Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Status Hipertiroid Dengan Siklu B5a7d304
Hubungan Status Hipertiroid Dengan Siklu B5a7d304
Abstract
Background: Disorders of menstruation are indicator of ovarian function. Menstrual cycle abnormalities
caused by hormonal abnormalities associated thyroid disorders, including hyperthyroidism.
Objective: The study aims to determine the relationship between the menstruation cycle disorders with
hyperthyroid, age, Body Massa Index (BMI), anxiety, and hormonal contraception.
Methods: This study was an explanatory with cross-section design. The sampel were women childbearing age in
Litbang GAKI clinic with hyperthyroidism, age 15-50 years. Numbers of sample was 43 patients. Variables of
research were hyperthyroid and menstrual cycle women. Hyperthyroid were expressed in the Thyroid
Stimulating Hormone (TSH) and free Thyroxine (fT4) were measured by ELISA method. Normal menstrual
cycle was 21 to34 days. Status of nutrition was expressed by BMI. Anxiety was measured by Beck Anxiety
Inventory (BAI). Chi-square test and logistic regretion were used for analysis.
Result: Hyperthyroid patients which irregular menstrual cycle were 16 (37.2%) and regular menstrual cycle
were 27 (62.8%). The effect of Hyperthyroidism on menstrual cycle was not significant, p=0.414. The effect of
Age on menstrual cycle was not significant, p=0.331. The effect of nutrition status on menstrual cycle was not
significant, p=0.508. The effect of Anxiety on menstrual cycle was not significant, p=0.552. The effect of
Hormonal contrception on menstrual cycle was significant, p=0.034. Multivariate test did not effect on
hyperthyroidism, age, nutrition status, anxiety, and hormonal contraception.
Conclutions: Irregularity of the menstrual cycle was not affected by hyperthyroidism, age, nutritional status,
anxiety, and hormonal contraceptives.
Abstrak
Latar belakang: Gangguan menstruasi sebagai indikator dari fungsi ovarium. Kelainan siklus menstruasi
disebabkan oleh kelainan hormonal yang berhubungan dengan gangguan tiroid, termasuk hipertiroid.
Tujuan: Penelitian bertujuan mengetahui hubungan antara gangguan siklus menstruasi dengan hipertiroid, usia,
Indeks Masa Tubuh (IMT), kecemasan, kontrasepsi hormonal.
Metode: Penelitian ini adalah observasional dengan rancangan potong lintang. Sampel wanita usia subur
penderita hipertiroid di klinik litbang GAKI, usia 15-50 tahun, jumlah sampel adalah 43 penderita. Variabel
penelitian adalah hipertiroid dan siklus menstruasi. Hipertiroid dinyatakan dalam Thyroid Stimulating Hormone
(TSH) dan Free Thyroxin (fT4) diukur dengan ELISA. Siklus haid normal adalah 21 sampai 34 hari. Status gizi
dinyatakan dengan IMT. Kecemasan diukur dalam Beck Anxiety Inventory (BAI). Analisis data mengunakan uji
chi-square dan regresi logistik.
Hasil: Hasil penelitian 16 (37,2%) penderita hipertiroid mengalami siklus menstruasi tidak teratur dan 27
(62,8%) siklus menstruasinya teratur. Hubungan hipertiroid dengan siklus menstruasi tidak bermakna,
(p=0,414). Hubungan usia dengan siklus menstruasi tidak bermakna nilai p=0,331. Hubungan status gizi/Indeks
Masa Tubuh (IMT) dengan siklus menstruasi tidak bermakna, nilai p=0,508. Hubungan kecemasan dengan
siklus menstruasi tidak bermakna, nilai p=0,552. Hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan siklus
menstruasi bermakna, nilai p=0,034. Uji secara multivariate tidak berpengaruh hipertiroid, usia, IMT,
kecemasan, dan kontrasepsi hormonal terhadap siklus menstruasi.
Kesimpulan: Ketidakteraturan siklus menstruasi tidak dipengaruhi oleh hipertiroid, usia, status gizi, kecemasan,
dan kontrasepsi hormonal.
Kata Kunci: hipertiroid, siklus menstruasi, wanita usia subur
Naskah masuk: 22 Juni 2015 Review: 7 Juli 2015 Disetujui terbit: 29 November 2015
183
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
184
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
185
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
186
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
Pada tabel tersebut menunjukkan pendidikan Hasil analisis bivariate chi square dari faktor-
responden sebagian besar berpendidikan SD faktor yang diduga berpengaruh terhadap
dan SMP (62,2%). Pendidikan SMA dan siklus menstruasi pada responden penderita
perguruan tinggi (35,6%) dan hanya satu hipertiroid seperti pada Tabel 3.
responden yang tidak sekolah. Karakteristik
responden diukur secara antropometri didapat Pada Tabel 3 tampak usia responden yang
hasil rerata tinggi badan 150,9 ± 3,8 cm dan siklus menstruasi tidak teratur adalah lebih tua
rata-rata berat badan adalah 50,9 ± 7,8 kg. dibanding yang siklus menstruasi teratur, akan
Rerata IMT adalah 22,6 ± 3,2. Berdasarkan
tetapi hasil uji statistik menunjukkan tidak
kategori IMT dijumpai 5 penderita (11,1%)
berhubungan bermakna dengan nilai p>0,25,
termasuk kategori underweight, overweight 15
sehingga tidak dapat diuji dengan regresi
penderita (33,3%) dan sebagian besar yaitu 25
penderita (55,6%) termasuk kategori logistik. Status gizi responden sebagian besar
normoweight. Pada data pekerjaan sebagian normal dan hanya terdapat 5 orang yang kurus
besar sebagai ibu rumah tangga (46,7%). tetapi siklus menstruasi teratur, secara
Mempunyai pekerjaan formal (17,8%) dan keseluruhan hasil uji statistik menunjukkan
pekerjaan nonformal (35,5%). Responden ber- tidak berhubungan secara bermakna dengan
KB hormonal (8,9%) dan tidak ber-KB nilai p>0,25, sehingga tidak dapat diuji dengan
hormonal (91,1%). Berdasarkan kelompok regresi logistik.
hipertiroid didapat hasil; hipertiroid subklinis
(46,5%) dan hipertiroid klinis (53,5%). Kategori gangguan emosional (kecemasan)
Berdasarkan kecemasan semua responden pada subyek sebagian merasa cemas yang
mengalami kecemasan. Responden yang berat dan kecemasan ini tidak menunjukkan
mengalami kecemasan sedang (44,2%) dan berhubungan dengan siklus menstruasi dengan
kecemasan berat (55,8%). nilai p>0,25, sehingga tidak dapat diuji dengan
regresi logistik. Sebagian besar responden
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Siklus tidak memakai kontrasepsi atau kontrasepsi
Menstruasi tidak Teratur non hormonal dan hasil uji statistik juga
menunjukkan tidak berhubungan secara
Faktor tipe hipertiroid diduga berpengaruh
bermakna dengan nilai p<0,25, sehingga
terhadap kejadian siklus menstruasi tidak
selanjutnya diuji dengan regresi logistik.
teratur. Tipe hipertiroid dalam penelitian ini
ada dua yaitu hipertiorid klinis dan hipertiroid Responden hipertiroid subklinis dan klinis
subklinis. Hipertiroid klinis yaitu dari hampir sama jumlahnya dan uji statistik tidak
pemeriksaan sitologi kadar TSH kurang dari menunjukkan hubungan bermakna dengan
normal (<0,3 µIU/mL), kadar fT4 lebih dari nilai p>0,25, sehingga tidak dapat diuji dengan
nilai normal (>2,0 µIU/mL) sedangkan regresi logistik.
hipertiroid subklinis kadar TSH kurang dari
normal (<0,3µIU/mL), kadar fT4 masih dalam Hasil analisis multivariate dengan regresi
batas normal (0,8-2,0 µIU/mL). Faktor lainnya logistik dari faktor-faktor yang diduga
yang diduga berpengaruh terhadap siklus berpengaruh terhadap siklus menstruasi pada
menstruasi adalah: usia, status gizi, kecemasan responden penderita hipertiroid seperti pada
(keadaan emosianal), dan kontrasepsi Tabel 4.
hormonal.
Pada Tabel 4 uji multivariate didapatkan hasil
Pada Tabel 2 tampak hipertiroid klinis ada tidak bermakna sampai pada langkah kelima.
(30,4%) siklus menstruasi tidak teratur. Pada Hasil ini sesuai dengan uji secara bivariate
hipertiroid subklinis terdapat (45%) siklus yang mendapatkan hasil tidak bermakna
menstruasi tidak teratur. Sebagian besar kecuali variabel kontrasepsi hormonal
responden mengalami siklus menstruasi
bermakna.
teratur.
187
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
188
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
189
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
antitiroid selama beberapa minggu. Data wanita normal(1). Penelitian lain juga
tentang kadar FSH pada wanita hipertiroid menyatakan bahwa IMT memiliki hubungan
mungkin meningkat tetapi ada yang yang cukup kuat dengan siklus menstruasi
menyatakan masih normal(9). yang panjang dan siklus yang tidak teratur(17).
Penelitian yang dilakukan oleh Sianipar et al.
Pada penelitian ini tidak sesuai dengan (2009) mendapatkan tidak ada hubungan
penelitian Kakuno et al. (2010) yang antara IMT dengan gangguan menstruasi(14).
menyatakan bahwa kejadian gangguan siklus
menstruasi berhubungan dengan hipertiroid Siklus menstruasi tidak teratur dapat terjadi
yang semakin berat(3). Hal ini mungkin pada keadaan kurus atau terlalu sedikit lemak
disebabkan banyak faktor yang berpengaruh tubuh, biasa terjadi pada atlit-atlit wanita(18).
terhadap gangguan siklus menstruasi antara Angka IMT 20 atau lebih rendah atau terlalu
lain status gizi dan aktivitas fisik. Sebagian kurus dan gemuk berhubungan dengan siklus
besar subyek berstatus gizi normal dan tidak menstruasi irregular. Keadaan ini
bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang mempengaruhi fungsi hipothalamus-hipofise
tidak membutuhkan tenaga yang berlebihan dalam mensekresi hormon menjadi
18
seperti halnya olah ragawan. terganggu( ).
Usia dapat berpengaruh terhadap siklus Pada penelitian ini siklus menstruasi tidak
menstruasi dari seorang wanita. Wanita usia signifikan berhubungan dengan status gizi. Hal
13-15 tahun siklus menstruasi belum teratur ini disebabkan karena sebagian besar
karena masih dalam masa-masa perkembangan responden status gizi termasuk dalam kategori
pubertas, awal menstruasi dan mulainya siklus berat badan normal, hanya sebagian kecil saja
menstruasi, berkembangnya tulang panggul. yang termasuk kurus (underweight) dan
Siklus menstruasi mulai teratur sampai tiga gemuk (overweight). Gangguan menstruasi
tahun setelah mulai haid pertama kali(13). yang terjadi bergantung pada nilai IMT
Penelitian terdahulu pada anak sekolah terutama pada status gizi underweight atau
menengah atas ada hubungan yang bermakna overweight.
antara usia responden dengan gangguan
menstruasi. Gangguan menstruasi lebih sering Kecemasan berhubungan dengan siklus
terjadi pada awal menstruasi, usia yang lebih menstruasi seorang wanita. Kereaktivan dari
muda akan mendapatkan angka gangguan stres dapat memperlihatkan perubahan
menstruasi lebih tingginya(14). Pada awal hormonal pada reproduksi yang fluktuatif.
mulai menstruasi terjadi variasi dari siklus Pada wanita respon fisiologis terhadap stres
menstruasi, usia reproduksi matang siklus fisik dan psikologis berefek meningkatkan
menstruasi teratur dan pada premenopause detak jantung, sekresi noradrenalin dan
terjadi peningkatan variasi dari panjang siklus cortisol meningkat selama fase luteal dari
menstruasi(15). siklus haid. Efek stres pada respon neurologis
dari rangsangan emosional berdampak lebih
Pada penelitian ini tidak ada hubungan besar pada fase luteal dibandingkan pada fase
ketidakteraturan menstruasi dengan usia. Hal folikuler dari siklus menstruasi. Hormon-
ini mungkin disebabkan sebagian besar subyek hormon dari ovarium beraksi di daerah otak
dalam usia reproduksi matang, hanya sedikit untuk mengatur aksis hipotalamus-hipofise-
usia kurang dari 20 tahun dan diatas 40 tahun. adrenal yang berkontribusi pada siklus
Penelitian sebelumnya kelompok usia 20-25 menstruasi(19).
tahun dan 26-30 tahun pada aktivitas tinggi
tidak berpengaruh terhadap siklus Penelitian Rakhmawati et al. (2013)
menstruasi(4). menyatakan bahwa gangguan siklus
menstruasi kejadian paling tinggi terjadi pada
Siklus menstruasi wanita dapat berpengaruh responden yang mengalami stres dibandingkan
karena status gizinya. Rendahnya kadar dengan responden yang tidak mengalami stres.
hemoglobin dan status gizi berhubungan Responden yang mengalami stres memiliki
dengan frekuensi ketidakteraturan risiko gangguan siklus menstruasi dua kali
menstruasi(16). Gangguan siklus mentruasi lebih besar dibandingkan dengan responden
pada wanita status gizi obesitas kejadiannya yang tidak mengalami stres. Gangguan
1,89 kali lebih besar dibandingkan dengan
190
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
menstruasi yang paling sering yaitu dengan makin banyaknya suntikan terjadi pada
polimenorea dengan angka (23,1%)(1). tiga bulan sampai sembilan bulan pertama.
Perubahan siklus haid pada pengguna
Pada penelitian ini hasil yang didapatkan tidak kontrasepsi hormonal suntik disebabkan oleh
ada hubungan antara kecemasan dengan karena terjadinya lonjakan-lonjakan estrogen
perubahan siklus menstruasi. Hasil penelitian secara sporadik dan kemudian kadar estrogen
ini juga tidak sesuai dengan penelitian lain turun secara persisten. Secara farmakologi
yang menyatakan bahwa wanita yang Medroxyprogesterone Acetate (MPA) (isi dari
mengalami depresi dapat meningkatkan risiko kontrasepsi suntik) langsung berikatan dengan
untuk memiliki siklus menstruasi yang tidak reseptor progesteron di endometrium dan akan
teratur, siklus yang panjang dan lama, dan menghalangi pengaruh estrogen pada
mengalami perdarahan di antara waktu-waktu endometrium, sehingga di tingkat perifer
menstruasi(17). Hal ini disebabkan kecemasan pengaruh keseimbangan estrogen-progesteron
yang terjadi hanya mempengaruhi hormon- akan terganggu(24).
hormon reproduksi dalam tahap ringan
sehingga belum berpengaruh terhadap siklus Pada penelitian ini hasil yang didapatkan tidak
menstruasi. Dalam penelitian ini kadar ada hubungan antara penggunaan kontrasepsi
hormon-hormon reproduksi tidak diukur. hormonal dengan perubahan siklus menstruasi.
Penelitian lain juga mendapatkan bahwa stres Hal ini disebabkan hanya sebagian kecil
akan meningkatkan cortisol dan berhubungan responden yang menggunakan kontrasepsi
dengan penurunan FSH, tetapi tidak hormonal, sehingga hasil yang didapat tidak
berpengaruh pada reproduksi yaitu ovulasi dan menggambarkan keadaan siklus menstruasi
kesuburan(20). dari pengguna kontrasepsi hormonal dan
menggunakan dalam jangka pendek. Penelitian
Perdarahan tidak teratur pada siklus ini tidak sesuai dengan penelitian Suryati et al.
menstruasi adalah salah satu efek dari (2004) menyatakan bahwa penggunaan
penggunaan kontrasepsi hormonal. kontrasepsi homonal ada hubungannya dengan
Kontrasepsi oral (pil) akan menurunkan kadar hormon tiroksin. Pada wanita yang
episode perdarahan pada siklus menstruasi(21). menggunakan kontrasepsi hormonal berisiko
Kontrasepsi hormonal berpengaruh pada siklus untuk menjadi hipertiroid dibandingkan
menstruasi wanita karena kontrasepsi ini dengan kelompok pengguna kontrasepsi non-
termasuk hormon reproduksi. Efek kontrasepsi hormonal(23). Penelitian lainnya yang sesuai
hormonal ini adalah mensupresi hormon dengan penelitian ini adalah penelitian
reproduksi lewat jalur hipothalamus-hipofise- Kusumawati et al. (2012) dan penelitian
ovarium, yang dapat menghambat Mirdatillah (2012) menyatakan bahwa jenis
pertumbuhan dan perkembangan folikel, kontrasepsi tidak ada hubungan dengan fungsi
kematangan dari folikel yang siap ovulasi, dan tiroid,(25) dan kontrasepsi hormonal tidak ada
menghambat juga perkembangan endometrium hubungan dengan nilai TSH(26).
serta mengalami perubahan lender serviks.
Pada kontrasepsi hormonal pil yang ada KESIMPULAN
interval kosong pada komponen hormon akan
tetap terjadi perdarahan seperti haid biasa pada Dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa
saat minum komponen hormon tersebut(22). ketidakteraturan siklus menstruasi tidak
dipengaruhi oleh kejadian hipertiroid. Pada
Efek samping yang ditimbulkan pada wanita siklus menstruasi tidak teratur tidak
penggunaan kontrasepsi hormonal suntik dipengaruhi oleh usia. Status gizi tidak
antara lain gangguan menstruasi. Gangguan berpengaruh terhadap gangguan siklus
menstruasi ini yang paling sering terjadi dan menstruasi. Kecemasan tidak berpengaruh
yang paling mengganggu akseptor. Efek terhadap ketidakteraturan siklus menstruasi.
samping lain yang timbul dari pemakaian Penggunaan kontrasepsi hormonal tidak
kontrasepsi hormonal suntik adalah terjadinya berpengaruh terhadap ketidakteraturan siklus
perubahan menstruasi yang tidak teratur, menstruasi.
spoting, dan berat badan terjadi kenaikan(23).
Pemakaian kontrasepsi hormonal suntik
mengalami peningkatan frekuensi amenore
191
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
192
Hubungan Hipertiroid………… (Prihatin Broto)
20. Aranda D, Rice K, Tatar M. The effects of Endemic Goiter Area. PGM.
a long-term psychosocial stress on 2004;2(27):17–24.
reproductive indicators in the baboon. Am J 24. Mekar Dwi Anggraeni H. Analisis Faktor-
Phys Anthr. 2012;145(4):629–38. faktor yang Berpengaruh Terhadap
21. Newton VL HL. Hormonal contraception Perubahan Pola Menstruasi pada Akseptor
and regulation of menstruation. J Fam KB Suntik Depo Medroksi Progesteron
Plann Reprod Health Care.; 2015. p. 210– Asetat (DMPA) di Wilayah Kerja
5. Puskesmas Sokaraja I Purwokerto. J
22. Deb S, Campbell BK, Pincott-Allen C, Keperawatan Soedirman. 2009;4(2):88–93.
Clewes JS, Cumberpatch G, Raine-Fenning 25. Kusumawati R, Suhartono S. Beberapa
NJ. Quantifying effect of combined oral Faktor Yang Berhubungan Dengan Fungsi
contraceptive pill on functional ovarian Tiroid Pada Pasangan Usia Subur ( PUS )
reserve as measured by serum anti- di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes (
Müllerian hormone and small antral follicle Factors Related To Thiroyd Function of
count using three-dimensional ultrasound. Child Bearing Age Woman In Sub District
Ultrasound Obs Gynecol [Internet]. Kersana , Brebes Regency ). J Kesehat
2012;39(5):574–80. Lingkung Indones. 2012;11(1):15–21.
23. Suryati K, Sukati S, Donnhy K, Samsudin 26. Mirdatillah D. Hubungan kontrasepsi
M, Mucherdiyantiningsih and SS. The hormonal, pola konsumsi dan goitrogenik
Relationship of Hormonal Contraception dengan nilai TSH. JKM. 2012;1(2):554–71.
with Serum Thyroid Stimulating Hormon
and Thyroxin of Maried Woman in
193