You are on page 1of 2

Pemerintah DKI memberi 

kesempatan bagi pengembang untuk melakukan proses peralihan dalam waktu


tiga bulan sampai Maret 2019. Jika Pergub 132 Tahun 2018 tentang Pembinaan Pengelolaan Rusun Milik
ini tak digubris, pemerintah daerah bakal menerapkan sanksi terhadap pengembang.

"Kalau tak ditaati nanti ada surat teguran resmi dan surat pembekuan pengurus oleh Gubernur DKI," kata
Kepala Bidang Pembinaan Penertiban dan Peran Serta Masyarakat Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman, Melly Budiastuti, ketika berkunjung ke kantor redaksi Tempo, Rabu 20 Februari
2019. 

Jika hingga Maret tak ada perubahan dalam susunan organisasi perhimpunan pemilik dan penghuni
satuan rumah susun (P3SRS), Dinas Perumahan akan menerbitkan tiga kali surat teguran.

Bila surat teguran tak digubris, Gubernur DKI Anies Baswedan bakal mengeluarkan surat pembekuan
kepengurusan rumah susun atau apartemen yang belum diubah.

Melly membeberkan, permasalahan antara penghuni rumah susun atau apartemen di DKI dengan
pengembang terjadi akibat organisasi P3SRS kerap dimonopoli oleh pengembang. Setiap kebijakan yang
diambil, terutama berkaitan dengan biaya atau tagihan kadang tak melibatkan warga.

Menurut dia, pengembang ingin melanggengkan pengelolaan bangunan dengan dalih menjaga kredibilitas
perusahaan. Peristiwa terbaru adalah pengaduan warga Apartemen Lavande Residence di Tebet, Jakarta
Selatan, kepada Gubernur Anies pada Senin lalu.
Seharusnya, Melly menuturkan, pengurus P3SRS haruslah pemilik unit yang tinggal di situ. Pengurus juga
harus berstatus warga wilayah tersebut yang dibuktikan dengan KTP dan Kartu Keluarga.

Konflik penghuni apartemen dan pengurus sebelumnya juga terjadi di Apartemen Kalibata City,
Apartemen Green Pramuka, Apartemen Signature Park dan Apartemen Gading Mediterania
Residence. Beberapa di antaranya bahkan berujung ke meja hijau.    

Untuk mengakhiri permasalahan ini, Dinas Perumahan DKI bakal melakukan pengawasan ihwal
pelaksanaan Pergub 132 bersama masing-masing wali kota dan suku dinas.

Penertiban tersebut, kata Melly, adalah pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Rumah Susun berikut turunannya, yakni Pergub Nomor 132 Tahun 2018 tentang Pembinaan Pengelolaan
Rusun Milik. Pergub yang diteken Anies ini terbit pada Desember tahun lalu.

Ketua Umum Asosiasi Penghuni Rumah Susun Seluruh Indonesia (APRSSI) Ibnu Tadji H.N. mengatakan
asosiasi menyoroti konflik di Apartemen Lavande yang bermula dari ketidakpahaman pengembang atas
peraturan pelaksanaan pengelolaan rusunami, yakni Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat Nomor 23 Tahun 2018 dan Pergub 132. 

"Mereka keliru memahami sejak awal dan memanfaatkan situasi kekosongan aturan pelaksanaan,"
ujarnya, kemarin.

Pengembang Apartemen Lavande, PT Agung Podomoro Land, enggan menanggapi keluhan penghuni
ihwal pembentukan P3SRS yang dinilai tak transparan. "Baiknya menghubungi customer service
pengelola di sana saja, ya," kata Sekretaris Perusahaan Agung Podomoro Land, Justini Omas, Rabu lalu.

Kepala Dinas Perumahan Kelik Indriyanto mengungkapkan Pergub 132 atau Pergub Rusun ini menjadi
legalitas bagi warga untuk mengelola apartemen sepenuhnya melalui P3SRS.

Dinas telah memberikan surat edaran dan sosialisasi tentang peralihan pengelolaan hunian. Caranya,
pengembang membentuk panitia musyawarah untuk memilih pengurus P3SRS dengan cara tiap pemilik
unit memiliki satu suara (one name one vote). Kepengurusan P3SRS tersebut akan dikuatkan dengan
surat keputusan gubernur.  

Melly pun menyatakan pemilik bangunan atau pengembang hanya berhak mengelola sementara selama
proses penerbitan segala perizinan, termasuk sertifikat laik fungsi (SLF). Peralihan pengelolaan gedung
apartemen wajib dilakukan maksimal setahun setelah SLF diperoleh dari pemerintah DKI. Pengembang
harus melimpahkan seluruh pengelolaan kepada P3SRS, termasuk administrasi keuangan.

You might also like