You are on page 1of 6

161

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil-hasil pengolahan dan analisis data penelitian dapat ditarik


beberapa kesimpulan, sebagai berikut :

1) MPK yang dikembangkan untuk kegiatan praktikum Fisika Dasar ditingkat


perguruan tinggi yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep
Fisika Dasar dan keterampilan generik sains mahasiwa memiliki ciri
karakteristik sebagai berikut: Terdiri atas 8 judul praktikum terkait konten
Fisika Dasar, yaitu praktikum Hukum II Newton, praktikum gerak jatuh
bebas, praktikum hukum Hooke, praktikum rangkaian pegas, praktikum
osilasi bandul sederhana, praktikum osilasi pegas, praktikum gaya gesekan
dan praktikum hukum Archimides. MPK didesain dengan menggunakan
pendekatan CTL dengan ciri-ciri khusus: ada pengaitan antara materi ajar
yang dipraktikumkan dengan konteks kehidupan nyata mahasiswa;
menggunakan landasar teori belajar konstruktivist, teori belajar experiential
dan teori ZPD (kolaboratif); menggunakan metode inquiry laboratory yang
bersifat penyelidikan dan berorientasi pada penemuan; prosesnya dilakukan
dengan pendekatan masyarakat belajar (kooperatif); dan menggunakan alat
bantu perangkat VBL untuk mendapatkan data akurat pada pengukuran
peristiwa dinamik (gerak benda). Mencakup 8 konteks yang ditinjau, yaitu
fenomena gerak kendaran bermotor, fenomena benda jatuh, penerapan pegas
pada berbagai alat teknik, terapan kombinasi pegas paralel pada berbagai alat
olah raga dan teknik, fenomena ayunan taman, fenomena ayunan bayi,
terapan gaya gesek dalam kesehariuan, dan terapan konsep terapung pada
jembatan fonton dan kolam terapung. MPK yang dikembangkan memiliki
pola umum pelaksanaan kegiatan (sintaks) praktikum yang terdiri atas lima

Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan
Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
162

fase (tahapan) yang merupakan cerminan dari pendekatan CTL yang


digunakan, sebagi barikut: Fase 1, Orientasi mahasiswa pada
fenomena/peristiwa alam yang relevan; Fase 2, Demonstrasi untuk
mengenalkan konsep-konsep/besaran-besaran fisis dan identifikasi hubungan
antar besaran fisis pada peristiwa/fenomena yang dipelajari ; Fase 3,
Praktikum secara inkuiri dan kooperatif dengan panduan LKM MPK; Fase 4,
Penjelasan fenomena alam yang disajikan pada fase 1; dan Fase 5, Refleksi,
Penguatan dan tindak lanjut kegiatan. Untuk panduan kegiatan yang lebih
operasional MPK dilengkapi dengan perangkat lembar kerja mahasiswa
(LKM) yang komponennya terdiri atas : judul praktikum, tujuan praktikum,
Prosedur praktikum yang terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan
penutup praktikum, dan penjelasan fenomena alam. Pada kegiatan
pendahuluan disajikan fenomena alam yang harus dijelaskan, pada kegiatan
inti praktikum ada panduan tentang alat dan baha, panduan demonstrasi
pengenalan konsep/besaran fisis, panduan demonstrasi untuk identifikasi
hubungan antar besaran fisis pada fenomena yang dipelajari, penyajian
masalah penyelidikan, panduan pengajuan hipotesis penyelidikan, panduan
perencanaan dan pelaksanaan praktikum secara inkuiri, panduan perencanaan
dan pelaksanaan analisis data eksperimen dan panduan untuk penjelasan
fenomena. Panduan atau guide untuk pelaksanaan kegiatan praktikum dibuat
dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan pengarah. Alokasi waktu untuk
keseluruhan implementasi MPK adalah sekitar 120 menit sesuai alokasi
waktu yang disediakan untuk praktikum Fisika Dasar, yang terbagi untuk
kegiatan pendahuluan 15 menit, untuk kegiatan inti 80 menit dan untuk
kegiatan penutup sekitar 25 menit.
2) MPK yang dikembangkan untuk kegiatan praktikum Fisika Dasar di level
perguruan tinggi implementasinya dapat meningkatkan pemahaman konsep
(PK) Fisika Dasar dengan kategori peningkatan sedang. Penerapannya dalam
praktikum Fisika Dasar lebih efektif dibandingkan penerapan praktikum
konvesional yang bersifat verifikatif. Hal ini ditunjukkan oleh rerata skor gain

Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan
Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
163

yang dinormalisasi (<g>) PK yang dicapai kelompok mahasiswa yang


melaksanakan praktikum sengan desain contextual laboratory sekitar 0,62
lebih tinggi dari rerata skor gain yang dinormalisasi (<g>) yang dicapai
kelompok mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum dengan desain
verifikatif yang hanya mencapai 0,26. Profil peningkatan tiap indikator PK
yang ditinjau dalam penelitian sebagai impact implementasi MPK adalah
sebagai berikut : indikator menginterpretasi meningkat sebesar 0,62 dalam
katagori sedang, indikator mencontohkan meningkat sebesar 0,80 dalam
kategori sedang, indikator menginferensi meningkat sebesar 0,55 dalam
katagori sedang, indikator membandingkan meningkat sebesar 0,73 dalam
kategori sedang, indikator menggeneralisasi meningkat sebesar 0,52 dalam
kategori sedang dan indikator menjelaskan meningkat sebesar 0,70, dalam
kategori sedang.
3) MPK yang dikembangkan untuk kegiatan praktikum Fisika Dasar di level
perguruan tinggi implementasinya dapat meningkatkan keterampilan generik
sains (KGS) mahasiswa dengan kategori peningkatan sedang. Penggunaannya
dalam praktikum Fisika Dasar lebih efektif dalam meningkatkan KGS
mahasiswa dibandingkan dengan penggunaan praktikum konvesional yang
bersifat verifikatif. Hal ini ditunjukkan oleh rerata skor gain yang
dinormalisasi (<g>) KGS yang dicapai kelompok mahasiswa yang
melaksanakan praktikum sengan desain contextual laboratory sekitar 0,58
lebih tinggi dari rerata skor gain yang dinormalisasi (<g>) yang dicapai
kelompok mahasiswa yang melaksanakan kegiatan praktikum dengan desain
verifikatif yang hanya mencapai 0,20. Profil peningkatan tiap indikator KGS
yang ditinjau dalam pelnelitian sebagai impact implementasi MPK adalah
sebagai berikut : indikator pengamatan tak langsung meningkat sebesar 0,65
dalam katagori sedang, indikator kerangka logika taat azas meningkat
sebesar 0,55 dalam kategori sedang, indikator hukum sebab akibat meningkat
sebesar 0,50 dalam katagori sedang, indikator inferensi logika meningkat
sebesar 0,61 dalam kategori sedang, indikator bahasa simbolis meningkat

Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan
Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
164

sebesar 0,62 dalam kategori sedang, indikator membangun konsep meningkat


sebesar 0,53 dalam kategori sedang, indikator pemodelan matematika
meningkat sebesar 0,57 dalam kategori sedang.
4) Implementasi MPK dalam kegiatan praktikum Fisika Dasar mendapatkan
tanggapan yang positif dari seluruh dosen dan hampir seluruh mahasiswa
yang terlibat. Seluruh dosen Fisika Dasar dan mahasiswa peserta praktikum
Fisika dasar menyatakan persetujuannya bahwa MPK merupakan desain
praktikum yang baru bagi mereka, MPK dapat memotivasi mahasiswa untuk
melakukan praktikum secara sungguh-sungguh, MPK sesuai dengan karakter
ilmu Fisika, penggunaan perangkat VBL sangat membantu mendapatkan data
eksperimen yang akurat, kegiatan kolaborasi mahasiswa dapat membangun
kompetensi-kompetensi sosial di kalangan mahasiswa, MPK dipandang dapat
membekalkan pemahaman konsep Fisika Dasar dan keterampilan generik
sain bagi para mahasiswa.
5) Penggunaan VBL dalam implemtasi MPK tidak berpengaruh terhadap
pelaksanaan MPK, VBL dalam MPK hanya berfungsi untuk memperoleh
akurasi data dalam praktikum dinamik.
6) Kekuatan dari MPK yang ditemukan dari implementasinya antara lain: (1)
Sesuai dengan karakter ilmu Fisika sehingga sangat mendukung keberhasilan
dalam belajar Fisika (2) Memfasilitasi mahasiswa untuk aktif berpikir dan
menggunakan intelektual melatih penalaran, (3) berorientasi pada
pemahaman konseptual, (4) membangkitkan motivasi mahasiswa untuk
terlibat aktif dalam kegiatan praktikum, (e) Menggunakan alat bantu VBL
yang ampuh dalam pengukuran variabel-variabel dalam peristiwa dinamik, (f)
Dapat membekalkan berbagai keterampilan hands-on dan minds-on tingkat
tinggi, (g) membekalkan kecakapan sosial seperti kecakapan berkomunikasi
dan bekerja sama, (h) kegiatan berpusat pada mahasiswa (i) sangat visible
untuk dilakukan dikelas sebagai metode pembelajaran. Keterbatasan dari
MPK yang ditemukan dari implementasinya antara lain, (1) kelancaran
pelaksanaannya mensyaratkan keterampilan-keterampilan dasar yang harus

Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan
Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
165

dimiliki dosen maupun mahasiswa, seperti keterampilan bertanya,


keterampilan matematis, keterampilan membuat dan menganalisis grafis,
kemampuan menggunakan komputer, (2) karena sifatnya penemuan, maka
prosesnya dapat memakan waktu yang lebih lama dari yang telah
dialokasikan, apalagi jika arahan yang diberikan kurang dipahami maksudnya
oleh mahasiswa, (3) karena organisasi kegiatan praktikum harus selaras
dengan kajian materi ajar pada perkuliahan Fisika Dasar, maka alat, bahan
dan jumlah set-upnya harus memadai, (4) dalam pelaksanaannya belum
menggunakan pendekatan CTL seutuhnya terutama yang terkait dengan
penggunaan asesmen (penilaian) autentik, (5) tema praktikum yang ditinjau
belum mencakup materi perkuliahan Fisika Dasar II.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan dan temuan dalam penelitian ini, diajukan


beberapa saran untuk perbaikan proses dan hasil implementasi PCL dalam
kegiatan praktikum Fisika Dasar sebagai berikut :

1) Arahan dalam LKM perlu dibuat sedikit lebih rinci lagi agar mahasiswa dapat
lebih memahami arahan yang diberikan, sehubungan dengan pelaksanaan
praktikum ini merupakan sesuatu yang baru bagi mahasiswa sehingga mereka
tidak akan serta merta langsung mahir dengan arahan yang berupa
pertanyaan, apalagi jika pertanyaan arahannya kurang begitu spesifik.
2) Sebelum melakukan implementasi MPK dalam kegiatan praktikum Fisika
Dasar, perlu dilakukan terlebih dahulu pelatihan penggunaan perangkat VBL
dalam proses pencitraan dan analisis data hasil pencitraan fenomena gerak
agar pada saat praktikum mahasiswa tidak merasa kesulitan lagi yang berefek
pada peggunaan waktu yang lebih lama.
3) Sebelum melakukan implementasi MPK dalam kegiatan praktikum Fisika
Dasar perlu dilakukan terlebih dahulu pembekalan keterampilan-keterampilan
prasyarat seperti kemampuan analisis matematis, kemampuan membuat dan

Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan
Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
166

menginterpretasi grafik, keterampilan menggunakan alat ukur, keterampilan


pengolahan data statistik dan lain-lain.

C. REKOMENDASI

Atas dasar hasil-hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diajukan rekomendasi
untuk kegiatan tidak lanjut di masa mendatang sebagai berikut :

1) MPK dapat dipertimbangkan untuk diterapkan dalam kegiatan praktikum


Fisika Dasar di perguruan tinggi baik perguruan tinggi LPTK maupun non
LPTK.
2) Untuk penelitian selanjutnya dapat dipertimbangkan pengembangan MPK
untuk membekalkan kompetensi dan keterampilan-ketrampilan lainnya baik
hands-on maupun minds-on, terutama keterampilan berpikir tingkat tinggi.
3) Sebagai salah satu komponen CTL, maka asesmen autentik sebaiknya
dilakukan dan digunakan dalam MPK, baik untuk penilaian aspek kognitif,
aspek afektif maupun aspek psikomotorik.

Kistiono, 2014
Pengembangan Model Praktikum Kontekstual Pada Praktikum Fisika Dasar Untuk Meningkatkan
Keterampilan Generik Sains Dan Pemahaman Konsep
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

You might also like