You are on page 1of 23

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH

SEPTA ANASTASIUS DWI PUTRA

NIM 113063C115045

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2018
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


I.1 Definisi kebutuhan cairan dan elektrolit
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik
karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam
berespon terhadap stressor fisiologis dan lingkungan. Cairan dan
elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang berdiri sendiri
jarang terjadi dalam bentuk berlebihan atau kekurangan. Cairan dan
elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuhtetap
sehat.
Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrient dan sisa metabolism, seperti
karbondioksida yang semuanya disebut dengan ion. Beberapa jenis
garam dalam air akan dipecah dalam bentuk ion elektrolit. Contohnya,
NaCl akan dipecah menjadi ion Na+ dan Cl-. Pacahan elektrolit tersebut
merupakan ion yang dapat menghantarkan arus listrik. Ion yang
bermuatan negative disebut anion dan ion bermuatan positif disebut
kation. Contoh kation ayitu natrium, kalium, kalsium dan magnesium.
Sedangkan anion contohnya klorida, bikarbonat dan fosfat.
Komposisi elektrolit dalam plasma adalah:Natrium: 135-145 mEq/lt,
Kalium: 3,5-5,3 mEq/lt, Kalsium: 4-5 mEq/lt, Magnesium: 1,5-2,5
mEq/lt, Klorida: 100-106 mEq/lt, Bikarbonat: 22-26 mEq/ltd an Fosfat:
2,5-4,5 mEq/lt.Pengukuran elektrolit dalam satuan miliequivalen per
liter cairan tubuh atau milligram per 100 ml (mg/100 ml). Equivalen
tersebut merupakan kombinasi kekuatan zat kimia atau kation dan anion
dalam molekul.
Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan
cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai
cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut)
dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi
ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke
dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling
bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
I.2 Fisiologi sistem/fungsi normal kebutuhan cairan dan elektrolit
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran
sel yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter namun
tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut
berpindah. Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan
beberapa cara yaitu; Difusi merupakan proses di mana partikel yang
terdapat di dalam cairan bergerak dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi
rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan elektrolit di difusikan
menembus membran sel. Kecepatan difusi di pengaruhi oleh ukuran
molekul, konsentarsi larutan dan temperatur; Osmosis merupakan
bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermiabel
dan larutan yang berkosentrasi lebih rendah ke kosentrsi yang lebih
tinggi yang sifat nya menarik; Transport aktif partikel bergerak dari
konsentrasi rendah ke lebih tinggi karena adanya daya aktif dari tubuh
seperti pompa jantung.
I.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem kebutuhan
cairan
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena
usia akan berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme,
dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia
lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan di karenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembaban udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan
cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan seseorang
yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan
sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein
akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah,
dan pemecahan glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan
natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
e. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit misalnya:
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi
proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
ganguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemapuan untuk memenuhinya secara mandiri.
f. Tindakan medis
Banayak tindakan medis akan berpengaruh pada keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh seperti: suction, NGT dan lain-lain.
g. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik, laksative dapat
berpengaruh pada kondisi cairan dan elektrolit tubuh.
h. Pembedahan
Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko
tinggimengalami gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh karena kehilangan darah selama pembedahan.
I.4 Masalah-masalah gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
a. Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra
seluler (CES) dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,
ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok
hipovolemik. Mekanisme nya adalah peningkatan rangsangan saraf
simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi jantung dan
tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormone ADH dan
adosteron. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah,
rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan
tekanan darah, heart rate meningkat, suhu meningkat, turgor kulit
menurun, lidah terasa kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda-tanda penurunan berat badan dengan akut, mata cekung,
pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak adanya penurunan
jumlah air mata.
b. Hipervolemik
Adalah penambahan/kelebihan volume CES dapat terjadi pada
saat:
1) Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan
air.
3) Kelebihan pemberian cairan.
4) Perpindahan cairan interstisial ke plasma.
Gejala: sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah,
nadi kuat, asites, adema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi
vena leher, dan irama gallop.
c. Gangguan Elektrolit
Gangguan elektrolit adalah kondisi saat kadar elektrolit di
dalam tubuh seseorang menjadi tidak seimbang, baik terlalu tinggi
atau terlalu rendah. Kondisi kadar elektrolit yang tidak seimbang
ini dapat menimbulkan berbagai gangguan pada fungsi organ di
dalam tubuh. Bahkan pada kasus yang cukup berat, kondisi ini bisa
menyebabkan kejang, koma, bahkan gagal jantung.
Tidak semua jenis gangguan elektrolit menimbulkan gejala
yang sama, tetapi umumnya banyak gejala serupa yang terjadi,
seperti:
 Gangguan irama jantung yang dapat berupa denyut jantung
terlalu lambat (bradikardia), denyut jantung terlalu cepat
(takikardia), ataupun denyut jantung tidak teratur.
 Lemas dan mudah lelah.
 Mual dan muntah.
 Kejang.
 Diare.
 Sembelit.
 Kram perut.
 Kelemahan otot hingga tangan dan kaki jadi sulit
digerakkan.
 Sakit kepala.
 Penurunan kesadaran, bahkan hingga tingkat koma.
 Baal atau kesemutan.

II. Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Kebutuhan Cairan dan


Elektrolit
II.1Pengkajian
II.1.1 Riwayat keperawatan
a. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan.
b. Tanda umum masalah cairan dan elektrolit.
c. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan.
d. Proses penyakit yang menyebabkan homeostasis cairan dan
elektrolit.
e. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu
status cairan
f. Status perkembangan.
II.1.2 Pemeriksaan fisik
Data klinik, meliputi:
a. Pengukuran Klinik
1) Berat badan kehilangan/ bertambanhnya berat badan
menunjukkan adanya masalah keseimbangan asam basa
cairan : + 2 % : ringan + 5 % : sedang + 10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu
yang sama
2) Keadaan Umum :
a) Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan
pernafasan.
b) Tingkat kesadaran
3) Pengukuran pemasukan cairan
a) Cairan oral ; NGT dan oral
b) Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
c) Makanan yang cenderung mengandung ai
d) Irigasi kateter atau NGT
4) Pengukuran pengeluaran cairan
a) Urine : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses : jumlah dan konsisten
c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
f) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat :
normalnya + 200 cc 2)
b. Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:
1) Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot,
tetani dan sensasi rasa.
2) Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah,
Hemoglobin dan bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering.
4) Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran.
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah,
muntah-untah dan bising usus.
II.1.3 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan elektrolit
b. Darah lengkap
c. PH
d. Berat jenis urin
e. Analisa gas darah
II.2Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan
II.2.1 Definisi : penurunan cairan intravaskular, interstitial, dan atau
intraseluler. Ini mengacu pada dehidrasi, kehilangan cairan
tanpa perubahan pada natrium.
II.2.2 Batasan karakteristik
a. Perubahan status mental
b. Penurunan tekanan darah
c. Penurunan tekanan nadi
d. Penurunan turgor kulit
e. Penurunan haluaran urin
f. Penurunan pengisisan vena
g. Membran mukosa kering
h. Kulit kering
i. Peningkatan suhu tubuh
j. Peningkatan kosentrasi
k. Penurunan berat badan
l. Kelemahan
II.2.3 Faktor yang berhubungan
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan
II.2.4 Definisi : Peningkatan retensi cairan isotonik
II.2.5 Batasan karakteristik :
a. Gangguan elektrolit
b. Ansietas
c. Perubahan tekanan darah
d. Perubahan status mental
e.  Perubahan pola pernapasan
f. Penurunan hematrokrit
g. Penurunan hemoglobin
h. Dispnea
i. Edema
j. Asupan melebihi haluaran
k. Distensi vena jugularis
l. Oliguria
m. Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat
II.2.6 Faktor yang berhubungan
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan Natrium
Diagnosa 3 : intoleransi aktivitas
2.2.7 Definisi : ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis
2.2.8 Batasan Karakteristik :
a. Kelemahan
b. Pusing
c. Dispenia
d. Kelitahn akibat aktivitas
e. Frekuensi pernapasan >24
f. Frekuensi nadi > 95
g. Pucat atau sianosis
h. Konfusi
i. Vertigo
2.2.9 Faktor yang berhubungan :
a. Gangguan sistem transpor oksigen
b. Peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder
c. Ketidakadekuatan sumber energi
II.3Perencanaan
Diagnosa 1 : Kekurangan volume cairan
II.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan Kriteria hasil
a. Keseimbangan cairan a. Mempertahankan urine output
b. Hidrasi sesuai dengan usia dan BB,
c. Status nutrisi : makanan dan BJ urine normal, HT normal
cairan b. Tekanan darah, nadi, suhu
d. Intake tubuh dalam batas normal
c. Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor
kulit baik, membran mukosa
lembab, tidak ada rasa haus
yang berlebihan

II.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi Rasional
Electrolyt Monitoring a. Mengetahui penyebab
a. Identifikasi kemungkinan untuk menentukan
penyebab ketidakseimbangan intervensi penyelesaian
elektrolit b. Mengetahui keadaan
b. Monitor adanya kehilangan umum pasien
cairan dan elektrolit c. Mengurangi risiko
c. Monitor adanya mual,muntah kekurangan voume
dan diare cairan semakin
bertambah
Fluid Management
a. Monitor status hidrasi
( membran mukus, tekanan
ortostatik, keadekuatan
denyut nadi ) a. Mengetahui
b. Monitor keakuratan intake perkembangan rehidrasi
dan output cairan b. Evaluasi intervensi
c. Monitor vital signs c. Mengetahui keadaan
d. Monitor pemberian terapi IV umum pasien
d. Rehidrasi optimal

Diagnosa 2 : Kelebihan volume cairan


II.3.3 Tujuan dan kriteria hasil
Tujuan Kriteria hasil
a. Elektrolit dan asam a. Terbebas dari edema, efusi
basa seimbang b. Bunyi nafas bersih, tidak ada
b. Cairan seimbang dispneu/ortopneu
c. Hidrasi c. Terbebas dari distensi vena
jugularis, reflek hepatojugular (+)
d. Memelihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output
jantung dan vital sign dalam batas
normal
e. Terbebas dan kelelahan,
kecemasan atau kebingungan
f. Menjelaskan indikator kelebihan
cairan

II.3.4 Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi Rasional
Fluid/Electrolyte Management Fluid/Electrolyte Management
a. Monitor level abnormal a. Indikasi adanya kelainan
elektrolit serum. metabolisme cairan dan
b. Monitor hasil pemeriksaan elektrolit.
Laboratorium yang berkaitan b. Indikator adanya
dengan keseimbangan cairan. perubahan keseimbangan
c. Monitor hasil pemeriksaan cairan
laboratorium yang berkaitan c. Indikator adanya
dengan retensi cairan. perubahan keseimbangan
d. Monitor tanda dan gejala cairan
retensi cairan dan d. Retensi cairan berefek
ketidakseimbangan elektrolit terjadinya edema
e. Monitor tanda Vital, jika e. Tanda vital berperan
diperlukan. pada perkembangan
f. Monitor respon pasien dalam kondisi pasien
pemberian medikasi terkait f. Indikator efek terapeutik
elektrolit. dan efek samping terkait
terapi
Hemodialysis Therapy
a. Catat batas tanda vital Hemodialysis Therapy
seperti: berat, temperature, a. Indikator perbandingan
nadi, respirasi, dan tekanan perubahan sebelum dan
darah. sesudah dialysis
b. Menjelaskan prosedur b. Informasi terkait terapi
hemodialisa dan tujuannya. hemodialisis
c. Kolaborasi dengan tenaga c. Melakukan dialisa untuk
kesehatan lain untuk mengurangi kelebihan
pelaksanaan hemodialisa. cairan pada pasien.
d. Ajarkan pasien untuk d. Identifikasi tanda gejala
memonitor diri sendiri tanda pasien yang perlu
dan gejala yang memerlukan penanganan yang cepat
pengobatan medis.
Medication Management
Medication Management a. Pengobatan sesuai
a. Berikan medikasi sesuai indikasi akan
indikasi pasien. meningkatkan kondisi
b. Berikan medikasi sesuai pasien
dengan standar prosedur yang b. Standar prosedur akan
berlaku (metode 6 Benar). meningkatkan pasien
c. Monitor adanya safety dan efek
kemungkinan terjadi alergi terapeutik terapi
atau kontraindikasi terkait c. Obat memiliki
therapy. kandungan kimia yang
d. Bantu pasien untuk meminum beresiko terjadinya
obatnya. alergi.
e. Berikan obat diuretic sesuai d. Pasien dengan tingkat
indikasi. ketergantungan tinggi
f. Berikan obat antihipertensi memerlukan bantuan
sesuai indikasi ADL
e. Diuretik berfungsi dalam
menurunkan
penumpukan cairan
sehingga mengurangi
edema
f. Antihipertensi
menurunkan tekanan
arteri renalis dan juga
menurunkan beban kerja
ginjal dalam proses
filtrasi
Diagnosa 3 : intoleransi aktivitas
2.3.5 Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan Kriteria hasil
a. Self care : ADLs a. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik
b. Toleransi aktivitas tanpa disertai peningkatan tekanan
c. Konservasi energi darah, nadi dn RR
b. Mampu melakukan aktivitas
sehari-hari secara mandiri
c. Keseimbangan aktivitas dan
istirahat

2.3.6 Intervensi keperawatan dan rasional


Intervensi Rasional

a. observasi kehilangan / a. menunjukkan perubahan


gangguan keseimbangan gaya neurology karena
jalan dan kelemahan otot defisiensi vitamin B12
b. observasi TTV sebelum dan mempengaruhi
sesudah aktivitas keamanan pasien/ resiko
c. berikan lingkungan tenang cidera
batasi pengunjung dan b. manifestasi kardio
kurangi suara bising, pulmonal dr upaya
pertahankan tirah baring bila jantung dan paru untuk
di indikasikan membawa jumlah
d. anjurkan klien istirahat bila oksigen adekuat ke
terjadi kelelahan dan jaringan.
kelemahan,anjurkan pasien c. meningkatkan istirahat
melakukan aktivitas untuk menurunkan
semampunya kebutuhan oksigen tubuh
e. kolaborasi dengan tim medis dan menurunkan
dalam pemberian terapi regangan jantung dan
infuse dan memberikan paru.
transfuse darah. d. meningkatkan aktivitas
secara bertahap sampai
normal dan memperbaiki
tonus otot.
e. mengganti cairan dan
elektrolit secara adekuat.
III. Daftar Pustaka
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta:
MediAction.
Uliyah Musrifatul, Alimul A Aziz. 2004. Kebutuhan Dasar Manusia Buku
Saku Praktikum. Jakarta : EGC
Tamsuri Anas. 2008. Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit.
Jakarta : EGC
Tarwoto,Wartonah.2015. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
LAMPIRAN
1. IWL (Insensible Water Loss)
BBx 10
IWL normal :
24
IWL kenaikan suhu  : 
(10% x CM)x jumlah kenaikan suhu + IWL normal
                             24 jam

2. Rumus IMT :

3. Rumus tetesan infus :


Jumlah kebutuhan cairan x faktor tetes
Waktu (jam) x 60 menit
4. Tanda-tanda syok hipovolemik
Ringan Sedang Berat
Ekstremitas dingin Sama, ditambah: Sama, ditambah:
Waktu pengisian Takikardi Hemodinamik tidak
kapiler meningkat Takipnea stabil
Diaporesis Oliguria Takikardia bergejala
Vena kolaps Hipotensi ortostatik hipotensi
Cemas Perubahan kesadaran
5. Derajat dehidrasi
Derajat Dehidrasi Berdasarkan Presentasi Kehilangan Air dari
Berat Badan.
Derajat Dehidrasi Dewasa Bayi & Anak
Dehidrasi ringan 4% dari berat badan 5% dari berat badan

Dehidrasi sedang 6% dari berat badan 10% dari berat badan

Dehidrasi berat 8% dari berat badan 15% dari berat badan

Derajat Dehidrasi Berdasarkan Skor WHO

Skor
Yang Dinilai
A B C
Gelisa, cemas,
Keadaan
Baik Lesu/haus mengantuk, hingga
Umum
syok
Mata Biasa Cekung Sangat cekung
Mulut Biasa Kering Sangat kering
Turgor Kulit Baik Kurang Jelek
Catatan:
< 2 tanda dikolom B dan C : tanpa dehidrasi
> 2 tanda dikolom B : dehidrasi rinagn-sedang
≥ 2 tanda dikolom c : dehidrasi berat

Gejala Klinis Dehidrasi

Ringan Sedang Berat


Defisit cairan 3-5% 6-8% >10%
Takikardi
Takikardi
Nadi sangat
Takikardi lemah
Nadi tidak teraba
Hemodinamik
Nadi lemah Volume kolaps
Akral dingin dan
sianosis
Hipotensi
orstostatik
Lidah kering Lidah keriput Atonia
Jaringan
Turgor menurun Turgor menurun Turgor jelek
Urin Pekat Jumlah turun Oliguria
Sistem Saraf
Mengantuk Apatis Koma
Pusat

6. Rumus urin normal


0,5-1cc/ kgBB/ jam
7. Jenis-jenis cairan infus
a. Asering
Kandungan:
1) Na 130 mEq
2) Cl 109 mEq
3) Ca 3 mEq
4) K 4 mEq
5) Asetat/garam 28 mEq
Fungsi cairan ini dapat diberikan saat pasien dehidrasi
(keadaan shock hipovolemik dan asidosis), demam berdarah
dengue, trauma, dehidrasi berat dan luka bakar.
b. Cairan Kristaloid
1) Normal Saline
Komposisi : Na: 154 mmol/l,Cl:154 mmol/l
Manfaat :
a) Mengganti cairan saat diare
b) Mengganti elektrolit dan cairan yang hilang di
intravaskuler
c) Menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit serta
membuat peningkatan pada metabolit nitrogen berupa
ureum dan kreatinin pada penyakit ginjal akut.
2) Ringer Laktat (RL)
Komposisi : (mmol/100 ml : Na = 130, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl
= 109-110, Basa = 28-30 mEq /L)
Manfaat: 
Untuk konduksi saraf dan otak, mengganti cairan hilang
karena dehidrasi, syok hipovolemik dan kandungan
natriumnya menentukan tekanan osmotik pada pasien.
3) Deaktrosa
Komposisi: Glukosa = 50 gr/l,100 gr/l,200 gr/l
Manfaat:
Cairan yang diperlukan pasien pada saat terapi intravena,dan
diperlukan untuk hidrasi ketika pasien sedang dan selesai
operasi.
4) Ringer Asetat (RA)
Komposisi cairan ini hampir sama dengan cairan Ringer
Laktat namun keduanya memiliki manfaat yang berbeda bagi
pasien yaitu :
a) Sebagai cairan metabolisme di otot pasien
b) Bermanfaat bagi pasien resusitasi (kehilangan cairan
akut) yang mengalami dehidrasi yang berat dan syok
maupun asidosis
c) Bagi pasien diare (yang kehilangan cairan dan bikarbonat
masif)
d) Demam berdarah
e) Luka bakar (syok hemoragik)
c. Cairan Koloid
Cairan ini merupakan cairan yang terdiri dari molekul besar yang
sulit untuk menembus pada membran kapiler. Biasanya cairan
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang yakni cairan
intravaskuler, digunakan untuk membuat tekanan osmose plasma
lebih terjaga dan mengalami peningkatan. Jenis cairan koloid
yaitu :
1) Albumin
Komposisi : Protein 69-kDa yang mendapat pemurnian yang
berasal dari plasma manusia (misalnya 5 %).
Manfaat:
Mengganti jumlah volume yang hilang atau protein ketika
pasien mengalami syok hipovolemia, hipoalbuminemia, saat
operasi ,trauma, gagal ginjal yang akut dan luka bakar. Selain
itu, ketika pasien diterapi dengan albumin dapat memberi
pengaruh diuresis yang berkelanjutan serta membantu dalam
penurunan berat badan.
2) Hidroxyetyl Starches (HES)
Komposisi : Starches (memiliki 2 tipe polimer
glukosa:amilosa dan amilopektin).
Manfaat :
Membantu menurunkan permeabilitas pembuluh darah pada
pasien post trauma. Sehingga resiko kebocoran kapiler dapat
terhindarkan dan membantu menambah jumlah volume
plasma walaupun pasien mengalami kenaikan permeabilitas.
3) Dextran
Komposisi : Polimer glukosa (hasil sintesis bakteri
Leuconosyoc mesenteroides melalui media sukrosa)
Manfaat:
Membantu menambah plasma ketika pasien mengalami
trauma, syok sepsis, iskemia celebral, vaskuler perifer dan
iskemia miokard. Selain itu, cairan dextran memberi efek anti
trombus yakni dapat menurunkan viskositas darah dan
mencegah agregasi platelet.
4) Gelatin
Komposisi: hidrolisi kolagen bovine
Manfaat : Memberi efek antikoagulan,  dapat membantu
menambah volume plasma pada pasien
d. Cairan Mannitol
Komposisi: terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen (C6H14O6).
Manfaat:
Membantu tekanan intrakranial yang tingga menjadi normal atau
berkurang, memberi peningkatan diuresis pada proses pengobatan
gagal ginjal (oliguria), membuateksresi senyawa toksik menjadi
meningkat. Bermanfaat juga sebagai larutan irigasi genitouriner
ketika pasien sedang menjalani operasi prostat atau transuretral.
e. KA-EN 1B
Komposisi:
1) Sodium klorida 2,25 g
2) Anhidrosa dekstros 37,5 g
3) Elektrolit (meq/L) yang terdiri dari : Na+ (38,5),Cl-
(38,5),dan glukosa (37,5 g/L
Manfaat:
Dapat menjadi cairan elektrolit pasien pada kasus pasien
yang sedang dehidrasi karena tidak mendapat asupan oral dan
pasien yang sedang demam. Selain itu cairan ini bisa
diberikan kepada bayi prematur maupun bayi yang baru lahir
sebagai cairan elektrolitnya.
f. KA-EN 3A & KA-EN 3B
Komposisi :
1) KA-EN 3A
2) Sodium klorida 2,34 g
3) Potassium klorida 0,75 g
4) Sodium laktat 2,24 g
5) Anhydrous dekstros 27 g
6) Cairan elektrolit (meq/L): Na + 60,K+10,Cl-50,glukosa
27g/L,kcal/L:108
7) KA-EN 3B
8) Sodium klorida 1,75 g
9) Ptasium klorida 1,5 g
10) Sodium laktat 2,24
11) Anhydrous dekstros 27 g
12) Cairan elektrolit (mEq/L) : Na + (50),K+ (20),Cl- (50),laktat-
(20),glukosa (27g/L),kcal/L (108)
Manfaat:
Membantu memenuhi kebutuhan pasien akan cairan dan
elektrolit karena kandungan kaliumnya (pada KA-EN 3A
mengandung kalium 10 mEq/L dan KA-EN 3B mengandung
kalium 20 mEq/L) yang cukup walaupun pasien sudah
melakukan ekskresi harian.
g. KA-EN MG3
Komposisi :
1) Sodium klorida 1,75 g
2) Anhydrous dekstros 100 g
3) Sodium laktat 2,24 g
4) Cairan elektrolit (mEq/L) yang terdiri dari: Na+ (50),K+
(20),Cl- (50),laktat- (20),glikosa (100 g/L),kcal/l (400)
Manfaat:
Membantu cairan elektrolit harian pasien maupun saat pasien
mendapat asupan oral terbatas, memenuhi kebutuhan kalium
pasien (20 mEq/L) dan sebagai suplemen NPC yang
dibutuhkan pasien (400 kcal/L)
h. KA-EN 4A
Memiliki komposisi (per 1000 ml), yang mengandung :
1) Na 30 mEq/L
2) Cl 20 mEq/L
3) K 0 mEq/L
4) Laktat 10 mEq/L
5) Glukosa 40 gr/L
Manfaat:
Diberikan sebagai larutan infus untuk bayi dan anak-anak,
menormalkan kadar konsentrasi kalium serum pada pasien,
membantu pasien mendapatkan cairan kembali ketika
mengalami dehidrasi hipertonik.
i. KA-EN 4B
Komposisi :
1) Na 30 mEq/L
2) Laktat 10 mEq/L
3) Glukosa 37,5 gr/L
4) Cl 28 mEq/
Manfaat:
Dapat diberikan pada bayi dan anak–anak usia kurang dari 3
tahun sebagai cairan infus bagi mereka, mengurangi resiko
hipokalemia ketika pasien kekurangan kalium dan mengganti
cairan elektrolit pasien ketika dehidrasi hipertonik.
j. Otsu-NS
Komposisinya terdiri dari elektrolit (mEq/L) :
1) Na+=154
2) Cl- +154
Manfaat:
Mengganti Na dan Cl ketika pasien diare,mengganti
kehilangan natrium pada pasien saat asidosis
diabetikum,insufisiensi adrenokortikal,dan luka bakar. Selain
itu, mengganti cairan saat pasien mengalami dehidrasi akut.
k. Otsu-RL
Komposisi terdiri dari cairan elektrolit (mEq/L), yaitu :
1) Na+ =130
2) K+ = 4
3) Cl- =108.7
4) Laktat = 28
5) Ca++ = 2.7
Manfaatnya yaitu memberi pasien ion bikarbonat dan sebagai
cairan asidosi metabolik dan sebagai resuisitasi.
l. MARTOS-10
Komposisi : 400 kcal/L
Manfaat cairan ini adalah dapat membantu mencukupi suplai air
dan karbohidray pada pasien diabetik secara parental dan dapat
memberi nutrisi eksogen pada pasien kritis penderita tumor,infeksi
berat,pasien stres berat maupun pasien mengalami defisiensi
protein.
m. AMIPAREN
Komposisi tiap liter dari Amiparen terdiri dari beberapa kandungan
yaitu:
L-leucine 14g, L-isoleucine 8g, L-valine 8g,lysine acetate 14,8g (L-
lysine equivalent 10,5g), L-threonine 5,7g,L-tryptophan 2g,L-
methionine 3,9g,L-phenylalanine 7g,L-cysteine 1g,L-tyrosine 0,5g,
L-arginine 10,5g,L-histidine 5g,L-alanine 8g, L-proline 5g,L-serine
3g,aminoacetic acid 5,9g,L-aspartic acid 30 w/w%,total nitrogen
15,7g,sodium kurang lebih 2 mEq,acetate kira-kira 1220 mEq dan
kandungan Sodium bisulfit ditambahkan sebagai stabilisator.
Cairan ini bermanfaat bagi pasien yang mengalami stres metabolik
berat, mengalami luka bakar, kwasiokor dan sebagai kebutuhan
nutrisi secara parental.
n. TUTOFUSIN OPS
Komposisi tiap liternya adalah:
1) Natrium = 100 mEq
2) Kalium = 18 mEq
3) Kalsium = 4 mEq
4) Sorbitol = 50 gram
5) Klorida = 90 mEq
6) Magnesium =6 mEq
Manfaat:
Memenuhi kebutuhan pasien akan air dan cairan elektrolit baik
saat sebelum,sedang dan sesudah operasi. Selain itu, dapat
membantu pasien mendapatkan kembali air dan cairan
elektrolit saat mengalami dehidrasi isotonik dan kehilangan
cairan intarselular, juga memenuhi kebutuhan pasien akan
makanan yang mengandung karbohidrat secara parsial.

You might also like