You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar merupakan suatu yang harus ditanamkan oleh setiap muslim,

sebab segala sesuatu yang menjadi kewajiban bagi manusia mengandung

manfaat atau hikmah yang sangat besar, baik bagi diri sendiri ataupun bagi

lingkungan. Hal ini dinyatakan dalam Alqur’an surat Al-Mujadalah (58):11

Æ ì s ù ö t ƒ ª !$ # tûï Ï %© !$# (#q ã Z tB #u ä


öN ä 3Z ÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè ? ré &....
..... Šz O ù =Ïè ø 9 $# ;M »y _ u‘y
Artinya: “…Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat...” (al-Mujadalah: 11)1

Ayat di atas menggambarkan, betapa tingginya nilai dan derajat orang-

orang yang berilmu. Dengan ilmu manusia akan memperoleh segala kebaikan

dan dengan ilmu manusia akan memperoleh derajad yang mulia, baik dimata

manusia maupun di sisi Allah SWT. ilmu dan kemuliaannya tentu saja tidak

didapatkan begitu saja, akan tetapi didapatkan dari belajar, baik belajar secara

formal maupun non formal.2

Pengajaran sebagai perpaduan dari dua aktifitas yaitu, aktifitas

mengajar dan aktifitas belajar. Aktifitas menyangkut peranan seorang guru

dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara

mengajar itu sendiri dengan belajar.3 Jalinan komunikasi yang harmonis inilah

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2005), h. 543
2
Ahmad Musthofa al-Maragi, Terjemahan Bahrun Abu Bakar, (Semarang: CV. Toha Putra, 1989),
h. 789
3
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h. 4

1
2

yang menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pembelajaran itu berjalan

dengan baik.

Di dalam proses belajar mengajar guru dituntut memiliki pengetahuan

baik dari segi kemampuan menggunakan metode pembelajaran, sikap maupun

tata nilai agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif. Dalam

pengajaran dituntut keaktifan kedua belah pihak sebagai subjek pengajaran.

Sedangkan pihak peserta didik sebagai yang terlibat langsung,

sehingga ia dituntut keaktifan dalam proses pengajaran. Peserta didik disebut

objek pengajaran kedua, karena pengajaran itu tercipta setelah ada bebepara

arahan dan masukan dari guru selain kesediaan dan kesiapan peserta didik itu

sendiri sangat diperlukan untuk terciptanya proses pengajaran.4

Pengajaran yang ditandai oleh keaktifan guru sedangkan peserta didik

bersifat pasif, pada hakekatnya disebut mengajar. Demikian pula bila peserta

didik saja yang aktif tanpa melibatkan keatifan guru untuk mengolahnya

secara baik dan terarah maka itu disebut belajar.

Belajar dan mengajar adalah dua kegiatan yang tunggal tetapi

memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan

tingkah laku dari hasil pengalaman yang diperoleh sedangkan mengajar

adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan

kegiatan belajar fisual untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai

dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun kesadaran

diri sebagai pribadi. Sehubungan dengan itu seorang pengajar harus dapat

4
Ibid., h. 5
3

memberikan pengertian kepada siswa bahwa mengajar memiliki beberapa

maksud diantaranya:

1. Mengetahui suatu kepandaian, kecakapan atau konsep yang sebelumnya

yang tidak pernah diketahui

2. Dapat mengerjakan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat berbuat, baik

tingkah laku maupun keterampilan.

3. Mampu mengkombinasikan dua pengetahuan (atau lebih) ke dalam suatu

pengertian baru baik keterampilan, pengetahuan konsep maupun sikap/

tingkah laku.

4. Dapat memahami dan menerapkan pengetahan yang telah diperoleh.5

Dengan memahami kutipan di atas, maka faktor keaktifan siswa

sebagai subjek belajar sangat menentukan, sehingga proses belajar mengajar

tidak berjalan dengan searah. Di mana guru saja yang aktif, sedangkan siswa

bersifat pasif. Oleh sebab itu, siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi

juga sebagai subjek belajar. Yang penting dalam interaksi belajar mengajar,

guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan tetapi membantu

menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi yang

membimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreatifitasnya

melalui kegiatan belajar. Diharapkan potensi siswa dapat berkembang menjadi

komponen penalaran yang bermoral, aktif, kreatif dan beriman.

Agar potensi siswa dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan,

maka seorang guru harus kenal dengan bermacam-macam metode

5
Sudirman, AM, Interaksi dan Motifasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali, 1990), h. 3
4

pembelajaran. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Winarno Surachmad,

“Seorang guru yang sangat miskin dengan metode pencapaian tujuan, yang

tidak menguasai berbagai teknik mengajar atau mungkin tidak mengetahui

adanya metode-metode itu, akan berusaha mencapai tujuannya dengan jalan-

jalan yang tidak wajar. Hasil pengajaran yang serupa ini selalu menyedihkan

guru, guru akan menderita dan murid pun demikian. Akan timbul masalah

disiplin, rendahnya mutu pelajaran, kurangnya minat anakdan tidak adanya

perhatian dan kesungguhan belajar”.6

Di samping itu, metode mempunyai kedudukan yang sangat penting

dalam upaya mencapai tujuan. Karena ia menjadi sarana dalam penyampaian

materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum. Tanpa metode suatu materi

pelajaran tidak akan dapat berproses secara efektif dan efisien dalam kegiatan

mengajar menuju tujuan pendidikan yang dicita-citakan.7

Agar tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai, yang dilakukan dalam

pembelajaran tidak hanya cukup menghandalkan pengetahuan saja, namun

juga diperlukan metode/cara mengajar yang sesuai dengan materi, kemampuan

dan kondisi yang ada. Metode mengajar tidak hanya dapat diabaikan atau

dianggap hal yang sepele, sebab metode mengajar tersebut merupakan bagian

yang integral dalam suatu sistem pengajaran yang berlangsung.8

Ungkapan di atas terlihat jelas, betapa pentingnya keberadaan metode

dalam pembelajaran agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan

6
M. Zein, Metodologi Pengajaran Agama, (Yokyakarta: AK GROUP, 1995), h. 168
7
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 144
8
M. Basyiruddin Usman, Metode Pengajaran Agama Islam, (Padang: IB Press, 1999), h. 35
5

mendapat hasil sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal seorang guru harus

mampu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi atau

bahan ajar yang akan disampaikannya.

Metode penyajian atau penyampaian di pesantren ada yang bersifat


tradisional (mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang lama dipergunakan) seperti
balaghah, wetonan, dan sorogan. Adapula metode yang bersifat non
tradisional (metode yang baru diintrodusir ke dalam institusi tersebut
berdasarkan pendekatan ilmiah). Pada mulanya, semua pesantren
menggunakan metode-metode bersifat tradisional ini. Bahkan beberapa
pesantren tradisional meskipun hidup pada kurun sekarang, juga masih
menggunakan metode-metode tradisional. Metode-metode tersebut menurut
Arifin terdiri atas: metode wetonan, metode sorogan, metode muhawarah,
metode mudzakarah, dan metode majlis ta’lim. 9 Selain dari metode di atas,
masih banyak metode lain yang bisa digunakan dalam pembelajaran kitab
kuning di pesantren diantaranya: metode hafalan, metode munazharah,
muthala’ah, dan metode evaluasi.10

Pondok pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan adalah salah satu

pondok pesantren yang masih menggunakan sistem pendidikan tradisional,

buktinya masih menekankan kajian terhadap kitab kuning dan menggunakan

metode-metode yang diterapkan oleh pimpinan pondok pesantren Nurul Yaqin

untuk membahas kitab kuning tersebut.. Sistem pembelajaran di pondok

pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan pada mulanya bersifat halaqah yang

kemudian sistem ini diubah dengan penerapan sistem klasikal, lama belajar di

pondok pesantren ini adalah 9 tahun yang terdiri dari tiga tingkatan yaitu:

1. Tingkat Tsanawiyah 3 tahun yang diberi nama Madrasah Tsanawiyah

Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MTs-PPNY)

9
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi,
(Jakarta: Erlangga, [t.th]), h. 142
10
Abdurrahman Wahid, Pesantren Masa Depan-Wacana Pemberdayaan dan Transformasi
Pesantren, (Bandung: Pustaka Hidayah, 1999), h. 283
6

2. Tingkat Aliyah 4 tahun yang diberi nama Madrasah Aliyah Islamiyah

Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY)

3. Tingkat Takhassus 2 tahun yang diberi nama Bustanul Muhaqqiqin

Pondok Pesantren Nurul Yaqin

Tiga tingkatan santri yang ada di pondok pesantren Nurul Yaqin ini

diharapkan mampu menguasai ilmu agama Islam melalui pembelajaran kitab

kuning.

Dari tiga tingkatan di atas, penulis merasa tertarik untuk meneliti

metode pembelajaran kitab kuning pada tingkatan Madrasah Aliyah Islamiyah

Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan, karena

pembelajaran pada tingkatan itu lebih mengarah kepada pemahaman tentang

isi atau kandungan dari kitab kuning. Di samping itu, sesuai dengan

pengamatan penulis di lapangan, bahwa pada tingkatan Madrasah Aliyah

Islamiyah ini lebih banyak dituntut keaktifan santri dibandingkan dari guru

dalam proses pembelajaran seperti mentalas’ah kitab kuning sendiri di asrama,

dan jika tidak sanggup sendiri mentala’ah kitab kuning tersebut, mereka

berusaha untuk mencari guru senior (guru tuo) untuk membantunya

mengulang pelajaran kitab kuning itu.

Pengertian dari kitab kuning itu sendiri adalah kitab yang dikarang

oleh ulama dan ditulis di atas kertas yang berwarna kuning, maka lazim di

sebut dengan kitab kuning.11 Sedangkan kitab kuning menurut Azyumardi

Azra adalah kitab kuning pada umumnya dipahami sebagai kitab-kitab

Martin Van Brinessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, (Bandung: Mizan, 1999), h. 17
11
7

keagamaan yang berbahasa Arab, menggunakan aksara Arab, yang dihasilkan

oleh ulama dan pemikiran masa lampau khususnya dari Timur Tengah. Kitab

kuning mempunyai format yang khas, warna kertasnya kekuning-kuningan.

Secara luas kitab kuning adalah kitab-kitab keagamaan yang berbahasa Arab,

Melayu, Jawa, dan bahasa-bahasa lokal lainnya di Indonesia menggunakan

bahasa Arab, selain ditulis ulama Timur Tengah juga ditulis oleh ulama

Indonesia sendiri.12

Dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesanteren Nurul Yaqin

Ringan-Ringan, penulis masih melihat kesulitan dari beberapa santri dalam

membacanya, seperti memberi harkat, mengi’rab, menerjemah, dan

memahami isi kandungan kitab kuning tersebut. Hal ini juga diungkapkan

oleh seoarang guru mengajar kitab kuning yang bernama M. Rais TK. Labai

Nan Basa.13

Dari sekian banyak metode pendidikan pesantren, ada tiga metode

yang baru diterapkan dalam pembelajaran kitab kuning di pondok pesantren

Nurul Yaqin Ringan-ringan, yang dikhususkan kepada tingkat Madrasah

Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan

diantaranya; pertama; metode munazharah (debat), Kedua; metode

mudzakarah (diskusi), dan ketiga; metode muhawarah (percakapan).

Sedangkan santri yang berada pada tingkatan Madrasah Tsanawiyah Pondok

12
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, (Jakarta: Logos,
1990), h. 111
13
M. Rais, Guru Kitab Kuning Di Pondok Pesantren Nurul Yaqin, Wawancara, Ringan-
ringan, 06 Oktober 2008
8

Pesantren Nurul Yaqin (MTs -PPNY) Ringan-ringan lebih cendrung kepada

metode hafalan.

Wawancara yang penulis lakukan dengan Zakirman (wakil pimpinan

pondok pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan pada tanggal 04 oktober 2008,

mengatakan bahwa santri Madrasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren

Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan telah mampu menjadi utusan dari

kabupaten Padang Pariaman dalam perlombaan baca kitab kuning tingkat

propinsi Sumatera Barat, hal ini merupakan suatu kebanggaan di pesantren ini,

karena tahun-tahu sebelumnya belum pernah trecapai.14

Dari uraian di atas maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan

penelitian secara ilmiah dengan judul “Metode Pembelajaran Kitab Kuning

di Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-ringan Kab. Padang

Pariaman.”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah ditemukan di atas,

maka permasalah pokok dalam penelitian ini adalah “Bagaimana metode

pembelajaran kitab kuning di Madrasah Aliyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin

(MAI-PPNY) Ringan-ringan kab. Padang Pariaman”

Supaya tidak menyimpang dari maksud penelitian, maka penulis akan

membahas masalah sebagai berikut:

Zakirman, Wakil Pimpinan pondok pesantren Nurul Yaqin, Wawancara, Ringan-ringan, 04


14

Oktober 2008
9

1. Metode pembelajaran kitab kuning di Madrasah Aliyah Islamiyah Pondok

Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan Kab. Padang

Pariaman

2. Penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Madrasah Aliyah

Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan

Kab. Padang Pariaman

3. Hasil metode pembelajaran kitab kuning d Madrasah Aliyah Islamiyah

Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan Kab. Padang

Pariaman

4. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran kitab kuning di

Madrasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY)

Ringan-ringan Kab. Padang Pariaman

C. Penjelasan Judul

Untuk menghindari berbagai kesalahan dalam memahami istilah yang

terdapat dalam judul ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah

tersebut diantaranya:

Metode : Cara yang telah teratur dan terpikir baik-baik

untuk mencapai suatu maksud dalam ilmu

pengetahuan, atau di sebut juga cara kerja

yang sistematis dan umum, terutama

mencapai kebenaran alamiah.15

15
Zakiah Dradjad, Metode Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Proyek Pembinaan Perguruan
Tinggi/ IAIN, 1991), h. 3
10

Pembelajaran : Proses, cara, perbuatan menjadikan orang

atau makhluk hidup belajar.16

Menurut Oemar Hamalik, pembelajaran

adalah suatu kombinasi yang tersusun

meliputi unsur-unsur yang manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, prosedur

yang saling mempengaruhi, dan mencapai

tujuan pembelajaran.17

Kitab Kuning : Kitab yang di karang oleh ulama dan ditulis

di atas kertas yang berwarna Kuning, maka

lazim di sebut dengan Kitab Kuning.18

Pondok Pesantren Nurul Yaqin : Suatu lembaga pendidikan Islam swasta yang

terletak di daerah Ringan-ringan Kab.

Padang Pariaman.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui metode dalam pembelajaran kitab kuning di Madrasah

Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-

ringan Kab. Padang Pariaman.

16
Anton M. Moelyono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2001), E-3, h 17
17
Oemar Hamalik, Ilmu Pendidikan Islam, ( Jakarta, Kalam Mulia: 2006), h. 293
18
Martin van Briunessen, loc.cit.
11

2. Untuk mengetahui penerapan metode dalam pembelajaran kitab kuning di

Madrasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY)

Ringan-ringan Kabupaten Padang Pariaman.

3. Untuk mengetahui hasil metode dalam pembelajaran kitab kuning di

Madrasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY)

Ringan-ringan Kabupaten Padang Pariaman.

4. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran

kitab kuning di Madrasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul

Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan Kabupaten Padang Pariaman.

Adapun penelitian ini berguna :

1. Secara praktis untuk memenuhi salah satu syarat akademis untuk

mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu (S1) dalam bidang ilmu

Pendidikan Agama Islam.

2. Secara teorotis sebagai masukan bagi guru yang mengajar kitab kuning di

Madrasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY)

Ringan-ringan dalam pembelajaran.

E. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menggambarkan apa adanya

tentang metode pembelajaran kitab kuning di Madrasah Aliyah Islamiyah


12

Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan Kabupaten

Padang Pariaman.

Menurut Suharsimi Arikunto “penelitian deskriptif ini tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya

menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau

keadaan.”19

2. Metode penelitian

Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, metode

deskriptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang

diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan penelitian

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sehingga tidak

bermaksud membandingkannya.20

3. Sumber Data

a. Guru yang mengajar kitab kuning di Madrasah Aliyah Islamiyah

Podok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan.

b. Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Yaqin (PPNY) Ringan- ringan.

4. Teknik pengumpulan data

a. Wawancara adalah mengemukakan informasi secara lisan antara dua

orang atau lebih secara langsung.21 Wawancara penulis lakukan

kepada guru yang mengajar kitab kuning di Madrasah Aliyah

19
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993), Cet. Ke-2, h. 310
20
Hadari Nawawi, Penelitian Terapan, (Yokyakarta: Gajah Mada Universitas Press, 1996), h. 3
21
Husaini Usman dan Poernomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003) , h. 57
13

Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan,

dan pimpinan Pondok Pesantren Nurul Yaqin (PPNY) ringan-ringan

tentang metode pembelajaran kitab kuning di Madrasah Aliyah

Islamiyah Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan.

b. Observasi

Observasi penulis lakukan langsung ke lapangan tentang

metode pembelajaran kitab kuning di Madrasah Aliyah Islamiyah

Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan.

5. Teknik Pengelolaan Data

Untuk menganalisis data yang terkumpul, maka penulis

mengunakan teknik-tekni yaitu:22

a. Data dari wawancara disajikan secara verbal dengan mengunakan

kalimat sederhana sebagai penguat data yang diperoleh melalui

observasi.

b. Data yang diperoleh dari observasi setelah terkumpul kemudian

diperiksa kelengkapannya. Diklasifikasikan dan diinterpretasikan

sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

6. Analisis data yaitu data yang dianalisis secara cermat dengan langkah-

langkah sebagai berikut:23

1) Meringkaskan data kontak dengan orang, kejadian dan situasi di

lokasi penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula memilih

dan meringkas dokumen yang relevan.

Ibid., h. 65
22

23
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yokyakarta: Rake Sarasin, 1990), h. 51-53
14

2) Pengkodean dengan menggunakan simbol atau ringkasan secara

berstruktur, tingkat rinci tertentu yang dibangun dalam sistem dan

integratif.

3) Pembuatan cataan yang objektif sekaligus mengklasifikasikan dan

mengedit jawaban, atau situasi sebagaimana adanya, faktual atau

objektif – deskriptif

Analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif yaitu pengolahan data dengan menggunakan wawancara dan

observasi.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahakan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis akan

mengemukakan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I, pada bab ini penulis akan mengemukakan persyaratan umum

dalam penulisan karya ilmiah yang terdiri dari: latar belakang masalah,

rumusan dan batasan masalah, penjelasan judul, tujuan dan kegunaan

penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II, pada bab ini penulis akan mengemukakan landasan teoritis

yang penulis pakai untuk menjelaskan metode pembelajaran kitab kuning

yang terdiri dari: pengertian pondok pesantren, sejarah munlculnya pondok

pesantren, model-model pesantren, ciri-ciri pesantren, pengertian metode

pembelajaran, macam-macam metode pembelajaran, pengertian kitab kuning,


15

tujuan pembelajaran kitab kuning, macam-macam kitab kuning, dan metode

pembelajaran kitab kuning,

Bab III, pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil penelitian di

Madarasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY)

Ringan-ringan yang terdiri dari: metode dalam pembelajaran kitab kuning di

Madarasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY)

Ringan-ringan, penerapan metode dalam pembelajaran kitab kuning di

Madarasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY)

Ringan-ringan, hasil metode dalam pembelajaran kitab kuning di Madarasah

Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY) Ringan-ringan,

dan kendala-kendala yang dihadapi dalam pembelajaran kitab kuning di

Madarasah Aliyah Islamiyah Pondok Pesantren Nurul Yaqin (MAI-PPNY)

Ringan-ringan.

Bab IV, bab ini merupakan bab penutup dalam penulisan skripsi ini

yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.

You might also like