You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berkembangnya tekhnologi dan juga sastra-sastra lain nya yang semakin
modern, sehingga sastra melayu klasik seperti hikayat sudah kurang diminati oleh
pelajar. Karya sastra melayu klasik sendiri termasuk kesastraan rakyat. Karya
satra melayu klasik tidak bertarikh dan beranonim. Karya ini tertulis dalam huruf
Arab. Hasil sastra melayu yang dianggap tertua sangat kental dari pengaruh Islam,
misalnya Hikayat Seri Rama yang salah satu versinya menceritakan tentang Nabi
Adam. Semua hasil sastra zaman peralihan berjudul Hikayat. Hikayat itu sendiri
berasal dari kata Arab yang berarti cerita sastra.
Banyak nilai kehidupan atau pesan moral yang terkandung didalam karya
sastra melayu klasik. Nilai-nilai tersebut tidak selalu mudah ditemukan karena
tidak dikemukakan secara eksplisit atau terlihat dalam deretan kata/kalimat. Oleh
karena itu, dibutuhkan pemahaman yang sangat tinggi agar dapat menemukan dan
menganalisir nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra melayu klasik.
Namun karena banyak nya nilai kehidupan didalamnya tidak salah apabila kita
memperbanyak frekuensi membaca sastra-sastra melayu klasik terutama hikayat
untuk dapat mengambil pelajaran dari cerita-cerita yang disampaikan melalui
hikayat.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, dapat diambil beberapa rumusan masalah
seperti berikut ini:
1. Apa yang dimaksud dengan hikayat ?
2. Apa ciri-ciri dari hikayat ?
3. Apa macam-macam hikayat ?
4. Bagaimana struktur cerita hikayat ?
5. Apa saja unsur intrinsik dan ekstrinsik yang terdapat dalam hikayat ?

1
2

C. Tujuan Makalah
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1. Menjelaskan pengertian dari hikayat.
2. Mengetahui ciri-ciri hikayat, jenis-jenis nya, struktur ceritanya, serta unsur-
unsur intrinsik serta ekstrinsik dari hikayat.
3. Mengajak masyarakat pada umumnya, serta pelajar secara khusus untuk
kembali membaca sastra melayu klasik khususnya hikayat, setelah
mengetahui banyak nilai kehidupan yang dapat diambil dari membaca
hikayat.
BAB
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hikayat
Hikayat berasal dari kata Arab yang berarti cerita sastra. Hikayat
merupakan bentuk cerita yang berasal dari Arab dan juga merupakan kisah yang
amat panjang. Hikayat itu hampir mirip dengan dongeng, penuh dengan daya
fantasi.
Menurut Dick Hartoko dan B. Rahmanto (1985 : 59) bahwa hikayat adalah
jenis prosa, cerita Melayu Lama yang mengisahkan kebesaran dan kepahlawanan
orang-orang ternama, para raja atau para orang suci di sekitar istana dengan segala
kesaktian, keanehan ,dan mirip cerita sejarah atau membentuk riwayat hidup.
Hikayat merupakan salah satu bentuk sastra melayu lama. Hikayat berisi
cerita, Undang-undang, dan silsilah yang bersifat rekaan, keagamaan, sejarah,
kepahlawanan, biografi, atau gabungan sifat-sifat tersebut dengan tujuan untuk
pelipur lara, membangkitkan semangat juang, atau sekedar meramaikan pesta

B. Ciri-ciri Hikayat
1. Anonim : Pengarangnya tidak dikenal
2. Istana Sentris : Menceritakan tokoh yang berkaitan dengan kehidupan
istana/ kerajaan
3. Bersifat Statis : Tetap, tidak banyak perubahan
4. Bersifat Komunal : Menjadi milik masyarakat
5. Menggunakan bahasa klise : Menggunakan bahasa yang diulang-ulang
6. Bersifat Tradisional : Meneruskan budaya/ tradisi/ kebiasaan yang
dianggap baik
7. Bersifat Didaktis : Didaktis moral maupun didaktis religius (Mendidik)
8. Menceritakan Kisah Universal Manusia : Peperangan antara yang baik
dengan yang buruk, dan dimenangkan oleh yang baik
9. Magis : Pengarang membawa pembaca ke dunia khayal imajinasi yang
serba indah.

3
4

C. Macam-macam hikayat
Macam-macam hikayat dapat di bedakan berdasarkan isi dan asalnya, yaitu:
1. Macam-macam Hikayat berdasarkan isinya, diklasifikasikan menjadi 6 :
a. Cerita Rakyat
b. Epos India
c. Cerita dari Jawa
d. Cerita-cerita Islam
e. Sejarah dan Biografi
f. Cerita berbingkat
2. Macam-macam Hikayat berdasarkan asalnya, diklasifikasikan menjadi 4 :
a. Melayu Asli
Contoh:
 Hikayat Hang Tuah (bercampur unsur islam)
 Hikayat Si Miskin (bercampur unsur islam)
 Hikayat Indera Bangsawan
 Hikayat Malim Deman
b. Pengaruh Jawa
Contoh:
 Hikayat Panji Semirang
 Hikayat Cekel Weneng Pati
 Hikayat Indera Jaya (dari cerita Anglingdarma)
c. Pengaruh Hindu (India)
Contoh:
 Hikayat Sri Rama (dari cerita Ramayana)
 Hikayat Perang Pandhawa (dari cerita Mahabarata)
 Hikayat Sang Boma (dari cerita Mahabarata)
 Hikayat Bayan Budiman
d. Pengaruh Arab-Persia
Contoh:
 Hikayat Amir Hamzah (Pahlawan Islam)
5

 Hikayat Bachtiar
 Hikayat Seribu Satu Malam

D. Struktur Cerita Hikayat


Hikayat mempunyai struktur cerita yang berbeda dengan karya sastra
melayu lain, antara lain:
a. Dimulai dengan menceritakan asal muasal tokoh utamanya
b. Ada beberapa hikayat yang dimulai dengan kelahiran tokohnya
c. Semua peristiwa diceritakan secara mengagumkan berhubungan dengan
kesaktian dan pengalaman-pengalaman yang penuh bahaya
d. Beberapa hikayat dimulai dengan kata pertama syahdan, artian, alkisah,
atau sebermula.

E. Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik Hikayat


1. Unsur Instrinsik Hikayat
a. Tema.
Tema adalah pokok pikiran yang menjadi dasar cerita yang dicetuskan
oleh pengarang. Biasanya, tema hikayat berupa kehidupan kerajaan,
hal-hal di luar akal pikiran (ajaib), petualangan, ketuhanan, dan lain-
lain. Tema dominan dalam hikayat adalah petualangan
b. Tokoh dan penokohan.
Tokoh dan penokohan adalah cara pengarang menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Untuk
menggambarkan karakter seorang tokoh tersebut, pengarang dapat
menggunakan teknik sebagai berikut.
1) Penggambaran fisik dan perilaku tokoh.
2) Penggambaran oleh tokoh lain.
Tokoh dalam sebuah hikayat atau cerita fiksi dapat dibedakan
kedalam beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana
penamaan itu dilakukan.
6

Berdasarkan tingkat peranan sebuah cerita, tokoh dapat dibedakan


sebagai berikut:
a) Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam
cerita yang besangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak
diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai
kejadian.
b) Tokoh bawahan adalah tokoh yang tidah sentral kedudukannya
didalam cerita, tetai kehadirannya sangat di perlukan untuk
menunjang atau mendukung tokoh utama.
Berdasarkan fungsi penampilan tokoh, tokoh dapat dibedakan sebagai
berikut:
a) Tokoh protagonis, adalah tokoh yang merupkan pengejawantahan
norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita.
b) Tokoh antagonis adalah tokoh penentang utama dari protagonis
Berdasarkan perwatakan nya, takoh dapat dibedakan sebagai
berikut:
a) Tokoh sederhana, adalah tokoh yang hanyaa memiliki satu kualitas
pribadi tertentu, satu sifat watak tertentu saja. Ia tidak diungkapkan
berbagai kemungkinan sisi kehidupannya. Sifat dan tingkah laku
tokoh ini bersifat datar, monoton, dan hanya mencerminkan satu
watak tertentu.
b) Tokoh bulat, adalah tokoh yang memiliki berbagai kemungkinan
sisi kehidupannya, sisi kepribadian, dan jati dirinya. Ia dapat
menampilkan watak dan tingkah laku bermacam-macam, bahkan
mungkin bertetangan dan sulit diduga
c. Alur
Alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat
sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Dalam
hikayat, terdapat beberapa peristiwa yang pada dasarnya merupakan
wadah pertentangan antara tokoh utama yang baik dan tokoh utama
yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapatkan kemenangan
gemilang, sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. Pada umumnya
7

tokoh utama berada di pihak yang benar, berwatak baik, dan dengan
kehebatan dan kesaktiannya dia unggul dalam suatu perkelahian atau
pertentangan.
d. Latar, yaitu tempat, hubungan waktu, suasana, dan lingkungan sosial
tempat terjadinya peristiwa secara konkret dan jelas. Unsur latar dibagi
empat, yaitu:
1) Latar tempat, merujuk pada lokasi berupa tempat-tempat dengan
nama tertentu terjadinya peristiwa.
2) Latar waktu, berhubungan dengan ‘kapan’ terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan.
3) Latar sosial, merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan
perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang di
ceritakan dalam hikayat. Pada umumnya, berkaitan dengan tradisi
dan adat-istiadat yang masih kental.
4) Latar suasana, berhubungan dengan keadaan yang tergambar
dalam hikayat. Misalkan ketakutan, romantisme, dan lain-lain.
e. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam
bentuk tulisan dan lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi
penggunaan kalimat, pemilihan diksi, penggunaan majas, dan
penghematan kata. Dalam hikayat, yang digunakan yaitu bahasa
Melayu dengan berbagai macam diksi, majas, dan penggunaan katanya
cenderung tidak efektif, sehingga kita sulit memahaminya. Namun, ada
beberapa hikayat yang telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
sehingga kita tidak kesulitan dalm membacanya.
f. Sudut pandang,
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya dalam
bercerita. Pencerita biasanya menempatkan diri ebagai orang ketiga,
dengan menggunakan teknik ‘diaan’, menempatkan pencerita sebagai
orang pertama hanya terdapat dalam hikayat Abdullah.
8

g. Amanat
Merupakan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca. Biasanya berisi petuah kehidupan, dan sebagainya

2. Unsur Ekstrinsik Hikayat.


a. Nilai
Merupakan ajaran-ajaran yang terkandung dalam sebuah cerita. Nilai
terbagi menjadi tujuh, antara lain:
1) Nilai ketuhanan, berkaitan dengan hubungan antara manusia
dengan Tuhan sebagai Sang Pencipta.
2) Nilai agama, menyangkut aturan-aturan yang terkait dengan
hubungan manusia dengan Tuhan.
3) Nilai moral, yaitu hubungan yang menyangkut masalah baik
buruk, sopan santun, dan etika antar manusia.
4) Nilai budaya, merupakan masalah adat-istiadat, bahasa, dan
kepercayaan.
5) Nilai sosial, menyangkut hubungan antara manusia dengan
manusia lain dalam kehidupan sosialnya.
6) Nilai pendidikan, berhubungan dengan ajaran yang dapat
diambil dari sebuah cerita.
7) Nilai psikologis; menyangkut masalah eksisitensi diri manusia,
kebimbangan, ketakutan, dendam, dan hal lain yang dialami oleh
manusia. Lebih lanjutnya, nilai psikologis berhubungan dengan
kejiawaan dalam diri manusia.
b. Latar belakang sosial budaya.
Biasanya masih terikat dengan tradisi dan adat-istiadat setempat.
c. Latar belakang pendidikan pengarang.
Para penulis hikayat sudah berpendidikan cukup tinggi, terbukti
dengan karya-karyanya yang masih bertemakan kehidupan kerajaan.
Sedangkan, cerita rakyat biasa sangat jarang di ceritakan. Sekalipun
ada, cerita rakyat tersebut bertemakan kepahlawanan, kecerdikan
9

seseorang, dan kemalangan seseorang. Selain itu, terbukti dengan


penggunaan bahasa Melayu tinggi, bukan bahasa Melayu sehari-hari
(Lingua Franca).
Pada umumnya, unsur ekstrinik dalam hikayat hanya nilai-nilai yang
terkandung saja.

F. Contoh Hikayat

1. Perkara Si Bungkuk Dan Si Panjang


Pada suatu hari adalah dua orang laki-istri berjalan. Maka sampailah ia
kepada suatu sungai. Maka dicaharinya perahu hendak menyeberang, tiada dapat
perahu itu. Maka dinantinya kalau-kalau ada orang lalu berperahu. Itu pun tiada
juga ada lalu perahu orang. Maka ia pun berhentilah di tebing sungai itu dengan
istrinya. Sebermula adapun istri orang itu terlalu baik parasnya. Syahdan maka
akan suami perempuan itu sudah tua, lagi bungkuk belakangnya. Maka pada
sangka orang tua itu, air sungai itu dalam juga. Katanya, "Apa upayaku hendak
menyeberang sungai ini?"
Maka ada pula seorang Bedawi duduk di seberang sana sungai itu. Maka
kata orang itu, "Hai tuan hamba, seberangkan apalah kiranya hamba kedua ini,
karena hamba tiada dapat berenang, sungai ini tidak hamba tahu dalam
dangkalnya." Setelah didengar oleh Bedawi kata orang tua bungkuk itu dan serta
dilihatnya perempuan itu baik rupanya, maka orang Bedawi itu pun sukalah, dan
berkata di dalam hatinya, "Untunglah sekali ini!"
Maka Bedawi itu pun turunlah ia ke dalam sungai itu merendahkan
dirinya, hingga lehernya juga ia berjalan menuju orang tua yang bungkuk laki-istri
itu. Maka kata orang tua itu, "Tuan hamba seberangkan apalah hamba kedua ini.
Maka kata Bedawi itu, "Sebagaimana hamba hendak bawa tuan hamba kedua ini?
Melainkan seorang juga dahulu maka boleh, karena air ini dalam."
Maka kata orang tua itu kepada istrinya, "Pergilah diri dahulu." Setelah itu
maka turunlah perempuan itu ke dalam sungai dengan orang Bedawi itu. Arkian
maka kata Bedawi itu, "Berilah barang-barang bekal-bekal tuan hamba dahulu,
1

hamba seberangkan." Maka diberi oleh perempuan itu segala bekal-bekal itu.
Setelah sudah maka dibawanyalah perempuan itu diseberangkan oleh Bedawi itu.
Syahdan maka pura-pura diperdalamnya air itu, supaya dikata oleh si Bungkuk air
itu dalam. Maka sampailah kepada pertengahan sungai itu, maka kata Bedawi itu
kepada perempuan itu, "Akan tuan ini terlalu elok rupanya dengan mudanya.
Mengapa maka tuan hamba berlakikan orang tua bungkuk ini? Baik juga tuan
hamba buangkan orang bungkuk itu, agar supaya tuan hamba, hamba ambit,
hamba jadikan istri hamba." Maka berbagai-bagailah katanya akan perempuan itu.
Maka kata perempuan itu kepadanya, "Baiklah, hamba turutlah kata tuan hamba
itu."
Maka apabila sampailah ia ke seberang sungai itu, maka keduanya pun
mandilah, setelah sudah maka makanlah ia keduanya segala perbekalan itu. Maka
segala kelakuan itu semuanya dilihat oleh orang tua bungkuk itu dan segala hal
perempuan itu dengan Bedawi itu. Kalakian maka heranlah orang tua itu. Setelah
sudah ia makan, maka ia pun berjalanlah keduanya. Setelah dilihat oleh orang tua
itu akan Bedawi dengan istrinya berjalan, maka ia pun berkata-kata dalam hatinya,
"Daripada hidup melihat hal yang demikian ini, baiklah aku mati."
Setelah itu maka terjunlah ia ke dalam sungai itu. Maka heranlah ia,
karena dilihatnya sungai itu aimya tiada dalam, maka mengarunglah ia ke
seberang lalu diikutnya Bedawi itu. Dengan hal yang demikian itu maka
sampailah ia kepada dusun tempat Masyhudulhakk itu.
Maka orang tua itu pun datanglah mengadu kepada Masyhudulhakk.
Setelah itu maka disuruh oleh Masyhudulhakk panggil Bedawi itu. Maka Bedawi
itu pun datanglah dengan perempuan itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Istri siapa
perempuan ini?"
Maka kata Bedawi itu, "Istri hamba perempuan ini. Dari kecil lagi ibu
hamba pinangkan; sudah besar dinikahkan dengan hamba." Maka kata orang tua
itu, "Istri hamba, dari kecil nikah dengan hamba."
Maka dengan demikian jadi bergaduhlah mereka itu. Syahdan maka
gemparlah. Maka orang pun berhimpun, datang melihat hal mereka itu ketiga.
Maka bertanyalah Masyhudulhakk kepada perempuan itu, "Berkata benarlah
1

engkau, siapa suamimu antara dua orang laki-laki ini?”. Maka kata perempuan
celaka itu, "Si Panjang inilah suami hamba." Maka pikirlah Masyhudulhakk,
"Baik kepada seorang-seorang aku bertanya, supaya berketahuan siapa salah dan
siapa benar di dalam tiga orang mereka itu.
Maka diperjauhkannyalah laki-laki itu keduanya. Arkian maka diperiksa
pula oleh Masyhudulhakk. Maka kata perempuan itu, "Si Panjang itulah suami
hamba." Maka kata Masyhudulhakk, "Jika sungguh ia suamimu siapa mentuamu
laki-laki dan siapa mentuamu perempuan dan di mana tempat duduknya?" Maka
tiada terjawab oleh perempuan celaka itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk
perjauhkan. Setelah itu maka dibawa pula si Panjang itu. Maka kata
Masyhudulhakk, "Berkata benarlah engkau ini. Sungguhkah perempuan itu
istrimu?" Maka kata Bedawi itu, "Bahwa perempuan itu telah nyatalah istri
hamba; lagi pula perempuan itu sendiri sudah berikrar, mengatakan hamba ini
tentulah suaminya."
Syahdan maka Masyhudulhakk pun tertawa, seraya berkata, “Jika sungguh
istrimu perempuan ini, siapa nama mentuamu laki-laki dan mentuamu perempuan,
dan di mana kampung tempat ia duduk?" Maka tiadalah terjawab oleh laki-laki
itu. Maka disuruh oleh Masyhudulhakk jauhkan laki-laki Bedawi itu. Setelah itu
maka dipanggilnya pula orang tua itu. Maka kata Masyhudulhakk, "Hai orang tua,
sungguhlah perempuan itu istrimu sebenar-benamya?"
Maka kata orang tua itu, "Daripada mula awalnya." Kemudian maka
dikatakannya, siapa mentuanya laki-laki dan perempuan dan di mana tempat
duduknya. Maka Masyhudulhakk dengan sekalian orang banyak itu pun tahulah
akan salah Bedawi itu dan kebenaran orang tua itu. Maka hendaklah disakiti oleh
Masyhudulhakk akan Bedawi itu. Maka Bedawi itu pun mengakulah salahnya.
Demikian juga perempuan celaka itu. Lalu didera oleh Masyhudulhakk akan
Bedawi itu serta dengan perempuan celaka itu seratus kali. Kemudian maka
disuruhnya tobat Bedawi itu, jangan lagi ia berbuat pekerjaan demikian itu. Maka
bertambah-tambah masyhurlah arif bijaksana Masyhudulhakk itu.
1

Asal hikayat ini cerita dalam bahasa Sangsekerta, yang bernama


Mahaummagajataka. Cerita itu disalin misalnya ke bahasa Singgala (Sailan) dan
Tibet. Dalam bahasa Aceh terkenal dengan nama Medehaka.

******
1

2. Hikayat Bayan Budiman

Bismillahirrahmanirrahim.Wbihinas-ta’inu billahi ta’ala.Ini hikayat dari


pada sahibul hikayat yang dahulu-dahulu, dari pada bahasa Parsi;maka
dipindahkan kepada bahasa Jawi
Sebermula ada serang saudagar di negri Ajam,Khojah Mubarok namanya,
trerlalu amat kaya, akan tetapi tiada ia beranak.Maka Khojak Mubarok pun minta
doa katanya”Ya Tuhan ku! Jikalau kiranya aku beroleh anak ,aku memberi
sedekah makan segala fakir miskin dan darwis.”Hatta beberapa lamanya ia
bernajar itu, maka dengan takdir Allah hendak melimpahkan rahmat di atas
hamba-Nya, maka saudagar Khojah Mubarak pn beranak lah isteri nya seorang
laki-laki terlalu baik rupanya. Maka Khojah Mubarak pun terlalulah suka cita
hatinya.Maka dinamakan nya anak nya itu Khojaj Maimun dan dipeliharakannya
dengan sepertinya.
Setelah datang lah umurnya Khojah Maimun 5 tahun ,maka terlalulah baik
pekertinya serta bijaksananya.Maka diserahkannya oleh bapak nya Kojah Maimun
mengaji kepada mua’allim Sabian.Hatta bebeapa lamanya , maka Khojah Maimun
itu pun tahulah mengaji dan teralu fasih lidah nya serta banyak ilmu yang
diketahuinya.
Maka datang lah umur Khojah Maimun 15 tahun,maka dipinanga nya oleh
Khojah Mubarok anak seoarang saudagar, amat lah kayanya,dalam negri Ajam itu
juga, dan anak nya itu amat lah elok paras nya , ama nya Bibi Zainab. Maka
Khojah Maimun itu pun dinikahkan dengan anak saudagar itu . Maka duduklah
Khojah Maimun berkasih-kasihan dengan istri nya Bibi Zainab itu.
Hatta beberapa lamanya Khojah Maimun beristeri itu, kepada suatu hari ia
pergi bermain-main ke pekan , maka bertemu dengan seorang laki-laki membawa
burung bayan jatan seekor. Maka kata Kojah Maimun, “Hai laki-laki. Engakau
jual kah burung itu ?”
Maka sahut laki-laki itu , “jikalau sampai harganya , hamba jual juga .“
Maka kata Khojah Maimun ,”berapa harga nya?” Maka kata laki-laki itu ,”
seribu dinar bayan hamba ini harga nya .”
1

Maka tersenyum Khojah Maimun ,lalu ia bertanyak ,” Adakah orang mau


membeli burung yang segenggam ini seribu dinar? Layak nya unggas ini makana
kucing juga . “Setelah bayan itu mendengar kata Khojah Maimun , maka katanya
,”Hai Khojah Maimun! Sungguh lah hamba ini sekeal , tetapi hati hamba dimana
tuan hamba tahu? Akan sekamu alam ini dibawah tilik hamba dan hamba ini
bukannya seperti unggas yang lain; tetapi bukan hamba ini dari pada unggas surga
dan bukan dar pada bangsa malaikat, dan bukan hamba dari pada jin ,tetapi hamba
Allah ta’ala , seanantiasa memuji-muji Allah azza wajalla; dan akan hati hamba
ini , yang akan datang sepuluh hari, sudah hamba ketahui sebarang halnya
.Adapun akan sekarang ini tiga hari lag datng lah kafilah dari negri Babal hendak
membeli dgangan nya yang bernama sanbal-sanbal. Jikalau Tuan hamba mau
membeli hamba ,bertanggung lah dahulu kepada orang yang menjual hamba ini,
dan Tuan Hamba kampng kan lah sanbal dalam negri ini; apabila datang kafih-
kafilah itu ,tuan hamba juallah ,insya Allah dari pada laba sanbal itu lah tuan
hamba belikan hamba .”
Setelah Khojah Maimun mendengar kata bayan itu , terlalulah sangat suka
citanya, seraya katanya kepada laki-laki itu,”Tuan hamba berikanlah hamba
burung ini; dari hal haganya hamba minta bertangguh dahulu,”
Maka kata orang itu “Ambillah oleh tuan hamba .”
Maka Khojah Maimu mengambil Bayan itu, dibawanya kembali ke
rumahnya, serta diperbuatkannya sangkaran terlalu indah-indah.Setelah sudah ,
maka Khojah Maimun pun menghimpun kan dagangan yang bernama sanbal itu,
mana-mana yang ada di dalam negri Ajam itu habis di belinya.Hatta datang ke
tiga harinya ,maka datang lah kafilah dari negri Babal hendak membeli dagangan
sanbal beberapa kafilah, tiada dapat tempat-tempat yang lain ,hanyalah kepada
Khojah Maimun beroleh laba ganda berganda itu;maka dibayarnyalah harga bayan
itu.
Hatta beberapa lamanya di antara itu, kepada suatu hari Khojah Maimun
berjalan di pekan;maka ia bertemu pula orang berjual burung tiung betina
seekor.Maka dibelinya oleh Khojah Maimun, lalu dibawanya hampir sangkaran
bayan itu juga .
1

Alkisah maka diceritakan oleh orang yang empunya cerita ini, adapun
KhojahMaimun selama ia berolaeh dua ekor unggas itu , maka sehari-hari tida
khali emas datang bertimbun-timbun seperti bukit .maka akan Khojah Maimun
itu, sehari-hari ia mendengarkan hikayat dari pada kedua ekor burung itu ,
berbagai-bagai yang ajaib yang di hukayatkan nya.

******
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa hikayat adalah bentuk
cerita yang berasal dari Arab dan juga merupakan kisah yang amat panjang.
Hikayat itu hampir mirip dengan dongeng, penuh dengan daya fantasi. Hikayat
merupakan salah satu bentuk sastra melayu lama. Hikayat berisi cerita, Undang-
undang, dan silsilah yang bersifat rekaan, keagamaan, sejarah, kepahlawanan,
biografi, atau gabungan sifat-sifat tersebut dengan tujuan untuk pelipur lara,
membangkitkan semangat juang, atau sekedar meramaikan pesta. Sebagai salah
satu karya sastra melayu klasik hikayat banyak mengandung nilai-nilai kehidupan
yang bermanfaat bagi para pembacanya.

B. Saran
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa hikayat adalah salah satu sastra
melayu klasik yang didalamnya terdapat banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat
dijadikan cerminan dalam menjalani kehidupan, jadi sebagai seorang pelajar tidak
ada salah nya jika kita banyak membaca hikayat dan sastra melayu ataupun sastra
lainnya agar mendapat semakin banyak pelajaran.

16
1

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2000. Kamus Besar Bahasa


Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Sastromiharjo, Andoyo., 2011. Bahasa Dan Sastra Indonesia 2, Jakarta:


Yudhistira.

Tatang, Atet., dkk. 2009. Bahasa Negeriku, Jawa Tengah: Platinum.

You might also like