Professional Documents
Culture Documents
Pengaruh Perendaman Ekstrak Buah Mengkud
Pengaruh Perendaman Ekstrak Buah Mengkud
SKRIPSI
Oleh:
Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari
siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.
ii
SKRIPSI
Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan
Pada Program Studi S-1 Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Oleh :
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
iii
SKRIPSI
Oleh :
iv
RINGKASAN
SUMMARY
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul
Pengaruh Perendaman Ekstrak Buah Mengkudu Morinda citrifolia L.
Terhadap Profil Darah Ikan Nila Oreochromis niloticus. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi
S-1 Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga,
Surabaya.
Penulis sangat menyadari Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
sehingga kritik dan saran yang membangun penulis harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan Skripsi. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis, umumnya dapat memberikan informasi bagi semua pihak dan masyarakat
luas.
Penulis
vii
Pada kesempatan ini, dengan penuh rasa hormat penulis haturkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Mirni Lamid., drh. MP, selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.
2. Bapak Agustono, Ir., M.Kes selaku dosen wali yang telah memberikan
motivasi dalam bidang akademik dan non akademik.
3. Ibu Dr. Woro Hastuti Satyantini, Ir., M.Si selaku Dosen Pembimbing
Utama dan Bapak Sudarno, Ir., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Serta
yang telah memberikan arahan, masukan serta bimbingan sejak
penyusunan proposal hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Laksmi Sulmartiwi, S.Pi, MP., Bapak Dr. Akhmad Taufiq Mukti,
S.Pi., M.Si dan Ibu Putri Desi Wulan Sari, S.Pi., M.Si., selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan, kritik dan saran atas
penyempurnaan Skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan staf kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Airlangga yang telah membantu dalam pelaksanaan dan
penyelesaian skripsi ini.
6. Ayah, Ibu, dan Adik yang senantiasa memberikan dukungan moril dan
materiil dalam menyelesaikan skripsi ini..
7. Tim penelitian MengkuduSquad dan teman-teman Alihjenis Budidaya
Perairan 2016 yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan
penulis untuk menyelesaikan penyusunan karya ilmiah skripsi ini.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ..........................................................................................................v
SUMMARY ......................................................................................................... ..vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................viii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................xiii
I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3 Tujuan.......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat........................................................................................................ 3
II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4
2.1 Mengkudu .................................................................................................... 4
2.1.1 Klasifikasi ........................................................................................... 4
2.1.2 Morfologi............................................................................................4
2.1.3 Kandungan Bioaktif Buah Mengkudu................................................5
2.2 Ikan Nila ......................................................................................................7
2.2.1 Klasifikasi ...........................................................................................7
2.2.2 Morfologi............................................................................................8
2.3 Hematologi ..................................................................................................9
2.3.1 Sel Darah Merah (Eritrosit) ..............................................................10
2.3.2 Sel Darah Putih (Leukosit) ...............................................................11
2.3.3 Glukosa Darah ..................................................................................12
2.3.4 Hemoglobin ......................................................................................13
III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS.........................................15
3.1 Kerangka Konseptual ................................................................................15
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xiii
iv
I PENDAHULUAN
pertumbuhan yang sangat pesat dan tingkat produktivitasnya tinggi, sehingga ikan
2013). Budidaya ikan nila tidak dapat dipisahkan dari tingginya resiko tingkat
kematian yang disebabkan oleh gangguan penyakit, baik infeksi oleh virus,
bakteri, jamur, maupun patogen lainnya (Aisiah, 2012). Buah mengkudu Morinda
alizarin, amino acid, acubin, L-asperuloside, kaproat acid, kaprilat acid, ursolat
2006).
tertentu mampu memodulasi fungsi dan aktivitas sistem imun dengan cara
glukosidase yang dapat menurunkan kadar glukosa darah, serta merangsang sel β
1998). Ekstrak buah mengkudu digunakan sebagai imunostimulan bagi ikan, akan
tetapi belum banyak diketahui mengenai tingkat toksisitasnya pada ikan nila dan
korelasinya terhadap perubahan profil darah ikan nila. Uji toksisitas mengkudu
kematian ikan mas Cyprinus carpio yang disebabkan oleh zat toksikan dari
yang terserap ke dalam tubuh ikan berinteraksi dengan membran sel dan enzim.
Senyawa aktif antimikroba jika pada konsentrasi yang tinggi dapat meracuni
benih ikan nila karena adanya senyawa antimikroba yang bersifat racun yaitu
senyawa saponin (Ezraneti dan Fajri, 2013). Dilaporkan oleh Deng et al. (2012)
menggunakan Brine Shrimp Lethality Test (BLST) diperoleh hasil LC50 yaitu
76,13%. Selain itu, hasil uji LD50 ekstrak buah mengkudu selama 24 jam tidak
bersifat racun bagi ikan nila pada konsentrasi 1,42 g/L (Muharrama dkk., 2015).
diagnosa penyakit dan mengetahui status kesehatan ikan (Salasia dkk., 2001).
perendaman terhadap profil darah ikan nila belum banyak dilaporkan, maka perlu
dilakukan penelitian terhadap total eritrosit, total leukosit, kadar hemoglobin dan
mempengaruhi total eritrosit, total leukosit, kadar hemoglobin dan glukosa darah
ikan nila, serta berapa konsentrasi terbaik untuk meningkatkan imunitas ikan nila?
1.3 Tujuan
mengkudu terhadap total eritrosit, total leukosit, kadar hemoglobin dan glukosa
darah ikan nila, serta berapa konsentrasi terbaik untuk meningkatkan imunitas
ikan nila.
1.4 Manfaat
mengenai pengaruh ekstrak buah mengkudu terhadap total eritrosit, total leukosit,
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Mengkudu
2.1.1 Klasifikasi
(Djauhariya, 2003).
Filum : Angiospermae
Sub filum : Dicotyledoneae
Divisi : Malvales / Columniferae
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
2.1.2 Morfologi
tunggal dengan ujung dan pangkal runcing. Buah mengkudu berbentuk bongkol
dan lebar 3-6 cm, buah muda yang belum masak berwarna hijau, kemudian
berubah warna kuning-kuningan pada saat buah telah masak, serta daging
buahnya berair.
Buah mengkudu yang biasa disebut noni atau pace, memiliki kandungan
alizarin, amino acid, acubin, L-asperuloside, kaproat acid, kaprilat acid, ursolat
acid, rutin, pro-xeronine dan terpenoid (Wang et al., 2002). Ekstrak buah
ekstrak buah mengkudu berfungsi sebagai obat diabetes karena dapat menurunkan
kadar glukosa darah di dalam tubuh. Selain itu, kandungan buah mengkudu
leukosit (Aldi dkk., 2016). Ekstrak buah mengkudu mampu mengaktivasi dan
A. Flavonoid
2.826 mg/kg, buah mengkudu matang 1.528 mg/kg, dan buah mengkudu sangat
B. Skopoletin
Serotonin adalah salah satu zat penting didalam trombosit yang melapisi saluran
pencernaan dan otak, serta memiliki peran sebagai neurotransmiter dan perkusor
agar meringankan kerja jantung dalam memompa darah sehingga tekanan darah
menjadi normal, tetapi tidak dapat menurunkan tekanan darah yang telah normal
dan kapasitas makrofag sel darah putih (Aldi dkk., 2016). Sholehah (2010)
mentah 95,95 g/kg, buah matang 289 g/kg, dan sangat matang 70,55 g/kg.
C. Saponin
koloidal, sehingga dapat menimbulkan busa jika dikocok dalam air serta tidak
beracun untuk ikan, karena memiliki aktivitas hemolisis yang dapat merusak
saponin dapat bersifat racun biasanya disebut sebagai sapotoksin (Singh et al.,
2016). Sifat hemolitik saponin terhadap darah terjadi akibat interaksi antara
selaput sterol eritrosit dimuati senyawa saponin, sehingga selaput menjadi pecah,
absorpsi nutrisi yang masuk ke dalam darah. Saponin dapat meningkatkan sistem
banyak insulin (Nayak dkk., 2009). Kandungan saponin pada buah mengkudu
mentah adalah 2.250 mg/kg, buah mengkudu matang 2.450 mg/kg, dan buah
2.2.1 Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
2.2.2 Morfologi
niloticus mempunyai ciri-ciri bentuk tubuh bulat pipih, punggung lebih tinggi,
pada badan dan sirip ekor ditemukan gurat sisi (linea lateralis) yang terputus
menjadi dua bagian. Bagian pertama terletak dari operkulum insang hingga
belakang sirip punggung, bagian kedua terletak dari sirip punggung hingga sirip
ekor. Warna tubuh yang dimiliki ikan nila adalah hitam keabu-abuan pada bagian
punggungnya dan semakin terang pada bagian perut ke bawah. Ikan nila memiliki
mata yang besar dan menonjol. Jumlah sisik pada garis rusuk sebanyak 34 yang
Ikan nila memiliki lima buah sirip, yaitu sirip punggung (dorsal fin), sirip
dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip anal (anal fin), dan sirip ekor
(caudal fin). Ikan nila memiliki sirip dorsal dengan rumus (D XV, 10) terdiri dari
15 tulang keras dan 10 tulang lunak, sirip ekor dengan rumus (C II, 15) terdiri dari
2 tulang keras dan 15 tulang lunak, sirip ventral dengan rumus (V I, 16) terdiri
dari 1 tulang keras dan 16 tulang lunak. Ikan nila mempunyai 2 lubang hidung dan
toleransi hidup yang tinggi, bersifat euryhaline atau dapat hidup pada kisaran
salinitas yang luas, sehingga dapat dibudidayakan di air laut, air payau dan air
tawar. Habitat hidup ikan nila cukup beragam, dari sungai, danau, waduk, rawa,
sawah, kolam hingga tambak. Ikan nila dapat hidup optimal pada suhu berkisar
25-320C dan pH optimal air media pemeliharaan adalah 6,5-8,5. Ikan nila
2.3 Hematologi
fungsi, penyakit darah, serta mempelajari jaringan tubuh dan organ yang
membentuk bagian darah (Karlinda, 2017). Darah terdiri atas dua kelompok besar
yaitu sel dan plasma. Pada sel terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit) dan keping-keping darah (Affandi dan Tang, 2002). Komponen
dari plasma yaitu fibrinogen, ion-ion anorganik dan organik (Fujaya, 2004).
Gambar 2.3 Eritrosit dan jenis leukosit ikan (Chinabut et al., 1991)
peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu jalur sirkulasi
peredaran darah. Organ pembentuk respon imun dan darah pada ikan dikenal
antigen) dan mieloid (organ penghasil darah) bergabung menjadi satu. Pada ikan
teleostei organ limfomieloid adalah limpa, timus dan ginjal anterior (Affandi dan
Tang, 2002).
pada ikan. Karakteristik profil darah menjadi indikator kekebalan tubuh yang
berkaitan dengan kesehatan ikan sehingga sangat bermanfaat dalam budidaya ikan
budidaya, oleh sebab itu digunakan sebagai diagnosis awal terjadinya gangguan
Sel darah merah berbentuk seperti piringan membulat, cekung pada dua
terpenting dalam sel darah merah kebiruan dan memiliki kemampuan untuk
mengikat oksigen dan mengangkut oksigen tersebut mulai dari insang keseluruh
merangsang organ pembentuk eritrosit yaitu sumsum tulang belakang, limpa dan
Tinggi rendahnya jumlah eritrosit dalam darah ikan salah satunya dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan. Masuknya suatu zat asing ke dalam tubuh ikan
oleh akan mempengaruhi respon fisiologi berupa perubahan jumlah sel eritrosit.
dapat meningkatkan jumlah eritrosit pada ikan gurame. Jumlah eritrosit yang
ikan dalam keadaan stres (Mardin, 2011). Jumlah eritrosit ikan teleostei dalam
kisaran normal pada umumnya yaitu 1,05-3,0.106 sel/mm³ (Salasia dkk., 2001).
memiliki bentuk yang tetap. Leukosit memiliki dua tipe yaitu granular dan
agranular. Leukosit granular yaitu memiliki inti berkeping banyak dan fungsinya
sebagai imunitas, terdiri atas sel neutrofil yang bersifat menyerang dan
timbulnya infeksi dan alergi, dan sel basofil yang menghasilkan antikoagulan
heparin dan substansi histamine. Leukosit agranular yaitu memiliki inti membulat
dan fungsinya adalah sistem pertahanan tubuh, terdiri atas sel limfosit yang
memproduksi antibodi dan sel monosit yang membantu fungsi makrofag (Guyton
dan Hall, 1997). Jumlah leukosit pada ikan bervariasi hal ini dipengaruhi oleh
umur ikan, saat ikan lahir jumlahnya lebih tinggi, kemudian secara bertahap
menurun sampai dewasa yaitu pada umur 2-12 bulan (Mardin, 2011).
terdapat pada sistem imunitas tubuh yang dihasilkan di organ timus dan ginjal,
lalu diangkut dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Peningkatan jumlah leukosit
dan skopoletin pada ekstrak buah mengkudu dapat meningkatkan jumlah leukosit
pada ikan nila (Aisiah, 2012). Jumlah leukosit pada ikan air tawar dalam kisaran
untuk metabolism sel terutama sel otak. Glukosa darah diperlukan oleh otak
dalam bentuk glikogen yang dapat ditemukan di dalam hati dan otot rangka tubuh,
glikogen hati dan otot, serta menekan sekresi hormon insulin, sehingga glukosa
menuju jaringan tubuh lainnya, seperti otot dan jaringan lemak. Hormon insulin
(Nayak dkk., 2009). Senyawa flavonoid yang dimiliki ekstrak buah mengkudu
dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan cara menghambat enzim alfa-
darah ikan dapat diindikasikan bahwa ikan mengalami kondisi stress. Glukosa
darah pada ikan normal yaitu berkisar 40-90 mg/dl (Rahardjo et al., 2011).
2.3.4 Hemoglobin
dua rantai α dan dua rantai ß. Oleh karena itu, satu molekul hemoglobin
mengandung empat molekul oksigen (Fujaya, 2004). Ikan nila termasuk dalam
golongan ikan teleostei (ikan bertulang keras). Kadar hemoglobin pada ikan
teleostei berkisar 3,7–7% dari seluruh darah ikan. Selain itu, kadar hemoglobin
terhadap jumlah eritrosit, semakin tinggi kadar hemoglobin maka semakin tinggi
pula jumlah eritrosit (Lagler et al., 1977). Kadar hemoglobin yang rendah dapat
menunjukkan bahwa ikan dalam kondisi stress (Wells, 2005). Salasia dkk. (2001)
melaporkan bahwa kadar hemoglobin normal ikan nila berkisar 5,05-8,33 g/dl.
produksi darah meningkat (Wahjuningrum et al., 2008). Akan tetapi, ekstrak buah
mampu menghemolisis sel darah merah dengan cara memecah selaput sterol
antibodi terhadap infeksi penyakit (Nayak et al., 2009). Buah mengkudu memiliki
linoleat acid, alizarin, amino acid, acubin, L-asperuloside, kaproat acid, kaprilat
acid, ursolat acid, rutin, pro-xeronine dan terpenoid (Wang et al., 2002). Upaya
pencegahan dan pengobatan ikan dengan metode perendaman dinilai efektif bagi
merupakan jalur awal masuknya suatu zat ke dalam tubuh ikan. Kandungan
senyawa ekstrak buah mengkudu yang masuk ke dalam tubuh ikan melalui insang,
kemudian ditransfor bersama oksigen yang dibawa oleh darah dan disebarkan
memompa darah ke seluruh tubuh. Darah membawa nutrisi, oksigen dan zat
lainnya disaring oleh sistem sekresi untuk menetralisir bahan toksik dan sisa
Ginjal merupakan salah satu organ sekresi dan juga tempat pembentukan
darah, yaitu sel darah merah. Produktivitas eritrosit dipengaruhi oleh hormon
ekstrak daun pepaya Carica papaya memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi,
serta dapat mempengaruhi proses pembentukan sel darah merah pada ikan mas
ginjal anterior (Affandi dan Tang, 20102). Jantung memompa darah ke seluruh
kemudian pada sel monosit dapat mempengaruhi aktivitas dan kapasitas makrofag
dalam menghancurkan antigen pada proses inflamasi (Aldi dkk., 2016). Ekstrak
buah mengkudu dapat meningkatkan total aktivitas fagositosis pada ikan nila yang
hati dan otot sebagai cadangan glukosa darah yang akan disintesis untuk menjadi
menurunkan kadar glukosa darah ikan nila. Fiana dan Oktaria (2016) melaporkan
glukosa.
Hasil metabolisme dari usus akan disekresi oleh hati, selain itu sebagian
kadar glukosa darah akan disimpan oleh hati sebagai cadangan glukosa, apabila
kondisi ikan mengalami stress atau pemuasaan, maka kebutuhan glukosa darah
akan meningkat. Tubuh akan mengaktifkan syaraf simpatis pada organ hati untuk
pada saat kondisi pemuasaan, serta sebagai cara menjaga homeostatis ikan pada
saat kondisi stress (Rizkiawan, 2017). Apabila menurunnya absorpsi glukosa dan
glukosa darah di hati. Oleh karena itu, saponin dapat mempengaruhi kadar
dalam darah menghemolisis sel darah merah sehingga pecahnya selaput sterol
Kinasih et al. (2008) menyatakan bahwa menurunnya kadar hemoglobin pada ikan
di dalam darah.
Profil darah atau gambaran darah merupakan suatu parameter yang dapat
dijadikan indikasi adanya perubahan kondisi kesehatan ikan, baik karena faktor
infeksi (virus, bakteri, jamur dan patogen lainnya) dan faktor non infeksi
mengkudu pada ikan nila belum banyak dilihat dari profil darah. Beberapa hal
yang perlu dipertimbangkan dalam penelitian ini yaitu, ketepatan dosis, ketepatan
waktu dan cara penggunaan, serta ketepatan informasi. Oleh karena itu, penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas ekstrak buah mengkudu terhadap profil
darah pada ikan nila. Gambar bagan kerangka konseptual dapat dilihat pada
Gambar 3.1.
Ikan Nila
Imunostimulan
Hati Menghambat
Enzim Alfa- Saponin
Glukosidase
Glukoneogenesis
Kadar
Hemoglobin
3.2 Hipotesis
leukosit, kadar glukosa darah dan hemoglobin ikan nila dengan berbeda
IV METODOLOGI PENELITIAN
Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, kain,
saringan, botol kaca, beaker glass, cover glass, mikroskop, DO (dissolved oxygen)
eppendorf, tabung Hb-meter, HCl, batang pengaduk, pipet Sahli, mikropipet, pipet
thoma eritrosit dan leukosit. Peralatan yang digunakan untuk pemeliharan ikan
nila adalah akuarium berukuran 40x30x30cm3, aerator, selang aerasi, dan batu
aerasi.
sebanyak 240 ekor yang berasal dari UPT PBAT Umbulan, Pasuruan, Jawa
Timur. Buah mengkudu yang telah matang berasal dari Surabaya, air tawar,
ammonia test kit, pakan pellet, larutan Hayem, larutan Turk, larutan EDTA,
sebelumnya. Berikut ini perlakuan pada penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1.
C2 B3 E1 C4 D1 A3
D4 F2 A2 E4 F3 B4
F1 C1 E3 D3 B2 A1
A4 D2 B1 F4 C3 E2
hemoglobin dan glukosa darah ikan nila. Variabel terkendali jenis ikan, ukuran
panjang dan berat ikan, ukuran akuarium, ammonia, oksigen terlarut, pH dan
suhu.
matang memiliki kulit buah berwarna putih kekuningan dan daging buahnya
mengkudu lebih tinggi pada buah mengkudu matang, bila dibandingkan buah
bagian kecil. Dosis yang digunakan yaitu 100 gr buah mengkudu per 1 L akuades.
Selanjutnya, diblender dan disaring menggunakan kain mori, lalu disimpan pada
suhu 4 °C selama 1-2 hari. Berdasarkan hasil studi Berkovich et al. (2013)
dosis 100 mg/mL atau 100 g/L dapat disimpan pada suhu 4 °C hingga 5 hari.
B. Persiapan Penelitian
akan digunakan didesinfeksi menggunakan klorin dengan dosis 150 mg/L, lalu
dibilas hingga bersih. Air media hidup ikan nila menggunakan air yang telah
diendapkan terlebih dahulu dalam tandon, kemudian dilakukan pengisian air dan
selanjutnya dilakukan seleksi ikan uji yang akan digunakan berupa ukuran
panjang dan bobot ikan, kondisi kesehatan ikan, dan bentuk tubuh ikan.
Rahayu et al. (2013) menyatakan bahwa padat tebar ikan nila optimal
dengan ukuran 7-9 cm dan bobot rata-rata 11 gram dalam media akuarium adalah
sebanyak 10 ekor ikan dalam 10 liter air. Aklimatisasi ikan nila dilakukan di
akuarium selama 1 minggu, diberikan pakan komersil dan disiphon setiap harinya,
g/L, 6 g/L, 9 g/L, 12 g/L, 15 g/L, 18 g/L, 21 g/L, 24 g/L, 27 g/L dan 30 g/L, lalu
diperoleh rentang yang lebih spesifik yaitu 0 g/L (kontrol), 1,5 g/L, 3 g/L, 4,5 g/L,
6 g/L, dan 7,5 g/L. Hasil dari uji pendahuluan, diperoleh bahwa pada konsentrasi
0 g/L, 1,5 g/L, 3 g/L dan 4,5 g/L tidak terdapat mortalitas (0%), pada konsentrasi
6 g/L terdapat mortalitas 18 ekor ikan nila (60%), serta pada konsentrasi 7,5 g/L
terdapat mortalitas 30 ekor ikan nila (100%). Didapatkan nilai LC50 sebesar 18,2
% atau 5,46 g/L dengan menggunakan perhitungan probit analisis, serta menjadi
selanjutnya. Hasil uji pendahuluan LC50-96 jam dapat dilihat pada Lampiran 1.
D. Pelaksanaan Penelitian
Setiap akuarium uji diberikan perlakuan dan kondisi yang sama, tetapi
ikan uji sebanyak 10 ekor dengan padat tebar 1 ekor/L air (Rahayu et al., 2013).
Ikan nila dilakukan uji dengan perendaman ekstrak buah mengkudu selama 96
jam. Pengambilan sampel dilakukan pada jam ke-24 dan jam ke-96, tiga ekor
pemeliharaan ikan tidak diberi pakan dengan tujuan tetap menjaga kualitas air.
Pengamatan kelulushidupan ikan dan pengukuran kualitas air dilakukan pada awal
jam ke-24 dan jam ke-96. Ikan nila diambil masing-masing satu sampel pada
setiap perlakuan dan ulangan. Mardin (2011) menjelaskan bahwa ikan nila
telah diberikan EDTA 10%, lalu darah yang telah diambil sebanyak 1 ml
Penghitungan sel darah merah atau eritrosit mengacu pada Blaxhall dan
Daisley (1973), sampel darah dihisap dari tabung eppendorf menggunakan alat
hisap eritrosit berupa pipet kapiler hingga garis menunjukkan skala 0,5 ml dan
diencerkan dengan larutan Hayem hingga skala 101 ml. Kedua ujung ditutup
menit hingga darah dan larutan Hayem tercampur. Darah dibuang dua tetes, lalu
400x dan jumlah eritrosit dihitung pada lima kotak kecil haemocytometer, lalu
Keterangan :
Penghitungan sel darah putih atau leukosit mengacu pada Blaxhall dan
Daisley (1973), sampel darah dihisap dari tabung eppendorf menggunakan alat
hisap leukosit berupa pipet kapiler hingga garis menunjukkan skala 1 ml dan
diencerkan dengan larutan Turk hingga skala 11 ml. Kedua ujung ditutup sejajar,
hingga darah dan larutan Turk tercampur. Darah dibuang dua tetes, lalu
400x dan jumlah leukosit dihitung pada empat kotak besar haemocytometer, lalu
Keterangan :
H. Pengukuran Hemoglobin
perhitungan kadar hemoglobin mengacu pada metode Sahli. Darah sampel dihisap
dengan menggunakan pipet Sahli hingga skala 20 mm 3 atau pada skala 0,2 ml.
Lalu, darah dalam pipet dipindahkan ke dalam tabung Hb-meter yang telah diisi
HCl 0,1 N hingga skala 10 (merah). Selanjutnya, darah tersebut lalu diaduk
dalam tabung tersebut hingga warna darah tersebut menjadi seperti warna larutan
standar yang ada dalam Hb-meter. Kadar hemoglobin dinyatakan dalam g%.
1 ml. Sampel darah ikan yang didapat diteteskan pada alat glukosa blood glukose
monitoring system (BGMS) merk One Touch Horizon, sehingga hasil glukosa
darah yang terkandung dapat terbaca. Kadar glukosa darah dinyatakan dalam
mg/dl.
Nt
SR = N0 x 100%
Keterangan :
SR : Survival Rate
Nt : Jumlah ikan uji yang hidup pada akhir penelitian
N0 : Jumlah ikan uji yang hidup pada awal penelitian
A. Parameter Utama
Parameter utama dalam penelitian ini adalah profil darah ikan nila yaitu,
B. Parameter Pendukung
dan kualitas air yaitu, suhu, pH, ammonia dan oksigen terlarut.
Perhitungan kelulushidupan,
Suhu, DO, Ammonia dan pH
Mengamati:
a. Hematologi, yaitu total eritrosit, total
leukosit, kadar hemoglobin dan
glukosa darah
b. Mengukur kualitas air dan
kelulushidupan
Analisis Data
5.1 Hasil
ikan nila yang terjadi setelah dilakukan perendaman ekstrak buah mengkudu.
mengkudu yang diberikan berpengaruh terhadap total eritrosit ikan nila. Uji
Tabel 5.1 Total eritrosit ikan nila Oreochromis niloticus pada perendaman
menggunakan ekstrak buah mengkudu Morinda citrifolia L.
eritrosit ikan nila pada pemeliharaan jam ke-24. Nilai total eritrosit perlakuan A
sebagai perlakuan kontrol (3,11 x 105 sel/mm3) berbeda nyata (p<0,05) terhadap
sel/mm3), E (13,15 x 105 sel/mm3) dan F (11,22 x 105 sel/mm3). Total eritrosit
tertinggi pada jam ke-24 terdapat pada perlakuan E, kemudian diikuti oleh
Nilai total eritrosit ikan nila pada akhir pemeliharaan atau jam ke-96
sel/mm3), D (7,61 x 105 sel/mm3), E (10,1 x 105 sel/mm3) dan F (2,83 x 105
sel/mm3). Total eritrosit tertinggi pada jam ke-96 terdapat pada perlakuan E,
perlakuan F.
Total eritrosit ikan nila selama penelitian yaitu berkisar 2,83 - 13,15 x 105
sel/mm3. Total eritrosit ikan nila pada awal penelitian yaitu jam ke-24 hingga
pada perlakuan D dan E lebih tinggi jika dibandingkan dengan total eritrosit pada
konsentrasi 4,8 g/L menunjukkan total eritrosit yang stabil. Hasil analisa statistika
ikan nila yang terjadi setelah dilakukan perendaman ekstrak buah mengkudu.
mengkudu yang diberikan berpengaruh terhadap total leukosit ikan nila. Uji
Tabel 5.2 Total leukosit ikan nila Oreochromis niloticus pada perendaman
menggunakan ekstrak buah mengkudu Morinda citrifolia L.
total leukosit ikan nila pada pemeliharaan jam ke-24. Nilai total leukosit
(6,13 x 104 sel/mm3), E (8,06 x 104 sel/mm3) dan F (11,4 x 104 sel/mm3). Total
leukosit tertinggi pada jam ke-24 terdapat pada perlakuan F, kemudian diikuti
Nilai total leukosit ikan nila pada akhir pemeliharaan atau jam ke-96
nyata (p<0,05) terhadap perlakuan B (5,1 x 104 sel/mm3), C (5,9 x 104 sel/mm3),
D (7,41 x 104 sel/mm3), E (10,6 x 104 sel/mm3) dan F (9,07 x 104 sel/mm3). Total
leukosit tertinggi pada jam ke-96 terdapat pada perlakuan E, kemudian diikuti
Total leukosit ikan nila selama penelitian yaitu berkisar 2,83 - 11,40 x 104
sel/mm3. Total leukosit ikan nila pada awal penelitian yaitu jam ke-24 hingga
D atau konsentrasi 4,8 g/L menunjukkan total leukosit yang terus meningkat
hingga akhir penelitian. Hasil analisa statistika selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4 dan 5.
5.1.3. Hemoglobin
hemoglobin ikan nila yang terjadi setelah dilakukan perendaman ekstrak buah
buah mengkudu yang diberikan berpengaruh terhadap kadar hemoglobin ikan nila.
Uji statistik dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan. Rata-
rata kadar hemoglobin ikan nila dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Kadar hemoglobin ikan nila Oreochromis niloticus pada perendaman
menggunakan ekstrak buah mengkudu Morinda citrifolia L.
terhadap kadar hemoglobin ikan nila pada pemeliharaan jam ke-24. Nilai kadar
hemoglobin perlakuan A sebagai perlakuan kontrol (5,5 g%) tidak berbeda nyata
(p>0,05) terhadap perlakuan B (4,7 g%), C (5,2 g%), D (5,1 g%), E (5,2 g%) dan
F (5,0 g%). Kadar hemoglobin tertinggi pada jam ke-24 terdapat pada perlakuan
adalah perlakuan B.
Nilai kadar hemoglobin ikan nila pada akhir pemeliharaan atau jam ke-96
terdapat berbeda nyata (p<0,05). Pada perlakuan A (6,2 g%) sebagai perlakuan
kontrol berbeda nyata (p<0,05) terhadap perlakuan B (4,6 g%), C (4,9 g%), D (5,0
g%), E (4,5 g%) dan F (4,3 g%). Kadar hemoglobin tertinggi pada jam ke-96
Kadar hemoglobin ikan nila selama penelitian yaitu berkisar 4,3 – 6,2 g%.
Kadar hemoglobin ikan nila pada awal penelitian yaitu jam ke-24 hingga akhir
glukosa darah ikan nila yang terjadi setelah dilakukan perendaman ekstrak buah
buah mengkudu yang diberikan berpengaruh terhadap kadar glukosa darah ikan
nila. Uji statistik dilanjutkan dengan menggunakan Uji Jarak Berganda Duncan.
Rata-rata kadar glukosa darah ikan nila dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Kadar glukosa darah ikan nila Oreochromis niloticus pada perendaman
menggunakan ekstrak buah mengkudu Morinda citrifolia L.
terhadap kadar glukosa darah ikan nila pada pemeliharaan jam ke-24. Nilai kadar
glukosa darah pada perlakuan A sebagai perlakuan kontrol (57,5 mg/dl) tidak
berbeda nyata (p>0,05) terhadap perlakuan B (58,5 mg/dl), C (62,3 mg/dl) dan D
(75,3 mg/dl), tetapi berbeda nyata (p<0,05) pada perlakuan E (109,3 mg/dl) dan F
(103,8 mg/dl). Kadar glukosa darah tertinggi pada jam ke-24 terdapat pada
Nilai kadar glukosa darah ikan nila pada akhir pemeliharaan atau jam ke-
(29,3 mg/dl) dan F (29,8 mg/dl). Kadar glukosa darah tertinggi pada jam ke-96
Kadar glukosa darah ikan nila selama penelitian yaitu berkisar 2,78 –
109,3 mg/dl. Kadar glukosa darah ikan nila pada awal penelitian yaitu jam ke-24
Kadar glukosa darah pada perlakuan D lebih rendah jika dibandingkan kadar
D atau konsentrasi 4,8 g/L menunjukkan kadar glukosa yang stabil. Hasil analisa
yang dibudidayakan. Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian yaitu
suhu, oksigen terlarut (DO), pH, dan ammonia. Data kisaran parameter kualitas air
Tabel 5.5 Kualitas air pemeliharaan ikan nila O. niloticus pada perendaman
menggunakan ekstrak buah mengkudu Morinda citrifolia L.
Pengukuran
Kualitas Perlakuan Baku
Air A B C D E F Mutu*
28,5-
Suhu (oC) 29 29 29 29 29 28,9 25-32
DO (mg/L) 6,2-6,3 5,5-5,9 5,8-5,9 5,4-5,7 5,2 5-5,1 ≥3
pH 7-7,1 6,9-7,1 6,9-7,2 6,8-7,2 6,8-7,2 6,6-7,2 6,5-8,5
Ammonia
(mg/L) 0 0,5 0,5 0,5 1,0-2,0 2 ≤1
Hasil data pengukuran kualitas air selama penelitian diketahui bahwa suhu
air selama penelitian berkisar 28,5–29,4 °C, oksigen terlarut 5,07–6,37 mg/L, pH
5.1.6 Kelulushidupan
Kelulushidupan (%)
Perlakuan 24 jam 96 jam
A (0 g/L ekstrak buah mengkudu) 100a ± 0 100a ± 0
B (3,6 g/L ekstrak buah mengkudu) 100a ± 0 100a ± 0
a
C (4,2 g/L ekstrak buah mengkudu) 100 ± 0 90a ± 0
a
D (4,8 g/L ekstrak buah mengkudu) 97,5 ± 5 85a ± 5,8
E (5,4 g/L ekstrak buah mengkudu) 87,5a ± 5 47,5b ± 5
b
F (6 g/L ekstrak buah mengkudu) 50 ± 8,2 12,5b ± 5
nyata (p>0,05) terhadap perlakuan B dan C yaitu 100%, sedangkan berbeda nyata
5.2. Pembahasan
Hasil perhitungan total eritrosit ikan nila pada akhir penelitian (jam ke-96)
terhadap darah mampu melisiskan sterol sel eritrosit hingga pecah, sehingga
penelitian ini masih dalam kisaran normal. Jumlah eritrosit pada ikan normal
buah mengkudu diduga juga dipengaruhi oleh menurunnya kinerja organ ginjal
dan hati. Jayaraman et al. (2006) melaporkan bahwa konsentrasi ekstrak buah
menurunkan fungsi ginjal dan hati sebagai organ penghasil eritrosit dan hati
Hasil perhitungan total leukosit ikan nila sama dengan total eritrosit yang
mengalami penurunan hingga akhir penelitian (jam ke-96), namun hanya terjadi
total leukosit. Penurunan ini masih dalam kisaran normal, apabila dibandingkan
dengan total leukosit optimal pada ikan normal yang berkisar 32.000-146.000
diduga dipengaruhi oleh bahan bioaktif buah mengkudu, yaitu flavonoid, saponin,
dan kapasitas makrofag sel darah putih (Aldi dkk., 2016). Purwatiningsih et al.
leukosit.
Hasil perhitungan kadar hemoglobin ikan nila pada akhir penelitian (jam
ke-96) sejalan dengan nilai total eritrosit yang menunjukkan penurunan kadar
pada setiap perlakuan yang diberikan ekstrak buah mengkudu yaitu perlakuan B,
dapat disebabkan oleh faktor fisiologi, lingkungan atau ikan mendapat infeksi
(Wells, 2005). Muharrama dkk. (2015) menyatakan bahwa saponin pada buah
hemoglobin pada sel eritrosit yang rusak. Kandungan saponin juga dapat
zat asing yang menyebabkan stess atau menurunnya kondisi lingkungan (Mardin,
2011). Kadar hemoglobin penelitian ini masih dalam kisaran normal, sesuai
dengam yang disebutkan oleh Salasia dkk. (2001), yaitu kadar hemoglobin pada
Hasil perhitungan kadar glukosa darah ikan nila pada akhir penelitian (jam
ke-96) mengalami penurunan pada setiap perlakuan yang diberikan ekstrak buah
diduga dipengaruhi oleh ekstrak buah mengkudu yang diberikan, karena adanya
bekerja dengan cara menunda absorbsi glukosa darah dari saluran cerna menuju
banyak insulin untuk membantu kondisi homeostatis pada saat ikan mengalami
stress (Nayak dkk., 2009). Kadar glukosa darah penelitian ini masih dalam kisaran
normal, karena masih berkisar 40-90 mg/dl, sesuai dengan Rahardjo et al. (2011).
Hal ini ditunjukkan dengan hasil presentase kelulushidupan ikan pada akhir
ini merupakan pengaruh perubahan profil darah yang telah diamati (total eritrosit,
total leukosit, kadar hemoglobin, dan kadar glukosa darah). Al-Attar (2005)
glukosa darah dalam batas normal. Hal ini menyebabkan perlakuan D (pemberian
lebih dari 50% dan memberikan profil darah ikan nila yang baik.
yaitu 5,07–6,37 mg/L. Baku mutu nilai oksigen terlarut pada pemeliharaan ikan
nila adalah lebih dari 3 mg/L (Djarijah, 1995). Nilai pH selama penelitian masih
dapat ditoleransi untuk kehidupan ikan nila berkisar 6,6–7,2. Baku mutu pH
optimal untuk pemeliharaan ikan nila berkisar 6,5–8,5 (Djarijah, 1995). Nilai suhu
pada setiap perlakuan masih dalam ambang batas normal untuk kehidupan ikan
nila yaitu 28,5–29 oC, sedangkan baku mutu suhu untuk pemeliharaan ikan nila
meningkat pada perlakuan F yaitu 2 mg/L yang melebihi baku mutu kandungan
ammonia pada pemeliharaan ikan nila yaitu ≤ 1 mg/L menurut Hidayah (2015).
Tingginya kandungan ammonia yang melebihi ambang batas, diduga karena ikan
6.1 Kesimpulan
perendaman ekstrak buah mengkudu terhadap profil darah ikan nila menunjukkan
adanya pengaruh pada total eritrosit, total leukosit, kadar hemoglobin dan kadar
glukosa darah. Perendaman ekstrak buah mengkudu dengan konsentrasi 4,8 g/L
6.2 Saran
terhadap profil darah yang di uji tantang menggunakan bakteri ataupun virus.
DAFTAR PUSTAKA
Aldi, Y., Amdani dan Bakhtiar, A. 2016. Aktivitas Senyawa Skopoletin dari Buah
Mengkudu Morinda citrifolia L. terhadap Respon Fisiologi Makrofag
Mencit Putih Jantan. Jurnal Scientia, 6 (1): 25-28 hal.
Arifin, M., Y. 2016. Pertumbuhan Dan Survival Rate Ikan Nila (Oreochromis sp.)
Strain Merah dan Strain Hitam yang Dipelihara pada Media Bersalinitas.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 16 (1): 2-5 hal.
Chinabut, S., Limsuwan, C., and Kitsawat P. 1991. Histology of the Walking
Catfish Clarias batrachus. Departemen of Fisheries Thailand. 96 p.
Chan-Blanco, Y., Vaillant, F., Perez, A. M, Reynes, M., Brillouet, J. M., Brat, P.
2006. The Noni Fruit Morinda citrifolia L. a Review of Agricultural
Djauhariya, E., Raharjo, M., dan Ma’un. 2006. Karakterisasi Morfologi dan Mutu
Buah Mengkudu. Buletin Plasma Nutfah, 12 (1) : 1-8 hal.
Ezraneti, R. dan N. Fajri. 2013. Uji Toksisitas Serbuk Daun Mahkota Dewa
Phaleria macrocarpa terhadap Benih Ikan Nila Oreochromis niloticus.
Acta Aquatica, 3 (2): 62-65 hal.
Karlinda, V. 2017. Pengaruh Kadmium (Cd), Seng (Zn), dan Kombinasi Cd-Zn
terhadap Respon Hematologis Ikan Nila Oreochromis niloticus. Tesis.
Universitas Airlangga. Surabaya. Hal. 22-30.
Kinasih, I., A. Supriyatna dan R.N. Rusputa. 2013. Uji Toksisitas Ekstrak Daun
Babadotan Ageratum conyzoides L. terhadap Ikan Mas Cyprinus carpio L.
sebagai Organisme Non-Target. Journal UINSGD, 7 (2): 121-132 hal.
Mardin. 2011. Toksisitas Nikel (Ni) terhadap Ikan Nila Gift Oreochromis
niloticus pada Media Berkesadahan Lunak (Soft Hardnes). Thesis. Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Hal 18-33.
Nugroho, Y. A. 2012. Efek Pemberian Kombinasi Buah Sirih Piper betle L. Fruit,
Daun Miyana Plectranthus scutellarioides L. Leaf, Madu dan Kuning Telur
terhadap Peningkatan Aktivitas dan Kapasitas Fagositosis Sel Makrofag.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 22 (1): 3-5 hal.
Purwatiningsih, T. I., Yustina, Y. S., dan Widodo. 2014. Aktivitas Senyawa Fenol
Dalam Buah Mengkudu Morinda citrifolia sebagai Antibakteri Alami untuk
Putri, R. R., Basuki, F. dan Hastuti, S. 2013. Profil Darah dan Kelulushidupan
Ikan Nila Pandu F5 Oreochromis niloticus yang Diinfeksi Bakteri
Streptococcus agalactiae dengan Kepadatan Berbeda. Journal of
Aquaculture Management and Technology, 2 (2): 47-56 hal.
Rachmawati, F. N., U. Susilo dan Y. Sistiana. 2010. Respon Fisiologi Ikan Nila
Oreochromis niloticus yang Distimulasi dengan Daur Pemuasaan dan
Pemberian Pakan Kembali. Seminar Nasional Biologi. Fakultas Biologi
UGM. Yogyakarta. 1 (1): 492-499 hal.
Rahardjo, M. F., Sjafei, D. S., Affandi, R. dan Sulistiono. 2011. Ikhtiologi. Lubuk
Agung. Bandung. 396 hal.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan Jilid I. Bina Cipta.
Bandung. Hal. 245.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Jilid II. Bina Cipta.
Bandung. Hal. 508.
Salasia, S. I. O., D. Sulanjari dan A. Rahmawati. 2001. Studi Hematologi Ikan Air
Tawar. Biologi, 2 (12): 710-723 hal.
Wang, M. Y., West, B. J., Jensen, C. J., Nowicki, D., Chen, S., Palu, A. K., and
Anderson, G. 2002. Morinda citrifolia (Noni): A Literature Review and
Recent Advances in Noni Research. Acta Pharmacologica Sinica, 23 (13):
1127 – 1141 p.
Wells, R. M. G., Baldwin, J., Seymour, R. S., Christian, K., Britain, T. 2005.
Blood Cell Function and Haematology in Two Tropical Frehswater Fishes
from Australia. Comparative Biochemistry and Physiology, 141 (1): 87-93
p.
West, B. J., Jensen, C. J., and Westendorf, J. 2006. Noni juice is not hepatotoxic.
World J Gastroenterol, 12 (22): 3616-3619 p.
LAMPIRAN
Confidence Limits
95% Confidence Limits for 95% Confidence Limits for
konsentrasi log(konsentrasi)b
Lower Upper Lower Upper
Probability Estimate Bound Bound Estimate Bound Bound
PROBITa 0,01 10,594 0,299 10,42 1,025 0,114 1,103
0,05 12,374 0,687 10,85 1,093 0,165 1,117
0,1 13,443 1,276 11,14 1,128 0,204 1,129
0,15 14,215 1,374 11,56 1,153 0,245 1,132
0,2 14,861 1,456 12,49 1,172 0,291 1,144
0,25 15,438 1,573 12,69 1,189 0,313 1,149
0,3 15,975 1,683 13,24 1,203 0,359 1,151
0,35 16,49 1,864 13,96 1,217 0,385 1,158
0,4 16,993 1,964 14,53 1,23 0,418 1,162
0,45 17,495 2,078 14,89 1,243 0,435 1,169
0,5 18,004 2,193 15,23 1,255 0,474 1,175
0,55 18,527 2,238 15,68 1,268 0,504 1,181
0,6 19,074 2,374 16,01 1,28 0,536 1,186
0,65 19,657 2,489 16,46 1,294 0,589 1,193
0,7 20,29 2,598 16,85 1,307 0,617 1,195
0,75 20,996 2,611 17,25 1,322 0,648 1,202
0,8 21,812 2,753 17,46 1,339 0,693 1,217
0,85 22,802 2,894 17,83 1,358 0,743 1,233
0,9 24,113 2,964 18,28 1,382 0,791 1,258
0,95 26,195 3,964 18,47 1,418 0,852 1,274
0,99 30,597 4,364 18,97 1,486 0,964 1,296
ANOVA
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
eri_24 Between
Groups 1.024 5 0.205 1.007.223 0
Within
Groups 0.004 18 0
Total 1.028 23
Eri_24
ANOVA
Sum of Mean
Squares Df Square F Sig.
eri_96 Between
Groups 0.951 5 0.19 204.774 0
Within
Groups 0.017 18 0.001
Total 0.968 23
Eri_96
Descriptives
95% Confidence
Interval for
Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Leu_24 A 4 4.47 0.03978 0.01989 44.066 4.533 4.42 4.51
B 4 4.621 0.01102 0.00551 46.037 4.639 4.6 4.63
C 4 4.759 0.02793 0.01396 47.145 4.803 4.74 4.8
D 4 4.788 0.01414 0.00707 47.651 4.81 4.78 4.81
E 4 4.906 0.01578 0.00789 48.811 4.931 4.89 4.92
F 4 5.057 0.01502 0.00751 50.329 5.081 5.04 5.07
Total 24 4.767 0.19373 0.03955 4.685 4.849 4.42 5.07
ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Leu_24 Between
Groups 0.854 5 0.171 324.37 0
Within
Groups 0.009 18 0.001
Total 0.863 23
Leu_24
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4 5
Duncana
A 4 4.47
B 4 4.621
C 4 4.759
D 4 4.788
E 4 4.906
F 4 5.057
Sig. 1 1 0.095 1 1
ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Leu_96 Between
Groups 0.851 5 0.17 177.95 0
Within
Groups 0.017 18 0.001
Total 0.869 23
Leu_96
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4 5 6
Duncana
A 4 4.45
B 4 4.708
C 4 4.77
D 4 4.87
F 4 4.956
E 4 5.027
Sig. 1 1 1 1 1 1
ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Hb_24 Between
Groups 1.412 5 0.282 0.73 0.61
Within
Groups 6.957 18 0.387
Total 8.37 23
Hb_24
ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Hb_96 Between
Groups 9.397 5 1.879 4.52 0.01
Within
Groups 7.492 18 0.416
Total 16.89 23
Hb_96
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2
Duncana F 4 4.325
E 4 4.475
B 4 4.65
C 4 4.85
D 4 5.05
A 4 6.225
Sig. 0.169 1
ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
gluko_24 Between
Groups 10781.5 5 2156.3 7.93 0
Within
Groups 4895 18 271.94
Total 15676.5 23
gluko_24
Subset for alpha = 0.05
Duncana Perlakuan N 1 2
A 4 57.5
B 4 58.5
C 4 62.25
D 4 75.25
F 4 103.8
E 4 109.3
Sig. 0.178 0.643
ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
gluko_96 Between
Groups 4563.21 5 912.64 22 0
Within
Groups 746.75 18 41.486
Total 5309.96 23
gluko_96
Keterangan :
a. Penimbangan buah mengkudu
b. Pembuatan ekstrak buah mengkudu
c. Pengambilan sampel darah pada ikan nila
d. Pengamatan eritrosit dan leukosit pada hemositometer
e. Pengamatan hemoglobin menggunakan metode sahli
f. Pengamatan glukosa darah menggunakan alat One Touch Analyzer
g. Pengamatan pH selama penelitian menggunakan pH meter
h. Pengamatan amonia menggunakan amonia test kit
i. Pengamatan oksigen terlarut dan suhu menggunakan DO meter