You are on page 1of 160

RAHASIA

MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT Lampiran II Keputusan Dansecapaad


SEKOLAH CALON PERWIRA Nomor Kep/ /I/2022
Tanggal Januari 2022

PATROLI

BAB I
PENDAHULUAN

1. Umum.

a. Operasi militer yang dilaksanakan oleh TNI AD terdiri atas Operasi


Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). Di
dalam pelaksanaan OMP maupun OMSP yang bersifat tempur, seperti
mengatasi gerakan separatis bersenjata, pemberontakan bersenjata,
mengatasi aksi teroris, mengatasi wilayah perbatasan, mengamankan
objek vital nasional yang bersifat strategis, mengamankan memberdaya-
kan wilayah pertahanan.Doktrin lapangan ini merupakan penjabaran dari
Doktrin Pelaksanaan Operasi TNI AD. Patroli dapat digunakan pada pola
OMP maupun OMSP yang bersifat taktis yang berisi tentang patroli di
medan hutan gunung dalam tugas pengintaian (patroli pengintaian titik,
patroli pengintaian daerah, patroli pengintaian rute, dan patroli pe-
ngintaian patok perbatasan wilayah) dan tugas pertempuran (patroli
penyergapan, patroli penghadangan, patroli keamanan, patroli pemelihara-
an kontak, dan patroli pemburu), patroli di daerah permukiman/kota, dan
di daerah rawa sungai mulai tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan,
dan pengakhiran.

b. Mengingat pentingnya Patroli sebagai pedoman dalam pelaksanaan


suatu operasi, maka Calon Perwira TNI AD diberikan pembekalan Mata
Kuliah Taktik dan Teknik Militer materi materi Patroli sebagai bekal dalam
melaksanakan tugas di Satuan.

2. Maksud dan Tujuan.

a. Maksud. Modul Mata Kuliah Taktik dan Teknik Militer materi Patroli
ini disusun dengan maksud untuk memberikan gambaran dan penjelasan
tentang pelaksanaan Patroli sebagai materi kuliah pada Prodi Pendidikan
Pembentukan Perwira TNI AD Program D-3 (Ahli Madya).

b. Tujuan. Modul Mata Kuliah Taktik dan Teknik Militer materi Patroli
ini disusun dengan tujuan untuk digunakan sebagai pedoman bagi Calon
Perwira TNI AD dalam proses belajar mengajar pada Prodi Pendidikan
Pembentukan Perwira TNI AD Program D-3 (Ahli Madya) agar tujuan
pelajaran dapat tercapai.

RAHASIA
2

3. Ruang Lingkup.

a. Pendahuluan.
b. Pokok-Pokok Patroli.
c. Organisasi Patroli.
d. Pelaksanaan Patroli.
e. Dukungan Administrasi dan Logistik.
f. Komando, Pengendalian, dan Komunikasi.
g. Penutup.

4. Referensi. Keputusan Kasad Nomor Kep/1092/XII/2019 tanggal 10


Desember 2019 tentang Doktrin Lapangan tentang Patroli.

5. Pengertian. (terlampir).

BAB II
POKOK-POKOK PATROLI

6. Umum. Pelaksanaan patroli dapat berjalan dengan baik dan berhasil


apabila semua aspek yang berkaitan mendukung terhadap kegiatan tersebut
baik tujuan dan sasaran, prinsip-prinsip, syarat-syarat dan sifat, faktor-faktor
yang memengaruhi, pertimbangan dasar penyelenggaraan, teknik dasar patroli,
alat kendali, tugas-tugas patroli, dan alat perlengkapan. Untuk mencapai
keberhasilan tersebut di atas, maka diperlukan pemahaman tentang pokok-
pokok patroli.

7. Tujuan dan Sasaran Patroli.

a. Tujuan Patroli. Mewujudkan keamanan terhadap pasukan sendiri,


masyarakat, dan wilayah di daerah hutan gunung, daerah permukiman/
kota, serta daerah rawa sungai.

b. Sasaran Patroli:

1) Terwujudnya keamanan terhadap pasukan sendiri, masya-


rakat, dan wilayah di daerah hutan gunung.

2) Terwujudnya keamanan terhadap pasukan sendiri, masya-


rakat, dan wilayah di daerah pemukiman/kota.

3) Terwujudnya keamanan terhadap pasukan sendiri, masya-


rakat, dan wilayah di daerah rawa sungai.
3

8. Prinsip-Prinsip Patroli. Agar patroli mendapatkan hasil yang maksimal,


maka harus berpedoman pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Tujuan. Patroli yang dilaksanakan harus mempunyai tujuan yang


jelas dan tepat sesuai dengan jenis patroli yang dilaksanakan untuk
mendukung tugas operasi yang lebih besar.

b. Kerahasiaan. Patroli harus bergerak secara rahasia dengan meng-


gunakan perlindungan yang ada di medan. Bergerak dalam cuaca yang
gelap adalah yang paling baik, seperti malam hari, hujan, kabut, dan
penggunaan medan tertutup secara maksimal untuk mengurangi usaha
pendeteksian musuh. Memanfaatkan kelemahan musuh secara maksimal
dan gunakan rute yang tidak terduga olehnya.

c. Ofensif. Tindakan ofensif adalah sarana untuk merebut inisiatif dan


mencegah atau menggagalkan reaksi musuh. Inisiatif digunakan untuk
memaksakan kehendak terhadap musuh atau untuk mengendali-kan
situasi taktis yang dihadapi. Inisiatif yang diperoleh dari tindakan ofensif
harus dipelihara untuk memelihara kebebasan bertindak sendiri dalam
mengeksploitasi kelemahan musuh. Tindakan ofensif diperlukan untuk
membatasi kegiatan musuh/lawan di wilayah yang dikuasainya.

d. Pendadakan. Menguntungkan bagi penyerang untuk memberikan


suatu kejutan yang dapat melumpuhkan musuh/lawan tanpa terduga.
Pendadakan dapat dilakukan apabila direncanakan dengan baik dan
latihan yang maksimal serta tingkat kerahasiaan yang tinggi.

e. Keamanan. Setiap operasi yang dilaksanakan harus mengutama-


kan faktor keamanan baik pada tahap perencanaan, persiapan, pelak-
sanaan sampai dengan pengakhiran.

f. Fleksibel. Situasi selalu berkembang sesuai dengan ruang dan


waktu, maka perlu daya dan kreasi untuk bertindak secara kenyal agar
mampu merespon setiap perubahan situasi yang terjadi dalam dinamika
operasi, sehingga pasukan akan mampu melaksanakan tugas dengan
berhasil.

g. Pemusatan Tenaga. Patroli berusaha mengarahkan musuh ke


daerah penghancuran yang telah dipersiapkan, sehingga menghancurkan
inisiatif dan kekuatan musuh secara terpusat.

h. Penghematan Tenaga. Patroli dilaksanakan oleh pasukan kecil


namun dapat mengganggu dan menghancurkan musuh dengan kekuatan
yang lebih besar.

i. Kerjasama. Setiap operasi dilaksanakan dengan cermat dan selalu


bekerjasama dengan induk pasukan maupun dengan pasukan kawan.
4

j. Moril. Membangkitkan semangat bertempur sebagai salah satu


penentu keberhasilan tugas. Setiap pelaksanaan tugas harus dilandasi
dengan komitmen, motivasi yang kuat, dan semangat juang pantang
menyerah.

k. Kewaspadaan. Dalam pelaksanaan patroli seluruh kelompok yang


bergerak harus waspada baik pada saat berangkat, selama pelaksanaan,
maupun pada saat kembali.

l. Administrasi. Patroli diselengggarakan dengan segala kegiatan di-


bidang pembinaan kemampuan personel dan disiplin serta alat per-
lengkapan.

9. Syarat-Syarat dan Sifat Patroli.

a. Syarat-Syarat Patroli.

1) Personel:

a) Harus memiliki kemampuan bernavigasi.

b) Mampu mengesan jejak dan menghilangkan jejak dalam


segala medan dan cuaca.

c) Mampu memelihara disiplin tempur.

d) Mempunyai kemampuan Kemahiran Menembak (Hirbak)


dan penggunaan tanda-tanda isyarat lapangan serta mampu
bertahan hidup (survival).

e) Memahami daya tembus peluru.

f) Sabar dan ulet dalam setiap pelaksanaan tugas.

g) Kemampuan mengemudikan kendaraan (Ranpur/pe-


rahu) dan demolisi jika diperlukan.

h) Memiliki pengetahuan Kerja Sama Pesawat Terbang


(KSPT).

i) Mampu beradaptasi di daerah operasi.

2) Materiil. Diperlukan Alkapjat yang efektif dan efisien guna


kemudahan dalam melaksanakan tugas.

b. Sifat Patroli:

1) Bersifat taktis karena mampu memengaruhi jalannya patroli.


5

2) Bersifat strategis karena mampu memengaruhi jalannya


operasi secara keseluruhan.

3) Organisasi bersifat fleksibel disesuaikan dengan kondisi


sasaran yang harus direbut/dikuasai.

10. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pelaksanaan Patroli. Faktor-faktor


yang memengaruhi dalam patroli antara lain:

a. Faktor Intern.

1) Personel. Dalam pelaksanaan patroli dibutuhkan personel


yang memiliki jasmani yang prima, moril yang tinggi, dan ke-
mampuan teknik dan taktik patroli.

2) Alat perlengkapan dan persenjataan. Macam, jenis, dan ke-


mampuan alkapjat yang memadai dapat mempermudah tugas
patroli.

3) Formasi. Penentuan formasi yang akan digunakan sangat


menentukan keberhasilan dalam pelaksanaan tugas patroli.

b. Faktor Ekstern.

1) Cuaca. Keadaan cuaca daerah operasi sangat berpengaruh


dalam pelaksanaan tugas patroli.

2) Medan. Bentuk dan karakteristik medan yang akan diguna-


kan sebagai daerah operasi sangat menentukan dalam pelaksanaan
patroli.

3) Musuh. Menyangkut keadaan musuh, kemampuan musuh,


dan lain-lain (KASBONMU). Maka dengan mengetahui komposisi
musuh akan memudahkan dalam menentukan personel dan alkap
yang akan digunakan dalam mendukung pelaksanaan tugas patroli.

4) Pasukan kawan. Dukungan yang diperoleh dari pasukan


kawan sangat membantu keberhasilan pelaksanaan patroli.

5) Masyarakat di daerah operasi. Bantuan masyarakat di daerah


operasi sangat memengaruhi keberhasilan pelaksanaan tugas
patroli.

6) Ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan


teknologi sangat memengaruhi penggunaan alkapjat yang serba
modern, sehingga kita dituntut agar dapat mengikuti perkembangan
tersebut.
6

11. Pertimbangan Dasar Penyelenggaraan Patroli. Patroli merupakan bagian


dari suatu operasi untuk mendukung keberhasilan tugas yang dilaksanakan
dengan dasar pertimbangan sebagai berikut:

a. Musuh sudah terpencar-pencar menjadi kelompok-kelompok kecil.

b. Musuh bersifat agresif dan selalu aktif melaksanakan tindakan


ofensif.

c. Kemampuan pasukan sendiri tidak memungkinkan untuk me-


ngerahkan pasukan dalam hubungan yang lebih besar.

d. Keselamatan umum serta menghindari kerugian yang tidak perlu.

e. Keterbatasan informasi tentang musuh, kondisi ini menuntut


Komandan Patroli (Danpat) untuk memiliki kemampuan taktis dan
kepemimpinan lapangan yang andal, sehingga mampu mengadakan
perkiraan cepat untuk mengambil keputusan taktis yang cepat dan tepat.

12. Karakteristik Medan.

a. Hutan Gunung Wilayah Indonesia.

1) Karakteristik hutan gunung antara lain:

a) Pada ketinggian diatas 3000 meter, suhu turun dengan


cepat untuk pembekuan dimalam hari.

b) Medan sulit dilewati karena sangat berbahaya diakibat-


kan curah hujan atau perubahan suhu.

c) Kondisi hutan yang dingin pada karena kondisi lembab,


mengharuskan penyediaan pakaian hangat untuk prajurit.

d) Vegetasi di hutan mengurangi kemampuan untuk me-


lihat.

e) Kanopi hutan mencegah cahaya masuk kepermukaan


yang menyebabkan jarak pandang terbatas.

f) Pemeliharaan kulit, sanitasi kesehatan prajurit beserta


alkapnya setiap hari sangat penting untuk menghindari
potensi karat, korosi, dan serangan jamur yang disebabkan
oleh kelembaban.

g) Iklim hutan dan dedaunan mengurangi jangkauan


efektif komunikasi radio dan elektronik, sistem modifikasi
antena dan solar cell untuk mengisi tenaga alkap elektronik
harus diperhatikan sesuai dengan rute yang dipilih dalam
patroli.
7

h) Karakteristik hutan mengganggu evakuasi medis;

i) Ketinggian dan lembah yang terdapat pada beberapa


jenis hutan di Indonesia dapat diatasi dengan penggunaan
alat mounteneering; dan

j) Hewan buas dan beracun yang ditemui menjadi per-


timbangan bagi alkap yang dibawa oleh prajurit berkualifikasi
kesehatan.

2) Latihan yang menunjang dalam patroli di medan hutan


gunung sebagai berikut:

a) Teknik memanjat dasar.

b) Navigasi gunung.

c) Penyeberangan sungai.

d) Pemilihan rute medan hutan gunung.

e) Teknik mengemudi offroad dan medan curam.

f) Penggunaan tali (tali statis, dinamis, dan konstruksi


dasar).

g) Prosedur untuk menghindari tanah longsor dan longsor-


an.

h) Penggunaan transportasi hewan untuk senjata dan


barang-barang logistik.

i) Teknik gerakan dan berjalan dimedan curam dan terjal.

j) Gerakan dimedan dengan suhu dingin.

k) Teknik survival gunung.

l) Kebersihan pribadi dan sanitasi lapangan.

m) Evakuasi medan terjal dan curam.

n) Pemilihan zona pendaratan, pemilihan zona, dan kontrol


di medan membatasi.
8

b. Pemukiman/Kota Wilayah Indonesia.

1) Karakteristik pemukiman adalah wilayah permukiman yang


dimaksud adalah medan yang dapat berupa pemukiman penduduk,
bangunan blok industri, bangunan blok fasilitas pemerintahan,
bangunan blok fasilitas publik, jaring jalan perkotaan, lorong bawah
tanah, bunker, atau basement bangunan serta bentuk bangunan
lain yang berada di wilayah sekitar permukiman masyarakat
Indonesia. Karakteristik pemukiman di wilayah Indonesia antara
lain:

a) Padat penduduk.

b) Perlindungan tembakan lebih kokoh karena cenderung


memiliki bahan beton.

c) Dimensi bangunan yang tersedia sangat variatif, se-


hingga data intelijen sangat menentukan keberhasilan patroli.

d) Komunikasi didalam bangunan beton dan lorong sulit


dilaksanakan.

SABLETTE PATTERN
HUB PATTERN (POLA MENGELILINGI NETWORK PATTERN
(POLA TERPUSAT) FASILITAS) (POLA JARINGAN)

LINEAR PATTERN
SEGMENT PATTERN
(POLA BERHUBUNG DENGAN (POLA BAGIAN)
GARIS LURUS)

Gambar Pola Pemukiman


9

2) Pembagian daerah permukiman. Daerah permukiman di-


klasifikasikan kedalam beberapa daerah berikut:

DAERAH PEMUKIMAN
INTI KOTA
DESA DAERAH
KOTA KUMUH

PINGGIRAN INTI KAWASAN INDUSTRI

PENGEMBANGAN
PITA
DAERAH
BRTINGKAT
TERPENCIL

Gambar Klasifikasi Daerah Pemukiman

a) Inti kota. Inti kota adalah jantung dari daerah


pemukiman, dapat berarti pusat kota atau pusat bisnis.
Daerah ini relatif kecil dan padat. Daerah toko, kantor, dan
fasilitas publik memiliki prosentase lebih banyak dari daerah
lain. Banyak situs politik, budaya dan strategis penting di
daerah ini. Biasanya memiliki kepadatan tertinggi bangunan
bertingkat. Di sebagian besar kota, inti kota telah mengalami
perkembangan yang lebih baru daripada pinggiran inti.
Akibatnya, kedua daerah seringkali sangat berbeda. Inti kota
yang khas terdiri dari bangunan yang sangat bervariasi
dalam tinggi dan metode konstruksi.

b) Pinggiran inti. Pinggiran inti terletak di tepi inti kota.


Pada daerah pinggiran inti, terdapat jalan dengan lebar 12
sampai 20 m dengan kontur bata atau bangunan beton.
Ketinggian bangunan dipinggiran inti cukup seragam.
Terdapat bangunan dengan tinggi dua atau tiga lantai, dan
sedangkan untuk kota besar memiliki tinggi 5 sampai 10
lantai.

c) Pengembangan pita. Daerah pengembangan pita terdiri


dari deretan bangunan di kedua sisi jalan. Bangunan ini
biasanya memiliki pola tunggal. Meskipun pada persimpang-
an jalan, terdapat struktur bangunan sepanjang jalan
bersilangan. Pengembangan pita mungkin dari satu jenis
pengembangan atau campuran jenis, seperti toko-toko,
kantor, dan kawasan industri.
10

d) Daerah permukiman. Daerah pemukiman merupakan


tempat tinggal penduduk yang terdiri dari rumah rendah atau
apartemen yang satu sampai tiga tingkat. Daerah ini biasanya
terpisah dengan bangunan perkantoran meskipun terdapat
kota satelit yang saaat ini cenderung mengakomodir daerah
pemukiman ditengah perkantoran. Tempat tinggal cenderung
berada di blok-blok yang diatur dekat dengan sarana ekonomi
seperti pasar modern, pasar tradisional, sarana publik dan
saran pendukung lainnya.

e) Kawasan industri. Kawasan industri secara umum


terletak di sepanjang jalur laut, rel, dan jalan raya utama di
kompleks perkotaan. Konstruksi kawasan industri biasanya
terdiri lebih rendah, beratap datar, pabrik, dan dipenuhi
dengan bangunan gudang. Jenis jalur transportasi dalam
kawasan industri sangat penting untuk diketahui bagaimana
modelnya (terutama fasilitas rel) karena menimbulkan
hambatan yang signifikan untuk manuver militer. Daerah
industri yang berfungsi untuk penyimpanan massal bahan
berbahaya memiliki implikasi perencanaan yang signifikan
untuk penargetan, manuver, perlindungan kekuatan, dan
kerusakan.

Gambar Daerah Kawasan Industri

f) Daerah bertingkat tinggi terpencil. Daerah bertingkat


tinggi tmirip dengan komposisi inti kota daerah, tapi dapat
terdiri dari cluster yang lebih modern bertingkat. Tinggi dan
ukuran bangunan dapat bervariasi. Umumnya, ada lebih
banyak ruang terbuka antara bangunan yang terletak di
daerah bertingkat tinggi terpencil dari pada yang ditemukan
di dalam inti kota. Kontruksi daerah ini cenderung mengalami
penyempurnaan seperti kontruksi anti gempa dan tahan
terhadap efek ledakan bom dan serangan artileri.
11

Meskipun bangunan modern dapat terbakar dengan mudah,


mereka sering mempertahankan integritas struktural mereka
dan mungkin tetap berdiri.

Gambar Daerah Bertingkat Terpencil

g) Daerah kumuh. Daerah ini jarang mengikuti pola


tertata dan dapat ditemukan di banyak daerah yang berbeda
di dalam dan di sekitar daerah pemukiman. Dibeberapa kota
besar, konstruksi gubuk terdiri dari karton, seng, kayu bekas
atau plastik. Kawasan kumuh berada di daerah yang sangat
padat.

Gambar Daerah Kumuh

h) Kota. Untuk kota, biasanya merupakan bagian kota


yang lebih tua, dengan rumah yang biasanya sangat dekat
dengan jalan yang lebih kecil dan area terbuka yang ditata
dengan cara yang tidak teratur.
12

Kota kecil biasanya mencapai 100.000 orang. Kota besar


biasanya berpenduduk mencapai jutaan orang dengan luas
puluhan sampai ratusan kilometer persegi.

i) Desa. Desa merupakan pusat pemukiman sekunder,


yang dipenuhi setelah kota. Meskipun tidak sepadat kota
dalam bangunan, namun desa memiliki konsentrasi beberapa
fasilitas pendukung pemerintahan kota. Di beberapa desa
telah tumbuh baik dalam ukuran dan kepadatan. Meskipun
mungkin masih ada banyak lahan terbuka di sekitar desa, di
dalam desa itu sendiri kepadatan perumahan dan konstruksi
bisa juga sama seperti untuk sebuah kota.

3) Pola jalan. Pola jalan memengaruhi observasi, tembakan,


gerakan, dan kontrol pasukan. Ini memengaruhi manuver, sistem
senjata dan pemilihan rute. Sebagian besar daerah perkotaan akan
memiliki kombinasi dari salah satu pola jalan berikut:

a) Grid. Ini adalah jaringan jalan yang bersinggungan di


sudut kanan. Mereka ditemukan di kota modern atau kota
tua. Gerakan dan kendali pasukan di medan ini relatif
sederhana.

Gambar Pola Jalan Grid

b) Radial. Kontrol pasukan dan gerakan pasukan lebih


sulit dibandingkan dengan sistem grid, gerakan di sisi antara
jalan, cukup sulit untuk dilakukan dan memakan waktu.

Gambar Pola Jalan Radial


13

c) Rad/rayed. Ini adalah pola radial parsial yang biasanya


dibatasi oleh rintangan alami atau buatan manusia.

Gambar Pola Jalan Rad/Rayed

d) Cincin radial. Ini sama seperti untuk radial tetapi


memiliki lingkaran konsentris jalan yang menghubungkan
Radial dalam pola seperti laba-laba. Hal ini membuat kontrol
lebih sederhana karena membantu gerakan patroli di sisi.

Gambar Pola Jalan Cincin Radial

e) Tidak teratur. Pola jalan tidak teratur di lingkungan


daerah pemukiman atau inti kota tua. Kontrol dan gerakan
pasukan akan sulit dilakukan dalam pola ini. Untuk mem-
pertahankan arah memerlukan perencanaan rinci dan
kontrol yang baik serta komunikasi yang baik.

Gambar Pola Jalan Tidak Teratur


14

4) Dimensi daerah permukiman. Memiliki persembunyian dan


rute yang dilindungi, yang dapat dimanfaatkan oleh pasukan
musuh secara aman. Biasanya, sebuah rute permukaan atas tidak
akan dipilih tim patroli untuk mencapai sasaran kecuali bahwa rute
itu layak dan aman. Di kota yang lebih besar, kontur bervariasi
terdapat bagian bawah tanah, jalur kereta bawah tanah, terowong-
an serbaguna, selokan, dan saluran udara. Banyak dari kontur ini
dapat diduduki oleh pasukan musuh dan non kombatan. Bahkan
di kota yang lebih kecil, selokan, dan saluran angin bebas
dipergunakan karena tidak terkontrol dengan baik. Oleh karena itu,
kegiatan untuk memblokir atau mengamankan titik masuk saluran
bawah tanah ini adalah pertimbangan perencanaan yang signifikan.
Berbagai jenis dimensi permukaan pemukiman meliputi:

a) Sistem kereta api. Ini mungkin jalur kereta api, yang


telah secara bertahap dibangun selama pembangunan
perkotaan, atau terowongan digali dengan baik di bawah
permukaan tanah. Kedua jenis dapat memberikan titik akses
ke bagian kota.

b) Sistem listrik, telepon, dan gas. Ini umumnya tidak


cukup besar untuk dilalui oleh tim patroli. Gerakan dapat
dilalui secara terbatas dan memiliki jalur akses untuk tujuan
pemeliharaan sistem saja.

c) Drainase dan sistem pembuangan limbah. Ini sering


kali cukup besar untuk dilewati personel. Sistem mengalir
dari daerah tinggi ke daerah rendah, menjadi lebih besar
ketika tiba di persimpangan, dan ketika mereka mendapat-
kan, lebih rendah.

5) Tipe konstruksi bangunan.

a) Bangunan berkerangka.

(1) Bangunan berkerangka merupakan bangunan


yang ditunjang oleh kerangka besi (tiangcor) dan balok
besi.

(2) Gedung dengan kerangka campuran lapisan beton


berat gedung-gedung semacam ini biasanya memiliki
dinding-dinding yang mudah dilubangi, terutama de-
ngan menggunakan senjata lawan tank.

(3) Gedung dengan kerangka campuran lapisan pipa.


Pada bangunan yang demikian terdapat pilar-pilar
gedung yang harus diperhatikan keamanannya.
15

Dalam pelaksanaan pembersihannya pemusatan pe-


ngamanan dimulai dari tangga dan dilanjutkan
kesekelilingnya. Dinding tembok mudah dilubangi, din-
ding tersebut biasanya tipis, dan mudah dilubangi
dengan hanya menggunakan kampak.

b) Bangunan tanpa kerangka besi.

(1) Bangunan yang tidak berkerangka merupakan


bangunan yang dinding luarnya menunjang berat
bangunan tersebut biasanya dibuat dari dinding-dinding
batu atau batu bata yang tebal.

(2) Gedung yang berdinding kuat biasanya diperkuat


dengan batu-batu koral. Dinding tembok yang demikian
sangat sulit dilubangi karena diperkuat dengan
kerangka besi.

c) Bangunan dari bahan kayu. Bangunan dari bahan kayu


biasanya terdapat dipinggiran perkotaan/pemukiman. Tiang
rumah-rumah terbuat dari bahan kayu yang cukup kuat
sebagai penyangga utama rumah. Dinding yang terbuat dari
papan sangat mudah dibuat lubang dengan menggunakan alat
yang cukup sederhana.

6) Latihan yang menunjang dalam patroli di daerah per-


mukiman/kota sebagai berikut:

a) Teknik gerakan:

(1) Pemanfaaatan ranpur lapis baja.


(2) Melintasi dinding.
(3) Gerakan di sekitar sudut ruangan.
(4) Gerakan melewati jendela.
(5) Jenis pintu.
(6) Gerakan sejajar dengan bangunan.
(7) Melintasi daerah terbuka.
(8) Kerja tim dalam tembakan.
(9) Gerakan dalam gedung.

b) Teknik masuk:

(1) Tingkat bangunan atas.


(2) Penggunaan tangga.
(3) Menjebol dinding.
(4) Masuk lorong atau basement.
(5) Penggunaan granat tangan.
16

c. Medan Rawa Sungai.


1) Karakteristik rawa.
a) Dalam kondisi alami, lahan rawa menjadi habitat bagi
ikan, ditumbuhi berbagai tumbuhan air, baik sejenis re-
rumputan, semak maupun berkayu/hutan.

b) Terbatasnya molekul oksigen.

c) Dilihat dari segi air, rawa memiliki air yang asam dan
berwarna coklat, bahkan sampai kehitam-hitaman.

d) Teroksidasinya lapisan atas tanah yang tergenang baik


genangan dalam maupun genangan dangkal. Genangan air
dapat berupa lumpur maupun air yang jernih dengan lapisan
tanah yang lembek maupun keras.

e) Dilihat dari segitipikal, biasanya relatif subur karena


mendapat limpahan sendimentasi dari lingkungan sekitarnya.

f) Berdasarkan tempatnya, rawa-rawa ada yang terdapat


di area pedalaman daratan, namun banyak pula yang terdapat
di sekitar pantai.

g) Air rawa yang berada di sekitar pantai sangat di-


pengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Ketika air laut
sedang pasang, maka permukaan rawa akan tergenang
banyak, sementara ketika air laut surut, daerah ini akan
nampak kering bahkan tidak ada air sama sekali. Rawa yang
berada di tepian pantai banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon
bakau, sementara rawa yang berada di pedalaman banyak
ditumbuhi oleh pohon-pohon palem atau nipah.

2) Karakteristik sungai.

a) Dilihat dari sumber airnya maka sungai di Indonesia


memiliki jenis sungai yang sumbernya dari mata air dan juga
air hujan serta berasal dari mata air dari pegunungan.

b) Dilihat dari pola aliran sungainya maka derasnya aliran


sungai sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh musim.
Semakin lebar sungai maka arus semakin lambat dan hal ini
akan memengaruhi saat di seberangi baik dengan meng-
gunakan perahu atau dengan berjalan kaki.

c) Di wilayah barat Indonesia banyak terdapat sungai


perenial dan di wilayah timur banyak terdapat sungai
episodik.
17

d) Ukuran sungai digolongkan menjadi 3 klasifikasi, yaitu


sungai kecil dengan volume air 800-1000 cfs atau 25-5000
m3/det, sungai besar dengan volume air 5000-10.000 cfs atau
125-250 m3/det, dan sungai besar sekali dengan volume air
lebih dari 10.000 cfs.

3) Latihan yang menunjang dalam patroli di daerah rawa sungai


sebagai berikut:

a) Navigasi rawa sungai.


b) Renang ponco, renang penyelamatan, dan renang taktis.
c) Teknik penyeberangan rawa sungai.
d) Teknik menembak di daerah rawa sungai.
e) Teknik penyebrangan sungai.

13. Teknik Dasar Patroli.

a. Teknik Dasar Bergerak.

1) Melintasi medan pegunungan/perbukitan/ketinggian. Se-


belum melintasi daerah ketinggian, patroli mengeluarkan tim
pengaman dengan senjata kelompok (SO/SMR) untuk menguasai
ketinggian. Patroli harus memaksimalkan keunggulan teknologi
perangkat penglihatan malam, menghambat kemampuan musuh
untuk mendeteksi patroli. Setelah tim pengaman menguasai ke-
tinggian dan dapat melindungi rute patroli yang akan melintas di
bawahnya (telah memperoleh peninjauan dan penembakan yang
baik), barulah sisa patroli melintasi medan tersebut. Selama
melintasi daerah tersebut, komunikasi antara tim pengaman dan
sisa patroli harus terjalin dengan baik. Patroli dilaksanakan secara
senyap dan diam-diam. Patroli harus tersamar dan memanfaatkan
penyembunyian medan untuk keuntungan maksimal.

2) Melintasi medan cakrawala/punggung bukit. Jika patroli


harus melintasi punggung bukit/medan cakrawala, maka untuk
menghindari timbulnya bayangan/siluet, maka patroli harus
bergerak tepat dibawah punggung bukit. Untuk memelihara ke-
amanan dari kemungkinan musuh dari sisi punggung bukit yang
lain, maka patroli dapat bergerak di kedua sisi punggung bukit jika
kondisi medan memungkinkan.

3) Melintasi daerah rawa/tanah lembek/gembur. Jika patroli


menemui suatu medan yang berawa/tanahnya lembek/gembur,
hendaknya personel patroli bergerak secara menyebar atau meng-
hindari daerah tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk menyulitkan
musuh untuk melacak kita.
18

4) Bergerak menuju suatu tempat yang baru. Jika suatu patroli


keamanan akan menempati tempat yang baru maupun DL,
usahakan bergerak sampai menjelang petang, hal ini dimaksudkan
untuk menghindari penyergapan dari musuh.

5) Bergerak kembali ke Pangkal Patroli (PP). Jika suatu patroli


akan kembali menuju ke PP yang telah ditempati sebelumnya,
jangan pernah menggunakan rute yang sama (rute kembali harus
berbeda dari rute berangkat), sehingga patroli tidak akan dihadang
oleh musuh.

6) Setiap bergerak harus ingat bahwa kita meninggalkan jejak


yang diketahui oleh musuh, sehingga patroli harus menyiapkan rute
kembali yang berbeda serta mengantisipasi pengejaran oleh musuh.

7) Setiap bergerak harus perhatikan tanda isyarat Danpok dan


bila memungkinkan Danpat. Selanjutnya melaksanakan pengamat-
an terhadap medan sekeliling, minimal 20 meter, baik di depan,
samping, dan belakang. Medan yang berada disekitar, termasuk
pohon, berbagai struktur bertingkat, terowongan, selokan, dan parit.

8) Ketika musuh menembak, prajurit jangan berdiri. Ketika


musuh menyerang/menembak, laksanakan kegiatan M5 atau
berlutut, berbaring, bersembunyi di balik pohon untuk mengurangi
bidikan musuh.

9) Bila akan menembak musuh, yakinkan musuh pada jarak


yang cukup dekat.

b. Teknik Melintasi Daerah Bahaya.

1) Melintasi daerah bahaya garis.

a) Sebelum dilaksanakan prosedur bagaimana cara me-


lintasi bahaya garis, maka Danpat meminta kepada satuan
atas yang memerintahkan patroli untuk melaksanakan
pengintaian terhadap sektor daerah bahaya garis yang akan
dilintasi pasukan patroli dengan menggunakan drone, ke-
mudian hasil dari pengintaian drone diinformasikan kepada
Danpat. Untuk dapat mengintegrasikan drone yang efektif
dalam suatu tugas patroli, yang perlu diperhatikan yaitu
bahwa sistem komunikasi dan kerjasama antara patroli dan
operator drone telah terjalin sebelum tim patroli bergerak dari
pangkal patroli.

b) Pengintai depan memberikan isyarat bahwa ada daerah


bahaya garis, Danpat mendekat ke depan selanjutnya
mengintai untuk mengkonfirmasi daerah bahaya dan ke-
mudian memutuskan apakah lokasi saat ini cocok untuk
menyeberang atau tidak.
19

Apabila berdasarkan pertimbangan Danpat lokasi tersebut


tidak cocok untuk menyeberang, maka patroli bergeser ke
lokasi lain yang berdasarkan pertimbangan Danpat cocok
sebagai lokasi penyeberangan bahaya garis. Jika lokasi
tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai tempat penyeberang-
an, maka selanjutnya Danpat menentukan Titik Berkumpul
(TB) pada tepi dekat dan Titik Temu (TT) pada tepi jauh. TB
biasanya menggunakan tempat dimana patroli dihentikan oleh
Danpat di tepi dekat. Kelompok pengaman dikirimkan untuk
mengamankan lambung tepi dekat baik di sisi kiri maupun
kanan. Kedudukan pengaman lambung sebaiknya cukup jauh
dari tempat penyeberangan, sehingga dapat berfungsi sebagai
pemberi peringatan awal. Untuk patroli yang jumlahnya kecil
(1 regu kurang) tidak perlu menempatkan pengaman lambung.

c) Bila pengaman lambung telah berada dikedudukannya,


kelompok pengaman tepi jauh menyeberang dengan diaman-
kan oleh kelompok yang akan menyeberangi kedua dari tepi
dekat. Setelah kelompok pengaman tepi jauh tiba di ke-
dudukannya selanjutnya melaksanakan langkah Berhenti,
Melihat, Mendengar, dan Mencium (BMMM) untuk me-
ngetahui situasi di sekitarnya. Setelah situasi di tepi jauh di-
nyatakan aman, Danpok memberikan isyarat kepada Danpat
bahwa situasi di tepi jauh aman (tanda visual patroli/
komunikasi melalui HT/isyarat lainnya).

d) Kelompok pengaman depan mengintai agak jauh ke


depan untuk memberikan ruang kepada patroli membentuk
formasi kembali.

e) Ada beberapa cara bagi sisa patroli untuk menyeberang.


Dapat melalui lorong-lorong yang ada, dapat juga patroli
melintasi kelompok demi kelompok ataupun menyeberang
sekaligus dengan bersyaf secara cepat.

f) Kelompok pengaman depan mengambil kedudukan di


tepi jauh dan memilih tempat yang mempunyai lindung tinjau
dan lindung tembak guna mendapatkan perlindungan.

g) Kedua pengaman lambung bergerak bergabung dengan


patroli yang sudah berada di tepi jauh atas petunjuk dari
Wadanpat. Selama pengaman lambung menyeberang, maka
akan dilindungi oleh pengaman belakang dari tepi jauh.
Gerakan patroli sebelum pengaman lambungnya bergabung
dapat diperlambat atau dihentikan sampai kedua pengaman
lambung tersebut bergabung.
20

Patroli berhenti di daerah bahaya. Patroli bergerak melintasi daerah


Danpat bergerak ke depan untuk bahaya.
mengintai dan meyakinkan rencana. Kelompokpengamanan melanjutkan
gerakan bila sisa patroli telah
bergabung di TT.
Pengamanan lambung bergerak
melintang menuju TT.

Daerah bahaya garis

Pok Pam

Patroli
21

Patroli berhenti di daerah bahaya. Pengamanan lambung di tempat- Patroli bergerak melintasi
Danpat ke depan untuk mengintai dan kan di tepi jauh. daerah bahaya.
meyakinkan rencana. Kelompok pengamanan menye- Kelompok pengamanan me-
berangi untuk mengintai dan lanjutkan gerakan bila sisa
mengamankan tepi jauh. patroli telah bergabung di
Danpat diinformasikan bahwa TT.
tepi jauh sudah aman. Pengamanan lambung ber-
gerak melintang menuju TT.

Daerah bahaya garis

Pok Pam

Patroli
Pengaman lambung ditempatkan
di tepi jauh.

Gambar Melintasi Daerah Bahaya


Garis
22

2) Melintasi daerah bahaya terbuka kecil.

a) Bila memungkinkan, daerah ini dapat dilintasi dengan


cara hampir sama dengan melintasi daerah bahaya garis,
sedangkan khusus untuk sisa patroli menyeberang kelompok
demi kelompok dan saling melindungi.

b) Sebagaimana dengan menyeberangi daerah bahaya yang


lain, pengintai depan akan memberi isyarat kepada Danpat
dan Danpat maju ke depan untuk memeriksa daerah bahaya
tersebut.

c) Danpat mengerahkan patroli tegak lurus terhadap arah


utamanya (90º) ke kiri atau ke kanan. Penghitung langkah
menghentikan tugasnya pada saat patroli belok 90º ke kiri
atau ke kanan, tugas penghitung langkah diambil alih oleh
pemegang kompas.

d) Bila Danpat menilai bahwa penyimpangan rutenya telah


cukup, maka Danpat menghentikan patrolinya kemudian
kembali sesuai arah semula. Penghitung langkah kembali
melaksanakan tugasnya dan pemegang kompas menghentikan
menghitung langkah namun harus mengingat jumlah langkah
yang telah dibuatnya pada rute tersebut.

e) Bila Danpat menilai bahwa kelebaran daerah bahaya


telah dilintasi, Danpat menghentikan patrolinya dan me-
ngarahkan patrolinya dengan arah kebalikan terhadap rute
penyimpangan yang dibuat sebelumnya.

f) Penghitung langkah menghentikan tugasnya dan pe-


megang kompas kembali melaksanakan tugasnya untuk
menghitung langkah. Bila jarak yang ditempuh telah sama
dengan jarak rute penyimpangan yang dibuat, pemegang
kompas lapor kepada Danpat, dan Danpat mengembalikan
arah sesuai dengan arah utamanya, maka penghitung langkah
kembali melaksanakan tugasnya.
23

Patroli menemukan daerah bahaya Patroli diarahkan ke kiri atau Bila patroli telah melintasi selebar
kecil. ke kanan 90º kembali ke arah daerah bahaya tersebut, Danpat
Patroli merubah arah 90º ke kanan/ semula, penghitung langkah kembali membelokkan patrolinya ke kiri
ke kiri. melaksanakan tugas menghitung atau ke kanan sejauh penyimpang-
Pemegang kompas menghitung langkah. an yang telah dilakukan (pemegang
langkah. kompas menghitung langkah).
Patroli dikembalikan ke arah se-
mula (penghitung langkah kembali
melaksanakan tugas menghitung
langkah kembali).
24

Patroli menemui daerah bahaya terbuka lebar dimana Kelompok pengaman menempati tepi jauh cukup
tidak bisa dilintasi/dilewati. jauh di depan untuk melindungi patroli dari
Danpat mengarahkan bahwa patroli akan bergerak kemungkinan tembakan musuh di tepi jauh.
berloncatan.

Kelompok
pengaman

Patroli

Gambar Melintasi Daerah Bahaya Terbuka Lebar


25

3) Menyeberangi daerah bahaya terbuka lebar.

a) Sebelum dilaksanakan prosedur bagaimana cara me-


nyeberangi daerah bahaya terbuka lebar, maka Danpat
meminta kepada satuan atas yang memerintahkan patroli
untuk melaksanakan pengintaian terhadap sektor daerah
bahaya terbuka lebar yang akan dilintasi pasukan patroli
dengan menggunakan drone, kemudian hasil dari pengintaian
drone diinformasikan kepada Danpat.

b) Pada prinsipnya teknik yang digunakan adalah hampir


sama dengan teknik untuk melintasi daerah bahaya garis.
Danpat sebelum melaksanakan rencana yang telah dibuatnya,
perlu mempertimbangkan keadaan medan dan kemungkinan
adanya musuh. Danpat mengarahkan patrolinya me-
nyeberangi daerah bahaya pada arah utamanya dengan
menggunakan teknik gerakan yang sesuai terhadap ke-
mungkinan kontak dengan musuh (secara berloncatan).
Teknik gerakan ini digunakan sampai seluruh patroli
melintasi daerah tersebut. Pada saat patroli mendekati tepi
jauh, kelompok pengaman depan sudah harus cukup jauh di
depan untuk mencegah patroli mendapat tembakan langsung
dari tepi jauh. Cara lain untuk melintasi daerah terbuka lebar
adalah dengan seluruhnya bergerak dalam formasi sebar
lebar.

4) Melintasi garis pertahanan musuh. (khususnya untuk operasi


pertahanan).

a) Sebelum dilaksanakan prosedur bagaimana cara me-


lintasi garis pertahanan musuh, maka Danpat meminta
kepada satuan atas yang memerintahkan patroli untuk
melaksanakan pengintaian terhadap sektor garis pertahanan
musuh yang akan dilintasi pasukan patroli dengan meng-
gunakan drone, kemudian hasil dari pengintaian drone
diinformasikan kepada Danpat.

b) Garis pertahanan musuh yang dimaksud adalah me-


rupakan BDDT/pertahanan musuh. Daerah ini pasti akan
dipertahankan secara mendalam dengan segala perkuatan
medannya termasuk lubang-lubang perlindungan, parit-parit,
kubu-kubu, lapangan ranjau, dan rintangan lainnya.

c) Keberhasilan penembusan memerlukan informasi ten-


tang medan, disposisi musuh maupun kemampuan pasukan
sendiri yang memungkinkan patroli untuk menembus tanpa
diketahui musuh. Musuh yang selalu waspada di daerah
cadangan dapat saja setiap saat dikerahkan untuk mencari
dan menggagalkan patroli.
26

Danpat harus selalu mempertimbangkan hal ini untuk


mengembangkan suatu teknik bergerak ke dalam daerah
belakang musuh.

d) Penembusan garis pertahanan musuh memerlukan


waktu, perencanaan yang cermat, dan teliti serta latihan
pendahuluan yang sempurna. Gerak yang digunakan biasanya
gerakan lambat dan tersembunyi.

e) Rute penembusan yang dipilih sebaiknya mempunyai


perlindungan dan tersembunyi. Daerah yang memungkinkan
untuk penembusan antara lain daerah yang tertutup atau
sungai yang kecil dan medan yang bergelombang. Ciri daerah
penembusan dimana kedudukan musuh terpencar oleh celah-
celah medan. Koordinasikan hal ini dengan Perwira Staf
Intelijen satuan yang mungkin banyak mengetahui tentang
daerah tersebut.

f) Jangan menggunakan jalan pendek yang sudah di-


kuasai oleh musuh apabila musuh diketahui dalam keadaan
waspada, mempunyai rencana penipuan, dan bantuan tem-
bakan.

g) Cari titik lemah di garis pertahanan musuh. Bila ter-


nyata tidak terdapat titik lemah di depan garis pertahanan
musuh maka dapat dikembangkan dengan penipuan.

(1) Kelompok pengintai, yang terdiri dari Danpat,


pemegang kompas, dan dua orang anggota pengaman,
bergerak berloncatan untuk mencari titik lemah. Danpat
harus menjelaskan kepada anggotanya tentang apa yang
harus dikerjakan apabila terjadi kontak (rencana
darurat).

(2) Kelompok pengintai harus berusaha mencari titik


lemah yang ada sampai menemukannya.

(3) Setelah kelompok pengintai kembali, Danpat me-


ngeluarkan perintah parsial, bila perlu kemudian
bergerak ke titik lemah tersebut. Formasi yang
digunakan sebaiknya formasi berbanjar tetapi harus
mempunyai kemampuan menembak ke depan dan ke
lambung.

(4) Patroli melintasi titik lemah secara cepat dan


tersembunyi.
27

(5) Bila patroli diketahui oleh musuh, patroli dapat


ditarik keluar atau masuk garis pertahanan dengan
cepat dimana tergantung kepada kemungkinan yang
paling menguntungkan. Jika dibutuhkan patroli dapat
meminta bantuan tembakan yang sudah direncanakan.

5) Bila patroli melalui defile (jurang, lembah sempit, dan


sebagainya).

a) Sebelum dilaksanakan prosedur bagaiman acara melalui


defile (jurang, lembah sempit, dan sebagainya), maka Danpat
meminta kepada satuan atas yang memerintahkan patroli
untuk melaksanakan pengintaian terhadap sektor defile yang
akan dilalui pasukan patroli dengan menggunakan drone,
kemudian hasil dari pengintaian drone diinformasikan kepada
Danpat.

b) Patroli harus bergerak di bagian yang tinggi dari


rintangan tersebut, baik di salah satu ataupun di kedua belah
lereng. Dalam keadaan tertentu patroli dapat melalui tengah-
tengah asal benar-benar dapat menjamin kerahasiaan ber-
gerak. Cara lain untuk bergerak sepanjang lembah adalah
dengan mengeluarkan pengaman lambung yang begerak pada
lerengnya. Patroli melintasi jurang, lembah sempit, dan tebing
dengan menggunakan alat mounteneering sebagai pengaman
dan alat bantu untuk memudahkan gerakan.

6) Melintasi kampung/daerah berpenghuni.

a) Sebelum dilaksanakan prosedur bagaimana cara me-


lintasi kampung/daerah berpenghuni, maka Danpat meminta
kepada satuan atas yang memerintahkan patroli untuk
melaksanakan pengintaian terhadap sektor kampung/ daerah
berpenghuni yang akan dilintasi pasukan patroli dengan
menggunakan drone, kemudian hasil dari pengintaian drone di
informasikan kepada Danpat.

b) Sedapat mungkin harus menghindari kampung/daerah


yang berpenghuni. Jika Danpat dapat menentukan/memilih
untuk melewati kampung dari kiri atau kanannya, Danpat
perlu memperhitungkan arah angin agar bau orang asing
tidak masuk dan tercium oleh anjing yang ada di kampung
sewaktu patroli melintas di sampingnya. Dalam keadaan
terpaksa patroli dapat masuk atau melintasi kampung,
kampung tersebut harus diselidiki dengan sungguh-sungguh.
Patroli bergerak dengan susunan/formasi serong atau paruh
lembing atau formasi “V”.
28

Anggota berjalan tidak mempergunakan jalan kampung


melainkan begerak dari satu rumah ke rumah lain saling
melindungi dan dalam hubungan kelompok 2 atau 3 orang.
Jika terpaksa melewati jalan maka harus bergerak di
kanan/kiri jalan. Anggota/kelompok yang berjalan di depan,
dilindungi oleh anggota/kelompok yang mengikuti di
belakangnya. Tiap anggota mengamati jendela, pintu, lubang
angin, atap dan kolong rumah, juga mengamati gang-gang
yang dilewati, kendaraan yang ada, dan kandang binatang.
Pada waktu akan melewati persimpangan jalan, pengintai
depan menghentikan patroli dan memeriksa jalan tersebut.
Jika perlu menempatkan personel untuk mengawasi kearah
jalan tersebut sampai seluruh patroli melintasinya.

7) Melintasi lapangan ranjau. Apabila patroli menemukan ham-


batan berupa lapangan ranjau sehingga mencegah patroli bergerak
maju, maka Danpat memerintahkan anggota patroli dalam hal ini
kelompok khusus untuk melaksanakan pembersihan atau membuat
lubang penerobosan sebagai jalan anggota patroli. Kegiatan yang
harus dilakukan patroli adalah sebagai berikut:

a) Danpat menempatkan kelompok pengaman untuk


melaksanakan pengamanan yang dapat mengamankan sektor
terjauh dari lapangan ranjau/dapat mengamati perkiraan arah
datangnya lawan/musuh pada saat poksus melaksanakan
pembersihan lapangan ranjau;

b) Poksus melaksanakan pengamatan menggunakan drone


untuk memastikan keamanan sebelum melaksanakan tugas,
selanjutnya poksus melaksanakan pembersihan lapangan
ranjau/membuat lubang penerobosan. Poksus memberikan
tanda tentang rute yang aman untuk dilintasi oleh patroli;

c) Pokpam melintasi lapangan ranjau menggunakan rute


yang telah ditentukan oleh poksus, setelah berada di tepi jauh
maka pokpam melaksanakan pengamanan sektor;

d) Sisa patroli melintasi lapangan ranjau hingga berada di


daerah di luar lapangan ranjau; dan

e) Wadanpat melaksanakan pengecekan personel, materiil,


dan alkapjat kemudian melaporkan kepada Danpat bahwa
patroli dapat melanjutkan perjalanan.

c. Keluar dan Masuk Daerah Kawan. Selama di daerah kawan ke-


kuatan siaga tetap diperhatikan baik pada waktu malam maupun siang.
Kekuatan siaga pada waktu malam adalah separuh kekuatan. Di medan
tempur jangan ada anggota patroli yang tidur sebelum fajar.
29

1) Teknik keluar/meninggalkan daerah kawan (satuan depan).

a) Hentikan patroli, setelah sampai di daerah satuan depan


dan tempatkan patroli pada daerah yang telah ditentukan oleh
satuan depan tersebut.

b) Danpat melaksanakan koordinasi akhir dengan koman-


an satuan tersebut. Pada saat Komandan satuan depan
melaporkan kejadian akhir yang terjadi di daerah tanggung
jawabnya, Danpat harus memperhatikan dan menanyakan hal
yang mungkin berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas
patrolinya. Selama Danpat berkoordinasi, tidak satupun ang-
gota meninggalkan kedudukannya, dan bergerak tanpa seijin
Wadanpat dan tanpa penunjukan jalan yang disediakan oleh
satuan depan.

c) Setelah selesai melaksanakan koordinasi akhir, Danpat


mengeluarkan perintah parsial atau meneruskan informasi
yang didapat kepada anggota patroli.

d) Patroli bergerak dari daerah kawan melalui titik keluar


(TK) yang sudah ditentukan, diantar oleh penunjuk jalan yang
telah disiapkan oleh satuan depan/kawan sampai di TB awal
yang telah dipilih pada pelaksanaan koordinasi awal. Pada
waktu melewati TK, Wadanpat menghitung jumlah anggota
patroli untuk meyakinkan bahwa tidak ada anggota yang
tertinggal atau sengaja meninggalkan dirinya.

e) Teknik keluar daerah kawan ini akan sangat tergantung


kepada situasi musuh. Ada tiga bentuk ancaman yang mung-
kin terjadi pada waktu melintasi daerah kawan, kemungkinan
ancaman, dan teknik mengatasi sebagai berikut:

(1) Kemungkinan dihadang atau kontak dengan


musuh:

(a) Patroli dihentikan di TK. Kirimkan kelompok


pengaman depan untuk mengamankan daerah
depan (jika tidak ada pasukan pengaman dari
satuan depan).

(b) Kelompok pengaman depan memberikan


isyarat kepada Danpat bila sudah aman, sisa
patroli bergerak meninggalkan daerah kawan.

(2) Bila mendapat tembakan lintas lengkung. Bila


patroli mendapatkan hambatan tembakan senjata lintas
lengkung, patroli harus segera meninggalkan daerah
tersebut dengan cepat.
30

Kelompok pengaman depan sebaiknya agak jauh dari


patroli untuk mencegah atau menghindari penghadang-
an atau kemungkinan kontak dengan musuh.

(3) Bila diketahui bahwa musuh mempunyai alat


pengindera seperti radar, sensor atau alat peralatan
penglihat pada malam hari, maka cara mengatasinya
adalah:

(a) Gunakan Titik kumpul (TK) dari daerah


kawan pada lembah dan daerah yang bertumbuh-
tumbuhan lebat.

(b) Lintasi pada saat kabut atau hujan.

(c) Bila tersedia gunakan alat pelindungan


elektronik terhadap radar.

f) Lakukan penyesuaian keadaan pertempuran setelah


patroli berada di luar jarak pandang dan jarak suara dari
kedudukan daerah kawan. Patroli dihentikan sebentar untuk
melihat apakah ada musuh berada disekitar daerah tersebut
dan menyesuaikan dengan suatu pandangan dan “Bahu”
medan pertempuran.
Lakukan tindakan pengamanan setempat kemudian tiap
anggota mengambil posisi berlutut dan membuka topi.

2) Teknik memasuki derah kawan.

a) Patroli berhenti di TB akhir, dekat Titik Masuk (TM) di


daerah kawan. Kedudukan TB akhir sebaiknya merupakan
bagian medan yang dapat melihat kedudukan TM.

b) Dengan radio Danpat melaksanakan koordinasi dengan


Komandan pasukan kawan, gunakan sandi untuk mencegah
pendeteksian berita oleh musuh dan yakinkan kembali kode
sandi yang akan digunakan pada saat masuk.

c) Komandan pasukan kawan harus mengirimkan pe-


nunjukan jalan ke Titik Masuk (TM) yang sudah dikoordinasi-
kan, begitu juga dengan Danpat mengirimkan beberapa
anggotanya.

d) Bila Danpat telah yakin kedudukan Titik Masuk (TM),


maka Danpat beserta seluruh anggota patroli dapat bergerak
ke Titik Masuk (TM) tanpa perlu mengirimkan perwakilan
(setelah melaksanakan koordinasi melalui radio).
31

e) Sebelum melewati Titik Masuk (TM), Wadanpat akan


memeriksa dan menghitung anggota satu persatu kemudian
melaporkannya pada Danpat. Teknik menghitung sama
dengan pada waktu keluar daerah kawan.

f) Penunjuk jalan membawa patroli masuk ke daerahnya


dan menempatkan patroli pada suatu kedudukan yang aman
sesuai petunjuk Komandan satuan kawan. Patroli berhenti
dalam formasi patroli, Danpat memberikan informasi lisan
tentang situasi pertempuran terutama yang mempunyai nilai
taktis dengan pasukan kawan tersebut.

d. Teknik Memasuki TB Sasaran.

1) Sebelum dilaksanakan prosedur bagaimana cara memasuki


TB sasaran, maka Danpat meminta kepada satuan atas yang
memerintahkan patroli untuk melaksanakan pengintaian terhadap
sektor TB sasaran yang akan digunakan pasukan patroli dengan
menggunakan drone, kemudian hasil dari pengintaian drone
diinformasikan kepada Danpat.

2) Kelompok pembersih TB sasaran harus sudah ditentukan


pada saat Danpat memberikan peringatan patroli pada tahap
perencanaan dan persiapan. Biasanya terdiri dari kelompok
pengaman depan, Danpat, dan Pesuruh.

3) Teknik pembersihan TB sasaran dengan cara “Jantung”.

a) Kelompok pembersih TB sasaran berhenti pada suatu


tempat yang akan dijadikan jam 6 (arah jam 12 adalah arah
gerakan patroli).

b) Pengaman depan dengan kekuatan minimal 4 orang,


bergerak melaksanakan pembersihan ke depan daerah yang
akan digunakan sebagai TB sasaran.

c) Danpat dan pesuruh tinggal pada jam 6 dan mengawasi


pelaksanaan pembersihan.

d) Dua orang dari anggota kelompok pengaman depan


berhenti pada jam 12, satuorang belok kekiri bergerak
berlawanan arah jarum jam dan satu orang bergerak ke kanan
searah jarum jam dan bertemu Danpat pada jam 6.

e) Satu orang dari mereka berhenti pada jam 6 dan satu


orang lainnya dapat diperintahkan menjemput patroli yang
dipimpin oleh Wadanpat.
32

f) Danpat bergerak ke pusat lingkaran.

Gambar Teknik Pembersihan TB Sasaran Cara “Jantung”

Rute pembersihan TB sasaran oleh kelompok pengaman


depan.

4) Teknik pembersihan TB sasaran dengan cara “Zig Zag”.

a) Kelompok pembersih TB sasaran berhenti pada suatu


tempat yang akan dijadikan jam 6.

b) Dua orang anggota masing-masing membersihkan


daerah kanan dan kiri yang akan digunakan sebagai TB
sasaran. Satu orang melaksanakan pembersihan melalui
poros menuju jam 12.

c) Dua orang anggota pengaman depan berhenti pada jam


12 dan satu orang anggota kembali melalui bagian tengah/
poros tengah lingkaran dan bertemu Danpat pada jam 6.

d) Anggota yang kembali tersebut dapat diperintahkan


menjemput patroli yang dipimpin oleh Wadanpat.

e) Danpat bergerak ke pusat lingkaran meninggalkan


pesuruh pada jam 6.

: Rute pembersih TB sasaran oleh pengintai.

Gambar Teknik Pembersihan TB Sasaran Cara “Zig Zag”


33

5) Cara pembersihan yang lain adalah “Pengintaian di Tempat”.


a) Patroli dihentikan pada suatu tempat yang akan diguna-
kan sebagai TB sasaran.

b) Kelompok pengaman dikeluarkan untuk memeriksa


keadaan disekitar TB sasaran.

c) Danpok pengaman setelah selesai melaksanakan


pemeriksaan sekitar TB sasaran melaporkan hasilnya kepada
Danpat.

6) Bila patroli menggunakan cara “Jantung” maupun cara “Zig


Zag”, patroli yang dibawa oleh Wadanpat memasuki TB sasaran
melalui jam 6.

7) Danpat menentukan sektor kelompok yang dibentuk secara


berturut-turut di kedudukan pada pusat lingkaran.

8) Kelompok menduduki sektornya berturut-turut sesuai urutan


formal patroli searah jarum jam dimulai jam 12 ke kedudukan
pengintai depan yang telah menempatkan diri.

9) Bila seluruh kelompok telah masuk kedudukan, Danpat


bergerak dari jam 12 searah jarum jam dan kembali lagi ke jam 12,
untuk memeriksa seluruh kedudukan.

10) Kegiatan berikutnya adalah pemeriksaan sektor oleh Danpok,


dimana mereka masing-masing bergerak keluar melalui batas paling
kiri sektornya ke depan pada batas keamanan yang dapat dilindungi
anggota yang berada di TB sasaran, kemudian kembali ke
kedudukan di TB sasaran melalui batas sektornya yang paling
kanan.

11) Selesai melaksanakan pemeriksaan sektor, Danpok melapor


kepada Danpat tentang hasil pemeriksaannya.

12) Pos dikeluarkan atas perintah Danpat beserta jumlah pos


yang harus diduduki.

13) Bila formasi patroli menggunakan formasi Peleton secara


utuh, maka lingkaran TB sasaran dibagi dalam tiga sektor dimana
masing-masing sektor diduduki oleh satu Regu. Prosedur yang
dilaksanakan adalah sama.
34

: Rute Regu – 1.
: Rute Regu – 2.
.... : Rute Regu – 3.
: Arah pemeriksaan.
: Kedudukan Tai depan tiap Regu.
1
2 : Kedudukan Kelompok Senapan tiap Regu.

SO : Kedudukan SO tiap Regu.

Gambar Teknik Memasuki TB Sasaran

e. Pengintaian Komandan.

1) Sebelum dilaksanakan prosedur pengintaian Komandan,


maka Danpat meminta kepada satuan atas yang memerintahkan
patroli untuk melaksanakan pengintaian terhadap
sektor/kedudukan yang akan digunakan penempatan kelompok-
kelompok pasukan patroli dengan menggunakan drone, kemudian
hasil dari pengintaian drone diinformasikan kepada Danpat.

2) Danpat mengeluarkan rencana darurat kepada Wadanpat


sebelum melaksanakan pengintaian, yang isinya antara lain:

a) Perkiraan waktu lamanya pengintaian Komandan.

b) Arah secara umum pelaksanaan pengintaian.

c) Arah umum sasaran.

d) Tindakan yang harus dilaksanakan bila Danpat tidak


kembali pada waktu yang telah ditentukan.
35

e) Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi kontak


dengan musuh selama Danpat tidak ada di tempat.

3) Danpat membawa Komandan bawahan yang diperlukan


(ditentukan dalam perintah patroli), sehingga mereka akan melihat
sasaran dan dapat menjelaskan kepada anggota kelompoknya bila
tejadi perubahan. Wadanpat biasanya bersama patroli di TB
sasaran.

4) Danpat dapat memilih titik pencar (TP), dimana tempat ini


dapat digunakan untuk mengendalikan patroli pada saat berpencar
menuju tempat tugasnya masing-masing. TP ini biasanya terletak
antara TB sasaran dan sasaran.

5) Intai kedudukan kelompok bila keadaan taktis memungkin-


kan, untuk melihat apakah tempat tersebut dapat digunakan untuk
melaksanakan tugasnya. Bila kedudukan yang direncanakan tidak
memungkinkan maka patroli harus membuat perubahan rencana.

6) Pelihara hubungan dengan anggota patroli yang berada di TB


sasaran. Dengan demikian Danpat setiap saat dapat mengendalikan
kegiatan anggota patroli yang berada di TB sasaran (jika dalam
patroli ada 2 atau lebih radio set).

7) Yakinkan bahwa setiap Komandan bawahan mengerti rencana


pengunduran dari sasaran ke TB sasaran.

8) Sebelum kembali ke TB sasaran, Danpat sebaiknya


meninggalkan 2 (dua) orang anggota pada suatu kedudukan yang
dapat mengambil sasaran secara keseluruhan. Tugas ini biasanya
dilaksanakan oleh kelompok pengamat sasaran. Komunikasi juga
terus dilakukan antara Danpat dengan kelompok pangamat sasaran
agar setiap perubahan di sasaran segera dapat diketahui.

9) Setelah kembali ke TB sasaran, Danpat harus menyesuaikan


rencana yang telah dibuat/ditentukan dengan hasil pengintaiannya.
Perintah parsial diberikan hanya bila ada perubahan atas
perintahnya. Para Komandan bawahannya harus diberi waktu yang
cukup untuk menjelaskan perubahan tersebut kepada anggotanya.

10) Kelompok pengamat sasaran dapat ditempatkan pada


kedudukannya pada saat Komandan melakukan pengintaian.
Namun Danpat harus mengetahui dengan pasti kedudukan
tersebut. Bila pada saat pelaksanaan pengintaian Komandan,
kelompok pengaman belum ditempatkan maka Danpat dapat
memerintahkan Danpok pengaman untuk mengintai kedudukannya
dan melaporkan hasilnya kepada Danpat.
36

11) Disiplin gerakan dan kerahasiaan harus dipelihara selama


gerakan dari TB sasaran ke sasaran.

12) Teknik pengintaian Komandan pada patroli pengintaian.

a) Sebelum dilaksanakan prosedur pengintaian Komandan


pada patroli pengintaian, maka Danpat meminta kepada
satuan atas yang memerintahkan patroli untuk melaksanakan
pengintaian terhadap sektor rute yang akan digunakan oleh
kelompok pengaman dan pengintai serta sasaran dengan
menggunakan drone, kemudian hasil dari pengintaian drone
diinformasikan kepada Danpat.

b) Kelompok pengintaian Komandan terdiri dari Danpok


Pengintai (Danpat biasanya salah satu Danpok Pengintai),
Danpok Pengaman, dan beberapa orang pengamat sasaran
(bila perlu).

c) Kelompok pengintaian Komandan bergerak dan berhenti


pada suatu titik. Titik ini belum menjadi Titik Pencar (TP)
sebelum dinyatakan dan diyakinkan. Bila ternyata Titik
Pencar (TP) terlalu dekat ke sasaran, maka TB sasaran dapat
digunakan sebagai Titik Pencar (TP).

d) Hindari keinginan untuk mengintai terlalu dekat,


namun cari suatu kedudukan yang dapat digunakan untuk
mengintai rute pengintaian, kedudukan kelompok pengintai,
maupun kedudukan kelompok pengaman.

e) Kedudukan kelompok pengaman dan senjata kelompok


yang ada harus dapat membantu kelompok pengintai, baik
langsung maupun tidak langsung bila harus memutuskan
kontak dengan musuh.

f) Pada waktu yang telah ditentukan kelompok pengintai-


an Komandan harus kembali ke TB sasaran.

13) Teknik pengintaian Komandan pada patroli tempur.

a) Sebelum dilaksanakan prosedur pengintaian Komandan


pada patroli pertempuran, maka Danpat meminta kepada
satuan atas yang memerintahkan patroli untuk melaksanakan
pengintaian terhadap sektor/kedudukan yang akan ditempati
personel unsur penyerang (Matsas, Pok Pam, Pok Ban, Pok
Bu, dan lain-lain) dengan menggunakan drone, kemudian
hasil dari pengintaian drone diinformasikan kepada Danpat.
37

b) Kelompok pengintaian Komandan pada patroli tempur


terdiri dari Danpat, para Komandan unsur penyerang (Danpok
Penyerbu, Danpok Bantuan, dan 2 orang anggota kelompok
khusus sebagai matsas serta Danpok Pengaman). Danpok
Pengaman harus mengintai kedudukannya sebagaimana
ditentukan dalam perintah patroli dan melaporkan kepada
Danpat tentang hasilnya. Danpat dapat juga memerintahkan
Danpok Pengaman masuk kedudukan pada saat kelompok
pengintaian Komandan telah menduduki Titik Pencar (TP),
sehingga dapat mengamankan pelaksanaan pengintaian
Komandan dan dapat berfungsi sebagai pemberi peringatan
awal/dini.

c) Titik Pencar (TP) dipilih, sasaran diyakinkan, anggota


matsas ditempatkan, dan kelompok pengaman diperintahkan
masuk kedudukan.

d) Danpat beserta Danpok Bantuan bergerak mencari dan


meyakinkan kedudukan kelompok bantuan dan senjata ke-
lompok, Danpok Penyerbu bergerak mencari dan meyakinkan
kedudukan yang sudah direncanakan.

e) Pada waktu yang ditentukan anggota kelompok pe-


ngintaian Komandan bertemu lagi di Titik Pencar (TP). Danpok
Bantuan tetap tinggal di tempat di Titik Pencar (TP) dan
Danpat bersama Danpok Penyerbu bergerak lagi meyakinkan
kedudukan yang telah dipilih Danpok Penyerbu. Bila ternyata
kedudukan belum sesuai maka Danpat dapat mengubahnya.

f) Mereka kemudian berkumpul kembali di Titik Pencar


(TP) dan kembali ke TB sasaran dimana Danpat mengeluarkan
perintah parsial bila ada perubahan atas rencana yang telah
dibuat.

f. Mengatasi Pengintaian dan Serangan Unmanned Aerial Vehicle


(UAV). Unmanned Aerial Vehicle (UAV) cocok untuk membawa persenjata-
an dan diikutkan dalam pertempuran masa kini. Namun kecepatan
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) tergolong cukup rendah, meskipun dapat
dikerahkan dari pangkalan jauh dari zona pertempuran serta tidak dapat
bertahan lebih lama untuk mendukung pasukan darat. Generasi
berikutnya dari Unmanned Aerial Vehicle (UAV), seperti predator C
avenger, memiliki kecepatan tinggi dengan kemampuan bertahan di udara
lebih dari 15 jam. Sehingga Unmanned Aerial Vehicle (UAV) meningkatkan
survivability dan membuat Unmanned Aerial Vehicle (UAV) lebih cocok
untuk peran bantuan tembakan udara. Pertahanan anti udara merupakan
salah satu kunci untuk mengatasi pengintaian dan serangan dari
Unmanned Aerial Vehicle (UAV).
38

Gerakan tidak tersamar dapat dengan mudah ditangkap oleh pencitraan


kamera Unmanned Aerial Vehicle (UAV), dan terkadang Unmanned Aerial
Vehicle (UAV) sendiri menggunakan teknologi thermal imager yang dapat
memindai panas tubuh manusia. Untuk mengurangi deteksi oleh
Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dapat dilakukan dengan beberapa upaya
yaitu melaksanakan penyamaran dengan baik, mengatur kecepatan
gerakan menjadi lebih pelan dan mempergunakan pepohonan untuk
mengurangi deteksi thermal imager.

g. Kontak Tembak. Ketika tim mendapatkan tembakan, tim segera


menghilang dan berlindung. Kemudian mengidentifikasi potensi musuh,
jarak pandang, atau titik penyergapan.

Selanjutnya setelah yakin identifikasi (PKM/PKT), tim segera membuka


tembakan dan mencari posisi terlindung terdekat. Kemudian, mereka
menaksir jarak dan orientasi tembakan langsung.

Danpok unsur penyerang mencari posisi musuh yang diketahui atau


diduga dengan tembakan juga ditujukan dan menyampaikan informasi
kepada Danpat.
39

Selanjutnya menggunakan alat pemindai sasaran dengan laser (bila


tersedia). Tim mempertahankan kontak (visual atau oral) dengan prajurit
di sebelah kiri atau kanannya. Para Danpok selalu memeriksa status
prajuritnya dan memimpin kelompok mempertahankan kontak dengan
Danpat. Kemudian Danpat melaporkan kontak tembak ke markas yang
lebih tinggi. Bila musuh sulit untuk di gempur maka gunakan granat asap
untuk berpindah kedudukan.

Apabila kontak tembak terjadi saat tim patroli berada dalam ranpur maka,
penembak ranpur segera membalas dengan tembakan. Jika jalan terlihat
jelas, semua kendaraan tetap melanjutkan perjalanan menuju sasaran
yang telah direncanakan dengan bantuan granat asap.
40

Kendaraan tedepan menyebarkan asap untuk mengaburkan pandangan


musuh dari daerah killing zone dan mengatur keamanan sambil menunggu
pemulihan kondisi. Danpat melaporkan kontak tembak ke markas yang
lebih tinggi.

h. Menyerang Bunker/Basement. Ketika patroli bergerak taktis secara


taktis melakukan operasi, musuh memulai kontak dari kedudukan
tersembunyi seperti bunker. Sehingga patroli harus segera melumpuhkan
bunker musuh yang merupakan sumber tembakan musuh.

i. Karakteristik Terowongan. Yang pertama yaitu biasanya memiliki


penyamaran pintu keluar masuk yang sangat-sangat bagus bahkan sangat
sulit untuk ditemukan. Dalam kompleks terowongan itu sendiri, terdapat
lorong tersembunyi dan pintu jebakan yang sering tersembunyi, dan
terowongan buntu yang digunakan untuk membingungkan penyerang.
Saluran udara biasanya berada ditengah-tengah sepanjang sistem
terowongan. Pintu jebakan dapat digunakan, baik di pintu masuk dan
keluar dan di dalam kompleks terowongan itu sendiri. Selain lorong
utama, terdapat terowongan samping dan bagian tengah terowongan
utama. Pintu jebakan dibuat untuk mengarah penyerang yang diikuti
dengan pintu jebakan kedua dan selanjutnya disiapkan pintu jebakan
ketiga sampai dengan saluran yang menghubungkan dengan terowongan
utama. Pintu jebakan mungkin terdiri dari beberapa jenis. Jebakan dapat
ditutupi oleh kotoran, diperkuat dengan kawat, atau jenis “Basin” yang
terdiri dari bingkai penuh dengan kotoran. Jenis ini sangat sulit untuk
ditemukan. Kompleks terowongan juga dapat saling berhubungan dengan
terowongan lain, tetapi disembunyikan oleh pintu jebakan atau diblokir
kotoran yang tebal hingga tiga atau empat kaki. Konektivitas sistem ini
sering memungkinkan musuh untuk bergerak tanpa diketahui dari satu
daerah kedaerah lain, sehingga dapat menghindari tim patroli.
41

Gambar SistemTerowongan

Karena kompleks terowongan secara tersembunyi dan disamarkan.


Diperlukan waktu lama untuk mencari dan menghancurkan. Penggunaan
warga lokal dapat menjadi bantuan besar dalam menemukan gua-gua,
terowongan, posisi defensif, dan lokasi penyergapan. Gua, parit, lubang,
dan terowongan di daerah medan hutan gunung dapat digunakan sebagai
tipuan untuk menarik tim patroli yang dipenuhi jebakan atau rangkaian
lokasi penyergapan. Ketentuan khusus yang melekat dalam menghadapi
bunker/terowongan:

1) Adanya jebakan di area pintu masuk/keluar.

2) Konsentrasi karbon monoksida yang dihasilkan oleh


pembakaran jenis granat asap (masker pelindung dapat mencegah
menghirup partikel asap tapi tidak melindungi terhadap karbon
monoksida).

3) Kemungkinan kekurangan oksigen seperti di ruang tertutup


atau kurang ventilasi.

4) Kemungkinan musuh masih di terowongan yang menimbul-


kan bahaya tim patroli baik di atas dan di bawah tanah (dalam
beberapa kasus, anjing bekerja militer berhasil dapat mendeteksi
musuh yang bersembunyi di terowongan).

j. Teknik Menghadapi Bunker.

1) Tim membentuk pangkal tembakan dengan menempatkan


senapan mesin untuk menguatkan gerakan tim.

2) Wadanpat mengambil alih kendali atas posisi pangkal


tembakan.
42

3) Unsur penyerang menggunakan granat asap untuk dilempar-


kan ke dalam terowongan.

4) Menekan bunker dengan menggunakan amunisi senapan


mesin.

5) Selama melaksanakan tekanan, tim memperkuat perimeter


untuk mengantisipasi jalur keluar yang lain dari terowongan.

6) Kekuatan tim dalam terowongan disesuaikan dengan jumlah


ruangan dalam terowongan.

7) Tim dibentuk minimal 2 orang saling melindungi ketika


memasuki terowongan, tim ini membawa granat tajam.

8) Setiap memasuki ruangan, dilakukan dengan melempar


granat tajam.

k. Menghadapi Penembak Runduk.

1) Langkah pertama dalam melawan penembak runduk adalah


adanya kesadaran ancaman penembak runduk yang selalu
mengintai. Rencana untuk menghadapi ancaman penembak runduk
harus diintegrasikan ke dalam operasi selama tahap awal
perencanaan. Penembak runduk musuh dalam terdiri dari tim
penembak runduk yang terlatih ataupun kemungkinan musuh yang
mahir dalam menembak.

2) Penembak runduk menargetkan para pemimpin patroli untuk


mengganggu operasional patroli. Selain itu, musuh dapat men-
ciptakan sikap bahwa area operasinya tidak aman. Karena
penembak runduk memiliki inisiatif yang tinggi, maka Danpat harus
menegakkan disiplin tempur dalam setiap gerakan. Dua jenis
penanggulangan penembak runduk yaitu penanggulangan aktif dan
penanggulangan pasif. Penanggulangan aktif berusaha untuk
mendeteksi dan menghancurkan penembak runduk sebelum dia
bisa menembak, atau melibatkan dan menetralisirnya setelah dia
menembak. Hal ini dapat dilakukan bila patroli memiliki akses ke
teleskop yang kuat, teropong daya sedang, perangkat pengamatan
malam hari (termal, jika mungkin), dan remote control kamera sirkuit
tertutup. Selain itu, anti laser harus digunakan, seperti kacamata
pelindung laser, teropong dengan filter laser, dan alat optik
pandangan tidak langsung untuk melindungi mengamati. Selain itu,
banyak perangkat deteksi elektronik yang tersedia untuk membantu
dalam mendeteksi penembak runduk seperti perangkat akustik.
Setelah terdeteksi, penembak runduk kemudian dapat dinetralkan
atau dipaksa untuk mundur.
43

Pengamat dapat menjaga pengawasan langsung atas posisi pe-


nembak runduk yang potensial dan mendeteksi penembak runduk
ketika mereka berusaha untuk pindah ke posisi untuk tembakan.
Mendeteksi gerakan kecil yang dilakukan oleh penembak runduk
terlatih sangat melelahkan. Oleh karena itu, personel yang bertugas
pengamat harus sering berotasi. Sistem pengamatan udara tak
berawak (UAV) dan pesawat sayap putar harus diintegrasikan ke
dalam rencana patroli untuk memberikan kedalaman pengintaian
dan patroli keamanan terus-menerus di sekitar posisi. Patroli
berkekuatan kecil pada pengintaian malam menggunakan perangkat
penglihatan malam sangat efektif dalam mengganggu penembak
runduk. Patroli pengintaian harus bergerak dengan rute tertutup
dan tersembunyi ke titik pengamatan yang baik, harus berhenti dan
mengamati, dan kemudian harus pindah ke posisi lain. Rute dan
waktu patroli harus bervariasi, dan unsur penyerang harus siap jika
patroli melakukan kontak. Variasi dari patroli adalah penyergapan
dari belakang.
3) Jika sebuah tim dapat menentukan lokasi umum penembak
runduk, maka harus menembak dari jarak dekat. Hal ini sulit
berhasil karena penembak runduk terlatih memiliki rute pe-
munduran yang sudah dipilih.
4) Penggunaan penghalang. Jika patroli dapat membatasi pan-
dangan penembak runduk mereka dapat mengganggu operasi
penembak runduk. Beberapa contoh yang dapat dilakukan yaitu
menggunakan rute tertutup dan tersembunyi, menghindari area
terang di malam hari, bergerak secara taktik saat bergerak dan
menjauh dari pintu dan jendela.
5) Setelah tim menentukan penembak runduk sendiri, tim harus
menerapkan latihan countersniper. Pertama, tim harus gunakan
teknik untuk mendeteksi penembak runduk yang terdiri dari
mengidentifikasi kemungkinan lokasi penembak runduk, memfokus-
kan pengamatan pada gerakan penembak runduk, dan mencari
tanda-tanda yang terdengar dan visual.
6) Identifikasi kemungkinan lokasi penembak runduk adalah
aset garis pandang. Semakin besar daerah penembakan oleh
penembak runduk musuh, maka harus semakin tinggi dalam mem-
posisikan dirinya. Daerah penembakan penembak runduk yang
lebih kecil dibuat untuk garis pandang yang sempit. Dalam kasus
seperti itu, penembak runduk akan selalu memilih posisi yang
memudahkan garis pandang, seperti jalan atau gang, atau mungkin
di dalam gedung, menembak melalui jendela, pintu, atau lubang
lainnya.
7) Penembak runduk selalu merencanakan rute infiltrasi dan
eksfiltrasi. Setelah mengidentifikasi kemungkinan lokasi penembak
runduk, Danpat dapat memfokuskan pengamatan pada rute-rute ini
dan menghadang penembak runduk.
44

Penembak runduk bergerak dengan lambat, dengan gerakan yang


diperhitungkan, untuk menghindari deteksi. Gerakan yang dilaku-
kan penembak runduk mungkin tidak mudah dideteksi. Tim harus
mengamati dengan seksama hal-hal janggal di medan sekitar.

8) Alat pendeteksi suara/visual dapat membantu menemukan


penembak runduk berdasarkan tembakan-tembakan penembak
runduk. Menembakkan senjata adalah momen risiko terbesar
penembak runduk, karena dengan begitu, dia akan diketahui.
Tanda-tanda cahaya dan panas yang terkait dengan peluru dari
senapannya adalah kerentanan terbesarnya. Lampu kilat dapat
dideteksi dengan sensor inframerah hingga satu kilometer.
Seringkali moncong berkedip dan ledakan mengeluarkan debu ke
udara. Sensor akustik dapat mendeteksi ledakan moncong dari
beberapa ratus meter hingga lebih dari satu kilometer. Gelombang
kejut peluru adalah ledakan mini-sonik. Kebisingan ini, yang
disebabkan oleh peluru yang bergerak lebih cepat dari kecepatan
suara, kadang-kadang dapat terdengar lebih dari satu kilometer
jauhnya.

l. Menerebos Ladang Ranjau. Patroli menghadapi ladang ranjau yang


mencegah patroli bergerak. Danpat melaporkan lokasi ranjau dilengkapi
dengan ukuran, aktivitas, lokasi, waktu, dan peralatan yang tersedia.
Selanjutnya Danpat mengklarifikasi jumlah ranjau musuh dan menentu-
kan kemungkinan serangan musuh. Wadanpat bergerak maju mengendali-
kan senjata kelompok. Danpat menunjuk lokasi awal ranjau dan
mengisolasi. Unsur penyerang bergerak ke titik lain untuk mengamankan
kegiatan pembersihan menggunakan rute tertutup dan tersembunyi.
Danpok menggunakan granat asap untuk mengaburkan daerah itu.
Anggota kelompok khusus memotong kawat hambatan, menandai jalan
mereka saat mereka melanjutkan, dipergunakan Bangalore jika tersedia.
Selanjutnya setelah ranjau diatasi, maka kegiatan aksi dilaksanakan
seperti teknik melintasi bahaya garis.

Gambar Melintasi Ladang Ranjau/Rintangan


45

14. Jenis-Jenis Patroli. Pengelompokan jenis patroli bila ditinjau dari medan
pelaksanaan tugasnya, maka patroli dibagi menjadi 3 jenis yaitu patroli di
medan hutan gunung, patroli di daerah permukiman/kota, dan patroli rawa
sungai dimana dalam pelaksanaannya dapat dilaksanakan pada jarak jauh dan
jarak dekat tergantung tugas yang diberikan.

a. Patroli di Medan Hutan Gunung.

1) Patroli pengintaian. Patroli pengintaianya itu suatu patroli


yang ditugaskan untuk mengumpulkan keterangan yang sudah
diperoleh sebelumnya. Patroli pengintaian terdiri dari 4 macam
yakni:

a) Patroli pengintaian titik. Patroli pengintaian titik adalah


patroli yang bertugas mencari keterangan tentang suatu
kedudukan khusus atau suatu medan yang relatif sempit,
pelaksanaan tugas tersebut dilaksanakan dengan mengintai,
mengamati, atau menyelidiki secara cermat terhadap
kedudukan yang dimaksud.

b) Patroli pengintaian daerah. Patroli pengintaian daerah


adalah suatu patroli yang bertugas mencari keterangan pada
suatu daerah yang relatif luas atau untuk mendapatkan
keterangan pada beberapa kedudukan yang berada pada
suatu daerah yang luas.

c) Patroli pengintaian rute. Patroli pengintaian rute adalah


suatu pengintaian pada suatu rute untuk mendapatkan
keterangan tentang musuh, rintangan, kondisi rute, dan
medan kritik di sepanjang dan sekitar rute.

d) Patroli pengintaian patok perbatasan wilayah. Patroli


pengintaian patok perbatasan wilayah adalah patroli yang
bertugas untuk melaksanakan pengecekan, mencari ke-
terangan, memastikan kedudukan, dan pemeliharaan patok-
patok perbatasan wilayah Indonesia dengan negara lain.

2) Patroli pertempuran. Patroli pertempuranya itu suatu patroli


yang ditugaskan untuk melaksanakan pengamanan, gangguan,
penghancuran intalasi, penculikan, maupun perampasan per-
bekalan/perlengkapan. Patroli untuk melaksanakan tugas per-
tempuran terdiri dari 5 macam yakni:

a) Patroli penyergapan. Patroli penyergapan adalah suatu


serangan pendadakan pada kedudukan atau instalasi musuh
dengan tidak bermaksud untuk mendudukinya tetapi
bertujuan untuk menghancurkan, menawan personel atau
merebut perlengkapan musuh, membebaskan tawanan, dan
menghancurkan instalasi musuh.
46

b) Patroli penghadangan. Patroli penghadangan adalah


suatu penyerangan mendadak dari suatu kedudukan yang
tersembunyi terhadap sasaran yang bergerak atau sasaran
yang berhenti dalam waktu yang singkat. Hal ini dapat
dilakukan hanya dengan tembakan saja atau menyerbu dan
menghancurkan.

c) Patroli keamanan. Patroli keamanan adalah suatu


patroli yang dikeluarkan oleh suatu satuan untuk melaksana-
kan tugas pengamanan terhadap personel, materiil, dan
daerah/medan. Patroli keamanan dalam melaksanakan
tugasnya ada yang bersifat pasif, artinya bergerak bukan
sengaja mencari musuh, dan ada yang bersifat aktif yaitu
melaksanakan tugas pengamanan dengan bergerak untuk
mencari dan menghancurkan musuh.

d) Patroli pemeliharaan kontak. Patroli pemeliharaan


kontak adalah suatu patroli yang dikeluarkan oleh suatu
satuan untuk melaksanakan dan/atau memelihara kontak
baik kedepan, ke lambung, maupun kebelakang dengan:

(1) Pasukan kawan di titik yang telah ditentukan.

(2) Pasukan kawan atau lawan bila kedudukan yang


pasti dari pasukan tersebut belum diketahui.

(3) Memelihara kontak dengan pasukan kawan atau


lawan.

e) Patroli pemburu. Patroli pemburu adalah suatu patroli


yang dikeluarkan oleh suatu satuan untuk melaksanakan
tugas pengejaran terhadap musuh. Patroli ini sama halnya
dengan patroli keamanan dalam melaksanakan tugasnya
bersifat aktif, artinya bergerak sengaja mencari musuh di
daerah hutan dengan bergerak untuk mencari dan mengikuti
jejak musuh untuk dihancurkan serta menghilangkan jejak
sendiri sehingga tidak terjejak oleh lawan.

b. Patroli di Daerah Permukiman/Kota. Patroli di permukiman/kota


merupakan patroli yang dilaksanakan di daerah perkampungan, desa, dan
kota yang merupakan daerah/wilayah yang padat penduduk untuk
melaksanakan pengamanan daerah/wilayah tersebut dari gangguan dan
ancaman musuh.

1) Patroli dipermukiman/kota dengan berjalan kaki. Patroli di


permukiman/kota yang dilaksanakan tanpa menggunakan sarana
angkut karena tidak tersedianya jalan yang dapat dilewati
kendaraan tempur sehingga harus dilaksanakan dengan berjalan
kaki.
47

2) Patroli di permukiman/kota dengan berkendaraan. Patroli di


permukiman/kota dengan berkendaraan merupakan patroli yang
dilaksanakan dengan menggunakan sarana angkut kendaraan
bermotor berupa kendaraan tempur untuk menjamin keamanan
pasukan.

c. Patroli di Daerah Rawa Sungai. Partoli di daerah rawa sungai


merupakan patroli yang dilaksanakan di daerah yang wilayahnya di
dominasi mayoritas daerah rawa dan persungaian.

1) Patroli di daerah rawa sungai dengan berjalan kaki. Patroli di


daerah rawa sungai yang dilaksanakan tanpa menggunakan sarana
angkut karena untuk menjamin kerahasiaan dan sudah terlalu
dekat dengan musuh.

2) Patroli di daerah rawa sungai dengan berkendaraan. Patroli di


daerah rawa sungai dengan berkendaraan merupakan patroli yang
dilaksanakan dengan menggunakan sarana angkut kendaraan
berupa perahu mesin maupun tanpa mesin.

15. Alat Kendali Patroli. Di samping pengendalian yang dilaksanakan Dan-


pat terhadap anggotanya, maka patroli juga mempunyai alat kendali yang
biasanya digunakan oleh satuan yang mengeluarkan patroli.

a. Pangkal Patroli (PP). PP adalah suatu tempat dimana patroli me-


laksanakan langkah-langkah Proses Pengambilan Keputusan Taktis
(PPKT).

b. Saat Berangkat dan Saat Kembali. Dinyatakan secara umum


misalnya: “Berangkat/kembali setelah gelap” atau “Sebelum fajar”. Saat
yang pasti dapat diberikan untuk mencegah bertumpuknya patroli disalah
satu daerah, dan untuk mengendalikan secara ketat. Suatu keterangan
yang diperoleh dari hasil patroli, kadang-kadang hilang nilainya bila
diterima tidak tepat pada waktunya.

c. Titik Berangkat dan Titik Kembali. Biasanya ditentukan oleh


Komandan atasan, untuk mencegah penghadangan sebaiknya patroli
kembali dengan rute yang berlainan dengan rute berangkat.

d. Rute Patroli.

1) Rute ini ditentukan melalui titik-titik pemeriksaan, dimana


patroli tersebut akan melaluinya.

2) Rute khusus (pasti). Rute ini jarang ditentukan kecuali pada


patroli pengintaian rute atau apabila dikehendaki adanya
pengawasan yang intensif.
48

e. Titik Berkumpul (TB). TB adalah suatu tempat untuk keperluan


sebagai berikut:

1) Berkumpul dan melakukan reorganisasi bila terpencar oleh


cuaca, medan, dan musuh;

2) Berhenti sebentar untuk mempersiapkan kegiatan di sasaran;

3) Berhenti sementara untuk mempersiapkan memasuki daerah


kawan;

4) TB sebaiknya memenuhi syarat:

a) Mudah ditentukan di medan.


b) Mempunyai lindung tembak dan lindung tinjau.
c) Dapat dipertahankan untuk waktu yang singkat.
d) Tidak berada di cakrawala.
e) Relatif aman dari musuh.

5) Macam-macam TB yaitu:

a) TB awal adalah suatu tempat di daerah kawan, dimana


patroli dapat berkumpul kembali bila terpaksa terpencar
sebelum mencapai TB perjalanan yang pertama;

b) TB perjalanan adalah TB yang terletak antara TB awal


dan TB sasaran atau antara TB sasaran dengan TB akhir. TB
perjalanan ini biasanya ditentukan bila jarak yang ditempuh
oleh patroli dari basis operasi ke sasaran jauh atau tugas
patroli sangat kompleks. TB ini juga digunakan untuk ber-
kumpul bila patroli terpaksa terpencar. Satu hal yang penting
adalah bahwa TB yang digunakan adalah TB yang telah
didatangi sebelum patroli terpencar;
49

c) TB sasaran adalah suatu TB di dekat sasaran (letaknya


bisa berada di depan, di samping, atau di belakang sasaran)
yang digunakan oleh patroli untuk melaksanakan persiapan
akhir kegiatan di sasaran. Titik ini biasanya juga digunakan
untuk berkumpul kembali, reorganisasi, dan penyebarluasan
keterangan setelah patroli melaksanakan kegiatan di sasaran;
dan

d) TB akhir adalah suatu TB yang digunakan oleh patroli


untuk melaksanakan persiapan memasuki daerah kawan. TB
ini sesuai namanya, letaknya berada di depan daerah kawan.
Biasanya letak TB akhir suatu patroli telah diketahui oleh
Komandan satuan kawan yang kedudukannya akan dilalui
oleh patroli (hasil koordinasi pada tahap perencanaan dan
persiapan suatu patroli).

6) Ketentuan penggunaan TB yaitu:

a) TB perjalanan ditentukan dan dipersiapkan untuk ber-


kumpul bila patroli terpencar karena cuaca, medan, dan
musuh.

b) Bila musuh merintangi penggunaan TB berikutnya


gunakan TB yang sebelumnya.

c) Batas waktu berkumpul dan kegiatan yang dilaksana-


kan di TB harus dijelaskan dalam perintah patroli.

d) Semua TB yang telah ditentukan dalam perintah patroli


adalah TB sementara dan akan menjadi TB yang pasti setelah
didatangi dan dinyatakan oleh Danpat.

f. Titik Pemeriksaan. Titik pemeriksaan adalah suatu tempat yang


digunakan oleh pasukan patroli untuk melaksanakan laporan kepada
Komandan atasan apabila telah sampai di tempat tersebut.

g. Titik Masuk (TM). TM adalah suatu tempat yang ditentukan oleh


pasukan kawan sebagai tempat pengecekan sebelum memasuki daerah
kawan.

h. Titik Keluar (TK). TK adalah suatu tempat yang ditentukan oleh


pasukan kawan sebagai tempat pengecekan sebelum meninggalkan daerah
kawan.

i. Titik Pencar (TP). TP adalah suatu tempat yang digunakan untuk


mengendalikan patroli pada saat berpencar menuju tempat tugasnya
masing-masing. TP ini biasanya terletak antara TB sasaran dan sasaran.
50

j. Titik Temu (TT). TT adalah suatu tempat yang sudah ditentukan


secara pasti, mudah dikenali, dan dapat digunakan oleh perorangan/
kelompok sebelum atau setelah setelah melaksanakan aksi di sasaran.

k. Jam “J”. Merupakan waktu dan atau saat dimulainya melak-


sanakan patroli yang ditetapkan dalam rangka memperoleh keselarasan
dari seluruh pasukan yang terlibat dalam patroli, untuk melaksanakan
aksi kearah kedudukan musuh.

l. Sasaran. Merupakan suatu titik, daerah, instalasi, dan basis di-


mana terdapatnya lawan.

m. Konsolidasi. Tempat yang bersifat sementara yang berada di tepi


jauh sasaran yang digunakan oleh kelompok penyerbu untuk melak-
sanakan pengamanan setempat dalam rangka melindungi kelompok
khusus melaksanakan tugasnya.

n. Komunikasi.

1) Radio merupakan alat komunikasi yang baik, dengan per-


timbangan penggunaannya ditentukan oleh jarak tugas patroli,
kemampuan radio, kawat/kabel lapangan, kualifikasi operator, dan
cara bergerak.

2) Cara pengiriman dengan kode yang sederhana dan teratur


adalah menghemat waktu dan mengurangi kemungkinan yang dapat
membahayakan tugas (dapat disadap oleh musuh).

3) Pyroteknik (sinar/asap) dapat digunakan, tetapi sangat mudah


diketahui musuh, sehingga mengurangi kerahasiaan.

4) Kata sandi dengan pyroteknik dapat digunakan di daerah


kawan, di titik pemeriksaan, untuk menyelesaikan tugas dan lain-
lain.

5) Pesuruh dapat digunakan dalam beberapa situasi.

16. Tugas-Tugas Patroli.

a. Patroli dapat diberikan tugas dalam rangka melaksanakan kegiatan


pertempuran terbatas dan atau pengintaian darat, baik dalam suatu pola
operasi pertahanan ataupun pada pola operasi keamanan dalam negeri.
Sesuai dengan tugas yang dapat dilaksanakan oleh patroli, maka patroli
dapat diberikan tugas dalam rangka operasi intelijen, dalam hal ini adalah
patroli intai dan dalam rangka operasi tempur. Khusus dalam rangka
operasi tempur, patroli dapat berperan dalam operasi serangan,
pertahanan, pemindahan kebelakan, pengintaian, operasi dalam kondisi
khusus, dalam lingkungan nubika, mobil udara, gerilya dan lawan
insurjensi.
51

Dengan tidak mengesampingkan peranan patroli dalam operasi di atas


maka identitas patroli akan lebih banyak dilakukan dalam operasi
insurjensi, patroli dapat dikerahkan pada semua klasifikasi daerah dan
tahapan operasi disesuaikan dengan tuntutan tugas.

b. Suatu patroli biasanya hanya diberikan satu tugas pokok, tetapi


dapat diberikan satu atau lebih tugas tambahan. Contoh, suatu patroli
tempur mempunyai tugas pokok melakukan penghadangan terhadap
konvoi musuh, tugas tambahannya adalah merampas dokumen dan
menangkap tawanan. Jika dalam keadaan tertentu suatu patroli akan
diberikan lebih dari satu tugas pokok, maka pemberian tugas yang kedua
disampaikan setelah tugas pertama selesai. Tujuannya adalah agar
anggota patroli dapat berkonsentrasi pada penyelesaian satu macam tugas
pokok. Selain itu pemberian beberapa tugas pokok sekaligus dapat
memengaruhi moril/psikologis anggota patroli.

c. Tugas-tugas yang dapat diberikan pada patroli adalah:

1) Tugas pengintaian meliputi:

a) pengintaian dan pengamatan terhadap sasaran titik


atau bagian medan yang sempit/kecil;

b) pengintaian dan pengamatan pengintaian daerah atau


bagian medan yang luas;

c) pengintaian dan pengamatan terhadap rute dan benda-


benda alam atau buatan yang berada disepanjang dan sekitar
rute yang dikehendaki; dan

d) pengintaian dan pengamatan terhadap patok-patok


perbatasan wilayah negara.

2) Tugas pertempuran meliputi:

a) penyergapan untuk mendapatkan tawanan, merampas


perlengkapan musuh, menghancur intalasi musuh, mem-
binasakan personel musuh atau membebaskan personel
sendiri yang ditawan musuh;

b) penghadangan untuk mengganggu atau menimbulkan


kerugian terhadap personel dan materiil musuh;

c) pengamanan terhadap personel, materiil, dan daerah


dengan cara mencari dan menghancurkan serta mencegah
pendadakan dan penghadangan musuh;

d) mencari atau memelihara kontak dengan musuh atau


kawan; dan
52

e) melaksanakan tugas pengejaran terhadap musuh


dengan patroli pemburu dalam melaksanakan tugasnya ber-
sifat aktif, artinya bergerak sengaja mencari musuh di daerah
hutan gunung dengan bergerak untuk mencari dan mengikuti
jejak musuh untuk dihancurkan serta menghilangkan jejak
sendiri sehingga tidak terjejak oleh lawan.

d. Tugas yang diberikan pada patroli harus jelas, dimengerti secara


keseluruhan dan dalam batas kemampuan satuan, Formulasi tugas patroli
harus terdiri dari unsur SI-A-BI-DI-ME. Contoh, patroli (SI) melaksanakan
penyergapan (A) sebelum 060200 Juli (BI) pada koordinat 723-431 (DI),
untuk menghancurkan intalasi perbekalan musuh (ME).

e. Intruksi penting untuk perencanaan, persiapan, dan pelaksanaan


diberikan secaralisan dan dapat secara parsil.

f. Perubahan tugas hanya dapat dilakukan atas perintah atau per-


setujuan dari Komandan atasan yang mengeluarkan dan patroli. Dalam
keadaan terpaksa yaitu Danpat telah melakukan usaha untuk meng-
hubungi Komandan atasannya dan ternyata gagal, atas pertimbangan dan
keyakinan dari Danpat bahwa patroli tidak mungkin menyelesaikan tugas
pokoknya, maka Danpat dapat merubah/membatalkan rencana pelak-
sanaan tugas pokok patroli. Jika hal ini terjadi maka Danpat harus
melaporkannya dengan secepat mungkin kepada Komandan atasan yang
mengeluarkan patroli tersebut.

BAB III
ORGANISASI PATROLI

17. Umum. Organisasi tugas patroli disusun agar pertempuran dapat dilak-
sanakan dengan optimal, sehingga pelaksanaan operasi dapat mencapai hasil
yang maksimal. Penyusunan organisasi tugas patroli mencakup struktur,
susunan, serta tugas dan tanggung jawab pejabat secara jelas dalam pelaksana-
an tugasnya.

18. Organisasi. Dalam menyusun organisasi patroli, pertimbangan utama


didasarkan kepada faktor TUMMPAS. Prinsip dasar dalam penyusunan
organisasi patroli adalah memperbesar daya tembak namun tetap menjamin
kecepatan daya gerak/mobilitas. Daya tembak yang besar dari patroli dapat
diperoleh dengan selalu membawa senjata kelompok (SO/SMR, SPG, maupun
SLT) dalam setiap organisasi patroli. Sedangkan agar mobilitas/daya gerak
patroli tinggi maka perlengkapan yang akan dibawa patroli harus berdasarkan
skala prioritas, perlengkapan yang tidak terlalu bermanfaat agar ditinggal di
BOD/BO.Secara umum patroli terdiri dari beberapa kelompok atau unsur,
dimana didalam unsur terdiri dari beberapa kelompok. Penentuan anggota dan
alat-peralatan yang tepat akan sangat mendukung keberhasilan tugas pokok
dengan sempurna.
53

Organisasi patroli disusun berdasarkan situasi dan kondisi di lapangan serta


kebutuhan operasi, sehingga efektivitas, dan efisiensi dapat dicapai untuk
keberhasilan tugas. Struktur organisasi, susunan organisasi, serta tugas dan
tanggung jawab sebagai berikut:

a. Struktur Organisasi.

1) Struktur organisasi patroli di medan hutan gunung untuk


melaksanakan tugas pengintaian.

2) Struktur organisasi patroli di medan hutan gunung untuk


melaksanakan tugas pertempuran, patroli di daerah permukiman/
kota dan di daerah rawa sungai untuk melaksanakan tugas pe-
ngamanan daerah.

b. Susunan Organisasi.

1) Susunan organisasi patroli di medan hutan gunung untuk


melaksanakan tugas pengintaian.

a) Pokko.

(1) Danpat.
(2) Wadanpat.
(3) Tayanrad.
(4) Anggota berkualifikasi kesehatan.
54

b) Kelompok pengintai. Terdiri dari 2 kelompok pengintai


sesuai dengan kebutuhan.

(1) Danpok.
(2) Anggota sesuai kebutuhan.

c) Kelompok pengaman. Terdiri dari 3 kelompok pengaman


sesuai dengan kebutuhan.

(1) Danpok.
(2) Anggota sesuai kebutuhan.

2) Susunan organisasi patroli di medan hutan gunung untuk


melaksanakan tugas pertempuran, patroli di daerah permukiman/
kota dan di daerah rawa sungai untuk melaksanakan tugas
pengamanan daerah.

a) Pokko.

(1) Danpat.
(2) Wadanpat.
(3) Tayanrad
(4) Anggota berkualifikasi kesehatan.
(5) Anggota berkualifikasi peninjau depan.

b) Kelompok pengaman. Terdiri dari 3 kelompok pengaman


sesuai dengan kebutuhan.

(1) Danpok.
(2) Anggota sesuai kebutuhan.

c) Kelompok penyerang.

(1) Kelompok penyerbu.

(a) Danpok.
(b) Anggota sesuai kebutuhan.

(2) Kelompok bantuan. Jumlah kelompok bantuan


sesuai kebutuhan.

(a) Danpok.
(b) Anggota sesuai kebutuhan, biasanya terdiri
dari penembak SO dan pembantunya.

(3) Kelompok khusus.

(a) Danpok.
(b) Anggota sesuai kebutuhan.
55

19. Tugas dan Tanggung Jawab.

a. Patroli di Medan Hutan Gunung Untuk Melaksanakan Tugas Pe-


ngintaian.

1) Kelompok komando.

a) Danpat:

(1) Melaksanakan perencanaan dan persiapan sesuai


dengan langkah-langkah PPKT.

(2) Selama diperjalanan mengendalikan kelompok-


kelompok lain.

(3) Selama di sasaran bertindak sebagai kelompok


pengintai dan melaksanakan pengintaian bila kekuatan
pengintaian 1 tim/minimal 10 orang, bertindak sebagai
pengaman apabila kekuatan pengintaian 1 tim/minimal
15 orang dan mengendalikan kelompok pengaman dan
pengintai apabila kekuatan setengah peleton atau lebih.

(4) Selama di sasaran, memosisikan dirinya bersama


dengan kelompok pengintai sehingga dapat mengendali-
kan kelompok pengintai dengan baik. Dengan demikian,
Danpat dapat memengaruhi tugas paling kritis dalam
rangka pencapaian misi pengintaian.

(5) Selalu melaksanakan koordinasi secara berkala


dengan satuan/patroli lain yang berdekatan serta
satuan atas, baik sebelum, selama, maupun sesudah
pelaksanaan patroli guna mendapatkan informasi yang
diperlukan dan agar selalu dapat mengikuti situasi
terkini di daerah operasi.

(6) Bertanggung jawab terhadap pemilihan personel


yang akan terlibat patroli serta manajemen logistik tim
patroli.

(7) Mengawasi latihan penyiapan patroli secara teknis


dan taktis serta administrasi.

(8) Mengarahkan dan mengawasi Wadanpat dalam


evakuasi medis melalui helikopter atau kendaraan
angkut lainnya.

(9) Paham kemampuan, keterbatasan, dan sistem


senjata serta sumber daya untuk menggunakannya
secara efektif.
56

Ini termasuk tim sniper, artileri, mortir, jaupan, per-


tempuran jarak dekat serangan, bantem udara; dan

(10) bertanggung jawab atas keberhasilan maupun


kegagalan pelaksanaan tugas patroli kepada atasan
yang memerintahkan patroli.

b) Wadanpat:

(1) Membantu dan menggantikan Danpat apabila


mendapat halangan.

(2) Selama di perjalanan bertugas membangun, me-


ngawasi, dan memelihara keamanan selama peng-
hentian patroli. Pada saat patroli berhenti bergerak, baik
dalam rangka istirahat, orientasi medan, persiapan
melintasi daerah bahaya, menjalin komunikasi/koor-
dinasi dengan patroli lain/satuan atas dan sebagainya,
Wadanpat bertugas mengoordinir pengamanan patroli.

(3) Selama di perjalanan bertugas mencegah ter-


putusnya patroli.

(4) Selama di pangkal patroli, membantu dalam mem-


buat dan menyesuaikan pengamanan, menjaga agar
gerakan dan kebisingan tetap minimum, mengawasi,
dan menegakkan penyamaran, menetapkan sektor
tembakan, memastikan personel yang ditunjuk tetap
waspada dan peralatan dijaga agar tetap siaga,
mengawasi persediaan air, dan amunisi, serta m-
engawasi distribusinya, mengawasi prioritas pekerjaan,
dan memastikan pencapaiannya. Memastikan senjata
yang dilayani awak memiliki sektor tembakan yang
saling terkait. Menyusun rencana evakuasi, rencana
penarikan, pangkal patroli alternatif, rencana air, dan
rencana istirahat.

(5) Memastikan bahwa seluruh Danpok telah me-


nyebarkan setiap informasi yang diterima dari Danpat
kepada seluruh anggota kelompoknya.

(6) Membantu Danpat dalam mengawasi dan menjaga


moril, disiplin, dan kesehatan anggota patroli.

(7) Melakukan tugas tambahan sebagaimana diminta


oleh Danpat serta membantu tugas Danpat dengan
segala cara yang mungkin untuk dilakukan.

(8) Mengawasi moral, disiplin, dan kesehatan anggota


patroli.
57

(9) Bertanggung jawab kepada Danpat.

c) Tayanrad:

(1) Menyiapkan, menjaga, serta memelihara alat


komunikasi agar selalu siap pakai.

(2) Bertanggung jawab untuk membangun dan me-


melihara komunikasi dengan satuan atas yang lebih
tinggi.

(3) Menerima dan menyampaikan informasi dari satu-


an atas/patroli lain kepada Danpat.

(4) Memasuki jaring komunikasi yang telah


ditentukan oleh satuan atas pada waktu yang telah
ditentukan.

(5) Menginformasikan kepada Danpat dan Wadanpat


tentang perubahan panggilan radio, frekuensi, kata
sandi, dan kombinasi angka berdasarkan waktu yang
telah ditentukan.

(6) Bertugas sebagai peninjau depan dengan fungsi


sebagai mata senapan mesin dan mortir. Khususnya
untuk menemukan target, dan untuk menginformasikan
dan menyesuaikan dukungan tembakan tidak langsung,
mengenal medan di mana patroli beroperasi, dan paham
situasi taktis, mengetahui rencana manuver dan
prioritas tembakan, memilih target untuk mendukung
misi patroli memanggil dan meminta dukungan
tembakan.

(7) Bertanggung jawab kepada Danpat.

d) Anggota berkualifikasi kesehatan:

(1) Memberikan pelayanan kesehatan lapangan apa-


bila ada anggota patroli yang terluka selama pelaksana-
an tugas.

(2) Memantau kesehatan dan kebersihan prajurit


patroli dengan memeriksa kesehatan dan kondisi fisik
anggota patroli.

(3) Merencanakan lokasi evakuasi medis bila terdapat


korban sendiri.

(4) Bertanggung jawab kepada Danpat.


58

2) Kelompok pengintai:

a) Danpok Pengintai:

(1) Selama di perjalanan mengendalikan anggota


kelompok pengintai dalam rangka mengamankan sektor
kanan dan kiri.

(2) Selama di sasaran mengendalikan dalam rangka


pengintaian.

(3) Bertanggung jawab kepada Danpat.

b) Anggota:

(1) Selama di perjalanan melaksanakan pengamanan


sektor kanan dan kiri.

(2) Mengoperasikan drone dan melaksanakan pe-


ngintaian di sasaran.

(3) Bertanggung jawab kepada Danpok.

3) Kelompok pengaman:

a) DanpokPengaman:

(1) Selama di perjalanan mengendalikan anggota


kelompok pengaman dalam rangka mengamankan
sektor kanan, kiri, depan, dan belakang.

(2) Pada saat melintasi daerah bahaya, Danpok


membagi anggota yang melaksanakan pengamanan di
tepi dekat dan tepi jauh.

(3) Selama di sasaran mengendalikan dalam rangka


mengamankan TB sasaran, mengamankan kelompok
lain saat aksi di sasaran.

(4) Mendukung penarikan sisa peleton setelah


pengintaian selesai.

(5) Bertanggung jawab kepada Danpat.

b) Anggota:

(1) Selama di perjalanan melaksanakan pengamanan


dalam rangka mengamankan sektor kanan, kiri, depan,
dan belakang.
59

(2) Selama melintasi daerah bahaya, mengamankan


patroli di tepi dekat maupun tepi jauh.

(3) Selama di sasaran mengamankan TB sasaran,


mengamankan kelompok lain saat aksi di sasaran.

(4) Bertanggung jawab kepada Danpok.

b. Patroli di Medan Hutan Gunung untuk Melaksanakan Tugas


Pertempuran, Patroli di Daerah Permukiman/Kota, dan di Daerah
Rawa Sungai untuk Melaksanakan Tugas Pengamanan Daerah.

1) Kelompok komando.

a) Danpat:

(1) Melaksanakan perencanaan dan persiapan sesuai


dengan langkah-langkah Proses Pengambilan Keputusan
Taktis (PPKT).

(2) Selama di perjalanan dan di sasaran mengendali-


kan para Danpok.

(3) Selama di sasaran, memposisikan dirinya bersama


dengan unsur penyerang sehingga dapat mengendalikan
unsur penyerang dengan baik. Dengan demikian,
Danpat dapat memengaruhi tugas paling kritis dalam
rangka pencapaian misi pertempuran.

(4) Selalu melaksanakan koordinasi secara berkala


dengan satuan/patroli lain yang berdekatan serta
satuan atas, baik sebelum, selama, maupun sesudah
pelaksanaan patroli guna mendapatkan informasi yang
diperlukan dan agar selalu dapat mengikuti situasi
terkini di daerah operasi. Update situasi yang dimaksud
berupa identifikasi unit musuh, data cuaca dan cahaya,
pembaruan medan, foto udara, medan, dan rintangan
tidak ada di peta, lokasi musuh yang diketahui atau
diduga, senjata, kemungkinan tindakan, kegiatan
musuh terbaru, dan warga sipil di medan perang.

(5) Bertanggung jawab terhadap pemilihan personel


yang akan terlibat patroli serta manajemen logistik.

(6) Mengawasi latihan penyiapan patroli secara teknis


dan taktis serta administrasi.
60

(7) Mengarahkan dan mengawasi Wadanpat dalam


evakuasi medis melalui helikopter atau kendaraan ang-
kut lainnya.

(8) Paham kemampuan, keterbatasan, dan sistem


senjata dan sumber daya untuk menggunakannya se-
cara efektif. Ini termasuk tim penembak runduk, artileri,
mortir, jaupan, pertempuran jarak dekat serangan,
bantem udara; dan

(9) Bertanggung jawab atas keberhasilan maupun


kegagalan pelaksanaan tugas patroli kepada atasan yang
memerintahkan patroli.

b) Wadanpat:

(1) Membantu dan menggantikan Danpat apabila


mendapat halangan.

(2) Selama di perjalanan bertugas mengawasi ke-


amanan belakang selama gerakan.

(3) Selama di perjalanan bertugas membangun, me-


ngawasi, dan memelihara keamanan selama penghentian
patroli. Pada saat patroli berhenti bergerak, baik dalam
rangka istirahat, orientasi medan, persiapan melintasi
daerah bahaya, menjalin komunikasi/koordinasi dengan
patroli lain/satuan atas dan sebagainya, Wadanpat ber-
tugas mengoordinir pengamanan patroli;

(4) Selama di perjalanan bertugas mencegah ter-


putusnya patroli.

(5) Dalam rangka penyergapan yang dipersiapkan,


membantu Danpat dalam menyiapkan sketsa sektor
tembakan masing-masing kelompok sehingga sektor
tembakan dapat saling menutup.

(6) Selama di sasaran harus mengetahui posisi unsur


penyerang dan unsur pengaman agar dapat mengawasi
serta mengendalikan tembakan senban dari kelompok
bantuan dengan baik (untuk menghindari kesalahan
arah tembakan yang dapat membunuh teman sendiri).

(7) Selama di pangkal patroli, membantu dalam


membuat dan menyesuaikan pengamanan, menjaga agar
gerakan dan kebisingan tetap minimum, mengawasi,
dan menegakkan penyamaran, menetapkan sektor
tembakan, memastikan personel yang ditunjuk tetap
61

waspada dan peralatan dijaga agar tetap siaga, me-


ngawasi persediaan, air, dan amunisi, dan mengawasi
distribusinya, mengawasi prioritas pekerjaan, dan
memastikan pencapaiannya. Memastikan senjata yang
dilayani awak memiliki sektor tembakan yang saling
terkait. Menyusun rencana evakuasi, rencana penarikan,
pangkal patroli alternatif, rencana air, dan rencana
istirahat.

(8) Membantu Danpat dalam mengawasi dan menjaga


moril, disiplin, dan kesehatan anggota patroli.

(9) Mengawasi moral, disiplin, dan kesehatan anggota


patroli.

(10) Memastikan bahwa seluruh Danpok telah me-


nyebarkan setiap informasi yang diterima dari Danpat
kepada seluruh anggota kelompoknya.

(11) Melakukan tugas tambahan sebagaimana diminta


oleh Danpat serta membantu tugas Danpat dengan
segala cara yang mungkin untuk dilakukan.

(12) Bertanggung jawab kepada Danpat.

c) Tayanrad:

(1) Menyiapkan dan menjaga alat komunikasi agar


siap pakai.

(2) Bertanggung jawab untuk membangun dan me-


melihara komunikasi dengan satuan atas yang lebih
tinggi.

(3) Menerima dan menyampaikan informasi dari


satuan atas/patroli lain kepada Danpat.

(4) Memasuki jaring komunikasi yang telah ditentu-


kan oleh satuan atas pada waktu yang telah ditentukan.

(5) Menginformasikan kepada Danpat dan Wadanpat


tentang perubahan panggilan radio, frekuensi, kata
sandi, dan kombinasi angka berdasarkan waktu yang
telah ditentukan.

(6) Bertugas sebagai peninjau depan dengan fungsi


sebagai mata senapan mesin dan mortir.
62

Khususnya untuk menemukan target, dan untuk meng-


informasikan dan menyesuaikan dukungan tembakan
tidak langsung, mengenal medan di mana patroli ber-
operasi dan paham situasi taktis, mengetahui rencana
manuver dan prioritas tembakan, memilih target untuk
mendukung misi patroli, memanggil dan meminta
dukungan tembakan.

(7) Bertanggung jawab kepada Danpat.

d) Anggota berkualifikasi kesehatan:

(1) Memberikan pelayanan kesehatan lapangan apa-


bila ada anggota patroli yang terluka selama pelaksana-
an tugas.

(2) Memantau kesehatan dan kebersihan prajurit


patroli dengan memeriksa kesehatan dan kondisi fisik
anggota patroli.

(3) Memberikan pelayanan kesehatan lapangan apa-


bila ada tawanan yang terluka.

(4) Merencanakan lokasi evakuasi medis bila terdapat


korban sendiri.

(5) Bertanggung jawab kepada Danpat.

e) Anggota berkualifikasi peninjau depan.

(1) Melaksanakan peninjauan dalam rangka per-


mintaan bantuan tembakan;

(2) Menentukan kedudukan, jarak, dan kekuatan


musuh; dan

(3) Bertanggung jawab kepada Danpat.

2) Kelompok pengamanan.

a) Danpok Pengaman:

(1) Selama di perjalanan mengendalikan anggota


kelompok pengaman dalam rangka mengamankan
sektor depan, kanan, kiri, dan belakang patroli.

(2) Pada saat melintasi daerah bahaya, Danpok


membagi anggota yang melaksanakan pengamanan di
tepi dekat dan tepi jauh.
63

(3) Selama di sasaran mengendalikan dalam rangka


mengamankan TB sasaran, mengamankan kelompok
lain saat aksi di sasaran, menghancurkan musuh yang
meloloskan diri, dan mencegah musuh yang mem-
berikan bantuan.

(4) Mendukung penarikan sisa patroli setelah tin-


dakan pada sasaran selesai.

(5) Bertanggung jawab kepada Danpat.

b) Anggota:

(1) Selama di perjalanan mengamankan sektor depan,


kanan, kiri, dan belakang patroli.

(2) Selama melintasi daerah bahaya, mengamankan


patroli di tepi dekat maupun tepi jauh.

(3) Selama di sasaran mengamankan TB sasaran,


mengamankan kelompok lain saat aksi di sasaran,
menghancurkan musuh yang meloloskan diri, dan
mencegah musuh yang memberikan bantuan (meng-
isolasi musuh).

(4) Bertanggung jawab kepada Danpok.

3) Kelompok penyerbu.

a) Danpok Penyerbu:

(1) Selama di perjalanan mengendalikan anggota ke-


lompok penyerbu dalam rangka mengamankan sektor
kanan dan kiri sesuai sektornya.

(2) Selama di sasaran mengendalikan kelompok pe-


nyerbu dalam melaksanakan serbuan, dengan merebut,
dan mengamankan sasaran serta melindungi tim
khusus ketika mereka menyelesaikan tindakan yang
ditugaskan pada sasaran.

(3) Selama konsolidasi melaksanakan tindakan taktis


dan administrasi.

(4) pada saat konsolidasi, membagi anggota yang


melaksanakan tugas sebagai pos tinjau, anggota yang
melaksanakan pengamanan kearah luar dan anggota
yang bertugas melindungi kelompok khusus yang
sedang melaksanakan pembersihan.
64

(5) Bertanggung jawab kepada Danpat.

b) Anggota:

(1) Selama di perjalanan mengamankan sektor kanan


dan kiri.

(2) Selama di sasaran melaksanakan serbuan.

(3) Selama konsolidasi melaksanakan tindakan taktis


dan administrasi.

(4) Selama konsolidasi, melaksanakan tugas sebagai


pos tinjau di depan, melaksanakan pengamanan kearah
luar sesuai dengan sektornya, serta melindungi ke-
lompok khusus yang melaksanakan pembersihan.

(5) Bertanggung jawab kepada Danpok.

4) Kelompok bantuan.

a) Danpok Bantuan:

(1) Selama di perjalanan mengendalikan anggota ke-


lompok bantuan dalam rangka mengamankan sektor
kanan dan kiri sesuai sektornya.

(2) Selama di sasaran mengendalikan kelompok


bantuan dalam rangka memberikan bantuan tembakan.

(3) Selama konsolidasi melindungi kelompok pe-


nyerbu.

(4) merencanakan bantuan tembakan artileri atau


helikopter dengan berkoordinasi dengan peninjau
depan.

(5) bertanggung jawab kepada Danpat.

b) Anggota:

(1) Selama di perjalanan mengamankan sektor kanan


dan kiri.

(2) Selama di sasaran memberikan bantuan tembak-


an.

(3) Selama konsolidasi melindungi kelompok pe-


nyerbu.
65

(4) Bertanggung jawab kepada Danpok.

5) Kelompok khusus.

a) Danpok Khusus:

(1) Selama di perjalanan mengendalikan anggota


kelompok khusus dalam rangka menghitung langkah,
sanjak, dan lain-lain.

(2) Selama di sasaran mengendalikan kelompok


khusus dalam rangka tugas khusus (pembersihan, Mat-
sas, demolisi, membawa tawanan, pemeriksaan mayat,
dan lain-lain).

(3) Jika patroli mendapatkan tawanan lebih dari satu


orang, Danpok khusus membagi anggota yang akan
bertugas mengamankan dan memisahkan tawanan,
agar para tawanan tersebut tidak bisa berkomunikasi/
berkoordinasi.

(4) Selama konsolidasi melaksanakan tindakan taktis


dan administrasi.

(5) Bertanggung jawab kepada Danpat.

b) Anggota:

(1) Selama di perjalanan melaksanakan tugas khusus


berupa menghitung langkah, sanjak, dan lain-lain.

(2) Selama di sasaran melaksanakan tugas khusus


berupa pembersihan, matsas, demolisi, membawa
tawanan, pemeriksaan mayat, mengoperasikan drone,
menyiapkan peledakan, menghancurkan sasaran se-
telah berhasil diserbu oleh kelompok penyerbu, mem-
buka rintangan, mencari dokumen atau informasi yang
berhasil diperoleh setelah melaksanakan serbuan dan
lain-lain.

(3) Jika mendapatkan tawanan lebih dari satu orang,


bertugas mengamankan tawanan secara terpisah satu
dengan yang lainnya.

(4) Selama konsolidasi melaksanakan tindakan taktis


dan administrasi.

(5) Bertanggung jawab kepada Danpok.


66

20. Kemampuan dan Batas Kemampuan. Kemampuan patroli hutan gunung,


patroli pemukiman/kota, dan patroli rawa sungai pada prinsipnya sama.

a. Kemampuan.

1) Melaksanakan operasi dalam hubungan kekuatan kecil.

2) Mencari keterangan yang dibutuhkan satuan atas tentang


cuaca, medan, musuh, dan karakteristik lain untuk mendukung
pelaksanaan tugas.

3) Melaksanakan pengintaian tanpa melibatkan personel secara


langsung.

4) Melaksanakan patroli disegala bentuk medan.

5) Melaksanakan pertempuran jarak dekat dengan aksi pen-


dadakan.

6) Melaksanakan operasi pembebasan tawanan, menawan


musuh/lawan, menghancurkan instalasi musuh/lawan, meng-
ganggu, merampas, dan mengamankan daerah/penduduk/per-
sonel/materiil.

b. Batas Kemampuan. Batas kemampuan patroli hutan gunung,


patroli pemukiman/kota, dan patroli rawa sungai pada prinsipnya sama.

1) Gerakan dipengaruhi oleh keadaan cuaca yang ekstrim.

2) Pengintaian menggunakan drone terkendala pada medan


tertutup dan cuaca kabut.

3) Pemanfaatan alkap elektronik dengan tenaga baterai.

4) Melaksanakan operasi dengan jangka waktu yang lama.

5) Menghadapi musuh atau lawan yang berkekuatan besar.

BAB IV
PELAKSANAAN PATROLI

21. Umum. Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas patroli bukan saja


ditentukan oleh keberhasilan melaksanakan tugas di sasaran. Tetapi sangat
dipengaruhi oleh keberhasilan Danpat dalam melaksanakan perencanaan,
persiapan, dan pelaksanaan (gerakan dalam perjalanan secara utuh, sehingga
siap melaksanakan tugas pokok di sasaran) serta pengakhiran.
67

22. Perencanaan Patroli. Tahap perencanaan pada patroli hutan gunung,


patroli pemukiman/kota, dan patroli rawa sungai pada prinsipnya sama. Salah
satu keberhasilan suatu patroli adalah tergantung pada perencanaan yang baik.
Dalam tugas patroli sebagaimana halnya dengan tugas-tugas yang lain kegiatan
perencanaan dari seorang Komandan adalah melaksanakan kegiatan proses
pengambilkan keputusan taktis (PPKT). Dalam patroli proses tersebut lebih
dikenal dengan langkah-langkah PPKT. Langkah ini harus dilakukan secara
berurut oleh Danpat walau dalam keadaan keterbatasan waktu sekalipun.
Oleh karenanya latihan yang intensif dan benar sangat diperlukan agar setiap
Komandan dapat mencapai tingkat keterampilan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya. Adapun langkah-langkahnya antara lain menerima
tugas, analisa tugas, petunjuk Komandan, pembentukan cara bertindak, konsep
umum operasi (KUO), dan perintah patroli.

23. Persiapan Patroli. Tahap persiapan pada patroli hutan gunung, patroli
pemukiman/kota, dan patroli rawa sungai pada prinsipnya sama. Kegiatan yang
dilaksanakan pada tahap persiapan adalah latihan pendahuluan dan pemeriksa-
an akhir dengan tujuan untuk meyakinkan kemampuan pasukan patroli dan
melaksanakan pengecekan kesiapan patroli.

a. Latihan Pendahuluan. Latihan pendahuluan dilaksanakan sesuai


jenis tugas patroli yang dilaksanakan yang diatur sebaik mungkin dan
realistis, sehingga anggota patroli akan mengerti benar apa yang akan
dilaksanakannya selama patroli. Medan yang digunakan dalam pelak-
sanaan latihan pendahuluan harus dicarikan yang mirip dengan medan
sasaran nantinya.

1) Untuk patroli yang dilaksanakan pada malam hari maka


latihan pendahuluan dilaksanakan siang maupun malam hari bila
memungkinkan. Gunakan medan yang mirip dengan medan se-
sungguhnya yang mencakup seluruh kegiatan yang akan dilaksana-
kan sejak patroli berangkat dari pangkal patroli (PP) sampai dengan
kembali apabila waktu memungkinkan. Apabila waktu terbatas,
maka latihan pendahuluan hanya dilakukan terbatas hal-hal yang
penting (kegiatan di sasaran).

2) Latihan pendahuluan di medan yang diperanggapkan. Danpat


menyiapkan medan yang akan digunakan latihan pendahuluan
semirip mungkin dengan pelaksanaan tugas patroli yang akan
dilaksanakan. Latihan pendahuluan dengan metode ini merupakan
yang paling baik dilaksanakan yakni dengan diberikannya pen-
jelasan oleh Danpat pada setiap tahapan yang akan dilaksanakan.
Penjelasan tersebut berisi tentang tugas, tanggungjawab, tindakan
Danpok/anggota dan perorangan yang harus dilakukan pada setiap
tahapan patroli. Kemudian anggota melaksanakan setiap tahapan
yang telah dijelaskan oleh Danpat tersebut.
68

Apabila rangkaian kegiatan tersebut telah dimengerti, maka lak-


sanakan latihan pada tiap-tiap tahap dengan isyarat sebagaimana
dilaksanakan pada pelaksanaan patroli yang sebenarnya. Apabila
waktu memungkinkan lakukan berulang-ulang, sehingga tiap
anggota mahir dan terampil.

3) Latihan pendahuluan di atas model/maket. Cara ini dilakukan


apabila waktu yang tersedia sangat terbatas untuk persiapan atau
faktor kerahasiaan dan keamanan yang tidak memungkinkan
latihan di medan (terutama bila perencanaan dan persiapan
dilaksanakan di DL. Danpat menjelaskan dengan alat peraga (dapat
berupa tanda taktis yang dibuat dari kertas) kepada seluruh
anggota/kelompok di atas model tentang apa yang harus dilakukan,
kemudian Danpat mengadakan pengecekan kepada anggota/
kelompok tentang apa yang harus dilaksanakan sebagaimana yang
telah dijelaskannya.

4) Tentukan langkah tindakan yang harus dilatihkan bila waktu


mengijinkan. Kegiatan di dalam latihan pendahuluan harus sama
dengan apa yang harus dilakukan sebelumnya. Latihan dapat
dirangkaikan seperti dalam suatu gerakan dari BO ke TB sasaran,
kegiatan di sasaran dan kembali ke BO. Jika waktu terbatas
tentukan prioritas kegiatan yang harus dilaksanakan. Kegiatan di
sasaran dilaksanakan sebagai prioritas utama dan harus dilatihkan.

b. Pemeriksaan Akhir. Pemeriksaan akhir dilaksanakan setelah


melaksanakan latihan pendahuluan dan sebelum patroli bergerak. Dalam
pemeriksaan akhir seluruh anggota patroli harus berada di suatu tempat
dan telah membentuk formasi bersyaf dalam hubungan kelompok.
Anggota patroli seluruhnya hadir dengan membawa perlengkapan/per-
alatan dan bekal tugas (termasuk munisi dan ransum) serta telah
menyamar. Pada patroli yang kecil, Danpat harus melakukan pemeriksaan
terhadap anggota beserta perlengkapannya. Wadanpat memeriksa Danpat
dalam hal samaran, keamanan, dan keberhasilan (tidak ada perlengkapan
yang berkilau atau berbunyi). Untuk patroli yang berkekuatan yang cukup
besar maka Danpat memeriksa Wadanpat dan Danpok, selanjutnya para
Danpok akan memeriksa anggotanya masing-masing di bawah pe-
ngawasan Danpat. Adapun hal-hal yang diperiksa dan teknik pe-
meriksaannya sebagai berikut:

1) Hal-hal yang diperiksa:

a) Kelengkapan perlengkapan perorangan termasuk sen-


jata.

b) Kelengkapan perlengkapan kelompok.


69

c) Mencoba senjata (jika situasi memungkinkan) pada


waktu yang akan disediakan.

d) Kesehatan personel.

e) Perbekalan yang akan/telah disiapkan.

f) Persediaan munisi yang akan digunakan.

g) Perlengkapan khusus dan alat komunikasi (operator


radio melaksanakan pemeriksaan dengan mencoba mengirim
dan menerima berita).

h) Samaran.

i) Perlengkapan yang menimbulkan bunyi, bau, dan


cahaya.

j) Menanyakan kepada setiap anggota, apakah anggota


telah mengerti tentang:

(1) Rencana patroli.

(2) Hal-hal yang harus dan bilamana dilakukan.

(3) Hal-hal yang harus dilakukan oleh anggota lain


bila sedang melaksanakan tugas.

(4) Sandi dan tanda perkenalan yang akan diguna-


kan.

(5) Arah kompas pada tiap etape pada pemegang


kompas.

(6) Jarak tiap etape pada penghitungan langkah (jika


telah ditentukan).

(7) Panggilan radio, frekuensi utama, dan cadangan


pada pelayan radio.

2) Teknik pemeriksaan akhir:

a) Seluruh anggota berdiri dalam hubungan kelompok


bersyaf (satu, dua, tiga).

b) Topi rimba/helm, ransel, dan senjata diletakkan di


bawah (senjata jangan sampai kotor).
70

c) Isi ransel dikeluarkan dan diletakkan di samping (apa-


bila membawa ransel).

d) Isi kantong dikeluarkan (baju, jaket, celana, dan pakai-


an dalam) dan letakkan di dalam topi rimba/helm.

e) Setiap Komandan memeriksa isi ransel dan isi kantong


yang ada didalam topi rimba/helm anggota masing-masing.
Jika terdapat barang-barang yang tidak boleh dibawa seperti
kartu tanda pengenal, catatan tentang tugas dan lain-lain
segera dikumpulkan pada suatu tempat.

f) Setelah pemeriksaan selesai, maka perlengkapan dapat


dipakai lagi. Kemudian satu persatu diperiksa tentang
samaran, perlengkapan yang berkilau dan yang menimbulkan
bunyi atau yang mudah lepas.

g) Air dalam botol air lapangan harus diperiksa guna men-


cegah agar jangan sampai ada anggota yang tidak membawa
air, karena akan dapat merepotkan kawannya. Air di dalam
botol veldplesse dapat mungkin harus penuh agar tidak
menimbulkan suara.

h) Periksa peluru dalam magasen dan cadangan.

i) Periksa senjata.

j) Periksa perlengkapan kelompok dan perlengkapan


khusus.

k) Periksa peta para Komandan bawahan, yakinkan pada


peta tidak ada coretan/tulisan yang dapat menunjukkan
kedudukan pasukan kawan dan rencana gerakan.

l) Periksa radio, yakinkan bahwa pelayan radio tidak


menulis atau menempelkan catatan tentang nama panggilan,
frekuensi, atau sandi pada radionya.

m) Periksa alat-alat pertolongan pertama di lapangan.

n) Periksa hal-hal lain yang dianggap perlu. Setelah


pemeriksaan akhir selesai, maka patroli dapat bergerak.

24. Pelaksanaan Patroli.

a. Patroli di Medan Hutan Gunung.

1) Patroli pengintaian.
71

Sebelum pelaksanaan patroli pengintaian data awal ISO yang telah


diberikan oleh komando atas dan dilengkapi dari hasil pengintaian
menggunakan drone untuk mengetahui situasi akhir di sasaran
tentang cumemukarla. Di medan hutan gunung, patroli untuk
melaksanakan tugas pengintaian dapat dilaksanakan dengan
berjalan kaki atau dengan berkendaraan (pelaksanaannya disesuai-
kan medan yang tersedia dan pertimbangan jarak yang relatif jauh
dalam rangka mendekatkan kesasaran) namun lebih dominan
dilaksanakan dengan berjalan kaki. Apabila dilaksanakan dengan
berkendaraan maka kendaraan hanya sebagai alat angkut tim
patroli hingga di TB sasaran dan harus mengutamakan faktor
kerahasiaan.

a) Patroli pengintaian titik.

(1) Alat kendali patroli pengintaian titik.

(a) Pangkal Patroli (PP).


(b) Saat berangkat dan saat kembali.
(c) Titik berangkat dan titik kembali.
(d) Rute patroli.
(e) Titik berkumpul (TB).

i. TB awal.
ii. TB perjalanan.
iii. TB sasaran.
iv. TB akhir.

(f) Titik pemeriksaan.


(g) Titik Masuk (TM).
(h) Titik Keluar (TK).
(i) Titik Pencar (TP).
(j) Titik Temu (TT).
(k) Jam “J”.
(l) Sasaran.
(m) Konsolidasi.
(n) Komunikasi.

(2) Gerakan di perjalanan.

(a) Formasi dan tindakan sesuai dengan ke-


adaan cuaca dan medan serta jumlah pasukan
yang melaksanakan patroli.

(b) Patroli menghindari kontak dengan musuh.

(3) Kegiatan di TB sasaran. Melaksanakan pengintai-


an Komandan.
72

(4) Tindakan di sasaran.

(a) Pengintaian titik sistem tunggal mengelilingi


sasaran (kelompok pengaman aktif).

i. Patroli bergerak dari TB sasaran me-


nuju TP.

ii. Kelompok pengaman menempatkan


pada suatu kedudukan.

iii. Bila kelompok pengaman telah me-


nempati kedudukannya maka kelompok
pengintai bergerak untuk melaksanakan
pengintaian dilaksanakan sampai dengan
mengelilingi sasaran.

iv. Cara mengelilingi sasaran dapat di-


lakukan baik searah dengan jarum jam
maupun berlawanan dengan arah jarum
jam.

v. Kelompok pengintai menempatkan


kedudukan yang dapat mengamati sasaran
secara jelas dan harus berhenti, mengompas
ke sasaran dan menentukan perkiraan
jaraknya ke sasaran, kemudian mencatat
apa yang dilihatnya dari kedudukan
tersebut serta mencantumkan saat pe-
ngintaian tersebut dilakukan.

vi. Begitu terus-menerus dilaksanakan


sampai dapat mengelilingi sasaran dan
mendapatkan informasi tentang sasaran
serta membuat bagan tentang sasaran
termasuk kedudukan musuh yang ada di
sasaran tersebut.

vii. Bila pengintaian telah selesai dilak-


sanakan, seluruh kelompok kembali ke TB
sasaran.

viii. Kelompok pengaman mundur ke TB


sasaran setelah kelompok pengintai mun-
dur.
73

: Rute pengintaian.
: Arah kompas dan jarak.
: Kelompok pengintaian.
: Kelompok pengaman.

Gambar Teknik Pengintaian Titik Sistem Tunggal


Mengelilingi Sasaran (Kelompok Pengaman Aktif)

(b) Pengintaian titik sistem rangkap menge-


lilingi sasaran (kelompok pengaman pasif).
i. Saat masuk kedudukan. Kelompok
pengaman masuk kedudukan yang telah
ditentukan sebelum dilaksanakan pe-
ngintaian.

ii. Saat pengintaian.


i) Poktai 1 bergerak ke kiri dan
kelompok pengantai 2 bergerak ke
kanan.
ii) Pada tiap kedudukan dimana
Poktai dapat mengamati dengan jelas
maka mereka harus mengompas dan
membuat perkiraan jarak ke sasaran
kemudian mencatatnya termasuk apa
yang dilihat disasaran serta men-
cantumkan saat pengintaian tersebut
dilaksanakan.
iii) Begitu seterusnya dilaksanakan
sampai kedua Poktai tersebut ber-
temu pada suatu Titik Temu (TT).
74

iii. Saat pengunduran.


i) Kelompok pengaman mundur
melalui TP setelah Poktai ke TB
sasaran.
ii) Kelompok pengintai.

(i) Setelah bertemu di Titik


Temu (TT) kemudian mundur ke
TP dilanjutkan ke TB sasaran.
Bisa kembali dengan rute
masing-masing dan bisa dengan
cara pertukaran rute. Jika per-
tukaran rute maka harus di-
laksanakan pengintaian ulang.

(ii) Kelompok pengaman


mundur ke TB sasaran dilak-
sanakan setelah kelompok pe-
ngintai mundur.

iv. Tindakan di TB sasaran setelah ke-


giatan di sasaran. Tindakan yang di-
laksanakan, antara lain:

i) Penempatan kembali masing-


masing kelompok di TB sasaran oleh
Danpat dibantu Wadanpat.

ii) Pengambilan perlengkapan yang


ditinggalkan selama aksi di sasaran.

iii) Laporan masing-masing kelom-


pok kepada Danpat.

iv) Penyebarluasan keterangan bila


keadaan memungkinkan.

v) Siap melanjutkan gerakan kem-


bali ke BO/ke daerah kawan.

v. Jika situasi musuh tidak memungkin-


kan diintai secara fisik oleh pasukan patroli
maka Danpat meminta kepada komando
atas untuk melakukan pengintaian dengan
menggunakan drone.
75

TT
jam
12

: Rute pengintaian.
: Arah kompas dan jarak.
: Kelompok pengintaian.
: Kelompok pengaman.

Gambar Teknik Pengintaian Titik Sistem Rangkap


Mengelilingi Sasaran Pengamanan Pasif

(c) Pengintaian titik sistem rangkap me-


ngelilingi sasaran (kelompok pengaman aktif).
Pelaksanaannya kelompok pengaman bergerak
mengikuti/mengamankan kelompok pengintai.

(d) Pengamatan jarak jauh. Pertimbangan peng-


gunaan cara ini adalah bila pengintaian dari dekat
tidak memungkinkan. Namun cara ini adalah cara
yang paling banyak dan sering dilakukan.
Kelompok pengamanan menempatkan diri dari
suatu kedudukan dan harus dapat mengamankan
kelompok pengintaian. Bila dari suatu titik tidak
dapat dilakukan pengumpulan keterangan secara
lengkap maka dapat ditetapkan beberapa titik
sebagai tempat untuk melakukan pengamatan.

(e) Pengamatan jarak dekat. Pertimbangan


penggunaan cara ini adalah bila keadaan medan
dan aktivitas musuh memungkinkan bagi patroli
intai. Cara yang dilaksanakan sama dengan pe-
ngamatan jarak jauh dimana kelompok pengaman
ditempatkan pada suatu kedudukan yang dapat
melindungi kegiatan kelompok pengintai.
76

b) Patroli pengintaian daerah.

(1) Alat kendali patroli pengintaian daerah. Alat ken-


dali yang digunakan pada patroli pengintaian daerah
sama dengan alat kendali pada patroli pengintaian titik.

(2) Gerakan di perjalanan.

(a) Formasi dan tindakan sesuai dengan ke-


adaan cuaca dan medan serta jumlah pasukan
yang melaksanakan patroli.

(b) Patroli menghindari kontak dengan musuh.

(3) Kegiatan di TB sasaran. Melaksanakan pengintai-


an Komandan disektornya masing-masing.

(4) Tindakan di sasaran.

(a) Teknik pengintaian tunggal maupun pe-


ngintaian ganda dapat dilaksanakan sebagaimana
dalam pengintaian titik, sepanjang dasar-dasar
pengintaian tetap dilaksanakan.

i. Pengintaian tunggal digunaan apabila:

i) Keterangan yang harus di-


kumpulkan maupun keterangan khu-
sus yang dibutuhkan dapat di-
kumpulkan dalam waktu yang ter-
sedia.

ii) Pengendalian bermacam-macam


unsur di sasaran akan sulit.

iii) Medan terbuka dan lapangan


tinjau baik.

iv) Patroli musuh aktif.

ii. Teknik pengintaian ganda. Pengintai-


an ganda digunakan apabila:

i) Patroli harus melaksanakan pe-


ngintaian suatu daerah yang luas dan
dalam waktu yang singkat. Dalam hal
seperti ini maka harus dimanfaatkan
teknik pengintaian ganda.
77

ii) Danpat dapat mengendalikan


kelompok pengintaian dari suatu ke-
dudukan atau memimpin salah satu
kelompok. Danpat dapat mem-berikan
satu atau lebih tugas pengintaian titik
kepada Danpok pengintai dan harus
jelas, terutama keterangan yang harus
diperoleh, rute, jarak, dan arah.

iii) Teknik yang digunakan.

(i) Dengan memusatkan be-


berapa rute pada suatu TT.

Gambar Teknik Pengintaian Daerah dengan Memusatkan


Beberapa Rute pada Suatu TT

(ii) Dengan teknik “Kipas”.

Gambar Teknik “Kipas”

c) Patroli pengintaian rute. Komandan atasan dapat


memerintahkan untuk melaksanakan patroli pengintaian rute
apabila memerlukan keterangan tentang rute ke sasarannya
baik untuk patroli ataupun gerak maju pasukan.
78

(1) Alat kendali patroli pengintaian rute. Alat kendali


yang digunakan pada patroli pengintaian rute sama
dengan alat kendali pada patroli pengintaian titik.

(2) Gerakan di perjalanan.

(a) Formasi dan tindakan sesuai dengan ke-


adaan cuaca dan medan serta jumlah pasukan
yang melaksanakan patroli.

(b) Patroli bergerak dipimpin oleh Danpat dari


PP menuju titik pemeriksaan sepanjang rute yang
telah ditentukan.

(c) Kelompok pengaman menempatkan pada


suatu kedudukan paling depan dan diikuti oleh
pokko dan pokban.

(d) Patroli menghindari kontak dengan musuh.

(e) Patroli dapat dilaksanakan dengan berjalan


kaki, berkendaraan bermotor, dan menggunakan
kendaraan tempur.

(3) Tindakan di sasaran. Yang dimaksud sasaran


dalam hal ini adalah berupa rintangan-rintangan alam
maupun rintangan buatan, jembatan, pepohonan yang
kiranya dapat digunakan sebagai tempat berlindung
musuh/lawan, gunung/perbukitan yang merupakan
medan kritik, tebing, jurang, dan lain-lain.

(a) Patroli berhenti apabila mendapatkan sa-


saran, Danpat melaksanakan orientasi, dan
PKT/PKM.

(b) Danpat memerintahkan kelompok pe-


ngaman menempatkan pada suatu kedudukan
untuk mengamankan sasaran.

(c) Kelompok pengintai bergerak untuk me-


laksanakan pengintaian dengan menggunakan
drone, namun apabila tidak dapat dilaksanakan
menggunakan drone maka pengintaian dilaksana-
kan sampai dengan mengelilingi sasaran.

(d) Cara mengelilingi sasaran dapat dilakukan


baik searah dengan jarum jam maupun ber-
lawanan dengan arah jarum jam.
79

(e) Kelompok pengintai menempatkan ke-


dudukan yang dapat mengamati sasaran secara
jelas dan harus berhenti, mengompas ke sasaran
dan menentukan perkiraan jaraknya dari jalan ke
sasaran, kemudian mencatat apa yang dilihatnya
dari kedudukan tersebut serta mencantumkan
saat pengintaian tersebut dilakukan.

(f) Begitu terus-menerus dilaksanakan apabila


mendapati sasaran-sasaran lain sampai dengan
mendapatkan informasi tentang sasaran serta
membuat bagan tentang sasaran di sepanjang
rute. Keterangan yang dibutuhkan di sepanjang
rute biasanya dapat berupa:

i. Keterangan suatu medan yang me-


mungkinkan untuk bermanuver tanpa
adanya perkuatan (zeni dll). Oleh karenanya
keterangan tentang rintangan harus leng-
kap mencakup jumlah, ukurannya, ke-
kuatannya, kelebarannya, dan besarnya
pohon dan macam jembatan yang ber-
pengaruh terhadap gerakan kendaraan.
Juga tentang daerah sekitar penyebarangan
jika akan dilalui.

ii. Kintangan buatan baik yang berupa


lapangan ranjau atau berier maupun jurang
yang curam dan daerah yang berawa.

iii. Mencari keterangan tentang adanya


kekuatan maupun kedudukan musuh di
sepanjang rute yang dipilih.

iv. Keterangan tentang lapang tinjau dan


lapang tembak serta medan kritik yang ada
di sepanjang rute, keterangan ini akan
membantu perencanaan dalam peta.

v. Keterangan sepanjang rute yang mem-


punyai lindung tinjau maupun tembak yang
baik, khususnya dari udara.

(g) Apabila pengintaian disetiap sasaran telah


selesai dilaksanakan, kelompok pengintai menuju
ke Titik Keluar (TK) disusul oleh kelompok
pengaman. Patroli melanjutkan perjalanan hingga
kembali ke Pangkal Patroli (PP).
80

d) Patroli pengintaian patok perbatasan wilayah.

(1) Alat kendali patroli pengintaian patok perbatasan


wilayah.

(a) Pangkal Patroli (PP).


(b) Saat berangkat dan saat kembali.
(c) Titik berangkat dan titik kembali.
(d) Rute patroli.
(e) Titik berkumpul (TB).

i. TB awal.
ii. TB perjalanan.
iii. TB akhir.

(f) Titikpemeriksaan.
(g) Sasaran.
(h) Komunikasi.

(2) Gerakan di perjalanan.

(a) Formasi dan tindakan sesuai dengan ke-


adaan cuaca dan medan serta jumlah pasukan
yang melaksanakan patroli.

(b) Patroli menghindari kontak dengan musuh.

(c) Tim patroli melaksanakan patroli sesuai


dengan koordinat patok perbatasan wilayah yang
diberikan sampai dengan selesai.

(3) Tindakan di sasaran.

(a) Kelompok pengaman menempatkan pada


suatu kedudukan.

(b) Bila kelompok pengaman telah menempati


kedudukannya maka kelompok pengintai bergerak
untuk melaksanakan pengintaian dilaksanakan
dengan melaksanakan pengecekan kondisi patok
dan koordinat patok.

(c) Kelompok pengintai mencatat apa yang


dilihatnya serta mencantumkan saat pengintaian
tersebut dilakukan dengan melampirkan do-
kumentasi kondisi patok.
81

(d) Apabila ditemukan potok bergeser dari


koordinat atau kondisinya rusak maka kelompok
pengintai tidak diperbolehkan untuk memperbaiki
atau memindahkan patok tersebut.

(e) Tim patroli tidak diperbolehkan melintasi


dan melewati batas negara lain.

(f) Begitu terus-menerus dilaksanakan pada


setiap patok perbatasan wilayah sampai dengan
selesai dan mendapatkan informasi tentang
koordinat patok perbatasan wilayah serta mem-
buat laporan kendala yang dihadapi untuk men-
capai setiap koordinat patok perbatasan wilayah
tersebut.

(g) Bila pengintaian salah satu patok perbatas-


an wilayah telah selesai dilaksanakan, maka
seluruh kelompok kembali ke TB perjalanan.

(h) Kelompok pengaman mundur ke TB per-


jalanan setelah kelompok pengintai mundur.

(i) Jika kedudukan patok perbatasan wilayah


tidak memungkinkan untuk diintai secara fisik
oleh pasukan patroli maka Danpat meminta
kepada komando atas untuk melakukan pe-
ngintaian dengan menggunakan drone.

2) Patroli pertempuran. Sebelum pelaksanaan patroli pertempur-


an data awal Intelejen Siap Operasi (ISO) yang telah diberikan oleh
komando atas dan dilengkapi dari hasil pengintaian menggunakan
drone untuk mengetahui situasi akhir di sasaran tentang Cuaca,
Medan, Musuh dan Karakteristik lainnya (Cumemukarla).

a) Patroli penyergapan. Di medan hutan gunung, patroli


penyergapan dapat dilaksanakan dengan berjalan kaki atau
dengan berkendaraan (pelaksanaannya disesuaikan medan
yang tersedia, pertimbangan jarak yang relatif jauh, dan faktor
kerahasiaan) namun apabila dilaksanakan dengan ber-
kendaraan maka kendaraan hanya digunakan sebagai sarana
angkut personel hingga TB sasaran. Kendaraan beserta awak-
nya dapat digunakan sebagai Pokban/Pokpam sebagai pe-
nutup jalan-jalan pelolosan musuh (kedudukan tetap
tersamar).

(1) Alat kendali patroli penyergapan. Alat kendali


yang digunakan pada patroli penyergapan sama dengan
alat kendali pada patroli pengintaian titik.
82

(2) Gerakan di perjalanan.

(a) Formasi dan tindakan sesuai dengan ke-


adaan cuaca dan medan serta jumlah pasukan
yang melaksanakan patroli.

(b) Bila mendapat hambatan dari musuh maka


diatasi seperti pelaksanaan patroli keamanan.

(3) Kegiatan di TB sasaran. Melaksanakan pengintai-


an Komandan.

(4) Tindakan di sasaran.

(a) Saat masuk kedudukan.

i. Unsur pengaman.

i) Unsur pengaman dapat masuk


ke kedudukannya selama pengintaian
Komandan berlangsung. Hal ini ber-
dasarkan pertimbangan sebagai beri-
kut:

(i) Perlu pengaman selama


proses pengintaian Komandan.

(ii) Terdapat aktivitas musuh


yang dapat menggagalkan pe-
ngintaian Komandan.

(iii) Medan di sekitar sasaran


kurang menguntungkan pe-
laksanaan pengintaian.

ii) Danpat dapat juga menempat-


kan kelompok pengaman pada ke-
dudukannya sebelum unsur pe-
nyerang bergerak dari TB sasaran
melalui Titik Pencar (TP). Hal yang
harus diperhatikan adalah bahwa
lamanya kelompok pengaman masuk
kedudukan ditentukan oleh Danpat
berdasarkan perkiraan waktu yang
dibutuhkan untuk menempati ke-
dudukan tersebut. Kedudukan pasuk-
an pengaman pada bagian medan
dekat sasaran yang dapat mengaman-
kan kegiatan di sasaran.
83

Apabila berdasarkan PKT/PKM Dan-


pat satuan patroli tidak mampu me-
laksanakan penyergapan dikarena-
kan kekuatan lawan lebih kuat/lebih
besar maka Danpat dapat meminta
bantuan tembakan ke komando atas
secara hierarki dengan melaporkan
koordinat permintaan bantuan tem-
bakan yang diperlukan.

iii) Kegiatan unsur pengaman:

(i) Selama gerakan unsur pe-


nyerang memasuki kedudukan-
nya, kelompok pengaman harus
dapat memberikan informasi
tentang musuh.

(ii) Kelompok pengaman me-


nembak hanya bila diketahui
musuh atau atas perintah Dan-
pat.

(iii) Salah satu kelompok pe-


ngaman ditempatkan di TB
sasaran dipimpin oleh Wadan-
pat.

ii. Unsur penyerang.

i) Kelompok bantuan.

(i) Pokban masuk kedudu-


kan bersama kelompok dan
unsur penyerangan lainnya.
Kelompok ini bergerak dari TB
sasaran ke Titik Pencar (TP)
paling depan.

(ii) Kedudukan cukup dekat


ke sasaran untuk dapat me-
nguasai sasaran secara efektif.

(iii) Bila tidak terdapat kedu-


dukan yang menguntungkan
hendaknya dipertimbangkan pe-
nempatannya dengan kelompok
penyerbu.
84

(iv) Arah tembakan pokok


senapan mesin maupun senjata
kelompok yang lain harus
ditentukan oleh Danpat pada
saat pengintaian Komandan.

ii) Kelompok penyerbu.

(i) Selama bergerak dari TB


sasaran ke Titik Pencar (TP),
kelompok ini berada dibelakang
kelompok bantuan.

(ii) Saat masuk kedudukan


bersama-sama dengan kelom-
pok bantuan dimana kelompok
penyerbu berpencar dengan ke-
lompok tersebut di Titik Pencar
(TP).

(iii) Kedudukan kelompok pe-


nyerbu. Formasi yang diguna-
kan sebaiknya berbentuk huruf
“L” (90º) terhadap kelompok
bantuan sedangkan kelebaran
penempatan kelompok pe-
nyerbu sebaliknya selebar sa-
saran yang dihadapi, sehingga
kelompok penyerbu dapat me-
nutup/meliputi seluruh sasar-
an.

iii) Kelompok khusus (kelompok


matsas, kelompok penghancur, ke-
lompok bunuh senyap).

(i) Bergerak dari TB sasaran


ke sasaran melalui Titik Pencar
(TP) di belakang kelompok pe-
nyerbu.

(ii) Penempatan di sasaran


berada di belakang kelompok
penyerbu.

(iii) Kelompok pengamat sa-


saran. Pada saat pelaksanaan
pengintaian Komandan,
85

kelompok pengamat sasaran ini


biasanya selalu dibawa dan
ditempatkan pada suatu
tempat/kedudukan setelah TP
dan berada pada suatu bagian
medan yang dapat mengamati
kegiatan musuh di sasaran.
Danpat sebaiknya menentukan
cara hubungan antara dirinya
dan kelompok pengamat sa-
saran. Kelompok pengamat
sasaran ditarik dari kedudukan-
nya oleh Danpat setelah ke-
lompok dari unsur penyerang
dihentikan oleh Danpat di TP.
Matsas harus melaporkan se-
gala perubahan situasi yang
dilihatnya di sasaran sebelum
kelompok dari unsur penyerang
masuk kedudukannya. Hal ini
disampaikan di Titik Pencar
(TP). Bila tugas patroli pe-
nyergapan adalah tugas peng-
hancuran instalasi maka ke-
dudukannya selama kegiatan di
sasaran adalah bagian paling
kanan dan paling kiri dari
kelompok penyerbu. Bila tugas
patroli penyergapan bukan
tugas penghancur instalasi
maka matsas dapat memper-
kuat kelompok penyerbu pada
saat serbuan ke sasaran
dilaksanakan.

(b) Aksi di sasaran/serbuan.

i. Unsur pengamanan. Setelah serbuan


dimulai, kelompok pengaman menutup
jalan keluar masuk daerah sasaran dan
mencegah perkuatan musuh serta me-
lindungi pemunduran.

ii. Unsur penyerang. Apabila Danpat


meminta bantuan tembakan ke komando
atas maka pelaksanaan buka tembakan
unsur penyerang dilaksanakan setelah
bantuan tembakan diberikan.
86

Namun apabila tidak ada bantuan tem-


bakan maka prosedur aksi unsur penyerang
dilaksanakan sebagai berikut:

i) Kelompok bantuan. Pelaksana-


an buka tembakan dan hentikan
ataupun alihkan tembakan atas pe-
rintah dari Danpat, menggunakan
tanda isyarat yang telah ditentukan.

ii) Kelompok penyerbu.

(i) Setelah isyarat buka tem-


bakan diberikan, kelompok pe-
nyerbu menembak secara se-
rentak bersama kelompok
bantuan. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan penda-
dakan secara maksimal dan
keunggulan tembakan, sehingga
sasaran dapat dilumpuhkan.

(ii) Ada kalanya penyergapan


dimulai dengan penyergapan
senyap oleh kelompok senyap
terhadap kelompok musuh.
Atau kelompok bantuan mem-
buka tembakan, sedangkan
unsur penyerang bergerak se-
cara merayap mendekat ke
sasaran. Bila tembakan dihenti-
kan/dialihkan segera kelompok
penyerbu menyerbu masuk.

(iii) Bila dengan jalan pertama


sasaran belum berhasil di-
lumpuhkan maka kelompok pe-
nyerbu meminta bantuan sen-
jata lintas lengkung yang ada
padanya melalui peninjau
depan (kalau memang dileng-
kapi).

(iv) Bila sampai pada batas


waktu yang telah ditentukan
sasaran tetap belum berhasil
dilumpuhkan,
87

maka Danpat dapat me-


merintahkan atau memberikan
isyarat serbuan untuk me-
laksanakan serbuan. Serbuan
dilaksanakan dengan agresif
dan cepat dengan menggunakan
tembak gerak serta me-
rangkak/merayap mulai dari
hubungan 2 atau 3 orang
sampai dengan perorangan dan
dari suatu perlindungan ke
perlindungan yang lain. Hal ini
dilakukan jika sekitar sasaran
masih ada tempat untuk
berlindung. Pada situasi dimana
di sekitar sasaran sama sekali
tidak ada lindung tembak dan
tinjau maka kelompok penyerbu
menyerbu secara seretak
dengan secepat cepatnya sambil
melepaskan tembakan terarah
dengan rentetan pendek ke arah
musuh.

(v) Bila musuh pada saat


dimulai serbuan telah berhasil
dilumpuhkan, maka serbuan
dilaksanakan dengan cepat ke
sasaran dengan tetap me-
melihara kewaspadaan se-
keliling.

(vi) Konsolidasi yang bersifat


sementara dilaksanakan oleh
kelompok penyerbu di tepi jauh
sasaran, sekaligus melaksana-
kan pengamanan setempat
dalam rangka melindungi
kelompok khusus melaksana-
kan tugasnya.

(vii) Bila tugas penyergapan


adalah penghancuran instalasi
musuh, maka kelompok pe-
nyerbu setelah menyerbu dan
membinasakan personel musuh
serta melindungi kelompok
khusus melaksanakan tugasnya
dari tepi jauh sasaran,
88

maka mereka harus kembali ke


kedudukan awal serbuan. Hal
ini dilakukan setelah kelompok
penghancur yang menyiapkan
peledakan sasaran melapor ke-
pada Danpat bahwa: “Peledakan
siap”. Pada malam hari ke-
lompok penghancuran yang ber-
ada di sasaran dan kelompok
pengamat sasaran harus me-
ngarahkan gerakan kelompok
penyerbu. Tujuan kelompok pe-
nyerbu kembali ke kedudukan
awal serbuannya adalah untuk
menghindari akibat peng-
hancuran dan meyakinkan
bahwa tidak ada anggota yang
berada di dekat instalasi yang
akan dihancurkan.

iii) Kelompok khusus.

(i) Matsas. Menuntun ke-


lompok penyerbu mundur ke
kedudukan sebelum peng-
hancuran dilaksanakan. Pada
malam hari matsas pun me-
nuntun dengan cara meng-
gunakan senter yang kacanya
telah diberi warna merah.
Senter ini dinyalakan pada
kedudukannya sebagai batas
kiri dan kanan dari kelompok
penyerbu. Kegiatan di sasaran.
Kelompok ini melaksanakan
tugasnya di sasaran atas pe-
rintah Danpat setelah kelompok
penyerbu berhasil melaksana-
kan konsolidasi sementara di
tepi jauh sasaran.

(ii) Pokcur. Bila di sekeliling


sasaran terdapat rintangan
kawat harmonika atau rintang-
an yang sejenis, tugas ke-
lompok penghancur harus
membuka rintangan tersebut,
89

sebelum pelaksanaan serbuan


dengan tetap menjaga ke-
amanan dan kerahasiaan. Bila
patroli penyergapan bertugas
untuk menghancurkan in-
stalasi musuh maka tugas
kelompok penghancur selain
menghancurkan sasaran ada-
lah mengarahkan kelompok
penyerbu pada saat kelompok
penyerbu kembali ke ke-
dudukan awal, agar alat
peledakan yang telah disiapkan
tidak rusak/terganggu. Pe-
ledakan dilaksanakan atas
perintah Danpat.

(iii) Kelompok bunuh senyap.


Kelompok ini dapat dibentuk
bila diketahui bahwa sasaran
dijaga ketat oleh pos penjaga
musuh. Tujuan pembentukan
kelompok ini adalah untuk
membunuh secara senyap pos
musuh yang akan membahaya-
kan pelaksanaan penyergapan.
Biasanya pembunuhan senyap
dilakukan sebelum kelompok
dari unsur penyerangan masuk
ke kedudukan. Kemungkinan
kegagalan ini harus menjadi
pertimbangan Danpat. Selesai
melaksanakan tugasnya, ke-
lompok bunuh senyap dapat
bergabung dengan kelompok
khusus lainya atau dengan
kelompok penyerbu. Jika per-
sonel patroli terbatas, maka
kelompok bunuh senyap dapat
dirangkap oleh kelompok pe-
nyerbu atau kelompok khusus
lainnya.

(c) Saat pengunduran. Urut-urutan pe-


ngunduran setelah aksi di sasaran dimulai dari
kelompok penyerbu, kelompok khusus, kelompok
bantuan, dan kelompok pengaman.
90

i. Unsur pengaman. Mundur ke TB


sasaran paling belakang melalui Titik
Pencar (TP) atas perintah atau tanda isyarat
yang telah ditentukan.

ii. Unsur penyerang.

i) Kelompok bantuan. Sesaat


sebelum pengunduran kelompok
bantuan melindungi kelompok
penyerbu dan kelompok khusus.
Setelah kelompok penyerbu dan
kelompok khusus mundur kemudian
kelompok bantuan mundur ke TB
sasaran melalui Titik Pencar (TP).

ii) Kelompok penyerbu.


(i) Atas perintah Danpat
atau dengan tanda isyarat yang
telah ditentukan sebelumnya,
kelompok penyerbu mundur
secara cepat.

(ii) Pengunduran dilaksana-


kan dari kedudukan awal bila
sasaran tersebut harus di-
hancurkan dan dari kedudukan
konsolidasi sementara di tepi
jauh sasaran bila sasaran tidak
harus dihancurkan.

(iii) Bila tugas penyergapan


bukan penghancuran suatu
instalasi maka setelah tanda
isyarat pengunduran diberikan,
kelompok penyerbu langsung
mundur ke TB sasaran TP.

iii) Kelompok khusus. Peng-


unduran dilaksanakan bersama
kelompok penyerbu atas perintah
Danpat.

(d) Tindakan di TB sasaran setelah kegiatan di


sasaran. Tindakan yang dilaksanakan, antara
lain:
91

i. Penempatan kembali masing-masing


kelompok di TB sasaran oleh Danpat
dibantu Wadanpat.

ii. Pengambilan perlengkapan yang di-


tinggalkan selama aksi di sasaran.

iii. Laporan masing-masing kelompok


kepada Danpat.

iv. Penyebarluasan keterangan bila ke-


adaan memungkinkan.

v. Siap melanjutkan gerakan ke DL atau


kembali ke BO/ke daerah kawan.

Gambar Patroli Penyergapan

b) Patroli penghadangan. Di medan hutan gunung, patroli


penghadangan dapat dilaksanakan dengan berjalan kaki atau
dengan berkendaraan (pelaksanaannya disesuaikan medan
yang tersedia, pertimbangan jarak yang relatif jauh, dan faktor
kerahasiaan) namun apabila dilaksanakan dengan ber-
kendaraan maka kendaraan beserta awaknya dapat
digunakan sebagai pokban/pokpam sebagai penutup jalan-
jalan pelolosan musuh (kedudukan tetap tersamar).
92

(1) Alat kendali patroli penghadangan. Alat kendali


yang digunakan pada patroli penghadangan sama
dengan alat kendali pada patroli pengintaian titik.

(2) Penghadangan titik.

(a) Gerakan di perjalanan.

i. Formasi dan tindakan sesuai dengan


keadaan cuaca dan medan serta jumlah
pasukan yang melaksanakan patroli.

ii. Bila mendapat hambatan dari musuh


maka diatasi seperti pelaksanaan patroli
keamanan.

(b) Kegiatan di TB sasaran. Melaksanakan


pengintaian Komandan.

(c) Tindakan di sasaran.

i. Formasi penghadangan titik antara


lain:

i) Formasi segaris.

(i) Unsur penyerang biasa-


nya ditempatkan sejajar dengan
gerakan musuh (yang dapat
berupa aliran sungai, jalan
setapak atau jalan). Kedudukan
unsur penyerang sejajar dan
sepanjang daerah peng-
hancuran menghadapi sasaran
kelompok. Besarnya sasaran
yang dapat dijebak di daerah
penghancuran dibatasi oleh
daerah yang mana unsur
penyerang secara efektif dapat
menutup dengan tembakan
yang terpusat. Sasaran dapat
disekat dengan rintangan alam,
ranjau, bahan peledak, dan
tembakan langsung ataupun
tidak langsung.
93

Formasi ini sangat efektif untuk


digunakan pada penghadangan
di medan yang tertutup dimana
sasaran sulit bermanuver atau
di medan terbuka dimana salah
satu lambungnya dibatasi
rintangan alam atau dibatasi
oleh ranjau dan jebakan yang
lain. Keuntungan formasi ini
adalah mudah dalam
pengendalian dalam berbagai
kondisi.

(ii) Kelebaran penempatan


kelompok penyerbu sebaiknya
selebar sasaran yang dihadapi,
sehingga kelompok penyerbu
dapat menutup seluruh
sasaran.

Gambar
Formasi Segaris

ii) Formasi L. Bentuk formasi ini


adalah variasi dari bentuk garis.
Unsur penyerang ditempatkan dua
bagian yaitu kelompok penyerbu
ditempatkan sejajar dengan daerah
penghancuran dan kelompok bantuan
membentuk sudut 90° terhadap
kelompok penyerbu atau penampakan
unsur penyerang senjajar dengan
daerah penghancuran dan penempat-
an unsur bantuan tembakan sudut
90° terhadap unsur penyerang.
Formasi ini dapat digunakan pada
jalan atau sungai yang lurus atau
pada suatu tikungan jalan/sungai
yang tajam.
94

Gambar Formasi “L”

iii) Formasi Z. Formasi ini juga


merupakan variasi yang lain dari
formasi garis. Unsur/kelompok pe-
nyerang ditempatkan sejajar dengan
daerah penghancuran dan unsur/-
kelompok bantuan membentuk sudut
90° terhadap unsur/kelompok bantu-
an pada kedua ujung, unsur/-
kelompok pengaman di tempatkan
pada bagian luar masing-masing
kelompok bantuan. Bentuk ini
digunakan untuk:

(i) Untuk mencegah musuh


lari atau mencegah musuh
memperkuat.
(ii) Menutup daerah peng-
hancuran.
(iii) Menutup lambung.
(iv) Untuk mencegah pen-
dadakan khususnya dari
lambung.

Gambar Formasi “Z”


95

iv) Formasi “T”. Dalam formasi “T”,


apabila terdapat 2 kelompok bantuan
maka ditempatkan di kanan dan kiri
unsur penyerang sebagai unsur
bantuan. Sedangkan apabila hanya
terdapat 1 kelompok bantuan maka
kelompok bantuan tersebut me-
rupakan bagian dari unsur pe-
nyerang. Kelompok-kelompok tersebut
ditempatkan melintang terhadap
kemungkinan arah datangnya musuh.
Formasi ini dapat digunakan siang
dan malam hari serta baik untuk
melaksanakan penghadangan di
daerah terbuka seperti di sawah,
daerah bertegal, dan tempat pe-
nyeberangan.

(i) Pasukan yang kecil dapat


menggunakan formasi ini untuk
mengganggu, memperlambat,
dan memecah belah kekuatan
musuh yang lebih besar.
Ranjau, jebakan, dan rintangan
dapat dipasang pada sisi-sisi
daerah penghancuran dari
pasukan yang dihadang, ke-
lompok penyerang dan
kelompok bantuan memusatkan
tembakan pada daerah peng-
hancuran dan segera mundur
tanpa terlibat pertempuran yang
menentukan.

(ii) Formasi ini dapat diguna-


kan untuk mencegah kelompok
musuh yang bergerak dimedan
terbuka pada siang maupun
malam hari. Bentuk formasi ini
cukup efektif untuk mencegah
infiltrasi.
96

(iii) Kerugian dari formasi ini


ialah bila menghadapi musuh
yang kuat yang bergerak
tersebar. Oleh karena itu
formasi ini sebaiknya diguna-
kan bila cara bergerak dan arah
datangnya musuh telah yakin
diketahui.

(iv) Penghadangan dengan


menggunakan formasi ini jika
dilakukan dimedan terbuka
(sawah) harus betul menjaga
kerahasiaan dan pendadakan
dengan cara semua anggota
tiarap/bersembunyi dan mun-
cul dengan tiba-tiba setelah
musuh berada di daerah
penghancuran.

Gambar Formasi “T” Dengan 1 Pokban

Gambar Formasi “T” Dengan 2 Pokban (Unsur Bantuan)


97

v) Formasi “V”. Formasi ini paling


baik bila digunakan pada medan
terbuka tetapi juga dapat digunakan
pada medan tertutup. Unsur
penyerang ditempatkan pada kedua
sisi rute gerakan sasaran sehingga
membentuk huruf “V”. Pengamanan
arah tembakan harus benar-benar
diyakini untuk mencegah tembakan
dari suatu kelompok mengarah ke
kelompok lain. Bila digunakan pada
medan yang tertutup salah satu ujung
dari kelompok menyerang yang
membentuk huruf “V” harus dapat
dan membuka tembakan hanya ada
jarak dekat.

Gambar Formasi “V”

vi) Formasi segitiga. Formasi segi-


tiga pada prinsipnya digunakan jika
arah gerakan musuh belum jelas dan
hanya bisa dilakukan oleh patroli
penghadang dengan kekuatan satu
Peleton atau lebih. Formasi segi tiga
ini dapat dibagi menjadi dua macam,
yang satu dengan lainnya berbeda
dalam penggunaan dan pelaksa-
naannya.

(i) Segitiga tertutup. Formasi


ini digunakan pada jalan yang
bercabang atau pertigaan jalan.
98

Unsur penyerang dibagi menjadi


dua kelompok yang masing-
masing menduduki pada sisi
segitiga yang dekat/sejajar de-
ngan jalan. Unsur bantuan
dibagi menjadi empat kelompok
yang kedudukannya berada
pada ujung segi tiga (khusus
kelompok mortir). Unsur pe-
ngaman dibagi empat kelompok
yang menduduki tempat se-
belah luar dari kelompok sen-
jata otomatis (SO) dan pada
salah satu sisi segi tiga yang
tidak dekat/sejajar dengan
jalan. Unsur pengaman yang
berada pada ujung segi tiga juga
berfungsi sebagai peringatan
awal/dini/cepat (early warning)
selain untuk mengamankan dan
menutup jalan keluar masuk ke
daerah pengamanan.
Daerah penghancuran disiap-
kan pada dua tempat yaitu di
jalan yang berhadapan dengan
kelompok penyerbu. Kerugian
formasi ini adalah rawan ter-
hadap tembakan lintas leng-
kung musuh (berkumpul) dan
tidak memanfaatkan semua ke-
kuatan (± 1/3 bagian saja).
Keuntungan dari penghadangan
dengan formasi segi tiga ter-
tutup adalah dapat meng-
hadang musuh yang datang dan
menuju arah manapun, pe-
ngamanan ke segala jurusan,
pengendalian mudah.
99

Gambar Formasi Segitiga Tertutup

(ii) Formasi segi tiga terbuka


(dilakukan dalam tugas-tugas
gangguan). Formasi ini diguna-
kan untuk memberikan ke-
rugian yang besar bagi pasukan
musuh yang kuat. Unsur pe-
nyerang dibagi dalam tiga ke-
lompok yang masing-masing
kelompok mempunyai tiap
sudut dari suatu bentuk segi-
tiga yang memuat daerah peng-
hadangan. Segitiga terbuka
(penghadangan untuk meng-
hancurkan). Unsur bantuan
juga dibagi menjadi tiga ke-
lompok dimana masing-masing
kelompok menempati titik sudut
dari segi tiga dengan jarak ±
200-300 meter.
Sedangkan unsur pengaman
dibagi menjadi 4 kelompok de-
ngan pembagian 3 kelompok
pengaman penempatannya ber-
ada di belakang masing-masing
kelompok penyerbu untuk
mengamankan sektor belakang
dan 1 kelompok pengaman
melaksanakan pengamanan TB
sasaran.
100

Daerah penghancuran terletak


di dalam segi tiga tersebut. Pada
penghadangan dengan formasi
segitiga terbuka sangat tepat
bila dilakukan oleh satu peleton
atau lebih. Kerugian dari
formasi ini adalah kesulitan
mengendalikan didalam me-
lakukan serangan. Perlu
koordinasi yang teliti untuk
meyakinkan bahwa serangan
atau manuver tidak akan
tertembak oleh kelompok lain,
sehingga memerlukan alat
komunikasi yang memadai;
tempat penghadangan harus
merupakan medan yang dapat
memberikan perlindungan bagi
pasukan penyerang bila musuh
masuk daerah penghancuran,
kelompok penyerang yang ber-
ada di front depan, membuka
tembakan terhadap sasaran.
Bila musuh membalas me-
nyerang, kelompok tersebut
mulai memundurkan diri dari
kelompok penyerang yang ber-
ada di sisi/disamping mulai
menembak. Bila kelompok pe-
nyerang yang disamping ter-
sebut diserang, maka kelompok
penyerang yang berada disisi
lain mulai menembak. Proses
tersebut diulangi sampai sa-
saran/musuh tersebut men-
derita kerugian yang besar.
Bila musuh masuk daerah
penghancuran, kelompok pe-
nyerang yang terdekat mulai
menembak musuh. Selanjutnya
satu atau dua kelompok
penyerbu secara langsung me-
nyerang untuk menghancurkan
musuh tersebut).
101

Posisi musuh sudah terkepung dan 1 kelompok (kelompok pengaman,


kelompok penyerbu, dan kelompok bantuan 1) membuka tembakan.

Pada saat musuh menyerang, maka kelompok 1 (kelompok yang membuka


tembakan) segera mundur, dan kelompok 2 segera membuka tembakan.

Pada saat musuh menyerang, maka kelompok 2 segera mundur, dan


kelompok 3 segera membuka tembakan.
102

Pada saat musuh menyerang maka kelompok 3 segera mundur. Musuh


terpecah belah dan menderita kerugian, sedangkan pasukan penghadang
menghindari pertempuran yang menentukan.

Gambar Formasi Segi Tiga Terbuka

ii. Saat masuk kedudukan.

i) Unsur pengaman.

(i) Selama bergerak dari TB


sasaran ke Titik Pencar (TP),
kelompok ini berada dipaling
depan dan paling belakang.

(ii) Unsur pengaman masuk


ke kedudukannya dari Titik
Pencar (TP) setelah matsas
ditarik.

(iii) Salah satu kelompok pe-


ngaman ditempatkan di TB
sasaran.

ii) Unsur penyerang.

(i) Pokban. Selama bergerak


dari TB sasaran ke Titik Pencar
(TP), kelompok ini berada di-
belakang pokko. Pokban masuk
kedudukan bersama kelompok
dan unsur penyerang lainnya.
Pokban berada di kanan kiri
pokbu.
103

Bila tidak terdapat kedudukan


yang menguntungkan maka
hendaknya dipertimbangkan pe-
nempatannya dengan kelompok
penyerbu. Arah tembakan
pokok. Sebelum penghadangan
siap maka tembakan di arahkan
keluar. Setelah penghadangan
siap maka tembakan di arahkan
ke daerah penghancuran/ke
dalam.

(ii) Pokbu. Selama bergerak


dari TB sasaran ke Titik Pencar
(TP), kelompok ini berada di-
belakang kelompok bantuan.
Pokbu masuk kedudukan ber-
sama kelompok dan unsur
penyerang lainnya. Pokbu ber-
ada di tengah antara ke-
dudukan kelompokbantuan.

(iii) Poksus. Pok sus bertugas


memasang ranjau claymore di
daerah penghancuran dan ran-
jau buatan/anti personel di
daerah yang diperkirakan se-
bagai jalan pelolosan musuh
maupun di depan daerah kon-
solidasi/Batas Gerak Maju
(BGM). Poksus membantu
Wadanpat memasang tali
perhubungan.

iii. Kegiatan di sasaran.

i) Unsur pengaman.

(i) Salah satu kelompok pe-


ngaman yang melihat datang-
nya musuh segera memberikan
isyarat kepada Danpat.

(ii) Bertugas untuk mencegah


musuh yang meloloskan diri
dari daerah penghancuran.

(iii) Bertugas untuk mencegah


datangnya bantuan dari musuh.
104

(iv) Bertugas untuk meng-


amankan kelompok penyerbu
saat melaksanakan aksi.

ii) Unsur penyerang.

(i) Pokban. Bertugas untuk


memberikan bantuan tembakan
ke arah daerah penghancuran
dan melindungi kelompok pe-
nyerbu saat melaksanakan
serbuan.

(ii) Pokbu. Apabila kelompok


penyerbu lebih dari satu maka
setelah melaksanakan serbuan
sampai di tempat konsolidasi
maka kelompok penyerbu lain-
nya melaksanakan serbuan ke
arah/sektor lainnya, demikian
juga kedudukan saat konsoli-
dasi.

(iii) Poksus. Melaksanakan


pembersihan, melepas ranjau,
dan membawa tawanan. Apabila
memungkinkan melaksanakan
pembersihan pada malam hari
maka menggunakan alat khu-
sus Night Vision Goggles (NVG).

iv. Saat pengunduran. Urut-urutan pe-


ngunduran setelah aksi di sasaran dimulai
dari kelompok penyerbu, kelompok khusus,
kelompok bantuan, dan kelompok pe-
ngaman.

i) Unsur pengaman. Mundur ke


TB sasaran paling belakang melalui
Titik Pencar (TP) atas perintah Danpat
atau tanda isyarat yang telah ditentu-
kan.

ii) Unsur penyerang.


105

(i) Pokban. Sebelum pe-


ngunduran kelompok bantuan
melindungi kelompok penyerbu
dan kelompok khusus. Setelah
kelompok penyerbu dan ke-
lompok khusus mundur ke-
mudian kelompok bantuan
mun-dur ke TB sasaran melalui
Titik Pencar (TP).

(ii) Kelompok penyerbu. Atas


perintah Danpat atau dengan
tanda isyarat yang telah di-
tentukan sebelumnya, ke-
lompok penyerbu mundur se-
cara cepat. Pengunduran dilak-
sanakan dari kedudukan kon-
solidasi sementara di tepi jauh
sasaran ke kedudukan awal
kemudian ke TB sasaran me-
lalui Titik Pencar (TP). Bila
penghadangan sifatnya hanya
mengganggu pengunduran di-
laksanakan dari kedudukan.

(iii) Poksus. Pengunduran di-


laksanakan bersama kelompok
penyerbu atas perintah Danpat.

v. Tindakan di TB sasaran setelah ke-


giatan di sasaran. Tindakan yang dilaksana-
kan, antara lain:

i) Penempatan kembali masing-


masing kelompok di TB sasaran oleh
Danpat dibantu Wadanpat.

ii) Pengambilan perlengkapan yang


ditinggalkan selama aksi di sasaran.

iii) Llaporan masing-masing ke-


lompok kepada Danpat.

iv) Penyebarluasan keterangan bila


keadaan memungkinkan.

v) Siap melanjutkan gerakan ke


DL atau kembali ke BO/ke daerah
kawan.
106

c) Patroli keamanan. Di medan hutan gunung, patroli


keamanan dapat dilaksanakan dengan berjalan kaki atau
dengan berkendaraan (pelaksanaannya disesuaikan medan
yang tersedia, pertimbangan jarak yang relatif jauh, dan faktor
keamanan) namun lebih dominan dilaksanakan dengan
berjalan kaki. Apabila dilaksanakan dengan berkendaraan dan
apabila mendapatkan gangguan dan ancaman dari musuh
maka prosedur yang dilaksanakan adalah seluruh personel
turun dari kendaraan dan mengatasi gangguan dan ancaman
tersebut.

(1) Alat kendali patroli keamanan. Alat kendali yang


digunakan sedikit berbeda dengan pelaksanaan patroli-
patroli lainnya, perbedaan dalam patroli keamanan
adalah tidak adanya TB sasaran, Titik Pencar (TP), Titik
Temu (TT), sasaran, dan konsolidasi.

(2) Macam-macam patroli keamanan. Patroli ke-


amanan dapat dikenal dalam dua istilah yakni:

(a) Patroli keamanan yang bergerak bersama


induk pasukan (tidak dijelaskan dalam modul
ini).

(b) Patroli keamanan yang dikeluarkan oleh


induk pasukan/satuan yang tidak bergerak. Pat-
roli keamanan bergerak bersama induk pasukan
tidak dikategorikan sebagai patroli yang dibahas
dalam doktrin lapangan ini. Patroli tersebut ialah
nama satuan yang dikeluarkan oleh kawal depan
dalam rangka melindungi gerak maju induk
pasukan yang lebih besar. Pengorganisasian
seperti ini terdapat pada bagian dari operasi
serangan yaitu pemindahan pasukan. Kegiatan
satuan “Patroli pelopor” dalam tugas ini tindaklah
sama dengan apa yang dimaksud oleh kegiatan
patroli tempur lainnya (periksa definisi tentang
patroli). Karena itu, macam patroli tersebut diatas
tidak dibahas dalam modul ini. Adapun jenis
patroli keamanan yang dibahas dalam modul ini
adalah:

i. Patroli keamanan dengan tugas pem-


bersihan daerah (patroli mencari dan meng-
hancurkan).
107

Pada umumnya pelaksanaan patroli ke-


amanan dilaksanakan dengan cara mencari
dan menghancurkan musuh, oleh karena
itu usaha ini dapat dilaksanakan dengan
cara mencari jejak dan bekas-bekas musuh,
menggunakan penduduk setempat yang
telah dibina dan benar-benar dapat diper-
caya atau dengan menggunakan anjing
pelacak. Medan kritik yang akan dilalui
harus diintai terlebih dahulu dan selanjut-
nya dikuasai sebelum dilewati. Apabila
patroli harus melalui lembah maka ke-
tinggian-ketinggian yang ada disekitar lem-
bah harus diintai dan dikuasai lebih dahulu
dan diamankan.

i) Cara pembersihan daerah. Pada


suatu medan tertutup maka pem-
bersihan daerah dapat dilaksanakan
dengan lima cara, yaitu dengan cara
“Kipas”, cara “Garu”, cara “Kembang”,
cara “Menyusuri Sungai”, dan cara
“Sapu”. Dalam suatu operasi lawan
insurjensi maka pencarian dan
penghancuran insurjen pada suatu
daerah tertentu dapat menggunakan
lima cara ini. Dalam pelaksanaan
pembersihan daerah dengan kelima
cara ini adalah dengan cara meng-
gerakkan satu atau beberapa patroli
dari suatu basis operasi/suatu poros
tertentu. Bila hanya satu patroli yang
digerakkan maka pelaksanaan pem-
bersihan tidak boleh melebihi 1 km
persegi perhari.

(i) Cara kipas.

Gambar Pembersihan Cara “Kipas”


108

(ii) Cara garu.

Gambar (Pembersihan Cara “Garu”

iii) Cara kembang.

Gambar Pembersihan Cara “Kembang”


(

iv) Cara sapu.

Gambar Pembersihan Cara “Sapu”


109

(v) Cara menyusuri sungai.

Gambar Pembersihan Cara “Menyusuri Sungai”

ii) Penghadangan gopoh/tidak di-


persiapkan, dilaksanakan apabila tim
patroli lebih dahulu melihat musuh
dimana musuh sedang bergerak ke
arah patroli. Tindakan yang dilak-
sanakan oleh tim patroli adalah:

(i) Taipan memberi isyarat


tentang kedatangan musuh.

(ii) Danpat maju kedepan


untuk melihat dan melakukan
penilaian keadaan secara cepat,
kemudian segera memberikan
isyarat kepada patroli untuk
melaksanakan penghadangan
yang tidak dipersiapkan.

(iii) Dengan cepat tim patroli


membentuk formasi yang di-
sesuaikan dengan medan de-
ngan kelompok pengaman di
ujung kanan dan kiri selanjut-
nya mempersiapkan kedudukan
tembak.

(iv) Pokban menempatkan ke-


dudukan di belakang bersama
dengan salah satu pokpam
dipimpin oleh Wadanpat melak-
sanakan pengawasan belakang.
110

(v) Bila musuh pada saat


memasuki kedudukan pengha-
dangan tidak mencurigai dan
mengetahui adanya peng-
hadangan maka perintah buka
tembakan dilaksanakan oleh
Danpat.

(vi) Bila ternyata musuh men-


curigai atau mengetahui adanya
penghadangan maka anggota
yang mengetahui lebih dahulu
akan kecurigaan musuh ini
langsung membuka tembakan
dan diikuti oleh anggota yang
lain.

(vii) Bila waktu memungkin-


kan maka penghadangan goboh
ini dilakukan dari samping arah
gerakan musuh.
.
iii) Penyergapan gopoh dilaksana-
kan apabila tim patroli lebih dahulu
melihat musuh dimana musuh tidak
sedang bergerak (beristirahat). Tin-
dakan yang dilaksanakan oleh tim
patroli adalah:

(i) Patroli secara rahasia


mendekat kekedudukan musuh
yang telah diketahui.

(ii) Pokpam digunakan untuk


menutup jalan keluar masuk
dan mengisolasi musuh.

(iii) Serangan dilakukan se-


cara mendadak dan agresif
(seperti patroli penyergapan).

iv) Purpa dilaksanakan apabila tim


patroli dan musuh sama-sama
melihat (dari depan). Tindakan yang
dilaksanakan oleh tim patroli adalah:
111

(i) anggota paling dekat de-


ngan musuh membuka tem-
bakan sambil berteriak “Kontak
depan/kiri/kanan/belakang”.

(ii) Danpat melaksanakan


PKT/PKM dan dari hasil ter-
sebut maka Danpat dapat mem-
pertimbangkan bahwa kontak
diatasi dengan cara frontal/
melambung/pelingkaran/pe -
ningkaran;

(iii) Serbuan dihentikan bila


musuh mengundurkan diri atau
kontak terputus.

(iv) Bila musuh menahan


maka serbuan terus dilaksana-
kan sampai melintasi ke-
dudukan musuh hingga kontak
putus.

v) Patroli terkepung oleh musuh


dan ditembak lebih dahulu dari segala
arah. Tindakan yang dilaksanakan
oleh tim patroli adalah:

(i) Patroli melaksanakan 5M,


selanjutnya Danpat memberi
intruksi secepat mungkin untuk
patroli keluar dari pengepungan
musuh dengan cara menyerang
langsung secara frontal untuk
menerobos bagian titik musuh
yang lemah atau pada celah-
celah medan yang tidak di
duduki oleh musuh; dan

(ii) Apabila berdasarkan


PKT/PKM Danpat satuan patroli
tidak mampu melaksanakan
serbuan dikarenakan kekuatan
lawan lebih kuat/lebih besar
maka Danpat dapat meminta
bantuan tembakan ke Komando
Atas secara hierarki dengan
melaporkan koordinat per-
mintaan bantuan tembakan
yang diperlukan).
112

vi) Patroli terlihat oleh musuh dan


ditembak lebih dahulu maka melak-
sanakan kontak depan/kontak
kanan/kontak kiri atau kontak
belakang. Tindakan yang dilaksana-
kan oleh tim patroli adalah:

(i) Saat patroli ditembak


musuh maka seluruh anggota
langsung berteriak “Kontak
depan/kontak kanan/kontak
kiri atau kontak belakang”.

(ii) Bagian patroli yang ter-


dekat dengan musuh langsung
menjadi pangkal tembak, sambil
berusaha mencari kedudukan
untuk membalas menembak.

(iii) Sementara itu kelompok


yang lain mengambil ke-
dudukan pada sektornya
masing-masing sehingga seperti
kedudukan dalam pertahanan
keliling (Wadanpat yang meng-
koordinasikan).

(iv) Danpat melaksanakan


perkiraan cepat dan mem-
bentuk arah dan cara serangan
baik dilaksanakan secara fron-
tal melambung/pelingkaran/pe-
ningkaran.

(v) Selama pelambungan di-


laksanakan maka unsur yang
melaksanakan pangkal tembak
dipimpin oleh Wadanpat.

ii. Patroli keamanan dengan tugas men-


cari penembak runduk. Patroli yang ber-
tugas mencari penembak runduk biasanya
berkekuatan kurang dari satu regu, ber-
gerak dalam kelompok dua orang atau lebih.
Dua kelompok bekerja sama, satu kelompok
bergerak di depan dan kelompok yang lain
melindunginya.
113

Pencarian-pencarian ini harus bergerak


secara perlahan, karena lawan kemungkin-
an menduduki beberapa tempat yang
tersembunyi dan siap untuk menembak.
Pencarian-pencarian harus bergerak dengan
teliti pada suatu daerah yang telah ditentu-
kan, terutama waspada terhadap pohon
besar. Tiap kedudukan yang dicurigai,
medan-medan kritik sebagai tempat pe-
nembak runduk harus diperiksa dengan
teliti. Bila diketahui kedudukan penembak
runduk, maka kelompok satu mengikat dari
depan dan kelompok yang lain mengepung
dari samping atau belakang. Teknik
kelompok tersebut adalah:

i) Jika kemungkinan kecil untuk


bertemu dengan musuh mengguna-
kan teknik “Bergerak tetap” yakni
sebagai berikut:

(i) Jarak antar kelompok


tergantung pada medan, yang
penting adalah tiap kelompok
dapat saling mengawasi, me-
lindungi, dan memberi tanda
isyarat. Jarak perorangan ± 5
s.d 20m(dlm kelompok).

(ii) Kelompok depan akan


bergantian dengan kelompok
belakang setelah beberapa
waktu lamanya agar tidak
terlalu tegang.

(iii) Kelompok depan akan


mengikuti sedang kelompok
belakang melakukan per-
lindungan.

Gambar Teknik “Bergerak Tetap”


114

ii) jika ada kemungkinan bertemu


dengan musuh menggunakan teknik
“Ulat kilan” yakni sebagai berikut:

(i) Kelompok depan akan


diganti dengan kelompok be-
lakang setelah beberapa waktu
lamanya agar tidak terlalu
tegang.

(ii) Kelompok belakang akan


bergerak mendekati kelompok
depan yang sedang berhenti
sambil berlindung dan me-
ngamati medan di depan.
Selanjutnya setelah kelompok
belakang berada di sekitar ke-
lompok depan dan telah me-
ngambil kedudukan untuk me-
ngamati medan depan, ke-
lompok depan bergerak maju ke
depan (± 50 m) untuk selanjut-
nya berhenti dan mengamati
medan depan, kemudian mem-
beri tanda-tanda kelompok be-
lakang maju lagi dan seterus-
nya.

A (3) A
A (2)
± 50 50 m (4)
m B
A (1) B (3)
B
± 50 (2)
(1)
m

Gambar Teknik “Ulat Kilan”

iii) Jika besar kemungkinan untuk


bertemu dengan musuh mengguna-
kan teknik “Lompat katak” yakni
sebagai berikut:
115

(i) Kelompok depan akan


diganti dengan kelompok be-
lakang setelah beberapa waktu
lamanya agar tidak terlalu
tegang.

(ii) Kelompok belakang akan


bergerak melewati kelompok
depan yang sedang berhenti
sambil berlindung dan me-
ngamati medan didepan. Se-
lanjutnya setelah kelompok
belakang berada di depan ke-
lompok depan dan telah me-
ngambil kedudukan untuk me-
ngamati medan depan, ke-
lompok depan bergerak maju
melewati kelompok depannya (±
50 meter) untuk selanjutnya
berhenti dan mengamati medan
depan, kemudian memberi
tanda-tanda kelompok belakang
maju lagi dan seterusnya.

40 s.d. 100m
B
A
A B
40 s.d. 100 m±

Gambar Teknik “Lompat Katak”

iii. Patroli keamanan dengan tugas pe-


ngamanan daerah.
i) Suatu satuan yang mendapat
tugas untuk mengamankan suatu
daerah tertentu. Dalam suatu operasi
lawan insurjesi maka tugas pe-
ngamanan suatu daerah tertentu
dapat dilaksanakan oleh satuan se-
tingkat peleton atau kompi, ter-
gantung luas atau sempitnya daerah
tersebut,
116

dominan atau tidaknya daerah ter-


sebut maupun kuat atau lemahnya
ancaman insurjensi terhadap daerah
tersebut. Guna melaksanakan tugas,
maka satuan tersebut harus me-
nyelenggarakan patroli keamanan de-
ngan tugas pengamanan daerah.

ii) Gerakan patroli jenis ini biasa-


nya diawali dari suatu BO/BOD,
mengelilingi daerah tanggung jawab-
nya, dan kembali ke BO/BOD.
Tindakan yang harus dilakukan bila
kontak dengan musuh pada prinsip-
nya harus dapat menghancurkannya,
menggunakan teknik seperti pada
patroli keamanan dengan tugas pem-
bersihan daerah.

(3) Formasi. Dalam pelaksanaan tugasnya seluruh


formasi yang ada dalam patroli pada umumnya dapat
dipergunakan. Oleh karena tugas yang dilaksanakan
pada umumnya adalah mengamankan daerah serta
mencari dan menghancurkan musuh yang mana ke-
kuatan dan kedudukan musuh tidak jelas maka formasi
yang digunakan hendaknya dapat menjawab kepenting-
an pelaksanaan tugas tersebut. Formasi “Telur (oval)”
adalah formasi yang paling ideal, baik untuk patroli
keamanan dengan tugas pengamanan daerah maupun
patroli keamanan dengan tugas mencari dan meng-
hancurkan musuh. Patroli ini baik untuk diperjalanan
maupun pada medan terbuka atau tertutup yang masih
dapat dilalui. Kerugiannya adalah sulit dalam pe-
ngendalian. Dengan formasi “Telur” maka dapat men-
jamin kekenyalan patroli terhadap serangan baik dari
depan, samping, dan belakang.

Gambar Formasi “Oval”


117

Catatan:

(a) Jika patroli bergerak ke kanan maka ke-


lompok komando langsung bergerak ke belakang
kelompok pengaman kanan, sehingga pengaman
kanan akan menjadi pengaman depan dan
seterusnya.

(b) Pengesan jejak jika diperlukan dapat di-


tempatkan di depan pengaman depan dengan
jarak ± ½ sampai dengan 1 meter dari pengaman
depan. Jika tidak diperlukan berada dibelakang
kelompok komando.

(c) Pada prinsipnya kelompok-kelompok yang


merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari
kelompok pengaman, kelompok bantuan, dan
kelompok penyerang yang bergerak baik di depan,
di kanan, dan dikiri maupun di belakang akan
bertindak sebagai unsur pangkal tembak bila
musuh yang menyerang dari arah yang paling
berdekatan dengan kelompok tersebut. Sedangkan
sisa patroli merupakan unsur yang akan
melambung atau melingkar terhadap kedudukan
musuh.

(4) Prinsip-prinsip yang harus dipedomani dalam


melaksanakan patroli keamanan.

(a) Sekali patroli keamanan kontak dengan


musuh, patroli harus berusaha menghancurkan,
bila tidak mampu maka patroli harus mengikat
dan melaporkannya.

(b) Wadanpat biasa memimpin unsur pengikat,


Danpat selalu memimpin unsur yang lambung.

d) Patroli pemeliharaan kontak.

(1) Alat kendali patroli pemeliharaan kontak. Alat


kendali yang digunakan pada patroli pemeliharaan
kontak sama dengan alat kendali pada patroli pe-
ngintaian titik.

(2) Sasaran.

(a) Pasukan kawan di titik yang telah ditentu-


kan.
118

(b) Pasukan kawan atau lawan bila kedudukan


yang pasti dari pasukan tersebut belum diketahui.

(c) Memelihara kontak dengan pasukan kawan


atau lawan.

(3) Penyelenggaraan. Mencari dan memelihara kontak


dengan musuh, kekuatannya biasanya lebih besar dari
patroli yang bertugas untuk mencari kontak dengan
musuh yang kemudian segera mengundurkan diri
setelah mengetahui kedudukan dan kekuatan musuh.

(a) Pada patroli kontak dengan pasukan kawan


yang telah diketahui tempatnya, patroli bergerak
dengan formasi seperti dalam patroli lain yang
berkekuatan kecil dengan tidak mengabaikan
keamanan selama bergerak dan pada waktu
berhenti. Patroli dihentikan pada jarak tertentu
dari titik kontak (± 200 meter) dimana tempat
berhenti itu dapat dijadikan TB sasaran. Jika TB
sasaran akan didatangi lagi setelah melaksanakan
kontak dengan pasukan kawan, maka tinggalkan
beberapa orang dari kelompok pengaman di TB
sasaran tersebut. Jika tidak perlu kembali ke TB
sasaran, maka perintah untuk menghubungkan
langsung ke titik kontak untuk melaksanakan
kontak yang dilakukan oleh kelompok peng-
hubung, dengan kelompok pengaman tetap melak-
sanakan pengamanan terhadap kelompok peng-
hubung.

(b) Pada saat pertemuan dengan pasukan yang


belum ditemukan di tempat, patroli akan bergerak
dari medan yang lain yang telah diperbaiki dalam
satuan atasan. Kegiatan selanjutnya adalah sama
dengan patroli kontak dengan pasukan kawan
yang telah diketahui tempatnya. Khusus untuk TB
sasaran, akan dilakukan setelah kedudukan
pasukan yang akan dikontak telah diketahui. Hal-
hal yang harus dipegang sebagai prinsip dalam
melaksanakan patroli kontak dengan kawan
adalah:

i. Semua anggota harus paham betul


tentang sandi yang berlaku dan paham tata
cara penggunaannya.
119

Khusus untuk pelayan radio dan anggota


kelompok penghubung harus mengetahui
tentang frekuensi dan nama panggilan
satuan yang akan dikontak atau satuan
tetangga.

ii. jangan cepat menganggap bahwa


pasukan yang ditemui adalah pasukan
kawan. Hal ini harus diyakini terlebih dulu
dengan sandi. Sebelum yakin bahwa
pasukan tersebut adalah pasukan kawan,
tindakan kewaspadaan tetap dilakukan.

(c) Gerakan patroli pemeliharaan kontak de-


ngan musuh pada prinsipnya sama dengan patroli
keamanan mencari dan menghancurkan musuh
(patroli pembersihan daerah). Perbedaannya ada-
lah setelah patroli menemui kedudukan musuh
maka patroli tidak selalu melakukan pertempur-
an, apalagi sampai melaksanakan pertempuran
yang menentukan. Patroli segera mengundurkan
diri (kecuali yang bertugas untuk memelihara
kontak) dan melaporkannya kepada satuan atasan
yang mengeluarkan perintah patroli. Jika tugas
patroli adalah juga untuk mencari informasi ten-
tang kekuatan musuh, maka patroli baru mundur
setelah mengetahui dengan pasti kekuatan musuh
yang baru dihadapinya. Kegiatan patroli pe-
meliharaan kontak dengan musuh dengan tujuan
mencari informasi tentang kekuatan dan dislokasi
musuh atau dapat disamakan dengan pengintaian
paksa. Sebab untuk pemeliharaan kontak dengan
musuh guna mendapatkan keterangan tentang
tempat dan kekuatan, dapat dilakukan dengan
melaksanakan pertempuran yang tidak menentu-
kan. Bagi patroli yang mendapat tugas untuk
tetap memelihara kontak dengan musuh, setelah
mendapatkan kontak ini, maka patroli tidak
segera mundur melainkan tetap bertahan dengan
segala kemampuannya sambil menunggu datang-
nya satuan kawan yang lebih besar atau ada
perintah lain dari satuan atasan.

(d) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam


pelaksanaan tugas pemeliharaan kontak dengan
musuh adalah:
120

i. Rute gerakan harus sudah direncana-


kan sebelumnya, sehingga satuan atasan
dapat mengikuti rencana gerakan tersebut.
Hal ini sangat diperlukan untuk melibatkan
satuan/patroli lain guna dengan cepat dan
tepat dapat mengeksploitasi hasil yang telah
diperoleh oleh patroli pemeliharaan kontak.

ii. Selama melakukan gerakan patroli


harus selalu melaporkan kedudukannya
dan situasi yang dihadapinya.

iii. Patroli dapat melepaskan tembakan


kearah musuh yang diduga untuk melihat
reaksi musuh, sehingga kedudukan dan
kekuatannya dapat diketahui. Hal ini bukan
berarti patroli boleh menembak dengan
seenaknya sehingga dapat membahayakan
pasukan kawan yang lain (karena tidak
mengetahui kedudukan pasukan kawan)
atau membahayakan patroli itu sendiri.
Karena kedudukannya sendiri dapat
diketahui oleh musuh.

e) Patroli pemburu. Patroli pemburu adalah suatu patroli


yang dikeluarkan oleh suatu satuan untuk melaksanakan
tugas pengejaran terhadap musuh. Patroli ini sama halnya
dengan patroli keamanan dalam melaksanakan tugasnya
bersifat aktif, artinya bergerak sengaja mencari musuh di
daerah hutan gunung dengan bergerak untuk mencari dan
mengikuti jejak musuh untuk dihancurkan serta menghilang-
kan jejak sendiri sehingga tidak terjejak oleh lawan.

(1) Patroli pemburu. Alat kendali patroli pemburu.


Alat kendali yang digunakan sama dengan alat kendali
patroli keamanan.

(2) Sasaran. Mencari, mendekati, melumpuhkan, me-


nawan, dan atau menghancurkan musuh.

(3) Penyelenggaraan. Pada pelaksanaan patroli ke-


amanan menemukan jejak/gangguan musuh pada
ruang dan waktu yang tidak memungkinkan, maka
patroli melaporkan kepada komando atas, selanjutnya
komando atas memerintahkan patroli untuk merencana-
kan sebagai patroli pemburu.
121

(a) Pada saat patroli keamanan menemukan


jejak/kontak dengan musuh, setelah mandapat
perintah dari komando atas untuk melaksanakan
pemburuan maka patroli bergerak dengan formasi
patroli pemburu dengan menempatkan prajurit
sanjak di depan.

(b) Pada saat patroli keamanan menemukan


jejak/kontak dengan musuh, akan tetapi patroli
tidak bisa melaksanakan pemburuan karena
terbatasnya ruang dan waktu, maka komando
atas mengirimkan tim khusus untuk melaksana-
kan patroli pemburuan.

(c) Setelah patroli pemburu menemukan sa-


saran maka penyelesaiannya sama seperti pada
patroli keamanan.

b. Patroli Di Daerah Permukiman/Kota.

1) Patroli berjalan kaki. Pelaksanaan patroli berjalan kaki di


daerah permukiman/kota sama halnya pelaksanaan patroli di
medan hutan gunung. Yang membedakan adalah teknik mengatasi
di sasaran dihadapkan medan permukiman/kota yang padat akan
bangunan baik perumahan ataupun perkantoran.

a) Alat kendali. Alat kendali yang digunakan sama dengan


alat kendali pada pelaksanaan patroli keamanan di medan
hutan gunung.

b) Teknik bergerak di daerah pemukiman/kota. Adapun


teknik yang digunakan bila berada di medan permukiman/
kota adalah sebagai berikut:

(1) Cara bergerak.

(a) Melewati tembok. Letakkan kaki bergerak


melewati rintangan.

Gambar Melewati Tembok


122

(b) Mengikuti sudut bangunan. Sebelum ber-


gerak melewati sudut bangunan, tinjau daerah
yang akan dilalui, apakah ada musuh atau
rintangan-rintangan di daerah tersebut. Pada
waktu meninjau jangan terlalu menampakkan
badan, tetap pada sikap tiarap disudut bawah.
Senjata juga jangan kelihatan. Bila keadaan
aman, maka segera bergerak kearah yang dituju
dengan tetap waspada terhadap kemungkinan
tembakan musuh dari setiap bangunan.

Gambar Berlindung di Sudut Bangunan

(c) Melintasi jendela. Bila kita melintasi jendela


yang berada pada lantai pertama dari bangunan,
bongkokkan badan supaya tidak kelihatan dari
jendela. Jangan sampai ada bayangan kita di-
jendela dan bergerak tetap merapat pada dinding
bangunan. Bila akan melintasi jendela yang
rendah, maka lompati jendela itu agar kaki kita
tidak terlihat dari dalam ruangan.

Gambar Melewati Jendela Tinggi di Tengah


123

Gambar Melewati Jendela Rendah di Tengah

(d) Bergerak di lorong atau gang atau koridor.


Bergeraklah merapat pada dinding koridor dan
kemudian segera keluar dengan cepat dari
koridor tersebut.

Gambar Bergerak di Lorong


(e) Melintasi medan terbuka. Hindari bagian
medan yang rawan seperti jalanraya, gang, dan
tempat-tempat terbuka lainnya. Pilih rute yang
paling dekat kesasaran yang akan dituju.
Jangan bergerak lurus kearah musuh, tapi
bergeraklah secara berloncatan dengan bentuk
zig-zag. Kalau kita bergerak dari titik A ke C,
maka jangan bergerak langsung, tetapi tentukan
satu titik lagi, (titik B) sebagai titik loncatan. Bila
bergerak di medan terbuka, kita dapat
menggunakan granat asap sebagai tabir atau per-
lindungan di samping perlindungan yang
diberikan oleh tembakan.

(f) Bergerak di dalam ruangan bangunan.


Jangan sampai bayangan kita terlihat dari pintu
atau jendela. Tindakan yang dilakukan sama
dengan tindakan pada waktu melintasi jendela di
luar bangunan.
124

(2) Cara memasuki bangunan. Pada waktu me-


masuki bangunan-bangunan maka dasar-dasar per-
tempuran perorangan sebagaiberikut:

(a) Pilih titik masuk yang baik sebelum ber-


gerak mendekati bangunan.

(b) Hindari jendela-jendela dan pintu-pintu,


karena mungkin ada jebakan (boobytrap) atau
telah dikuasai tembakan musuh.

(c) Buat jalan masuk dengan menggunakan


bahan peledak, tembakan tank atau senjata lawan
tank.

(d) Lemparkan granat kedalam ruangan se-


belum masuk.

(e) Segera masuk sesaat setelah granat me-


ledak.

(f) Tingkatkan kewaspadaan pada saat masuk,


kalau perlu masuk sambil menembak kearah yang
mencurigakan.

(g) Pada saat kita masuk harus sudah ada yang


melindungi.

(h) Setelah masuk segera lari menuju kebagian


yang paling tinggi dari bangunan.

(i) Dapat juga masuk dari bagian atas bangun-


an dengan menggunakan helikopter.

(3) Penggunaan granat tangan. Bila melaksanakan


pertempuran di daerah bangunan, selalu gunakan gra-
nat tangan untuk membunuh musuh yang ada dalam
ruangan bangunan sebelum kita masuk. Granat tangan
dapat memaksa musuh untuk berlindung pada saat kita
masuk, sehingga musuh tidak sempat menembak kita.

(4) Penggunaan lindung tembak. Kedudukan tempur


atau lindung tembak dalam pertempuran didaerah
bangunan adalah berbeda dengan daerah pertempuran
lainnya. Pada daerah bangunan biasanya kita tidak
menyiapkan kedudukan-kedudukan tersebut.
125

Untuk itu kita harus memanfaatkan reruntuhan


bangunan sebagai kedudukan tempur gopoh.

(a) Sudut-sudut bangunan. Bila menggunakan


sudut-sudut bangunan sebagai kedudukan tem-
pur, kita harus dapat menembak dengan posisi
yang berlawanan dengan kebiasaan kita. Misalnya
kalau kita menggunakan sudut bangunan, maka
sebagai penembak tangan kanan, kita juga harus
dapat menembak dengan tangan kiri, supaya
badan kita tetap terlindung oleh tembok. Sikap
menembak seperti ini perlu juga dilaksanakan
untuk menghadapi tugas-tugas pertempuran kota.
Pada saat menembak sebaiknya menggunakan
posisi tiarap untuk memperkecil bidang sasaran.

(b) Dinding atau tembok. Bila menembak dari


belakang dinding atau tembok, maka gunakanlah
bagian samping dan jangan menembak dari atas
tembok. Menembak dari samping akan lebih
terlindung dari peninjauan musuh dibandingkan
jika menembak dari atas tembok. Tetap merapat
ketembok dan gunakan posisi berlutut atau
tiarap.

(c) Jendela-jendela. Bila menggunakan jendela


sebagai kedudukan tembak janganlah berdiri
karena akan menampakkan sebagian besar dari
tubuh kita. Sikap berdiri juga akan memberikan
bayangan pada dinding ruangan yang berwarna
terang atau jendela-jendela pada bagian lain
bangunan. Jangan sampai cahaya api mulut laras
senjata kita keluar jendela pada waktu ditembak-
kan, sebab dapat menunjukkan kedudukan kita.
Untuk itu harus menembak agak kedalam
ruangan, agar dapat mencegah cahaya api mulut
laras terlihat dari luar. Jendela-jendela dapat
ditutup dengan menggunakan papan atau bahan-
bahan lain dengan tujuan agar musuh sulit
mengetahui jendela mana yang akan digunakan.
Buat lubang secukupnya untuk menembak. Dapat
juga digunakan karung-karung pasir yang
diletakkan didasar dan samping jendela.
Bersihkan kaca-kaca jendela untuk mencegah
luka-luka.
126

(d) Atap bangunan. Atap bangunan cukup baik


untuk digunakan sebagai kedudukan tembak
karena dari posisi ini kita dapat menguasai medan
di bawah, khususnya bagi penembak-penembak
runduk, akan lebih leluasa menembak sasaran
sebab pandangannya bisa jauh dan luas kedepan.
Posisi badan harus tetap aman, manfaatkan
benda-benda yang ada disekitar atap untuk
lindung tembak. Dapat juga membongkar atap
atau genteng dan menembak dari dalam sehingga
yang terlihat hanya kepala dan bahu saja.
Karung-karung pasir dapat digunakan sebagai
lindung tembak.

(5) Lubang buatan pada dinding. Lubang-lubang


buatan pada dinding bangunan dapat juga digunakan
sebagai kedudukan tembak. Gunanya adalah untuk
mengurangi penggunaan jendela-jendela yang biasanya
lebih dari satu, agar musuh tidak dapat memastikan
dari lubang yang mana kita menembak. Jangan sampai
cahaya api terlihat dari luar. Untuk memperkuat
kedudukan dapat digunakan karung-karung pasir. Jika
kita menembak dengan posisi tiarap pada lantai kedua
(atas), susun karung-karung pasir dilantai dan gunakan
untuk tempat tiarap, agar terlindung dari kemungkinan
ledakan yang terjadi dilantai satu (bawah). Gunakan
meja dengan karung-karung pasir atau benda-benda
keras lain di atasnya untuk melindungi diri dari benda-
benda atau puing-puing yang berjatuhan akibat
tembakan musuh.

c) Tindakan apabila terjadi kontak dengan musuh.

(1) Penghadangan gopoh/tidak dipersiapkan dilak-


sanakan apabila tim patroli lebih dahulu melihat musuh
dimana musuh sedang bergerak ke arah patroli.
Tindakan yang dilaksanakan oleh tim patroli sama
halnya pada tindakan yang dilaksanakan pada patroli
keamanan di medan hutan gunung. Penempatan tiap-
tiap kelompok disesuaikan medan/bangunan di per-
mukiman/kota dengan mempertimbangkan keuntungan
dan kekurangan yang diperoleh tim patroli.

(2) Penyergapan gopoh dilaksanakan apabila tim


patroli lebih dahulu melihat musuh dimana musuh
tidak sedang bergerak (beristirahat).
127

Tindakan yang dilaksanakan oleh tim patroli sama


halnya pada tindakan yang dilaksanakan pada patroli
keamanan di medan hutan gunung. Apabila musuh
berada di dalam bangunan maka tim patroli melaksana-
kan serangan dengan teknik serbuan ruangan.

(3) Purpa dilaksanakan apabila tim patroli dan


musuh sama-sama melihat (dari depan). Tindakan yang
dilaksanakan oleh tim patroli sama halnya pada
tindakan yang dilaksanakan pada patroli keamanan di
medan hutan gunung. Manfaatkan bangunan/gedung
sebagai lindung tinjau dan lindung tembak serta
perlindungan.

(4) Patroli terkepung oleh musuh dan ditembak lebih


dahulu dari segala arah. Tindakan yang dilaksanakan
oleh tim patroli sama halnya pada tindakan yang
dilaksanakan pada patroli keamanan di medan hutan
gunung.

(5) Patroli terlihat oleh musuh dan ditembak lebih


dahulu maka melaksanakan kontak depan/kontak
kanan/kontak kiri atau kontak belakang. Tindakan
yang dilaksanakan oleh tim patroli sama halnya pada
tindakan yang dilaksanakan pada patroli keamanan di
medan hutan gunung.

2) Patroli berkendaraan.

a) Tujuan. Patroli dengan naik kendaraan bertujuan:

(1) Dapat menempuh jarak/daerah yang luas dalam


waktu yang relatif pendek dibanding patroli berjalan
kaki.

(2) Dapat melaksanakan tugas di daerah kontaminasi


(penularan) yang cukup berbahaya bagi patroli jalan
kaki.

(3) Dapat membawa perlengkapan, persenjataan, dan


munisi yang lebih berat.

b) Organisasi tugas. Patroli berkendaraan diorganisasikan


menjadi unsur-unsur (kelompok) sesuai tugas patroli yang
akan dilaksanakan sama halnya dengan patroli yang dilak-
sanakan dengan berjalan kaki.
128

(1) Bila kelompok/anggota ditentukan dalam suatu


kendaraan, integritas kelompok, dan tembakannya
harus dipelihara keutuhannya.

(2) Satu orang ditunjuk sebagai Komandan/pimpinan


dari setiap kendaraan.

c) Persiapan. Patroli berkendaraan disiapkan dengan cara


yang sama seperti patroli jalan kaki, sedangkan kendaraan
harus diperiksa untuk meyakinkan bahwa kendaraan dalam
kondisi yang baik dan telah diisi dengan BBM, oli, dan air
yang cukup. Pengemudi dan orang lain yang berkaitan dengan
kendaraan harus juga disiapkan untuk tugas ini sebagai
anggota patroli.

d) Perlengkapan. Patroli berkendaraan dapat membawa


perlengkapan yang berat dalam jumlah relatif banyak, contoh:

(1) Senjata lawan tank dan munisinya, ditempatkan


dekat ke depan dan kebelakang dari patroli tersebut.

(2) Kendaraan khusus perhubungan merupakan


sarana yang paling penting (baik) untuk komunikasi
antara patroli dan komando atas.

e) Manuver/gerakan. Patroli berkendaraan bergerak de-


ngan menggunakan salah satu dari 3 macam cara gerakan:

(1) Gerakan tetap. Semua kendaraan bergerak secara


konvoi dengan kecepatan sedang dan semua personel
naik di kendaraan dengan siap siaga. Kendaraan
pertama hanya menghentikan konvoi untuk memeriksa
tempat-tempat yang dianggap berbahaya. Cara ini
adalah paling cepat tetapi cara bergerak ini kurang
begitu aman.

Gambar Teknik Kendaraan Gerakan Tetap


129

(2) Gerakan “Ulat kilan”. Kendaraan tetap berada di-


suatu tempat kedudukan tertentu. Dua buah kendaraan
terdepan, merupakan sebuah tim pengintai depan
memeriksa dari suatu tempat ke tempat lain. Caranya
ialah kendaraan kedua ditempatkan pada posisi yang
terlindung, bila perlu bergerak tanpa kendaraan (jalan
kaki) dan melindungi gerakan dari kendaraan pertama
untuk menuju ke suatu tempat. Untuk memeriksa dan
menyelidiki tempat tersebut maka kendaraan pertama
bila perlu bergerak dengan jalan kaki. Bila tempat
tersebut ternyata aman, kendaraan kedua diberi tanda
untuk maju, dan bergabung dengan kendaraan per-
tama. Selanjutnya kendaraan pertama dengan hati-hati
menyelidiki medan di depan dan mencari jejak (tanda-
tanda) ada tidaknya musuh dan memilih tempat ber-
henti berikutnya. Kendaraan kedua kemudian bergerak
ke depan dan prosesnya sama seperti di atas. Loncatan
berikutnya dari kendaraan terdepan (pertama) jangan
melebihi batas kemampuan tembakan efektif dari
kendaraan kedua. Kendaraan pertama bergerak dengan
cepat menuju tempat pemberhentian selanjutnya
berhenti di tempat pemberhentian berikutnya yang
dipilih. Kendaraan kedua/tiga berada pada posisi yang
baik dan terlindung, siap siaga melindungi kendaraan
pertama. Apabila kendaraan kedua bergerak di depan
untuk menuju tempat berikutnya disebut gerakan
loncatan “Selang seling”, apabila kendaraan pertama
yang bergerak menuju tempat berikutnya disebut:
“Loncat berturut-turut”. Setelah sampai dan situasi
aman, maka kendaraan kedua diberi tanda untuk maju.
Kendaraan pertama dan personelnya harus diganti
secara periodik untuk menjamin kesiapsiagaannya.
Barisan kendaraan lain bergerak secara berloncatan
dari tempat yang satu ke tempat yang lain, tetap saling
melindungi. Setiap kendaraan memelihara kontak visual
dengan kendaraan di depannya tetapi supaya dihindari
jarak yang sangat dekat.

(3) Gerakan loncat ganti. Semua kendaraan kecuali


dua buah kendaraan terdepan berbaris pada tempat
tertentu. Dua kendaraan tersebut secara berloncatan
(selang-seling) memimpin kendaraan lain, pada setiap
loncatan yang satu melindungi loncatan yang lain.
130

Cara ini lebih cepat dari pada gerakan “Ulat kilan”,


tetapi relatif kurang aman, hal ini tidak memberikan
waktu bagi anggota yang berada pada kendaraan kedua
untuk memeriksa secara teliti medan di depan sebelum
melintasi kendaraan pertama. Pada cara ini kendaraan
pertama dan kedua bergerak ke depan secara ber-
gantian

f) Keamanan. Keamanan diperoleh dengan cara Komandan


menentukan setiap kendaraan dan personelnya untuk
mengawasi suatu arah. Setiap kendaraan yang bergerak
sepanjang rute perjalanan bertanggung jawab untuk meneliti
ke depan, ke samping, dan ke belakang. Hal tersebut berguna
bagi setiap kendaraan untuk menghadapi tembakan
pendadakan musuh dari setiap jurusan dan berguna untuk
memelihara kontak visual dengan kendaraan yang di depan
ataupun di belakang.

g) Tindakan pada daerah yang berbahaya.

(1) Dalam melaksanakan kegiatan patroli dengan


menggunakan kendaraan diharapkan tetap menjaga
faktor keamanan dan keselamatan, menjaga jarak, dan
kecepatan kendaraan terutama saat melintasi jalan raya
yang cukup ramai, medan berbukit serta daerah yang
rawan kecelakaan. Apabila terjadi insiden, laporkan
perkembangan situasi (SI-A-BI-DI-BA-BRA) secepat
mungkin untuk menjamin kecepatan pengiriman
informasi ke komando atas dengan mencantum jarak
dan arah insiden dari pos kotis. Komandan kelompok
pada kendaraan pertama segera melapor kepada Danpat
bila menemukan rintangan atau tempat berbahaya.
Danpat memerintahkan beberapa anggota untuk
memeriksa tempat tersebut dengan dilindungi oleh sen-
jata di atas kendaraan. Rintangan yang ditemukan bila
mungkin dilalui (dilewati) saja, bila tidak mungkin
dilewati harus disingkirkan dengan hati-hati.

(2) Tiap tempat di sekitar simpang jalan untuk rute


gerak maju harus diperiksa. Setiap anggota di dalam
satu kendaraan mengamankan simpang jalan/sungai
dan satu dua kendaraan memeriksa samping (rel)
jalan/sungai. Banyaknya penyelidikan tepi-tepi jalan/-
sungai tergantung dari pengetahuan/ kemampuan
Danpat di dalam menilai medan dan situasi.

(3) Jembatan, simpang jalan/sungai, defile, dan


lekukan-lekukan merupakan daerah bahaya.
131

Anggota-anggota harus jalan kaki (khusus kendaraan


udara dan air tetap pengawasan serta pengamanan
diatas kendaraan) dan menggunakan keuntungan
dengan perlindungannya yang ada untuk memeriksa
daerah tersebut. Kendaraan berhenti di tempat yang
terlindung, senjata di atas kendaraan diarahkan untuk
melindungi anggota yang memeriksa.

(4) Bila patroli mendekati perkampungan/perkubuan


maka 2 atau 3 orang anggota maju ke depan untuk
memeriksa. Anggota lain melindungi gerakan mereka
pada tempat terlindung.

(5) Dalam melaksanakan kegiatan patroli dengan


menggunakan kendaraan pada malam hari, amati
daerah rawan baik dengan teropong malam hari atau
lampu sorot yang ada pada kendaraan.

(6) Anggota patroli harus keluar dari kendaraan


mereka dimanapun kendaraan itu berhenti.

h) Tindakan bila terjadi kontak dengan musuh.

(1) Kendaraan depan dihadang. Maka tindakan pat-


roli tersebut adalah:

(a) Lemparkan granat asap sebagai tabir pelari-


an kendaraan selanjutnya pengemudi percepat
laju kendaraan keluar daerah peng-hadangan.

(b) Pengawal dan pasukan lainnya bila mung-


kin segera turun dan dengan cepat bergerak
mencari suatu posisi sedemikian rupa, sehingga
dapat menembak musuh yang menghadang.

(c) Selanjutnya anggota patroli lain segera


turun/keluar dari kendaraan untuk melaksana-
kan perlawanan, pengikatan, pelambungan, atau-
pun pelingkaran, dan isolasi. Danpat melaporkan
kepada Komandan atasan tentang situasinya.

(d) Kendaraan yang dihadang maksimalkan


sebagai kendaraan pangkal tembakan, kendaraan
lainnya atas dasar PKT/PKM Danpat bertindak
sebagai pelambung maupun pengikat.
132

(e) Pasukan yang melaksanakan pelambungan


sekaligus melaksanakan serbuan kekedudukan
musuh/serbuan ruangan.

(f) Menggunakan kendaraan taktis tempur


sebagai perkuatan tembakan dan lindung tembak
ketika mendekati sasaran.

Gambar Kendaraan Depan Dihadang

(2) Kendaraan tengah dihadang. Maka tindakan pat-


roli tersebut adalah:

(a) Pengemudi dengan segera mempercepat


kendaraan untuk keluar dari daerah peng-
hadangan. Bila pengemudi terkena tembakan,
maka pembantu pengemudi mengambil alih tugas
pengemudi.

(b) Pengawal dan anggota-anggota lain agar


melepaskan tembakan yang gencar kearah
musuh.

(c) Anggota yang bertugas melempar granat


asap segera melemparkan granatnya untuk
memberikan tabir asap terhadap gerakan ken-
daraan, agar pandangan musuh terhadap kita
tertutup dan sebagai tanda kepada kendaraan
lainnya bahwa tempat tersebut merupakan posisi
penghadangan dari musuh.
133

(d) Apabila kendaraan sudah keluar dari dae-


rah penghadangan atau terpaksa berhenti karena
mesin rusak/mati maka Komandan kendaraan
memerintahkan anggotanya melompat keluar
kekiri/kanan berlawanan dari arah penghadangan
dan menuju tempat berkumpul (TB).

(e) Setelah pasukan sampai ketempat yang


relatif aman, kelompok ini menyusun perlawanan
terhadap musuh.

(f) Kendaraan depan dipimpin oleh Wadanpat


melaksanakan penutupan, sementara kendaraan
dua dipimpin oleh Danpok yang mengikat.

(g) Kendaraan yang ada dibelakangnya segera


berhenti dan seluruh anggota keluar dari ken-
daraan kesebelah jalan yang sama dari posisi
penghadangan musuh.

(h) Danpat selanjutnya memerintahkan koman-


dan kendaraan tengah dan belakang untuk me-
nyerbu dengan cara frontal/melambung/pe-
lingkaran/peningkaran (sesuai PKT/PKM Danpat)
dipimpin oleh Danpat.

(i) Serbuan dilaksanakan dengan tembak dan


gerak.
134

Gambar Kendaraan Tengah Dihadang

(4) Kendaraan belakang dihadang.

(a) Pengemudi dengan segera mempercepat


kendaraan untuk keluar dari daerah peng-
hadangan. Bila pengemudi terkena tembakan,
maka pembantu pengemudi mengambil alih tugas
pengemudi.

(b) Pengawal dan anggota-anggota lain agar


melepaskan tembakan yang gencar kearah
musuh.

(c) Anggota yang bertugas melempar granat


asap segera melemparkan granatnya untuk
memberikan tabir asap terhadap gerakan ken-
daraan, agar pandangan musuh terhadap kita
tertutup dan sebagai tanda kepada kendaraan
lainnya bahwa tempat tersebut merupakan posisi
penghadangan dari musuh.

(d) Setelah pasukan sampai ketempat yang


relatif aman, kelompok ini menyusun perlawanan
terhadap musuh.

(e) Kendaraan depan dan tengah berhenti


secepatnya seluruh anggota keluar dari ken-
daraan untuk menyerbu dari lambung musuh
dipimpin oleh Wadanpat.

(f) Danton memimpin kendaraan belakang


melaksanakan pengikatan.
135

(g) Kelompok mortir ringan memberikan tem-


bakan kearah kedudukan musuh, sementara
kelompok penyerbu melaksanakan serangan, saat
serbuan maka tembakan mortir ringan dialihkan.

Gambar Kendaraan Belakang Dihadang

(5) Pada beberapa situasi dimana patroli harus jalan


kaki, pengemudi ditinggalkan di kendaraan. Kendaraan
tersebut dihentikan di tepi jalan/sungai setelah yakin
bahwa tepi jalan/sungai tersebut tidak ada ranjaunya.
Bila mungkin kendaraan ditempatkan sedemikian rupa
sehingga pengemudi tersebut, dapat membantu se-
rangan dari kendaraan dengan senjata yang ada
padanya. Apabila tindakan tersebut telah berhasil maka
patroli selanjutnya melanjutkan perjalanan.

i) Tindakan apabila tim patroli mendapatkan informasi/


mengetahui terlebih dahulu tentang musuh sedang bermukim
pada suatu pemukiman maka tim patroli melaksanakan
penyergapan. Keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pe-
nyergapan di daerah permukiman/kota ditentukan oleh
perencanaan dan persiapan yang teliti, cermat, cepat, dan
tepat. Maka seorang Danpat harus memahami proses pe-
rencanaan dan persiapan yang umum dilaksanakan dalam
patroli dan mampu menjabarkan serta mengimplementasikan
di lapangan.

(1) Menentukan TB sasaran. Melaksanakan pem-


bersihan TB sasaran dan melaksanakan pengintaian
Komandan yang berisi hal-hal yang berkaitan dengan
alat kendali. Namun dihadapkan pada daerah pe-
mukiman/kota maka ada beberapa hal yang tidak dapat
dilaksanakan. Adapun kegiatannya adalah sebagai
berikut:
136

(a) Menentukan dan melaksanakan pembersih-


an TB sasaran dengan tidak menggunakan cara-
cara seperti di daerah hutan, melainkan pem-
bersihan dari rumah ke rumah untuk meyakinkan
daerah tersebut aman dan teknik pembersihan
dilaksanakan secara berpasangan dan dilaksana-
kan oleh unsur pengaman.

(b) Penempatan pasukan sedapat mungkin me-


lingkar sesuai dengan kelompok masing-masing
dan menyesuaikan bentuk medan serta me-
manfaatkan perlindungan bangunan yang ada di
permukiman.

(c) Melaksanakan pengintaian Komandan se-


bagai bagian akhir untuk meyakinkan sasaran
sekaligus menempatkan matsas disasaran.

(d) Persiapan masuk kedudukan masing-


masing kelompok/titik aksi.

(2) Kegiatan di sasaran.

(a) Tim penyergap bergerak dari TB sasaran


menuju ketitik pencar/pengecekan dengan urut-
urutan Pok Pam 1, Pok Pam 2, Pok Ko, Pok Ban,
Pok Bu, Pok Sus, dan Pok Pam 3 (Bila satuan
penyergap tidak kembali ke TB sasaran setelah
aksi di sasaran, bila satuan penyergap kembali ke
TB sasaran maka harus ditentukan salah satu
pengaman untuk tinggal di TB sasaran).

(b) Sesampainya di titik pencar/pengecekan,


selanjutnya Dansatgap mengecek kelompok-
kelompok dan meminta informasi dari matsas
apakah terdapat perubahan situasi di sasaran
(tidak perlu ditarik). Bila tidak memungkinkan
karena faktor medan antara pemukiman dengan
TB sasaran/TP terlalu dekat maka TB sasaran
bisa dijadikan sebagai titik pencar.

(c) Selanjutnya kelompok pengaman me-


nempatkan diri dan ditempatkan oleh para
Danpok masing-masing, apabila menggunakan
ranpur maka ranpur dapat ditempatkan bersama
dengan Pokpam, adapun kegiatannya adalah:
137

i. Selama gerakan unsur penyerang


memasuki kedudukannya, harus dapat
memberikan informasi tentang musuh.

ii. Menembak bila musuh melarikan diri


atau atas perintah Komandan penyergapan.

iii. Sebelum dan saat serbuan dimulai,


kelompok pengaman menutup jalan keluar
masuk daerah sasaran dan mencegah per-
kuatan musuh serta melindungi pemundur-
an.

iv. Mundur ke TB sasaran atau titik yang


ditentukan atas perintah atau tanda isyarat
yang telah ditentukan.

(d) Setelah unsur pengaman masuk kedudukan


selanjutnya unsur penyerang masuk kedudukan
dengan urut-urutan sebagai berikut:

i. Kelompok bantuan. Kelompok bantu-


an masuk kedudukan bersama-sama ke-
lompok dari unsur penyerang yang lain,
adapun kegiatan yang dilaksanakan:

i) Kedudukannya cukup dekat de-


ngan sasaran, bila terdapat senjata
kelompok lintar maupun linkung
harus diperhatikan kedudukan sen-
jata dan keamanan senjata.

ii) Arah tembakan harus ditentu-


kan oleh Danpat pada saat pe-
ngintaian.

iii) Pelaksanaan pemberian ban-


tuan tembakan atas perintah Danpat.

iv) Saat pengunduran, kelompok


bantuan mundur setelah kelompok
penyerbu dan kelompok khusus.

ii. Kelompok penyerbu. Saat masuk ke-


dudukan bersama-sama dengan kelompok
bantuan dimana Pokbu berpencar dengan
kelompok tersebut di titik pencar/pe-
ngecekan. Adapun kegiatannya sebagai beri-
kut:
138

i) Kedudukan kelompok penyerbu


sebaiknya menyesuaikan keadaan/
bentuk pemukiman.

ii) Penempatan kelompok penyer-


bu sesuai dengan keadaan bangunan
dan bila dimungkinkan kedudukan-
nya dapat melebar sesuai sasaran
yang dihadapi.

iii) Saat pelaksanaan penyergapan:

(i) Saat Jam ” J ” (ditentukan


oleh waktu dan dipertegas di
instruksi koordinasi).

(ii) Formasi serbuan meng-


gunakan formasi stick dan me-
laksanakan serbuan ke sasaran
sebagaimana serbuan ruangan.

(iii) Setelah selesai melak-


sanakan serbuan selanjutnya
Pokbu melanjutkan gerakan
menuju ke arah konsolidasi
sesuai batas yang telah ditentu-
kan dalam instruksi koordinasi,
bila tugas penyergapan adalah
penghancuran instalasi musuh,
maka kelompok penyerbu
setelah menyerbu serta me-
lindungi kelompok khusus me-
laksanakan tugasnya dari tepi
jauh sasaran, maka mereka
harus kembali kekedudukan
awal serbuan. Hal ini dilaku-
kan setelah kelompok peng-
hancur yang menyiapkan pe-
ledakan sasaran melapor ke-
pada Danpat. Pokcur dan pok
matsas harus mengarahkan
gerakan kelompok penyerbu
menuju kekedudukan awal; dan
139

(iv) Kegiatan pemunduran


atas perintah Danpat atau
dengan tanda isyarat yang telah
ditentukan (apakah mundur ke
Titik Pencar (TP) atau langsung
menuju ke TB yang ditentukan).

iv) Hal yang harus diperhatikan


dalam serbuan adalah:

(i) Apabila sasaran pasti dan


tidak ada masyarakat yang ada
didalam sasaran serta tidak
berdampak terhadap mas-
yarakat sekelilingnya maka
pelaksanaan serbuan langsung
dilaksanakan tanpa didahului
ancaman; dan

(ii) Apabila sasaran dan ada


masyarakat didalam sasaran
atau berdampak terhadap
masyarakat sekelilingnya maka
pelaksanaan serbuan didahului
himbauan. Himbauan dilak-
sanakan dengan kalimat yang
padat dan tepat “Anda yang
berada di dalam keluar!
Tinggalkan senjata! Anda sudah
dikepung !”. Peringatan di
laksanakan 2 x. Bila setelah
diberikan himbauan tidak
keluar selanjutnya dilaksana-
kan serbuan ruangan.

iii. Kelompok khusus. Yang dimaksud


kelompok khusus ini adalah kelompok yang
melaksanakan tugas khusus di sasaran
seperti kelompok penghancur, kelompok
tawanan, kelompok tandu dan lain-lain.

i) Gerakan dari TB sasaran ke


sasaran, poksus bergerak dibelakang
kelompok penyerbu.

ii) Penempatan poksus disasaran


berada di belakang kelompok pe-
nyerbu.
140

iii) Pelaksanaan kegiatan di sa-


saran atas perintah Danpat setelah
Pokbu berhasil melaksanakan kon-
solidasi sementara di tepi jauh
sasaran.

iv) Pelaksanaan pemunduran di-


laksanakan bersama Pokbu atas
perintah Danpat.

v) Kegiatan masing-masing ke-


lompok khusus sebagai berikut:

(i) Pokcur. Bila disekitar sa-


saran terdapat rintangan kawat
harmonika atau rintangan yang
sejenis tugas kelompok peng-
hancur adalah membuka rin-
tangan tersebut. Bila patroli pe-
nyergapan bertugas untuk
menghancurkan instalasi mu-
suh maka tugas kelompok
penghancur selain menghancur-
kan sasaran adalah mengarah-
kan pokbu pada saat pokbu
kembali ke kedudukan awal,
agar alat peledakan yang telah
disiapkan tidak terganggu. Pe-
ledakan dilaksanakan atas
perintah Danpat.

(ii) Pokmatsas. Dalam pelak-


sanaannya saat melaksanakan
pengamatan sasaran bila situasi
dan kondisi tidak memungkin-
kan penempatannya dapat
dilaksanakan saat pelaksanaan
pengintaian awal, tetapi lazim-
nya dilaksanakan bersamaan
saat pengintaian Komandan.
Pelaksanaan pengamatan meng-
gunakan kaver sesuai dengan
lingkungan permukiman di dae-
rah sasaran. Komunikasi meng-
gunakan sarana yang ter-
canggih yang dimiliki oleh
satuan penyergap atau lang-
sung bertemu muka.
141

Kewajibannya melaporkan ten-


tang segala perubahan situasi
yang dilihatnya di sasaran
sebelum kelompok dari unsur
penyerang masuk kedudukan.
Bisa disampaikan di titik pen-
car. Dapat bertugas sebagai
kelompok penyerbu bila pe-
nyergapan bukan tugas peng-
hancuran. Personel pokmatsas
dapat diambil dari aparat
teritorial atau intelijen setempat
bila memungkinkan.

(iii) Kelompok tawanan. Ke-


lompok ini dibentuk bila tugas
penyergapan harus membawa
tawanan, melaksanakan tugas-
nya bersama kelompok lainnya,
jika terbatas maka kelompok
tawanan ini dapat dirangkap
oleh kelompok lainnya.

Gambar Penyergapan di Daerah Permukiman/Kota


142

j) Tindakan apabila tim patroli mendapatkan informasi/


mengetahui terlebih dahulu tentang musuh yang akan
melintasi suatu permukiman maka tim patroli melaksanakan
penghadangan.

(1) Menentukan TB sasaran dan melaksanakan ke-


giatan di TB sasaran.

(a) Pemberian perintah darurat dalam rangka


pengintaian Komandan.

(b) Pengintaian Komandan.

i. Pada saat pengintaian, Komandan


selain mengintai daerah penghadangan juga
menempatkan kelompok matsas di tempat
yang tersembunyi dan memiliki lapang
tembak dan tinjau yang dapat mengamati
daerah atau rute penghadangan. Harus
dipertimbangkan faktor kerahasiaan dan
keamanan bagi kelompok pengamat sasaran
dalam penempatannya.

ii. Melaksanakan pengintaian terhadap


kedudukan tiap-tiap kelompok secara nyata
di kedudukan penghadangan.

iii. Faktor kerahasiaan adalah faktor


utama dalam melaksanakan pengintaian.
Terutama pada daerah yang berpenduduk
atau daerah pemukiman, karena itu perlu
direncanakan, dan dilaksanakan serahasia
mungkin (dapat menggunakan penyamaran
dalam pengintaian).

iv. Hasil dari pengintaian Komandan


apabila ada perubahan dari rencana awal
segera diberitahukan kepada para anggota.

(2) Cara masuk ke kedudukan penghadangan.

(a) Dari TB sasaran ke Titik Pencar (TP).

i. Gerakan dari TB sasaran ke Titik Pen-


car (TP) dengan formasi Pokpam, Pokban,
Pok penyerbu, Dan Poksus.
143

ii. Bila perlu satu pokpam harus diting-


gal di TB sasaran untuk mengamankan TB
sasaran.
iii. Berhenti di Titik Pencar (TP). Danpat
mengecek ulang dan menanyakan kepada
pokmatsas informasi terakhir tentang
musuh (dapat ditarik atau langsung di
tempatkan pada kedudukan penghadang-
an).

(b) Kegiatan di Titik Pencar (TP)

i. Pokpam masuk kedudukan segera


setelah sampai di Titik Pencar (TP).

ii. Setelah Pokpam masuk kedudukan,


berikutnya diikuti Pokban, Pokbu, dan
Poksus.

iii. Pokban sebaiknya di kiri dan kanan


pokbu, sedang poksus di belakang pokbu di
bawah pengawasan Wadanpat dengan
menunjuk beberapa orang menghadap ke-
belakang bersama Wadanpat melindungi
punggung pasukan.

iv. Bila terdapat kelompok khusus yang


perlu tempat khusus (memiliki lapang tinjau
dan lapang tembak yang luas seperti
kelompok penembak runduk) maka me-
nempatkan diri pada kedudukannya ter-
pisah dengan kelompok khusus lainnya
berdasar petunjuk dari Danpat.

v. Danpat menempatkan diri pada posisi


yang menguntungkan dalam memimpin dan
mengendalikan anggotanya dalam pelak-
sanaan penghadangan, biasanya berada
dekat dengan kedudukan Pokbu.

(c) Kegiatan sebelum siap dalam kedudukan.

i. Pemasangan dan pengecekan alat


komunikasi atau penghubung (radio HT,
telepon) dikoordinasikan oleh wakil
Komandan penghadangan dibantu Poksus
(Poktawanan, Pok dokumen,
144

dan tayanrad atau operator radio) yang


menghubungkan antara pokpam, anggota di
posisi depan, Danpat dan Wadanpat serta
kelompok khusus dengan tetap menjaga
kerahasiaan.

ii. Penyiapan daerah penghancuran bila


memungkinkan, pemasangan ranjau dan
alat peledak oleh kelompok penghancur
dengan tidak merubah bentuk medan
sehingga tidak menimbulkan kecurigaan
dari musuh (sasaran) dengan tetap mem-
perhatikan faktor kerahasiaan dan ke-
amanan.

iii. Setelah masuk kedudukan senjata


Pokban mengarah keluar daerah peng-
hancuran melindungi kegiatan di daerah
penghancuran.

iv. Pokpam bertugas mengamankan un-


sur lain dan mencegah adanya pendadakan
dari musuh.

v. Pemberian sektor tembakan dan peng-


gunaan patok tembakan serta samaran se-
maksimal mungkin, dan diperiksa oleh
Wadanpat.

vi. Danpat dapat memeriksa kesiapan


penghadangan dan seluruh kelompok pada
kedudukannya bila diperlukan.

(d) Penghadangan siap.

i. Penghadangan siap pada kedudukan


menunggu musuh datang, dengan tetap
menjaga kerahasiaan.

ii. Senjata Pokban diarahkan kedaerah


penghancuran.

iii. Tanda isyarat buka tembakan sesuai


instruksi koordinasi dari Danpat.
145

(e) Pelaksanaan kegiatan penghadangan.

i. Pokpam memberitahukan kedatangan


musuh kepada Danpat dan kelompok lain
dengan menggunakan alat komunikasi
(Radio HT, telepon genggam, tali komunikasi
atau lainnya) dengan tetap menjaga ke-
rahasiaan sesuai instruksi koordinasi dari
Danpat.

ii. Danpat memberikan tanda isyarat


buka tembakan (tanda isyarat utama atau
cadangan) dan dapat memberikan perintah
menembak kepada penembak runduk
untuk sasaran terpilih.

iii. Seluruh unsur penyerang utama se-


cara serentak menembak terhadap sasaran
di daerah penghancuran.

iv. Pokban bila menggunakan senjata


anti kendaraan menembak sasaran agar
tidak dapat meninggalkan daerah peng-
hancuran, Pokcur dapat meledakkan titik-
titik yang disiapkan dimana kemungkinan
musuh akan berlindung dan bermanuver.
Daerah penghancuran disiapkan secara
maksimal untuk menghancurkan musuh.

v. Berdasarkan pertimbangan Danpat,


pokbu melaksanakan serbuan terhadap
sasaran di daerah penghancuran untuk
memaksimalkan hasil penghadangan diikuti
kelompok khusus (pokcur, kelompok lain
sesuai instruksi koordinasi) untuk memberi
kedalaman. Setelah serbuan pokbu me-
ngamankan tepi jauh sasaran.

vi. Dalam melaksanakan serbuan tetap


memperhatikan faktor keamanan yaitu
menghindari daerah rawan yang telah
disiapkan sebelumnya oleh pasukan sendiri.

vii. Saat pokbu melaksanakan serbuan


pokban mengalihkan tembakan keluar
daerah penghancuran.

viii. Pokcur melaksanakan penghancuran


terhadap sasaran.
146

ix. Poksus lainnya melaksanakan tugas-


tugasnya sesuai instruksi koordinasi se-
belumnya dari Komandan Penghadangan.

x. Pokpam melaksanakan pengamanan


menutup daerah penghadangan, melindungi
lambung, menembak musuh yang melari-
kan diri atau melaksanakan bunuh senyap
mengatasi pengintai depan musuh.

(3) Pemunduran.

(a) Setelah tanda untuk mundur, Pokbu, Pok-


ban, Poksus mundur dilindungi Pokpam ke TB
sasaran.

(b) Bila tujuan penghadangan hanya untuk


mengganggu, maka mundur dilakukan dari ke-
dudukan tanpa melaksanakan serbuan.

(c) Kegiatan di TB sasaran.

i. Wadanpat menghitung jumlah ang-


gota dan koordinasikan pengambilan per-
lengkapan oleh anggota.

ii. Laporan hasil konsolidasi kepada


Danpat oleh Danpok (meliputi personel, alat
perlengkapan, korban, dan hasil)

iii. Penyebar luasan keterangan.

(4) Pada beberapa situasi dimana patroli harus jalan


kaki, pengemudi ditinggalkan di kendaraan. Kendaraan
tersebut dihentikan di tepi jalan/sungai setelah yakin
bahwa tepi jalan/sungai tersebut tidak ada ranjaunya.
Bila mungkin kendaraan ditempatkan sedemikian rupa
sehingga pengemudi tersebut dapat membantu serangan
dari kendaraan dengan senjata yang ada padanya.

(5) Apabila tindakan tersebut telah berhasil maka


patroli selanjutnya melanjutkan perjalanan.

c. Patroli Di Daerah Rawa Sungai. Patroli di daerah rawa sungai


merupakan patroli yang dapat bergerak menyeberang danau, menyusuri
rawa, sungai, dan terusan-terusan yang dapat dilalui perahu.
147

Apabila bergerak dilaut maka pendaratan untuk patroli tersebut akan


dilakukan dengan perahu kecil, namun demikian gerakan yang pokok
adalah menggunakan kapal, kapal selam, dan LCU/LCM. Selain berjalan
melintasi sungai atau rawa, patroli dapat menggunakan perahu karet,
perahu kecil, sampan, rakit, perahu motor, dan lain-lain. Personel patroli
harus memperlambat gerakannya untuk menjamin kerahasiaan (dari
bunyi air saat pergerakan personel dan mengurangi gelombang air untuk
menghindari kecurigaan musuh). Patroli di daerah rawa sungai dapat
dilaksanakan dengan dua cara yaitu:

1) Patroli berjalan kaki. Tindakan apabila terjadi kontak dengan


musuh pada saat melaksanakan patroli di daerah rawa sungai
dengan berjalan kaki sama halnya dengan taktik patroli di daerah
hutan gunung, yang membedakan hanya pada teknik melintasi
daerah tersebut. Adapun yang harus diperhatikan saat melintasi
daerah rawa sungai adalah sebagai berikut:

a) Untuk membantu patroli melewati sungai yang memiliki


arus deras perlu dibuat jembatan tali (terlampir dalam
mountaineering militer).

b) Sungai harus dipastikan bebas dari buaya besar.

c) Patroli harus segera memasangan tim pengaman tepi


dekat untuk mengamankan kegiatan pelintasan prajurit
pertama.

d) Teknik pengamanan rawa sungai diawali dengan


prajurit pertama berenang ke tepi jauh dengan menggunakan
teknik renang ponco serta membawa tali sepanjang sungai
tersebut. Kegiatan di tepi jauh untuk menjaga keamanan di
seberang tepi dan memasang jangkar penopang tali untuk
penyeberangan tali;

e) Di tepi dekat patroli membuat jangkar serta memanjang-


kan tali agar dapat dilintasi oleh tim seluruhnya.

f) Penyeberangan harus dilaksanakan secara berhati-hati


dan satu persatu. Dalam penyeberangan setiap prajurit
gunakan carabiner dan tali tubuh serta memegang teguh
disiplin suara dan cahaya. Setelah hampir semua prajurit
melintasi jembatan tali, maka pengaman belakang mengikat
dirinya dengan tali yang kemudian ditarik oleh prajurit yang
telah melintas sungai. Selain penggunaan tali, maka peng-
gunakan ponco secara menyeluruh dapat digunakan, namun
tidak direkomendasikan karena faktor keamanan kurang
terjamin dibandingkan menggunakan tali.
148

2) Patroli berkendaraan. Tindakan apabila terjadi kontak dengan


musuh pada saat melaksanakan patroli di daerah rawa sungai
dengan berkendaraan sama halnya dengan taktik patroli di daerah
hutan gunung. Kendaraan pada daerah rawa sungai digunakan
sebagai alat angkut untuk memudahkan gerakan tim patroli
mendekati sasaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan patroli di daerah rawa sungai dengan berkendaraan
adalah:

a) Personel. Tambahan personel diperlukan untuk mem-


bantu melayani perahu kecil, membantu menunjukkan arah
dengan bergerak mendahului patroli untuk menuju ke pantai,
mengatur tanda-tanda, dan mengamankan tempat pendarat-
an pada saat sampai dan berangkat.

b) Perlengkapan. Seluruh anggota harus menggunakan/


memakai pelampung penyelamat. Apabila menggunakan kapal
yang cukup besar, maka alat-alat perbaikan harus dibawa
serta. Perlengkapan medis khusus harus dilengkapi seperti
perlengkapan mengatasi jamur air dan hewan air beracun.
Setiap prajurit wajib menggunakan pelampung selama patroli
di medan rawa sungai.

c) Bila menggunakan perahu kecil maka cara pemuatan


patroli dengan muatan silang dari personel, senjata, dan
perlengkapan adalah penting walaupun walaupun jarak relatif
dekat. Dalam perjalanan yang jauh, seperti pada danau atau
sungai, kemungkinan kehilangan beberapa perlengkapan
mungkin terjadi bila muatan perahu tersebut melebihi batas.

d) Reorganisasi setelah mendarat. Reorganisasi harus di-


lakukan dengan cepat sesaat setelah mendarat.

e) Arah. Arah yang pasti adalah penting meskipun jarak


relatif dekat untuk dapat berhasil melaksanakan tugas.

f) Rencana penjemputan. Biasanya patroli kembali ke


tempat dimana mereka didaratkan.

(1) Umumnya cara yang paling baik ialah dijemput


kapal atau kapal selam pada waktu tertentu. Kapal atau
kapal selam tidak harus berlabuh dan menunggu di
suatu pantai, tetapi diatur sesuai waktu yang telah
direncanakan.
149

(2) Tanda-tanda visual. Kecuali untuk pengenalan,


maka tanda-tanda ini harus dibatasi penggunaanya.
Penjemputan yang lebih praktis dilakukan pada malam
hari, namun penggunaan tanda-tanda visual seperti
lampu baterai maupun timbangan yang penting, karena
isyarat tersebut juga menarik perhatian musuh.

g) Teknik penggunaan perahu.

(1) Penggunaan perahu dapat menambah fleksibilitas,


pendadakan, dan kecepatan untuk patroli namun juga
lebih berisik bila gunakan mesin bermotor.

(2) Perahu harus dilengkapi oleh personel khusus


(pengemudi perahu) yang paham dengan mesin perahu
dan melengkapi perahu dengan perlengkapan menambal
perahu. Selain bertanggungjawab untuk mengendalikan
perahu, pengemudi juga mengawasi pemuatan, dan
distribusi peralatan serta menjaga kecepatan.

(3) Sebelum perahu digunakan, perahu harus di-


samar. Selama tim patroli di atas perahu, selalu disiap-
kan prajurit penembak SO di bagian depan untuk
bersiaga menembak ke arah ancaman.

Gambar Posisi Perahu

(4) Rute yang dilalui oleh tim patroli harus sudah di


plotting oleh senjata mortir atau artileri untuk meng-
antisipasi terjadinya gangguan selama perjalanan
perahu.
150

Ketika perahu dihadang dan tidak dapat diatasi oleh


penembak SO, maka perahu harus menghindari daerah
penghadangan. Sedangkan bila posisi pelolosan sudah
terjepit maka prajurit dapat meloncat ke air untuk
mencari perlindungan dan membidik musuh. Untuk
navigasi di medan air ini, dapat digunakan alat bantu
cek point dan rute, meskipun hanya efektif pada siang
hari. Prajurit pembaca peta harus senantiasa kontak
pandang dengan pengemudi perahu agar dapat meng-
konfirmasi kebenaran rute dan titik yang dilewati.

(5) Formasi perahu yang digunakan (siang dan


malam) untuk kontrol, kecepatan, dan keamanan ter-
gantung pada situasi taktis dan kebijaksanaan pe-
mimpin patroli. Danpat harus menggunakan tangan dan
lengan sebagai tanda isyarat untuk mengontrol perahu-
nya.

Gambar Ketika Perahu Bersandar


151

Gambar Formasi Perahu

25. Pengakhiran Patroli.

a. Melaksanakan Pemeriksaan. Hal-hal yang diperiksa setelah melak-


sanakan kegiatan patroli antara lain sebagai berikut:

1) Jumlah personel dan kondisi kesehatan personel.

2) Kelengkapan perlengkapan perorangan dan kelompok ter-


masuk senjata.

3) Perbekalan yang akan/telah disiapkan.

4) Persediaan munisi, perlengkapan khusus, dan alat komuni-


kasi (operator radio melaksanakan pemeriksaan dengan mencoba
mengirim dan menerima berita).

5) Apabila melaksanakan patroli berkendara maka melaksana-


kan pemeriksaan kondisi dan perlengkapan kendaraan sesuai
dengan protap penggunaan kendaraan, laporkan pada kesempatan
pertama apabila terjadi kehilangan dan kerusakan.

b. Membuat Laporan Hasil Pelaksanaan Patroli. Danpat harus


mempersiapkan laporan patroli yang berisi segala informasi yang berhasil
dikumpulkan, berikut sket/bagan tentang sasaran (khusus patroli
pengintaian).

c. Melaksanakan Kegiatan Debriefing.

1) Danpat beserta seluruh anggota patroli harus hadir di tempat


yang telah ditentukan.
152

2) Danpat memberikan laporan patrolinya dan sebaiknya mem-


berikan laporan tersebut secara lisan walaupun laporan tertulis
telah diberikan kepada Komandan atau perwakilan yang ditunjuk.

3) Seluruh anggota patroli berkewajiban menambahkan ke-


terangan yang telah dilaporkan oleh Danpat, apabila terdapat
kekurangan-kekurangan berdasarkan apa yang telah dialaminya
selama melaksanakan patroli.

4) Danpat dan seluruh anggota wajib menjawab pertanyaan yang


diberikan oleh penerima debriefing berdasarkan hasil yang diper-
olehnya/dialaminya selama pelaksanaan patroli.

BAB V
DUKUNGAN ADMINISTRASI DAN LOGISTIK

26. Umum. Salah satu komponen yang memengaruhi keberhasilan pe-


nyelenggaraan tugas patroli adalah kelancaran dukungan administrasi dan
logistik. Oleh karenanya diperlukan perencanaan dan pengendalian yang baik
terhadap dukungan administrasi dan logistik sehingga dicapai efisiensi dan
efektivitas dalam pelaksanaan tugas patroli. Pelaksanaan dukungan
administrasi dan logistik berpedoman pada prinsip tepat waktu, tepat jumlah,
dan tepat sasaran.

27. Dukungan Administrasi.

a. Dukungan administrasi dalam pelaksanaan patroli dilaksanakan


oleh Dansat sesuai tingkatan perencanaan satuan.

b. Pemeliharaan kekuatan personel dilaksanakan oleh Dansat sesuai


tingkatannya sesuai prosedur yang berlaku.

c. Pengembangan dan pemeliharaan moril personel dilaksanakan


secara simultan untuk seluruh anggota.

d. Pembinaan disiplin, hukum, dan tata tertib dilaksanakan di satuan


tingkatan batalyon yang meliputi pemeliharaan disiplin, hukum, tata
tertib, pengawasan, dan pengendalian prajurit.

e. Pelaksanaan patroli menggunakan perlengkapan yang diperlukan


untuk mendukung keberhasilan tugas.
153

28. Dukungan Logistik. Dalam pelaksanaan tugas, salah satu aspek yang
dapat membantu pemeliharaan moril prajurit adalah pemenuhan bekal pokok,
untuk itu bagian logistik harus merencanakan penyediaan logistik dan
distribusinya. Penyediaan sarana angkutan untuk pendistribusiannya akan
mempercepat diterimanya bekal di daerah operasi, namun faktor keamanan dan
kerahasian harus menjadi prioritas. Maka dari itu penyelenggaraan distribusi
harus terkoordinasikan dengan baik dalam rencana patroli.

BAB VI
KOMANDO, PENGENDALIAN DAN KOMUNIKASI

29. Umum. Dalam rangka menunjang keberhasilan tugas patroli, diperlukan


kesatuan yang terlatih. Oleh karena itu, untuk menjamin kelancaran pelak-
sanaan tugas perlu diatur mekanisme komando, pengendalian, dan komunikasi.

30. Komando.

a. Komando operasional berada pada atasan langsung Danpat yang


memerintahkan patroli.

b. Komando taktis berada pada Danpat.

31. Pengendalian.

a. Pengendalian operasional berada pada atasan langsung Danpat yang


memerintahkan patroli. Setiap pergerakan patroli selalu dimonitor oleh
Komandan Kompi atau Komandan Batalyon untuk mempercepat
pengambilan keputusan serta pengerahan unsur bantuan kepada tim
patroli.

b. Pengendalian taktis berada pada Danpat.

32. Komunikasi.

a. Sistem komunikasi yang digunakan sistem komunikasi operasi


dengan menggunakan radio frekuesi VHF.

b. Sebagai alternatif maka tim patroli mempergunakan telepon satelit


sebagai alternatif terakhir untuk berkomunikasi dengan komando atas
ataupun unsur bantuan yang mendukung pelaksanaan patroli.

c. Hubungan Danpat dengan antar prajurit menggunakan radio set


regu/set peleton dan tanda-tanda isyarat lapangan.
154

d. Menghadapi medan dan cuaca tak terduga dari sinyal gelombang


yang melemah maka tim dapat menuju ke puncak bukit atau gunung atau
bangunan. Apabila menemukan gangguan alat komunikasi, sebelum
menggunakan telepon satelit maka tim patroli dapat menggunakan radio
pemancar sipil maupun ponsel.

e. Tim patroli menyiapkan baterai cadangan atau alat pengisi daya


seperti solar cell untuk memastikan alkom berfungsi dengan baik.

f. Dalam hal pemeliharaan radio, prajurit operator radio harus


senantiasa memeriksa kotak baterai dari kotoran atau debu. Memeriksa
kondisi masa pakai baterai serta memposisikan antena sesuai aturan
penggunaan.
155

Gambar Teknik Meningkatkan Jangkauan Antena

g. Pemasangan Repeater. Stasiun transmisi dapat sangat membantu


dalam mendapatkan jangkauan yang lebih baik untuk sistem komunikasi
radio. Repeater ini sering terletak di puncak tertinggi yang tersedia untuk
memberikan jangkauan yang optimal.
RAHASIA
156

Gambar Penempatan Antena Repeater

BAB VII
PENUTUP

33. Penutup. Demikian Modul Mata Kuliah Taktik dan Teknik Militer materi
Patroli ini disusun sebagai bahan ajaran untuk pedoman bagi Calon Perwira TNI
AD dalam proses belajar mengajar pada Prodi Pendidikan Pembentukan Perwira
TNI AD Program D-3 (Ahli Madya).

Komandan Sekolah Calon Perwira TNI AD


Kepala Program Studi,
TELAH DITELITI OLEH
PEJABAT PARAF TANGGAL
KADEPTIKNIK Ferry Zein
KASETUM Mayor Jenderal TNI
KABAGRENDIK
WADIRDIK

RAHASIA
RAHASIA

MARKAS BESAR TNI ANGKATAN DARAT Sub Lampiran II Kep Dansecapaad


SEKOLAH CALON PERWIRA Nomor Kep/ /I/2022
Tanggal Januari 2022

PENGERTIAN-PENGERTIAN

1. Basis Operasi (BO). BO adalah suatu daerah dimana ditempati Komando


Utama operasi beserta fasilitasnya guna mempersiapkan pasukan untuk
melancarkan suatu operasi. Daerah tersebut terdapat instalasi yang me-
nyelenggarakan logistik atau bantuan lain.

2. Daerah Persiapan (DP). DP adalah merupakan bagian medan yang cukup


luas ditempati oleh pasukan yang akan melaksanakan tugas, bisa berupa
pangkalan, daerah pangkal perlawanan satkowil, ataupun suatu daerah yang
berhasil direbut oleh pasukan sendiri/kawan. Dimana di DP dilaksanakan
seluruh kegiatan taktis dan administrasi yang dibutuhkan guna perencanaan
dan persiapan sebelum melaksanakan tugasnya.

3. Daerah Penghadangan. Daerah penghadangan adalah suatu bagian


medan dimana penghadangan dilakukan.

4. Daerah Penghancuran. Daerah penghancuran adalah bagian dari daerah


penghancuran dimana tembakan dipusatkan untuk menjebak, mengisolasi, dan
menghancurkan musuh.

5. Kelompok Khusus. Kelompok khusus adalah kelompok yang melaksana-


kan tugas khusus di sasaran seperti halnya kelompok penghancur, kelompok
tawanan, kelompok tandu dan lain-lain.

6. Komando. Komando adalah wewenang dan tanggungjawab bagi seorang


menurut ketentuan hukum dalam dinas militer atas bawahannya yang
didasarkan atas kedudukan/jabatannya. Juga berarti giat yang dilaksanakan
oleh seseorang pimpinan/Komandan bertujuan untuk mengatur, menyiapkan
memerintahkan atau bagi satuan agar diperoleh daya dan hasil guna yang
maksimal.

7. Operasi. Operasi adalah pekerjaan, gerakan tindakan dan aksi yang di-
akukan secara fisik dan terpimpin dengan waktu singkat serta terarah pada
satu tujuan tertentu, yang harus dihancurkan, dibinasakan atau ditiadakan.

8. Patroli. Patroli adalah suatu pasukan yang dikeluarkan oleh satuan-


satuan untuk melaksanakan tugas pengintaian, tugas pertempuran maupun
kombinasi kedua tugas tersebut.

RAHASIA
2

9. Patroli Intai. Patroli intai adalah suatu patroli yang ditugaskan untuk
mengumpulkan keterangan yang sudah diperoleh sebelumnya.

10. Patroli Tempur. Patroli tempur adalah suatu patroli yang ditugaskan
untuk melaksanakan pengamanan, gangguan, penghancuran intalasi, penculik-
an maupun perampasan perbekalan/perlengkapan.

11. Patroli Jarak Dekat. Patroli jarak dekat adalah suatu patroli yang
beroprasi di daerah sendiri, di daerah yang masih terjangkau oleh bantuan
tembakan senjata lintas lengkung atasan atau pelaksanaan tugas patroli
tersebut hanya dilaksanakan dalam waktu yang relatif singkat (kurang dari 24
Jam).

12. Patroli Jarak Jauh. Patroli jarak jauh adalah suatu patroli yang ber-
operasi dilihat dari waktu/lamanya berpatroli, diluar jangkauan senjata bantuan
kita, dikatakan patroli jarak jauh itu bukan jaraknya jauh tanpa ada batasnya
daerah pengaruh dan kepentingan satuan sendiri dan biasanya dilaksanakan
pada jarak yang relatif jauh dan atau dalam jangka waktu relatif lama. Patroli ini
dapat diperpanjang waktunya atau jaraknya atau kedua-duanya.

13. Patroli Intai Titik. Patroli intai titik adalah patroli yang bertugas mencari
keterangan tentang suatu kedudukan khusus atau suatu medan yang relatif
sempit, pelaksanaan tugas tersebut dilaksanakan dengan mengintai, mengamati
atau menyelidiki secara cermat terhadap kedudukan dimaksud.

14. Patroli Intai Daerah. Patroli intai daerah adalah suatu patroli yang
bertugas mencari keterangan pada suatu daerah yang relatif luas atau untuk
mendapatkan keterangan pada beberapa kedudukan yang berada pada suatu
daerah yang luas.

15. Patroli Keamanan. Patroli keamanan adalah suatu patroli yang di-
keluarkan oleh suatu satuan untuk melaksanakan tugas pengamanan terhadap
personel, materiil, dan daerah/medan. Patroli keamanan dalam melaksanakan
tugasnya ada yang bersifat pasif, artinya ia bergerak bukan sengaja mencari
musuh, tetapi ada yang bersifat aktif yaitu melaksanakan tugas pengamanan
dengan bergerak untuk mencari dan menghancurkan musuh.

16. Patroli Kontak. Patroli kontak adalah suatu patroli yang dikeluarkan oleh
suatu satuan untuk melaksanakan dan/atau memelihara kontak baik kedepan,
kelambung maupun kebelakang.

17. Patroli Penghematan Tenaga. Patroli penghematan tenaga adalah patroli


yang dikeluarkan oleh suatu satuan yang melaksanakan tugas dalam rangka
penghemat tenaga satuan atasan.

18. Pengamanan. Pengamanan adalah segala kegiatan dalam rangka pen-


cegahan, penangkalan dan penanggulangan serta penegakan hukum terhadap
setiap ancaman dan gangguan dalam rangka pengamanan suatu wilayah.
3

19. Pengamatan Jarak Jauh. Pengamatan jarak jauh adalah pengamatan


terhadap sasaran yang dilaksanakan dari suatu titik yang cukup jauh dari
sasaran namun dapat mengamati sasaran dengan baik.

20. Pengamatan Jarak Dekat. Pengamatan jarak dekat adalah suatu pe-
ngamatan kesasaran yang dilakukan dari suatu kedudukan dalam jarak
tembakan efektif senjata ringan musuh.

21. Pengendalian. Pengendalian adalah kegiatan yang dilaksanakan seorang


Komandan/pimpinan yang bertujuan untuk pengawasan, mengarahkan pelak-
sanaan komandonya sesuai yang direncanakan.

22. Pengintaian Daerah. Pengintaian daerah adalah suatu pengintaian yang


dilaksanakan untuk mendapatkan keterangan tentang musuh, medan, dan rute
pada suatu daerah dengan batas tertentu.

23. Pengintaian Rute. Pengintaian rute adalah suatu pengintaian pada suatu
rute untuk mendapatkan keterangan tentang musuh, rintangan, kondisi rute
dan medan kritik di sepanjang dan sekitar rute.

24. Penyergapan. Penyergapan adalah suatu serangan pendadakan pada


kedudukan atau instalasi musuh dengan tidak bermaksud untuk menduduki-
nya tetapi bertujuan untuk menghancurkan, menawan personel atau merebut
perlengkapan musuh, membebaskan tawanan, dan menghancurkan instalasi
musuh.

25. Patroli Penghadangan. Patroli penghadangan adalah suatu penyerangan


mendadak dari suatu kedudukan yang tersembunyi terhadap sasaran yang
bergerak atau sasaran yang berhenti dalam waktu yang singkat. Hal ini dapat
dilakukan hanya dengan tembakan saja atau menyerbu dan menghancurkan.

26. Titik Berkumpul (TB). TB adalah suatu empat untuk keperluan ber-
kumpul dan melakukan reorganisasi bila terpencar oleh musuh, medan atau
cuaca, berhenti sebentar untuk mempersiapkan kegiatan di sasaran, berhenti
sementara untuk mempersiapkan memasuki daerah kawan.

27. Titik Berkumpul Awal. Titik berkumpul awal adalah suatu tempat di
daerah kawan, dimana patroli dapat berkumpul kembali bila terpaksa terpencar
sebelum mencapai titik berkumpul perjalanan yang pertama

28. Titik Berkumpul Perjalanan. Titik berkumpul perjalanan adalah titik


berkumpul yang terletak antara titik berkumpul awal dan titik berkumpul
sasaran atau antara titik berkumpul sasaran dengan titik kumpul akhir. Titik
berkumpul perjalanan ini biasanya ditentukan bila jarak yang ditempuh oleh
patroli dari basis operasi kesasaran jauh atau tugas patroli sangat kompleks.
Titik berkumpul ini juga digunakan untuk berkumpul bila patroli terpaksa
terpencar. Satu hal yang penting adalah bahwa titik kumpul yang digunakan
untuk berkumpul adalah titik berkumpul yang telah dinyatakan sebagai titik
berkumpul (titik berkumpul yang telah didatangi sebelum patroli terpencar).
RAHASIA
4

29. Titik Berkumpul Sasaran. Titik berkumpul sasaran adalah suatu titik
berkumpul didekat sasaran (letaknya bisa berada di depan, disamping,atau
dibelakang sasaran) yang digunakan oleh patroli untuk melaksanakan persiapan
akhir kegiatan di sasaran. Titik ini biasanya juga digunakan untuk berkumpul
kembali, reorganisasi, dan penyebarluasan keterangan setelah patroli melak-
sanakan kegiatan di sasaran.

30. Titik Berkumpul Akhir. Titik berkumpul akhir adalah suatu titik
berkumpul yang digunakan oleh patroli untuk melaksanakan persiapan
memasuki daerah kawan. Titik berkumpul ini sesuai namanya, letaknya berada
di depan daerah kawan. Biasanya letak titik berkumpul akhir suatu patroli
telah diketahui oleh Komandan satuan kawan yang kedudukannya akan dilalui
oleh patroli (hasil koordinasi pada tahap perencanaan dan persiapan suatu
patroli).

31. Titik Aksi (TA). TA adalah titik/tempat dimana perorangan/kelompok


sudah siap melaksanakan aksi di sasaran sesuai tugas dan fungsinya masing-
masing.

32. Titik Berkumpul. Titik berkumpul adalah tempat yang digunakan sebagai
titik kumpul bagi pasukan yang terpisah-pisah akibat tindakan musuh. Titik
berkumpul juga digunakan pasukan untuk melakukan reorganisasi sebelum
atau setelah melakukan kegiatan tertentu.

33. Titik Temu (TT). TT adalah merupakan suatu tempat yang sudah di-
tentukan secara pasti, mudah dikenali dan dapat digunakan oleh perorangan/
kelompok setelah melaksanakan aksi di sasaran.

34. Unsur Penyerang. Unsur penyerang adalah bagian dari patroli yang
bertugas untuk menembak dan menyerbu daerah penghancuran.

35. Unsur Pengaman. Unsur pengaman adalah bagian dari patroli yang
bertugas mengamankan dan memberikan peringatan awal kepada patroli.

36. Unsur Bantuan. Unsur bantuan adalah bagian dari patroli yang
memberikan bantuan tembakan kepada unsur penyerang dengan mengarahkan
tembakan pada arah sekitar daerah penghancuran.

Komandan Sekolah Calon Perwira TNI AD


TELAH DITELITI OLEH Kepala Program Studi,
PEJABAT PARAF TANGGAL
KADEPTIKNIK
KASETUM Ferry Zein
Mayor Jenderal TNI
KABAGRENDIK
WADIRDIK
RAHASIA

You might also like