You are on page 1of 2

Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

‫ و بة نستعىن وعلى ءمور الدنيا والدين والصالة والسلم على االصرف االنبياء والمرسلين وعلى الة‬، َ‫لـ َح ْم ُد هللِ َربِّ ال َعالَـ ِم ْين‬
َ‫ َءم بعد‬,‫وصحبة اجمعين‬

Saya berdiri di hadapan Anda pada kesempatan yang berharga ini untuk berbicara tentang sebuah
konsep yang penting dalam Islam, yaitu gharar. Gharar adalah istilah yang merujuk pada
ketidakpastian, ketidakjelasan, atau ketidaktentuan dalam suatu transaksi atau kontrak.

Dalam Islam, ekonomi dan keuangan memiliki prinsip-prinsip yang kuat berdasarkan ajaran
agama dan hukum syariah. Salah satu prinsip yang sangat penting adalah menghindari gharar
dalam transaksi. Bahkan Rasululloh SAW pernah berpesan khusus kepada umatnya untuk
menghindari Gharar. Kita lihat saja di kitab shohih muslim, di sana terdapat kutipan hadist yang
di riwayatkan oleh abu hurairoh: ‫نهى رسول هللا صلى هللا عليه وسلم عن بيع الحصاة وعن بيع الغرار‬

Yang artinya: “Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam melarang menjual "al-hsah" (membeli
sesuatu dengan cara melempar batu kecil) dan melarang pula menjual "al-gharar" (ketidakpastian
atau ketidakjelasan mengenai kualitas atau keadaan barang yang dijual). Gharar dianggap
sebagai faktor yang mengganggu keadilan dan kepastian, serta merugikan pihak yang terlibat
dalam sebuah transaksi.

Sebagai contoh, mari kita lihat praktik perjudian. Perjudian adalah bentuk transaksi yang
dianggap penuh dengan gharar. Para penjudi mengambil risiko tanpa kepastian apa pun
mengenai hasilnya. Mereka memasang taruhan dengan harapan memperoleh keuntungan besar,
tetapi pada kenyataannya, hasilnya tidak dapat diprediksi dengan pasti. Inilah sebabnya mengapa
perjudian dianggap haram dalam Islam, karena melibatkan gharar yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip keadilan dan kepastian.

Dalam Islam, prinsip keadilan, kepastian, dan kehati-hatian diterapkan dalam semua aspek
kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis dan perdagangan. Islam mendorong umatnya untuk
bertransaksi dengan jelas, transparan, dan adil. Transaksi yang melibatkan gharar dapat
menimbulkan risiko yang tidak perlu dan dapat merugikan salah satu pihak yang terlibat.

Dalam konteks keuangan Islam, terdapat banyak produk dan praktik keuangan konvensional
yang dihindari karena mengandung gharar. Sebaliknya, prinsip-prinsip keuangan syariah
diterapkan untuk memastikan transaksi yang jelas, adil, dan sesuai dengan ajaran agama. Akad
mudharabah dan musyarakah, misalnya, membagi keuntungan dan kerugian secara adil antara
pihak yang terlibat. Hal ini mendorong kerjasama dan saling menguntungkan, tanpa adanya
pihak yang merasa dirugikan.
Lebih jauh lagi, penggunaan produk transaksi syariah juga mengajarkan nilai-nilai etika dalam
berbisnis. Dalam akad ijarah, misalnya, prinsip saling menghormati hak-hak pihak lain
tercerminkan dalam perjanjian sewa yang adil dan jelas. Hal ini menciptakan lingkungan bisnis
yang berintegritas dan menjaga kepercayaan antara pihak-pihak yang terlibat.

Saudara-saudara sekalian, Mari kita terapkan prinsip-prinsip Islam dalam semua aspek
kehidupan kita, termasuk dalam dunia bisnis dan perdagangan. Dengan mengedepankan
keadilan, kepastian, dan kehati-hatian, kita dapat menciptakan lingkungan yang adil, beretika,
dan berkelanjutan.

Terima kasih atas perhatian dan kesempatan yang diberikan kepada saya untuk berbicara tentang
konsep gharar dalam Islam. Semoga Allah memberkahi kita semua dalam perjuangan kita untuk
hidup berdasarkan prinsip-prinsip agama yang adil dan bermanfaat.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

You might also like