. Ketersediaan Sumber Belajar
Dalam model pembelajaran yang berpusat pada siswa,
posisi sumber belajar merupakan posisi yang sangat
strategis. Pembelajaran tidak lagi bergantung pada trainer
sebagai satu-satunya sumber belajar. Ada berbagai sumber
belajar yang dapat digunakan guru untuk belajar dan
menumbuhkan lingkungan belajar yang kondusif.
Perencanaan pengalaman belajar siswa harus disesuaikan
dengan ketersediaan sumber belajar. Misalnya, jika sekolah
atau jurusan memiliki perpustakaan dengan sumber yang
cukup, guru dapat merencanakan pengalaman belajar bagi
siswa untuk mempelajari sumber tertentu, membuat
rangkuman atau peta pikiran dan mempresentasikannya. Jika
sekolah atau program memiliki jaringan internet, guru dapat
merencanakan pengalaman belajar sehingga siswa dapat
Mencari referensi di website yang relevan,
mendiskusikannya dalam kelompok kecil, membuat materi
presentasi, mempresentasikannya dalam kelompok besar
(kelas) dan mendiskusikannya.
8. Alokasi waktu
162
Reservasi waktu Dalam pembuatan program tahunan dan
program semester ditentukan jumlah minggu semester dan
jumlah waktu efektif (jam pelajaran) untuk pembelajaran.
Waktu efektif ini kemudian dialokasikan untuk setiap
kompetensi inti dan setiap mata pelajaran. Dalam
mendefinisikan pengalaman belajar atau kegiatan belajar
harus memperhatikan pembagian waktu yang tersedia,
karena pengertian setiap belajar memiliki konsekuensi
terhadap penggunaan waktu belajar tersebut. Misalnya,
pengalaman belajar berupa mencari informasi, membuat
laporan, dan menyajikan laporan memerlukan waktu belajar
yang lebih banyak daripada mengikuti penjelasan guru dan
mengajukan pertanyaan.
C. Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik (pendekatan ilmiah) merupakan
bentuk sistematis yang khusus dari seluruh pemikiran dan telah
reflektif(kerlinger,2006). Dalam pendekatan ilmiah digunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan cara memperoleh
pengetahuan melalui sebuah prosedur kerja meliputi perumusan
hipotesis, pengumpulan data, pengelolaan dan analisis data
untuk menguji hipotesis, dan penarikan kesimpulan.
Pendekatan dapat diartikan sebagai suatu konsep dasar
yang mengadaptasi, menginspirasi, memperkuat dan
membangun gagasan dalam penerapan metode pembelajaran
berdasarkan teori-teori tertentu.Oleh karena itu, banyak
pandangan yang berpendapat bahwa pendekatan mirip dengan
metode.Pendekatan saintifik berarti konsep dasar dalam
merumuskan metode pengajaran dengan menerapkan sifat-sifat
ilmiah.Pembelajaran saintifik (scientific teaching) merupakan
bagian dari pendekatan pedagogik yang menjadi dasar
penerapan metode saintifik dalam pelaksanaan pembelajaran di
kelas.Keterampilan observasi atau perseptual mengacu pada
pengamatan terhadap suatu fenomena.Menanya berarti suatu
tindakan di mana seseorang
163
Bertanya tentang hal-hal yang ingin diketahuinya tentang
fenomena yang diamati.Keterampilan eksperimen terkait dengan
keterampilan eksperimental.Kemampuan mengasosiasi berarti
kemampuan menarik kesimpulan terkait fenomena yang diamati.
Keterampilan jaringan, di sisi lain, terkait dengan kemampuan
untuk menghubungkan informasi atau konsep yang diperoleh
dengan informasi atau konsep lain.
Lima keterampilan individu inovatif tersebut digunakan
untuk merumuskan pendekatan ilmiah (scientific approach)
dalam Kurikulum 2013. Pembelajaran pada Kurikulum 2013
menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis
proses keilmuan. Pendekatan saintifik meliputi lima pengalaman
belajar, yaitu mengamati (observing), menanya (questioning),
mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting),
menalar/mengasosiasi (associating), dan
mengomunikasikan (communicating).
164
Mengumpulkan Melakukan eksperimen, membaca sumber
indormasi/mencoba laindan buku teks,
(experimenting) mengamati objek/kejadian/altivitas.
Wawancara dengan narasumber untuk
mengumpulkan
165
model pembelajaran memiliki karakteristik, sintaks, dan dampak
instruksional tersendiri.
Dalam memilih model pembelajaran penting diperhatikan
relevansinya dengan karakteristik pembelajaran dalam kurikulum
yang digunakan. Dalam Penerapan kurikulum 2013 misalnya,
pembelajaran dilakukan berbasis pada aktivitas peserta diddik.
Pembelajaran dimaksud memiliki karakteristik :
1. Interaktif dan inspiratif
2. Menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik
3. Kontekstual
4. Kolaboratif atau kooperatif serta
5. Sesuai bakat, minat, potensi, dan perkembangan peserta
didik
166
Oleh karena model-model pembelajaran itu banyak
ragam atau jenisnya, dan tidak ada model pembelajaran yang
cocok untuk segala situasi dan kodisi, serta suatu model yang
digunakan dalam pembelajaran tertentu atau topik
168
jawab pribadi yang diperlukan untuk membiasakan belajar swa-
atur.
1. Tujuan pemberian pekerjaan rumah
Tujuan pemberian pekerjaan rumah secara garis besar
dapat dikategorikan menjadi tiga (Van Voorhis: 2004):
a. Intruksional
Tujuan-tujuan dari pemberian pekerjaan rumah
kepada siswa yang bersifat instruksional merupakan
tujuan yang paling familiar bagi guru. Tujuan-tujuan
tersebut antara lain sebagai latihan, persiapan untuk
pertemuan berikutnya, peningkatan partisipasi dalam
belajar,
Pengembangan pribadi (soft skills), dan
sebagainya. Keterbatasan waktu di sekolah sering
menjadi salah satu alasan diberikannya pekerjaan rumah
kepada siswa. Guru berharap siswa akan mengerjakan
tugas pekerjaan rumah sebagai bentuk latihan dari
penjelasan yang sudah diberikan guru di kelas. Dengan
demikian pekerjaan rumah sebagai alternative tambhaan
untuk memberikan kesempatan berlatih kepada siswa. Di
samping itu, sekalifus menjadi pemberian tugas
pekerjaan rumah akan mempersiapkan siswa untuk
pertemuan berikutnya.
Guru merupakan orang yang paling memahami
kondisi siswa ketika mengikuti pelajaran. Ada suatu kelas
dengan siswa yang sealu aktif dan siap dengan selalu
untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, namun ada pula
suatu kelas dengan sejumlah siswa yang pasif bahkan
tidak siap dengan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang
dirancangkan guru (off task). Berdasarkan hal tersebut,
guru dapat menciptakan suatu media untuk
mengkondisikan siswa agar selalu siap dengan tugas-
tugas akademisnya (on task). Pekerjaan rumah sering
169
dipilih sebagai alternatif untuk meningkatkan partisipasi
siswa dalam mengikuti pelajaran. Nilai- nilai yang
terdapat di dalam pemberian pekerjaan rumah kepada
siswa antara lain tanggung jawab, disiplin, teratur, tekun,
dan seterusnya. Hal tersebut merupakan dampak
pengiring dari kegiatan belajar yang dilakukan siswa
ketika mengerjakan pekerjaan rumah. Nilai-nilai tersebut
tidak dapat secara serta merta ataupun secara otonomi
diajarkan kepada siswa, kecuali melalui perantara suatu
materi pelajaran.
b. Komunikatif
Meskipun kurang begitu disadari oleh para guru
dalam memberikan pekerjaan rumah kepada para siswa
tujuan yang bersifat komunikatif sangat penting
sebenarnya. Hal ini karena pada dasarnya pekerjaan
rumah dapat memacu komunikasi antara para siswa,
keluarga dan guru. Hal ini dapat terlihat dalam bentuk
tugas yang dirancang untuk mendorong komunikasi guru
dan orang tua, hubungan anak dengan Orang tua, anak
dengan orang dewasa lainnya, dan bahkan anak dengan
teman sekelompoknya.
Seorang guru mungkin akan meminta siswa untuk
mereviu kembali hasil-hasil ujian atau pekerjaan
bersama orang tua untuk mendoronmg orang tua
menyadari bagaimana puteraputerinya mengerjakan
suatu pelajaran. Pemberian tugas secara teratur sangat
memungkinkan terjadinya komunikasi orangtua dan guru,
serta mengapdate informasi perkembangan anaknya, di
samping itu juga mencegah terjadinya keterkejutan orang
tua di saat-saat pemberian laporan (report). Namun
suatu bentuk pekerjaan rumah dapat pula berbentuk
suatu tugas yang memerlukan orang tua atau anggota
keluarga lain untuk menyelesaikannya.
170
Dengan demikian pekerjaan rumah bukan hanya
merupakan masalah yang harus diselesaikan sendiri
oleh siswa, tetapi merupakan suatu masalah yang
penanganannya memerlukan keterlibatan dan
komunikasi yang baik dari berbagai pihak. Untuk
keperluan tersebut maka komunikasi yang sangat baik
antara siswa dengan seluruh anggota keluarganya
sangat diperlukan untuk penyelesaian tugas tersebut. Di
samping itu komunikasi di antara siswa juga diperlukan
ketika mengerjakan suatu pekerjaan rumah dalam
bentuk bekerja bersama teman secara berkelompok
untuk bertukar ide, melihat berbagai perspektif, dan
sebagainya (Corno, 2000).
c. Politis
Pekerjaan rumah dapat berfungsi secara politis
jika hal itu dilakukan untuk memenuhi suatu kebijakan
atau kepuasan masyarakat (Van Voorhis: 2004).
Pekerjaan rumah memberikan sinyal kepada orang tua
dan masyarakat bahwa sekolah memiliki standar
akademik yang ketat dan harapan-harapan tentang
kinerja siswa. Hal ini ditunjukkan dengan beberapa
sekolah secara jelas menyatakan bahwa sekolah
memiliki kebijakan terkait dengan pemberian pekerjaan
rumah misalnya Frekuensi, lama pengerjaan, prosedur,
peran orang tua dalam proses penyelesaian pekerjaan
rumah.
Di samping itu, pekerjaan rumah dapat
dikategorikan sebagai bernuansa politis jika pekerjaan
rumah dimaksudkan sebagai “hukuman”. Walaupun para
pendidik sudah lama menolak pemberian pekerjaan
rumah dimaksudkan sebagai hukuman. Namun
demikian, beberapa siswa dan orang tua masih melihat
atau memahami pekerjaan sebagai hukuman dengan
171
beberapa alasan yaitu menjemukan, memakan waktu
lama, dan kurang dikomunikasikan (Corno, 2000).
2. Peningkatan pemberdayaan pendidikan melalui pemberian
perkerjaan rumah
Dalam manajemen modern, kemitraan merupakan salah
satu strategi yang biasa ditempuh untuk mendukung
keberhasilan implementasi manajemen modern. Kemitraan
tidak sekedar diterjemahkan sebagai kerja sama, akan tetapi
kemitraan memiliki pola, memiliki nilai strategis dalam
mewujudkan keberhasilan suatau lembaga dalam
menerapkan manajemen modern. Kemitraan dalam
implementasi manajemen modern berarti kesepahaman
pengelolaan program, kesepahaman strategi pengembangan
program antar lembaga yang bermitra. Oleh karenanya
diantara lembaga yang bermitra merupakan faktor utama
yang pertama kali harus menjadi perhatian.
Oleh karenanya diantara lembaga yang bermitra harus
ada pelaku utama kegiatan, sebagai lembaga atau orang
yang bertanggung jawab terhadap keberhasilan program
(kegiatan). Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki masing-
masing lembaga/orang itulah yang dimitrakan sebagai wujud
kerja sama untuk saling menutupi, saling menambah dan
saling menguntungkan (mutualisme). Kemitraan dapat
dilakukan dalam transfer teknologi, transfer
pengetahuan/ketrampilan, transfer sumber daya (manusia),
transfer cara belajar (learning exchange), transfer biaya
(modal), atau berbagai hal yang dapat diperbantukan
sehingga terpadu dalam wujud yang utuh.
Wujud nyata kemitraan dapat disepakati sebagai sebuah
konsep kerja sama di mana dalam operasionalisasinya tidak
terdapat hubungan yang bersifat sub-ordinansi namun
hubungan yang setara bagi semua “parties”. Oleh karena itu
dalam konsepsinya kemitraan memiliki prinsip yang harus
menjadi kesepahaman di antara yang bermitra dan harus
172
ditegakkan dalam pelaksanaannya, yang meliputi prinsip
partisipasi, prinsip gotong royong, prinsip keterbukaan
(transparancy), prinsip keberlanjutan, prinsip penegakakan
hukum (hak dan kewajiban; right-obligation).
Berdasarkan hal tersebut pada dasarnya pemberian
pekerjaan rumah merupakan suatu cara untuk
memberdayakan aktor-aktor pendidikan pada umumnya. Dari
sekolah guru dengan segala keterbatasan pendidikan yang
diselengarakannya mengundang untuk bermitra dari pihak
keluarga. Demikian pula sebenarrnya orang tua dengan
segala keterbatasan pendidikan yang dilakukan terhadap
putera puterinya mengajak bermitra dengan sekolah, dalam
bentuk menyekolahkan anak-anaknya. Jika kondisi ini
dipahami oleh kedua pihak maka sebenarnya kedua pihak
saling membutuhkan.
Oleh karena itu, melalui media pemberian pekerjaan
rumah pada dasarnya memberdayakan semua pihak yeng
terlibat dalm proses pendidikan di sekolah. Guru semakin
berdaya dengan menunjukkan peran seran sebagai
perancang sampai dengan mengevaluasi tugas. Keluarga
juga semakin berdaya dengan berbagai peran yang harus
dilakukan melalui mekanisme pemberin pekerjaan rumah ini.
Sinergi yang saling menguntungkan dan saling membutuhkan
ini tentu akan memberikan manfaat sangat besar bagi
perkembangan siswa.
KESIMPULAN
173
memungkinkan kita untuk memecahkan masalah dan
memahami berbagai hal.
174
Pada tahap percobaan atau pengumpulan informasi,
guru membantu siswa mendapatkan informasi untuk menjawab
pertanyaan dan menyediakan sumber informasi. Pada tahap
diskusi/asosiasi, guru membantu siswa menganalisis data dan
menarik kesimpulan. Pada fase komunikasi, guru berperan
sebagai supervisor, pemberi umpan balik, pemberi konfirmasi,
dan pemberi penjelasan/informasi yang lebih luas. Pada fase
kreatif, guru memberikan contoh/ide, menawarkan pilihan,
mendorong, memberi penghargaan sebagai anggota yang
berpartisipasi secara langsung.
175
pembelajaran, karakteristik, sintaks, dan dampak
pembelajarannya.
176
BAB IX
Rancangan Penilaian
177
Penilaian merupakan suatu proses yang mengumpulkan
informasi secara menyeluruh dan dilakukan secara terus
menerus untuk mengetahui kemampuan atau keberhasilan
belajar siswa dengan cara mengevaluasi kinerja siswa baik
dalam kegiatan individu maupun kelompok. Guru harus lebih
memperhatikan penilaian. Oleh karena itu asesmen harus
dilakukan dengan benar, karena asesmen merupakan bagian
penting (utama) dari pengembangan diri yang sehat baik bagi
individu (siswa) maupun bagi organisasi/kelompok.
Dalam hal pembelajaran, penilaian diharapkan berhasil:
1. Memberikan umpan balik kepada siswa bahwa mereka
mengetahui kemampuan dan kekurangannya, memberikan
motivasi untuk meningkatkan hasil belajar.
2. Memantau kemajuan siswa dan mendiagnosa kesulitan
belajar siswa untuk memberikan pengayaan dan sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan siswa berdasarkan
kemajuan dan kesulitan.
3. Memberikan saran kepada guru untuk memperbaiki program
pembelajarannya di kelas.
4. Memungkinkan siswa untuk mencapai kompetensi yang telah
ditentukan bahkan pada kecepatan yang berbeda, dan
5. Berikan audiens informasi yang lebih komunikatif tentang
keefektifan pelatihan untuk meningkatkan partisipasi mereka.
(Ratumanan & Laurens, 2015).
178
proses pembelajaran dan manajemen kompetensi serta
menentukan kelengkapan materi. Manajemen kompetensi.
2. Penilaian Tengah Semester (PTS), adalah ujian yang
dilaksanakan pada minggu kedelapan atau kesembilan suatu
semester.
3. Penilaian Akhir Semester (PAS) adalah penilaian yang
dilakukan pada akhir semester gasal dan memberikan materi
pada seluruh kompetensi inti pada semester tersebut.
4. Penilaian Tahunan (PAT) merupakan ujian akhir semester
genap yang memuat materi tentang semua keterampilan
dasar semester genap.
5. Ujian Sekolah (USA) adalah kegiatan yang dilakukan oleh
satuan pendidikan yang mengukur dan mengevaluasi
kompetensi peserta didik terhadap standar kualifikasi lulusan
pada mata pelajaran yang tidak diujikan dalam Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN).
6. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) adalah
pengukuran kemampuan peserta didik pada mata pelajaran
tertentu pada satuan pendidikan berdasarkan standar
kualifikasi lulusan untuk mengenali pembelajaran.
B. Prinsip Penilaian
Menurut Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016, ada
beberapa prinsip penting dalam penilaian hasil belajar yaitu:
1. Valid, artinya penilaian didasarkan pada apa yang
mencerminkan kemampuan yang diukur.
2. Obyektif, artinya penilaian didasarkan pada prosedur dan
kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi oleh subjektivitas
penilaian.
3. Adil, artinya penilaian tersebut tidak menguntungkan atau
merugikan peserta didik karena memiliki kebutuhan khusus
dan perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan jenis kelamin.
4. Terintegrasi, artinya penilaian merupakan komponen integral
dari kegiatan pembelajaran.
179
5. Terbuka, artinya prosedur, kriteria dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.
6. Komprehensif dan Berkelanjutan, artinya penilaian mencakup
seluruh kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik
penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai
perkembangan kemampuan siswa.
7. Sistematis, artinya penilaian dilakukan secara terencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah standar.
8. Berdasarkan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada
pengukuran pencapaian kompetensi yang ditentukan, dan
9. Akuntabel, artinya penilaian dapat dipertanggungjawabkan,
baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasil.
1. Autentik meliputi:
a. Penilaian menyoroti kegiatan siswa dan pengalaman
belajar
b. Menekankan pada integrasi sikap, pengetahuan dan
keterampilan
c. Sehubungan dengan refleksi dari masalah nyata
d. Mengembangkan keterampilan berpikir divergen dan
konvergen
e. Memberi kebebasan kepada siswa untuk menyusun
jawabannya
f. Menjadi bagian integral dari pembelajaran
g. Dengan metode dan instrumen yang berbeda
2. Prinsip penilaian berlaku untuk semua penilaian kecuali
penilaian diri siswa. Penerapan penilaian meliputi:
a. Mengevaluasi tugas yang menekankan proses dan hasil
b. Evaluasi proyek, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan
dan pelaporan
180
c. Evaluasi didasarkan pada pengamatan selama kegiatan
pembelajaran dan berakhir pada proses pembelajaran
d. Ulangan harian menekankan pada pengolahan tugas
belajar
e. Pada pertengahan musa semester pertama dan musa
semester terakhir, pengolahan tugas belajar lebih
ditekankan.
3. Penilaian diri siswa dianalisis oleh guru untuk melihat
penerapannya pada hasil tes.
Prinsip adalah aturan dasar yang harus digunakan
sebagai acuan atau pedoman selama evaluasi. Prinsip-
prinsip tersebut dijelaskan sebagai berikut.
1. Valid
Pelaksanaan asesmen sebaiknya menggunakan
teknik dan alat asesmen yang sesuai dengan kompetensi
yang akan diukur dan dinilai. Penilaian harus memberikan
informasi yang akurat tentang hasil belajar siswa.
Misalnya, jika pendekatan pengalaman digunakan dalam
pembelajaran, tes kelulusan harus menjadi salah satu item
yang dinilai.
2. Mendidik
Penilaian harus memiliki dampak positif pada kinerja
siswa. Hasil evaluasi hendaknya diungkapkan dan
dirasakan sebagai penghargaan bagi siswa yang berhasil
atau membangkitkan semangat belajar bagi siswa yang
kurang berhasil.
3. Objektif
Penilaian kelas mengukur potensi nyata siswa
sesuai dengan keterampilan yang diajarkan. Penilaian
kelas tidak boleh dipengaruhi oleh perbedaan latar
belakang agama, sosial ekonomi, budaya, bahasa, jenis
kelamin atau hubungan emosional.
181
4. Jelas
Titik awal evaluasi kelas dan keputusan tentang
hasil belajar siswa harus jelas dan terbuka untuk semua
pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, kriteria
penilaian harus dipahami oleh guru, siswa dan orang tua.
5. Bermakna
Penilaian harus mudah dipahami, bermakna,
bermanfaat, dan dapat dipahami oleh semua pihak yang
terlibat.
6. Mneyeluruh
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai teknik dan metode, termasuk mengumpulkan
bukti-bukti tentang hasil belajar siswa. Penilaian hasil
belajar siswa meliputi pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), serta sikap dan nilai (afektif), yang
tercermin dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
7. Berkelanjutan
Evaluasi dilakukan secara terencana, bertahap dan
berkesinambungan untuk mendapatkan gambaran
perkembangan belajar siswa sebagai hasil pembelajaran.
C. Pertimbangan Merancang Penilaian
Dalam merancang pembelajaran penting bagi pendidik
untuk mengetahui apakah kompetensi yang dirumuskan dalam
kurikulum tercapai setelah pembelajaran dilaksanakan. Untuk itu,
penilaian perlu dirancang sebagai bagian yang tak terpisahkan
dari rancangan pembelajaran.
Dalam merancang (mendesain) penilaian, terdapat ber
pertimbangan yang perlu diperhatikan pendidik sebagai berikut.
1. Rancangan penilaian harus relevan atau mengacu pada
rumusan kompetensi dalam kurikulum. Penilaian dilakukan
untuk mengetahui tingkat ketercapaian kompetensi yang
dirumuska dalam kurikulum. Oleh karena itu, instrumen
penilaian dikembangkan mengacu pada rumusan kompetensi
dan indikator pencapaian kompetensi.
182
2. Rancangan penilaian harus bersifat komprehensif.
Kompetensi merupakan kemampuan yang meliputi ranah
kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan erampilan). Oleh
karena itu, rancangan penilaian harus meliputi ketiga ranah.
3. Penilaian perlu dilakukan menggunakan multiteknik.
Penilaian yang hanya berbasis tes tidak cukup, karena
terdapat berbaga variabel yang turut memengaruhi
keberhasilan peserta didik dalam mengerjakan tes. Peserta
didik pandai yang pada saat tes sementara dalam kondisi
kesehatan terganggu misalnya, sangat mungkin hasil tesnya
jelek karena tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir dengan
baik. Dalam kondisi seperti ini, pendidik dapat saja keliru
menjustifikasi bahwa kemampuan atau penguasaan bahan
ajar peserta didik tersebut rendah. Penggunaan teknik
penilaian yang beragam seperti penilaian proses, proyek,
penugasan, presentasi, tes, dan sebagainya akan
memberikan informasi yang lebih komprehensif dan akurat
mengenai kemampuan peserta didik.
4. Untuk setiap teknik penilaian yang dipilih, kembangkanlah
instrumen dengan terlebih dulu menyusun kisi-kisinya.
5. Kualitas instrumen penilaian. Dalam merancang instrumen
penilaian, pendidik perlu memerhatikan kualitas instrumen.
Alt penilaian (termasuk instrumen tes) yang baik biasanya
ditentukan oleh beberapa kriteria di antaranya (a) validitas,
(b) reliabilitas (c) objektivitas, dan (d) kepraktisan.
D. Rancangan penilaian afektif
Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan tata nilai.
Terdapat hubungan timbal balik antara sikap dengan
pengetahuan seseorang.
Dalam penerapan Kurikulum 2013, sikap dibedakan atas
sikap spirituan dan sikap sosial . sikap spiritual berkaitan dengan
perilaku atau karakter peserta didik dalam hubungan dengan
Tuhan, sedangkan sikap sosial berkaitan dengan perilaku atau
183
karakter peserta didik dalam hubungannya dengan orang lain
dan diri sendiri.
Terdapat berbagai metode atau teknik yang dapat
digunakan dalam penilaian afektif. Metode atau teknik penilaian
efektif diuraikan sebagai berikut.
1. Observasi
Pada teknik ini, pendidik mengamati perilaku yang
ditampilkan peserta didik selama proses pembelajaran atau
selama peserta didik berada di lingkungan satuan
pendidikan. Instrument yang dapat dikembangkan untuk
mencatat atau menidentifikasi hasil observasi sikap peserta
didik diuraikan sebagai berikut.
a. Format observasi
Pada format ini, dideskripsikan aspek atau butir-butir
perilaku yang akan diobservasi beserta kriteria
penilaiannya.
b. Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatat sikap peserta didik
yang teramati dari waktu ke waktu. Tentunya sulit untuk
mencatat sikap dari semua peserta didik. Oleh karena itu,
pencatatan hanya dilakukan terhadap sikap atau perilaku
yang di atas atau di bawah rata-rata dengan kata lain
sikap atau perilaku yang sangat baik atau yang kurang
baik. Untuk setiap perilaku yang dicatat ini perlu diikuti
dengan tindak lanjut berupa apresiasi atau pujian bagi
perilaku yang positif dan pembinaan bagi perilaku yang
negatif.
2. Penilaian Diri (Self Assessment)
Penilaian diri merupakan sebuah teknik penilaian di
mana peserta diberikan kesempatan untuk menilai diri
sendiri. Penilaian diri umumnya digunakan dalam penilaian
afektif, tetapi juga dapat digunakan dalam penilaian kognitif
dan psikomotor. Teknik ini penting untuk membangun
184
kebiasaan peserta didik untuk melakukan refleksi diri. Hasil
refleksi diri ini dapat selanjutnya dijadikan acuan bagi dirinya
untuk memperbaiki proses belajarnya atau kebiasaannya
dalam belajarnya. Bagi pendidik, penilaian diri bermanfaat
untuk memberikan penguatan terhadap kemajuan proses
belajar peserta didik (Ratumanan dan Laurens, 2015).
3. Penilaian Antarteman (Teman Sebaya)
Pada teknik ini, penilaian terhadap setiap peserta didik
dilakukan oleh temannya, dengan asumsi bahwa setelah
bersama selama beberapa waktu peserta didik akan saling
mengenal dan mengetahui karakter atau sikap masing-
masing. Pendidik membagi peserta didik dalam kelompok 4-5
orang (dapat pula lebih), setiap peserta didik diberikan format
penilaian, dan mereka saling menilai. Nilai sikap dari setiap
peserta didik ditentukan dari nilai rata-rata dari keseluruhan
penilaian terhadap dirinya.
4. Catatan Refleksi Peserta Didik
Catatan refleksi peserta didik merupakan bentuk lain
dari penilaian diri. Peserta didik diminta membuat esai
(uraian) tentang pendapatnya, kesannya, kritiknya, dan
sebagainya yang berkaitan dengan mata pelajaran dan
kegiatan mengajar belajar yang diikutinya. Berdasarkan
catatan refleksi peserta didik tersebut dapat diidentifikasi
banyak hal, di antaranya (a) sikap atau minat peserta didik
terhadap bahan ajar, kegiatan mengajar belajar, pendidik,
dan sebagainya; (b) harapan-harapan peserta didik, dan
sebagainya (Ratumanan dan Laurens, 2015).
a. Sikap
Menurut Fishbein dan Ajzen (1975) sikap adalah
suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon secara
185
positif atau negatif terhadap suatu objek, situasi, konsep,
atau orang. Sikap peserta didik terhadap objek misalnya
sikap terhadap sekolah atau terhadap mata pelajaran.
Sikap peserta didik ini penting untuk ditingkatkan
(Popham, 1999).
b. Minat
Menurut Getzel (1966), minat adalah suatu disposisi
yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong
seseorang untuk memperoleh objek khusus, aktivitas,
pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian
atau pencapaian. Sedangkan menurut kamus besar
bahasa Indonesia (1990: 583), minat atau keinginan
adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu.
Hal penting pada minat adalah intensitasnya. Secara
umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki
intensitas tinggi.
c. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang
dilakukan individu terhadap kemampuan dan kelemahan
yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri
biasanya orang tetapi bisa juga institusi seperti sekolah.
Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan
intensitasnya bisa dinyatakan dalam suatu daerah
kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi. Konsep
diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta
didik, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan
diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat bagi
peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi
sekolah untuk memberikan motivasi belajar peserta didik
dengan tepat.
d. Nilai
Nilai menurut Rokeach (1968) merupakan suatu
keyakinan tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang
186
dianggap baik dan yang dianggap buruk. Selanjutnya
dijelaskan bahwa sikap mengacu pada suatu organisasi
sejumlah keyakinan sekitar objek spesifik atau situasi,
sedangkan nilai mengacu pada keyakinan.
Target nilai cenderung menjadi ide, target nilai dapat
juga berupa sesuatu seperti sikap dan perilaku. Arah nilai
dapat positif dan dapat negatif. Selanjutnya intensitas nilai
dapat dikatakan tinggi atau rendah tergantung pada situasi
dan nilai yang diacu.
E. Rancangan Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif berkaitan dengan penilaian terhadap
dimensi pengetahuan (kognisi) peserta didik berupafakta,
konsep, prinsip, dan prosedur. Bila merujuk pada dimensi
pengetahuan menurut Anderson dan Krathwohl (2001), dimensi
pengetahuan dibedakan atas pengetahuan faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural, dan metakognisi.
Benjamin S. Bloom, et.al., (1971) mengkategorikan ranah
kognitif atau enam jenjang yang tersusun mulai dari yang
sederhana sampai dengan paling kompleks, yakni pengetahuan
(C1), pemahaman (C2), aplikasi ((C3), analisis (C4), sintesis
(C5), dan evaluasi (C6).
Anderson dan Krathwohl (2001) mempublikasikan revisi
terhadap taxonomi Bloom dengan memperkenalkan level proses
kognisi mulai dari terendah sampai dengan yang tertinggi, yakni
mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mengkreasi. Proses kognisi revisi ini secara
singkat dijelaskan sebagai berikut.
1. Mengingat (Remember)
Proses mengingat adalah mengambil pengetahuan
yang dibutuhkan dari memori jangka panjang. Pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, atau metakognitif, atau
kombinasi dari beberapa pengetahuan ini. Kategori
mengingat terdiri dari dua proses kognitif sebagai berikut.
187
a. Mengenali (recognizing). Mengenali adalah megambil
pengetahuan yang dibutuhkan dalam memori jangka
panjang untuk membandingkannya dengan informasi
yang baru saja diterima.
b. Memanggil kembali (recalling), yakni mendapatkan
kembali (retrieving) pengetahuan yang relevan dari
memori jangka panjang.
2. Memahami (understand). Peserta didik dikatakan memahami
bila mereka dapat mengkonstruksi makna dari pesan-pasan
pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan, atau gtafis
yang disampaikan melalui pembelajaran, buku, atau monitor
komputer. Kategori memahami terdiri dari tujuh proses
kognitif sebagai berikut.
a. Menginterpretasikan (interpreting), yakni mengubah
informasi dari satu bentuk ke bentuk lain.
Mengiterprtasikan berupa pengubahan kata-kata menjadi
kata-kata lain, kata-kata menjadi gambar, gambar
menjadi kata-kata, kata-kata menjadi angka, not balok
menjadi suara musik, dan sebagainya.
b. Mencontohkan (exemplifying), yakni memberikan contoh
tentang konsep atau prinsip umum. Mencontohkan
melibatkan proses indentifikasi ciri-ciri pokok dari konsep
atau prinsip umum, dan menggunakan ciri-ciri untuk
memilih atau membuat contoh.
c. Mengklasifikasikan (classfying), yakni proses
menentukan sesuatu dalam suatu kategori.
Mengkasifikasikan melibatkan proses mendeteksi ciri-ciri
atau pola-pola yang sesuai dengan contoh dan konsep
atau prinsip tersebut.
d. Merangkum (summarizing), yakni proses
mengemukakan kalimat yang merepresentasikan
informasi yang diterima atau mengabstraksikan sebuah
tema. Merangkum melibatkan proses membuat
188
ringkasan informasi dan proses mengabstraksikan
ringkasannya.
e. Menyimpulkan (inferring), yakni proses membuat
kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima.
Menyimpulkan terjadi ketika peserta didik dapat
mengabstraksikan sebuah konsep atau prinsip yang
menerangkan contoh-contoh tersebut dengan
mencermati ciri-ciri setiap contohnya dan menarik
hubungan di antara ciri-ciri tersebut.
f. Membandingkan (comparing), yakni proses menentukan
hubungan antara dua ide, dua objek, dan sejenisnya.
Membandingkan meliputi pencarian korespondensi satu-
satu antara elemen-elemen dan pola-pola pada suatu
objek, peristiwa, atau ide lain. Membandingkan juga
melibatkan proses menentukan keterkaitan anatar dua
atau lebih objek, peristiwa, atau ide yang ditampilkan.
g. Menjelaskan (explaining) atau membangun model
(constructing models), yakni membuat dan
menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem.
Dalam menjelasakan, ketika peserta didik diberikan
gambaran tentang sebuah sistem, mereka menciptakan
dan menggunakan model sebab akibatnya. Misalnya
dalam pelajaran sains, tujuan pembelajarannya peserta
didik menjelaskan bagaimana cara kerja hukum-hukum
fisika dasar. Tugas penilaiaannya, setelah peserta didik
mempelajari hukum Ohm, mereka diminta untuk
menjelaskan apa yanng terjadi pada jumlah arus listrik
ketika ditambahkan sebuah baterai rangkaian listrik.
Tugas lain, meminta peserta didik yang telah
memerhatikan video tentang halilintar untuk menjelaskan
bagaimana perbedaan suhu dapat menimbulkan
halilintar.
3. Mengaplikasikan (apply). Prosedur kognitif mengaplikasikan
melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk
189
mengerjakan soal latihan atau menyelesaikan masalah.
Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan
peosedural. Kategori mengaplikasikan terdiri dari dua proses
kognitif sebagai berikut.
a. Mengeksekusi (executing), yakni proses memilih
menghadapi tugas yang sudah familiar.
b. Mengimplementasikan (implementing), yakni proses
memilih dan menggunakan suatu prosedur untuk
memyelesaikan tugas yang tidak familiar. Dalam proses
ini, peserta didik segera mengetahui prosedur mana
yang harus digunakan. Mereka harus memilih alternatif
prosedur terlebih dulu untuk menyelesaikan tugas.
4. Menganalisis (Analiyze). Menganalisis melibatkan proses
memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian kecil dan
menentukan bagaimana hubungan antarbagian dan antara
setiap bagiandan struktur keseluruhannya. Kategori
menganalisis terdiri dari tiga proses kognitif sebagai berikut.
a. Membedakan (differentiating), yakni proses memilah-
milah bagian-bagian yang relevan tau penting dari
sebuah srtuktur. Membedakan terjadi ketika peserta didik
mendeskriminasikan informasi yang relevan atau tidak
relevan, yang penting dan tidak penting, dan kemudian
memerhatikan informasi yang penting tersebut.
b. Mengorganisasi (organizing), yakni proses
mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi
dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen
tersebut membentuk sebuah strujtur yang koheren.
c. Mengatribusikan (attributing), yang menentukan sudut
pandang, pendapat, nilai, atau tujuan di balik materi
pembelajaran. Misalnya, menunjukkan sidut pandang
penulis esai sesuai dengan orientasi politik penulis.
5. Mengevaluasi (evaluate). Mengevaluasi adalah membuat
keputusan berdasarkan kriteria atau standar. Kriteria yang
paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi,
190
dan konsistensi. Kategori mengevaluasi terdiri dari dua
proses kognitif sebagi berikut.
a. Memeriksa (ckecking), yakni proses menguji inkosistensi
atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau
produk.
b. Mengkritik (critiquing), yakni proses penilaian suatu
produk atau proses berdasarkan kriteria dan standar
eksternal. Dalam mengkritik, peserta didik mencatat ciri-
ciri positif dan negatif dari suatu produk dan membuat
keputusan setidaknya sebaguan besar ciri-ciri tersebut.
6. Mencipta (create). Mencipta melibatkan proses menyusun
elemen-elemen menjadi sebuah keseluruhan yang koheren
atau fungsional. Tujuan-tujuan yang diklasifikasikan dalam
mencipta, membuat peserta didik membuat produk baru
dengan mereorganisasikan sejumlah elemen atau bagian
menjadi pola atau struktur yang belum ada sebelumhya.
Kategori mencipta terdiri dari tiga proses kognitif sebagai
berikut.
a. Membangkitkan (generating), yakni proses membuat
hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria tertentu.
Merumuskan melibatkan proses mengambarkan
masalah dan membuat pilihan atau hipotesis yang
memenuhi kriteria-kriteria tertentu.
b. Merencanakan (planning), yakni proses memikirkan
suatu prosedur untuk memenuhi suatu tugas.
Merencanakan melibatkan prses memikirkan metode
penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-
kriteria masalahnya, yakni membuat rencana untuk
menyelesaikan masalah.
c. Memproduksi (producing), yakni proses menghasilkan
suatu produk. Memproduksi melibatkan proses
melaksanakan spesifikasi tertentu.
191
Penilaian kognitif dapat dilakukan dengan berbagai teknik
sebagai berikut.
1. Tes
Tes adalah penilaian yang dilakukan dalam bentuk
penyajian soal (pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta
didik. Jawaban peserta didik tersebut memberikan gambaran
tentang tingkat penguasaan atau kompetensi terhadap materi
pembelajaran. Terdapat dua pendejatan tes sebagai berikut.
a. Tes berbasis kertas. Pada tes ini soal-soal disajikan
dalam bentuk hasil print out atau cetakan, dan peserta
didik mengerjakan atau menyelesaikan soal-soal
tersebut pada lembar jawaban yang disediakan.
b. Ter berbasis komputer. Pada tes ini soal-soal disajikan
pada monitor komputer, peserta didik juga menjawab
soal-soal tersebut pada komputer. Umumnya tes seperti
ini dilakukan secara on line. Model ujian nasional bebasis
komputer (UNBK), seleksi bersama masuk perguruan
tinggi (SBNPTN) berbasis komputer, ujuan tulis nasiolan
(UTN) program pendidikan dan latihan profesi guru
(PLPG), seleksi masuk program profesi guru (PPG), uji
kompetensi guru (UKG), uji kompetensi mahasiswa
progrram profesi dokter (UKMPPD), dan sebagainya
merupakan contoh model tes ini.
192
b. Tes lisan, yakni tes yang penyajian soal atau pertanyaan
dilakukan secara lisan demikian pula jawabannya
diberikan secara lisan.
Kelas/Semester : ...........................
193
Tabel 11.7 Kisi-kisi Soal Tes (Alternatif 2)
194
F. Rancangan Penilaian Psikomotor
Asesmen psikomotorik adalah asesmen yang mengukur
kemampuan siswa untuk menerapkan pengetahuan atau
mendemonstrasikan keterampilan tertentu.
Asesmen kompetensi merupakan asesmen yang
mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan
saat melakukan tugas tertentu dalam konteks yang berbeda
sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi. Penilaian
keterampilan ini meliputi berpikir dan melakukan.
1. Unjuk Kerja/Kinerja/Praktik
Penilaian kinerja/prestasi/praktik adalah penilaian yang
memerlukan tanggapan berupa keterampilan untuk
melakukan suatu kegiatan sesuai persyaratan kompetensi.
Oleh karena itu, aspek yang dinilai adalah kualitas proses
pembuatan/pelaksanaan tugas.
Tujuan evaluasi kinerja/pencapaian/praktik adalah untuk
dapat menilai kemampuan siswa dalam menunjukkan
keterampilannya dalam pelaksanaan kegiatan (Opm-
sopeutus, 2017). Penilaian kinerja/pencapaian/praktik
dilakukan dengan mengamati kinerja siswa dalam kegiatan-
kegiatan terkait kompetensi tertentu. Dalam teknik ini, siswa
diminta untuk mengerjakan atau melakukan tugas tertentu
sebagai aplikasi dari teori atau konsep yang sedang dibahas.
Saat siswa mengerjakan tugas aktivitas tersebut, guru
melakukan penilaian (Ratumanan dan Laurens, 2015).
2. Penilaian Proyek
195
Proyek merupakan tugas kompleks didasarkan pada
pertanyaan atau masalah yang menantang, yang melibatkan
peserta didik dalam merancang, pemecahan masalah,
pembuatan keputusan, atau aktivitas investigasi, memberikan
peserta didik kesempatan untuk bekerja secara otonom
dalam waktu panjang dan puncaknya berupa produk realistik
atau presentasi. Penilaian proyek digunakan untuk
mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasi,
kemampuan menyelidiki dan kemampuan menginformasikan
suatu hal secara jelas. Pendidik menilai semua tahapan
pelaksanaan proyek, mulai dari perencanaan,
pengorganisasian tim, pelaksanaan, pelaporan, sampai
dengan presentasi hasil proyek peserta didik.
3. Penilaian Produk
Evaluasi produk merupakan penilaian terhadap
kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuannya
dalam bentuk produk dalam waktu tertentu sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan, baik dari segi proses maupun
hasil akhir. Peringkat produk adalah untuk kualitas produk
yang diproduksi. Tujuan evaluasi produk adalah (1)
mengevaluasi kemauan siswa untuk memproduksi produk
tertentu dalam kaitannya dengan pencapaian tujuan
pembelajaran (2) mengevaluasi penguasaan keterampilan
sebagai prasyarat pembelajaran keterampilan selanjutnya;
dan (3) menilai kemampuan siswa dalam menggali dan
mengembangkan ide dalam merencanakan dan menyajikan
inovasi dan kreasi (Kemdikbud, 2017).
4. Penilaian Portofolio
Portofolio adalah penilaian berkelanjutan berdasarkan
kumpulan informasi yang bersifat reflektif integratif yang
menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu.Tujuan utama dilakukannya
portofolio adalah untuk menentukan hasil karya dan proses
bagaimana hasil karya tersebut diperoleh sebagai salah satu
196
bukti yang dapat menunjukkan pencapaian belajar peserta
didik, yaitu mencapai kompetensi dasar dan indikator yang
telah ditetapkan. Selain berfungsi sebagai tempat
penyimpanan hasil pekerjaan peserta didik, portofolio juga
berfungsi untuk mengetahui perkembangan kompetensi
peserta didik (Kemdikbud, 2017)
5. Tes Tertulis
Selain penilaian kognitif, tes tertulis juga dapat
digunakan untuk menilai kemampuan penalaran abstrak
seperti membaca, mendengarkan, menulis, berhitung dan
pemecahan masalah. Pedoman penilaian (grading
guidelines) termasuk rubrik juga dapat digunakan untuk
menilai ujian tertulis. Uraian di atas tidak berarti bahwa
desain (keterampilan) asesmen psikomotor harus dibedakan
menurut jenis asesmennya. Rencana penilaian psikomotor
harus dikembangkan setiap semester sebagai rencana yang
seragam. Rencana penilaian untuk setiap semester harus
disusun dalam beberapa bentuk, termasuk rencana penilaian
kognitif, afektif dan psikomotorik (pengetahuan, sikap dan
keterampilan)..
197
KESIMPULAN
198
Penilaian merupakan suatu proses yang mengumpulkan
informasi secara menyeluruh dan dilakukan secara terus
menerus untuk mengetahui kemampuan atau keberhasilan
belajar siswa dengan cara mengevaluasi kinerja siswa baik
dalam kegiatan individu maupun kelompok. Guru harus lebih
memperhatikan penilaian.
199
BAB X
Pengembangan Silabus
200
kompetensi, system evaluasi selalu dikaitkan dengan SK (atau
KI), KD dan indikator yang ada di dalam silabus. Silabus
merupakan salah satu perangkat pembelajaran wajib bagi guru
untuk memfasilitasi pembelajaran dengan cara yang
diharapkan. Pengertian silabus adalah rencana pelaksanaan
pembelajaran yang disusun
Secara sistematis dan bukti pencapaiannya. Oleh karena
itu, komponen silabus saling terkait untuk mencapai penguasaan
keterampilan dasar. Selain itu, pengembangan silabus
didasarkan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan standar
isi di sekolah dasar dan menengah sesuai model pembelajaran
pada tahun bersangkutan.
Beberapa keunggulan atau manfaat silabus adalah
sebagai berikut:
1. Kerangka kegiatan pembelajaran dan pengembangan system
penilaian.
2. Sumber utama dalam menyusun RPP terkait dengan standar
kualifikasi dan kompetensi inti.
3. Sebagai pedoman untuk merencanakan pengelolaan
kegiatan pembelajaran selanjutny ayaitu Pembuatan RPP,
pengelolaan kegiatan pembelajaran, penyediaan sumber
belajar dan pengembangan system penilaian.
4. Sebagai ukuran penelitian terhadap keberhasilan program
pembelajaran. Dokumentasi tertulis menjadi tanggung jawab
program pembelajaran.
B. Prinsip Pengembangan Silabus
Dalam pedoman pengembangan silabus (Depdiknas, 2008d)
dideskripsikan prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pengembangan silabus sebagai berikut.
1. Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam silabus harus besar dan dapat dipertanggungjawabkan
secara kailmuan. Di samping itu, strategi pembelajaran yang
201
dirancang dalam silabus perlu memerhatikan prinsip-prinsip
pembelajaran dan teori belajar.
2. Relevan
Cukupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus harus disesuaikan dengan
tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan spiritual peserta didik. Prinsip ini mendasari
pengembangan silabus, baik dalam pemilihan materi
pembelajaran, strategi penilaian maupun dalam
mempertimbangkan kebutuhan media dan alat.
Pembelajaran. Kesesuaian antara isi dan pendekatan
pembelajaran yang tercermin dalam materi pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran pada silabus dengan tingkat
perkembangan peserta didik akan memengaruhi
kebermaknaan pembelajaran.
3. Sistematika
Komponen-komponen silabus saling berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi. SK (atau KI)
dan KD merupakan acuan utama dalam pengembangan
silabus. Dari kedua komponen ini, ditentukan indikator
pencapaian, dipilih materi pembelajaran yang diperlukan,
strategi pembelajaran yang sesuai, kebutuhan waktu dan
media, serta teknik dan instrumen penilaian yang tepat untuk
mengetahui pencapaian kompetensi tersebut.
4. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara
KD, indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
sumber belajar, serta teknik dan instrumen penilaian. Dengan
prinsip konsistensi ini, pemilihan materi pembelajaran,
penetapan strategi dan penedekatan dalam kegiatan
pembelajaran, penggunaan sumber dan mendia
pembelajaran, serta penetapan teknik dan penyusunan
instrumen penilaian semata-mata diarahkan pada
pencapaian KD dalam rangka pencapaian SK (atau KI, pen.).
202
5. Memadai
Cukupan indikator, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup
untuk menunjang pencapaian KD. Dengan prinsip ini, maka
tuntutan kompetensi harus dapat terpenuhi degan
pengembangan materi pembelajaran dan kegiatan
pembelajaran yang dikembangkan. Sebagai contoh, jika SK
(atau KI, pen.) dan KD menuntut kemampuan menganalisis
suatu objek belajar, maka indikator pencapaian kompetensi,
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan teknik
serta instrumen penilaian harus secara memadai
mendukung kemampuan untuk menganalisis.
6. Aktual dan Kontekstual
Cukupan indikator, materi pembelajaran, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni
mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
Banyak fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan materi dan dapat mendukung kemudahan
dalam menguasai kompetensi perlu dimanfaatkan dalam
pengembangan pembelajaran. Di samping itu,
pengunaan media dan sumber belajar berbasis teknologi
informasi, seperti komputer dan internet perlu
dioptimalkan, tidak hanya untuk pencapaian kompetensi,
melainkan juga untuk menanamkan kebiasaan mencari
informasi yang lebih luas kepada peserta didik.
7. Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasikan keragaman peserta didik, guru, serta
dinamika perubahan yang terjadi di satuan pendidikan dan
kebutuhan masyarakat. Fleksibilitas silabus ini
memungkinkan pengembangan dan penyesuaian silabus
dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat.
8. Menyeluruh
203
Komponen silabus mencakup keseluhan ranah
kompetensi baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Prinsip
ini hendaknya dipertimbangkan, baik dalam mengembangkan
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, maupun
penilaiannya. Kegiatan pembelajaran dalam silabus perlu
dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik memiliki
keleluasaan untuk mengembangkan kemampuannya, bukan
hanya kemampuan kaginituf saja, melainkan juga dapat
mempertajam kemampuan afektif dan psikomotoriknya serta
dapat secara optimal melatih kecakapan hidup (life skill).
C. Pengembangan Silabus
Pengembangan silabus dapat dilakukan secara mandiri
oleh guru. Pada tingkat satuan pendidikan, pengembangan
silabus juga dapat dilakukan oleh kelompok kerja guru (KKG)
atau kelompok musyawarah guru mata pelajaran (MGMP). Hal
penting yang perlu diperhatikan setiap guru adalah bila silabus
dikembangkan oleh KKG dan MGMP, guru tetap perlu
melakukan penyesuaian silabus dengan kondisi sekolah.
Dalam juknis pengembagan silabus (Depdiknas, 2010)
dideskripsikan langkah-langkah pengembangan silabus sebagai
berikut.
1. Mengkaji standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD).
2. Merumuskan indikator pencapaian kompetensi (IPK).
3. Mengidentifikasikan meteri pembelajaran, dengan
memerhatikan: cukupan aspek kognitif (fakta, konsep,
prinsip, prosedur), aspek psikomotor, dan aspek afektif, serta
urutan materi pembelajaran (pendekatan prosedural,
pendekatan hierarkis) yang mengacu pada IPK.
4. Menentukan kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran mengacu kepada IPK dengan
memerhatikan:
a. Kesesuaian tingkat kompetensi pada IPK;
b. Urutan kegiatan pembelajaran sesuai urutan IPK; serta
204
c. Penentuan kegiatan tatap muka (TM), penugasan
terstruktur (PT), dan kegiatan mandiri tidak terstruktur
(KMTT) sesuai dengan SK dan KD.
5. Menentukan jenis penilaian. Dalam hal ini, menentukan
jenis penilaian (tes/non-tes), teknik penilaian (tertulis, lisan
dan praktik), dan bentuk penilaian (uraian dan objektif (PG
dan atau isian).
6. Menentukan alokasi waktu, dengan mempertimbangkan hal
berikut.
a. Alokasi waktu didasarkan pada junlah minggu efektif dan
alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman,
tingat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD.
b. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus
merupakan perkiraan waktu rerata berdasarkan seluruh
indikator pencapaian kompetensi untuk menguasai KD
yang dibutuhkam oleh peserta didik yag beragam.
7. Menentukan sumber belajar, dengan mempertimbangkan hal
berikut.
a. Menentukan jenis sumber belajar, seperti buku, laporan
hasil, penelitian, jurnal, majalah ilmiah, kajian pakar
bidang studi, karya profesional, buku kurikulum, terbitan
berkala, situs-situs internet, multimedia, lingkungan, dan
narasumber.
b. Menetukan sumber belajar yang didasarkan pada SK
dan KD serta materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
205
telah diatur dalam lampiran 2 Permendikbud No. 59 Tahun 2014,
dan silabus untuk SMK telah diatur dalam lampiran 2
Permendikbud No. 60 Tahun 2014. Walaupun demikian,
masih terbuka ruang bagi satuan pendidikan untuk
mengembangakan silabus sendiri sesuai dengan kondisi serta
kebutuhan satuan pendidik dan daerah.
D. Komponen Silabus
Silabus merupakan salah satu bentuk penjabaran
kurikulum. Produk pengembangan kurikulum ini memuat pokok-
pokok pikiran yang memberikan rambu-rambu dalam menjawab
empat pertanyaan mendasar dalam pembelajaran, yakni (1)
kompetensi apa yang hendak dikuasai peserta didik, (2) apa
yang harus dipelajari untuk mencapai kompetensi tersebut, (3)
pengalaman belajar seperti apa yang harus didesain agar
peserta didik dapat menguasai kompetensi itu, dan (4)
bagaimana cara mengetahui tingkat pencapaian kompetensi oleh
peserta didik.
Dari keempat pertanyaan ini jelas bahwa silabus harus
memuat minimal empat komponen, yakni (1) kompetensi, yang
terdiri atas kompetensi inti, kompetensi dasar, dan indikator, (2)
materi pelajaran meliputi pokok bahasan dan subpoko kbahasan
yang dapat menggambarkan cakupan dan kedalaman kajian, (3)
206
pengalaman belajar yang menggambarkan strategi atau
pendekatan yang didesain untuk kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif, dan (4) penilaian, yang meliputi
teknik dan instrumen penilaian. Komponen-komponen silabus.
1. Standar kompotensi
Sesuai dengan yang tercantum dalam permen No.22
tahun 2005 tentang standar isi
a. Merupakan seperangkat kompetensi yang dibakukan dan
harus dicapai siswa sebagai hasil belajarnya dalam
setiap santuan pendidikan (SKL)
b. Digunakan untuk memandu penjabaran kompetensi
dasar menjadi pengalaman belajar.
c. Untuk (sekuens) standar kompetensi
menggunakan pendekatan prosedural dan
hierakhis.
d. Pendekatan prosedural digunakan apabila standar
kompetensi yang diajarkan berupa serangkaian langkah-
langkah secara urut dalam mengerjakan suatu tugas
pembelajaran.
e. Pendekatan hierarkis menunjukkan hubungan yang
bersifat subordinate/berjenjang antara beberapa standar
kompetensi yang ingin dicapai. Dengan demikian ada
yang mendahului dan ada yang kemudian. Standar
kompetensi yang mendahului merupakan prasyarat bagi
standar kompetensi yang berikutnya.
2. Kompetensi dasar
Sesuai dengan yang tercantum dalam permen No. 22
tahun 2005 tentang standar isi.
207
a. Rincian dari standar kompetensi, berisi pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang secara minimal harus
dikuasai siswa
b. Urutannya (sekuens) menggunakan pendekatan:
prosedural, hierarkis, mudah-sukar, konkrit-abstrak,
spiral, ternatik/terpadu, dsb.
3. Meteri pokok/pembelajaran
Mengindetifikasi materi pokok mempertimbangkan:
a. Potensi peserta didik.
b. Relevansi dengan karakteristik daerah.
c. Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional,
sosial, dan spritual peserta didik.
d. Kebermanfaatan bagi peserta didik.
e. Stuktur keilmuan
f. Akualitas, kedalaman, dan keluasan materi
pembelajaran.
g. Relevensi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan
lingkungan dan
h. Alokasi waktu.
Menurut Reigeluh, (1987:98) tentang materi pokok
ini :
Pokok-pokok materi pembelajaran yang harus di
pelajari siswa untuk mencapai kompetensi dasar.
Jika di tetapkan secara nasional,
tugas pengembang silambusmenjabarkannya
menjadi uraian materi pembelajaran
Jenis materi: fakta, konsep, prinsip, prosedur
Dirumuskan dalam bentuk kata benda atau kata
kerja yang di bendakan
Buku teks hanya merupakan salah satu bahan
rujukan penetapan materi pokok
4. Kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajar dirancang untukmemberikan
pengalaman belajar yangmelibatkan prosesmental dan fisik
208
melaluiinteraksi antar peserta didik, peserta didikdengan
guru, lingkungan, dansumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi. Pengalaman belajar dimaksuddapat
terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi
dan berpusat pada pesertadidik. Pengalaman belajar
memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
5. Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi
dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat
diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Indikatordikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi
daerah.Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun
alat penilaian.
6. Penilaian
Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non tes. Pada
pembelajaran penilaian dilakukan untuk mengkaji
ketercapaian kompetensi dasar dan indikator pada tiap-tiap
mata pelajaran.
7. Alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar
didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu
Mata pelajaran per minggu Dengan mempertimbangkan
jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat
kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi
waktu yang dicantumkan dalam silambus merupakan
perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar
yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam.
8. Sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/ atau bahan
yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Sumber
belajar dapat berupa media cetak dan elektronik, nara
sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.
Penentuan sumber belajar di dasarkan pada standar
209
kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi.
E. Format Silabus
Dalam penerapan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013
format silabus tidak dibakukan, maksudnya format silabus tidak
harus sama untuk setiap satuan pendidikan. Satuan pendidikan
bebas menentukan format silabus mana yang digunakan.
Berikut ini diberikan beberapa alternative format silabus
yang dapat dipertimbangkan dalam pengembangan silabus.
Kelas :…………………..
Semester :…………………..
Kelas : ....................
Semester : ....................
210
Kelas : .......................
Semester : .......................
Keterangan:
A. Tatap muka
B. Tugas terstruktur
C. Kegiatan mandiri
Kelas : ....................
Semester : ....................
211
KESIMPULAN
212
materi pelajaran meliputi pokok bahasan dan subpokokbahasan
yang dapat menggambarkan cakupan kedalaman kajian, (3)
pengalaman belajar yang menggambarkan strategi atau
pendekatan yang didesain untuk kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif, dan (4) penilaian, yang meliputi
teknik dan instrumen penilaian.
213
BAB XI
214
awal semester atau awal tahun pelajaran. Hal ini untuk
memastikan bahwa RPP disusun tepat waktu dan tidak terburu-
buru dan hal ini disepakati terlebih dahulu pada awal setiap
pembelajaran. Pembuatan RPP dapat dilakukan secara mandiri
atau berkelompok di sekolah/madrasah, dikoordinasikan,
dibimbing dan dikendalikan oleh sekolah/madrasah. Pembuatan
RPP juga dapat dilakukan oleh guru secara berkelompok antar
sekolah atau wilayah, dikoordinasikan, diarahkan dan diawasi
oleh dinas pendidikan atau umat beragama setempat.
Penyusunan RPP secara berkelompok juga dapat diatur dalam
kelompok kerja guru (KKG) tingkat SD atau dalam MGMP tingkat
SMP dan SMA. Hal penting yang harus diperhatikan adalah
kondisi dan karakteristik setiap satuan pendidikan berbeda baik
dari sudut pandang peserta didik, karakteristik penawaran
pembelajaran maupun dari sudut pandang visi dan misi atau
arah keunggulan pedagogik. Satuan. Jika RPP dibuat bersama
dalam KKG atau MGMP, maka harus dicek oleh masing-masing
guru dan disesuaikan dengan keadaan satuan pengajaran.
215
silabus yang terperinci tentang mata pelajaran atau topic
tertentu yang terkait dengan silabus.
3. Menurut petunjuk teknis penyusunan RPP untuk sekolah
dasar, RPP merupakan kurikulum tatap muka untuk satu
sesi atau lebih. RPP dikembangkan secara rinci untuk suatu
mata pelajaran atau mata pelajaran tertentu yang terkait
dengan kurikulum untuk memandu kegiatan belajar siswa
untuk memperoleh keterampilan dasar (KD).
B. Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
Penyusunan RPP perlu memperhatikan banyak hal seperti
perbedaan karakteristik peserta didik, ketersediaan media dan
sumber belajar, kondisi lingkungan, dan sebagainya.
Penyusunan RPP harus pula memerhatikan keterlibatan peserta
didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keterlibatan
peserta didik secara aktif akan berdampak pada tingkat
memorisasi.
1. Menurut permendikbud No. 103 Tahun 2014 tentang
pedoman pelaksanaan pembelajaran, terdapat beberapa
prinsip yang perlu perhatikan dalam penyusunan RPP, yakni
sebagai berikut.
a. Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar
sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2),
pengetahuan (KD dari KI-3), dan dari KI-3), dan
keterampilan (KD dari KI-4).
b. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih.
c. Memerhatikan perbedaan individu peserta didik.
2. RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan
kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar,
bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,
kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. Sebagai
contoh guru menggunakan secara bergantian penayangan
video klip, poster, aktivitas fisik, dramatisasi atau bermain
216
peran sebagai teknik pembelajaran karena gaya belajar
setiap siswa berbeda-beda.
3. Berpusat pada peserta didik.
Guru yang menerapkan pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik pertama-tama memperlakukan siswa
sebagai subyek didik atau pembelajar. Dilihat dari sudut
pandang peserta didik, guru bukanlah seorang intruktur,
pawang, komandan, atau birokrat. Guru bertindak sebagai
pembimbing, pendamping, fasilitator, sahabat, atau
abang/kakak bagi peserta didik terutama dalam mencapai
tujuan pembelajaran yakni kompetensi peserta didik. Oleh
karena itu guru seyogyanya merancang proses pembelajaran
yang mampu mendorong, memotivasi, menumbuhkan minat
dan kreativitas peserta didik. Hak ini dapat berjalan jika
seorang guru mengenal secara pribadi siapa (saja) siswanya,
apa mimpi-mimpinya, apa kegelisahannya, passion-nya, dan
sebagainya.
4. Berbasis konteks
Pembelajaran berbasis konteks dapat terwujud apabila
guru mampu mengidentifikasi dan memanfaatkan berbagai
sumber belajar lokal (setempat), guru mengenal situasi dan
kondisi sosial ekonomi peserta didik, mengenal dan
mengedepankan budaya atau nilai-nilai kearifan lokal, tanpa
kehilangan wawasan global.
5. Berorientasi kekinian
Ini adalah pembelajaran yang berorientasi pada
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan nilai-
nilai kehidupan masa kini.Guru yang berorientasi kekinian
adalah guru yang “gaul”, tidak “gaptek”, “melek informasi”,
bahkan sebaiknya well informed, selalu meng-update dan
meng-up grade ilmu pengetahuan yang menjadi bidangnya,
termasuk teori-teori dan praktik baik di bidang
pendidikan/pembelajaran. Dengan demikian rancangan
217
pembelajaran yang dikembangkan guru dapat menjadi
inspirasi bagi siswa dana abagi guru-uru yang lain
6. Mengembangkan kemandirian belajar
Guru yang mengembangkan kemandirian belajar
(siswa) selalu akan berusaha agar pada akhirnya siswa
berani mengemukakan pendapat atau inisiatif dengan penuh
percaya diri. Di samping itu guru tersebut juga selalu
mendorong keberanian siswa untuk menentukan tujuan-
tujuan belajarnya, mengeksplorasi hal-hal yang ingin
diketahui, memanfaatkan berbagai sumber belajar, dan
mampu menjalin kerja sama, berkolaborasi dengan siapa
pun. Idealnya semuau ini tercermin dalam rencana kegiatan
pembelajaran siswa.
7. Memberikan umpan balik dan tidak lanjut pembelajaran
8. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/
atau antarmuatan.
9. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
218
C. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan
pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara aktif
dalam proses pembelajaran. Keterlibatan peserta didik secara
aktif di sini harus dipandang bukan hanya keterlibatan secara
fisik, tetapi juga keterlibatan secara mental. Guru perlu
merancang sedemikian sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi antarpeserta didik, antarpeserta didik dengan guru,
lingkungan, bahan ajar, dan sumber belajar lainnya dalam
rangka pencapaian kompetensi dasar.
Penggunaan pendekatan dan metode yang bercariasi
dan berpusat pada peserta didik (student cantered learning)
akan memberikan banyak manfaat bagi peserta didik, antara lain
i(1) akan menarik dan memotivasi peserta didik untuk terlibat
secara aktif dalam proses belajar mengajar, (2) mendorong
terjadinya interaksi dalam proses belajar mengajar, (3)
memungkingkan peserta didik mengonstruksi sendiri
pengetahuan, sehingga dalam jangka penjang akan dapat
menumbuhkan kemandirian belajar, dan (4) akan memberikan
kemungkinan lebih besar lagi pencapaian kompetensi dasar.
Kegiatan pembelajaran juga disusun untuk memberikan
acuan bagi guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara profesional. Adanya rancangan kegiatan pembelajaran
akan memandu guru untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
pembelajaran secara terstruktur, sistematis, terarah, efisien, dan
efektif.
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan guru
dalam mengembangakan kegiatan pembelajaran sebagai
berikut.
1. Kegiatan pembelajaran membuat rangkaian kegiatan yang
dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan
seperti yang dideskripsikan pada silabus.
2. Guru perlu memerhatikan karakteristik peserta didik seperti
gaya belajar, kemampuan prasyarat, dan sebagainya, kondisi
219
lingkungan belajar serta ketersediaan sumber-sumber belajar
dalam merangcang kegiatan pembelajaran.
3. Kegiatan pembelajaran perlu dirancang untuk melibatkan
peserta didik secara aktif baik fisik maupun mental dalam
keseluruhan proses belajar mengajar dan dalam konstruksi
pengetahuan.
4. Kegiatan pembelajaran perlu dirancang secara terstruktur
dan sistematis dan mengarah pada pencapaian kompetensi
dasar.
5. Kegiatan pembelajaran untuk isetiap pertemuan
diorganisasikan menajdi kegiatan: (a) Pendahuluan, (b) Inti,
dan (c) Penutup.
220
hubungan antara materi yang akan dipelajari dengan
konteks di sekitar peserta didik.
d. Pemberian acuan, yakni kegiatan memberikan gambaran
materi yang akan dipelajari dan bagaimana kegiatan
pembelajaran akan dilakukan. Pemberian acuan dapat
dilakukan dengan cara (1) memberikan penjelasan garis
besar materi pokok atau uraian materi yang akan
dipelajari, (2) pembagian kelompok, dan (3) menjelasakan
mekanisme kegiatan pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah kegiatan inti pembelajaran pada RPP.
221
melakukan aktivitas menemukan dan mengonstruksi
pengetahuan.
Dalam implementasi Kurikulum 2006 (KTSP), kegiatan
inti meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, mendeskripsikan ketiga
askpek ini sebagai berikut.
a. Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas
dan dalam tentang topik/tema materi yang akan
dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang
jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran,
media pembelajaran, dan sumber belajar lain;
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi anratpeserta didik
serta antarapeserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya;
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap
kegiatan pembelajaran; dan
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di
laboratorium, studio, atau lapangan.
b. Elaborasi
Dalam kegiatan elaborasi, guru;
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis
yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang
bermakna;
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas,
diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru
baik secara lisan maupun tertulis;
3) Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis,
menyelesaikan masalah, dan bertidak tanpa rasa takut;
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran
kooperatif dan kolaboratif;
222
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat
untuk meningkatkan peserta belajar;
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi
yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara
indivudial maupun kelompok;
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja
individual maupun kelompok;
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran,
turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan;
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri
peserta didik.
c. Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam
bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik;
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan
elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber;
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan;
4) Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh
pengalaman yang bermakna dalam mencapai
kompetensi dasar:
a. Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam
menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi
kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan
benar;
b. Membantu menyelesaikan masalah;
c. Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan
pengecekan hasil eksplorasi;
d. Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; dan
e. Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang
atau belum berpartisipasi aktif.
223
Dalam implementasi Kurikulum 2013, kegiatan inti
pembelajaran diarahkan menggunakan pendekatan
(scientific iapproach). Pendekatan saintifik dimaksud
meliputi aktivitas menggali informasi melalui pengamatan,
bertanya, melakukan percobaan, mengolah data,
menyajikan data, dilanjutkan dengan menganalisis dan
bernalar untuk menyimpulkan, serta megomunikasikan
atau mempresentasikan hasil analisis. Untuk
pembelajaran matematika, tidak semua topik dapat
menggunakan pendekatan saintifik secara prosedural.
Pada kondisi semacam ini, pembelajaran tetap saja dapat
dilakukan dengan menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat
ilmiah, walaupun tidak harus mengikuti prosedur kerja
pendekatan saintifik secara ketat.
a. Mengamati (observing);
b. Menanya (questioning);
c. Mengumpulkan data/informasi (mencoba atau
eksperimen);
d. Menalar (associating); dan
e. Mengomunikasikan.
224
Terdapat dua hal penting yang harus diperhatikan
dan dipahami guru, terkait dengan pendekatan saintifik.
Pertama, pendekatan saintifik bukan satu-satunya
pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran
pada kurikulum 2013. Kedua, urutan langkah-langkah 5M
di atas tidak harus dimaknai secara kaku, bahwa
pembelajaran setiap tatap muka harus konsisten
menggunakan urutan tersebut. Langkah pembelajaran
dapat disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik
materi pembelajaran.
3. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik
baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi
untuk mengevaluasi;
a. Seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil
yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama
menemukan imanfaat langsung maupun tidak langsung
dari hasil pembelajaran yang telah berlangsung;
b. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran;
c. Melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian
tugas, baik individual maupun kelompok; dan
d. Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.
225
memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
b. Kegiatan guru, yaitu (1) melakukan penilaian; (2)
merencanakan ikegiatan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan
konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik; dan (3) menyampaikan rencana pembelajaran pada
pertemuan berikutnya.
D. Komponen RPP
Sebuah RPP yang baik setidaknya memuat 7 (tujuh)
komponen sebagai berikut.
1. Identitas
Komponen ini meliputi (a) identitas satuan pemdidikan
dan kelas, (b) identitas mata pelajaran atau tema/subtema,
(c) kelas/semester, dan (d) alokasi waktu atau pertemuan ke
i....
2. Komptensi Inti dan Kompetensi Dasar
Kompetensi Inti (KI) merupakan gambaran secara
kategorial mengenai kompetensi dalam aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang harus dipelajari peserta
didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran.
Sedangkan Kompetensi Dasar merupakan kemampuan
spesifik yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran.
3. Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator pencapaian merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku
yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik
peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah.
Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat
226
penilaian. Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan
beberapa hal berikut.
a. Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi
yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam KI-
KD.
b. Indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar,
sederhana ke komoleks, dekat ke jauh, dan dari konkret
ke abstrak (bukan sebaliknya).
c. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD
dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal
sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
d. Indikator harus dapat menggunakan kata kerja
operasional yang sesuai.
4. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran yang dirumuskan
berdasarkan KD, dengan menggunakan kata kerja
operasional yang dapat diamati dan diukur, iyang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta
harus mengacu pada pencapaian indikator.
5. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran adalah rincian dari materi
pokok yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur
yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai
dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi.
6. Metode Pembelajaran
Pada komponen ini dideskripsikan metode yang
digunakan dalam pembelajaran untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pemelajaran yang interaktif
dan kondusif agar peserta didik dapat mencapai KD yang
dirumuskan.
7. Media dan Sumber Belajar
Media pembelajaran, berupa alat bantu proses
pembelajaran untuk menyampaikan materi pelajaran.
Sumber belajar dapat berupa buku, media cetak dan
227
elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan.
8. Kegiatan Pembelajaran
Pada komponen ini dideskripsikan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan
metode yang telah ditetapkan.
9. Penilaian Hasil Belajar
Pada komponen ini dideskripsikan teknik penilaian
yang akan dilakukan. Selain itu instrumen penilaian dan
rubik atau pedoman penskoran juga perlu dideskripsikan
secara rinci. Perencanaan penilaian dilakukan sejak awal
untuk menjamin kualitas instrumen tes.
228
peserta didik mencapai KD yang disesuaikan dengan
karakteristik peserta didik dan KD yang akan dicapai;
10. Media pembelajaran, berupa alat bantu proses
pembelajaran untuk menyampaikan materi pembelajaran;
11. Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak dan
elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar lain yang
relevan;
12. Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui tahapan
pendahuluan, inti, dan penutup; dan
13. Penilaian hasil pembelajaran.
E. Format RPP
1. Format dalam penerapan kurikulum 2006 (KTSP)
Format tersebut mengacu pada Permendikbud No. 41
Tahun 2007 dapat dibuat format RPP, sebagai berikut.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
A. Identitas
Indicator : ……………………..
B. Tujuan Pembelajaran
C. Materi Pembelajaran
D. Metode Pembelajaran
E. Kegiatan Pembelajaran
229
Langkah-langkah:
Pertemuan 1
• Kegiatan Awal
• Kegiatan Inti
• Kegiatan Penutup
Pertemuan 2
• Kegiatan Awal
• Kegiatan Inti
• Kegiatan Penutup
F. Penilaian
G. Sumber Belajar
2. Format dalam penerapan kurikulum 2013
Format RPP mengacu pada Permendikbud No. 103
Tahun 2014 adalah sebagai berikut.
(RPP)
Sekolah :
Mata pelajaran :
Kelas/semester :
Alokasi waktuk :
230
4. KD Pada KI-3
5. KD Pada KI-4
6. Indikator Pencapaian Kompetensi*)
7. Indicator KD Pada KI-1
8. Indicator KD Pada KI-2
9. Indicator KD Pada KI-3
10. Indicator KD Pada KI-4
11. Materi pembelajaran (dapat berasal dari buku teks
pembelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar
lain berupa muatan local, materi kekinian, konteks
pembelajaran dari lingkungan sekitar yang
dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran
regular, pengayaan, dan remedial)
F. Kegiatan Pembelajaran
1. Pertemuan pertama: (…JP)
a. Kegiatan pendahuluan
b. Kegiatan Inti**)
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan informasi/mencoba
Menalar/mengasosialisasi
Mengomunikasi
c. Kegiatan penutup
2. Pertemuan kedua: (…JP)
a. Kegiatan pendahuluan
b. Kegiatan inti**)
Mengamati
Menanya
Mengumpulkan informasi/mencoba
Menalar/mengasosialisasi
Mengomunikasi
c. Kegiatan penutup
3. Dan seterusnya
231
G. Penilaian, Pembelajaran Remedial, Dan Pengayaan
1. Teknik penilaian
2. Instrument penilaian dan pedoman penskoran/rubric
a. Pertemuan pertama
b. Pertemuan kedua
c. Pertemuan seterusnya
3. Pembelajaran remedian dan pengayaan
Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah
kegiatan penilaian.
H. Media/Alat, Bahan. Dan Sumber Belajar
1. Media/alat
2. Bahan
3. Sumber belajar
232
a. Rumusan Indikator Pencapaian Kompetensi Dasar
b. Kegiatan Pembelajaran
c. Penilaian
2. Mengorganisasikan Materi Pembelajaran
Dalam proses indentifikasi materi pembelajaran perlu
pula dipertimbangkan berbagai hal, yaitu
a. Karakteristik peserta didik, meliputi (1) kemampuan
potensial, (2) tingkat perkembangan fisik, intelektual,
emosional, social, dan spiritual, dan (3) gaya belajar.
b. Kebermanfaatan materi pembelajaran bagi peserta didik.
c. Relevansi materi pembelajaran dengan karakteristik daerah,
kebutuhan daerah, perkembangan IPTEKS, dan
sebagainya
d. Struktur keilmuan
e. Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran
f. Alokasi waktu
3. Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Dalam menyusunan kegiatan pembelajaran perlu
diperhatikan beberapa hal berikut
a. Langkah pembelajaran harus terstruktur dengan baik,
menggambarkan tahapan-tahapan kegiatan yang akan
dilakukan guru dalam mengelola pembelajaran.
b. Langkah pembelajaran meliputi kegiatan awal
(pendahuluan), kegiatan inti, dan penutup. Kegiatan inti
dijabarkan lebih lanjut dengan melibatkatkan kegiatan
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
(mencoba), menalar (mengasosiasikan), dan
mengomunikasikan.
c. Langkah-langkah pembelajaran yang dijabarkan harus
memberikan pengalaman belajar yang memadai untuk
mencapai kompetensi yang telah dirumuskan.
4. Menjabarkan dan merancang penilaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merancang
penilaian diuraikan sebagai berikut.
233
a. Penilaian menggunakan acuan kriteria (patokan) bukan
acuan norma.
b. Penilaian seharusnya dirancang untuk mengukur
kompetensi secara komprehensif, tidak hanya mengukur
pencapaian ranah kognitif, tetapi juga efektif dan
psikomotor.
c. Untuk setiap ranah yang dinilai, perlu dikembangkan
instumen yang relevan.
d. Penilaian harus disesuaikan dengan mengalaman belajar
yang ditembuh dalam proses pembelajaran.
5. Menentukan alokasi waktu
Alokasi waktu sebagiamana telah ditentukan pada
silabus selanjutnya dibagi untuk setiap pertemuan tatap muka
dengan memeperhatikan cakupan dan kedalaman materi
pembelajaran.
6. Menentukan sumber belajar
Sumber belajar adalah Rjukan, objek dan atau bahan
yang digunakan untuk kegiatan pemebalajaran. Pemilihan
sumber belajar mengacu pada rumusan yang dideskripsikan
pada silabus. Misalnya, sumber belajar dalam silabus
dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan buku
referensi, judul, pengarang, dan halaman yang dijadikan acuan
234
KESIMPULAN
235
a) Mengkaji silabus
b) Mengorganisasikan Materi Pembelajaran
c) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
d) Menjabarkan dan merancang penilaian
e) Menentukan alokasi waktu
236
BAB XII
237
untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga
mencapai ketuntasan belajar. Penting untuk dipahami
bahwa remedial bukan tes mengulang dengan materi
yang sama. Hal ini perlu ditegaskan karena memang
masih ditemukan banyak salah persepsi di kalangan
pendidik. Ketika peserta didik tidak mencapai ketuntasan
belajar, pendidik memberikan kesempatan untuk peserta
didik mengikuti tes mengulang, dan hal itu disebutnya
sebagai remedial. Remedial seharusnya dipahami
sebagai layanan dalam bentuk perbaikan pembelajaran
pada kompetensi (KD) yang belum dicapai atau dikuasai
peserta didik dengan menggunakan metode tertentu.
Setelah perbaikan pembelajaran tersebut dilaksanakan,
pendidik kemudian melakukan penilaian untuk
mengetahui apakah peserta didik sudah mencapai atau
menguasai KD tadi ataukah belum.
Pembelajaran remedial dapat diberikan setelah
peserta didik mempelajari materi pembelajaran yang
berkaiatan dengan kompetensi dasar (KD) tertentu.
Selain itu, pembelajaran dapat pula dilakukan setelah
materi pembelajaran yang berrkaiatan dengan standar
kompetensi atau kompetensi inti tertentu diselesaikan.
Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa SK
merupakan satu kebulatan kemampuan yang terdiri dari
beberapa
2. Prinsip-prinsip Program Remedial
Pembelajaran remedial merupakan sebuah bentuk
layanan khusus bagi peserta didik yang belum mencapai
ketuntasan belajar yang dipersyaratkan. Sesuai dengan
sifat pendidik (Depdiknas, 2009a) sebagai berikut.
a. Adaptif
Pembelajaran remedial hendaknya
memungkinkan peserta didik untuk belajar sesuai
dengan daya tangkap, kesempatan dan gaya belajar
238
masing-masing. Pemahaman pendidik mengenai
karakteristik peserta didik merupakan aspek penting
yang tidak boleh diabaikan. Dengan memahami
karakteristik peserta didik secara baik, pendidik
dapat memilih model/ pendekatan/ strategi/ metode
yang lebih tepat.
b. Interaktif
Pembelajaran remedial hendaknya melibatkan
keaktifan pendidik untuk secara intensif berinteraksi
dengan peserta didik dan selalu memberikan
monitoring dan pengawasan agar mengetahui
kemajuan belajar peserta didiknya.
c. Fleksibilitas dalam metode pemelajaran dan penilaian
Pembelajaran remedial perlu menggunakan
berbagai metode pembelajaran dan metode
penilaian yang sesuai dengan karakteristik peserta
didik.
d. Pemberian umpan balik sesegera mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan
kepada peserta didik mengenai kemajuan belajarnya
perlu diberikan sesegera mungkin agar dapat
menghindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut.
e. Pelayanan sepanjang waktu
Pembelajaran remedial dilakukan secara
berkesinambungan dan harus selalu tersedia
programnya agar setiap saat peserta didik dapat
mengaksesnya sesuai dengan keperluannya
masing-masing.
3. Bentuk Kegiatan Remedial
Terdapat beberapa bentuk pembelajaran remedial
yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pembelajaran ulang dengan metode berbeda
239
Bila lebih dari 50% perserta didik belum
mencapai ketuntasan belajar atau mengalami
kesulitan belajara, pendidik perlu melakukan
pembelajaran ulang.
b. Pemberian bimbingan secara khusus
Peserta didik tertentu mungkin saja mengalami
kesulitan belajar secara klasikal. Untuk peserta didik
seperti ini dapat dilakukan bimbingan secara
perorangan.
c. Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus
Prinsip latihan merupakan prinsip penting
dalam belajar. Semakin banyak dan semakin sering
proses latihan, semakin tinggi pula tingkat
pemahaman dan tingkat retensi peserta didik.
d. Pemanfaatan tutor sebaya
Tutor sebaya adalah teman sekelas atau
kakak kelas yang memiliki kemampuan relative baik
atau kecepatan belajar yang lebih cepat.
4. Format Perencanaan Remedial
Pembelajaran remedial semestinya dilaksanakan
secara terencana. Oleh karena itu, dalam perencanaan
pembbelajaran pendidik perlu pula menyusun
perencanaan untuk kegiatan remedial. Perencanaan
dimaksud dapat menggunakan format sebagai berikut:
Table 14.1 Format Perencanaan Remedial
Mata Pelajaran :………………….
Kelas/Semester :………………….
Kompetensi Int i :………………….
240
perencanaan remedial yang lebih spesifik bagi siswa-
siswa tersebut. Perencanaan remedial dimaksud dapat
menggunakan format sebagai berikut.
Kelas/Semester :…………………..
Indicator : 1. ……………….
2. ……………….
3. ……………….
KKM :…………………..
B. Perencanaan Pengayaan
1. Hakikat Pembelajaran Pengayaan
Telah dijelaskan bahwa pada setiap kelas terdapat peserta
didik dengan kemampuan yang berbeda-beda; ada yang pandai,
ada yang kemampuannya sedang, dan ada pula yang lemah.
Pada setiap tahapan penilainnya, umumnya tidak setiap peserta
didik mencapai ketuntasan belajar. Peserta didik yang belum
mencapai ketuntasan belajar ini perlu diberikan pelayanan
khusus berupa pembelajaran remedial. Demikian pula, peserta
didik yang telah mecapai ketuntasan belajar juga perlu diberikan
layanan khusus. Layanan khusus bagi peseta didik yang telah
241
mencapai ketuntasan belajar ini disebut sebagai pembelajaran
pengayaan.
Adanya pembelajaran pengayaan dapat mendorong
upaya pengembangkan keterampilan berpikir, kreavtivitas,
keterampilan memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi,
penemuan, keterampilan seni, keterampilan gerak, dan
sebagainya. Pembelajaran pengayaan memberikan
pelayanan kepada peserta yang meiliki kecerdasan lebih
dengan tantangan belajar yang lebih tinggi untuk membantu
mereka mencapai kapasitas optimal dalam belajarnya.
2. Bentuk Pembelajaran Pengayaan
Pembelajaran pengayaan dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa pendekatan pembelajaran berikut :
a. Kegiatan Eksploratori
Dimaksudkan untuk memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk memperluas
pengetahuannya dengan cara melakukan penggaliran
informasi lebih dalam mengenai berbagai aspek yang
terkait dengan SK dan KD yang telah dibahas.
b. Keterampilan Proses
Keterampilan proses diarahkan untuk mendorong
peserta didik melakukan pendalaman dan investigasi
terhadap topik tertentu yang relevan dalam bentuk
kegiatan mandiri.
c. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah ditandai dengan :
1) Identifikasi bidang permasalahan yang akan
dikerjakan
2) Penentuan focus masalah yang akan dipecahkan
3) Penggunaan berbagai sumber
4) Pengumpulan data menggunakan Teknik yang
relevan
5) Analisis data
6) Penyimpulan hasil investigasi
242
Pembelajaran pengayaan bagi peserta didik
yang telah mencapai ketuntasan belajar dapat
dilakukan dalam beberapa bentuk sebagai berikut ;
belajar kelompok, belajar mandiri, dan pembalajaran
berbasis tema.
3. Materi Pengayaan
Pemilihan materi pengayaan merupakan hal penting yang
perlu pula diperhatikan oleh pendidik. Materi pengayaan
diberikan harus relevan dengan kompetensi dasar yang telah
dipelajari. Pendidik dapat memperkaya penguasaan peserta
didik dengan memperdalam materi pemebalajaran, misalnya
dengan menampilkan bentuk-bentuk masalah yang relevan
yang belum pernah dibahas dengan kegiatan tatap muka
atau yang memiliki tingkat kesulitan lebih tinggi.
Materi yang dipilih harus memenuhi kriteria perluasan
atau pendalaman materi. Dalam pemilihan materi pengayaan,
pendidik dapat merujuk pada berbagai referensi, materi-
materi kompetisi, dan sebagainya. Rujukan atau ancuan
yang dipilih pendidik anatara lain ;
a. Materi ujian nasional atau uji kompetensi
b. Materi olimpiade sains nasional
c. Materi pengayaan dari sumber-sumber lain.
Kelas/Semester : ……….
243
Kompetensi Inti/SK : ……….
244
KESIMPULAN
245
Adanya pembelajaran pengayaan dapat mendorong upaya
pengembangkan keterampilan berpikir, kreavtivitas, keterampilan
memecahkan masalah, eksperimentasi, inovasi, penemuan,
keterampilan seni, keterampilan gerak, dan sebagainya.
Pembelajaran pengayaan memberikan pelayanan kepada peserta
yang meiliki kecerdasan lebih dengan tantangan belajar yang lebih
tinggi untuk membantu mereka mencapai kapasitas optimal dalam
belajarnya.
Pemilihan materi pengayaan merupakan hal penting yang
perlu pula diperhatikan oleh pendidik. Materi pengayaan diberikan
harus relevan dengan kompetensi dasar yang telah dipelajari.
246
BAB XIII
247
4. Scanian (dalam Depdiknas, 2010) menyatakan bahwa media
pembelajaran meliputi semua bahan dan benda fisik yang
digunakan pendidik untuk melaksanakan pembelajaran dan
memfasilitasi peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
5. Sadiman (2009) menyatakan bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat menyalurkan pesan dari pengirim pesan
kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat penerima pesan sedemikian
rupa. Untuk menciptakan proses belajar yang menarik antara
keduanya.
248
1. Fungsi media dan pembelajaran
Dalam pembelajaran, media memegang peranan penting
dalam menyampaikan informasi dari guru kepada siswa.
Penggunaan media dalam pembelajaran memudahkan untuk
memahami konsep atau isi pembelajaran, karena konsep
yang abstrak dapat direpresentasikan secara konkrit dengan
bantuan media.
Media memainkan peran yang sangat penting dalam
pembelajaran dan memberikan kontribusi penting untuk
efektivitas pembelajaran. Fungsi mediadan pembelajaran
dijelaskan sebagai berikut.
a. Media pembelajaran dapat melampaui batas-batas
pengalaman siswa
Pengalaman setiap siswa berbeda-beda dan
bergantung pada faktor-faktor yang menentukan
kekayaan pengalaman siswa tersebut, seperti:
ketersediaan buku, pilihan perjalanan, dll. Media
pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut.
Konten pembelajaran tertentu menarik dan efektif
ketika siswa memiliki kesempatan untuk mengunjungi
atau mengamati objek nyata seperti kereta api, Tugu
Monas, Benteng Duurstedee, Candi Borobudur, dll.
Namun, ini bisa sangat sulit dan mahal. Dengan
menggunakan media seperti model kereta api, miniatur
tugu Monas, gambar atau video Benteng Duurstedee,
dan gambar atau video Candi Borobudur, objek yang
sebenarnya dapat diganti dan pembelajaran tetap dapat
berlangsung dengan menarik dan efektif.
b. Pembelajaran ini dapat dimudahkan dengan
menggunakan media sederhana menggunakan koin,
daun, potongan kertas berwarna, dan sebagainya
Misalkan, dalam pembelajaran pendidik
menggunakan koin putih untuk mewakili bilangan positif,
koin hitam mewakili bilangan negatif, operasi
249
penjumlahan diartikan meletakkan koin di atas meja, dan
operasi pengurangan diartikan sebagai mengambil atau
mengurangi koin yang berada di meja.Operasi 5-3
dikerjakan dengan meletakkan lima koin putih di atas
meja, kemudian mengeluarkan tiga koin putih, sehingga
sisanya 2 koin putih.Untuk menentukan hasil dari -4 (-2),
kita meletakkan empat koin hitam di atas meja, kemudian
kita meletakkan lagi dua koin hitam di atas meja,
sekarang telah tersedia 6 koin hitam di atas meja.
Untuk menentukan hasilnya, kita meletakkan
empat koin putih di atas meja, kemudian kita ambil tiga
koin hitam dari atas meja.Sekarang di atas meja telah
tersedia tujuh koin putih dan tiga koin hitam.Selanjutnya
kita bisa mengambil (mengeluarkan) tiga koin hitam dari
atas meja, yang tersisa di atas meja adalah tujuh koin
putih.Kita dapat pula menggunakan media berbentuk
garis bilangan dan anak kecil yang melangkah pada
garis bilangan tersebut.4+3 dioperasikan dengan cara
anak berdiri pada posisi 4 dengan arah ke kanan
(bilangan positif) kemudian bergerak maju sejauh tiga
langkah dan berada di posisi 7. Anak berada pada posisi
4 menghadap ke kiri (karena -3 bilangan negatif),
kemudian bergerak mundur sejauh tiga langkah.
c. Media pembelajaran dapat melampaui batas-batas ruang
kelas.
Banyak hal yang tidak dapat dialami siswa secara
langsung pada suatu objek di dalam kelas. Misalnya,
mempelajari sistem pencernaan (digestivus) pada
manusia sulit dilakukan dengan mengamati benda nyata.
Agar kita mengetahui bahwa saluran pencernaan terdiri
dari saluran pencernaan (saluran makanan) dan organ
bantunya yang mendorong pencernaan dan penyerapan,
kita dapat menggunakan model tubuh manusia, model
pencernaan atau gambar sistem pencernaan.
250
d. Media pembelajaran memungkinkan terjadinya interaksi
langsung antara siswa dengan lingkungannya
Buffalo Mountain adalah salah satu daya tarik
utama di Pulau Moa. Siswa Tiakur yang mempelajari
trigonometri dapat diajak ke Gunung Buffalo, di mana
mereka belajar mengukur ketinggian gunung dengan
klinometer. Siswa tidak hanya belajar konsep
matematika, tetapi juga berinteraksi dengan lingkungan.
e. Belajar dari media dapat menarik perhatian
Media visual dapat digunakan untuk
mengingatkan siswa pada penyajian informasi. Jeng,
Chandler, dan Sweller (dalam Smaldino, 2011)
menyarankan penggunaan isyarat visual untuk menarik
perhatian dan pemikiran ke bagian visual yang signifikan.
Isyarat visual dapat mencakup warna, kata, panah,
simbol, bayangan, dan animasi. Gunakan tips ini untuk
berfokus pada poin-poin penting dari konten visual yang
kompleks.
f. Media massa dapat menyampaikan konsep, tindakan
atau prinsip
Mungkin sulit bagi siswa untuk mendefinisikan
jajaran genjang. Guru dapat memberikan bentuk
jajargenjang, siswa diminta untuk mengamati dan
mengidentifikasi sifat-sifat jajargenjang. Siswa kemudian
diminta untuk memberikan definisi jajargenjang
berdasarkan sifat-sifat tersebut. Menggunakan model
kerucut dan tabung berongga dengan tinggi dan
diameter yang sama, guru dapat membimbing siswa
untuk menentukan bahwa volume kerucut adalah
sepertiga volume silinder. Volume tabung adalah #r’, jadi
volume kerucut adalah 1/3 m².
g. Media pembelajaran mengurangi tenaga atau usaha
berpikir yang harus dikeluarkan siswa untuk belajar
251
Penggunaan media membantu siswa lebih cepat
memahami mata pelajaran. Energi atau usaha siswa
dapat disimpan dan digunakan untuk memperdalam dan
memperkaya mata pelajaran. Menurut Smaldino et al.
(2011), media visual dapat menyederhanakan informasi
yang sulit dipahami. Papan peringkat dapat
mempermudah penyimpanan dan pengambilan informasi
ini. Media juga dapat melakukan fungsi pengaturan
dengan menunjukkan hubungan antar elemen, seperti
dalam bagan alur dan garis waktu. Mayer dan Moreno
(2003) menjelaskan dalam Smaldino (2011) bahwa
konten seringkali dapat dikomunikasikan dengan lebih
mudah dan secara visual lebih efektif.
h. Media massa menciptakan motivasi dan mendorong
pembelajaran
Penggunaan lingkungan belajar biasanya menarik
siswa dengan gaya belajar yang berbeda, terutama
siswa visual, yang meningkatkan motivasi mereka.
Menurut Smaldino et al. (2011), media visual dapat
meningkatkan minat pada subjek dan minat
meningkatkan motivasi. Media visual dapat melibatkan
siswa dengan menangkap perhatian mereka, menjaga
perhatian mereka, dan melibatkan mereka dalam proses
pembelajaran. Media visual memanfaatkan minat pribadi
siswa untuk menjadikan pembelajaran bermakna.
i. Belajar dari media menawarkan kesempatan untuk
mengulang informasi
Informasi yang dipelajari berulang kali mendukung
penyimpanan, informasi ini bertahan lebih lama dalam
memori jangka panjang. Smaldino dkk. (2011)
menjelaskan bahwa ketika informasi visual menyertai
informasi lisan atau tertulis, itu disajikan dalam format
yang berbeda, memungkinkan siswa untuk memahami
252
secara visual apa yang mungkin mereka lewatkan dalam
sebuah teks.
2. Manfaat media pembelajaran
a. Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik. Media
massa memungkinkan penyajian informasi (materi
pembelajaran) dengan cara yang berbeda dan tidak
monoton. Hal ini meningkatkan daya tarik pembelajaran
melalui media bagi siswa sehingga meningkatkan
intensitas perhatian dan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran.
b. Memberikan pengalaman berinteraksi dengan atau
memvisualisasikan objek atau model dunia nyata. Ketika
belajar dari lingkungan sebagai alat atau menggunakan
metode perjalanan, siswa diberi kesempatan untuk
berinteraksi dengan benda nyata. Misalnya, siswa dari
Pulau Saparua belajar tentang sejarah Pattimura dengan
mengunjungi Benteng Duurstedee. Jenis pembelajaran ini
sangat bermakna dan memberikan kesan yang jelas
kepada siswa.
c. Ciptakan suasana belajar yang lebih interaktif.
Penggunaan media pembelajaran memungkinkan
berkembangnya interaksi yang lebih luas antara guru dan
siswa, siswa, siswa dan media maupun antara guru dan
siswa dan pembelajaran dari media.
d. Mengembangkan keterampilan visual siswa. Penggunaan
media visual sangat membantu dalam mengembangkan
kemampuan visualisasi siswa.
e. Memungkinkan pembelajaran baik di dalam maupun di
luar sekolah dan kapan saja. Lingkungan belajar dapat
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat
menyelesaikan tugas belajar dengan lebih leluasa, kapan
pun dan di mana pun, tanpa harus bergantung pada
kehadiran guru.
253
f. Meningkatkan pemahaman dan ingatan siswa. Informasi
yang diterima melalui media lebih tepat sasaran dan
relevan bagi siswa. Penggunaan media visual bersamaan
dengan penjelasan guru mengakibatkan siswa
mempelajari informasi (materi pembelajaran) yang sama
sebanyak dua kali; Pertama, informasi yang disajikan di
media dan kedua, informasi yang dijelaskan oleh pelatih.
Ini memengaruhi pemahaman informasi yang baik dan
informasi disimpan dalam memori jangka panjang, yang
meningkatkan retensi.
g. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran.
Penggunaan media pembelajaran berdampak pada
banyak hal, antara lain meningkatkan motivasi siswa, hasil
belajar, keterampilan visualisasi dan keterampilan berpikir.
Hal ini membuat pembelajaran menjadi lebih efektif. Selain
itu, pembelajaran dengan bantuan media menjadikan
usaha (kurang) lebih efektif untuk menyampaikan materi
yang sama tanpa media.
C. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Terdapat berbagai Jenis media pembelajaran yang dikenal
saat ini. Rudy Bretz (2004) dalam kemdiknas (2010)
mengklasifikasikan media menjadi 7 (tujuh) kelompok sebagai
berikut:
1. Audiovisual gerak, seperti film bersuara, pita video, film pada
televisi, dan animasi.
2. Audiovisual diam, seperti film rangkai suara, laman suara,
dan sound slide.
3. Audio semi gerak, seperti tulisan bersuara.
4. Media visual bergerak, seperti film bisu.\
5. Media visual diam, seperti halaman cetak, foto, microphone,
slide bisu.
6. Media audio, seperti radio, dan telepon
7. Media cetak, seperti buku, koran, majalah, modul, dan bahan
ajar mandiri.
254
Kemp, et.al., (1994) menggunakan istilah sumber
pembelajaran dan memberikan pengelompokkan sebagai
berikut:
1. Beda riel, terdiri atas pembicara tamu, objek dan alat, model
dan model tribun (mock ups).
2. Material dua dimesin, terdiri atas kertas cetaka.
3. Rekaman audio
4. Proyeksi gambar
5. Proyeksi gambar bergerak
6. Kombinasi media
7. Teknologi interaktif.
1. Media visual
Medial visual adalah suatu alat atau sumber belajar
yang di dalamnya berisikan pesan, informasi khususnya
materi pelajaran yang disajikan secara menarik dan kreatif
dan ditetapkan dengan menggunakan indera pengelihatan.
2. Media audio
Media audio adalah jenis pembelajaran atau sumber
belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang
disajikan secara menarik dan kreatif dan ditetapkan dengan
menggunakan indera pendengaran saja.
3. Media audio visual
Media audio visual adalah jenis media pembelajaran
atau sumber belajar yang berisikan pesan atau
Anderson (1976) dalam kemdiknas (2010) memberikan
klasifikasi media pembelajaran sebagaimana disajikan
sebagai berikut:
1. Audio
2. Cetak
3. Audio-cetak
255
4. Proyek visual diam
5. Proyek visual diam dengan audio
6. Visual gerak
7. Visual gerak dengan audio
8. Benda
9. Computer.
256
D. Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
Pemilihan media pembelajaran merupakan suatu aktivitas
yang perlu dicermati oleh pendidik, karena akan sangat
menentukan efektivitas pembelajaran. Menurut Branch (2009),
pertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan
sebagai berikut.
1. Dapat meningkatkan pengetahuan kualitas peristiwa belajar
2. Memperkuat pengetahuan dan keterampilan esensial.
3. Mengakomodasi berbagai gaya belajar.
257
jenis media sangat mempengaruhi efektivitas dan efisiensi
proses pembelajaran. Dalam menentukan ketepatan media yang
akan dipersiapkan dan digunakan melalui proses pengambilan
keputusan adalah berhubungan dengan kemampuan yang
dimiliki oleh media termasuk kelebihan dari karakteristik media
yang bersangkutan dihubungkan dengan berbagai komponen
pembelajaran. Belum tentu jenis media yang mahal, yang lebih
modern, yang lebih serba maju akan mendukung terciptanya
pembelajaran yang efektif dan efisien. Sebaliknya jenis media
sederhana, harganya murah, mudah dibuat atau mudah didapat
mungkin lebih efektif dan efisien dibanding yang lebih modern
tersebut. Begitu juga posisi media dalam pola pembelajaran yang
akandilaksanakan sangat mempengaruhi ketepatan jenis media
yang akan digunakan.
258
tenaga, apalagi bila guru harus mengajar untuk setiap jam
pelajaran.
c. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga
dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan siswa
menguasai tujuan pembelajaran lebih baik.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak
hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan
lain-lain.
E. Memilih Media Pembelajaran
Penggunaan lingkungan belajar harus direncanakan dengan
baik. Dari uraian prinsip-prinsip penggunaan media di atas, dapat
diidentifikasi aspek-aspek penting berikut yang harus
diperhatikan dalam perencanaan penggunaan media:
1. Materi pembelajaran termasuk tingkatan kognitif yang
dibahas atau yang perlu dikuasai siswa. Menurut Bloom et al.
(1971) adalah pengetahuan (memori), pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi; atau menurut kategori
Anderson dan Krathwohl (2001). Faktual, konseptual,
prosedural dan metakognitif; atau menurut Bell (1981), Fakta,
Konsep, Prinsip dan Kemampuan.
2. Tujuan pembelajaran berupa pengetahuan, sikap atau
keterampilan.
3. Karakteristik siswa yang meliputi gaya belajar dan tingkat
berpikir.
4. Model/pendekatan/strategi pembelajaran.
259
1. Identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa Rencana
media didasarkan pada kebutuhan. Indikatornya adalah
keterampilan, kemampuan, dan sikap siswa yang kami
harapkan dikuasai siswa.
2. Bentuk tujuan. Lingkungan belajar harus dirancang
sedemikian rupa sehingga membantu siswa dan
memudahkan mereka mencapai tujuan belajarnya.
3. Memilih, Memodifikasi, dan Mendesain Media Pembelajaran
Untuk menghasilkan media yang tepat untuk kegiatan
pembelajaran, biasanya ada tiga pilihan: 1) media
pembelajaran yang sudah tersedia, 2) memodifikasi media
yang sudah ada, dan 3) mendesain media baru.
4. Pemformatan materi Materi berkaitan dengan isi pelajaran.
Program media yang terdapat di dalamnya harus memuat
materi yang harus dikuasai oleh siswa.
5. Partisipasi siswa Situasi belajar yang paling efektif adalah
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merespon dan berpartisipasi dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, siswa harus terlibat dalam penggunaan media
sebanyak mungkin.
6. Evaluasi (Evaluation) Tujuan evaluasi media pembelajaran
adalah memilih media pembelajaran yang dapat digunakan
di dalam kelas, melihat cara kerja penggunaan media,
memeriksa apakah tujuan media telah tercapai, dan
mengevaluasi kemampuan guru untuk menggunakannya.
Media, menyediakan informasi untuk keperluan administrasi
dan mengoreksi media itu sendiri.
F. Membuat Presentasi
Mendesain materi presentasi merupakan salah satu
bagian dari penggunaan model/pendekatan/strategi. Pada
penggunaan pendekatan saintifik, pendidik mulai dengan
menyajikan objek untuk diamati peserta didik. Objek tersebut
dapat berupa benda riel, model, gambar, atau dapat pula berupa
bahan ajar yang harus dipelajari dan didiskusikan peserta didik.
260
Jika tidak terdapat objek riel dan perlu bantuan visualisasi, maka
diperlukan materi presentasi. Pada model pengajaran langsung,
pendidik menjelaskan materi pembelajaran sesuai kompetensi
dasar dalam kurikulum. Penjelasan ini akan lebih efektif jika
didukung oleh meteri presentasi misalkan dalam bentuk power
point. Dalam penggunaan model pembelajaran berbasis
masalah, pendidik menyajikan masalah atau kasus untuk dikaji
atau dibahas peserta didik. Ini juga membutuhkan dikungan
materi presentasi. Dalam penggunaan model pembelajran
kooperatif, diperlukan penjelasan pendidik memberikan
penjelasan di awal pembelajaran; ini juga membutuhkan
dukungan materi presentasi.
Dalam berbagai penggunaan model pembelajaran
tersebut penyaian (presentasi) merupakan sebuah bagian
penting yang turut menentukan keberhasilan pembelajaran.
Memusatkan perhatian peserta didik pada presentasi merupakan
hal penting yang harus diperhatikan dan direncanakan dengan
secara baik oelh pendidik. Materi presetasi yang disiapkan
secara baik dan menarik akan memberikan banyak manfaat di
anataranya dapat memusatkan perhatian peserta didik dan dapat
memberikan informasi yang lebih terstruktur dan jelas kepada
peseta didik.
Smaldino, et.al., (2011) menjelaskan bahwa pendidik
harus cermat merencanakan setiap presentasi mata pelajaran.
Perencanaan yang dimaksud sebagai berikut.
1. Menganalisis peserta didik. Apa saja kebutuhan, nilai, latar
belakang, tingkat pengetahuan, dan miskonsepsi pada
peseta didik terkait dengan topik yang akan disajikan.
2. Rincian tujuan belajar. Apa yang seharusnya peserta didik
lakukan? Berapa banyak waktu yang dimiliki untuk
menyajikan? Batasi tujuan dan konten dengan waktu yang
tersedia.
3. Rincilah keuntungan dan dasar pemikiran. Mengapa
presentasi itu penting bagi peserta didik? Jika pertayaan ini
261
tidak bisa dijawab, fokus sebaiknya diubah untuk memenuhi
kebutuhan peserta didik.
4. Identifikasilah poin-poin kunci. Perbaharuilah gagasan-
gagasan utama. Tuangkan pada kartu cacatan atau catatan
tempel. Sebagian besar presentasi akan memiliki lima hingga
sembilan poin utma.
5. Identifikasilah subpoin dan detail-detail pendukung. Sekali
lagi gunakan kartu catatan atau catatan tempel. Cobalah
batasi diri pada lima hingga sembilan subpoin untuk setiap
poin utama.
6. Susunlah presentasi dalam susunan yang logis. Berikut
salah satu strategi penyusunan yang dapat digunakan.
a. Tinjauan : Katakan kepada peserta didik apa yang
akan disampaikan kepada mereka
b. Sajian : Sampaikan pada mereka
c. Tinjauan ulang : Beritahulah kepada peserta didik apa
yang telah disampaikan kepada mereka.\
1. Pengaturan
Pertama-tama harus sitentukan apa saja yang
disertakan dalam visual, kemudian dipertimbangkan tampilan
keseluruhan. Gagasannya adaah menentukan sebuah pola
dasar untuk menentukan bagaimana mata peserta didik akan
mengikuti di sepanjang presentasi. Beberapa aspek
berkaitan dengan pengaturan diuraikan sebagai berikut.
a. Perataan. Tempatkan unsur-unsur utama di dalam satu
visual sehingga memiliki hubungan visual yang jelas satu
sama lainnya. Audiens (peserta didik) akan memandang
unsur-unsur pada slide sebagai satu kesatuan ketika
262
ujung dari unsur-unsur tersebut sama rata pada garis
harizontal atau vertikal imajiner.
b. Bentuk. Cara lain untuk menyusun unsur-unsur visual
adalah menyatukannya dalam sebuah bentuk yang telah
akrab bagi audiens (peserta didik). Menggunakan
gambar geometri sederhana, seperti lingkaran, segitiga,
atau persegi, menyediakan kerangka kerja yang mudah
dipahami karena bentuknya mudah ditebak oleh
sebagian besar audiens (peserta didik).
c. Aturan segitiga. Ada aturan ini, unsur-unsur yang
tersusun sepanjang garis yang membagi visual menjadi
tiga bagian berdasarkan pentingnya. Posisi paling
dominan dan dinamis adalah pada posisi perpotongan
garis-garis pembagi tiga bagian horizontal atau vertikal,
terutama pada perpotongan kiri atas.
d. Kedekatan. Unsur yang berdekatan pada slide visual
biasanya dianggap saling berkaitan, sabaliknya yang
terpisah jauh dianggap tidak berkaitan. Dalam
penggunaan prinsip ini, pendidik dapat mendekatkan
unsur-unsur yang berkaitan dan memisahkan unsur-
unsur yang tidak berkaitan.
e. Pengaruh. Dalam mengamati sebuah tampilan slide,
perhatian biasanya berpindah dari satu bagian ke bagian
lainyya. Pola mendasar dari unsur-unsur tampilan
tesebut akan menjadi penentu utama dari pola gerakan
mata. Tetapi juka pendidik ingin audiens (peserta didik)
membaca tampilan dalam urutan tertentu atau fokus
pada beberapa unsur tertentu, perlu digunakan
pengarah, untuk mengarahkan perhatian. Sebuah anak
panah merupakan alat yang jelas untuk mengarahkan
perhatian pada komponen slide. Untuk materi teks, kata-
kata kunci dapat ditebalkan atau menggunakan butir-
butir (bulets).
263
f. Kontras sosok – latar. Unsur-unsur penting, terutama
kata-kata, harus berada dalam kontras yang baik dengan
latar belakang. Aturan sederhana dari kontras sosok –
latar adalah bahwa sosok gelap paling baik terlihat pada
latar belakang bercahaya dan sosok terang paling baik
terlihat pada latar belakang gelap.
g. Konsistensi. Dalam penyusunan slide presentasi penting
diperhatikan konsistensi dalam penempatan unsur-unsur,
warna, dan perlakuan teks. Hal ini akan meningkatkan
keterbacaan dari serangkaian visual..
2. Keseimbangan
Keseimbangan dicapai ketika berat suatu unsur-unsur
dalam sebuah tampilan (slide) secara merata tersebar pada
setiap sisi sebuah sumbu, baik vertikal maupun horizontal,
atau keduanya. Ketika desain tersebut berulang pada kedua
sisi, keseimbangannya menjadi simetris atau formal.
3. Warna
Ketika memilih sebuah skema warna untuk sebuah
visual (slide), perhatikan keharmonisan. Dua warna apa pun
yang terletak langsung berhadapan pada roda warna disebut
warna-warna pelengkap, seperti merah dan hijau atau kuning
atau violet. Warna-warna pelengkap sering kali sangat cocok
satu dengan sama lainnya sebagai sebuah skema warna
secara keseluruhan. Tetapi, usahakan agar tidak langsung
mendekatkan dua warna pelengkap (misalnya, menempatkan
huruf berwarna hujau dengan latar belakang berwarna
merah). Ada dua alasan untuk hal tersebut. Pertama, jika
warna-warna tersebut memiliki nilai yang sama, atau
kegelapan yang sama, huruf tersebut tidak akan memiliki
kontras sosok latar yang baik. Kedua, ketika warna-warna
perlengkapan yang jenuh (terlalu tua) diletakkan langsung
berdekatan satu sama lain, mata tidak bisa fokus pada
keduanya pada waktu bersamaan, sehingga mendapatkan
efek yang tidak menyenangkan.
264
4. Kemudahan dibaca
Perlu dipastikan bahwa visual atau tulisan pada slide
dapat terbaca oleh semua audiens (peserta didik). Pastikan
visual cukup besar agar dapat terbaca oleh semua audiens
(peserta didik). Kemudahan untuk dibaca dapat diperbaiki
dengan meningkatkan ukuran, jenis huruf, dam kontras.
5. Menarik
Vusual tidak menampilkan sebuah efek, kecuali kalau
visual itu menarik dan mempertahankan perhatian audiens
(peserta didik).
265
template yang telah terformat atau merancang sebuah
template untuk digunakan di seluruh silde.
6. Gunakan slide induk untuk membuat format teks yang
konsisten. Slide induk memungkingkan Anda menempatkan
teks pada jenis huruf spesifik di posisi yang sama di setiap
slide.
7. Sebaiknya menciptakan sebuah presentasi dengan konten
yang substansif ketimbang menggunakan fitur berlebihan
yang bisa mengalihkan perhatian dan sering kali
mengganggu bagi audiens (peserta didik).
8. Gunakan gambar yang sesuai. Hindari gambar yang tidak
sesuai dan tidak relevan dengan konten Anda. Pilih atau buat
grafik yang secara efektif mengkomunikasikan pesan Anda.
9. Gunakan transisi yang konsisten. Transisi, atau proses
berganti atau slide ke slide berikutnya, sebaiknya konsisten di
seluruh presentasi Anda. Jangan gunakan transisi acak dan
hindari “suara berisik” (efek audio) dengan transisi.
10. Gunakan “bangunan” sederhana. Efek bangunan adalah
begaimana teks berbutir atau gambar diperkenalkan dalam
satu slide. Beberapa efek bangunan, seperti “berputar” (di
mana teks baru berputar ke dalam slide), bisa mengalihkan
perhatian audiens Anda. Melihat efek semacam itu sering kali
butuh waktu lebih lama daripada membaca teks baru.
11. Gunakan dengan cermat animasi untuk mendukung pesan
pengajaran ketimbang menambahkan efek dramatis ke
presentasi Anda. Sebagai misal, komponen-komponen
sebuah model bisa ditambahkan ketika tiap komponen
dibahas, misalnya menambahkan satu lapisan satu kali para
piramida makanan atau menanbahkan planet sesuai degan
urutan kedudukannya dari matahari.
12. Kurang penggunaan suara. Gunakan suara hanya jika bisa
meningkatkan presantasi Anda. Suara ban yang berdecit dan
suara perhitungan uang tunai bisa langsung mengalihkan
perhatian.
266
13. Gunakan catatan kaki untuk mengidentifikasi slide. Catatan
kaki memungkinkan Anda menjelaskan bagian bawah slide
Anda dengan nama Anda, afiliasi Anda, topik presentasi,
dan/atau tanggal pembuatan atau presentasi.
267
1. Tersedianya sumber belajar alternatif yang tidak hanya
relevan dengan kurikulum, tetapi juga relevan dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa, serta dapat
mengakomodasi atau diperkaya dengan aspek konteks dan
kearifan lokal.
2. Tidak menutup kemungkinan pembelajaran akan
berlangsung lebih menarik, karena menghadirkan konteks
di sekitar siswa akan menimbulkan motivasi tersendiri bagi
siswa.
3. Bahan ajar menjadi lebih kaya karena dikembangkan
dengan menggunakan berbagai referensi.
4. Menambah khazanah ilmu dan pengalaman pendidik dalam
menulis bahan ajar.
5. Tersedianya media melalui bahan ajar yang dapat
membangun komunikasi pembelajaran yang efektif antara
pendidik dan peserta didik karena peserta didik lebih
percaya kepada pendidik.
H. Jenis-jenis Bahan Ajar
Dari aspek pendekatan pembelajaran, bahan ajar dapat
pula dibedakan menjadi jenis-jenis berikut.
1. Bahan ajar untuk pembelajaran mandiri
Pada sistem pembelajaran mandiri, peserta didik
melakukan kegiatan belajar sendiri (self learning) tanpa
kehadiran pendidik.
Dalam pendekatan pembelajaran ini, jenis bahan ajar
yang diperlukan atau yang perlu dikembangkan/disiapkan
pendidik antara lain modul, materi presentasi bersuara
(dengan program Camtasia), film, program audio, slide, dan
sebagainya.
2. Bahan ajar untuk sistem tatap muka
Dalam sistem tatap muka, pendidik dan peserta didik
melakukan interaksi belajar mengajar baik di kelas maupun di
luar kelas.Untuk mendukung kegiatan belajar mengajar dan
membuatnya menjadi lebih efektif, pendidik perlu membuat
268
bahan ajar.Bahan ajar ini dapat berupa bahan kompilasi,
handout, atau dalam bentuk lembar kerja peserta didik
(LKPD).
3. Bahan ajar untuk sistem pembelajaran kombinasi
Sistem kombinasi yang dimaksud di sini adalah
kombinasi antara pembelajaran mandiri dan pembelajaran
tatap muka. Bahan ajaruntuk sistem pembelajaran kombinasi
dapat berbentuk buku ajar, modul, bahan kompilasi, materi
presentasi dalam bentuk powerpoint atau adobe flash, dan
sebagainya.
Pengelompokan bahan ajar juga dapat ditinjau dari
aspek teknologi.
Dari aspek ini bahan ajar dapat dibedakan atas;
1) Bahan cetak,
2) Bahan ajar dengar (audio),
3) Bahan ajar audiovisual, dan
4) Bahan ajar berbasis web.
1. Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh
seorang pendidik untuk memperkaya pengetahuan peserta
didik. Menurut Kamus Oxford halaman 389, handout is
prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang
telah disiapkan oleh pembicara.
2. Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh
pengarangnya, isi buku didapat dari berbagai cara, seperti
hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman,
autobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut
sebagai fiksi.
269
3. Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan
agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau
dengan bimbingan pendidik.
4. Lembar Kegiatan Peserta Didik
Lembar kegiatan peserta didik (student worksheet)
adalah lembaran- lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik.Lembar kegiatan biasanya
berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan
suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapainya.
Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran
apa saja. Lembar kegiatan bermanfaat memudahkan
pendidik dalam melaksanakan pembelajaran.Bagi peserta
didik, lembar kegiatan membantu kegiatan belajar mandiri
dan belajar mengerjakan tugas tertulis.
5. Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu
masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang
hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid
atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi
lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).
6. Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not
stitched (Webster’s New World, 1996). Leaflet adalah bahan
cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet
didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan
menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah
dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat
materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai
satu atau lebih KD.
7. Wallchart
270
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan
siklus/proses atau grafik yang bermakna menunjukkan posisi
tertentu.Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi peserta
didik maupun pendidik, maka wallchart didesain dengan
menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik.
8. Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik
dibandingkan dengan tulisan.Foto/gambar sebagai bahan
ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar
setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar
peserta didik dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya
menguasai satu atau lebih KD.
I. Penyusunan
Dalam menyusun (membuat) bahan ajar, terdapat
beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh pengembang
(pendidik) sebagai berikut.
1. Menganalisis Kurikulum
Analisis ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi
kompetensi yang dideskripsikan pada kurikulum dalam
hubungannya dengan kebutuhan bahan ajar.Pada Kurikulum
2006 (KTSP), telah dideskripsikan standar kompetensi (SK)
dan kompetensi dasar (KD); sedangkan pada Kurikulum
2013, telah dideskripsikan kompetensi inti (KI) dan
kompetensi dasar (KD). Guru selanjutnya perlu menjabarkan
setiap KD menjadi indikator pencapaian kompetensi (IPK),
melengkapi materi pokok dan materi pembelajaran, serta
memilih pengalaman belajar yang relevan. Berdasarkan
komponen-komponen ini, selanjutnya ditetapkan bahan ajar
yang relevan untuk dikembangkan.
2. Menganalisis Sumber Belajar
Sumber belajar dapat diartikan sebagai segala sesuatu
yang mengandung informasi berkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat digunakan dalam
proses belajar mengajar. Sumber belajar dapat berupa
271
lingkungan yang relevan dengan materi pembelajaran, bahan
ajar, benda atau orang yang menguasai atau memiliki
informasi yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran.
Depdiknas (2008e) mendefinisikan sumber belajar sebagai
segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang
yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai
wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses
perubahan tingkah laku.
Dalam kaitan dengan penyusunan bahan ajar, dilakukan
analisis mengenai:
1. Ketersediaan bahan ajar;
2. Kesesuaian bahan ajar yang tersedia dengan kurikulum;
3. Kesesuaian bahan ajar dengan lingkungan di sekitar peserta
didik (aspek kontekstual);
4. Kecukupan, berkaitan dengan cakupan dan kedalaman
sajian pada bahan ajar yang ada;
5. Kemungkinan penggunaan bahan ajar yang tersedia
tersebut. Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi
peserta didik
3. Menetapkan jenis bahan ajar
Pada tahap kedua akan diperoleh hasil analisis mengenai
aspek ketersediaan, relevansi, dan praktikabilitas dari sumber
belajar, terutama bahan ajar. Apabila bahan ajar yang
tersedia memenuhi aspek relevansi dan praktikabilitas, maka
bahan ajar tersebut dapat digunakan dalam proses
pembelajaran. Sebaliknya, jika bahan ajar yang tersedia tidak
memenuhi aspek tersebut, maka pendidik perlu
mengembangkan bahan ajar.
4. Pengorganisasian Materi Pembelajaran
Tahap ini merupakan tahap menjabarkan dan
menetapkan materi pembelajaran yang akan dibahas dalam
proses pembelajaran. Materi pembelajaran dijabarkan dari
kompetensi dasar pada KI 3 dan KI 4.Selanjutnya dari
indikator yang diturunkan mengacu pada kompetensi dasar,
272
dirumuskan materi pembelajaran yang selanjutnya disusun
secara terstruktur dengan memerhatikan keterkaitan
antarmateri pembelajaran.
5. Menetapkan Struktur Bahan Ajar
Dalam penyusunan bahan ajar cetak perlu diperhatikan
struktur, karena masing-masing bahan ajar cetak memiliki
struktur yang berbeda. Struktur bahan ajar merupakan salah
satu karakteristik yang membedakan antara satu jenis bahan
ajar dengan jenis yang lain.
6. Mengumpulkan dan mempelajari referensi
Referensi merupakan bagian penting dalam penulisan
bahan ajar. Ketersediaan referensi yang lengkap dan
komprehensif akan memberikan kontribusi yang lebih besar
pada kelengkapan penyajian bahan ajar. Pada tahap atau
langkah ini, penyusun atau penulis bahan ajar
mengumpulkan referensi yang diperlukan sebagai bahan
acuan dalam penyusunan atau penulisan bahan
ajar.Referensi yang dikumpulkan tersebut dapat berupa buku
teks, buku referensi, jurnal ilmiah, laporan hasil penelitian,
majalah, buletin, dan sebagainya.Berikut beberapa hal yang
perlu diperhatikan berkaitan dengan pemilihan referensi.
a. Relevan dengan materi pembelajaran yang telah
diidentifikasi pada tahap keempat.
b. Terkini, yakni referensi yang menyajikan informasi
terbaru.
7. Mulailah menulis
Pada langkah ini, kita mulai mengisi atau melengkapi
struktur bahan ajar dengan deskripsi yang
relevan.Penguraian materi pelajaran harus mengacu pada
hasil pengorganisasian materi pembelajaran.Hal ini penting
untuk menjamin uraian materi terstruktur dan
sistematis.Beberapa hal yang harus diperhatikan pada
langkah ini diuraikan sebagai berikut.
273
a. Cakupan dan kedalaman materi yang diuraikan atau
dideskripsikan harus menjamin pencapaian kompetensi
yangtelah dirumuskan.
b. Akurasi materi penting sekali diperhatikan. Kesalahan
dalam menyajikan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur
akan berakibat fatal; peserta didik akan memiliki
pemahaman yang salah berkaitan dengan materi
tersebut.
c. Sajian materi pembelajaran harus pula memperhatikan
pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Dalam kaitan ini, uraian materi dapat dilengkapi dengan
aktivitas eksplorasi atau aktivitas pemecahan masalah
yang dapat mendorong proses berpikir kritis peserta
didik. Pada bagian soal latihan, perlu pula dilengkapi
dengan soal-soal pada level analisis, sintesis, dan
evaluasi.
d. Sajian materi sebaiknya dibuat menarik dan memotivasi
peserta didik. Hal dapat dilakukan dengan melibatkan
aktivitas yang menarik, menyajikan konteks lokal di
sekitar peserta didik, menyajikan contoh yang berkaitan
dengan wacana atau isu yang sedang populer,
menyajikan ilustrasi, dan sebagainya.
e. Perhatikan bahasa yang digunakan dalam bahan ajar
yang ditulis. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
yang semi formal, komunikatif, serta sesuai dengan
tingkat perkembangan berpikir dan perkembangan sosial
peserta didik.
f. Hindari terjadinya plagiarisme dalam bahan ajar. Setiap
kutipan harus disertai dengan menuliskan sumber
kutipan tersebut.
g. Untuk setiap konsep atau teori yang dikutip dari sumber
tertentu sebaiknya dilengkapi dengan penjelasan lebih
lanjut atau hasil elaborasi penulis.
J. Ilustrasi
274
Ilustrasi merupakan salah satu komponen penting dalam
peyusun bahan aar. Ilustrasi merupakan bentuk visual dari
sajian konsep, prinsip, atau prosedur pengetahuan.
Menambahkan ilustrasi pada suatu deskripsi informasi tersebut.
Juga akan menghadirkan variasi yang dapat membuat sajian
bahan ajar menjadi lebih menarik bagi peserta didik.
Ilustrasi akan memberikan manfaat yang lebih besar bagi
pembaca, termasuk peserta didik. Sajian ilustrasi akan
memudahkan peserta didik memahami informasi pengetahuan
yang disajikan pada bahan ajar. Sajian ilustarsi juga akan
memberikan daya tarik tersendiri bagi peserta didik untuk
mendalami informasi pengetahuan yang disajikan.
Fungsi ilustrasi dalam bahan ajar, anatar lain: untuk
memperjelas pesan atau informasi yang akan disampikan,
memberikan variasi dalam bahan ajar agar kelihatan menarik,
merangsang perhatian dan motivasi pembelajaran untuk belajar,
lebih komunikatif dalam menyampaikan pesan; memudahkan
pebelajar untuk memehami pesan, serta merangsang perhatian
(attention), ingatan (retensi) pebelajar untuk mengingat konsep
atau gagasan yang disampaikan melalui ilustrasi. Fungsi
ilustrasi di atas terkait dengan teori belajar yang dikemukakan
oleh Bruner.
Ilustrasi pada buku ajar akan menarik perhatian
pebelajar, terutama mereka yang termasuk dalam kategori
visual. Pemakaian ilustrasi dapat menghemat tempat penyajian
informasi pengetahuan, sebab ilustrasi dapat menyajikan suatu
konsep yang rumit dan luas dalam ruang atau tempat terbatas.
Di samping itu, ilustrasi dapat juga menampilkan sesuatu yang
susah dijelaskan dengan kata-kata, misalnya sistem peredaran
darah, organel-organel sel hewan dan tumbuhan, bagian-bagian
dan mekanisme kerja mesin, atau konsep-konsep lainnya yang
sangat rumit dijelaskan (Ratumanan, et.al., 2006).
Terdapat beberapa bentuk ilustrasi yang dapat digunakan
dalam bahan ajar. Purwanto dan Pannen (1994)
275
mengidentifikasi ikstrasi yang bisa dipergunakan dalam bahan
ajar anatar lain: (1) daftar atau tabel, (2) diagram, (3) garafik, (4)
kartun, (5) foto, (6) gambar, (7) sketsa, (8) simbol, dan (9)
skema.
1. Daftar atau Tabel
Daftar atau tabel merupakan ilustrasi yang memuat
informasi tentang materi ajar yang akan diajarkan. Daftar
atau tabel disajikan dalam bentuk huruf, angka-angka, atau
kadang-kadang disertai juga dengan tanda-tanda.
2. Diagram
Diagram merupakan ilustrasi yang berisi rincian tentang
sesuatu dan ditampilkan dalam bentuk visual. Terdapat
bermacam bentuk diagram yang biasanya dipergunakan
dalam ilustrasi bahan ajar, antara lain diagram pohon,
diagram alur, diagram lingkaran, dan ada pula diagram kata
yang dipergunakan untuk mendeskripsikan atau merinci
sesuatu.
3. Grafik
Ilustrasi grafik berisi gambar sederhana yang
menggunakan titik-titik, garis, atau gambar, yang dapat
dilengkapi juga dengan lambang-lambang. Grafik berfungsi
untuk menyajikan data kuantitatif, menerangkan
perkembangan atau perbandingan suatu objek atau peristiwa
yang saling berhubungan secara ringkas, jelas, dan teliti.
Terdapat bermacam bentuk grafik antara lain: grafik garis,
grafik batang, grafik lingkaran, dan grafik gambar sederhana.
Grafik sering digunakan dalam ilustrasi bahan ajar, karena
grafik sangat cocok untuk menjelaskan trens
(kecenderungan) arah perkembangan, fluktuasi, atau
perbandingan suatu konsep secara kuantitas.
4. Kartun
Ilustrasi kartun adalah suatu gambar interpretatif yang
simbolis mengenai sikap orang, situasi, atau kejadian
tertentu. Kartun sering digunakan untuk menyampaikan
276
pesan secara cepat dan ringkas kepada masyarakat,sebab
kartun mampu menarik perhatian dan memengaruhi sikap
dan perilaku. Kartun biasanya menonjolkan isi pesan serta
karakter yang musah dikenal dan dimengerti, bukan pada
detailnya. Karena itu, gambar kartun bisanya sangat
sederhana. Meskipun sederhana, kartun yang baik dan
relevan akan berkesan dalam jangka waktu lama.
5. Foto
Foto adalah bentuk ilustrasi bahan ajar yang
memvisualisasikan objek tertentu secara konkret, realistis,
dan lebih autentik. Foto berfungsi untuk menampilkan
sesuatu objek agar kendala ruang, waktu serta biaya
pengamatan yang sesungguhnya dapat teratasi.
6. Gambar
Ilustrasi pada gambar atau lukisan memiliki fungsi yang
hampir sama dengan foto, yaitu untuk memvisualisasikan
objek secara konkret dan realistis, namun belum tentu
autentik sebagaimana situasi objek yang asli atau original.
Gambar atau lukisan merupakan ilustrasi yang baik untuk
bahan ajar, namub penggunaannya perlu kehati-hatian,
sebab ukurannya harus proporsional, bersifat sederhana dan
artistik, serta mengandung gerak atau perbuatan.
7. Sketsa
Sketsa dipakai sebagai ilustrasi bahan ajar, merupakan
draf kasar yang menggunakan garis-garis sederhana untuk
menampilkan bagian-bagian pokok dari suatu objek tanpa
detail. Sketsa bersifat sangat sederhana, namun tetap saja
mengandung makna untuk memperjelas informasi yang ingin
disampaikan dan menhindari verbalisme, serta dapat menarik
perhatian pembaca.
8. Simbol
Simbol merupakan suatu sajian grafis yang dimaksudkan
untuk menonjolkan suatu ide, proses atau konsep tertentu.
277
Simbol yang baik dapat dimengerti dengan tepat oleh
pembaca, walaupun tanpa menggunakan deskripsi verbal.
Pada umumnya, setiap bidang ilmu mempunyai simbol-
simbol yang tersendiri dan khas yang telah disepakati oleh
para ahli bidag ilmu tersebut. Dalam bahan ajar, sering
dipergunakan simbol-simbol yang telah disepakati khusus
untuk bahan ajar. Simbol-simbol tersebut digunakan sebagai
petunjuk penggunaan bahan ajar, namun simbol juga dapat
dipakai untuk menkelaskan bahan ajar.
278
KESIMPULAN
279
mengambangkitkan motivasi belajar siswa, antara siswa
dengan bahan ajar, dan antara siswa dengan pendidik.
280
DAFTAR PUSTAKA
281
Dr. Wina Sanjaya, M. Pd. Perencanaan Dan Desain System
Pembelajaran. 2008. Jakarta: Prenada Media Grup..
282
Hanum, L. (2017). Perencanaan Pembelajaran. Banda Aceh: Syiah
Kuala University Press.
http://dokumen.tips/documents/cara-menyusun-kalender-
pendidikan.html (Diakses pada tanggal 29 Maret 2016)
http://pandidikan.blogspot.co.id/2010/05/pengertian-program-
tahunan.html (Diakses pada tanggal 17 Maret 2016)
http://www.hamba-allah.com/2014/04/rincian-pekan-efektif-rpe.html?=1,
(2710-2017)
http://www.pengertianahli.com/2014/07/pengertian-media-dan-jenis-
jenis-media.html diakses pada tanggal 30 Mei 2023
https://cdngbelajar.simpkb.id/s3/p3k/Pedagogi/Modul%20Bahan%20Bel
ajar%20-%20Pedagogi%20-%202021%20-%20P3.pdf/
diunduh pada 14 April 2023
https://eurekapendidikan.com/dimensi-pengetahuan-
berdasarkan/diunduh pada 14 April 2023
283
https://id.scribd.com/doc/155051470/Pdk-6-Pengorganisasian-Materi-
Pengajaran-PDK / diunduh pada 14 April 2023
https://id.scribd.com/doc/309959793/KOMPONEN-Silabus
https://www.kompasiana.com/fahmidfaiz/5528e0e36ea8342b168b45d6/
sekolah-sebagai-suatu-sistem
284
MarzanoR. J. (2003). What Works in Schools: Translating research into
action. ASCD
Patricio Mde. (11 November 2022). Konsep Dasar Penilaian dan Hasil
Belajar. Kompasiana.com, h.1-2
285
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah, Jakarta: Kemendikbud.
286
Santrock, J. W. (2011). Educational Psychology. McGraw-Hill Higher
Education.
287
288