Professional Documents
Culture Documents
BAB I Rozi
BAB I Rozi
PENDAHULUAN
manfaat atau hikmah yang sangat besar, baik bagi diri sendiri ataupun bagi
orang yang berilmu. Dengan ilmu manusia akan memperoleh segala kebaikan
dan dengan ilmu manusia akan memperoleh derajad yang mulia, baik dimata
manusia maupun di sisi Allah SWT. ilmu dan kemuliaannya tentu saja tidak
didapatkan begitu saja, akan tetapi didapatkan dari belajar, baik belajar secara
mengajar itu sendiri dengan belajar.3 Jalinan komunikasi yang harmonis inilah
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2005), h. 543
2
Ahmad Musthofa al-Maragi, Terjemahan Bahrun Abu Bakar, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989),
h. 789
3
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 4
1
2
yang menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pembelajaran itu berjalan
dengan baik.
tata nilai agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Dalam
objek pengajaran kedua, karena pengajaran itu tercipta setelah ada bebepara
arahan dan masukan dari guru selain kesediaan dan kesiapan peserta didik itu
bersifat pasif, pada hakekatnya disebut mengajar. Demikian pula bila peserta
didik saja yang aktif tanpa melibatkan keatifan guru untuk mengolahnya
dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun kesadaran
diri sebagai pribadi. Sehubungan dengan itu seorang pengajar harus dapat
4
Ibid., h. 5
3
maksud diantaranya:
tingkah laku.
tidak berjalan dengan searah. Di mana guru saja yang aktif, sedangkan siswa
bersifat pasif. Oleh sebab itu, siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi
juga sebagai subjek belajar. Yang penting dalam interaksi belajar mengajar,
5
Sudirman, AM, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1990), h. 3
4
“Seorang guru yang sangat miskin dengan metode pencapaian tujuan, yang
jalan yang tidak wajar. Hasil pengajaran yang serupa ini selalu menyedihkan
guru, guru akan menderita dan murid pun demikian. Akan timbul masalah
materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode suatu materi
pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan
dan kondisi yang ada. Metode mengajar tidak hanya dapat diabaikan atau
dianggap hal yang sepele, sebab metode mengajar tersebut merupakan bagian
6
M. Zein, Metodologi Pengajaran Agama, (Yokyakarta: AK GROUP, 1995), h. 168
7
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 144
8
M. Basyiruddin Usman, Metode Pengajaran Agama Islam, (Padang: IB Press, 1999), h. 35
5
mendapat hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal seorang guru harus
kemudian sistem ini diubah dengan penerapan sistem klasikal, lama belajar di
pondok pesantren ini adalah 9 tahun yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu:
9
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,
(Jakarta: Erlangga, [t.th]), h. 142
10
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan-Wacana Pemberdayaan dan Transformasi
Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 283
6
Tiga tingkatan santri yang ada di pondok pesantren Nurul Yaqin ini
kuning.
isi atau kandungan dari kitab kuning. Di samping itu, sesuai dengan
Islamiyah ini lebih banyak dituntut keaktifan santri dibandingkan dari guru
dan jika tidak sanggup sendiri mentala’ah kitab kuning tersebut, mereka
Pengertian dari kitab kuning itu sendiri adalah kitab yang dikarang
oleh ulama dan ditulis di atas kertas yang berwarna kuning, maka lazim di
Martin Van Brinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, (Bandung: Mizan, 1999), h. 17
11
7
oleh ulama dan pemikiran masa lampau khususnya dari Timur Tengah. Kitab
Secara luas kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan yang berbahasa Arab,
bahasa Arab, selain ditulis ulama Timur Tengah juga ditulis oleh ulama
Indonesia sendiri.12
memahami isi kandungan kitab kuning tersebut. Hal ini juga diungkapkan
oleh seoarang guru mengajar kitab kuning yang bernama M. Rais TK. Labai
Nan Basa.13
12
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos,
1990), h. 111
13
M. Rais, Guru Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Nurul Yaqin, Wawancara, Ringan-
ringan, 06 Oktober 2008
8
metode hafalan.
propinsi Sumatera Barat, hal ini merupakan suatu kebanggaan di pesantren ini,
Pariaman.”
Oktober 2008
9
Pariaman
Pariaman
C. Penjelasan Judul
tersebut diantaranya:
15
Zakiah Dradjad, Metode Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan
Tinggi/ IAIN, 1991), h. 3
10
tujuan pembelajaran.17
Pondok Pesantren Nurul Yaqin : Suatu lembaga pendidikan Islam swasta yang
Padang Pariaman.
16
Anton M. Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2001), E-3, h 17
17
Oemar Hamalik, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta, Kalam Mulia: 2006), h. 293
18
Martin van Briunessen, loc.cit.
11
2. Secara teorotis sebagai masukan bagi guru yang mengajar kitab kuning di
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Padang Pariaman.
keadaan.”19
2. Metode penelitian
bermaksud membandingkannya.20
3. Sumber Data
19
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), Cet. Ke-2, h. 310
20
Hadari Nawawi, Penelitian Terapan, (Yokyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 1996), h. 3
21
Husaini Usman dan Poernomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003) , h. 57
13
b. Observasi
observasi.
6. Analisis data yaitu data yang dianalisis secara cermat dengan langkah-
Ibid., h. 65
22
23
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yokyakarta: Rake Sarasin, 1990), h. 51-53
14
integratif.
objektif – deskriptif
observasi.
F. Sistematika Penulisan
dalam penulisan karya ilmiah yang terdiri dari: latar belakang masalah,
Bab II, pada bab ini penulis akan mengemukakan landasan teoritis
Bab III, pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil penelitian di
Ringan-ringan.
Bab IV, bab ini merupakan bab penutup dalam penulisan skripsi ini