Professional Documents
Culture Documents
Hadits Sebagai Sumber Operasional
Hadits Sebagai Sumber Operasional
MAKALAH
Disusun Oleh:
IFTITAHUL JANNAH
NIM. 210802111
2023 M / 1445 H
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan yang sangat berarti dari berbagai
pihak, terutama terima kasih kepada orang tua yang selalu memberi support dan
doa, terima kasih juga kepada teman-teman yang selalu membantu dalam
penulisan makalah ini. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin dalam
penyelesaian makalah ini, namun kesempurnaan hanya milik Allah SWT, maka
jika terdapat kesalahan dan kekurangan dari penulisan makalah ini penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna untuk perbaikan pada masa
mendatang.
Penyusun,
Iftitahul Jannah
NIM. 210802111
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN......................................................................................4
3.1. Kesimpulan.....................................................................................15
3.2. Saran...............................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
H. A. Sadali Dkk, Dasar-dasar Agama Islam, Universitas terbuka, Jakarta, Tahun 1999,
Hal 315
4
5
Allah yang telah memberi taufiq kepada utusan Rasulullah, sesuai dengan apa
yang di ridhai oleh Rasululah SAW.2”
Tidak ada keraguan lagi bahwa yang dimaksud dengan menyamai Al-
Qur’an disini adalah Al-Hadits, yang merupakan suatu pedoman untuk dipercayai,
ditaati, dan diamalkan sejajar dengan Al-Qur’an. Sunnah Nabi adalah penentu
hukum yang tidak akan musnah. Hadits itu Haq sebagaimana Al-Qur’an, dan
tidak akan disentuh kebatilan juga sebagaimana Al-Qur’an. Sunnah bertujuan
mengantar hidup dan kehidupan serta kebahagiaan manusia. Selain
menyampaikan hukum-hukum dan norma-norma kepada manusia Allah juga
mengisyaratkan kepada Rasul untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan
dengan hari akhir atau akherat, termasuk didalamnya tentang surga dan neraka,
sebagai balasan bagi amal perbuatan manusia sewaktu di dunia baik amal
perbuatan yang baik maupun amal perbuatan yang buruk.
2
Wahyudin Darmalaksana, Hadits Di Mata Orientalis, Benang Merah Press, Bandung, Cet
Pertama, Tahun 2004, hal 26
BAB II
PEMBAHASAN
“Segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, taqrir, sifat akhlak (khuluqiyah), sifat khalqiyah (jasmani) ataupun
3
Louis Ma'luf, al-Munjid fi al-Lughat wa al-'Alam (Beirut: Dar al-Masyriq, 1986), h. 121.
6
7
“Segala sesuatu yang datang dari Nabi SAW selain al-Qur'an al-Karim, baik
berupa kata-kata, perbuatan aau taqrir yang bisa dijadikan sebagai dasar hukum
menetapkan syara'”6.
syar'i, misalnya riwayat yang menjelaskan masalah akidah tidak termasuk dalam
kategori pengertian sunah. Sedangkan Hadits oleh ulama' ushul hanya
dipergunakan untuk pengertian yang lebih sempit yakni hanya merujuk
sunah qauliyah, tidak kepada yang lain. Jadi pengertian Hadits di sini memiliki
cakupan yang lebih sempit dibandingkan dengan sunah.
Berbeda dengan ulama' hadits dan ulama' ushul, fuqaha' istilah Sunnah
untuk menunjukkkan salah satu bentuk atau sifat dari hukum Islam, yakni suatu
perbuatan yang hukumnya boleh ditinggalkan namun lebih utama
dilaksanakan. Bagi mereka, sunah adalah “semua perbuatan yang ditetapkan
Rasul namun hukum pelaksanaannya tidak sampai ke tingkat wajib atau fardhu”. 7
Adanya beragam definisi hadits dan sunah tersebut merupakan bukti nyata
adanya pandangan yang berbeda anatara ahli hadits, ushul dan fuqaha'. Perbedaan
itu sebenarnya dapat dipahami karena masing-masing memiliki kepentingan yang
berbeda dalam memandang figur Nabi Muhammad.
Adapun ulama fikih yang mengkaji masalah bentuk atau sifat hukum
mengenai perbuatan-perbuatan dari manusia, mereka menggunakan istilah sunah
untuk maksud menyatakan salah satu dari sifat hukum. Menurut sunah mereka
adalah jennis perbuatan yang dianjurkan untuk mengerjakannya, namun tidak
7
Ibid.
9
termasuk dalam kategori yang fardhu atau wajib. Atau menurut versi lain, sunah
adalah suatu perbuatan bila dikerjakan dapat berpahala dan ditinggal tidak disiksa.
SWT menetapkan hukum dalam Al-Qur’an adalah untuk diamalkan, karena dalam
pengalaman itulah terletak tujuan yang digariskan. Pengalaman hukum Allah
diberi penjelasan oleh Nabi. Dengan demikian bertujuan supaya hukum-hukum
yang ditetapkan Allah dalam Al-Qur’an secara sempurna dapat dilaksanakan oleh
umat. Sebagian besar ayat hukum dalam Al-Qur’an adalah dalam bentuk garis
besar yang secara amaliyah belum dapat dilaksanakan tanpa penjelasan dari
Hadits. Dengan demikian keterkaitan Hadits dengan Al-Qur’an yang utama adalah
berfungsi untuk menjelaskan Al-Qur’an.
Qur’an untuk memberi wasiat menjelang tutup usia kepada keluarga dan
saudaranya, khususnya berkenaan dengan pembagian harta waris. Namun satu
hadis yang diriwayatkan Bukhari Muslim menjelaskan bahwa batas harta yang
diwariskan adalah satu pertiga (1/3) dari semua harta dan kekayaan yang dimiliki
ketika masih hidup.
Keempat, hadis berfungsi memberikan pengecualian terhadap putusan
hukum dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Contoh paling menonjol dalam kasus ini
adalah mengenai larangan Al-Qur’an memakai bangkai, darah, daging babi:
Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging
hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul,
yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat
kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.
Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib
dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang” (Qs.Al-Maidah : 3).
Hadits Nabi yang diriwayatkan Ibnu Majah menjelaskan, bahwa hukum itu
berlaku kecuali untuk bangkai ikan dan belalang, serta darah limpa dan hati dari
binatang yang dihalalkan bagi kaum muslimin [1].
Islam. Hadits Nabi mengajarkan bahwa kita di dunia ini harus berpegang teguh
dengan syariat islam, agar menjadi umat muslim yang rahmatan lil ‘alamin. Hal
itulah yang menjadikan sesama manusia untuk saling membantu dan menghargai
satu sama lain.
Sebagai umat muslim dengan menganut ahlu sunnah wal jama’ah
memiliki pemahaman yang baik tetang Hadits-Hadits Nabi. Karena setiap
tindakan dan aktivitas manusia selalu memiliki tujuan dan berpedoman pada
syariat islam. Rasulullah SAW. sebagai panutan untuk berprilaku dan bersikap
baik terhadap sesama muslim atau pun non-muslim dengan menjadikan kehidupan
manusia lebih terarah kejalan yang benar. Sejak kecil kita diajarkan bersikap dan
bertutur kata yang baik dengan sopan santun. Setiap manusia mempunyai
pandangan dan pendapat yang berbeda. Perbedaan inilah yang terkadang
menimbulkan hal permasalah dan terkadang menjadi sebab terpecah belahnya
suatu hubungan persaudaraan menjadikan satu sama lain saling bermusuhan.
Kehidupan sosial yang perpedoman pada kitab suci Allah SWT. dan
menjalankan sunah Nabi menjadikan seseorang untuk saling menghargai dan
bertoleransi antar manusia. Sebagai landasan yang kuat bahwa seperti halnya ia
mencintai sesamanya seperti mencintai dirinya sendiri. Dilihat dari bermacam-
macam suku bangsa indonesia menjadikan setiap daerah memiliki keyakinan
berbudaya yang berbeda. Akan tetapi dalam hal ini perlu untuk menanamkan rasa
toleransi dan kepedulian antar suku bangsa. Kehidupan bermasyarakat lebih
menekankan pada kepetingkan Bersama untuk mejalin silaturahmi agar lebih
rukun antar tetangga. Dan lebih menumbuhkan rasa kepedulian sosial dan
kecintaan terhadap saudara.
Yang dimaksudkan kecintaan disini adalah bagaimana sikap kita terhadap
sesama umat muslim Ketika dia mendapat kebahagiaan atau kebaikan kita juga
merasa Bahagia dan begitu juga sebaliknya, apabila dia mendapat kesusahan kita
harus membantu dengan ikhlas. Sikap itulah yang menjadikan seseorang akan
dijauhkan dari rasa iri hati dan dengki yang dibenci oleh Allah SWT. Seperti
sabda Nabi yang artinya:
13
Dari Anas r.a. berkata bahwa Nabi SAW bersabda: “Tidakah termasuk beriman
seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia
mencintai dirinya sendiri. (H.R Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa`i).
Hadis tersebut sebagai contoh dan motivasi agar umat islam saling
menghargai dan berperilaku baik terhadap saudara seiman dengan rasa yang tulus
dari hati nurani tanpa ada paksaan, sebagaimana kita beriman kepada Allah SWT.
Dengan perasaan yang tulus abadi. Tidak saling menyakiti baik secara fisik atau
menyakiti hati dengan perkataan. Kita juga harus saling menjaga dan
mengingatkan. Pentingnya hubungan baik tali persaudara sesama umat muslim
memberikan rasa nyaman dan tenang. Rasulullah telah mengajarkan secara
totalitas beriman dan berkeyakinan terhadap Allah SWT. menghadirkan rasa
bersyukur untuk segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT. Dalam
implementasi kehidupan manusia memiliki banyak permasalahan yang dihadapi.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pengertian Al-Hadits Segala sesuatu yang datang dari Nabi SAW selain
Al-Qur'an Al-Karim, baik berupa kata-kata, perbuatan aau taqrir yang bisa
dijadikan sebagai dasar hukum menetapkan syara'.
3.2. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
15