You are on page 1of 169

PENCAPAIAN TUJUAN PROGRAM PENDAMPINGAN HIDROPONIK

DI KOMUNITAS AGRADIPA DESA SODONG, KECAMATAN


TIGARAKSA, KABUPATEN TANGERANG

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun Oleh :
Hanifur Rabbani
11180540000046

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H/2022
Pencapaian Tujuan Program Pendampingan Hidroponik di Komunitas
Agradipa Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi
persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh
Hanifur Rabbani
11180540000049

Di bawah bimbingan

Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si.


NIP. 197606172005011006

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULAH
JAKARTA
1444 H/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul “Pencapaian Tujuan Program Pendampingan Hidroponik di


Komunitas Agradipa Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten
Tangerang” telah diuji dalam sidang munaqosah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 25
November 2022, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh
gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat
Islam.

Jakarta, 25 November 2022


Sidang Munaqosah
Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Dr. Muhtadi, M.Si. WG. Pramita Ratnasari, S.Ant.,


NIP. 197506012014111001 M.Si.
NIP. 197602102003122202
Penguji I Penguji II

Dra. Nurul Hidayati, MA. Isna Rahmawati, S.Pd., M.Ling.

Pembimbing

Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si.


NIP. 197606172005011006
LEMBAR PERNYATAAN
Saya bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Hanifur Rabbani
NIM : 11180540000049

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Skripsi yang berjudul “Pencapaian Tujuan Program Pendampingan
Hidroponik di Komunitas Agradipa Desa Sodong, Kecamatan
Tigaraksa, Kabupaten Tangerang” merupakan hasil karya asli saya
ajukan untuk memenuhi salah satu syarat gelar Sarjana Starata 1 (S1) di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Narasumber yang digunakan dalam penelitian ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil asli atau
jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 13 November 2022

Hanifur Rabbani
ABSTRAK
HANIFUR RABBANI
Pencapaian Tujuan Program Pendampingan Hidroponik di Komunitas
Agradipa Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang

Hidroponik merupakan cara budidaya tanaman dengan menggunakan air


yang telah dilarutkan nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai media tumbuh
tanaman untuk menggantikan tanah. Hidroponik dapat menjadi salah satu
alternatif terbatasnya lahan pertanian dan dapat dilakukan pada lahan yang
kesuburannya rendah maupun wilayah padat penduduk. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui proses pendampingan komunitas Agradipa terhadap masyarakat
Desa Sodong melalui pendampingan hidroponik serta mengetahui pencapaian dari
pelatihan dan pendampingan hidroponik.
Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan
menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi sebagai alatnya.
Informan penelitian adalah kepungurusan komunitas Agradipa, masyarakat Desa
Sodong, dan Peserta Pendampingan melalui hidroponik di Komunitas Agradipa
Sodong.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tahapan pendampingan yang
dilalui masyarakat di wilayah tersebut, dengan beberapa proses yang dilakukan
meliputi : 1) Tahapan Animasi, 2) Tahapan Fasilitasi, dan 3) tahapan penghapusan
diri. Sedangkan pencapaian dari pemberdayaan melalui kegiatan pendampingan
ini berupa membantu masyarakat untuk mendapatkan pengetahuan dan kesadaran
serta kebahagiaan secara nonekonomi meliputi : 1) Relasi, 2) Keterlibatan
masyarakat, 3) Penemuan makna hidup, 4) Optimisme yang realistis, dan 5)
Resiliensi yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat.

Kata kunci : Pendampingan, Hidroponik, Pemberdayaan Masyarakat

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr.Wb

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Dzat yang
Maha suci luhur yang telah memberikan rahmat, Karunia dan juga Inayah-Nya
yang tidak terhingga segenap pertolongan serta Kemenangan-Nya yang
diberikan kepada kami sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Pencapaian Tujuan Program Pendampingan Hidroponik di
Komunitas Agradipa Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten
Tangerang” dengan baik. Shalawat serta salam penulis sampaikan rindu yang
paling suci pada makhluk yang paling suci pula yang telah berusaha
menyatukan sastra, ilmu dan pemikiran dalam satu simpul pelukan yang suci
dan telah memberikan ilmu dan pemikiran kemudahan jalan untuk menikmati
perjalanan indah kepada ridha Allah SWT jalan untuk membaharui cinta dalam
hati setiap mukmin.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam proses penyelesaiannya, penulis
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik dukungan secara moriil maupun
materiil. Maka penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Dr. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., MA., selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Suparto, M.Ed., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
3. Dr. Siti Napsiyah, S.Ag., BSW., MSW., Wakil Dekan I Bidang
Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, Dr. Sihabuddin Noor, M.Ag., Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, Cecep Sastra Wijaya, MA., Wakil Dekan

ii
III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Muhtadi, M.Si., Ketua Program Studi Pengembangan Masyarakat
Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, WG. Pramita Ratnasari, S.Ant., M.Si., Sekretaris
Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Tantan Hermansah, S.Ag., M.Si., Dosen Pembimbing skripsi yang
telah memberikan arahan dan masukan sehingga skripsi ini selesai
dengan baik.
6. Seluruh jajaran dosen Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan
dan menuntut melalui ilmu-ilmu yang telah disampaikan.
7. Bapak Mashari dan Ibu Hosniyah selaku orang tua beserta keluarga
besar yang turut memberikan doa, motivasi, perhatian, kasih sayang
yang tak terhingga dari awal hingga bantuan materiil dan moriil yang
cukup sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan
baik.
8. Pengurus dan anggota kelompok Agradipa Desa Sodong, Kecamatan
Tigaraksa, Kabupaten Tangerang yang telah membantu penulis dalam
melakukan penelitian di lapangan.
9. Sahabat, rekan, dan seluruh manusia baik : Wahyudi, Putra, Ovick,
yang telah membantu menemani dan mendorong penulis dan
seperjuangan PMI angkatan 2018 yang terus beriringan untuk
memberikan masukan, semangat, dan motivasi sehingga skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
10. Keluarga besar Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam lintas
angkatan yang telah bersedia untuk membantu memberi masukan,
arahan, dan juga motivasi hingga terselesainya skripsi ini.

Semoga semua pihak yang disebutkan di atas maupun yang belum bisa
disebutkan mendapatkan balasan langsung dari Allah SWT. Semoga skripsi

iii
ini dapat bermanfaat bagi penulis, aparat setempat Desa Sodong, Kecamatan
Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, seluruh elemen yang terlibat dalam proses
pemberdayaan melalui kegiatan dan peneliti lainnya yang akan melakukan
penelitian untuk tugas akhir skripsi.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, 13 November 2022

Hanifur Rabbani

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix

DAFTAR BAGAN ..................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................................5

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian..................................................................6

E. Metodologi Penelitian ...............................................................................7

F. Tinjauan Pustaka .....................................................................................16

G. Sistematika Kepenulisan .........................................................................21

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................22

A. Pemberdayaan Masyarakat ......................................................................22

1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat ................................................22

2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat ......................................................24

3. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat .........................................25

4. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ...................................................26

5. Proses Pemberdayaan Masyarakat .......................................................28

6. Indikator Kebahagiaan .........................................................................31

B. Pendampingan .........................................................................................33

1. Pengertian Pendampingan....................................................................33

v
2. Kriteria Kualitas Pendamping ..............................................................35

3. Fungsi pokok pendampingan ...............................................................36

4. Tahapan Pendampingan .......................................................................37

5. Perbandingan antara metode pembinaan dan Pendampingan ..............43

C. Komunitas ...............................................................................................44

1. Pengertian Komunitas ..........................................................................44

2. Ciri- ciri Komunitas .............................................................................45

3. Bentuk-bentuk Komunitas ...................................................................46

D. Hidroponik...............................................................................................47

1. Kelebihan tanaman hidroponik ............................................................48

2. Kekurangan Tanaman Hidroponik.......................................................48

E. Pelatihan Hidroponik ...............................................................................48

1. Pengertian Pelatihan ............................................................................48

2. Perencanaan dan Pelatihan Bagi Masyarakat ......................................49

3. Dasar Pelatihan ....................................................................................50

4. Cara Masyarakat memanfaatkan Pelatihan ..........................................51

5. Pelatihan yang berhasil ........................................................................52

6. Teknik Pelatihan ..................................................................................52

7. Langkah 4P untuk melatih. ..................................................................53

8. Waktu melaksanakan pelatihan ...........................................................53

F. Kerangka Berpikir ...................................................................................55

BAB III GAMBARAN UMUM..........................................................................57

A. Sejarah berdirinya Agradipa Hidroponik ................................................57

B. Susunan Kepengurusan Pusat Pelatihan Agradipa Hidroponik...............58

C. Latar Belakang Pengurus Pusat Pelatihan Agradipa Hidroponik ............59

D. Data Geografis Wilayah ..........................................................................61

vi
E. Data Demografi Wilayah .........................................................................62

1. Statistik Penduduk Desa Sodong .........................................................62

BAB IV DATA DAN TEMUAN LAPANGAN ..................................................67

A. Proses pemberdayaan melalui pendampingan hidroponik ......................67

1. Mengidentifikasi potensi wilayah ........................................................67

2. Menyusun kegiatan kelompok .............................................................69

3. Proses pendampingan kelompok .........................................................71

4. Tahapan pendampingan .......................................................................79

B. Pencapaian proses pendampingan pemberdayaan melalui pendampingan


hidroponik ..........................................................................................................81

1. Kemandirian dan kesadaran dalam kelompok pendampingan ............81

2. Memberikan kebaikan kelompok dalam kesejahteraan masyarakat ....87

BAB V PEMBAHASAN .....................................................................................91

A. Proses pemberdayaan melalui pendampingan hidroponik di komunitas


Agradipa Hidroponik Desa Sodong ...................................................................91

1. Mengidentifikasi potensi wilayah Desa Sodong ..................................92

2. Menyusun kegiatan kelompok .............................................................93

3. Proses pendampingan kelompok .........................................................97

4. Tahapan pendampingan .....................................................................101

B. Pencapaian proses pendampingan pemberdayaan melalui pendampingan


hidroponik ........................................................................................................106

1. Penguatan pengetahuan dan kemampuan yang diberikan kepada


masyarakat oleh Komunitas Agradipa Hidroponik ......................................106

2. Penyokongan dari komunitas Agradipa terhadap masyarakat untuk


melakukan peranan dan tugasnya.................................................................110

BAB VI PENUTUP ...........................................................................................114

B. Kesimpulan ............................................................................................114

vii
C. Saran ......................................................................................................115

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................117

LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
a. Tabel 1.1 Informan Penelitian pada Komunitas Agradipa ..................... 10
b. Tabel 2.1 Matrik Pendampingan............................................................. 40
c. Tabel 2.2 Tingkat Kesadaran Partispasi ................................................. 41
d. Tabel 2.3 Perbandingan Metode Pembinaan dan Pendampingan ........... 44
e. Tabel 2.4 Kadar Kepentingan Fungsi Kerja Masyarakat Produktif ....... 49
f. Tabel 2.5 Pelatihan Tambahan ............................................................... 50
g. Tabel 2.6 Hasil Survey Riset dari New York ......................................... 50
h. Tabel 2.7 Cara Memanfaatkan Pelatihan ................................................ 51
i. Tabel 2.8 Persentase Kegemaran Peserta Pelatihan ............................... 51
j. Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa Sodong .................................................... 62
k. Tabel 3.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 62
l. Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur .................................... 63
m. Tabel 3.4 Penduduk Berdasarkan Pendidikan ........................................ 64
n. Tabel 3.5 Data Penduduk Berdasarkan Pencaharian Pokok ................... 65
o. Tabel 3.6 Data Penduduk Berdasarkan Agama ...................................... 66
p. Tabel 3.7 Data Penduduk Berdasarkan Etnis ......................................... 66
q. Tabel 3.8 Data Penduduk Berdasarkan Cacat Mental dan Fisik ............ 66
r. Tabel 5.1 Modal dan Hasil Tanaman Hidroponik ................................ 107

ix
DAFTAR BAGAN
a. Bagan 2.1 Proses Pendampingan ............................................................ 38
b. Bagan 2.2 Kerangka Pikiran ................................................................... 55

x
DAFTAR GAMBAR
a. Gambar 3.1 Site Plan Agradipa............................................................ 58
b. Gambar 3.2 Peta Desa Sodong ............................................................. 62
c. Gambar 4.1 Sosialisasi Agradipa ......................................................... 68
d. Gambar 4.2 Proses Rencana Tindak Lanjut ......................................... 69
e. Gambar 4.3 Menyusun Kegiatan Kelompok ........................................ 70
f. Gambar 4.4 Proses Pembinaan ............................................................. 71
g. Gambar 4.5 Proses Awal Pendampingan ............................................. 72
h. Gambar 4.6 Pelatihan Hidroponik........................................................ 73
i. Gambar 4.7 Proses Jual Hasil Panen .................................................... 74
j. Gambar 4.8 Kunjungan Aparat ke Agradipa ....................................... 75
k. Gambar 4.9 Tahap Awal Penanaman Hidroponik kepada Siswi TK ... 78
l. Gambar 4.10 Pelatihan dari Luar Daerah ............................................. 79
m. Gambar 4.11 Pembuatan Instalasi dan Bibit ........................................ 81
n. Gambar 4.12 Penjualan Hasil Hidroponik ........................................... 86
o. Gambar 4.13 Hasil Produksi Jahe ....................................................... 89
p. Gambar 4.14 Hasil Produksi Bayam dan Kangkung ........................... 90
q. Gambar 5.1 Kunjungan Aparat Setempat ............................................ 93
r. Gambar 5.2 Proses Panen Hidroponik ................................................. 96
s. Gambar 5.3 Perbaikan Instalasi.......................................................... ..98
t. Gambar 5.4 Pengenalan Jenis Tanaman............................................. 104

xi
DAFTAR LAMPIRAN
a. Surat Pengajuan Proposal Skripsi
b. Lembar Judul Skripsi
c. Surat Izin Penelitian Untuk Pusat Pelatihan Hidroponik Agradipa
d. Surat Izin Penelitian Untuk Kelurahan
e. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
f. Surat Kepengurusan Agradipa
g. Penghargaan Pusat Pelatihan Agradipa
h. Foto Proses Wawancara
i. Foto Saat Mengikuti Kegiatan Pelatihan Agradipa
j. Foto Situasi Sekitar Pusat Pelatihan Agradipa
k. Hasil Observasi.

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya suatu wilayah merupakan sebuah lingkungan dinamis yang
mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan
dan perkembangan ini tidak bisa dilepaskan dari penduduk sebagai elemen utama
dalam kehidupan suatu wilayah. Pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat
disertai perkembangan kehidupan masyarakat untuk saling memenuhi kebutuhan
masing-masing dari sumber daya dan ruang yang keberadaannya sangat terbatas
memerlukan pemanfaatan ruang yang baik sesuai rencana peruntukan yang telah
ditetapkan dalam kebijakan sebenarnya berguna untuk masyarakat yang bertujuan
mengoptimalkan dan mensinergikan pemanfaatan sumber daerah secara
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Setiap wilayah yang ada di negeri ini tentu memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing untuk membedakan desa satu dengan yang lainnya. Seperti Desa
Sodong yang memiliki potensi industri, teknologi, dan lainnya menjadikan Desa
Sodong lebih ternilai dan unggul di antara desa yang ada di Kabupaten Tangerang.
Salah satu potensi lain yang dimiliki Desa Sodong adalah dalam bidang pertanian.
Saat ini, terdapat banyak perkebunan dan persawahan seperti karet, padi, jagung,
dan sejenisnya sangat berkembang di desa ini. Hanya saja, akhir kemudian terjadi
rencana perubahan fungsi pada Desa Sodong yang akan diubah menjadi
lingkungan perumahan. Hal ini menyebabkan potensi desa yang telah ada tentu
tidak akan lagi memberikan keuntungan seperti sebelumnya. Dari hal tersebut
juga untuk tetap memanfaatkan potensi tersebut penduduk sekitar mencoba
bertahan dan memaksimalkan potensi-potensi yang ada dengan budidaya
perikanan atau peternakan, tanaman hidroponik, dan lain-lain untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dari perekonomian masyarakat sehari-hari.
Masyarakat pada umumnya memiliki lahan yang tidak dimanfaatkan dengan
baik. Hal ini terjadi disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
pemanfaatan lahan sehingga menyebabkan banyak lahan yang kosong dan hanya
dipenuhi dengan rumput dan hama. Salah satu cara untuk untuk pemanfaatan
lahan kosong ini dengan bercocok tanam melalui media hidroponik.

1
Hidroponik memiliki keuntungan bagi lingkungan sosial karena dapat
dijadikan sarana pelatihan dan pendidikan di bidang pertanian modern. Selain itu,
hidroponik digunakan untuk memperindah lingkungan dengan kesan pertanian
yang bersih dan sehat, serta sebagai usaha agribisnis tanpa mencemari lingkungan
(Mulyaningsih dkk, 2019).
Firman Allah SWT:
َ ُ‫ي ا َ ْوزَ َل ِمهَ انس َم ۤا ِء َم ۤا ًء ن ُك ْم ِ ّم ْىهُ ش ََزابٌ و ِم ْىه‬
‫ش َج ٌز فِ ْي ِه ج ُ ِس ْي ُم ْون‬ ْْٓ ‫َ ه َُو ان ِذ‬
‫ت اِن فِ ْي ٰذنِكَ َ ْٰليَةً ِنّقَ ْو ٍم يحَفَك ُز ْون‬ ِ ِۗ ‫َاب َو ِم ْه ُك ِّم انث َم ٰز‬ َ ‫ع َوانز ْيح ُ ْونَ َوانى ِخ ْي َم َو ْاْلَ ْعى‬ َ ‫َ يُ ْۢ ْى ِبثُ نَ ُك ْم بِ ِه انز ْر‬
Artinya : “Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu.
Sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan)
tumbuhan yang dengannya kamu menggembalakan ternakmu.”
“Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untukmu tumbuh-
tumbuhan, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda
(kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.” (Q.S. An-Nahl: 10-11).

Ayat tersebut memiliki isi kandungan berupa nikmat yang diperoleh manusia
dari langit secara langsung atau tidak langsung. Nikmat Allah yang mereka
peroleh secara langsung adalah air hujan yang dapat dijadikan air minum dan
keperluan lainnya dalam kehidupan mereka sehari-hari, seperti mandi, mencuci
pakaian, dan lain sebagainya. Turunnya air hujan juga membuat udara yang panas
menjadi sejuk dan menyegarkan badan. Sedang nikmat Allah yang diperoleh
secara tidak langsung dari air hujan adalah air itu dapat mengairi sawah dan
menghidupkan segala macam tumbuh-tumbuhan. Segala tumbuhan itu sangat
bermanfaat bagi manusia dan makhluk lain, seperti manusia dapat
menggembalakan binatang ternak mereka di padang rumput.
Sesuai dengan firman Allah SWT.
ٍَ‫َضرا َُّ ْخ ِر ُج ِي ُُّْ َحبًّا ُّيت ََرا ِكب ًۚا َٔ ِي‬ َ ‫س ًَ ۤا ِء َي ۤا ًۚء فَا َ ْخ َرجْ َُا ِب ّٖ ََبَاتَ ُك ِّم‬
ِ ‫ش ًْءٍ فَا َ ْخ َرجْ َُا ِي ُُّْ خ‬ َّ ‫ي ا َ َْزَ َل ِيٍَ ان‬ ْْٓ ‫َْٔ َُٕ انَّ ِذ‬
‫ظ ُر ْْٓٔا ا ِٰنى ث َ ًَ ِر ٖ ِْٓ اِ ْٓذَا‬
ُ َْ ُ ‫انر َّياٌَ ُي ْشت َ ِبٓا َّٔ َغٍ َْر ُيتَشَا ِب ٍٍّۗ ا‬
ُّ َٔ ٌَْٕ ُ ‫انز ٌْت‬
َّ َّٔ ‫ب‬ ٍ ُّٰ‫اٌ دَا َِ ٍَةٌ َّٔ َج‬
ٍ ‫ث ِ ّي ٍْ ا َ ْعَُا‬ ٌ َٕ ُْ ‫ط ْه ِع َٓا ِق‬
َ ٍْ ‫انَُّ ْخ ِم ِي‬
ٍ ٌٰ ‫َ اَثْ ًَ َر ٌََٔ ُْ ِع ّٖ ٍۗا ٌَِّ فِ ًْ ٰذ ِن ُك ْى َ َٰل‬
ٌْٕ ُُ‫ث ِنّقَ ْٕ ٍو ٌُّؤْ ِي‬
Artinya : “Dialah yang menurunkan air dari langit lalu dengannya Kami
menumbuhkan segala macam tumbuhan. Maka, darinya Kami

2
mengeluarkan tanaman yang menghijau. Darinya Kami mengeluarkan
butir yang bertumpuk (banyak). Dari mayang kurma (mengurai)
tangkai-tangkai yang menjuntai. (Kami menumbuhkan) kebun-kebun
anggur. (Kami menumbuhkan pula) zaitun dan delima yang serupa
dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya pada waktu berbuah
dan menjadi masak. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-
benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
beriman”. (Q.S. Al-An’am :99).
Kebutuhan pangan bagi manusia seperti sayuran dan buah-buahan semakin
meningkat dengan seiring berkembangnya jumlah penduduk. Namun hal tersebut
tidak dibarengi dengan pertumbuhan lahan pertanian yang justru semakin sempit.
Bukan hanya pada elektronika, bidang pertanian sekarang sudah menjadi sangat
berkembang. Hal ini dapat diakibatkan semakin sempitnya lahan pertanian,
sehingga masyarakat mulai mencari cara yang lebih efisien dalam
mengembangkan bidang pertanian walaupun dengan lahan yang sempit.
Hidroponik merupakan budidaya menanam tanpa menggunakan tanah diganti
dengan media rockwool, sekam padi, kapas, dan lain-lain, dimana pada tanaman
hidroponik ini lebih ditekankan menggunakan nutrisi yang terlarut dalam air.
Dengan menggunakan media tanam hidroponik ini penanam tidak perlu pusing
kekurangan lahan untuk ditanami karena dengan metode hidroponik ini
masyarakat bisa menanam dimanapun. Bisa menggunakan botol bekas, pipa PVC,
dan juga bisa menggantungkan media tanamannya di tembok.
Sejak abad ke-16 percobaan tentang ilmu nutrisi dengan menggunakan metode
pertanian hidroponik telah dimulai. Semenjak itu, metode pertanian dengan high
technology ini menjadi terkenal di seluruh dunia. Hidroponik berasal dari bahasa
latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti kerja. Arti harfiah dari
hidroponik adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik kemudian dikenal
dengan bertanam tanpa media tanah (soilless cultivation, soilless culture).
Mulanya, orang bertanam dengan metode hidroponik menggunakan wadah yang
berisi air yang telah dicampur dengan pupuk mikro maupun makro.
Hidroponik menjadi salah satu inovasi dalam dunia bercocok tanam. Dengan
tidak memerlukan lahan yang luas, disertai minat masyarakat yang memiliki

3
kemauan untuk bercocok tanam namun memiliki kendala dengan lahan yang
sempit, maka metode hidroponik adalah solusi yang praktis dan cukup mudah
untuk menjadikannya sebagai alternatif bagi masyarakat. Dengan cara ini pula
akan sangat menjanjikan untuk penghasilan.
Seperti yang yang telah dilakukan masyarakat kebanyakan, Pak Apep, salah
satu warga di Desa Sodong telah mempraktekkan metode hidroponik ini. Awalnya
beliau adalah salah satu karyawan di perusahaan otomotif multinasional dan
memilih resign dari tempat kerjanya untuk bertani dengan metode hidroponik ini.
Awalnya, beliau mengikuti salah satu pelatihan hidroponik di Bandung bersama
rekan-rekannya dan sepulang dari pelatihan tersebut Pak Apep dengan tekad yang
kuat membangun instalasi hidroponik. Dari satu instalasi sekarang sudah 6
instalasi hidroponik. Perjalan menuju empat tahun ini beliau memfokuskan
pengembangan hidroponik yang telah beliau rintis bersama rekan nya yang
sekarang ini sudah menjadi pusat pelatihan hidroponik terkenal di Desa Sodong,
Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang. Beliau berkeinginan yang sangat
kuat untuk mendorong dan memotivasi para masyarakat dan kaum millennial
untuk bisa berpikir lebih kreatif dan berpenghasilan yang menjanjikan.
Agradipa hidroponik adalah organisasi yang telah berdiri 2019 lalu. Melihat
tahun tersebut merupakan awal datangnya wabah corona di bumi Indonesia.
Permasalahan baru benar-benar membuat masyarakat bingung dibuatnya. Apalagi
perihal ekonomi dan pekerja yang terpaksa diberhentikan. Berawal dari itu pula
agradipa hidroponik tangerang ini didirikan untuk menyadarkan masyarakat
bahwa dengan memanfaatkan lahan yang dimiliki akan membantu terhadap
kehidupan sehari-hari.
Sehingga sampai saat ini masyarakat di Desa Sodong berbondong-bondong
untuk bercocok tanam dengan metode hidroponik yang dikenalkan oleh Pak Apep
ini. Mereka dilatih, diarahkan, dan saling membantu satu sama lain sehingga
semakin hari masyarakat paham dengan metode tersebut. Dan dengan dorongan
dari pemerintah saat ini telah terbentuk salah satu organisasi yang menaungi
masyarakat yang bercocok tanam dengan media hidroponik terhimpun pada
organisasi Hidroponik Kabupaten Tangerang (HIKATA). Dan Agradipa
hidroponik yang di rintis oleh Pak Apep menjadi pusat pelatihan dalam

4
pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan hidroponik di Kabupaten Tangerang
dan sekitarnya.
Hal ini juga merupakan salah satu langkah yang positif untuk memberdayakan
masyarakat menjadikan desa lebih maju dan berkembang dalam upaya
pemerintahan Kabupaten Tangerang dalam mewujudkan kampung tematik. Selain
itu juga, Agradipa Hidroponik sedang diusahakan untuk dijadikan kampus
pertanian di Kabupaten Tangerang.
Dari latar belakang tersebut, menjadikan alasan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut dengan judul “Pencapaian Tujuan Program Pendampingan Pelatihan
Hidroponik di Agradipa Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten
Tangerang”.
B. Identifikasi Masalah
Dari penjelasan latar belakang sebelumnya, peneliti mengidentifikasi masalah-
masalah agar lebih jelas dan terfokus dalam penelitian ini, adapun identifikasi
masalah yang terkandung didalamnya yaitu :
1. Pentingnya kewirausahaan pertanian berbasis ruang sempit sebagai inovasi
baru di Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.
2. Meningkatkan kreativitas masyarakat dengan digunakannya barang bekas,
daur ulang untuk kegiatan reboisasi lingkungan di Desa Sodong, Kecamatan
Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Setelah melakukan identifikasi masalah, maka peneliti membuat formulasi
secara ringkas, jelas, dan spesifik terkait permasalahan penelitian. Berikut
pembatasan dan perumusan masalah:
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah disebutkan diatas, maka
peneliti melakukan pembatasan masalah agar tidak terjadi kekeliruan dan salah
penafsiran dalam penelitian, yaitu Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Pendampingan Pelatihan Hidroponik pada komunitas agradipa sejak tahun
2019 sampai 2021 di Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten
Tangerang.

5
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan
hidroponik di Agradipa Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten
Tangerang?
b. Bagaimana pencapaian masyarakat menerapkan hasil setelah mengikuti
pendampingan hidroponik selama 3 tahun dalam kehidupan sehari-hari?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
a. Mengetahui bagaimana proses pemberdayaan masyarakat melalui
pelatihan hidroponik.
b. Mengetahui pencapaian masyarakat dalam menerapkan hasil dari
pelatihan hidroponik di Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten
Tangerang.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini secara teoritis yaitu untuk menambah khazanah ilmu
dakwah, khususnya yang berhubungan dengan unsur-unsur masyarakat islam.
Adapun manfaat penelitian secara praktis yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan ilmu
pengetahuan khususnya memperkaya model-model dalam
pengembangan masyarakat. Disamping itu, penelitian ini juga
diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menemukan dan
mengembangkan teori-teori dalam pelatihan pemberdayaan
masyarakat melalui hidroponik.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pengetahuan,
pertimbangan, dan rekomendasi untuk praktisi pemberdayaan
masyarakat, maupun pemerintah dalam memanfaatkan modal sosial

6
dalam pemberdayaan masyarakat dalam pelatihan hidroponik terhadap
masyarakat.
E. Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian yaitu proses saintifik guna memperoleh data berdasarkan
relevansi dan sasaran yang telah ditentukan. Metode ilmiah merupakan rencana
riset yang berpatokan pada khazanah keilmuan yang masuk akal (rasional),
berdasarkan pengamatan (empiris, beruntun atau memakai cara-cara tertentu yang
logis (sistematis). Tujuan riset dibagi dalam beberapa fase yaitu penemuan,
pembuktian, dan pengembangan (Rukaesih 2015). Sehingga dari penjelasan
diatas memperjelas bahwa metode penelitian adalah strategi yang diterapkan
untuk menghasilkan kebenaran tentang pendekatan penelitian, jenis penelitian,
lokasi penelitian, kehadiran peneliti, sumber data, teknik pengumpulan data,
analisis data, pengecekan kebenaran data, dan proses atau fase penelitian.
1. Jenis dan Pendekatan penelitian
Riset yang digunakan adalah pendekatan kualitatif yang menjelaskan data
secara deskriptif. Pendekatan kualitatif yaitu salah satu pendekatan yang dalam
memaparkan datanya di uraikan dalam bentuk kata-kata atau gambar ( Emzir,
2012). Melalui pendekatan ini peneliti bertujuan mencerna gejala yang dialami
subjek penelitian secara keseluruhan dan digambarkan dalam bentuk kalimat
dan bahasa pada keadaan tertentu yang alamiah (Moleong, 2014). Dalam
penelitian menggunakan analisis non statistik yang cocok pada bahan
deskriptif. Penjabaran data yang dianalisis menurut isinya disebut analisis isi
(Suryabrata, 2013). Sehingga riset ini akan mengungkapkan makna yang
terletak di balik fenomena dengan mendeskripsikan tentang penerapan
pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan hidroponik di desa
tematik Agradipa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti fenomenologis
dengan memaparkan fakta atau kejadian yang sesungguhnya dan diceritakan
kembali melalui data yang berhasil dikumpulkan (Moleong, 2012). Penelitian
fenomenologis harus memaparkan atau menjabarkan kejadian-kejadian yang
dialami oleh beberapa orang yang berlandaskan pada kesadaran diri (Noor,
2015). Sebagaimana pendapat Akhyar Yusuf Lubis mengatakan bahwa

7
fenomenologi kerangka berfikir seperti yang diungkapkan Husserl, awal abad
ke 20 lalu. Fenomenologi diupayakan cara tepat dan ketat demi memperoleh
data yang pasti dan benar, seperti kepastian tematik.
Adapun karakter fundamental fenomenologis yang dipaparkan oleh Idri
(2015) didalamnya mengandung empat kebenaran, yaitu kebenaran yang bisa
dirasakan panca indra (empirik sosial), kebenaran yang dilahirkan oleh rasio
atau akal manusia (empirik logik), kebenaran yang merujuk pada moral
(empirik etik), kebenaran yang kaitannya dengan ketuhanan (empirik
transcendental).
2. Sumber data
Pada penelitian sumber data merupakan poin pokok dari mana informasi
bisa didapatkan. Informan penelitian yang dilibatkan adalah mereka yang
dipandang oleh peneliti mengenali dan memahami fenomena penelitian.
Mereka adalah orang-orang yang dituakan atau tokoh di kalangan masing-
masing.
Bila dilihat dari sumbernya, teknik pengumpulan data terbagi dua bagian,
yaitu:
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari objek yang diteliti oleh
orang atau organisasi yang sedang melakukan penelitian.
b. Data Sekunder
Adapun data sekunder merupakan data primer yang diperoleh oleh pihak
lain atau data primer yang telah dioleh lebih lanjut dan di sajikan baik oleh
pengumpul data primer atau oleh pihak lain sehingga penulis tidak
mengumpulkan data secara langsung dari objek yang di teliti.
3. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah Komunitas Agradipa Pelatihan Hidroponik,
Desa Sodong, Tigaraksa, Tangerang, dan masyarakat setempat.
Sedangkan Objek dari penelitian ini adalah Pemberdayaan masyarakat
melalui Pendampingan Hidroponik.
4. Lokasi penelitian dan Waktu Penelitian
Sebelum mengambil dan menganalisa rancangan awal, seorang peneliti

8
harus mengetahui sasaran penelitian dan memutuskan tempat yang akan
diteliti. Mengenai tempat yang dijadikan objek penelitian adalah Pusat
Pelatihan Agradipa Hidroponik Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa,
Kabupaten Tangerang. Sedangkan Waktu penelitian terhitung sejak Maret
2021 sampai November 2022.
5. Teknik Pengumpulan data
Untuk memperoleh data yang lengkap dan akurat diperlukan teknik
pengumpulan data. Dengan demikian, harus menggunakan cara sistematis,
sebagaimana prosedur di bawah ini:
a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan manusia yang memakai panca indera
yaitu mata sebagai pembantu utama, selain mata ada juga telinga, mulut,
kulit, dan lain sebagainya (Bungin, 2014). Trik yang paling ampuh dalam
penggunaan metode observasi yaitu melengkapi format pengamatan sebagai
alat penelitian.
Beberapa elemen yang harus dikumpulkan harus berupa kejadian atau
perilaku yang diperkirakan akan terjadi.
Pada penelitian kualitatif pengamatan dilakukan langsung oleh peneliti
dengan turun ke lapangan, sehingga bisa melihat secara langsung tindakan
dan kegiatan manusia selaku sumber data.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan observasi non partisipan, yaitu
peneliti tidak secara langsung terlibat pada kegiatan objek yang diteliti,
bertindak hanya sebagai pengamat saja.
b. Wawancara
Yang dimaksud dengan wawancara adalah obrolan di antara dua individu
atau lebih, dengan menyertakan peneliti yang ingin mendapatkan keterangan
dari orang lain dengan mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan
tujuan penelitian (Mulyana 2013).
Pada penelitian ini menggunakan wawancara semi terstruktur untuk
mempermudah peneliti mendapatkan data yang benar. Selain itu, peneliti
juga dapat mengembangkan pertanyaan secara bebas yang terkait dengan
judul penelitian yang peneliti dilakukan dalam rangka untuk menggali data

9
secara mendalam.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah proses pengumpulan data dan info yang signifikan,
yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang sedang diteliti, sehingga
menghasilkan data lengkap, sah, dan bukan hanya menurut perkiraan saja.
Dokumen tersebut bisa saja berbentuk foto, buku, catatan harian, dan
lainnya yang bisa dijadikan sumber data atau bahan pertimbangan (Sarosa,
2012).
Tabel 1.1 Informan Penelitian pada Komunitas Agradipa
Teknik
Informan/
No. Nama Pengambilan Informasi
Narasumber
Data
1. Lurah/Pembina Doni Dokumentasi, Untuk mengetahui data
Pusat Pelatihan Bambang P Wawancara desa, sejarah, tujuan, dan
Hidroponik peran pusat pelatihan
Agradipa hidroponik Agradipa
Sodong dalam
pemberdayaan
masyarakat sekitar
2. Ketua Pusat Apep Dokumentasi, Untuk mengetahui proses
Pelatihan Nuryadi Wawancara pelatihan dan hasil dari
Hidroponik pelatihan Hidroponik
Agradipa Agradipa Sodong bagi
masyarakat sekitar
3. Bendahara/ Cicih Dokumentasi, Untuk mengetahui
Ketua Sukaesih Wawancara manfaat dari pelatihan
Kelompok Hidroponik di Desa
Wanita Tani Sodong bagi masyarakat
Desa Sodong sekitar setelah mengikuti
pelatihan Hidroponik di
pusat pelatihan
Hidroponik Agradipa
4. Marketing Herkis Dokumentasi, Untuk mengetahui cara
Pusat Pelatihan Wawancara pengurus Agradipa
Hidroponik mengajak masyarakat
Agradipa sekitar untuk mengikuti
pelatihan hidroponik
5. Anak usia dini Kamil Dokumentasi, Untuk mengetahui alasan
yang belum Wawancara tidak ikut serta dalam
mengikuti pelatihan hidroponik
pelatihan
hidroponik
6. Remaja yang Fajri Dokumentasi, Untuk mengetahui alasan

10
belum Wawancara tidak ikut serta dalam
mengikuti pelatihan hidroponik
pelatihan
hidroponik
7. Anak usia dini Amelia Dokumentasi, Untuk mengetahui alasan
yang Wawancara keikutsertaan dalam
mengikuti pelatihan hidroponik
pelatihan
hidroponik
8. Remaja yang Indra S Dokumentasi, Untuk mengetahui alasan
mengikuti Wawancara keikutsertaan dalam
pelatihan pelatihan hidroponik
hidroponik
9. Warga yang Edi Wijaya Dokumentasi, Untuk mengetahui alasan
belum Wawancara tidak ikut serta dalam
mengikuti pelatihan hidroponik
pelatihan
hidroponik
10. Warga yang Ibu Anisba Dokumentasi, Untuk mengetahui alasan
mengikuti Wawancara keikutsertaan dalam
pelatihan pelatihan hidroponik
hidroponik
11. Warga yang Ibu Dika Dokumentasi, Untuk mengetahui
berhasil Wawancara strategi sukses
menerapkan menerapkan hasil dari
hasil pelatihan pelatihan hidroponik
hidroponik
12. Warga yang Ibu Dewi Dokumentasi, Untuk mengetahui
gagal Wawancara hambatan-hambatan
menerapkan dalam menerapkan hasil
hasil pelatihan dari pelatihan hidroponik
hidroponik

6. Teknik Analisis Data


Maksud dari analisis data menurut Sugiyono (2017) yaitu fase pencarian,
penyusunan data yang terencana yang didapatkan dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi. Data tersebut harus diorganisasikan kedalam
kategori, dijabarkan ke bagian-bagian, mengerjakan sintesis, disusun dalam
bentuk pola, menentukan segmen fundamental dan sesuatu yang akan ditelaah,
menyusun deduksi supaya bisa dipahami sendiri atau orang lain. Pada tahap ini
peneliti harus bisa mengelola jaringan data, menyusun dalam bentuk format,
dan mengurai data.
Dalam riset ini analisis datanya menggunakan analisis kualitatif, yang

11
dipublikasikan oleh Milles dan Hubberman. Seperti yang dijelaskan oleh
Sugiyono bahwa, analisis data tersebut terbagi dalam 3 tahapan, yaitu tahap
reduksi data, penyajian data, dan penarikan asumsi (interpretasi) data. Pada
penelitian kualitatif teknik pengumpulan datanya dilaksanakan semenjak
pengumpulan data dimulai.
Sejak peneliti melakukan observasi, wawancara, dan pengumpulan
dokumentasi, proses analisis data telah dilakukan. Karena, pada fase tersebut
peneliti sudah harus menyesuaikan data, melaksanakan pengetesan terhadap
temuan tersebut, serta memberikan pemahaman (interpretasi) terhadap data-
data temuannya.
a. Reduksi data
Peneliti melakukan reduksi data pada tahapan ini sejak penelitian
dilakukan. Beberapa informasi yang didapat melalui wawancara, data-data
yang diperoleh saat melakukan observasi, dan semua studi dokumentasi
harus dipilah dan dipilih sesuai kategori yang diinginkan, dan pengkodean
dilakukan sejak awal dilakukannya penelitian.
b. Penyajian Data
Dalam hal ini data diuraikan secara singkat dan disajikan secara naratif.
Pada tahap ini peneliti mempunyai tugas mengurai dan memaparkan
temuan-temuan data yang telah diperoleh. Pada awalnya data hanya berupa
potongan-potongan informasi, baru setelah melalui fase reduksi data temuan
tersebut bisa disajikan dalam bentuk naratif argumentative, baru kemudian
dideskripsikan dengan kalimat sederhana sehingga menghasilkan penafsiran
yang utuh.
c. Penarikan kesimpulan (interpretasi)
Sejatinya interpretasi yang dilakukan sejak awal penelitian itu bersifat
sementara. Kesimpulan tersebut bisa berubah jika telah ditemukan atau tidak
diketahui data valid untuk membantu babak akumulasi selanjutnya. Asumsi
yang sifatnya sementara tersebut perlu dikaji kembali dengan
mengumpulkan bukti yang kuat, hingga menghasilkan asumsi yang kredibel
dan bisa mendapatkan pemaknaan yang utuh.
Peneliti mengurai data yang diperoleh dalam penelitian dalam bentuk

12
narasi pada tahapan ini, yang mana data-data tersebut berisi tentang upaya
dan proses pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan
hidroponik di desa tematik Agradipa, Sodong Tangerang.
7. Teknik Validasi Keabsahan Data
Pada teknik Validasi data, peneliti menggunakan metode Triangulasi.
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data
dari berbagai sumber, dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu.(Sugiono,2014). Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah
penelitian yang dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus
untuk menguji data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian
kualitatif meliputi uji credibility, transferability, dependapibility, dan
comfermability (Sugiyono, 2007 : 270).
Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai
penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan
data dapat dilakukan sebagai berikut :
1. Credibilty
Uji credibility atau uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian
yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan
tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan.
a. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data
penelitian difokuskan pada pengujian terhadap data yang
telah diperoleh. Data yang diperoleh setelah dicek kembali ke
lapangan benar atau tidak, ada perubahan atau masih tetap.
Setelah dicek kembali ke lapangan data yang diperoleh sudah
dapat dipertanggungjawabkan atau benar berarti kredibel,
maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri.
b. Meningkatkan kecermatan dalam penelitian
Untuk meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan
dengan cara membaca berbagai referensi, buku, hasil
penelitian terdahulu, dan dokumen terkait dengan
membandingkan hasil penelitian yang telah diperoleh.

13
Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat
dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang
dibuat akan semakin berkualitas.
c. Triangulasi
William Wiersama dalam Sugiyono (2007) mengatakan
dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecakan
data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan
demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
1) Triangulasi Sumber
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Data yang diperoleh dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check)
dengan tiga sumber data (Sugiyono, 2007).
2) Triangulasi Teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan teknik yang berbeda. Misalnya untuk
mengecek data bisa melalui wawancara, observasi,
dokumentasi. Apabila dengan teknik pengujian
kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang
berbeda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut
kepada sumber data yang bersangkutan untuk
memastikan data mana yang dianggap benar
(Sugiyono, 2007).
3) Triangulasi Waktu
Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara
di pagi hari pada saat narasumber masih segar, akan
memberikan data lebih valid sehingga lebih kredibel.
Selanjutnya dapat dilakukan dengan pengecekan

14
wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu
atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan
data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-
ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya
(Sugiyono, 2007).
d. Analisis Kasus Negatif
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari
data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data
yang ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda dan
bertentangan dengan temuan, berarti masih mendapatkan
data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan,
maka peneliti mungkin akan mengubah temuannya
(Sugiyono, 2007).
e. Menggunakan Bahasa Referensi
Yang dimaksud referensi adalah pendukung untuk
membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam
laporan penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan
perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik,
sehingga menjadi lebih dapat dipercaya (Sugiyono, 2007).
f. Mengadakan Membercheck
Tujuan membercheck adalah untuk mengetahui seberapa
jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan
oleh pemberi data. Jadi tujuan membercheck adalah agar
informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber
data atau informan (Sugiyono, 2007).
2. Transferability
Transferability merupakan Validitas eksternal dalam peneltian
kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau
dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana sampel
tersebut diambil (Sugiyono, 2007).
3. Dependability

15
Realibitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain
beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang
sama. Penelitian yang dependability atau realibitas adalah penelitian
apabila penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses
penelitian yang sama akan memperoleh hasil yang sama pula.
4. Confirmability
Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji
Confirmalibity penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila
hasil penelitian telah disepakati oleh banyak orang. Penelitian
kualitatif uji confirmability berarti menguji hasil penelitian yang
dikaitkan dengan proses yang tekah dilakukan. Apabila hasil
penelitian hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar
confirmability.
Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda
antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi
sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang
telah disajikan dapat dipertanggungjawabkan.
8. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017”
yang diterbitkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Buku Ceqda.
F. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dilakukan terhadap literatur yang relevan dengan penelitian
ini dan penempatan konteks sebagai langkah untuk penyusunan skripsi. Tinjauan
kepustakaan dilakukan sebagai acuan untuk membantu dalam penelitian dan
penulisan skripsi, maka peneliti menggunakan literatur berupa penelitian
terdahulu :
1. Jurnal “Pemberdayaan Masyarakat Desa Kepada Kelompok ibu-ibu dan
Karang Taruna Melalui Program Pelatihan Hidroponik” Jurnal Abdimas
Berdaya Vol.2 No.1 yang ditulis oleh Ruswaji, Laely Chodariyanti tahun
2019. Peneliti bertujuan untuk memberdayakan ibu rumah tangga dan

16
karang taruna dengan memberikan pelatihan bercocok tanam dengan
sistem hidroponik yang diharapkan dari pengabdian ini untuk
meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan. Program yang dilakukan
dengan tahapan 1) pemaparan materi 2) pelatihan kepada masyarakat dan
praktek pembuatan hidroponik 3) pendampingan dan 4) evaluasi.
Perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya terletak pada obyek
penelitian. Sedangkan persamaannya pada pola pemberdayaan yang
dilakukan.
2. Jurnal “Pelatihan Hidroponik Dalam Meningkatkan Produksi Pada
Pemuda Muhammadiyah Kelurahan Kassi-kassi Kecamatan Rappocini
Kota Makassar” jurnal Aplikasi ipteks untuk masyarakat Vol.11 No.1 yang
ditulis oleh Amiati, Muryani Arsal, Warda, Asdar, Nasrullah, dan
Masrullah tahun 2022. Tujuan kegiatan pengabdian ini untuk
meningkatkan kemampuan pemuda muhammadiyah dalam
mengembangkan pertanian melalui hidroponik sayuran sederhana
sehingga menghasilkan sayuran yang sehat dan meningkatkan
perekonomian dalam kebutuhan sehari-hari. Metode pelaksanaan yaitu
sosialisasi, pelatihan, praktek, dan pendampingan dengan mitra pemuda
muhammadiyah RT.2 RW.14 kelurahan kassi-kassi sebanyak 8 orang.
Hasil yang dicapai yaitu terbentuknya aktivitas bertanam hidroponik yang
memanfaatkan lahan sempit, pahamnya bertanam sayuran dengan teknik
hidroponik, pahamnya manajemen pemasaran, meningkatnya
kesejahteraan masyarakat di masa pandemi Covid-19. Persamaan dan
perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya menekankan pada produksi
pemuda muhammadiyah, sedangkan peneliti lebih menekankan pada
pelatihan hidroponik secara umum dan terbuka.
3. Jurnal “Pemberdayaan Karang Taruna Melalui Pelatihan Hidroponik
Sebagai Upaya Ketahanan Pangan Keluarga di masa Pandemi dengan
Pemanfaatan Pekarangan Rumah” jurnal LPPM UMJ yang ditulis oleh
Rini Siskayanti, Wenny Diah Rusanti, M Engkos Kosina. Hasil dari
kegiatan pelatihan ini adalah terbentuknya aktivitas bercocok tanam
dengan teknik hidroponik yang memanfaatkan lahan sempit sehingga

17
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelatihan ini dilaksanakan
melalui 3 tahapan yaitu tahap persiapan, tahan pelaksanaan, tahap akhir.
Persamaan peneliti dengan peneliti sebelumnya adalah pelatihan
hidroponik sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan
memaksimalkan lahan yang sempit.
4. Jurnal “Pemberdayaan Masyarakat Perumahan Subsidi di Desa Taeng
Kabupaten Gowa dalam Budidaya Tanaman Sistem Hidroponik” jurnal
pengabdian kepada masyarakat Vol.1 No.1 yang ditulis oleh Siti Rahma
Yunus, Nurhayani H, Muhiddin, Muhammad Harisah Halim tahun 2021.
Metode pelaksanaan kegiatan ini dalam bentuk workshop dan terdapat
beberapa tahapan yaitu tahapan memberikan informasi, demonstrasi,
praktek, demonstrasi perbandingan. Selain itu, ada kunjungan yang
didampingi oleh pengabdi masyarakat yang praktek sistem hidroponik. Di
daerah Taeng memiliki banyak perumahan subsidi sampah yang sangat
banyak yang dibuang dipinggir jalan sehingga merusak pandangan.
Peluang hidroponik yang bisa memanfaatkan barang bekas seperti botol
plastik merupakan peluang besar untuk menyadarkan dan memberdayakan
masyarakat dengan bercocok tanam sistem hidroponik. Persamaan dan
perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya dengan menyadarkan dan
memberikan pemahaman kepada masyarakat dalam upaya bercocok tanam
sistem hidroponik.
5. Jurnal “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kewirausahaan Pertanian
Sayuran Organik dengan Sistem Hidroponik di Desa Pematang Gajah”
jurnal sigita Vol.1 No.2 yang ditulis oleh Sophia, Firna Varina, Rusnani
tahun 2019. Tujuan kegiatan ini untuk mengembangkan jiwa
kewirausahaan masyarakat dalam penguasaan dan pemahaman dalam
mengembangkan teknologi hidroponik. Dengan metode demonstrasi dan
penyuluhan. Hasil kegiatan mengubah sikap dan pengetahuan masyarakat
secara aplikatif pada peningkatan pengetahuan dan kapasitas serta
keterampilan masyarakat dalam mengembangkan kewirausahaan pertanian
sistem hidroponik. Perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya peneliti
tidak menekankan pada kewirausahaan melainkan untuk menumbuh

18
kembangkan kesadaran, kreativitas, dan keterampilan masyarakat.
6. Jurnal “Pemberdayaan Masyarakat dalam menggunakan Pipa Paralon
Sebagai tempat Tanaman Hidroponik Sayur Mayur di Desa Katongan
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang” yang ditulis oleh Dellati,
Willy Yusnandar, Muslih tahun 2019. Tujuan program KKN-PPM UMSU
adalah 1) memberdayakan ibu-ibu PKK dan remaja karang taruna dalam
upaya swadaya bertanam sayur mayur melalui hidroponik 2) menjadikan
halaman rumah untuk ditata menjadi tanam sayur mayur dengan
menggunakan pipa paralon yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat 3)
menjaga kelestarian lingkungan rumah yang dapat dijadikan sebagai
kegiatan yang produktif, ekonomis, dan meningkatkan kualitas lingkungan
hidup 4) memperkenalkan media hidroponik sebagai bercocok tanam
tanpa menggunakan tanah. Metode yang digunakan melalui observasi,
wawancara, dokumentasi, pelatihan, pendampingan, ceramah, sosialisasi,
dan praktek. Hasil dari pelaksanaan kegiatan ini adalah 1) terciptanya
lingkungan hidup yang sehat dengan keindahan tanaman hidroponik tertata
secara baik 2) terciptanya pengetahuan tentang pembuatan tanaman
hortikultura melalui media hidroponik yang bermanfaat untuk tanaman
sayur mayur 3) meningkatkan partisipasi kelompok 4) terlatihnya
kelompok sasaran program bercocok tanam media hidroponik. persamaan
peneliti dengan peneliti sebelumnya dalam upaya memperkenalkan dan
memberikan pemahaman bercocok tanam media hidroponik bagi
masyarakat, perbedaannya terletak pada peneliti sebelumnya membahas
hidroponik menggunakan pipa paralon sedangkan peneliti antara barang
bekas dan paralon sebagai media bercocok tanam hidroponik.
7. Jurnal “Peran Komunitas Pecinta Hidroponik Surabaya (PHS) Dalam
Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Kampung Hidroponik
di Pojok Kebun Gemah Ripah Surabaya” jurnal pendidikan untuk semua
yang ditulis oleh Pramadita Ayu Sekarni, Heru Siswanto tahun 2020.
Penelitian ini menggunakan kualitatif deskriptif. Tujuan penelitian ini
untuk menjelaskan proses pemberdayaan masyarakat kampung hidroponik
Surabaya. Hasil dari penelitian ini merupakan hasil kajian teori peran,

19
komunitas, pemberdayaan masyarakat, dan hidroponik. Persamaan peneliti
dengan peneliti sebelumnya untuk menjadi wadah menyalurkan
kegemaran masyarakat dalam pertanian bercocok tanam sistem hidroponik
8. Jurnal “Pelatihan Budidaya Tanaman Secara Hidroponik Untuk
pemenuhan Kebutuhan Sayur Skala Rumah Tangga” jurnal pemberdayaan
masyarakat Vol.6 No.1 yang ditulis oleh Nur Hayati, Lina Arifah Fitriyah,
Andri Wahyu Wijayadi tahun 2021. Tujuan penelitian ini untuk
menambah pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam budidaya
sayuran secara hidroponik sehingga dapat diaplikasikan untuk pemenuhan
kebutuhan sayur skala rumah tangga. Hasil dari penelitian ini pemahaman
terhadap budidaya hidroponik dan peserta terampil budidaya hidroponik
sebesar 92% dan 84%. Metode tahapan yang dilakukan terdiri atas tahapan
persiapan, pelatihan, pendampingan, dan evaluasi. Persamaan peneliti
dengan peneliti sebelumnya adalah untuk memberikan hasil yang
maksimal dalam memudahkan kebutuhan sehari-hari.
9. Jurnal “Pelatihan Budidaya Sayuran Hidroponik Menggunakan Sistem
Wick Sebagai Usaha Pemberdayaan Masyarakat di Desa Cenggu ” jurnal
pengabdian magister pendidikan IPA Vol.3 No.2 yang ditulis oleh Nur
Hayati, I Gde Mertha tahun 2020. Tujuan dalam penelitian ini untuk
memberdayakan masyarakat, meningkatkan pengetahuan masyarakat
melalui bercocok tanam sistem hidroponik. Metode yang digunakan adalah
sosialisasi, praktek pembuatan, pendampingan dan evaluasi kegiatan.
Perbedaan peneliti dengan peneliti sebelumnya pada obyek yang hanya
terfokus pada ibu-ibu sedangkan peneliti lebih luas dan terbuka.
10. Jurnal “Pemberdayaan Masyarakat Desa Sumberdadi Dengan Pelatihan
Hidroponik dan Pupuk Organik” jurnal JPP iptek Vo.3 No.1 yang ditulis
oleh Aldila Wanda Nugraha tahun 2019. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan keterampilan, pengetahuan, serta produktivitas produk
hidroponik dan pupuk organic. Metode yang digunakan adalah metode
partisipatif untuk melibatkan mitra secara aktif dalam pelaksanaan
penerapan teknik hidroponik dan produksi pupuk organik. Perbedaan
peneliti dengan peneliti sebelumnya, peneliti tidak membahas tentang

20
produktivitas hidroponik dan pupuk organik.
G. Sistematika Kepenulisan
Pada penulisan skripsi ini penulis menyusun sistematika penulisan yang
bertujuan untuk memudahkan pemahaman mengenai penelitian mengikuti
pedoman penulisan dengan gaya penulisan Chicago 1 : Bidang ilmu sosial
(author-date system) yang diputuskan oleh Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tahun 2017 dengan aturan dalam penelitian kualitatif sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah,
Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka,
Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI
Bab ini berisi kajian pustaka mengenai teori dan kerangka berpikir yang
berhubungan dan mendukung penelitian.
BAB III : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum yang meliputi kondisi geografis
demografis, kondisi ekonomi dari lokasi pusat pelatihan Agradipa Hidroponik
dalam upaya pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek sosial dan ekonomi.
BAB IV : DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penyajian data dan temuan hasil penelitian yang
berkaitan dengan penelitian seperti implementasi pengembangan sumber daya
manusia melalui pelatihan Hidroponik.
BAB V : PEMBAHASAN
Bab ini berisi pembahasan tentang implementasi pengembangan sumber daya
manusia melalui pelatihan Hidroponik
BAB VI : PENUTUP
Bab ini merupakan penutup dari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.
Diakhir penulis memasukan daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

21
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini menjelaskan tentang teori yang digunakan dalam penelitian. Teori
yang dipakai adalah teori pemberdayaan masyarakat, pendampingan dan pelatihan
serta kerangka berfikir yang menekankan pada hasil dari pemberdayaan
masyarakat.
A. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pengertian pemberdayaan masyarakat sudah banyak dikemukakan oleh para
pakar. Jika dilihat dari akar katanya, “ daya ” merupakan kata dasar dan
ditambahkan awalan “ ber ” yang berarti mempunyai daya. Daya sama dengan
tenaga/kekuatan, maka arti kata berdaya adalah mempunyai tenaga atau
kekuatan. Dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat diartikan
sebagai upaya yang dilakukan agar objek menjadi berdaya atau mempunyai
tenaga/kekuatan. Dalam Bahasa Indonesia, kata pemberdayaan berasal dari
Bahasa Inggris, yaitu empowerment. Merrean Webster dalam Oxford English
Dictionary mengartikan empowerment dalam 2 (dua) arti yaitu : To give ability
or enable to, yang diterjemahkan sebagai memberi kemampuan atau cakap
melakukan sesuatu dan to give power of authority to, yang memberi
kewenangan/kekuatan.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya mengembangkan sebuah kondisi
masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berlandaskan prinsip-prinsip
keadilan sosial dan saling menghargai. Para pekerja kemasyarakatan berupaya
memfasilitasi warga dalam proses terciptanya keadilan sosial dan saling
menghargai melalui program-program pembangunan secara luas yang
menghubungkan seluruh komponen masyarakat. Pemberdayaan masyarakat
menerjemahkan nilai-nilai keterbukaan, persamaan, pertanggungjawaban,
kesempatan, pilihan, partisipasi, saling menguntungkan, saling timbal balik,
dan pembelajaran terus menerus. Inti dari pemberdayaan masyarakat adalah
mendidik, membuat anggota masyarakat mampu mengerjakan sesuatu dengan
memberikan kekuatan atau sarana yang diperlukan dan memberdayakan
mereka (FCDL, 2003). Pemberdayaan masyarakat menghadapi isu-isu baru,

22
namun pendekatan yang dipakai dalam organisasi kemanusiaan didasarkan
pada ide untuk kembali pada zaman masa lalu. Ide ini menekankan bahwa
manusia dapat dapat dan harus menyumbang secara kolektif bagi cara sebuah
masyarakat bertahan, melalui keikutsertaan dalam mengambil keputusan,
mengembangkan perasaan memiliki terhadap kelompok dan menghargai
sesama manusia.
Pemberdayaan masyarakat didasari sebuah cita-cita bahwa masyarakat bisa
dan harus mengambil tanggung jawab dalam merumuskan kebutuhan,
mengusahakan kesejahteraan, menangani sumber daya, dan mewujudkan
tujuan hidup mereka sendiri. pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk
membangun supportive communities, yaitu suatu struktur masyarakat yang
kehidupannya didasarkan pada pengembangan dan pembagian sumber daya
secara adil serta adanya interaksi sosial, partisipasi, dan upaya saling
mendorong antara satu dengan yang lain.
Pemberdayaan mengandung nilai-nilai intrinsik dan nilai-nilai instrumental.
Pemberdayaan memiliki relevansi pada tataran individual dan kelembagaan
serta bias berkaitan dengan masalah perekonomian, sosial, maupun politik.
Terdapat banyak definisi tentang pemberdayaan, Zubaedi (2007) menekankan
definisi pemberdayaan pada level yang berbeda-beda baik pribadi, yang
mencakup rasa percaya diri dan kemampuan seseorang, rasional, yang
menekankan kemampuan bernegosiasi dan mempengaruhi hubungan dan
keputusan, serta pada level kolektif. Selain itu, pemberdayaan dapat difokuskan
pada tiga dimensi yang menentukan dalam menggunakan strategi pilihan pada
kehidupan seseorang, yaitu; akses terhadap sumber daya, agen dan hasil.
Jim Ife dalam bukunya yang berjudul Community Development, Creating
Community Alternatives-vision, Analisis and Practice (1997) menjelaskan
bahwa pemberdayaan adalah memberikan sumber daya, kesempatan,
pengetahuan, dan keterampilan kepada warga untuk meningkatkan kemampuan
mereka dalam menentukan masa depan mereka sendiri dan berpartisipasi pada
upaya mempengaruhi kehidupan dari kelompoknya.
Jim Ife mengidentifikasikan 6 jenis jenis kekuatan masyarakat yang dapat
dimanfaatkan dalam proses pemberdayaan. Keenam kekuatan itu adalah:

23
kemampuan menentukan pilihan pribadi, kemampuan menentukan kebutuhan
sendiri, kebebasan berekspresi, kemampuan kelembagaan, akses pada sumber
ekonomi, dan kebebasan dalam proses reproduksi.
Menurut Sumodiningrat pemberdayaan masyarakat harus dilakukan melalui
3 (tiga) jalur, yaitu ; 1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang (Enabling) 2) Menguatkan potensi dan daya yang
dimiliki masyarakat (Empowering) 3) Memberikan perlindungan (Protecting).
Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat agar mampu mewujudkan kemandirian dan
melepaskan diri dari belenggu kemiskinan serta keterbelakangan.
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Mardikanto (2015), terdapat enam tujuan pemberdayaan
masyarakat yaitu :
a. Perbaikan kelembagaan
Dengan perbaikan kegiatan/tindakan yang dilakukan, diharapkan dapat
memperbaiki kelembagaan, termasuk pengembangan jejaring kemitraan
usaha. Kelembagaan yang baik akan mendorong masyarakat untuk ikut
berpartisipasi dalam kegiatan kelembagaan yang ada, sehingga lembaga
tersebut dapat secara maksimal menjalankan fungsinya. Dengan demikian
tujuan lembaga tersebut akan mudah dicapai.
b. Perbaikan Usaha
Setelah kelembagaan mengalami perbaikan, maka diharapkan
berimplikasi kepada adanya perbaikan bisnis dari lembaga tersebut.
Disamping itu kegiatan dan perbaikan kelembagaan diharapkan
memperbaiki bisnis yang dilakukan yang mampu memberikan kepuasan
kepada seluruh anggota lembaga dan memberikan manfaat yang luas kepada
seluruh masyarakat yang ada disekitarnya.
c. Perbaikan Pendapatan
Perbaikan bisnis diharapkan agar berimplikasi kepada peningkatan
pendapatan dari seluruh anggota lembaga. Dengan demikian perbaikan
bisnis yang dilakukan diharapkan akan dapat memperbaiki pendapatan yang
diperoleh termasuk pendapatan keluarga dan masyarakat.

24
d. Perbaikan Lingkungan
Lingkungan pada saat ini banyak mengalami kerusakan yang disebabkan
oleh manusia. Hal ini dengan alasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Padahal jika kualitas manusia tinggi, yang salah satu faktornya adalah
memiliki pendidikan yang tinggi atau intelektual yang baik, maka manusia
tidak akan merusak lingkungan.
e. Perbaikan Kehidupan
Tingkat kehidupan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator,
diantaranya tingkat kesehatan, pendidikan, dan tingkat pendapatan atau daya
beli masing-masing keluarga. Dengan pendapatan yang membaik,
diharapkan ada korelasi dengan keadaan lingkungan yang membaik pula.
Pada akhirnya pendapatan dan lingkungan yang membaik diharapkan dapat
memperbaiki keadaan kehidupan setiap keluarga dan masyarakat.
f. Perbaikan Masyarakat
Jika setiap keluarga mempunyai kehidupan yang baik, maka akan
menghasilkan kehidupan kelompok masyarakat yang memiliki kehidupan
yang lebih baik. Kehidupan yang lebih baik berarti didukung oleh
lingkungan “ fisik dan sosial ” yang lebih baik, sehingga diharapkan akan
terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik pula.
3. Prinsip-Prinsip Pemberdayaan Masyarakat
Dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Untuk mencapai
kesuksesan program pemberdayaan masyarakat itu, menurut beberapa ahli
terdapat empat prinsip, yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan
Prinsip utama dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah adanya
kesetaraan kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan
program pemberdayaan masyarakat. Dinamika yang dibangun ialah
hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagai
pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing
individu saling mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses
saling belajar, membantu, tukar pengalaman, dan saling memberikan

25
dukungan. Pada akhirnya seluruh individu yang terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi
dirinya dan keluarga.
b. Prinsip Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian
masyarakat adalah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan,
dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat itu sendiri. untuk
sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan yang
melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan
masyarakat. Artinya, masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan mendapatkan arahan yang jelas dari pendamping.
c. Prinsip Keswadayaan
Prinsip keswadayaan adalah lebih menghargai dan mengedepankan
kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak
memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan,
melainkan subjek yang memiliki kemampuan.
d. Prinsip berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang supaya bisa berkelanjutan,
sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibandingkan
dengan masyarakat sendiri. secara perlahan dan pasti, peran pendamping
akan semakin berkurang. Karena masyarakat sudah mampu mengelola
kegiatan sendiri.
4. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuh tahapan yang dilakukan. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Soekanto (1987)
a. Tahapan Persiapan
Pada tahap ini ada dua tahapan yang harus dikerjakan yaitu pertama,
penyiapan petugas tenaga pemberdayaan masyarakat yang bisa dilakukan
oleh community worker dan kedua, penyiapan lapangan yang pada dasarnya
dilakukan secara non direktif.
b. Tahapan Pengkajian “Assessment”
Tahapan ini merupakan proses pengkajian yang dapat dilakukan secara

26
individual melalui kelompok dalam masyarakat. Dalam hal ini petugas harus
berusaha mengidentifikasi masalah kebutuhan yang dirasakan “feel needs”
dan juga sumber daya yang dimiliki klien.
c. Tahapan Perencanaan Alternatif Program atau kegiatan
Pada tahapan ini petugas sebagai agen perubahan secara partisipatif
mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka
hadapi dan bagaimana mengatasinya. Dalam konteks ini masyarakat
diharapkan dapat memikirkan beberapa alternatif program dan kegiatan
yang dapat dilakukan.
d. Tahapan Pemformalisasi Rencana Aksi
Pada tahapan ini agen perubahan membantu masing-masing kelompok
untuk merumuskan dan menentukan program dan kegiatan apa yang mereka
akan lakukan untuk mengatasi permasalahan yang ada.
e. Tahap “Implementasi” Program atau Kegiatan
Dalam upaya pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat peran
masyarakat sebagai kader dapat diharapkan dapat menjaga keberlangsungan
program yang telah dikembangkan. Kerjasama antara petugas dan
masyarakat merupakan hal penting dalam tahapan ini karena kadang sesuatu
yang sudah direncanakan dengan baik melenceng saat dilapangan
f. Tahap Evaluasi
Evaluasi sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas program
pemberdayaan masyarakat yang sedang berjalan sebaiknya dilakukan
dengan melibatkan warga. Dengan keterlibatan warga diharapkan dalam
waktu jangka pendek terbentuk suatu sistem komunitas untuk pengawasan
secara internal. Untuk jangka panjang dapat membangun komunikasi
masyarakat yang lebih mandiri dengan memanfaatkan sumber daya yang
ada.
g. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan tahapan pemutusan hubungan secara formal
dengan komunitas sasaran. Dalam tahap ini diharapkan proyek harus segera
berhenti. Artinya, masyarakat yang diberdayakan telah mampu mengatur
dirinya untuk bisa hidup lebih baik dengan mengubah suatu kondisi

27
sebelumnya yang kurang bisa menjamin kelayakan hidup bagi dirinya dan
keluarga.
5. Proses Pemberdayaan Masyarakat
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membantu masyarakat
untuk mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga bebas dan mampu
mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses
pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kewenangan
kepada masyarakat.
Proses pemberdayaan masyarakat terdapat dua unsur kecenderungan yang
pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses yang
memberikan atau mengalihkan sebagai kekuatan, kekuasaan dan kemampuan
kepada masyarakat agar individu lebih perdaya. Kecenderungan pertama
tersebut dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna
pemberdayaan. Kemudian untuk kecenderungan kedua yaitu, proses
pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan
memotivasi individu agar mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk
menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog
(Pranarka,1996).
Menurut Totok Mandikanto dan Poerwoko Soebianto (2013), hakikat
pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Dalam proses
pemberdayaan masyarakat perlu bersama-sama melakukan hal-hal berikut :
a. Mengidentifikasi dan mengkaji potensi wilayah
Dalam hal ini, diupayakan agar masyarakat mampu dan percaya diri
dalam dalam mengidentifikasi serta menganalisa keadaan, baik potensi dan
permasalahan, serta peluang-peluangnya. Kegiatan ini dimaksudkan agar
masyarakat mampu dan percaya diri dalam mengidentifikasi serta
menganalisis keadaanya, baik potensi maupun permasalahannya. Pada tahap
ini diharapkan dapat diperoleh gambaran mengenai aspek sosial, ekonomi,
dan kelembagaan. Proses ini meliputi :
1) Persiapan masyarakat dan pemerintahan setempat untuk melakukan
pertemuan-pertemuan dan teknis pelaksanaannya. Menurut Isbandi

28
(2012), bahwa pada tahap ini terdapat persiapan lapangan, dan
persiapan petugas. Persiapan petugas ini diperlukan untuk
menyamakan persepsi antar anggota sebagai pelaku perubahan.
Sedangkan persiapan lapangan, untuk studi kelayakan terhadap daerah
yang akan dijadikan sasaran. Tahap persiapan ini dilakukan sebelum
memasuki suatu kelompok tertentu atau sebelum dimulainya
perencanaan kegiatan. Tahapan persiapan ini penting dilakukan untuk
memperoleh kesepakatan dan menghindari gesekan, demi
keberhasilan program kegiatan pemberdayaan yang akan dilakukan.
2) Pelaksanaan kajian dan penilaian keadaan; pada tahap pengkajian ini
dilakukan dengan mengidentifikasi masalah ataupun kebutuhan dan
juga sumber daya yang dimiliki. Menurut Isbandi (2012), dalam
proses mengkaji kebutuhan dan potensi wilayah terdapat lima modal
yaitu ; manusia, fisik, sosial, finansial, dan alam. Kelima model
tersebut dijadikan roda penggerak kehidupan dalam suatu masyarakat.
Sehingga apabila modal tersebut dikelola dengan baik, maka
kehidupan masyarakat pun akan berjalan dengan baik.
3) Pembahasan hasil dan penyusunan rencana tidak lanjut. Pada tahap
ini, pelaku perubahan dapat memfasilitasi warga untuk menyusun
prioritas dari permasalahan yang akan ditindak lanjuti pada tahap
berikutnya.
b. Menyusun rencana kegiatan kelompok meliputi:
1) Memprioritaskan dan menganalisis masalah. Dalam fase ini menurut
Isbandi (2013), masyarakat dan pemerintahan setempat adalah
kelompok utama dalam menganalisis pokok permasalahan yang akan
atau sedang dibahas.
2) Identifikasi Sumber daya yang tersedia untuk pemecahan masalah.
Dalam hal ini, dalam pemberdayaan selalu dikaitkan dengan suatu
kebutuhan , dan harus juga dikaitkan dengan potensi.
3) Pengembangan rencana kegiatan serta pengorganisasian
pelaksanaannya. Menurut Isbandi (2013) dalam fase ini petugas
bertindak sebagai fasilitator yang membantu masyarakat untuk diskusi

29
dan memikirkan program dan kegiatan apa yang tepat untuk
dilaksanakan pada saat itu.
c. Menerapkan rencana kegiatan kelompok : rencana yang telah disusun
bersama dengan dukungan fasilitas oleh pendamping selanjutnya
diterapkan dalam kegiatan yang nyata dengan tetap memperhatikan
realisasi dan rencana awal.
Menurut Isbandi (2012), bahwa pada tahap ini merupakan salah satu
tahap yang paling penting dalam proses pemberdayaan karena sesuatu
yang sudah direncanakan dengan baik dapat melenceng dalam
pelaksanaan di lapangan apabila tidak ada kerja sama antara pelaku
perubahan dan warga masyarakat, maupun kerja sama antara warga.
Untuk menghindari adanya hambatan dalam pelaksanaan maka terlebih
dahulu diadakan sosialisasi. Menurut Totok Mardikanto (2013),
sosialisasi merupakan upaya mengkomunikasikan kegiatan untuk
menciptakan dialog dengan masyarakat. Melalui sosialisasi akan
meningkatkan pemahaman masyarakat dan pihak terkait program yang
telah direncanakan bersama.
d. Memantau proses dan hasil kegiatan secara terus menerus secara
partisipatif. Hal ini dilakukan secara mendalam pada semua tahapan
pemberdayaan masyarakat agar prosesnya berjalan sesuai dengan
tujuannya. Menurut Isbandi (2012), pada proses pengawasan dan
evaluasi ini sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga karena
dengan keterlibatan warga pada tahap ini dapat membentuk sistem
masyarakat yang lebih mandiri. Pada proses monitoring dan evaluasi ini
diharapkan dapat memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan
suatu program atau kegiatan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk
memperkuat kekuasaan dan keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat, termasuk individu yang mengalami beberapa masalah terutama
pada masalah kemiskinan. Proses pemberdayaan masyarakat (Community
Empowerment) merupakan upaya untuk membantu masyarakat dalam
mengembangkan kemampuan sehingga bebas dan mampu untuk mengatasi

30
masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses pemberdayaan
tersebut dilakukan dengan memberikan kewenangan (Power), aksesibilitas
terhadap sumber daya dan lingkungan yang akomodatif.
Menurut Edi Suharto yang dikutip oleh Alfitri pelaksanaan proses dan
pencapaian tujuan pemberdayaan dilakukan dengan melalui penerapan
pendekatan yang disingkat 5P yaitu :
a. Kemungkinan
Yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan masyarakat untuk
berkembang secara optimal.
b. Penguatan
Adanya penguatan pengetahuan dan kemampuan yang diberikan
kepada masyarakat sehingga mampu memecahkan masalah dan
memenuhi kebutuhannya.
c. Perlindungan
Adanya perlindungan terutama kelompok yang lemah dari kelompok
yang kuat dan menghindari persaingan yang tidak seimbang.
d. Penyokongan
Adanya dukungan agar masyarakat mampu melakukan peranan dan
tugasnya.
e. Pemeliharaan
Memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi keseimbangan
distribusi sehingga setiap orang memiliki kesempatan berusaha.
6. Indikator Kebahagiaan

Menurut pendapat Rahmad (2009) bahwa kebahagiaan adalah suatu


perasaan yang menyenangkan serta penilaian seseorang akan kehidupan yang
dijalaninya. Dalam artian, kebahagiaan merupakan bagian dari kebahagiaan
nonekonomi yang menciptakan kebahagiaan melalui psikologi positif meliputi
emosi positif yang dirasakan individu dan aktivitas positif yang dilakukan
individu. Dan dalam mencapai kebahagian tersebut masing-masing anggota
masyarakat memiliki cara yang berbeda-beda. Seligmen (2004)
mengungkapkan aspek dan faktor kebahagiaan sebagai berikut :

31
a. Aspek-aspek kebahagiaan
1) Terjalinnnya relasi atau hubungan dari komunitas dan anggota
masyarakat
2) Keterlibatan penuh masyarakat
3) Penemuan makna dalam hidup
4) Optimisme yang realistis
5) Resiliensi
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
1) Kehidupan sosial. Masyarakat yang berbahagia dalam menjalani
kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan. Dalam kehidupan
mereka menjadi bahagia karena lebih banyak menghabiskan waktu
untuk bersosialisasi daripada sendirian.
2) Agama dan religiuitas. Masyarakat lebih puas dan bahagia terhadap
kehidupannya lebih religius daripada orang yang tidak religius. Hal
tersebut dikarenakan agama memberikan harapan pada masa depan
dan menciptakan makna dalam kehidupan manusia.
3) Kesehatan. Dalam hal ini kesehatan mental dan kesehatan mental
masyarakat juga mempengaruhi sebesar mana indeks kebahagian dari
masyarakat tersebut.
c. Kebahagiaan dalam prespektif psikologi Islam
Agama Islam meletakkan kebahagiaan sebagai puncak kejayaan
seseorang. Prof. Syed Nauib Al-Attas menuliskan bahwa kebahagiaan itu
mencakup tiga perkara yakni ; Diri (Nafsiyah) yang mencakup ilmu dan
sifat terpuji, Badan (Badaniyah) misalnya kesehatan dan keselamatan,
segala yang selain diri dan badan seperti kekayaan dan lain-lain.
Kebahagiaan di dunia terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu ; Pertama
adalah nafsi berawal dan berakhir dari waktu ke waktu dari perasaan melalui
cita rasa. Hal tersebut dapat di capai setelah segala kebutuhan dan keinginan
tercapai berdasarkan Akhlak terpuji. Kedua, yaitu Rohani yang abadi di
alami secara sadar. Hal tersebut menjadi pijakan manakal tertimpa cobaan
maupun ujian, semisal ketika cobaan berupa musibah tidak tumbuhnya
proses tanaman hidroponik yang dibudidaya tidak berkeluh kesah.

32
Kebahagiaan pada tingkat ini dapat di capai setelah segala keinginan
dikurangi dan segala kebutuhan sudah tercukupi. Adapun kebahagiaan pada
tingkat kedua ini menjadi bekal bagi kehidupan seseorang ketika kelak di
akhirat.
B. Pendampingan
1. Pengertian Pendampingan
Pendampingan merupakan salah satu cara untuk membantu proses
pemberdayaan masyarakat berjalan sebagaimana mestinya. Pendampingan
kepada masyarakat merupakan interaksi yang dinamis antara pendamping
dengan masyarakat, yang bersama menghadapi berbagai permasalahan sosial.
Pendampingan merupakan kegiatan yang dikerjakan oleh fasilitator atau
pendamping masyarakat untuk menjalankan program tertentu. Fasilitator
masyarakat (community facilitator/CF) bertugas untuk mendorong,
menggerakkan, dan memotivasi masyarakat, sementara pelaku dan pengelola
kegiatan adalah masyarakat sendiri. salah satu faktor pendukung keberhasilan
program pemberdayaan masyarakat adalah dengan penerapan program
pendampingan bagi masyarakat.
Pendampingan mendorong masyarakat agar bisa mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang mereka miliki dan mampu mengelola sumber daya yang ada.
Peran lain yang dilakukan dalam pendampingan adalah memfasilitasi, menjalin
hubungan kerja sama dengan pihak terkait, serta menguatkan jaringan yang
sudah ada. Pendamping dituntut untuk untuk mempunyai keahlian untuk
bekerja sama dengan masyarakat baik secara individu atau berkelompok.
Pendampingan merupakan menunjukkan kesejajaran. Pendampingan
biasanya dilakukan oleh kelompok-kelompok sosial seperti pengajaran,
pengarahan atau pembinaan dalam kelompok dan bisa menguasai,
mengendalikan, serta mengontrol orang-orang yang didampingi. Karena dalam
pendampingan lebih pada pendekatan kebersamaan, kesejajaran, atau
kesederajatan kedudukan. (BPKB. Pendampingan Masyarakat. Jawa Timur.
2001).
Menurut Deptan (2004), pendampingan adalah kegiatan dalam
pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan tenaga pendamping yang

33
berperan sebagai fasilitator, komunikator, dan dinamisator. Pendampingan
pada umumnya merupakan upaya untuk mengembangkan masyarakat di
berbagai potensi yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat untuk
menunjukkan kehidupan yang lebih baik dan layak. Selain itu, pendampingan
berarti bantuan dari pihak lain yang suka rela mendampingi seseorang ataupun
dalam kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalah dari
masing-masing individu atau kelompok.
Pendampingan pada intinya didasari oleh prinsip pemihakan terhadap
kelompok-kelompok masyarakat marginal, tertindas dan dibawah untuk
menjadikan mereka mempunyai posisi tawar sehingga mampu memecahkan
masalah dan mengubah posisinya.
Tugas dan tanggung jawab seorang pendamping setidaknya ada empat hal,
yaitu;
a. Fasilitator
Peran fasilitator dalam berbagai buku terkait pekerjaan sosial umum juga
disebut dengan “pemungkin” atau enabler. Penggunaan kedua kata umum
digunakan secara bertukaran dengan makna dan tujuan yang sama.
Seseorang atau beberapa orang yang bertanggung jawab menolong rakyat
agar mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan persoalan dan tekanan
situasional atau transisional disebut fasilitator (Barker, 1987).
b. Broker
Peran sebagai broker dalam kegiatan mendampingi masyarakat hampir
sama dengan kegiatan yang dilakukan oleh broker pada umumnya. Seorang
pendamping bertransaksi di jaringan pelayanan sosial.
Pendamping dalam melakukan tugasnya sebagai broker mempunyai
prinsip utama sebagai berikut :
1) Mempunyai kemampuan untuk melakukan identifikasi serta
menempatkan posisi masyarakat dengan tepat.
2) Secara konsisten dapat menjalin kerja sama dan komunikasi dengan
masyarakat.
3) Memiliki kemampuan untuk melakukan evaluasi terhadap keefektifan
penggunaan potensi masyarakat yang bermanfaat untuk memenuhi

34
kebutuhan masyarakat itu sendiri.
c. Pembela
Peran pendamping sebagai pembela menjadi sangat penting ketika
masyarakat mendapat permasalahan akibat kondisi sosial atau politik yang
menyebabkan masyarakat mengalami kerugian. Dalam hal ini, pendamping
harus berhadapan beberapa lembaga atau kelompok tertentu untuk membela
hak-hak yang seharusnya menjadi milik masyarakat.
d. Mediator
Peran pendamping sebagai mediator ketika terjadi perbedaan pendapat
dalam masyarakat yang berpotensi untuk menimbulkan konflik.
Pendamping bisa berperan menjadi “fungsi kekuatan ketiga” sebagai
jembatan antar pihak-pihak yang mengalami perbedaan.
Peranan sebagai pembela mengupayakan kemenangan bagi pihak
masyarakat sedangkan sebagai mediator mengutamakan lobby dan mediasi
untuk perdamaian antar pihak.
Pendamping setidaknya melakukan kegiatan berikut agar tujuan
pemberdayaan masyarakat dapat tercapai, yaitu :
1) Memotivasi masyarakat.
2) Melakukan pelatihan untuk peningkatan pengetahuan, keterampilan,
dan keahlian.
3) Mendorong terbentuknya kelompok masyarakat yang memiliki tujuan
bersama.
4) Mengidentifikasi dan menggunakan potensi sumber daya secara
optimal.
5) Mengembangkan jejaring dan kerja sama dengan pihak-pihak terkait.
2. Kriteria Kualitas Pendamping
Untuk menjalankan proses pendampingan, maka diperlukan kapasitas
pendamping sebagai berikut :
a. Berkepribadian ramah dan mampu untuk mengekspresikan perasaan
setuju dan menerima.
b. Memiliki keterampilan sosial dengan kemampuan mengajak masyarakat
dan mengarahkan mereka tanpa mencederai inisiatif mereka.

35
c. Memiliki kemampuan untuk mendidik untuk meningkatkan serta
menggunakan gagasan dan keterampilan masyarakat.
d. Mengorganisasikan kesanggupan yang ada sehingga semua sumberdaya
tertata serta pengaturan logistik tertangani dengan baik.
e. Memiliki kemampuan mencatat dan mendokumentasikan proses serta
memfasilitasi pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat.
f. Luwes dalam menanggapi perubahan kebutuhan masyarakat.
g. Memahami dengan baik persoalan-persoalan yang dibahas.
3. Fungsi pokok pendampingan
Fungsi pokok dalam pendampingan terdiri dari beberapa aspek sebagai
berikut:
a. Merencanakan (Planning)
1) melakukan survei terhadap kelompok sasaran yang akan didampingi
2) mengolah hasil survei dan menyusun kerangka acuan kegiatan
pendampingan
3) menerjemahkan kerangka acuan ke dalam kegiatan dan kebutuhan
pendampingan
4) menyusun jadwal program pendampingan
5) menyusun kerangka evaluasi untuk pendampingan
b. Mengorganisasi (Organizing)
1) membentuk tim pendamping.
2) menyusun kerangka dan melakukan kerja sama dengan orang-orang
atau lembaga yang dianggap relevan.
3) mengkonsolidasikan kelompok-kelompok sasaran dan menetapkan
pendamping yang bertanggung jawab
c. Melaksanakan (Implementing)
1) Melakukan kegiatan pendampingan dengan menyelenggarakan dialog
atau forum (perumusan gagasan, perencanaan, perancangan,
pemantauan dan evaluasi) seperti : pertemuan terbatas, diskusi
kelompok terbatas, diskusi dalam pertemuan, penyelenggara pelatihan,
penyelenggara lokakarya.
2) melakukan kegiatan pendampingan dengan terlibat dalam

36
mengimplementasikan kegiatan lapangan seperti : kegiatan uji-coba,
pembuatan demonstration plot , implementasi kegiatan sesungguhnya,
dan melakukan kegiatan koordinasi dengan aktivitas pendamping
lainnya.
d. Mengendalikan (Controlling)
1) mengamati jalannya proses pendampingan
2) mengubah dan mengelaborasi proses pendampingan
3) melakukan evaluasi terhadap proses pendampingan
4) memfasilitasi upaya pemecahan masalah yang ada baik teknis maupun
non-teknis
4. Tahapan Pendampingan
Secara umum, orang-orang yang bergerak dalam pengembangan masyarakat
cenderung menjadi lebih rendah hati, sederhana dan tidak membuat pengakuan
hebat, dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat di berbagai
belahan Negara di dunia. Mereka bekerja diatas keyakinan bahwa tidak ada
yang final dalam perubahan sosial. Bahkan, pengembangan masyarakat pada
konteks ini dianggap sebagai suatu yang hidup, dinamis dan membawa
semangat perlawanan. Kadang-kadang pengembangan masyarakat cukup
sederhana dan saling berhubungan dan didalamnya penuh tantangan dan penuh
dengan dilema.
Peranan seorang pekerja sosial dalam pengembangan masyarakat
kebanyakan dilakukan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai
problem solver (pihak yang memecahkan masalah). Kegiatan pendampingan
sosial ini berpusat pada tiga visi praktek pekerja sosial, yang diringkas sebagai
3P, yaitu : pemungkin (enabling), pendukung (supporting), dan pelindung
(protecting). (Zubaidi, 2013).
Metode pendampingan diterapkan dalam mayoritas program sesuai kondisi
dan situasi kelompok sasaran yang dihadapi. Fungsi pendamping sangat
penting terutama dalam membina dan mengarahkan kegiatan kelompok
sasaran. Pendamping bertugas mengarahkan proses pembentukan dan
penyelenggara kelompok sebagai fasilitator (pemandu), komunikator
(penghubung), maupun dinamisator (penggerak) (Moeljarto, Vidhyndika,

37
1996).
Model pendampingan dalam kegiatan pengembangan masyarakat memiliki
keterkaitan erat dengan proses pemberdayaan masyarakat, pertama
pendamping itu sendiri terdiri atas pekerja sosial dan yang kedua adalah
kelompok yang didampingi atau yang akan diberdayakan. Hubungan antara
pendampingan dan pemberdayaan bersifat setara, timbal balik dan mempunyai
tujuan yang sama. Tujuan akhir dari pendampingan adalah terjadinya transfer
kendali kepada masyarakat agar mampu memecahkan masalah-masalah
kemiskinan yang dihadapinya secara mandiri dan berkesinambungan.
Proses pendampingan ini dapat dijelaskan melalui skema berikut :
Bagan 2.1 Proses Pendampingan

Pendampingan Kelompok sasaran

Tujuan

Sumber : Hendrawati 2018


Dengan demikian, peran pendampingan yang harus dilakukan para aktivis
sosial merupakan kemampuan untuk :
a) Memahami berbagai potensi dan peluang ada pada dirinya serta
masyarakat sekitar.
b) Mampu melihat dan memperhitungkan sebagai peluang atau kesempatan
yang ada di sekitarnya dan menggunakan dua faktor.
c) Mengatasi berbagai persoalan kemiskinan yang ada pada masyarakat dan
mengembangkan kehidupan yang serasi dan berkesinambungan.
Secara umum, proses pendampingan yang dilakukan aktivis sosial meliputi
tiga tahap kegiatan, yaitu :
1. Tahap animasi
Animasi adalah suatu upaya yang dilakukan aktivis sosial untuk
membangkitkan”roh” berupa keyakinan atau kekuatan alam bawah sadar
yang selama ini terpendam untuk diangkat ke permukaan sehingga menjadi

38
energy yang sangat potensial. Hasil proses animasi adalah terbangunnya
rasa percaya diri dan komitmen untuk menjadikan hidup lebih baik. Dengan
demikian, animasi merupakan upaya membangkitkan kesadaran masyarakat
bahwa mereka memiliki potensi besar apabila mengorganisasikan diri
dengan membentuk lembaga keswadayaan.
Peran pendamping yang paling berat adalah membangkitkan kembali
gairah hidup kelompok sasaran agar mereka mau memperbaiki nasibnya.
Kegiatan sosialisasi program dilakukan untuk mengubah pemahaman, sikap
dan perilaku mereka agar lebih menjadi dinamis dan optimis dalam menatap
masa depan.
2. Tahap Fasilitasi
Tahapan fasilitasi dalam program pengembangan masyarakat merupakan
tahapan pemberian teknis bantuan manajerial dan pelatihan. Tahap ini
dilakukan oleh aktivis sosial dengan menyempurnakan dan memperkuat
organisasi atau kelembagaan lokal yang telah dibangun secara bersama
antara masyarakat dengan para aktivis sosial dalam tahap animasi.
Beberapa bantuan teknis yang diberikan oleh pendamping umumnya
berupa penataan organisasi dan aturan main keorganisasian, penataan
pembukuan secara sederhana, kearsipan, pendampingan dalam pembuatan
proposal, pelatihan manajemen, dan pendampingan dalam forum pertemuan
masyarakat.
3. Tahap penghapusan diri
Sebagai pendamping, para pekerja masyarakat tidak selamanya tinggal di
masyarakat dampingannya. Terdapat jangka waktu program bagi
pendampingan dalam memberikan bantuan COCD-nya (Community
organization dan Community development). Untuk itu, pendamping harus
tahu persis tanda-tanda masyarakat sudah mulai siap untuk ditinggalkan.
Yang penting adalah bahwa masyarakat tidak merasa kehilangan ketika dia
keluar atau selesai dari pekerjaan pendampingannya.
Penjabaran peran pendampingan yang dilakukan pekerja masyarakat
dapat dilihat pada matrik pendampingan sebagai berikut :

39
Tabel 2.1 Matrik Pendampingan
Bentuk Pada pelaksanaan Target
Pendampingan
Non Fisik Penyuluhan, pelatihan, 1. Timbul kesadaran dan
diskusi dan sejenisnya. motivasi dari
kelompok sasaran
guna mengatasi
permasalahan yang
dihadapi.
2. Memiliki bekal dan
keterampilan yang
diperlukan untuk
mengatasi sebagian
permasalahan
hidupnya.
3. Membuat aturan dan
tata tertib
4. Dan lain-lain
Fisik Program nyata yang 1. Pembentukan
dikerjakan kelompok organisasi atau
sasaran dan manfaatnya. pemanfaatan
Dapat dirasakan secara organisasi yang sudah
langsung oleh ada
masyarakat 2. Terjalinnya kerjasama
antara LSM dan
warga dalam
merancang dan
melaksanakan
program
3. Terbangun sarana
fisik secara mandiri
4. Dan lain-lain
Sumber : Tabrani 2018
Dalam proses pendampingan masyarakat ada tiga peran dan tugas yang
menjadi tanggung jawab para pekerja masyarakat yaitu ; peran pendamping
sebagai motivator, peran pendamping sebagai komunikator, dan peran
pendamping sebagai fasilitator (Zubaidi, 2013). Dan dalam proses
pendampingan diharapkan terjadi peningkatan kesadaran masyarakat yang
akan sejalan dengan tingkat partisipasi masyarakat.
Tingkat kesadaran dan partisipasi tersebut dapat digambarkan dalam
tabel berikut :

40
Tabel 2.2 Tingkat Kesadaran Partisipasi

Pendekatan
Tingkat kesadaran Ciri-cirinya pendampingan yang
harus dilakukan
1. Membuka 1. Pendekatan 1. Identifikasi kelas
kesadaran paternalistik struktur
(broken 2. Mengatasi masyarakat
consciousness) kebutuhan secara 2. Menyadarkan
2. Naïf darurat masyarakat untuk
3. Tergantung 3. Membangun mengemukakan
4. Tersaing ketergantungan pendapat, mampu
5. Tertekan 4. Memberi menunjukan akar
kesempatan kepada penyebab, dan
segelintir orang saling
5. Menginformasikan mempengaruhi
kemiskinan, tanpa 3. Membebaskan
mengajak berjuang masyarakat dengan
melawan kemiskinan merujuk pada
lokalitas
4. Mendobrak budaya
bisu untuk
berbicara terbuka
dan jujur serta
percaya pada
pengalaman
mereka
5. Meningkatkan
kemampuan
dengan
membentuk
organisasi untuk
memenuhi
kebutuhan mereka
6. Membangkitkan 1. Melakukan kegiatan- 1. Mendorong
kesadaran kegiatan untuk berbagai kelompok
(awakening memenuhi untuk
consciousness) kebutuhan jangka mengemukakan
pendek dan pemahaman,
menengah harapan, dan
2. Mengumpulkan para alasan melakukan
tokoh untuk tindakan
mengambil alih 2. Mencari penyebab
kegiatan yang ketidakadilan
diusulkan dengan
masyarakat membangun pola
pengambilan
keputusan dan

41
pelaksanaan
program melalui
mekanisme aksi-
refleksi-aksi dst
7. Mereformasi 1. Menyelenggarakan 1. Mencegah upaya
kesadaran proyek kecil untuk hanya
(reforming pengembangan merekrut orang-
conscious) masyarakat tanpa orang yang lebih
8. Mulai berjuang melatih mereka sadar, tapi
untuk untuk berpartisipasi menyalurkan
memperbaiki dan mengambil kesadaran dan
berfungsinya keputusan secara komitmen mereka
sistem demokrasi menjadi milik
2. Memperluas masyarakat
organisasi untuk 2. Mengenalkan
kebutuhan sosial berbagai model
dengan pola kerja untuk membantu
yang otoriter dan masyarakat
terpusat dengan menganalisis
menekankan situasi dan
ideologi, tapi tidak membuat rencana
mengajak mereka aksi secara kritis
berpikir tentang diri 3. Menunjukkan
mereka sendiri berbagai macam
3. Bersemangat pertentangan
mempromosikan kepentingan
pertumbuhan dengan jelas,
ekonomi tapi tidak antara berbagai
berbicara tentang kelas masyarakat,
jenis pertumbuhan dan didalam
itu organisasi
4. Mengakui hanya ada 4. Senantiasa
satu macam tindakan menyelenggarakan
atau hanya ada satu dialog antar tokoh
polia yang dianggap & masyarakat
sah 5. Daur aksi-refleksi-
5. Memandang politik aksi selalu
secara berlebihan digunakan untuk
dalam kerangka mengevaluasi nilai
pemilu tujuan, dan strategi
6. Kaitkan upaya-
upaya saat ini
dengan sejarah
lokal yang ada
9. Membebaskan 1. Terlalu menekankan 1. Mendukung upaya
dan teknologi semata-mata untuk membangun
mentransformasi untuk mengejar gerakan yang
kan kesadaran efisiensi memperjuangkan

42
(liberating and 2. Mengijinkan suku, kepentingan warga
transformative ras, budaya untuk negara dan
consciousness) memecah belah basis organisasi
kesamaan kepentingan 2. Menciptakan
masyarakat alternatif dan
3. Secara membabi buta eksperimen baru
menyerang 3. Mengganti struktur
imperialism global otoriter dengan
tanpa strategi yang swakelola dan
cermat partisipasi aktif di
semua tingkatan
4. Menyelenggarakan
komunikasi
terbuka dengan
masyarakat akar
rumput
5. Membangun
jaringan
6. Membangun
kesetiakawanan
internasional dan
aliansi yang kuat
dengan kelompok
lain yang
melakukan
perjuangan yang
sama
Sumber : Sunarwan 2020
5. Perbandingan antara metode pembinaan dan Pendampingan
Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, pemerintahan daerah dan
pimpinan pelaksana program sering melaksanakan kegiatan pembinaan dan
pendampingan, namun demikian seringkali kegiatan tersebut belum
dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu, pemahaman tentang metode
pembinaan dan pendampingan harus dikuasai oleh pemerintahan daerah dan
pimpinan penyelenggara dan terutama bagi mereka yang terlibat secara aktif
dalam pelaksanaan program kegiatan.
Berikut dipaparkan perbandingan antara metode pembinaan dan
pendampingan pada tabel dibawah ini :

43
Tabel 2.3 Perbandingan Metode Pembinaan Dan Pendampingan
No Aspek Pembinaan Pendampingan
Sebagai alat untuk Sebagai alat untuk
menyesuaikan diri mengubah kualitas
1. Peran
kedalam perilaku yang kehidupan masyarakat
ada menjadi lebih baik
Menghindari perubahan Mengubah masyarakat
dan menciptakan sesuai dengan
2. Maksud
keharmonisan pada tuntunannya
masyarakat
Mengontrol masyarakat Membebaskan
3. Makna Sosial melalui proyek-proyek masyarakat dari situasi
khusus ketidakadilan
Demokratis dan
Formal, terstruktur,
Karakteristik kesetaraan, control
4. abstrak, dan objektif
Umum dilakukan oleh
(bebas nilai)
masyarakat
Formal, terstruktur, Kurang formal, fleksibel,
Karakteristik
5. abstrak, dan objektif nyata, dan subyektif
Kegiatan
(bebas nilai) (memihak)
Memonopoli informasi Merangsang
masyarakat, memelihara pengetahuan lokal
status-quo, menjinakkan (indigenous) menentukan
6. Tujuan Kegiatan
dan menolong diri sendiri, melakukan
perubahan, pembebasan
dan pemberdayaan
Profesional, berorientasi Kepemimpinan,
pada upah,keterampilan kerelawanan, fungsional,
7. Arah Kegiatan
teoritis dan metodologi dan menjadi fasilitator
akademis masyarakat
Abstrak dan kuantitatif, Praktis, berdaya-cipta,
Metode penerjemahan dan refleksi, kualitatif dan
8.
Pendekatan profesionalisme terbuka terhadap
interpretasi baru
Sumber : Sunarman 2020
C. Komunitas
1. Pengertian Komunitas
Komunitas (Community) adalah sebuah kelompok sosial yang terdiri dari
beberapa organisme yang berbagi lingkungan, umumnya memiliki ketertarikan
dan habitat yang sama, komunitas dalam konteks manusia, individu-individu
didalamnya dapat memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya, preferensi,
kebutuhan, resiko, dan sejumlah kondisi lain yang serupa. Komunitas berasal
dari bahasa latin Communis yang berarti “kesamaan” kemudian dapat

44
diturunkan dari Communis yang berarti “sama, publik, dibagi oleh semua atau
banyak” Menurut Mac Iver dalam Mansur, Community diistilahkan sebagai
persekutuan hidup atau paguyuban dan dimaknai sebagai suatu daerah
masyarakat yang ditandai dengan beberapa tingkatan pertalian kelompok sosial
satu sama lain. Keberadaan komunitas biasanya didasari oleh beberapa hal
yaitu :
a. Lokalitas,
b. Sentiment Community
Menurut Mac Iver dalam Soerjono Soekanto, unsur-unsur dalam
sentiment community adalah :
1) Seperasaan
Unsur seperasaan muncul akibat adanya tindakan anggota dan
komunitas yang mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok dengan
adanya kesamaan kepentingan
2) Sepenanggungan
Sepenanggungan diartikan sebagai kesadaran akan peranan dan
tanggung jawab anggota komunitas dalam kelompoknya
3) Saling Memerlukan
Unsur saling memerlukan diartikan sebagai perasaan ketergantungan
terhadap komunitas baik yang sifatnya fisik atau psikis.
Sebuah komunitas pada umumnya beranggotakan masyarakat yang
memiliki asal kekerabatan yang sama dan menghuni hamparan geografis
sumber daya yang sama. Menurut Kertajaya Hermawan (2008), komunitas
adalah kelompok manusia yang memiliki rasa peduli satu sama lain lebih dari
yang seharusnya. Dapat diartikan bahwa komunitas adalah kelompok orang
yang saling mendukung dan saling membantu antara sesama. Suatu komunitas
merupakan kumpulan individu yang mendiami lingkungan tertentu serta terkait
dengan kepentingan yang sama (Iriantara, 2004).
2. Ciri- ciri Komunitas
Dari buku Dinamika Kelompok Karya Santosa (2009), ciri-ciri komunitas
menurut Muzafer Sherif dan George Simmel. Menurut Muzafer Sherif, ciri-ciri
komunitas sebagai berikut :

45
a. adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi
interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama.
b. adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda diantara diantara individu
satu dengan yang lain akibat terjadinya interaksi sosial.
c. adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri
dari peranandan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
d. adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku
anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota
kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok.
Selanjutnya, menurut George Simmel, ciri-ciri komunitas adalah :
a. besar kecilnya jumlah anggota kelompok sosial
b. derajat interaksi sosial dalam kelompok sosial
c. kepentingan dan wilayah
d. berlangsungnya suatu kepentingan
e. derajat organisasi
3. Bentuk-bentuk Komunitas
Menurut Wenger (2014), komunitas mempunyai berbagai macam bentuk
dan karakteristik, diantaranya :
a. besar atau kecil, yaitu bentuk komunitas berdasarkan jumlah anggota
b. terpusat atau tersebar, yaitu bentuk komunitas yang dilihat dari cakupan
wilayahnya
c. berumur panjang atau berumur pendek, yaitu bentuk komunitas dilihat
dari jangka waktunya
d. internal dan eksternal, yaitu bentuk komunitas dilihat dari kerjasama
yang dilakukan dengan organisasi lain
e. Homogen atau heterogen, yaitu bentuk komunitas yang dilihat dari
keberagaman anggotanya
f. spontan atau sengaja; yaitu bentuk komunitas yang dilihat dari proses
pembentukan dan campur tangan organisasi lain dalam prosesnya.
Menurut Crow dan Allan, Komunitas dapat terbagi menjadi dua komponen :
a. berdasarkan lokasi atau tempat wilayah atau tempat sebuah komunitas

46
dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai
sesuatu yang sama secara geografis
b. berdasarkan minta sekelompok orang yang mendirikan suatu komunitas
karena memiliki ketertarikan dan minat yang sama, misalnya, agama,
pekerjaan, suku, ras, maupun berdasarkan kelainan seksual.
D. Hidroponik
Hidroponik berasal dari kata Yunani yaitu hydro yang berarti air. Hidroponik
juga dikenal sebagai soilless culture atau budidaya tanpa tanah. Hidroponik
merupakan cara budidaya tanaman dengan menggunakan air yang telah dilarutkan
nutrisi yang dibutuhkan tanaman sebagai media tumbuh tanaman untuk
menggantikan tanah. Konsentrasi larutan nutrisi harus dipertahankan pada tingkat
tertentu agar pertumbuhan dan produksi tanaman optimal (Istiqomah, 2006).
Hidroponik dapat menjadi salah satu alternatif terbatasnya lahan pertanian dan
dapat dilakukan pada lahan yang kesuburannya rendah maupun wilayah padat
penduduk.
Komoditas yang dapat dipilih dalam budidaya secara hidroponik seperti
endive, selada keriting hijau, selada keriting merah, lolla rossa, butterhead,
Christine, packcoy, monde dan selada romain yang jarang dibudidayakan petani
konvensional (Herwibowo dan budiana, 2014).
Teknik budidaya ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
metode konvensional di tanah yaitu hasil tanaman lebih bersih, nutrisi yang
digunakan lebih efisien karena sesuai dengan kebutuhan tanaman, tanaman bebas
dari gulma, tanaman relatif jarang terserang hama dan penyakit karena terkontrol
kualitas dan kuantitas produksi lebih tinggi sehingga memiliki nilai jual tinggi,
dan dapat menggunakan lahan sempit (Said, 2007). Budidaya secara hidroponik
lebih ramah lingkungan karena tidak menggunakan pestisida, tidak meninggalkan
residu dan kebutuhan air lebih hemat serta tanaman tumbuh lebih cepat (Herwibo
dan Budiana, 2014).
Jadi, hidroponik adalah budidaya menanam tanaman dengan menggunakan air
tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pemenuhan kebutuhan nutrisi
pada tanaman. Kebutuhan air pada tanaman hidroponik lebih sedikit dibandingkan
dengan tanaman konvensional. Budidaya hidroponik lebih efisien dan cocok

47
diterapkan di daerah dengan pasokan air yang terbatas.
Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari tanaman hidroponik :
1. Kelebihan tanaman hidroponik
a) Keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berkembang lebih terjamin.
b) Praktis dalam melakukan perawatan.
c) Harga jual tanaman hidroponik tinggi dibandingkan non-hidroponik.
d) Beberapa tanaman dapat dibudidayakan diluar musim tanam.
e) Dapat dibudidayakan di lahan sempit, seperti atap rumah atau halaman
yang kecil.
2. Kekurangan Tanaman Hidroponik
a) Investasi awal yang mahal.
b) Membutuhkan keahlian khusus untuk menimbang dan meramu bahan
kimia.
c) Ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik cukup sulit.
d) Membutuhkan ketelitian ekstra karena kadar nutrisi tanaman hidroponik
butuh perhatian lebih.
e) Pada kultur substrat, kapasitas memegang air dalam media substrat lebih
kecil dari pada media konvensional sehingga akan menyebabkan
pelayuan tanaman yang cepat dan stress yang serius.
E. Pelatihan Hidroponik
1. Pengertian Pelatihan
Pelatihan adalah upaya mengembangkan sumber daya manusia terutama
untuk mengembangkan kemampuan intelektual dan kepribadian manusia.
Pelatihan salah satu jenis proses belajar untuk memperoleh dan meningkatkan
keterampilan diluar sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang relatif
singkat dan dengan metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori.
Pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan haruslah yang spesifik dan
latihan harus diarahkan pada perubahan perilaku yang telah diidentifikasikan.
Pelatihan juga harus mempelajari keterampilan atau teknik khusus yang dapat
diobservasi pada tempat tugasnya.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat dalam berbagai hal
yang berhubungan dengan peningkatan produktivitas, maka masyarakat perlu

48
diberikan pelatihan yang mengacu terhadap kebutuhan masyarakat sendiri.
ruang lingkup pelatihan mencakup ragam lingkungan kerja yang luas. Di
samping itu, ruang lingkup pelatihan terdapat pada berbagai lapangan kerja
seperti perkantoran, pabrik, perusahaan pengangkutan, dan pengolahan lahan.
Oleh karena itu, sangatlah sulit, bahkan mustahil dapat gambaran yang seragam
mengenai produktivitas masyarakat (Thabrani, 2018).
2. Perencanaan dan Pelatihan Bagi Masyarakat
Dalam rangka meningkatkan produktivitas masyarakat, hendaknya
melakukan upaya-upaya sebagai berikut :
a. mampu membuat rencana, mengorganisasi, memilih petugas yang tepat
dan mengendalikan operasi
b. mampu memimpin, bukan hanya mendorong kelompok masyarakat agar
semakin terampil dan tangguh
c. mengembangkan bakat masyarakat yang ada untuk kaderisasi menjadi
masyarakat yang produktif
Pelatihan hendaknya dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuan
yang diharapkan. Dalam pelatihan harus disadari bahwa upaya dan proses
melakukan investasi waktu, uang, dan masa depan bagi masyarakat. Namun,
sebelum pelatihan itu diadakan, perlu diteliti sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Kebutuhan tersebut dapat ditilik menurut fungsi yang dijalankan
oleh masyarakat. Prof. J.P Lisack berhasil mengadakan penelitian mengenai
kadar kepentingan berbagai fungsi kerja masyarakat produktif dalam tabel
berikut :
Tabel 2.4 Kadar Kepentingan Fungsi Kerja Masyarakat Produktif
No Fungsi Persentase
1. Pengarahan dan pembinaan 90,8%
2. Keselamatan Kerja 52,8%
3. Memberikan pelatihan 41,9 %
4. Melakukan pengawasan 29,6%
5. Pengendalian dan pemeriksaan mutu 23,8%
6. Hubungan 20,9%
7. Pengendalian biaya & keuangan 15,4%
Sumber : Tabrani 2018
Jadi, pengarahan dan pembinaan dianggap sebagai fungsi yang sangat
penting. Untuk meningkatkan keterampilan itu perlu pelatihan tambahan

49
mengenai bidang pada tabel dibawah :
Tabel 2.5 Pelatihan Tambahan
No Bidang Persentase
1. Hubungan antar pribadi masyarakat 72,5%
2. Komunikasi 75,1%
3. Peningkatan Metode kerja 51,4%
4. Fungsi Personalia 44,9%
5. Perencanaan Produksi 43,1%
6. Pengendalian & Pemeriksaan Mutu 25,1%
7. Pengolahan Bahan 22,5%
Sumber : Tabrani 2018
Dalam tabel diatas menunjukkan bahwa angka atau persentase paling tinggi
pada hubungan antarpribadi, komunikasi, selanjutnya pada personalia. Hal
tersebut menunjukkan focus fungsi pekerjaan, pelatihan masyarakat pada unsur
manusia yaitu pada usaha menyelesaikan tugas pekerjaan (Thabrani, 2018).
3. Dasar Pelatihan
Berdasarkan uraian pada tabel diatas, jelas bahwa ada 2 dasar pelatihan,
yaitu:
a. Fungsi Pekerjaan masyarakat, dan
b. Bidang kebutuhan masyarakat peningkatan prestasi kerja
Ada variabel lain yang juga perlu dipertimbangkan misalnya kebijaksanaan
mengenai tekanan program untuk memperbaiki kelemahan atau untuk
meningkatkan kekuatan, misalnya untuk masyarakat yang cakap memimpin,
tetapi kurang terampil membuat rencana dan pengorganisasian.
The conference board, suatu lembaga riset dari New York, mengadakan
survei yang melibatkan lebih dari 2.000 orang mengenai pelatihan yang mereka
selenggarakan. Hasil penelitian menunjukkan prioritas masalah yang digemari
dan dianjurkan untuk diberikan seperti diperlihatkan pada tabel berikut :
Tabel 2.6 Hasil Survey Riset Dari New York
No Bidang Masalah Persentase
Kepemimpinan, hubungan antar pribadi, kerja sama,
1. 128
ilmu perilaku, pemberian motivasi
Praktik dan teori manajemen, konsep dan proses
2. 62
manajemen
Kebijaksanaan perusahaan, administrasi tunjangan,
3. 47
dan prosedur pengelolaan personalia
4. Hubungan perburuhan, perundangan dan peraturan 42

50
perburuhan, perjanjian kerja bersama, kontrak kerja,
hubungan dengan serikat buruh
Organisasi perusahaan, peranan bagian lini, peranan
5. 41
staf, pelayanan staf
Pemecahan masalah, analisis masalah, pengambilan
6. 41
keputusan
7. Peranan kepala desa, konsep kepala desa 23
Keselamatan kerja, penanggulangan kebakaran, p3k,
8. 28
penyelenggaraan rumah tangga
9. Prosedur administrasi, mekanik, tulis menulis 27
Sumber : Tabrani 2020
4. Cara Masyarakat memanfaatkan Pelatihan
Berdasarkan banyaknya waktu yang digunakan masyarakat untuk berbagai
kegiatan dapat pula disusun daftar prioritas pelatihan sebagai berikut :
Tabel 2.7 Cara Memanfaatkan Pelatihan
No Kegiatan Persentase
1. Produksi dan pemeriksaan tolok ukur 28%
2. Administrasi Personalia 27%
3. Alat dan perlengkapan 18%
4. Pengendalian Mutu 13%
5. Pengolahan Bahan 7%
6. Rapat dan kegiatan Khusus 2%
7. Lain-lain 9%
Total 100 %
Sumber : Tabrani 2020
Selanjutnya, memastikan mengetahui apakah didalam waktu yang
digunakan dalam pelatihan ada yang sendiri atau bersama dengan yang lain,
seperti tabel dibawah berikut :
Tabel 2.8 Persentase Kegemaran Peserta Pelatihan
No Kegiatan Persentase
1. Sendirian 33%
2. Bersama kepala desa 80%
3. Bersama teman 7%
4. Bersama pelatih 30%
5. Bersama tenaga admin 6%
6. Dengan lain-lain 16%
Total 100%
Sumber : Tabrani 2020

51
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa 33% waktu yang digunakan
sendirian dan 30% waktu digunakan bersama pelatih. Dalam hal ini, timbul
pertanyaan apakah waktu sendirian adalah untuk pekerjaan produktif sehingga
perlu diprioritaskan dalam pelatihan agar lebih efektif dan efisien. Di samping
itu, kebersamaan dengan pelatih yang diberi waktu 30% itu tidak dirasa
kurang. Dengan demikian, waktu yang digunakan masyarakat dalam kegiatan
pelatihan dapat dijadikan penilaian dan koreksi untuk pelatihan selanjutnya.
5. Pelatihan yang berhasil
Perlu ditegaskan bahwa sebelum suatu program pelatihan dilaksanakan
kepada masyarakat, terlebih dahulu perlu melakukan suatu survei kebutuhan
akan pelatihan tambahan yang dikehendaki. Biasanya, program pelatihan akan
berhasil dengan baik jika diadakan sesuai dengan masalah yang dihadapi
masyarakat dan terpadu dengan iklim manajemen yang ada. Selain itu, program
pelatihan harus memenuhi syarat berikut :
a. Mempunyai sasaran yang jelas, hasilnya sebagai tolok ukur.
b. Diberikan oleh tenaga pengajar yang cakap penyampaian ilmunya dan
mampu memotivasi masyarakat untuk produktif.
c. Isinya mendalam, sehingga tidak hanya menjadi bahan hafalan melainkan
mampu mengubah sikap dan meningkatkan prestasi masyarakat.
d. Sesuai dengan latar belakang teknis, permasalahan, dan daya tangkap
peserta pelatihan.
e. Menggunakan metode yang tepat guna, misalnya kelompok diskusi untuk
suatu sasaran tertentu dan demonstrasi sambil kerja (on the job) untuk
sasaran lainnya.
f. Meningkatkan keterlibatan aktif para peserta sehingga mereka bukan
hanya sebagai pendengar atau pencatat belaka.
g. Disertai dengan desain penilaian, sejauh mana sasaran program tercapai
demi prestasi dan produktivitas masyarakat.
6. Teknik Pelatihan
Ada banyak sekali teknik melatih sambil bekerja. Berikut ini beberapa
teknik yang lebih umum dilakukan.
a. Perencanaan bersama. Tanpa tegas-tegas memperlihatkan sikap bahwa

52
kepala desa mau mengajari masyarakat membuat rencana kerja. Kepala
desa mengajaknya membuat rencana. Kepala desa mendorong
masyarakat menciptakan ide dan memberikan saran. Dengan demikian,
kepala desa melatihnya mempertimbangkan kelayakan sesuatu ide dan
membuat keikatan dalam pelaksanaan rencana dengan masyarakat.
b. Penugasan khusus. Bukan sekedar memberikan pekerjaan tambahan
tetapi mendesain pekerjaan itu sehingga sangat erat kaitanya dengan
keseluruhan program pelatihan.
c. Penugasan dalam panitia. Agar penyelenggara baru mengerti kaitan
bidang kerjanya dengan bidang kerja lain, hendaknya mereka dilatih
bekerja sama dalam suatu panitia sehingga masing-masing dapat bekerja
dengan sebaik-baiknya demi produktivitas.
d. Tanggung jawab baru. Apabila dalam 5 tahun masyarakat melakukan hal
yang sama dengan cara itu-itu juga berarti masyarakat kurang
berkembang. Dengan demikian mereka perlu dikembangkan lagi dengan
memberikan tanggung jawab baru, sesuai dengan kemampuan mereka
masing-masing.
e. Penugasan temporer. Bekerja pada pekerjaan sehari-hari dengan ruang
lingkup yang sempit akan menghambat perkembangan karir. Usahakan
agar terbuka cakrawala bagi masyarakat dengan jalan memberikan tugas-
tugas temporer.
7. Langkah 4P untuk melatih.
Agar berhasil memberikan pelatihan, perlu diperhatikan dan dilakukan
sebagai berikut yang dikenal dengan sebutan 4P (Pujian, Pertanyaan,
Perbaikan, dan Pertunjukan).
8. Waktu melaksanakan pelatihan
Keberhasilan pelatihan bergantung pada 4 hal, yaitu :
a. Jalinan rencana keseluruhan yang serasi,
b. Teknik khusus yang digunakan, dan
c. Jangka waktu penyelenggara yang tepat.
d. Narasumber dalam pelatihan
Biasanya suatu lembaga tidak dapat melakukan semua pelatihan yang

53
diperlukan di masyarakat. Namun, lembaga harus memilih beberapa
narasumber yang terpercaya dan terampil guna melakukan tugas melatih
masyarakat. Narasumber hendaknya mempunyai kemampuan berikut :
a. Kemampuan memimpin. Tidak semua orang suka bergaul adalah
pemimpin alamiah. Cara terbaik untuk menilik kemampuan
kepemimpinan seseorang adalah melihat sejauh mana pendapat seseorang
segera diikuti oleh yang lain.
b. Kemampuan menilai orang lain. Hal ini bukan penilaian secara
sembarangan, melainkan berdasarkan kesediaan mendengarkan dan
perhatian pada perasaan, tempo belajar, dan kemajuan orang lain.
c. Sabar. Mengajarkan bahan yang dipahami sendiri dengan baik kepada
orang lain adalah proses yang sulit dan lambat. Untuk itu diperlukan
kesabaran dan pengulangan beberapa kali.
Selanjutnya, berkenaan dengan Pelatihan hidroponik dan meninjau berbagai
aspek wilayah yang sering dijadikan tempat tinggal bagi sebagian masyarakat
Indonesia, karena suhu didataran rendah cukup nyaman karena tidak terlalu
dingin sehingga jenis tanaman seperti kangkung sebagai media untuk pelatihan
hidroponik. Ide pelatihan ini didasari oleh kondisi Covid-19 yang diharapkan
masyarakat Desa Sodong bisa memanfaatkan pelatihan ini menjadikan
masyarakat memiliki sumber daya manusia yang unggul, menjadikan pelatihan
ini inspirasi masyarakat dalam menciptakan hasil usaha.
Pelaksanaan program kegiatan pelatihan hidroponik dilaksanakan setelah
dilakukan pengamatan pada kondisi sumber daya masyarakat. Ditemukan
bahwa akibat kondisi pandemi Covid-19, membuat perlahan kualitas sumber
daya manusia masyarakat desa menurun, walaupun masyarakat kebanyakan
sebagai petani, namun masih saja terdapat problematika sehingga berdampak
pada finansial dan pendapatan masyarakat desa yang menurun.
Dengan adanya program pelatihan hidroponik, masyarakat bisa
memanfaatkan dengan menyerap ilmu pelatihan hidroponik sehingga bisa
merealisasikan di rumah masing-masing untuk kebutuhan rumah tangga.
Terlebih penanaman hidroponik terjangkau mudah, murah, efisien dan cepat,
tidak memerlukan lahan kosong demi membudidaya penanaman hidroponik.

54
Kegiatan pelatihan hidroponik diharapkan dapat dilaksanakan dengan
memperoleh hasil yang maksimal dengan begitu pula bisa dimanfaatkan
menjadi hasil usaha atau merambah ke dunia UMKM.
Suatu program pelatihan, sesuai dengan tujuan yang akan diwujudkannya
harus dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu dan sistematis,
langkah- langkah tersebut adalah:
a. Analisa kebutuhan.
b. Identifikasikanlah keterampilan-keterampilan kinerja jabatan yang akan
diperbaiki.
c. Analisis audiens, bahwa program sesuai dengan tingkat pendidikan,
keterampilan, sikap dan motivasi karyawan.
d. Rancangan instruksional.
e. Kumpulkan sasaran instruksional, media, gambaran, metode dan urutan
dari isi, contoh, latihan dan kegiatan.
f. Pastikanlah semua bahan untuk pelatihan telah disiapkan sesuai dengan
sasaran yang telah ditetapkan.
g. Keabsahan.
h. Perkenalkanlah dan sahkanlah pelatihan di hadapan para audiens.
i. Implementasi.
j. Doronglah keberhasilan dengan lokakarya melatih-pelatih yang berfokus
pada penyajian keterampilan selain isi pelatihan.
k. Evaluasi dan tindak lanjut.
F. Kerangka Berpikir
Penelitian ini digambarkan pada peta konsep yang mengkaji bagaimana
pengembangan sumber daya manusia untuk mengimplementasikan pelatihan di
Agradipa hidroponik Desa Sodong.
Sehingga masyarakat memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
memanfaatkan hal tersebut untuk kehidupan mereka.

55
Bagan 2.2 Kerangka Pikiran

Masalah :
Masyarakat pada umumnya memiliki lahan yang tidak dimanfaatkan dengan
baik. Hal ini terjadi disebabkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai
pemanfaatan lahan Salah satu cara untuk untuk pemanfaatan lahan kosong dengan
bercocok tanam melalui media hidroponik.

Pendampingan Hidroponik di Komunitas Agradipa

Tahap Pendampingan : 1) Tahap Animasi, 2) Tahap Fasilitasi, 3) Tahap


Penghapusan Diri

Pencapaian pendampingan hidroponik oleh Komunitas Agradipa


Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang
 Relasi  Optimisme yang Realistis
 Keterlibatan Masyarakat  Resiliensi
 Penemuan Makna Hidup  Pengetahuan Hidroponik

Sumber : diolah oleh peneliti, 2022

56
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah berdirinya Agradipa Hidroponik
Agradipa hidroponik adalah salah satu organisasi atau komunitas dari alumni
pelatihan BLK Lembang. Komunitas ini terdiri dari 16 orang yang dilatih selama
25 hari di Lembang Bandung. Selain ilmu hidroponik yang telah diberikan oleh
BLK Lembang Kementerian Tenaga Kerja peserta kelas hidroponik diberikan
paket hidroponik per-kelompok. Sampai saat ini peserta yang berasal dari
Kabupaten Tangerang berhasil menjalankan dan menjaga tanggung jawab yang
luar biasa sehingga membuahkan hasil. Dalam proses tersebut ketika
mempraktekkan secara kelompok mengalami banyak cobaan dan kegagalan
karena kondisi cuaca dan kondisi lingkungan berbeda dengan tempat ketika
pelatihan di BLK Lembang, Bandung, tetapi hal tersebut tidak menjadikan
semangat komunitas surut. Komunitas ini bergerak maju dari kegagalan dan
mempelajari segala sesuatunya terus menerus sehingga menemukan formulasi
untuk mengembangkan dan memperkenalkan metode hidroponik kepada
masyarakat untuk mencapai keberhasilan.
Keberhasilan ini ditunjukkan dengan hasil panen yang memuaskan,
memasarkan produk-produk hidroponik ke supermarket dan beberapa pasar
tradisional. Anggota juga semangat dengan hasil yang dicapai, ternyata kegiatan
pertanian hidroponik menjadi perhatian masyarakat, pemerintah desa, dan
pemerintahan Kabupaten Tangerang sehingga hidroponik yang ada di Desa
Sodong ini atas ide beberapa peserta membuat sebuah kelembagaan atau
komunitas hidroponik yang harapan kedepannya menjadi destinasi atau tujuan
wisata bagi siapa saja yang ingin belajar hidroponik dari A sampai Z ataupun
mereka berkeinginan berkunjung sekedar untuk edukasi bagi masyarakat
khususnya di dunia pendidikan dari jenjang TK, SMA sederajat sampai
Universitas.
Kondisi tersebut akhirnya peserta BLK Lembang menangkap peluang besar
dimana Kabupaten Tangerang merupakan kabupaten yang cukup luas terdiri dari
29 kecamatan dan tanah yang cukup produktif. Selain itu juga, perumahan-
perumahan begitu padat sehingga hidroponik ini menjadi sebuah ikon pertanian

57
dengan istilah urban farming dimana pertanian ini adalah pertanian perpindahan
dari pertanian konvensional yang dilakukan oleh kebanyakan orang dengan lahan
luas kemudian berpindah pada pertanian modern dimana pertanian ini tidak lagi
butuh lahan yang luas. Oleh karena itu, mereka berusaha untuk berpikir keras
bagaimana ilmu hidroponik yang sudah didapatkan di BLK Lembang bisa
ditularkan di beberapa daerah khususnya di Kabupaten Tangerang yang
harapannya mereka bisa dilatih, diberikan ilmu, dan bekal pengetahuan untuk
menjadi inspirasi bagi masyarakat kedepannya.
Gambar 3.1 Site Plan Agradipa

Sumber : Dokumentasi peneliti, 2022


B. Susunan Kepengurusan Pusat Pelatihan Agradipa Hidroponik
Untuk menjaga agar komunitas Agradipa Hidroponik tetap sistematis dan
mempermudah masyarakat sekitar atau orang-orang yang ingin mengikuti
pelatihan lebih efisien dan tertata. Struktural kepengurusan akhirnya dibentuk
sebagai berikut :
Nama : Pusat Pelatihan Hidroponik Desa Sodong “Agradipa
Hidroponik”.
Alamat : Kampung Sodong, RT. 02, RW. 02, Desa Sodong,
Kecamatan tigaraksa, Kabupaten tangerang.
Pembina : Doni Bambang Priangga, SE, MM.
Pendamping : Riyadno, SE
Ketua : Apep Nuryadi
Wakil : Nurhali
Sekretaris : Sutisna
Bendahara : Cicih Sukaesih

58
Marketing : H. Herkis,
Produksi : Ali Imron, Miftahuddin, Suhendar, Siti Mutiara, Sahanah,
Rama
Visi : Menjadikan pusat pelatihan hidroponik bagi millennial
dan perkotaan
Misi : Sosialisasi kepada masyarakat tentang peluang pertanian
hidroponik
Melatih para pemuda millennial untuk mengembangkan
pertanian budidaya hidroponik
Mengubah pandangan masyarakat pertanian bahwa
pertanian hidroponik adalah pertanian yang lebih
menguntungkan
C. Latar Belakang Pengurus Pusat Pelatihan Agradipa Hidroponik
Agradipa Hidroponik terus berusaha mengembangkan semua aspek yang
berkaitan dengan kemajuan kelompok ini. Hal tersebut juga berdasarkan
dukungan penuh dari pemerintahan Kabupaten Tangerang dalam mengupayakan
kampung tematik di Kabupaten Tangerang melalui Dinas Pemberdayaan
Pemerintahan Desa (DPMD) Kabupaten Tangerang yang telah membentuk tim
koordinasi program kampung kreatif atau tematik untuk meningkatkan indeks
desa membangun di Kabupaten Tangerang.
Kampung tematik adalah program pemerintahan Kabupaten Tangerang sebagai
upaya dalam pembenahan desa secara terintegrasi, masif, dan tepat sasaran.
Pemerintahan kabupaten tangerang akan memberikan perhatian penuh terhadap
seluruh kampung tematik. Sebab, tidak hanya satu program yang dijalankan tetapi
lebih variatif tergantung kebutuhan wilayah tersebut. Banyak lagi pengembangan
kampung kreatif atau kampung tematik yang dapat dipersiapkan oleh masing-
masing wilayah dan kemudian dapat diimplementasikan melalui Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes).
Saat ini, Agradipa Hidroponik memiliki perkembangan yang pesat. Melalui
program pelatihannya banyak dampak positif yang dihasilkan. Seperti masyarakat
yang sudah secara mandiri mengelola hidroponik milik mereka sendiri. Sehingga
untuk kebutuhan dapur mereka bahkan mereka juga menjualnya sebagai

59
keuntungan dan kebutuhan hidup mereka. Agradipa Hidroponik memiliki 6
instalasi hidroponik yang 1 instalasinya terdiri dari 300 lubang. Kemudian dua
instalasi apung yang 1 instalasi apung nya terdiri dari 450 lubang. Lahan yang
dimiliki Agradipa Hidroponik dengan luas 4 hektar ini memberikan peluang besar
kepada masyarakat untuk belajar bersama meningkatkan kualitas diri secara
bersama untuk kesejahteraan. Kemarin juga, ada tambahan sebidang tanah seluas
2 hektar diberikan kepada komunitas Agradipa Hidroponik untuk dikelola lebih
lanjut sehingga membantu perkembangan dan kemajuan Agradipa Hidroponik
kedepannya.
Agradipa Hidroponik tidak membatasi kalangan untuk melakukan pelatihan.
Tidak memandang ras, suku, dan budaya. Siapa saja, yang berkeinginan dan
memiliki tekad yang kuat untuk belajar hidroponik dengan terbuka Agradipa
Hidroponik siap melayani hingga bisa dan berhasil. Akan tetap ada monitoring
berlanjut setelah pelaksanaan pelatihan hidroponik ini. Seperti yang sudah
melakukan pelatihan sebelumnya, tercatat bahwa siswa, mahasiswa yang
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) sebagian dari mereka sudah merakit
instalasi secara mandiri. Peserta lain yang berkunjung, sebagian dari mereka
sedang mencanangkan perakitan instalasi hidroponik ini. Kebanyakan peserta
yang mengikuti pelatihan adalah masyarakat, siswa, dan mahasiswa. Dan ada juga
yang datang hanya untuk berkunjung melihat proses pelatihan dan budidaya yang
ada disana seperti ternak lele, kambing, ikan, bunga, kelinci dan lain sebagainya.
Jika di total berdasarkan peserta yang mengikuti pelatihan hidroponik
mencapai 700 orang dan yang melakukan kunjungan sebanyak 1500 orang. Dari
angka tersebut bahwa ketertarikan masyarakat untuk melakukan pelatihan
hidroponik masih acuh tak acuh. Masyarakat lebih cenderung hanya berkunjung
dan menikmati sajian Agradipa Hidroponik saja. Hal ini perlu lebih ditingkatkan
lagi pengembangan hidroponik agar merata pada semua elemen masyarakat.
Biasanya, Agradipa Hidroponik dalam melaksanakan pelatihan akan dibawah
pengawasan Pak Apep Nuryadi selaku ketua Agradipa Hidroponik. Jadwal latihan
yang biasanya dilaksanakan dari jam 7 pagi hingga siang hari. Dan dilanjutkan
hingga sore hari. Hal itu akan dilakukan juga atas berdasarkan permintaan dari
peserta. Jika peserta ingin cepat menguasai maka secara intens juga Pak Apep

60
membimbing peserta. Adapun target yang diperjuangkan dari proses pelatihan ini
tentu keberhasilan dalam belajar metode bercocok tanam melalui media air.
Sehingga peserta dan masyarakat secara umum dalam melakukan dan
meningkatkan kreativitas mereka dalam mengubah sesuatu yang tidak bermanfaat
menjadi sebuah penghasilan bagi mereka.
Hidroponik Kabupaten Tangerang (HIKATA) saat ini sudah berjumlah 200
anggota, dan masing-masing memiliki instalasi hidroponik sehingga uang yang
didapat bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Begitu pula masyarakat sekitar di
Desa Sodong yang juga sudah memiliki instalasi hidroponik, tentunya mengalami
hal yang serupa. Sementara itu Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Sodong
sudah melaksanakan budidaya sayuran melalui metode hidroponik ini. Sehingga
juga mendapatkan penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
D. Data Geografis Wilayah
Secara geografis Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa berada di pusat
pemerintahan Kabupaten Tangerang dengan luas wilayah 434 ha jarak dari pusat
Ibu Kota Kabupaten Tangerang +2,9 km dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
Utara : Kelurahan Tigaraksa
Timur : Kelurahan Kadu Agung dan Desa Margasari
Selatan : Desa Tapos
Barat : Desa Batara Panjang dan Desa Munjul
Pada saat ini jumlah penduduk Desa Sodong adalah 11.467 jiwa yang terdiri
dari 5.677 Laki-laki dan 5.790 Perempuan yang tergabung dalam 3.484 KK, dan
dikelompokkan dalam 38 Rukun Tetangga (RT) dan 10 Rukun Warga (RW).
Dari luas wilayah 434 ha sebagian besar dijadikan sebagai wilayah pemukiman
dengan rincian; 236 ha dijadikan sebagai area pemukiman, 125 ha area
persawahan, 40 ha area perkebunan, 3,5 ha digunakan sebagai area pemakaman,
25 ha area Pekarangan, 1,5 ha area perkantoran, 3 ha area prasarana umum
lainnya.

61
Gambar 3.2 Peta Desa Sodong

Sumber : tangerang.kabupaten.go.id, 2022


E. Data Demografi Wilayah
Data RT dan RW serta Luas Wilayah per-RW Desa Sodong, Kecamatan
Tigaraksa adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 Luas Wilayah Desa Sodong
No. Jumlah RW Jumlah RT Luas Wilayah (Ha) Persentase (%)
1. 1 5 57 13,13%
2. 2 3 44,2 10,18%
3. 3 6 59,4 13,68%
4. 4 4 41,6 9,58%
5. 5 4 40,4 9,30%
6. 6 3 35 8,06%
7. 7 3 29,6 6,82%
8. 8 4 45,2 10,41%
9. 9 3 38 8,75%
10. 10 3 43,6 10,04%
Jumlah 38 434 100%
Sumber : Data Demografi Kelurahan Sodong, 2022
1. Statistik Penduduk Desa Sodong
a. Penduduk menurut jenis kelamin
Berikut persentase data penduduk Desa Sodong berdasarkan jenis kelamin :
Tabel 3.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Presentase (%)
1. Laki-laki 5.677 49,5%
2. Perempuan 5.790 50,5%
3. Jumlah KK 3.484 KK -
Jumlah 11.467 100%
Sumber : Data Demografi Kelurahan Sodong, 2022

62
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-
laki lebih rendah dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan.
Bekerjasama dengan kepala satuan pelaksana registrasi kependudukan dan
pencatatan sipil Desa Sodong mengadministrasikan perubahan data jumlah
penduduk yang meliputi lahir, mati, pindah datang. Adapun data perubahan
penduduk sampai dengan bulan Juni 2020 adalah untuk Warga Negara
Indonesia (WNI). Laki-laki sebesar 5.677 orang, dan perempuan 5.790
orang, sehingga berjumlah 11.467 orang.
Sehingga berikut data terbaru terkait warga Desa Sodong bulan Juni 2022
b. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Data penduduk menurut kelompok umur berdasarkan persentase tertinggi
ada di umur 10-14 tahun sedangkan persentase terendah adalah jenjang
umur 75> tahun. Berikut tabel dan persentase dari data penduduk Desa
Sodong menurut umur dan jenis kelamin :
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk berdasarkan Umur
No. Umur Laki-laki Perempuan Persentase
1. 0-4 430 422 7,43 %
2. 5-9 479 509 8,61 %
3. 10-14 622 693 11,33 %
4. 15-19 524 540 9,27 %
5. 20-24 500 527 8,95 %
6. 25-29 597 518 10,24 %
7. 30-34 568 414 8,36 %
8. 35-39 609 543 10,04 %
9. 40-44 420 402 7,16 %
10. 45-49 243 363 5,18 %
11. 50-54 312 291 5,25 %
12. 55-59 130 179 2,69 %
13. 60-64 90 158 2,16 %
14. 65-69 51 98 1,29 %
15. 70-74 58 73 1,14 %
16. 75> 44 60 0,90 %
Jumlah 5.677 5.790 100 %
Sumber : Data Demografi Kelurahan Sodong, 2022
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menunjang sumber daya
manusia yang unggul. Oleh karena itu, untuk meningkatkan manusia yang
sadar pendidikan Desa Sodong juga memperhatikan pendidikan untuk masa

63
depan yang berkualitas sesuai jenjang masing-masing sebagai berikut :
Tabel 3.4 Data Penduduk berdasarkan Pendidikan
No Tingkatan pendidikan Laki-laki Perempuan
1. 3-6 tahun yang belum masuk TK 132 Orang 139 Orang
2. 3-6 tahun yang sedang TK 106 Orang 120 Orang
3. 7-18 tahun yang tidak pernah sekolah Orang Orang
4. 7-18 tahun yang sedang sekolah 872 Orang 775 Orang
5. 18-56 tahun yang tidak pernah sekolah Orang 411 Orang
18-56 tahun pernah SD tetapi tidak
6. 153 Orang 175 Orang
tamat
7. Tamat SD / Sederajat 179 Orang 172 Orang
12-56 tahun tidak tamat
8. Orang Orang
SLTP/sederajat
18-56 tahun tidak tamat
9. Orang Orang
SLTA/sederajat
10. Tamat SMP/sederajat 170 Orang 141 Orang
11. Tamat SMA/sederajat 380 Orang 232 Orang
12. Tamat D-1/sederajat 43 Orang 18 Orang
13. Tamat D-2/sederajat 6 Orang 1 Orang
14. Tamat D-3/sederajat 9 Orang 6 Orang
15. Tamat S-1/sederajat 65 Orang 57 Orang
16. Tamat S-2/sederajat 4 Orang 3 Orang
17. Tamat S-3/sederajat Orang Orang
18. Tamat SLB A dan SLB B Orang Orang
19. Tamat SLB C Orang Orang
Sumber : Data Demografi Kelurahan Sodong, 2022
Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara dengan aparat desa
tingkat pendidikan warga sodong untuk bersekolah dikategorikan rendah.
Karena kebanyakan dari warga untuk mencari penghasilan secara mandiri.
Ketika aparat desa melakukan pemetaan awal banyak remaja yang putus
sekolah bahkan tidak sekolah. Sedangkan tingkat pendidikan juga sangat
mempengaruhi tingkat ekonomi masyarakat.
d. Mata Pencaharian Pokok
Warga Desa Sodong memiliki mata pencaharian yang beragam. Tetapi
yang paling utama adalah petani dan pedagang.berdasarkan data, banyak
warga yang bekerja sebagai pedagang dan petani dikarenakan kondisi iklim
dan curah hujan desa yang sangat cocok untuk bercocok tanam. Adapun
data pencaharian yang peneliti dapatkan dari kantor Desa Sodong sebagai
berikut:

64
Tabel 3.5 Data Penduduk berdasarkan Pencaharian Pokok
No. Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan
1. Petani 138 Orang 52 Orang
2. Buruh tani Orang Orang
3. Buruh migran perempuan Orang Orang
4. Buruh migran laki-laki Orang Orang
5. Pegawai negeri sipil 62 Orang 7 Orang
Pengrajin industri rumah
6. 5 Orang Orang
tangga
7. Pedagang keliling 273 Orang 182 Orang
8. Peternak 41 Orang 12 Orang
9. Nelayan Orang Orang
10. Montir 20 Orang 5 Orang
11. Dokter swasta 1 Orang Orang
12. Bidan swasta Orang 8 Orang
13. Perawat swasta Orang Orang
14. Pembantu rumah tangga Orang Orang
15. TNI Orang Orang
16. POLRI Orang Orang
17. Pensiunan PNS/TNI/POLRI Orang Orang
18. Pengusaha kecil menengah Orang Orang
19. Pengacara Orang Orang
20. Notaris Orang Orang
21. Dukun kampung terlatih Orang Orang
22. Jasa pengobatan alternatif Orang Orang
23. Dosen swasta Orang Orang
24. Arsitektur Orang Orang
25. Seniman / Artis Orang Orang
26. Karyawan perusahaan swasta Orang Orang
Karyawan perusahaan
27. Orang Orang
pemerintah
Sumber : Data Demografi Kelurahan Sodong, 2022
e. Agama
Dari data yang ada, tidak semua warga Sodong beragama Islam.tetapi
agama Islam banyak dianut oleh masyarakat dibandingkan dengan agama
yang lain. Adapun data jumlah penduduk berdasarkan agama sebagai
berikut :

65
Tabel 3.6 Data Penduduk berdasarkan Agama
No. Agama Laki-laki Perempuan
1. Islam 5293 Orang 5488 Orang
2. Kristen 140 Orang 154 Orang
3. Katholik 2 Orang 4 Orang
4. Hindu 7 Orang 10 Orang
5. Budha 180 Orang 189 Orang
6. Konghucu Orang Orang
Sumber : Data Demografi Kelurahan Sodong, 2022
f. Etnis
Masyarakat di Desa Sodong tidak semuanya etnis sunda, melainkan ada
juga beberapa etnis di Desa Sodong. Bahkan sebagian warga berasal dari
Madura juga ada di desa tersebut dan menetap selamanya. Adapun data
jumlah penduduk berdasarkan etnis sebagai berikut :
Tabel 3.7 Data Penduduk berdasarkan Etnis
No. Etnis Laki-laki Perempuan
1. Batak 23 Orang 21 Orang
2. Betawi 50 Orang 40 Orang
3. Sunda 400 Orang 450 Orang
4. Jawa 80 Orang 70 Orang
5. Madura 9 Orang 5 Orang
Sumber : Data Demografi Kelurahan Sodong, 2022
g. Cacat mental dan fisik
Dari data yang didapat, warga Desa Sodong ada yang memiliki
kebutuhan khusus untuk diperhatikan karena gangguan fisik menghambat
proses informasi dan perlu alat bantu dengar agar bisa dengan baik
menangkap informasi. Berikut data cacat mental dan fisik :
Tabel 3.8 Data Penduduk berdasarkan Cacat Mental dan Fisik
No. Cacat Fisik Laki-laki Perempuan
1. Tuna rungu 2 Orang 1 Orang
Sumber : Data Demografi Kelurahan Sodong, 2022
Pada data dokumentasi Desa Sodong, peneliti mendapatkan data berupa potensi
kekayaan alam yang diberikan kepada warga Desa Sodong. Walaupun data akurat
dari pemerintahan setempat belum ada, tetapi dari hasil pengamatan, banyak
warga yang memanfaatkan kekayaan alam untuk hidup seperti memanfaatkan setu
untuk budidaya-budidaya.

66
BAB IV
DATA DAN TEMUAN LAPANGAN
Peneliti mendapatkan data dan temuan lapangan dengan mewawancarai aparat
setempat, pengurus komunitas, dan masyarakat sekitar. Data dan temuan lapangan
yang didapatkan antara lain : Proses pemberdayaan masyarakat, tahapan pelatihan
dan pendampingan, serta partisipasi masyarakat dalam keikutsertaan proses
pemberdayaan. Berikut uraian mengenai data dan temuan lapangan :
A. Proses pemberdayaan melalui pendampingan hidroponik
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membantu masyarakat
untuk mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga bebas dan mampu
mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Proses
pemberdayaan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan kewenangan kepada
masyarakat. Sehingga peneliti menyajikan data berupa rencana kegiatan yang
telah didapatkan berdasarkan temuan lapangan pada kelompok Agradipa Pusat
Pelatihan Hidroponik di Desa Sodong, Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten
Tangerang :
1. Mengidentifikasi potensi wilayah
Potensi wilayah merupakan segala sesuatu yang dimiliki suatu wilayah dari
sumber daya alam dan sumber daya manusia baik yang sudah dimobilisasi
maupun yang belum dimobilisasi dan dapat mendukung segala bentuk upaya
meningkatkan kesejahteraan penduduk pada wilayah yang bersangkutan atau
wilayah lain.
Seperti yang sudah diterapkan oleh Warga Sodong, dengan terbentuknya
komunitas Agradipa Hidroponik di Desa Sodong ini dalam rangka
mengupayakan untuk kesejahteraan penduduk dalam kehidupan sehari-hari
melalui tanaman hidroponik dengan memanfaatkan lahan luas yang tidak
terpakai secara maksimal.
Berdasarkan temuan lapangan, ada tahap awal dalam proses pemberdayaan
masyarakat yaitu sosialisasi dan identifikasi potensi wilayah. Hal ini diperlukan
untuk melaksanakan kegiatan. Sebagaimana yang dikatakan oleh ketua
komunitas Agradipa Hidroponik :
“…Saya simpati melihat kebon saya tidak berfungsi. Punya lahan
tapi tidak punya penghasilan dari lahan sendiri. saya berfikir gimana

67
caranya untuk lahan ini berfungsi dengan baik tapi bukan hanya saya
sendiri yang merasakan tapi semua orang juga ikut merasakan dan mau
untuk bertani. Saya waktu itu berpikir bagaimana cara merubah pola
pikir masyarakat bahwa bertani itu susah dan kotor, panas panasan,
kehujanan dan segala macam . nah moment itu pas dengan datangnya
korona. Kebetulan sekali saya coba matangkan pikiran saya dan
akhirnya terbentuklah komunitas ini sebagai pusat pelatihan
hidroponik…” (Wawancara Bapak Apep, 2022).
Gambar 4.1 Sosialisasi Agradipa

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Berdasarkan kesempatan itu, melihat lahan kosong dan tidak terpakai
sehingga Pak Apep menginisiasi terbentuknya komunitas Agradipa Hidroponik
sebagai pusat pelatihan Hidroponik di Desa Sodong. Tentu hal ini perlu
dukungan dan antusias warga menciptakan inovasi baru terhadap Desa Sodong.
Dengan seiring berjalannya perkembangan komunitas ini, ada potensi besar
untuk jangka panjang desa kedepan. Seperti yang disampaikan oleh lurah Desa
Sodong sebagai berikut :
“…Kemarin kami sempat ada komunikasi dengan pihak berwajib, dalam
pembicaraan itu, kami mengupayakan Komunitas Agradipa Ini menjadi
pusat pelatihan atau balai latihan kerja kabupaten tangerang mas.
Sebenarnya di tangerang ini kan tentu banyak masyarakat yang
budidaya hidroponik, nah kami coba merumuskan gagasan agar
dibentuk sebuah organisasi besar tangerang yang didalamnya para
masyarakat yang budidaya hidroponik se tangerang. Dari itu, kami bikin
komunitas namanya Hidroponik Kabupaten Tangerang dan kebetulan
juga ketua nya dari Desa Sodong yang diwakili oleh ketua Komunitas
Agradipa ini mas. Selain itu, jika terus dikembangkan potensi-potensi
lain akan terlihat di kemudian hari untuk masyarakat sendiri…”
(Wawancara Bapak Bambang, 2022).
Peneliti menginterpretasikan Desa Sodong memiliki potensi yang sangat
besar untuk dikembangkan sebagai pusat pelatihan Hidroponik. Selain
memudahkan warga dalam bertani dengan cara baru yang lebih cerdas dan

68
lebih mudah, warga juga ada daya tarik secara khusus dalam memberikan
kreativitas dalam bertani. seperti yang disampaikan oleh ketua Komunitas
Agradipa Hidroponik
“…tentu sudah ada dalam bayangan kami mengenai potensi-potensi
komunitas ini ke depan. Selain ekowisata, pelatihan, dan pengembangan,
sedang kami usahakan juga untuk menjadi kampus pertanian di
Kabupaten Tangerang. Dan itu sudah diobrolkan dengan berbagai
pihak. Yang kami tekankan agar kaum muda, mellennial khususnya
warga sodong bisa mengikuti perkembangan zaman.” (Wawancara
Bapak Apep, 2022).
“…Yang saya rasakan selama ini ya ada kebanggan bagi saya. Karena
dengan cara ini bisa mencerdaskan masyarakat, dan merubah pola pikir
masyarakat, dan juga bisa banyak saudara…” (Wawancara Bapak Apep,
2022).
Gambar 4.2 Proses Rencana Tindak lanjut

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Setelah melihat potensi yang ada di Desa Sodong, selanjutnya yaitu
penyusunan rencana tindak lanjut. Tahapan ini harus dilaksanakannya
kegiatan-kegiatan yang berkelanjutan untuk tetap menjaga dan merawat
sumber daya manusia yang telah tergolong sebagai objek pemberdayaan
masyarakat agar tercapai segala tujuan, upaya pemecahan masalah, dan
perkembangan untuk perubahan.
2. Menyusun kegiatan kelompok
Adapun temuan lapangan yang diperoleh penulis mengenai rencana kegiatan
program yang dilakukan oleh komunitas Agradipa Hidroponik Desa Sodong
dalam pemberdayaan masyarakat sekitar disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat yang ditentukan dari hasil pemetaan potensi yang ada serta
berdasarkan permasalahan masyarakat sekitar Desa Sodong.
“…kami di Agradipa dalam penyusunan kegiatan awalnya ada kegiatan
harian, bulanan, dan tahunan. Tapi setelah berjalannya komunitas ini
dipandang perlu untuk diatur kembali mengenai program-program kita.

69
Karena kita menyesuaikan dengan apa yang menjadi kebutuhan utama.
Misal, sebelumnya pada kegiatan harian, kita fokus sama pelatihan,
pengembangan, dan pengelolaan hidroponik. Itu sudah berjalan secara
maksimal. Cuma, kebelakang dari itu ada kesibukan-kesibukan lain dari
masing-masing pengurus. Jadi, kita sekarang hanya menunggu bola.
Kalo ada yang mau pelatihan, kita atur jadwal dulu biar gak bentrok
satu sama lain. Nah, sekarang pengurus secara bergantian dan terjadwal
dalam perawatan, penanaman, dan panen sayur. Jadi enak bisa lebih
teratur. Ya kalo misalkan ada kunjungan-kunjungan atau ada kegiatan
dadakan kita segera infokan di grup whatsapp untuk disiapkan. Dan kita
sudah tunjuk beberapa pengurus yang harus konsisten ada di basecamp.
Takutnya kan ada tamu yang gak ngabarin dan tiba-tiba datang.
keseringan si begitu soalnya. Ya, program pembinaan dan beberapa
workshop mengenai hidroponik diadakan kalo ada permintaan secara
khusus dari lembaga-lembaga…” (Wawancara Bapak Apep, 2022).
Gambar 4.3 Menyusun Kegiatan Kelompok

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Berdasarkan hasil wawancara diatas memang program-program yang
dilaksanakan oleh komunitas Agradipa Hidroponik tetap memperhatikan
persoalan, permasalahan-permasalahan, dan potensi sumberdaya manusia yang
ada pada identifikasi diatas. Pada identifikasi diatas ditemukan bahwa Desa
Sodong dengan adanya komunitas Agradipa Hidroponik dapat dijadikan pusat
pelatihan hidroponik di wilayah tersebut. Maka, program-program yang
bertujuan untuk pemberdayaan masyarakat melalui hidroponik perlu
melibatkan masyarakat dan anggota yang akan dibina, dibimbing, dan
dipersiapkan untuk hal-hal tersebut.
”… Ingin lebih menguasai ilmu nya biar ilmu nya bertambah. Karena
kita kan perlu nanem jenis yang lain sedangkan itu beda beda cara. Jadi
harus tahu biar ga itu itu aja mah…”(Wawancara Ibu Dika, 2022 ).
“…Saya petani dari dulu, ya untungnya ada hidroponik ini yang jadi
bikin semangat lagi bertani…” (Wawancara Ibu Dewi, 2022).
Dari hasil wawancara Ibu Dika dan Ibu Dewi menyampaikan bahwa dengan

70
sistem hidroponik ini membantu masyarakat. Dan itu memang perlu ada binaan
dan pengarahan dari komunitas Agradipa agar masyarakat tidak setengah-
setengah dalam memberikan materi tentang hidroponik. Hal tersebut juga,
selain ada binaan dan pengarahan, masyarakat diberikan motivasi untuk belajar
dan memperdalami tentang bertanam hidroponik.
“…Selain mudah, seneng juga ngejalanin, ya ada untungnya bisa masak
hasil panen sendiri. sayuran ga usa beli buat masak…” (Wawancara Ibu
Anisba, 2022).
Setelah melakukan wawancara dengan Ibu Anisba, dapat diketahui bahwa
proses dalam pembinaan dan pengarahan menjadi syarat utama untuk
memudahkan anggota pelatihan dalam memahami materi hidroponik. Adanya
program-program kegiatan tentu menjadi dasar untuk memotivasi dan berpikir
luasnya anggota masyarakat untuk menekuni Hidroponik seperti yang
disampaikan oleh Indra, salah satu remaja Desa Sodong yang sampai saat ini
masih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan komunitas Agradipa Sodong.
“…Saya ingin menjadi petani milenial yang sukses dengan cara
hidroponik kak…” (Wawancara Indra, 2022).
“…Supaya bisa dengan mudah bertani dan masaknya gampang ga usa
beli….” (Wawancara Ibu Cicih,2022).

Gambar 4.4 Proses Pembinaan

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Berdasarkan hasil dari wawancara diatas bahwa dengan adanya komunitas
Agradipa Hidroponik di Desa Sodong, sangat membantu dan mendorong
masyarakat dalam setiap program yang dijalankan dari komunitas Agradipa
menambahnya pengetahuan dalam bertani dengan sistem Hidroponik sehingga
manfaat dari program kegiatan yang dijalankan bisa dirasakan langsung oleh
masyarakat di Desa Sodong.
3. Proses pendampingan kelompok

71
Mengenai proses pendampingan kelompok pada komunitas Agradipa
Hidroponik Desa Sodong, untuk kegiatan yang berada pada koridor komunitas,
maka komunitas melakukan pendampingan yang didasari pada prinsip
pemihakan terhadap kelompok-kelompok masyarakat marginal, tertindas dan
dibawah untuk menjadikan mereka mempunyai posisi tawar sehingga mampu
memecahkan masalah dan mengubah posisinya.
Menurut Zubaidi (2013), pendampingan adalah kegiatan dalam
pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan tenaga pendamping yang
berperan sebagai motivator, fasilitator, dan komunikator.. Pendampingan pada
umumnya merupakan upaya untuk mengembangkan masyarakat di berbagai
potensi yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat untuk menunjukkan
kehidupan yang lebih baik dan layak. Selain itu, pendampingan berarti bantuan
dari pihak lain yang suka rela mendampingi seseorang ataupun dalam
kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalah dari masing-
masing individu atau kelompok. Berdasarkan temuan lapangan penulis
mendapatkan informasi bahwa
“….Kami coba berikan pemahaman dan gambaran manfaat dan hasilnya,
selain itu kami coba ajak berkolaborasi secara berlanjut. Karena
masyarakat itu kan butuh jaminan keamanan yang positif. Jika itu
menjanjikan mereka pasti mau, apalagi gratis kan…..” (Wawancara
Bapak Herkis, 2022).
Gambar 4.5 Proses Awal Pendampingan

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


”… Ya selain kita motivasi secara terus menerus, di berikan gambar
instalasi untuk dipahami secara detail dan tetap kita awasi setiap kali
praktek. Sisa nya ya tergantung masing-masing individu nya. …”
(Wawancara Bapak Apep, 2022).
Dari penyampaian Bapak Herkis dan Bapak Apep bahwa komunitas
Agradipa melakukan komunikasi yang konsisten terhadap masyarakat sebagai

72
awal pendampingan dan memberikan gambaran dari hal terkecil hingga
gambaran secara umum terkait hidroponik kepada masyarakat. Hal tersebut
juga dilakukan untuk mendorong, memotivasi masing-masing masyarakat
untuk menumbuhkan semangat yang tinggi untuk budidaya hidroponik. Tentu
hal tersebut tidak terlepas dari kerja sama antar pengurus Agradipa Hidroponik
pula. Seperti yang disampaikan Ibu Cicih
“…Sampai saat ini masih kompak dan terjalin dengan baik. Kalo ada
yang kurang semangat, ya kami semangatin bareng-bareng…”
(Wawancara Ibu Cicih, 2022).
“…Perbedaan bukan jadi masalah selagi kita saling memahami dan selalu
musyawarah. Jadi kita selalu berunding mencari jalan terbaik untuk
kebaikan bersama…” (Wawancara Ibu Cicih, 2022)

Gambar 4.6 Pelatihan Hidroponik

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Menfasilitasi upaya pemecahan masalah yang ada baik teknis maupun non-
teknis sering kali dilakukan oleh pengurus Agradipa dalam mencari jalan
keluar persoalan yang di hadapi. Tidak hanya dalam menghadapi persoalan
masyarakat melainkan kepengurusan tetap harus saling memahami satu sama
lain dengan dilakukan musyawarah bersama dalam menghadapi masalah yang
berkaitan dengan Agradipa Hidroponik. Diperlukannya kerja sama antara
sesama pengurus dan masyarakat agar terjalin hubungan yang baik antar
sesama untuk kesejahteraan bersama.
“…Ya selain fokus sama pelatihan dan edukasi tentu saya harus
memasarkan dan menawarkan banyak produk dari hasil kami…”
(Wawancara Bapak Herkis, 2022).
“…Saya lebih kepada pendekatan secara personil agar materi lebih
gampang di cerna sehingga bermanfaat kepada orang lain…”
(Wawancara Bapak Apep, 2022).

73
“…Membatu secara penuh terhadap komunitas. Selagi saya sehat apa
yang dibutuhkan komunitas dan saya perlu turun tangan saya pasti turun
tangan…” (Wawancara Bapak Herkis, 2022).
Gambar 4.7 Proses Jual Hasil Panen

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Berdasarkan hasil wawancara diatas bahwa komunitas Agradipa Hidroponik
Sodong ada dua peran yang sangat diprioritaskan pengurus untuk kebaikan
bersama. Dua hal tersebut berfokus pada fasilitator dan mediator. Hal tersebut
dilakukan agar semua tujuan yang telah direncanakan bersama bisa tercapai
dengan baik. Dari pengembangan, pendanaan, dan pelatihan hidroponik secara
keseluruhan. Seperti yang disampaikan oleh Bapak Herkis dan Bapak Apep :
“…Ya kami coba untuk mengajukan proposal kepada beberapa pihak
untuk menunjang kami. Karena kalo misal kita ada kendala dibiarkan
begitu saja, ga kita cari solusi maka komunitas ini gak akan bertahan
lama…” (Wawancara Bapak Herkis, 2022).
“…Sekarang sudah mencapai 10 CSR yang itu dari naungan Dinas
Pertanian…” (Wawancara Bapak Herkis, 2022).
“…Yaa kalo dari desa sangat mendukung penuh mas, dari materi dan
pendanaan...” (Wawancara Bapak Apep, 2022).
Pernyataan dua narasumber tersebut juga ditegaskan oleh aparat desa, Bapak
Bambang, selaku bapak lurah dan sekaligus Pembina dari komunitas Agradipa
Hidroponik Sodong
“…Ya intinya, kami akan support penuh secara moril dan materi. Apa
yang akan menjadi kebaikan untuk kami semua akan kami usahakan
secara maksimal..” (Wawancara Bapak Bambang, 2022).

“…Kalo mas nanya pendapat saya, saya selaku lurah tentu sangat senang
mas, komunitas Agradipa menjadi nilai tawar tambahan terhadap desa.
Dan melihat semangat dan antusias warga waktu itu, saya juga menjadi
lebih semangat. Artian, selain komunitas Agradipa membantu masyarakat
untuk memiliki aktivitas tambahan yang lebih bermanfaat dalam budidaya

74
hidroponik, Komunitas Agradipa sudah pasti membawa nama baik sodong
lebih baik. Dan hal yang tidak disangka-sangka setelah Komunitas
Agradipa ini terbentuk dan berjalan, kemudian muncul juga komunitas-
komunitas lain di RT lain. Bisa dibilang Komunitas Agradipa juga
membangun semangat secara tidak langsung kan terhadap yang lainnya.
Mereka jadi punya kesempatan untuk saling belajar satu sama lain. Intinya,
saya mewakili aparat desa, sangat senang dan akan mensupport warga jika
kami anggap itu perlu untuk dilakukan dan membawa nama sodong lebih
baik…” (Wawancara Bapak Bambang, 2022).
Gambar 4.8 Kunjungan Aparat ke Agradipa

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


“…Pas awal-awal berjalan saya lihat warga masih ngerasa asing mas
tentang hidroponik ini. Maklum orang kampung kan lebih mikir yang pasti-
pasti terhadap kebutuhan mereka sehari-hari. Nah, seiring berjalannya
waktu, pas panen pertama kali komunitas Agradipa akhirnya membagi-bagi
hasil panen. Warga kaget, kok cepet gitu panen nya. Pada akhirnya mereka
satu persatu ikut andil dalam proses tanam hidroponik juga. Ya mereka sih
yang deket-deket dari tempat hidroponik nya aja si mas. Setelah itu, pas ada
acara bersama warga, saya sampaikan kepada masyarakat tentang
hidroponik agar mereka punya gambaran. Dan saya arahkan juga untuk
saling dukung satu sama lain untuk nama baik sodong kedepan. Saya
sampaikan juga bahwa ini adalah sebuah prestasi, ide bagus untuk kita
semua. Akhirnya makin lama kemudian, bukan hanya warga sekitar yang
ikut pelatihan bahkan diluar daerah, mahasiswa, dari pemda bahkan anis
sekalipun melakukan kunjungan mas. Itu kebanggaan tersendiri yang kami
rasakan…” (Wawancara Bapak Bambang, 2022).
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bambang, selaku lurah di Desa
Sodong, sangat antusias dan mendorong warga sekitar untuk tergabung pada
komunitas Agradipa untuk membangun kerja sama dan untuk kebaikan
bersama memajukan Desa Sodong. Dan dalam hal itu juga, berawal dari uji
coba dan hingga terlihat hasil dari tanaman hidroponik, masyarakat sekitar

75
terdorong untuk tergabung juga didalamnya. Selaku lurah, dan sekaligus
Pembina dari komunitas Agradipa, Bapak bambang sangat bersemangat untuk
menjadikan Desa Sodong sebagai desa yang mandiri. Hal tersebut juga untuk
mencapai sebuah tujuan dari kabupaten tangerang untuk menjadikan desa
tematik se-Kabupaten Tangerang.
Agradipa merupakan wadah bagi masyarakat sekitar Sodong untuk
berproses ke depan untuk mencapai misi tersebut. Dan jika dilihat dari
perkembangan dari Komunitas Agradipa tersebut, Bapak Bambang
menyampaikan kepada penulis bahwa Komunitas Agradipa memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap Desa Sodong kedepan. Seperti apa yang telah
disampaikan Bapak Bambang saat penulis melakukan wawancara
“…Saya melihat perkembangan komunitas ini sangat besar pengaruhnya.
Dengan alasan bukti dan kerja keras komunitas ini sesuai dengan yang
diharapkan. Bukan berarti komunitas ini menjamin kehidupan warga ya
mas, tapi setidaknya masyarakat itu kan punya sesuatu yang sekiranya itu
dijadikan benteng pertahanan sementara, bahasa kasarnya untuk makan
sehari-hari dirasa cukup mas. Apalagi ibu-ibu yang antusiasnya itu wah
kagum saya mas. Ada banyak produksi yang mereka buat sudah. Saya tahu
ini karena ketua kelompok wanita tani di sodong itu selalu ngasih kabar
kalo itu berkaitan dengan perkembangan usaha-usaha dari KWT…”
(Wawancara Bapak Bambang, 2022).
“…Pengaruh komunitas Agradipa ini menurut saya besar pengaruhnya
mas, pertama dari pengetahuan terhadap hal yang baru. Jadi petani itu ga
selamanya bertani yang kita tahu, justru ada cara baru dalam bertani yang
itu lebih ringan dan sederhana. Secara materi juga mereka bisa
memfungsikan hidroponik sebagai pemasukan tambahan, yaa minimal untuk
kehidupan warga masing-masing…” (Wawancara Bapak Bambang, 2022).
“…Antusias warga sangat baik mas, itu yang menjadi faktor pendukung
komunitas Agradipa, berhasil itu bagi kami kalo semuanya gerak dan tidak
hanya gerak sendiri sendiri untuk kepentingan pribadi saja yak an, dan
untuk hambatan kemungkinan besarnya pada faktor pemasaran dan
permodalan. Karena tidak semua orang masih belum merespon baik dengan
apa yang kami baw. Ya bagaimanapun tetap akan kami perjuangkan…”
(Wawancara Bapak Bambang, 2022).
Dalam kemajuan dan berkembangnya komunitas Agradipa tersebut, Bapak
Bambang menyampaikan kepada peneliti bahwa komunitas ini berkembang
tentu atas kerja sama masyarakat secara keseluruhan dan antusias mereka juga
yang membawa nama komunitas ini semakin dikenal di berbagai kalangan.

76
Sehingga hal tersebut menjadi faktor pendukung juga terhadap proses
pemberdayaan masyarakat yang sedang diusahakan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Selain memiliki ilmu tambahan dalam pertanian, cara bertani ala
millennial, masyarakat juga diuntungkan dengan pemasukan tambahan dalam
kebutuhan sehari-hari mereka. Setidaknya meski tidak banyak yang penting
awal-awal ini masyarakat mampu merasakan dampak baiknya atas kerja keras
mereka bersama.
Kemudian peneliti mendapatkan temuan lapangan mengenai tingkat
semangat pengurus komunitas Agradipa dalam mengelola dan kerja sama antar
sesama mengurus dan mengelola komunitas ini. Seperti yang disampaikan oleh
Ibu Cicih selaku bendahara Agradipa dan Bapak Herkis selaku Marketing dari
komunitas Agradipa tersebut
“…Dari awal kebentuk saya jadi pengurus di bendahara…” (Wawancara
Ibu Cicih, 2022).
” …Ya nggak si, karena udah biasa juga juga kali ya. Dari pada ga ada
kerjaan ya paling duduk di teras aja…” (Wawancara Ibu Cicih, 2022).
“…Selama saya pegang pasti aman. Karena saya dipercaya sebagai
bendahara karena selalu jelas uangnya. Kalo ada yang minta duit, saya
tanyakan dulu buat apa. Kalo ga penting saya pasti ga ngasi. Jadi mereka
segan yang mau ngomongin soal duit ke saya. Uang masuk itu kan kadang
dari desa, dari bantuan, dan dari jual produk itu kita satuin untuk
kebutuhan khusus, dan untuk mentor juga kadang…” (Wawancara Ibu
Cicih, 2022).
Berdasarkan penyampaian Ibu Cicih, beliau menjadi Bendahara di
Komunitas Agradipa ini sejak awal komunitas ini terbentuk. Kemudian, beliau
mengelola harta yang di dapat dari berbagai sumber untuk kebutuhan bersama
seperti akomodasi dan upah mentor. Hal tersebut Ibu Cicih lakukan dengan
baik dan tanpa mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Begitupula penyampaian
Bapak Herkis, beliau juga tidak keberatan dan siap siaga untuk membantu
komunitas selagi beliau memiliki waktu luang dan sesuai jadwal. Beliau juga
sangat percaya bahwa komunitas ini akan berdampak baik untuk masyarakat
Sodong terhadap semua kalangan, apalagi kepada yang masih remaja untuk
masa depan mereka,

77
“...Ga bentrok kok, kan sudah dibagi-bagi waktunya. Lagian di komunitas
juga ga setiap hari. Bisa malam, dan bisa kapan saja sesuai kebutuhan...”
(Wawancara Bapak Herkis, 2022).
“…Banyak sudah, karena hidroponik kan sudah mulai dikenal dan banyak
yang merasakan manfaatnya. Ya kita coba lihat saja beberapa tahun
kebelakang ini. Semoga saja menjadi lebih bermanfaat….” (Wawancara
Bapak Herkis, 2022).
Gambar 4.9 Tahap Awal Penanaman Hidroponik kepada Siswi TK

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Berdasarkan temuan lapangan diatas, Pendampingan merupakan salah satu
cara untuk membantu proses pemberdayaan masyarakat berjalan sebagaimana
mestinya. Pendampingan kepada masyarakat merupakan interaksi yang
dinamis antara pendamping dengan masyarakat, yang bersama menghadapi
berbagai permasalahan sosial. Hal tersebut bisa dilakukan secara bersama-sama
untuk kemajuan bersama mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama.
Pendampingan mendorong masyarakat agar bisa mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang mereka miliki dan mampu mengelola sumber daya yang ada.
Peran lain yang dilakukan dalam pendampingan adalah memfasilitasi,
menjalin hubungan kerja sama dengan pihak terkait, serta menguatkan jaringan
yang sudah ada. Pendamping dituntut untuk untuk mempunyai keahlian untuk
bekerja sama dengan masyarakat baik secara individu atau berkelompok.
Seperti yang telah dilakukan oleh Komunitas Agradipa Hidroponik di Desa
Sodong tersebut merupakan upaya besar yang telah dilakukan untuk mencapai
suatu perubahan yang memiliki dampak baik terhadap masyarakat sekitarnya.
Hal tersebut perlu di apresiasi oleh berbagai pihak karena komunitas ini
telah berusaha untuk menyalurkan ide besar untuk pemberdayaan masyarakat
di Desa Sodong sehingga masyarakat juga merasakan manfaat dari upaya-
upaya yang telah dilakukan bersama.

78
4. Tahapan pendampingan
Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, pemerintahan daerah dan
pimpinan pelaksana program sering melaksanakan kegiatan pembinaan dan
pendampingan. Dalam proses pendampingan diharapkan terjadi peningkatan
kesadaran masyarakat yang akan sejalan dengan tingkat partisipasi masyarakat.
Pendampingan merupakan salah satu cara untuk membantu proses
pemberdayaan masyarakat berjalan sebagaimana mestinya. Dari beberapa
narasumber yang telah diwawancarai oleh peneliti dalam tahapan
pendampingan ini lebih menekankan pada menumbuhkan kesadaran
masyarakat kemudian dari pihak komunitas agradipa mengarahkan dan
memfasilitasi dan diberikan motivasi sebagai wujud kepedulian antar sesama.
Hal ini disampaikan oleh Bapak Apep sebagai berikut :
“…Ya saya hanya memberikan materi dasar yang harus dikenalkan kepada
mereka tentang hidroponik kemudian praktek langsung gimana cara yang
baik untuk budidaya hidroponik. Dan jika ada kesulitan saya tetap pantau
dan arahkan. Bahkan jika jarak jauh kapan saja hubungi saja saya
inshaallah siap untuk mengajarkan dan mengarahkan…” (Wawancara
Bapak Apep, 2022).
“…Ya selain kita motivasi secara terus menerus, diberikan gambar instalasi
untuk dipahami secara detail dan tetap kita awasi setiap kali praktek. Sisa
nya ya tergantung masing-masing individu nya….” (Wawancara Bapak
Apep, 2022).
Gambar 4.10 Pelatihan dari Luar Daerah

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Pernyataan Pak Apep diatas dibenarkan oleh Ibu Cicih yang menjadi bagian
dari kepengurusan komunitas dan sekaligus memiliki instalasi mandiri
dirumah. Bahwa ada pengarahan dan pendampingan secara khusus dilakukan
oleh Komunitas Agradipa sebagai berikut :
“….Sampai saat ini si belum, toh pun kalo ada saya pasti langsung nelpon,
ada masalah ini dan itu gitu. Nah dia pasti datang kerumah untuk
memperbaiki dan mengarahkan…” (Wawancara Ibu Cicih, 2022).

79
“….Ya saya betah disini kak. Kadang ampe ga pulang ke rumah…”
(Wawancara Indra, 2022).
Berbeda dengan Bapak Edi yang belum mengikuti pelatihan hidroponik.
Bapak Edi tidak mengikuti pelatihan tersebut dikarenakan Bapak Edi bekerja di
pabrik. Sehingga Pak Edi tidak memiliki waktu luang untuk mengikutinya.
Meski ada tawaran untuk bergabung, Pak Edi memberikan jawaban mengenai
kesibukannya sebagai pekerja pabrik.
“….saya kerja di pabrik, gimana caranya untuk ikut pelatihannya. Ya
sudah saya pilih kerja aja…” (Wawancara Bapak Edi, 2022).
“…Ya gimana ya, ikut seneng aja lah …..” (Wawancara Bapak Edi, 2022).
Hal yang sama dirasakan oleh Ibu Anisba, dengan adanya pengarahan dan
bimbingan secara khusus dari dari komunitas Agradipa sebagai wujud dari
pendampingannya, Ibu Anisba merasa terbantu untuk memahami materi dan
pengaplikasian dalam bertanam hidroponik. Dan Ibu Anisba biasanya
meluangkan waktu datang ke tempat pelatihan untuk mengingat-ingat kembali
ilmu yang telah dipelajari sebelumnya.
“…Enaknya ya karena kita itu selalu di dukung di kasi semangat makanya
jadi betah belajarnya…” (Wawancara Ibu Anisba, 2022).
“…Ya kadang kesana buat nginget nginget lagi gitu, buat bantu-bantu di
sana juga…” (Wawancara Ibu Dika, 2022)
Sebagai bagian dari binaan dari komunitas Agradipa, Ibu Dika juga
merasakan hal yang sama yang telah dirasakan oleh narasumber sebelumnya
bahwa dengan pendampingan yang telah dilakukan komunitas agradipa
memudahkan dan meringankan Ibu Dika dalam keadaan susah dan sulitnya
kendala yang dialami oleh Ibu Dika. Meski Ibu Dika jarang datang ke tempat
pelatihan, Ibu Dika secara intens mengkomunikasikan kendala yang
dialaminya ketika ada kesulitan.
“…Ya enaknya itu karena orang orang nya bertanggung jawab. Jadi ga
hanya nyuruh aja, mereka juga membantu kesulitan kita , kesusahan kita
jadinya lebih ringan karena ada yang bantu…” (Wawancara Ibu Dika,
2022).
“…Ya kadang sakit kadang enggak kalo lagi diluar. Soalnya sekarang
saya sering tidak di sini mas,…” (Wawancara Ibu Dewi, 2022).
“..Ada mah kalo kita bilang,..” (Wawancara Ibu Dewi, 2022).

80
Gambar 4.11 Pembuatan Instalasi dan Bibit

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Masyarakat yang memiliki kesadaran dan loyalitas yang tinggi tersebut
adalah yang sudah seharusnya dimaksimalkan dan diperhatikan secara khusus
oleh pengurus dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungannya.
Bagaimanapun mereka yang mengetahui apa yang mereka butuhkan dan apa
yang harus mereka lakukan untuk kehidupan mereka dan juga mereka yang
paham terhadap masalah yang mereka hadapi. Maka dari itu, sangat penting
untuk melibatkan masyarakat sekitar dalam pendampingan hidroponik di Desa
Sodong.

B. Pencapaian proses pendampingan pemberdayaan melalui pendampingan


hidroponik
Pendampingan mendorong masyarakat agar bisa mengetahui kekuatan dan
kelemahan yang mereka miliki dan mampu mengelola sumber daya yang ada.
Peran lain yang dilakukan dalam pendampingan adalah memfasilitasi, menjalin
hubungan kerja sama dengan pihak terkait, serta menguatkan jaringan yang
sudah ada. Pendamping dituntut untuk untuk mempunyai keahlian untuk
bekerja sama dengan masyarakat baik secara individu atau berkelompok.
Seperti yang telah dilakukan oleh komunitas Agradipa Sodong pada
masyarakat sekitar telah merasakan dampak terkait pemberdayaan yang telah
dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan pada masyarakat dalam
program kegiatan budidaya hidroponik.
Adapun hasil yang telah didapatkan peneliti dalam temuan lapangan sebagai
berikut :
1. Kemandirian dan kesadaran dalam kelompok pendampingan
Kemandirian masyarakat merupakan suatu kondisi yang dialami oleh
masyarakat yang ditandai dengan kemampuan memikirkan, memutuskan, serta

81
melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah
yang dihadapi dengan mempergunakan daya atau kemampuan yang dimiliki.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Mu'tadin (2002) bahwa
kemandirian adalah suatu sikap individu yang diperoleh secara kumulatif
selama perkembangan, individu akan terus belajar untuk bersikap mandiri dan
menghadapi berbagai situasi lingkungan sehingga individu pada akhirnya akan
mampu berfikir dan bertindak sendiri dengan kemampuan kemandiriannya
seseorang dapat memilih jalan hidupnya untuk dapat berkembang dengan lebih
mantap. Kemandirian adalah suatu konsep yang sering dihubungkan dengan
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini program-program
pembangunan dan pemberdayaan dirancang secara sistematis agar individu
ataupun masyarakat menjadi subjek dari pemberdayaan tersebut.
Nilai-nilai kemandirian yang dimiliki individu akan menjadi sempurna
apabila didukung oleh sifat-sifat kemandirian yang meliputi; mandiri
psikososial, kultural, ekonomi, disiplin prakarsa dan wirausaha, kepemimpinan
dan orientasi dalam persaingan. Secara sederhana juga kemandirian bisa dilihat
dari bagaimana masyarakat memiliki tiga aspek kemandirian yaitu;
kemandirian perilaku, kemandirian emosi, dan kemandirian nilai.
Hal tersebut sudah dirasa cukup dalam hal kemandirian secara individu
masyarakat. Seperti yang telah peneliti temukan dilapangan bahwa komunitas
Agradipa dalam proses pendampingannya menekankan pada semua kalangan
yang dapat dijangkau dalam proses pemberdayaan seperti yang disampaikan
oleh Bapak Apep saat peneliti melakukan wawancara sebagai berikut :
“…Kebanyakan si anak-anak muda, mahasiswa, siswa, dan orang tua
juga ada…” (Wawancara Bapak Apep, 2022).
“…Alhamdulillah semua dapat memahami. Kecuali yang masih kecil-kecil
itu biasanya. Ya pokoknya saya tetap usahakan yang terbaiklah untuk
siapapun yang mau belajar…” (Wawancara Bapak Apep, 2022).
“…Dapat mengaplikasikannya pada masyarakat sekitarnya dan untuk
mereka sendiri. mungkin dengan cara bikin instalasi sendiri dan lain
sebagainya. Tapi kebanyakan peserta saya itu selalu ada aja ide untuk
ngembangin ilmu yang telah mereka dapatkan…” (Wawancara Bapak
Apep, 2022).
Hal tersebut dilakukan oleh Bapak Apep, selaku ketua komunitas Agradipa
agar dampak dari proses pemberdayaan melalui pendampingan ini bisa tersebar

82
kepada semua elemen masyarakat dari kalangan muda hingga orang tua. Dan
hal tersebut dilakukan agar bentuk pemberdayaannya merata kepada seluruh
masyarakat sekitar Desa Sodong dan lebih-lebih kepada masyarakat desa lain
juga. Namun hal yang pasti, dalam upaya ini Pak Apep juga menemukan
kendala terbesar dalam proses pemberdayaan dalam memaksimalkan
pemberdayaan ini.
Hal yang paling terasa kendala terbesarnya adalah pada pendanaan.
Pendanaan ini berkaitan dengan proses pelaksanaan dari apa yang telah
diupayakan. Dalam pembuatan instalasi hidroponik, pembibitan dan
perawatannya itu juga perlu modal untuk berhasilnya budidaya hidroponik.
Seperti yang telah disampaikan Bapak Apep sebagai berikut :
“…Kalo kendala terbesar si ya tentu dari pendanaan yah. Karena semua
masyarakat itu kalo dipaksa untuk ngeluarin uang banyak operasi
instalasi kan lumayan tuh harganya, sedangkan dari desa kan tidak
mungkin satu persatu kita berikan modal dana. Ya mungkin secara
bertahap akan terselesaikan. Kalau secara pola pikir mereka sudah
paham bahwa ini jalan sampingan yang menjamin sementara untuk
kebutuhan sehari-hari….” (Wawancara Bapak Apep, 2022).
Dari temuan lapangan, ada beberapa warga yang sudah memiliki instalasi
hidroponik ini karena selain mudah, juga hasilnya lebih cepat dan higienis. Jadi
mereka tidak perlu membeli sayuran untuk dikonsumsi sendiri sehari-hari.
Seperti yang disampaikan oleh Ibu Cicih sebagai berikut :
“…Saya punya dirumah, karena saya seneng gitu kalo bertani nya
mudah…” ( Wawancara Ibu Cicih, 2022).
“…Saya jadi ga repot beli sayuran, tanamannya juga bagus, higienis…”
(Wawancara Ibu Cicih, 2022).
Selain itu juga, Ibu Cicih sangat antusias mengajak masyarakat sekitar untuk
menanam hidroponik secara mandiri. Karena Ibu Cicih sudah merasakan
dampak baiknya dari budidaya hidroponik. Cuma terkadang masih ada
beberapa warga yang masih belum siap untuk budidaya hidroponik. Dan jika
Ibu Cicih menghadapi situasi tersebut Ibu Cicih memberikan hasil panen dari
tanamannya kepada orang tersebut agar juga merasakan apa yang telah
dihasilkan Ibu Cicih dari budidaya hidroponiknya.

83
“ Iya saya ajak ajakin yang lain. Kalo ada yang belum mau, saya kasi
sayur pas saya panen. Jadi biar bisa ngerasain hasilnya juga…”
(Wawancara Ibu Cicih, 2022).
“….Banyak sih kak tentang ilmu hidroponik dari pembibitan sampai cara
panen…” (Wawancara Indra, 2022).
“….Saya sering ngajakin teman-teman yang Cuma main game itu untuk
ikutan kak, biar ada aktivitas dan kegiatan yang positif….” (Wawancara
Indra, 2022).
“…Atas kemauan sendiri si kak. Waktu ini di buat saya Tanya-tanya dan
saya ikut kak….” (Wawancara Indra, 2022).
Hal tersebut juga sama dilakukan oleh Indra, pemuda desa yang masih
belum memiliki instalasi hidroponik tapi sudah ikut berpartisipasi dalam proses
pelatihan hidroponik. Indra juga mengajak teman-temannya untuk mengikuti
program kegiatan yang telah tersedia di Komunitas Agradipa Hidroponik. Dan
Indra menyampaikan bahwa bertanam hidroponik ini sangat mudah jika benar-
benar fokus saat penyampaian materi dari mentor. Dan butuh niat yang bulat
dan tekad yang kuat agar cepat mengetahui dalam budidaya hidroponik.
“….Saya pikir si kak gampang gampang saja kalo kita benar-benar fokus
dan pengen tau….” (Wawancara Indra, 2022).
Selain memberikan pengarahan kepada masyarakat dan mengelola
komunitas, Pak Apep juga antusias dalam mensosialisasikan program dan
diharapkan seluruh masyarakat ikut berpartisipasi. Upaya ini dilakukan agar
secara keseluruhan masyarakat tidak terkecuali mengikuti program yang telah
dilakukan di Desa Sodong. Setidaknya mereka punya pengetahuan baru tentang
pertanian. Seperti yang telah disampaikan Bapak Edi sebagai berikut :
“…Waktu itu ketua nya itu negor dan ngomongin soal hidroponik ya saya
dukung saja. Saya bantu doa gitu….” (Wawancara Bapak Edi, 2022).
“…Ternyata ada ilmunya ga syukur syukur panen. Tapi hasilnya bagus
juga…” (Wawancara Ibu Anisba, 2022).
Hal yang sama dilakukan oleh Ibu Anisba mengajak masyarakat yang lain
untuk ikut serta dalam mengikuti pelatihan hidroponik. Tapi masyarakat yang
diajak oleh Ibu Anisba adalah mereka yang bisa dijangkau saja. Seperti yang
disampaikan oleh Ibu Anisba
“…Kalo yang deket deket mah saya ajakin kalo yang jauh saya ga terlalu
banyak omong biar dia dating sendiri kalo mau…” (Wawancara Ibu
Anisba, 2022).

84
“…Sekarang disana rame terus jadi kayaknya tamu dari luar harus
diladenin dulu. Saya liat-liat dulu kalo gak ada tamu ya saya kesana…”
(Wawancara Ibu Anisba, 2022).
Ibu Anisba menyampaikan bahwa dalam proses pelatihan budidaya
hidroponik kesulitan pada pemberian nutrisi. Dalam penakarannya karena
memang menyesuaikan dengan kadar air dan itu butuh rumus untuk
memperhitungkan kesesuaian nutrisi dengan kadar air. Dan Ibu Anisba
mengikuti program ini berdasarkan permintaan dari Bapak Doni Bambang
selaku lurah dan Pembina dari komunitas Agradipa tersebut
“…Awal awal cuma cara untuk memberikan nutrisi aja yang agak susah
karena menyesuaikan dengan air juga…” (Wawancara Ibu Anisba, 2022).
“…Waktu itu di suruh sama Pak Doni biar tahu ilmu bertani ala mellenial
kata beliau…” (Wawancara Ibu Anisba, 2022).
Hal yang sama dirasakan oleh Ibu Dika bahwa kesulitan utama dalam proses
pelatihan ini hanya dalam mengaplikasikan rumus nutrisi. Selain Ibu Dika
sering lupa dan sedikit sulit dalam pengaplikasian nutrisi saat budidaya
hidroponik. Tapi Ibu Dika dengan adanya program ini menjadi lebih mudah
dan mengetahui ilmu baru dalam bertani. Ibu Dika juga masih sering secara
aktif mengikuti program pelatihan untuk mengingat-ingat kembali ilmu yang
telah dipelajari sebelumnya dan memperdalami ilmu yang masih belum
diketahuinya sebagai tambahan ilmu. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Dika
sebagai berikut :
“…Cara mengaplikasikan rumus nutrisi, karena saya bodoh ga tau apa-
apa meski di ajari kadang suka lupa…” (Wawancara Ibu Anisba, 2022).
“…Ilmu jadi ketambah ga panas panas an mulu di ladang…” (Wawancara
Ibu Dika, 2022).
“… Iya karena cepat nanem cepet manen, biar ringan juga mereka
pada…” (Wawancara Ibu Dika, 2022).
“….Ya kadang kesana buat nginget nginget lagi gitu, buat bantu-bantu di
sana juga…” (Wawancara Ibu Dika, 2022).
“…Ada karena buat hiasan juga bagus, selain itu pas manen bisa dimakan
sendiri…” (Wawancara Ibu Dika, 2022).

“….Pembuatan nutrisi AB mix itu kadang agak susah jadi harus nginget
nginget lagi. Kalo lupa ya kadang ke basecamp nemuin mentor disana…”
( Wawancara Ibu Dika, 2022).

85
“…untuk pembuatan instalasi akan lebih murah jika bahan-bahan seperti
pipa paralon itu kita punya stok mas, saya karena memang tidak punya
sama sekali persiapan dan langsung pembuatan itu, habis duit sekitar
delapan jutaan satu instalasi dengan paket 250 lubang. Lumayan mahal
juga…” ( Wawancara Ibu Dika, 2022).

“…Biasanya untuk satu kilo nya harganya 30.000 mas. Kalo kita punya
250 lubang, sekitar 50 kg satu kali panen. Kalo kita jual semua itu sekitar
1.500.000 per panen…” ( Wawancara Ibu Dika, 2022).

“…Iya tentu mas, kayak misalkan kita harus beli benih yang harganya
lima ribuan, rockwool seharga 25.000, nutrisi kita juga pake kan mas,
harus di beli juga dengan harga 120.000, terus biaya kelistrikan nya
20.000 mas. Jadi total pembiayaan selain instalasi nya sekitar 500.000 an
termasuk sama upah kerja perawatan instalasi nya…” ( Wawancara Ibu
Dika, 2022).

”… seneng mas, apalagi pas manen dan bagi-bagi hasil panen ke


tetangga itu seneng banget. Dan ini bukan penghasilan utama saya juga
untuk sehari-hari. Ada gaji pokok untuk menunjang kebutuhan
keluarga….” (Wawancara Ibu Dika, 2022).

“….Pokoknya saya disuruh ngikut aja ya ngikut ternyata makin senang


dan suka cara bertanamnya…” (Wawancara Ibu Dika, 2022).
“…Bayam, salada, sawi, kangkung itu aja mas..” (Wawancara Ibu Dika,
2022).

“…Pokoknya mah kudu sabar , jangan menyerah, semangat harus kuat


biar ga goyah pas lagi ada kendala…” (Wawancara Ibu dika, 2022).
Gambar 4.12 Penjualan Hasil Hidroponik

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Ibu Dika di rumah memiliki instalasi secara mandiri. Dan Ibu Dika
menanam beberapa macam sayuran seperti selada, bayam, sawi, dan juga
kangkung. Dan Ibu Dika menyampaikan dalam budidaya hidroponik harus
memiliki mental yang kuat, kesabaran yang tinggi agar ketika ada kendala

86
dalam budidayanya tidak mudah goyah dan memilih untuk berhenti untuk
berbudidaya hidroponik. Dan Ibu Dika menyampaikan bahwa budidaya
hidroponik cukup lumayan mahal, tapi kepuasan tersendiri ketika beliau
mampu memberikan hasil panen kepada tetangga Ibu Dika. Selain itu juga, Ibu
Dika menyampaikan bahwa budidayanya dalam hidroponik bukan penghasilan
utama beliau. Hal yang sama dilakukan oleh Ibu Dewi, bahwa Ibu Dewi
mengikuti program ini diajak oleh tetangganya untuk mengikuti program
pelatihan hidroponik. Seperti yang disampaikan oleh Ibu Dewi sebagai berikut:
“…Waktu itu saya diajak tetangga, katanya disuruh ikut. Ya udah saya
ikut saja mas…” (Wawancara Ibu Dewi, 2022).
“…Ya saya lebih senang bercocok tanam…” (Wawancara Ibu Dewi,
2022).
“…Iya kan saya diajak toh, jadi saya harus ngajak juga biar sama sama
ikutan menanam hidroponik…” (Wawancara Ibu Dewi, 2022).
“…Ya kadang ikut kadang enggak kalo lagi diluar. Soalnya sekarang saya
sering tidak di sini mas…” ( Wawancara Ibu Dewi, 2022).
“…Paling kesulitan di duit ya mas karena kita juga butuh makan…”
(Wawancara Ibu Dewi, 2022).
“…Iya diajak untuk ikutan gitu…” ( Wawancara Ibu Dewi, 2022).
“…Ya kalo sekiranya agak banyak saya pasti ngasih…” ( Wawancara Ibu
Dewi, 2022).
“…Packcoy, selada, kangkung…” (Wawancara Ibu Dewi, 2022).
“…Pengen si pengen Cuma entar dulu deh…” (Wawancara Ibu Dewi,
2022).
Walaupun Komunitas Agradipa Hidroponik tersebut berkembang dengan
baik, tentu banyak tugas-tugas lain yang perlu dilakukan untuk penyempurnaan
komunitas dengan melakukan beberapa upaya lain yang harus dilakukan untuk
tercapainya misi bersama. Selama komunitas ini terbentuk hingga saat ini
sudah bisa dilihat keberhasilan dan pencapaiannya sehingga masyarakat sekitar
menikmati hasilnya melalui pembuktian-pembuktian yang nyata. Keyakinan
dan konsisten dalam menjalankan program kegiatan merupakan kunci
keberhasilan dalam mengembangkan kegiatan yang telah dijalankan dengan
memaksimalkan sumberdaya manusia dan sumber daya lainnya.
2. Memberikan kebaikan kelompok dalam kesejahteraan masyarakat
Masyarakat pada umumnya belum mengenal dengan baik mengenai arti
pentingnya kesejahteraan masyarakat dan pemahaman yang jelas mengenai apa

87
itu kesejahteraan masyarakat. Masyarakat cenderung mengartikan
kesejahteraan masyarakat semata-mata sebagai kegiatan pemberian bantuan
barang dan uang kepada kelompok masyarakat miskin atau rehabilitasi
masyarakat yang dilakukan di panti jompo, panti asuhan, panti karya wanita
dan lain-lain. Padahal esensi pembangunan kesejahteraan sosial adalah sebagai
kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui pemberian modal usaha,
penyediaan kredit mikro, pelatihan keterampilan dan lain-lain. Kesejahteraan
masyarakat di bidang sosial pada dasarnya merupakan keadaan sosial yang
memungkinkan bagi setiap warga negara untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidup yang bersifat jasmani, rohani dan sosial sesuai dengan hakikat dan
martabat manusia untuk dapat mengatasi berbagai masalah sosial yang
dihadapi diri, keluarga dan masyarakatnya untuk berkembang lebih baik.
Upaya mengangkat derajat kesejahteraan sosial dipandang perlu sebagai
bagian dari investasi sosial yang ditujukan untuk meningkatkan dan
mengembangkan sumber daya manusia sehingga mampu menjalankan tugas-
tugas kehidupan secara mandiri sesuai dengan nilai-nilai yang layak bagi
kemanusiaan.
Pemerintahan Indonesia dalam upaya pembangunan kesejahteraan
masyarakat pada dasarnya mengacu tujuan dari sila kelima Pancasila yang
lebih menekankan pada prinsip keadilan sosial dan secara eksplisit
konstitusinya pada pasal 27 dan 34 UUD 1945 yang mengamanatkan tanggung
jawab pemerintahan dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat. Namun
demikian, amanat konstitusi tersebut belum sepenuhnya dipraktekkan secara
konsekuen baik pada masa orde baru maupun era reformasi saat ini.
Pembangunan kesejahteraan masyarakat dinilai hanya sebatas jargon dan
belum terintegrasi dengan strategi pembangunan ekonomi karena penanganan
kendala pembangunan masih belum menyentuh persoalan mendasar. Hal ini
tampak dari berbagai indikator pembangunan, antara lain kurangnya
infrastruktur fisik, rendahnya kualitas pendidikan dan kesehatan, dan lain
sebagainya.
Dalam tafsir yang berbeda makna dari kesejahteraan merupakan upaya-
upaya kecil yang dilakukan secara bersama dari anggota masyarakat dan

88
dilakukan secara bersama dalam rangka menghasilkan kepuasan bersama.
Kepuasan tersebut meliputi kepuasan batin, kepuasan emosi, dan kepuasan
kerja. Seperti yang telah dilakukan oleh komunitas Agradipa Hidroponik dalam
pemberdayaan masyarakat yang dilakukan kerja sama, sama kerja untuk sama-
sama menikmati hasil yang telah diperjuangkan sejak terbentuknya komunitas
tersebut hingga saat ini. Hasil yang telah diperjuangkan tersebut terbukti
sebuah inovasi baru dari ilmu pertanian yang digagas oleh komunitas Agradipa
yang diharapkan memberikan dampak baik terhadap masyarakat sekitar.
Berdasarkan temuan lapangan, peneliti menemukan hasil dari proses
pemberdayaan yang telah dilakukan dengan produksi hasil tanam hidroponik
yang kemudian itu menjadi bagian yang menyokong terhadap kesejahteraan
masyarakat Desa Sodong. Dan hasil produksi tersebut bisa dikonsumsi sendiri
oleh anggota masyarakat, diberikan secara percuma untuk saling berbagi satu
sama lain, dan sebagian lagi di jual untuk menjadi penghasilan tambahan.
Seperti yang telah disampaikan oleh beberapa narasumber yang mengatakan
bahwa memberi semangat kepada masyarakat yang lain agar juga merasakan
manfaat dari tanaman hidroponik.
“…Kadang saya ngasih semangat kepada yang lain untuk bikin juga, ya
kalo yang di rumah itu kan udah jadi bukti kalo itu saya memanfaatkan
apa yang sudah dipelajari…” (Wawancara Ibu Cicih, 2022).

“…Selain sayuran, kami sudah produksi minuman lidah buaya, keripik


bayam brazil dan bubuk jahe, ada lagi yang sedang kami coba produksi
tapi masih dalam tahap penyempurnaan…” (Wawancara Bapak Herkis,
2022).
Gambar 4.13 Hasil Produksi Jahe

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Bapak Herkis kemudian menyampaikan kepada peneliti bahwa proses
penjualan produksi dari tanaman hidroponik di jual melalui media sosial, ke

89
toko-toko terdekat, dan kepada tamu yang berkunjung ke komunitas Agradipa
Hidroponik.
“Ya selain dari medsos kami coba pasarkan secara langsung. Target si
masyarakat secara keseluruhan baik itu masyarakat sekitar ataupun dari
luar. Bahkan kepada tamu yang datang kami coba, kami tawarkan…”
(Wawancara Bapak Herkis, 2022).
“…Ke masyarakat sekitar, ke toko-toko dan kesiapa yang menjadi
langganan kami sebelumnya….” (Wawancara Bapak Herkis, 2022).

Gambar 4.14 Hasil Produksi Bayam dan Kangkung

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Sama hal nya dengan Ibu Anisba dan Ibu Dewi yang sering membantu
proses budidaya hidroponik di komunitas Agradipa. Ibu Anisba menyampaikan
bahwa bu Anisba seringkali mengambil hasil tanaman hidroponik untuk
dibagikan kepada tetangga untuk dimasak.
“…Ya kalo saya bantu manen di sana, saya pasti ngambil juga buat
dikasih ke tetangga…” (Wawancara Ibu Anisba, 2022).
“….Ya kalo sekiranya agak banyak saya pasti ngasih…”(Wawancara Ibu
Dewi, 2022).

Berdasarkan hasil wawancara yang telah ditemukan di lapangan, peneliti


menemukan adanya kesejahteraan sosial yang telah dilakukan yang kondisi
sosial tersebut meliputi keadaan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat
sekitar. Walaupun sekedar bertanam hidroponik tetapi dampak yang baik lebih
dirasakan oleh masyarakat sekitar atas dasar saling memiliki empati yang
tinggi satu sama lain. Midgley (dalam Sutomo, 2006) memperjelas bahwa
kesejahteraan sosial adalah suatu keadaan sejahtera secara sosial tersusun atas
tiga unsur yaitu : pertama, setinggi apa masalah sosial dikendalikan; kedua,
seluas apa kebutuhan dipenuhi; ketiga, setinggi apa kesempatan bagi individu,
keluarga, komunitas, dan masyarakat.

90
BAB V
PEMBAHASAN
Setelah memaparkan data dan hasil temuan, maka pada bab ini akan
dipaparkan mengenai analisis dari data dan hasil temuan tersebut dengan teori
yang telah dipaparkan pada bab II sebelumnya yang menjadi alat untuk
menganalisisnya. Analisis mengenai pendampingan hidroponik pada komunitas
Agradipa Hidroponik dalam pemberdayaan masyarakat Desa Sodong, Kecamatan
Tigaraksa, Kabupaten Tangerang akan disajikan dalam bentuk naratif
argumentative, baru kemudian di deskripsikan dengan kalimat sederhana sehingga
menghasilkan penafsiran yang utuh. Peneliti menganalisis proses pemberdayaan
masyarakat, tahapan pelatihan dan pendampingan, serta partisipasi masyarakat
dalam keikutsertaan masyarakat dalam proses pemberdayaan yang dilakukan oleh
komunitas Agradipa Hidroponik Desa Sodong.
A. Proses pemberdayaan melalui pendampingan hidroponik di komunitas
Agradipa Hidroponik Desa Sodong
Proses pemberdayaan masyarakat merupakan upaya membantu masyarakat
untuk mengembangkan kemampuannya sendiri sehingga bebas dan mampu
mengatasi masalah dan mengambil keputusan secara mandiri. Pemberdayaan
masyarakat didasari sebuah cita-cita bahwa masyarakat bisa dan harus mengambil
tanggung jawab dalam merumuskan kebutuhan, mengusahakan kesejahteraan,
menangani sumber daya, dan mewujudkan tujuan hidup mereka sendiri.
pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk membangun supportive communities,
yaitu suatu struktur masyarakat yang kehidupannya didasarkan pada
pengembangan dan pembagian sumber daya secara adil serta adanya interaksi
sosial, partisipasi, dan upaya saling mendorong antara satu dengan yang lain.
Menurut Totok Mandikanto dan Poerwoko Soebianto (2013), hakikat
pemberdayaan masyarakat adalah untuk meningkatkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya. Dalam proses
pemberdayaan masyarakat perlu bersama-sama melakukan rencana kegiatan
kelompok berdasarkan hasil kajian. Dalam program pemberdayaan masyarakat
melalui pendampingan hidroponik pada komunitas Agradipa di Desa Sodong telah
melakukan rencana kegiatan kelompok berdasarkan hasil kajian mereka di Desa

91
Sodong, yaitu sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi potensi wilayah Desa Sodong
Identifikasi merupakan tahap awal untuk menyusun perencanaan kegiatan.
Pada tahap ini telah dilakukan oleh pihak komunitas Agradipa Hidroponik jauh
sebelum program-program pemberdayaan dilakukan hingga terbentuk
komunitas Agradipa Hidroponik sampai saat ini. Dalam tahap ini pihak yang
terlibat yaitu masyarakat sekitar Desa Sodong dan elemen-elemen terkait pada
masyarakat. Manfaat pada tahap identifikasi ini bagi masyarakat yaitu untuk
merenungkan keadaan wilayah serta memberikan motivasi untuk membuat
perubahan.
Identifikasi potensi wilayah yang dilakukan oleh komunitas Agradipa
Hidroponik Seperti yang sudah dijelaskan oleh Bapak Apep bahwa dengan
tidak berfungsinya lahan yang dimiliki sangat disayangkan jika tidak
dimanfaatkan secara baik. Maka Bapak Apep mengusahakan dengan maksimal
agar lahan terpakai dan memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar yaitu
dengan terbentuknya komunitas Agradipa Hidroponik di Desa Sodong ini
dalam rangka mengupayakan untuk kesejahteraan penduduk dalam kehidupan
sehari-hari melalui tanaman hidroponik dengan memanfaatkan lahan luas yang
tidak terpakai.
Langkah yang tepat dan telah dilakukan oleh Bapak Apep dalam mengambil
keputusan terkait renungan terhadap fenomena yang dialami secara langsung
dilapangan. Karena dengan menginisiasi terbentuknya komunitas Agradipa dan
melihat potensi yang ada sehingga memberikan dampak yang baik terhadap
masyarakat sekitar. Merujuk pada pengertian pemberdayaan masyarakat
sebelumnya bahwa Pemberdayaan masyarakat adalah upaya mengembangkan
sebuah kondisi masyarakat secara berkelanjutan dan aktif berlandaskan
prinsip-prinsip keadilan sosial dan saling menghargai.
Pemberdayaan masyarakat menerjemahkan nilai-nilai keterbukaan,
persamaan, pertanggungjawaban, kesempatan, pilihan, partisipasi, saling
menguntungkan, saling timbal balik, dan pembelajaran terus menerus. Inti dari
pemberdayaan masyarakat adalah mendidik, membuat anggota masyarakat
mampu mengerjakan sesuatu dengan memberikan kekuatan atau sarana yang

92
diperlukan dan memberdayakan mereka (FCDL, 2003). Dari komunitas
Agradipa dan aparat Desa Sodong terus mengupayakan agar komunitas ini
berkembang dengan baik dan memberikan kemanfaatan bagi masyarakat
sekitar.
Gambar 5.1 Kunjungan Aparat Setempat

Sumber : Dokumentasi Agradipa, 2022


Setelah melihat potensi yang ada di Desa Sodong, berdasarkan temuan
lapangan dan hasil wawancara pada bab IV sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa dalam proses yang telah dilakukan mengarah pada pencapaian tujuan
pemberdayaan dengan penerapan pemungkinan. Menurut Edi Suharto yang
dikutip oleh Alfitri pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan
dilakukan dengan melalui penerapan pendekatan yang disingkat 5P yang
diantaranya adalah Kemungkinan yaitu menciptakan suasana yang
memungkinkan masyarakat untuk berkembang secara optimal.
2. Menyusun kegiatan kelompok
Setelah melihat potensi wilayah berdasarkan identifikasi potensi wilayah
yang telah dilakukan oleh komunitas Agradipa Sodong, maka komunitas
Agradipa kemudian menyusun rencana kegiatan kelompok berdasarkan kajian.
Dalam kajian tersebut sehingga menghasilkan kegiatan yang berkaitan
dengan pengembangan, dan pemberdayaan yang hal tersebut mampu
menanamkan motivasi kepada masyarakat untuk berinovasi untuk tercapainya
sebuah tujuan bersama dalam budidaya hidroponik di Desa Sodong. Mulai dari
pelatihan pembibitan, perawatan dan panen. Binaan tersebut dilakukan untuk
memberikan keahlian khusus kepada masyarakat agar semua kalangan
masyarakat mampu bertanam hidroponik dengan baik dan maksimal. Dengan
memanfaatkan lahan yang ada, masyarakat tidak kesulitan untuk budidaya dan

93
mengembangkan kemampuan dalam bercocok tanam melalui hidroponik.
Bahwa dengan adanya beberapa program kegiatan yang direncanakan dan
dilaksanakan seperti binaan, pelatihan dan pendampingan hidroponik kepada
masyarakat ini sesuai dengan teori pemberdayaan Totok Mandikanto dan
Poerwoko Soebianto (2013) bahwa dalam menyusun kegiatan kelompok
meliputi Identifikasi Sumber daya yang tersedia untuk pemecahan masalah.
Dalam hal ini, dalam pemberdayaan selalu dikaitkan dengan suatu kebutuhan ,
dan harus juga dikaitkan dengan potensi. Selain itu juga, Pengembangan
rencana kegiatan serta pengorganisasian pelaksanaannya yang sampaikan oleh
Isbandi (2013) dalam fase ini petugas bertindak sebagai fasilitator yang
membantu masyarakat untuk diskusi dan memikirkan program dan kegiatan
apa yang tepat untuk dilaksanakan pada saat itu.
Kegiatan atau program yang dilakukan oleh komunitas Agradipa Sodong
dalam pengembangan terhadap kemampuan anggota dalam budidaya
hidroponik secara mandiri ataupun secara bersama terbentuk pada pemberian
materi melalui binaan, pelatihan dan pendampingan untuk bisa dimanfaatkan
hasilnya secara langsung oleh masyarakat.
Dalam penyusunan kegiatan komunitas Agradipa memiliki beberapa cara
untuk menjadikan masyarakat sekitar Sodong berdaya dalam pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat sekitar diantaranya :
a. Pelatihan Hidroponik
Untuk menunjang masyarakat yang terberdaya maka komunitas Agradipa
Sodong melakukan pelatihan melalui dasar-dasar budidaya seperti
pembibitan hingga proses panen terhadap masyarakat. Dimana dalam proses
pelatihan ini masyarakat diharapkan mampu dan terbiasa serta terbuka
wawasannya dalam budidaya hidroponik.
Pada proses pelatihan hidroponik ini, siapa saja yang memiliki keinginan
untuk belajar hidroponik di Agridapa terbuka secara umum jika ingin tahu
dan memahami budidaya hidroponik. Tidak terbatas kepada siapapun yang
ingin mempelajarinya. Semua peserta akan didampingi dengan maksimal
oleh komunitas Agradipa sampai peserta benar-benar menguasai dalam
bidang ini. Semua kalangan bisa datang dan berlatih atau bergabung dalam

94
komunitas Agradiapa sekalipun tidak ada kriteria khusus dalam komunitas
tersebut. Karena komunitas ini ada untuk menjawab semua tantangan yang
dihadapi oleh masyarakat secara meluas.
Pelatihan hendaknya dapat meningkatkan dan mengembangkan
kemampuan yang diharapkan. Dalam pelatihan harus disadari bahwa upaya
dan proses melakukan investasi waktu, uang, dan masa depan bagi
masyarakat. Namun, sebelum pelatihan itu diadakan, perlu diteliti sesuai
dengan kebutuhan masyarakat. Kebutuhan tersebut dapat ditilik menurut
fungsi yang dijalankan oleh masyarakat terutama masyarakat sekitar Desa
Sodong.
b. Pendampingan Hidroponik
Peserta dan anggota yang telah mengikuti pelatihan tidak dilepas begitu
saja oleh komunitas Agradipa. Semua tetap bisa berkonsultasi dan meminta
arahan untuk selanjutnya. Baik yang sudah memiliki hidroponik secara
mandiri atau belum memiliki instalasi tapi tetap ingin mendalami
hidroponik maka komunitas memberikan pengarahan secara langsung agar
peserta dan anggota tidak gagal dalam budidaya dan pendalaman materi
hidroponik.
Hal ini sangat memudahkan peserta dalam budidaya hidroponik. Karena
meskipun terkesan mudah dalam budidaya, kadangkala akan menemukan
kesulitan-kesulitan yang hal itu tentu butuh pendampingan dan arahan
terkait dengan permasalahan yang dialami. Hal ini dilakukan oleh komunitas
Agradipa agar semua masyarakat mandiri dan terus termotivasi dalam
berbudidaya hidroponik ke depan.
Berdasarkan temuan data diatas rencana yang telah disusun bersama dengan
dukungan fasilitas oleh pendamping selanjutnya diterapkan dalam kegiatan
yang nyata dengan tetap memperhatikan realisasi dan rencana awal. Menurut
Isbandi (2012), bahwa pada tahap ini merupakan salah satu tahap yang paling
penting dalam proses pemberdayaan karena sesuatu yang sudah direncanakan
dengan baik dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan apabila tidak ada
kerja sama antara pelaku perubahan dan warga masyarakat, maupun kerja sama
antara warga. Memang program-program yang dilaksanakan oleh komunitas

95
Agradipa Hidroponik tetap memperhatikan persoalan, permasalahan-
permasalahan, dan potensi sumberdaya manusia yang ada pada identifikasi
diatas. Pada identifikasi diatas ditemukan bahwa Desa Sodong dengan adanya
komunitas Agradipa Hidroponik dapat dijadikan pusat pelatihan hidroponik di
wilayah tersebut. Maka, program-program yang bertujuan untuk pemberdayaan
masyarakat melalui hidroponik perlu melibatkan masyarakat dan anggota yang
akan dibina, dibimbing, dan dipersiapkan untuk hal-hal tersebut.
Dari temuan lapangan yang dinyatakan oleh Ibu Dika dan Ibu Dewi pada
bab IV sebelumnya bahwa dengan sistem hidroponik ini membantu
masyarakat. Dan itu memang perlu ada binaan dan pengarahan dari komunitas
Agradipa agar masyarakat tidak setengah-setengah dalam memberikan materi
tentang hidroponik. Hal tersebut juga, selain ada binaan dan pengarahan,
masyarakat diberikan motivasi untuk belajar dan memperdalami tentang
bertanam hidroponik. Keuntungan yang bisa dirasakan langsung oleh
masyarakat adalah bisa memasak hasil panen dari hidroponiknya.
Gambar 5.2 proses panen hidroponik

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022


Hal ini juga ditegaskan oleh Ibu Anisba pada bab IV sebelumnya, dapat
diketahui bahwa proses dalam pembinaan dan pengarahan menjadi syarat
utama untuk memudahkan anggota pelatihan dalam memahami materi
hidroponik. Adanya program-program kegiatan tentu menjadi dasar untuk
memotivasi dan berpikir luasnya anggota masyarakat untuk menekuni
Hidroponik seperti yang disampaikan oleh Indra, salah satu remaja Desa
Sodong yang sampai saat ini masih aktif mengikuti kegiatan-kegiatan
komunitas Agradipa Sodong.
Berdasarkan temuan lapangan, maka peneliti menginterpretasikan bahwa

96
dengan adanya komunitas Agradipa Hidroponik di Desa Sodong, sangat
membantu dan mendorong masyarakat dalam setiap program yang dijalankan
dari komunitas Agradipa menambahnya pengetahuan dalam bertani dengan
sistem Hidroponik sehingga manfaat dari program kegiatan yang dijalankan
bisa dirasakan langsung oleh masyarakat di Desa Sodong. Dan hal ini sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Totok Mandikanto dan Poerwoko
Soebianto (2013) dalam proses pemberdayaan Memantau proses dan hasil
kegiatan secara terus menerus secara partisipatif. Hal ini dilakukan secara
mendalam pada semua tahapan pemberdayaan masyarakat agar prosesnya
berjalan sesuai dengan tujuannya. Menurut Isbandi (2012), pada proses
pengawasan dan evaluasi ini sebaiknya dilakukan dengan melibatkan warga
karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini dapat membentuk sistem
masyarakat yang lebih mandiri. Pada proses monitoring dan evaluasi ini
diharapkan dapat memberikan umpan balik yang berguna bagi perbaikan suatu
program atau kegiatan.
3. Proses pendampingan kelompok
Model pendampingan dalam kegiatan pengembangan masyarakat memiliki
keterkaitan erat dengan proses pemberdayaan masyarakat, pertama
pendamping itu sendiri terdiri atas pekerja sosial dan yang kedua adalah
kelompok yang didampingi atau yang akan diberdayakan. Hubungan antara
pendampingan dan pemberdayaan bersifat setara, timbal balik dan mempunyai
tujuan yang sama. Tujuan akhir dari pendampingan adalah terjadinya transfer
kendali kepada masyarakat agar mampu memecahkan masalah-masalah
kemiskinan yang dihadapinya secara mandiri dan berkesinambungan.
Mengenai proses pendampingan kelompok pada komunitas Agradipa
Hidroponik Desa Sodong, untuk kegiatan yang berada pada koridor komunitas,
maka komunitas melakukan pendampingan yang didasari pada prinsip
pemihakan terhadap kelompok-kelompok masyarakat marginal, tertindas dan
dibawah untuk menjadikan mereka mempunyai posisi tawar sehingga mampu
memecahkan masalah dan mengubah posisinya.
Menurut Zubaidi (2013) pendampingan adalah kegiatan dalam
pemberdayaan masyarakat dengan menempatkan tenaga pendamping yang

97
berperan sebagai motivator, fasilitator, dan komunikator. Pendampingan pada
umumnya merupakan upaya untuk mengembangkan masyarakat di berbagai
potensi yang dimiliki oleh masing-masing masyarakat untuk menunjukkan
kehidupan yang lebih baik dan layak. Selain itu, pendampingan berarti bantuan
dari pihak lain yang suka rela mendampingi seseorang ataupun dalam
kelompok untuk memenuhi kebutuhan dan pemecahan masalah dari masing-
masing individu atau kelompok. Hal ini sesuai yang terjadi di lapangan pada
komunitas Agradipa Hidroponik dalam proses pendampingannya dan
disesuaikan dengan teori yang dikemukakan oleh Zubaidi bahwa dalam proses
pendampingan upaya untuk mengembangkan masyarakat di berbagai potensi
yang dimiliki untuk kehidupan masyarakat kedepan. Pengurus komunitas
Agradipa Hidroponik selalu memberikan pengarahan dan gambaran mengenai
ilmu hidroponik kepada masyarakat agar masyarakat memiliki pandangan baik
terhadap hidroponik dan memudahkan mereka dalam berbudidaya. Dan upaya
ini merupakan bagian dari proses dari pendampingan yang dilakukan oleh
komunitas Agradipa Hidroponik.
Gambar 5.3 Perbaikan Instalasi

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022


Sebagai bentuk dari fungsi pendamping yaitu berperan sebagai
komunikator, maka Komunikasi yang konsisten terhadap masyarakat secara
meluas tetap dilakukan oleh komunitas Agradipa. Hal tersebut juga dilakukan
untuk mendorong, memotivasi masing-masing masyarakat untuk
menumbuhkan semangat yang tinggi untuk budidaya hidroponik. Dari berbagai
kesulitan dan kendala yang dialami pendamping harus terus mengawal
masyarakat yang berbudidaya. Tentu hal tersebut tidak terlepas dari kerja sama
antar pengurus Agradipa Hidroponik pula.

98
Tidak hanya dalam menghadapi persoalan masyarakat melainkan
kepengurusan tetap harus saling memahami satu sama lain dengan dilakukan
musyawarah bersama dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan
Agradipa Hidroponik. Diperlukannya kerja sama antara sesama pengurus dan
masyarakat agar terjalin hubungan yang baik antar sesama untuk kesejahteraan
bersama. Hal ini disampaikan oleh Ibu Cicih selaku bendahara pada komunitas
Agradipa Hidroponik mewakili kepengurusan Agradipa yang lain.
Dalam temuan lapangan yang dilakukan oleh peneliti bahwa anggota dan
pengurus selalu menjalin keakraban, saling menyemangati, dan mencari jalan
tengah ketika ada perbedaan-perbedaan. Hal tersebut diselesaikan dengan cara
musyawarah bersama untuk mencari jalan keluar yang terbaik dan untuk
kebaikan bersama.
Komunitas Agradipa Hidroponik Sodong berfokus pada dua peran yang
sangat diprioritaskan pengurus untuk kebaikan bersama. Dua hal tersebut
berfokus pada fasilitator dan mediator. Hal tersebut dilakukan agar semua
tujuan yang telah direncanakan bersama bisa tercapai dengan baik. Dari
pengembangan, pendanaan, dan pelatihan hidroponik secara keseluruhan. Dan
hal tersebut dilakukan agar semua proses pendampingan dan pemberdayaan
yang diupayakan bisa tercapai sesuai dengan harapan bersama. Dan hal ini
menjadi fungsi pokok dan tanggung jawab selaku pendamping.
Aparat desa setempat juga antusias dalam proses pemberdayaan ini.
Keterlibatan dari aparat desa juga untuk memudahkan komunitas Agradipa
dalam memperjuangkan apa yang menjadi gagasan bersama. Desa yang maju
sudah pasti karena ada dorongan bersama untuk bersama-sama melahirkan
suatu gagasan besar sehingga semua elemen masyarakat merasakan apa yang
dihasilkan dari proses tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Bambang, selaku lurah di Desa
Sodong, peneliti menemukan hasil bahwa aparat desa, sangat antusias dan
mendorong warga sekitar untuk tergabung pada komunitas Agradipa untuk
membangun kerja sama dan untuk kebaikan bersama memajukan Desa Sodong.
Dan dalam hal itu juga, berawal dari uji coba dan hingga terlihat hasil dari
tanaman hidroponik, masyarakat sekitar terdorong untuk tergabung juga

99
didalamnya. Selaku lurah, dan sekaligus Pembina dari komunitas Agradipa,
Bapak Bambang sangat bersemangat untuk menjadikan Desa Sodong sebagai
desa yang mandiri. Hal tersebut juga untuk mencapai sebuah tujuan dari
kabupaten tangerang untuk menjadikan desa tematik se-Kabupaten Tangerang.
Agradipa merupakan wadah bagi masyarakat sekitar Sodong untuk berproses
ke depan untuk mencapai misi tersebut. Dan jika dilihat dari perkembangan
dari Komunitas Agradipa tersebut, Bapak Bambang menyampaikan kepada
penulis bahwa Komunitas Agradipa memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap Desa Sodong kedepan.
Dalam kemajuan dan berkembangnya komunitas Agradipa tersebut, Bapak
Bambang menyampaikan kepada peneliti bahwa komunitas ini berkembang
tentu atas kerja sama masyarakat secara keseluruhan dan antusias mereka juga
yang membawa nama komunitas ini semakin dikenal di berbagai kalangan.
Sehingga hal tersebut menjadi faktor pendukung juga terhadap proses
pemberdayaan masyarakat yang sedang diusahakan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Selain memiliki ilmu tambahan dalam pertanian, cara bertani ala
millennial, masyarakat juga diuntungkan dengan pemasukan tambahan dalam
kebutuhan sehari-hari mereka. Setidaknya meski tidak banyak yang penting
awal-awal ini masyarakat mampu merasakan dampak baiknya atas kerja keras
mereka bersama.
Kemudian peneliti mendapatkan temuan lapangan mengenai tingkat
semangat pengurus komunitas Agradipa dalam mengelola dan kerja sama antar
sesama mengurus dan mengelola komunitas ini. Seperti yang disampaikan oleh
Ibu Cicih selaku bendahara Agradipa dan Bapak Herkis selaku Marketing dari
komunitas Agradipa tersebut. Berdasarkan penyampaian Ibu Cicih, beliau
menjadi Bendahara di Komunitas Agradipa ini sejak awal komunitas ini
terbentuk. Kemudian, beliau mengelola harta yang di dapat dari berbagai
sumber untuk kebutuhan bersama seperti akomodasi dan upah mentor. Hal
tersebut Ibu Cicih lakukan dengan baik dan tanpa mengganggu aktivitasnya
sehari-hari. Begitupula penyampaian Bapak Herkis, beliau juga tidak keberatan
dan siap siaga untuk membantu komunitas selagi beliau memiliki waktu luang
dan sesuai jadwal. Beliau juga sangat percaya bahwa komunitas ini akan

100
berdampak baik untuk masyarakat Sodong terhadap semua kalangan, apalagi
kepada yang masih remaja untuk masa depan mereka,
Berdasarkan temuan peneliti di lapangan yang telah dipaparkan pada bab IV
sebelumnya, Pendampingan merupakan salah satu cara untuk membantu proses
pemberdayaan masyarakat berjalan sebagaimana mestinya. Pendampingan
kepada masyarakat merupakan interaksi yang dinamis antara pendamping
dengan masyarakat, yang bersama menghadapi berbagai permasalahan sosial.
Hal tersebut bisa dilakukan secara bersama-sama untuk kemajuan bersama
mencapai tujuan yang telah direncanakan bersama. Pendampingan mendorong
masyarakat agar bisa mengetahui kekuatan dan kelemahan yang mereka miliki
dan mampu mengelola sumber daya yang ada.
Peran lain yang dilakukan dalam pendampingan adalah memfasilitasi,
menjalin hubungan kerja sama dengan pihak terkait, serta menguatkan jaringan
yang sudah ada. Pendamping dituntut untuk untuk mempunyai keahlian untuk
bekerja sama dengan masyarakat baik secara individu atau berkelompok.
Seperti yang telah dilakukan oleh Komunitas Agradipa Hidroponik di desa
Sodong tersebut merupakan upaya besar yang telah dilakukan untuk mencapai
suatu perubahan yang memiliki dampak baik terhadap masyarakat sekitarnya.
Hal tersebut perlu di apresiasi oleh berbagai pihak karena komunitas ini
telah berusaha untuk menyalurkan ide besar untuk pemberdayaan masyarakat
di Desa Sodong sehingga masyarakat juga merasakan manfaat dari upaya-
upaya yang telah dilakukan bersama.
Hal ini sesuai dengan tujuan dari pemberdayaan masyarakat yang
dikemukakan oleh Mardikanto (2015) bahwa Jika setiap keluarga mempunyai
kehidupan yang baik, maka akan menghasilkan kehidupan kelompok
masyarakat yang memiliki kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang lebih
baik berarti didukung oleh lingkungan “ fisik dan sosial ” yang lebih baik,
sehingga diharapkan akan terwujud kehidupan masyarakat yang lebih baik
pula.
4. Tahapan pendampingan
Secara umum, orang-orang yang bergerak dalam pengembangan masyarakat
cenderung menjadi lebih rendah hati, sederhana dan tidak membuat pengakuan

101
hebat, dalam memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat di berbagai
belahan Negara di dunia. Mereka bekerja diatas keyakinan bahwa tidak ada
yang final dalam perubahan sosial. Bahkan, pengembangan masyarakat pada
konteks ini dianggap sebagai suatu yang hidup, dinamis dan membawa
semangat perlawanan. Kadang-kadang pengembangan masyarakat cukup
sederhana dan saling berhubungan dan didalamnya penuh tantangan dan penuh
dengan dilema.
Peranan seorang pekerja sosial dalam pengembangan masyarakat
kebanyakan dilakukan dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai
problem solver (pihak yang memecahkan masalah). Kegiatan pendampingan
sosial ini berpusat pada tiga visi praktek pekerja sosial, yang diringkas sebagai
3P, yaitu : pemungkin (enabling), pendukung (supporting), dan pelindung
(protecting). (Zubaidi, 2013). Metode pendampingan diterapkan dalam
mayoritas program sesuai kondisi dan situasi kelompok sasaran yang dihadapi.
Fungsi pendamping sangat penting terutama dalam membina dan
mengarahkan kegiatan kelompok sasaran. Pendamping bertugas mengarahkan
proses pembentukan dan penyelenggara kelompok sebagai fasilitator
(pemandu), komunikator (penghubung), maupun dinamisator (penggerak)
(Moeljarto, Vidhyndika, 1996).
Data dan hasil temuan yang peneliti dapatkan dilapangan terkait tahapan-
tahapan yang masyarakat lalui dalam proses pendampingan hidroponik di Desa
Sodong, proses pendampingan yang dilakukan komunitas Agradipa Hidroponik
Desa Sodong meliputi tiga tahap kegiatan, yaitu :
a. Tahap animasi
Pada awalnya masyarakat di Desa sodong tidak mengetahui tentang
budidaya hidroponik. Meskipun mayoritas dari mereka adalah petani tetapi
dengan cara bertani secara media hidroponik masyarakat belum mengetahui
tentang media itu. Ketika komunitas Agradipa terbentuk untuk memberikan
pengetahuan baru bertani dengan cara hidroponik, maka hal ini perlu
kiranya terlebih dahulu di upayakan untuk memberikan stimulus kepada
masyarakat. Hal ini dilakukan untuk menanamkan pandangan kepada
masyarakat tentang hidroponik. Sehingga mereka memiliki keyakinan dan

102
mau untuk bercocok tanam dengan media hidroponik dan akan diketahui
potensi-potensi dari masyarakat sekitar. Hasil dari proses ini agar supaya
terbangunnya rasa percaya diri dan komitmen yang kuat untuk menjadikan
hidup mereka lebih baik. Dengan demikian, tahapan ini merupakan upaya
membangkitkan kesadaran masyarakat bahwa mereka memiliki potensi
besar apabila mengorganisasikan diri dengan membentuk lembaga
keswadayaan. Peran pendamping yang paling berat adalah membangkitkan
kembali gairah hidup kelompok sasaran agar mereka mau memperbaiki
nasibnya. Kegiatan sosialisasi program dilakukan untuk mengubah
pemahaman, sikap dan perilaku mereka agar lebih menjadi dinamis dan
optimis dalam menatap masa depan.
b. Tahap Fasilitasi
Komunitas Agradipa Hidroponik memfasilitasi segala bentuk kebutuhan
dari anggota dan masyarakat dalam pelatihan hidroponik. Ini merupakan
tanggung jawab dari komunitas sebagai fasilitator terhadap masyarakat. Hal
ini dilakukan untuk menyempurnakan dan memperkuat organisasi dan
masyarakat dalam menjalankan program pelatihan hidroponik. Tahapan
fasilitasi dalam program pengembangan masyarakat merupakan tahapan
pemberian teknis bantuan manajerial dan pelatihan yang telah dibangun
secara bersama antara masyarakat dengan para aktivis sosial dalam tahap
animasi.
Beberapa bantuan teknis yang diberikan oleh pendamping umumnya
berupa penataan organisasi dan aturan main keorganisasian, penataan
pembukuan secara sederhana, kearsipan, pendampingan dalam pembuatan
proposal, pelatihan manajemen, dan pendampingan dalam forum pertemuan
masyarakat. Komunitas Agradipa terbentuk untuk menjawab segala
persoalan masyarakat di bidang hidroponik, maka sangat wajar jika tugas
sebagai fasilitator dijadikan tahap dan diupayakan penyempurnaannya agar
mendapatkan hasil yang maksimal.
c. Tahap penghapusan diri
Pendamping hidroponik di komunitas Agradipa tidak bisa untuk
selamanya menetap dan selalu mendampingi anggotanya. Terdapat jangka

103
waktu program bagi pendampingan dalam memberikan bantuan COCD-nya
(Community organization dan Community development). Komunitas
Agradipa harus tahu persis tanda-tanda masyarakat sudah mulai siap untuk
ditinggalkan. Yang penting adalah bahwa masyarakat tidak merasa
kehilangan ketika dia keluar atau selesai dari pekerjaan pendampingannya.
Dan ini terjadi di lapangan ketika ada anggota masyarakat memiliki
kesulitan akan ada pengarahan dan bantuan dari pihak komunitas Agradipa.
Bapak Apep selaku ketua komunitas akan siap melayani masyarakat dan
peserta pelatihan jika ada kendala dalam budidaya yang dilakukan secara
mandiri.
Gambar 5.4 Pengenalan Jenis Tanaman

Sumber : Dokumentasi Peneliti, 2022


Dalam tahapan pendampingan ini Bapak Apep selaku ketua komunitas
Agradipa sudah mengambil langkah yang tepat dalam memberikan
pendampingan kepada masyarakat. Bahwa dalam tahapan pendampingan ini
berdasarkan teori di atas bahwa pekerja sosial berperan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Dan tidak hanya itu, fungsi-fungsi lain
yang telah dilakukan ini memudahkan dalam tercapainya suatu tujuan bersama.
Dan hal ini dibenarkan oleh Ibu Cicih bahwa pendampingan yang dilakukan
oleh komunitas Agradipa Hidroponik benar dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Terbukti ketika Ibu Cicih
mengalami kesulitan maka akan menghubungi komunitas untuk diberikan
pengarahan..
Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, pemerintahan daerah dan
pimpinan pelaksana program sering melaksanakan kegiatan pembinaan dan
pendampingan, namun demikian seringkali kegiatan tersebut belum
dilaksanakan secara benar. Oleh karena itu, pemahaman tentang metode

104
pembinaan dan pendampingan harus dikuasai oleh pemerintahan daerah dan
pimpinan penyelenggara dan terutama bagi mereka yang terlibat secara aktif
dalam pelaksanaan program kegiatan.
Karena semua masyarakat tidak bisa dipastikan untuk mengikuti program
dan kegiatan yang dijalankan, maka berbeda dengan Bapak Edi yang belum
mengikuti pelatihan hidroponik. Bapak Edi tidak mengikuti pelatihan tersebut
dikarenakan Bapak Edi bekerja di pabrik. Sehingga Pak Edi tidak memiliki
waktu luang untuk mengikutinya. Meski ada tawaran untuk bergabung, Pak Edi
memberikan jawaban mengenai kesibukannya sebagai pekerja pabrik.
Hal yang sama dirasakan oleh Ibu Anisba, dengan adanya pengarahan dan
bimbingan secara khusus dari dari komunitas Agradipa sebagai wujud dari
pendampingannya, Ibu Anisba merasa terbantu untuk memahami materi dan
pengaplikasian dalam bertanam hidroponik. Dan Ibu Anisba biasanya
meluangkan waktu datang ke tempat pelatihan untuk mengingat-ingat kembali
ilmu yang telah dipelajari sebelumnya.
Sebagai bagian dari binaan dari komunitas Agradipa, Ibu Dika juga
merasakan hal yang sama yang telah dirasakan oleh narasumber sebelumnya
bahwa dengan pendampingan yang telah dilakukan komunitas agradipa
memudahkan dan meringankan Ibu Dika dalam keadaan susah dan sulitnya
kendala yang alami oleh Ibu Dika. Meski Ibu Dika jarang datang ke tempat
pelatihan, Ibu Dika secara intens mengkomunikasikan kendala yang
dialaminya ketika ada kesulitan.
Masyarakat yang memiliki kesadaran dan loyalitas yang tinggi tersebut
adalah yang sudah seharusnya dimaksimalkan dan diperhatikan secara khusus
oleh pengurus dalam memberdayakan masyarakat dan lingkungannya.
Bagaimanapun mereka yang mengetahui apa yang mereka butuhkan dan apa
yang harus mereka lakukan untuk kehidupan mereka dan juga mereka yang
paham terhadap masalah yang mereka hadapi. Maka dari itu, sangat penting
untuk melibatkan masyarakat sekitar dalam pendampingan hidroponik di Desa
Sodong.

Dalam hal ini peneliti menginterpretasikan bahwa komunitas Agradipa


sudah menjalankan proses dan tahapan dalam pendampingan yang sesuai

105
dengan kebutuhan di lapangan. Sesederhana dalam mewujudkan suatu tujuan
tentu ada pendamping, sasaran, dan tujuan besar yang telah dilakukan bersama-
sama.

B. Pencapaian proses pendampingan pemberdayaan melalui pendampingan


hidroponik
Setelah melakukan proses pemberdayaan selanjutnya untuk mengetahui
pencapaian dari program pemberdayaan peneliti akan menganalisis bagaimana
pencapaian dari program pemberdayaan yang dilakukan oleh Komunitas
Agradipa Hidroponik Desa Sodong. Pada proses program pemberdayaan
tersebut memunculkan beberapa pencapaian dampak dari pelatihan dan
pendampingan hidroponik yang telah dilakukan terhadap kehidupan
masyarakat dari sisi kemandirian dan kesadaran, dalam segi ilmu pengetahuan
dan pengalaman berbudidaya hidroponik yang baik dan benar sesuai dengan
ilmu yang telah didapatkan selama proses pelatihan dan pendampingan
Hidroponik di Agradipa Hidroponik.
1. Penguatan pengetahuan dan kemampuan yang diberikan kepada
masyarakat oleh Komunitas Agradipa Hidroponik
Pada program pemberdayaan yang dilakukan oleh komunitas Agradipa
hidroponik dalam proses pemberdayaan memunculkan beberapa pencapaian
dampak dari pelatihan dan pendampingan hidroponik yang telah dilakukan
terhadap kehidupan masyarakat dari sisi kemandirian dan kesadaran, dalam
segi ilmu pengetahuan dan pengalaman berbudidaya hidroponik yang baik dan
benar sesuai dengan ilmu yang telah didapatkan selama proses pelatihan dan
pendampingan Hidroponik di Agradipa Hidroponik. Hal ini bisa dilihat dari
anggota binaan pelatihan dan pendampingan komunitas Agradipa hidroponik
Sodong yang telah selesai mengikuti pelatihan dan berhasil dalam budidaya
hidroponik. Mereka merasakan dampak baik dari hasil yang telah mereka lalui.
Hal yang paling terlihat dari hasil tersebut adalah kesejahteraan dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Mereka bisa memanfaatkan tanaman mereka
sebagai menu masakan yang dihidangkan kepada mereka masing-masing.
Selain itu juga, ada sebagian yang di jual, dan ada juga yang dibagikan secara
percuma kepada masyarakat sekitar. Hal ini merupakan sebuah nilai

106
kesejahteraan yang perlu diapresiasi atas pencapaian dari proses mereka
bersama. Dan ada juga dari hasil tanaman mereka di produksi kembali seperti
jahe yang diproduksi sebagai bubuk jahe. Ini merupakan sebuah contoh dari
arti kesejahteraan yang segala upaya-upaya kecil dan dilakukan secara bersama
dari anggota masyarakat dalam rangka menghasilkan kepuasan bersama.
Kepuasan tersebut meliputi kepuasan batin, kepuasan emosi, dan kepuasan
kerja. Masyarakat merasa puas dari tiga unsur tersebut, dalam pelaksanaannya
masyarakat yang ikut andil dalam pelatihan hidroponik di komunitas agradipa
juga diarahkan untuk mengetahui beberapa jenis bibit yang mudah tumbuh dan
bisa diproduksi kembali menjadi sesuatu yang baru seperti bubuk jahe.
Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti bahwa budidaya hidroponik
yang lumayan mahal ini akan menghasilkan jika proses budidayanya berhasil.
Berikut peneliti akan memaparkan kebutuhan hidroponik beserta hasil produksi
yang ada pada komunitas Agradipa hidroponik Desa Sodong.
Modal hidroponik dan hasil produksi dari tanaman hidroponik di komunitas
Agradipa Desa Sodong
Tabel 5.1 Modal dan Hasil Tanaman Hidroponik
Hasil Produksi
Peralatan
No. Harga tanaman Harga
Penunjang
Hidroponik
1. Instalasi Rp.5.000.000-
- -
250 lubang Rp.8.000.000
2. Bibit Rokwol, Rp.30.000/Kg
tanaman Rp.85.000 – Rp. Pakcoy, Rp.30.000/Kg
100.000 Kangkung, Rp.30.000/Kg
Bubuk Jahe Rp.180.000/Kg
3. Nutrisi AB Rp.80.000 – Rp.
- -
mix 120.000
4. Rp.50.000-
Listrik - -
Rp.100.000
5. Jasa
Pemasangan Rp.350.000 - -
Instalasi
Sumber : data diolah oleh peneliti, 2022
Mengacu pada tabel diatas, terdapat pengadaan instalasi pada kisaran harga
lima juta sampai delapan juta rupiah merupakan awal untuk budidaya
hidroponik dan kemudian ditambah beberapa kebutuhan lainnya. Jika di total

107
maka kebutuhan pengadaan hidroponik berkisaran lima juta lima ratus enam
puluh lima ribu sampai delapan juta enam ratus tujuh puluh ribu rupiah. saat
ini, komunitas Agradipa dalam berbudidaya dan memberikan pendampingan
terhadap masyarakat melalui hidroponiknya bisa mendapatkan penghasilan
dikisaran sepuluh juta sampai tiga belas juta lima ratus ribu rupiah perbulan.
Meski dalam proses pembuatan instalasi yang lumayan mahal, tapi hal
tersebut bukan menjadi kendala besar terhadap masyarakat yang berkeinginan
untuk pengadaan instalasi hidroponik. Dengan mereka bergotong-royong untuk
mencapai tujuan dari pemberdayaan melalui pelatihan dan pendampingan
hidroponik di Desa Sodong ini masyarakat merasa puas karena adanya
pengetahuan dan pembelajaran baru terhadap petani dan masyarakat secara
luas. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Deptan (2004)
bahwa pendampingan adalah kegiatan dalam pemberdayaan masyarakat
dengan menempatkan tenaga pendamping yang berperan sebagai fasilitator,
komunikator, dan dinamisator. Pendampingan pada umumnya merupakan
upaya untuk mengembangkan masyarakat di berbagai potensi yang dimiliki
oleh masing-masing masyarakat untuk menunjukkan kehidupan yang lebih
baik dan layak. Selain itu, pendampingan berarti bantuan dari pihak lain yang
suka rela mendampingi seseorang ataupun dalam kelompok untuk memenuhi
kebutuhan dan pemecahan masalah dari masing-masing individu atau
kelompok.
Dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan masyarakat, perlu
diperhatikan prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat. Untuk mencapai
kesuksesan program pemberdayaan masyarakat itu, menurut beberapa ahli
terdapat empat prinsip, yaitu:
a. Prinsip Kesetaraan
Prinsip utama dalam proses pemberdayaan masyarakat adalah adanya
kesetaraan kedudukan antara masyarakat dengan lembaga yang melakukan
program pemberdayaan masyarakat. Dinamika yang dibangun ialah
hubungan kesetaraan dengan mengembangkan mekanisme berbagai
pengetahuan, pengalaman, serta keahlian satu sama lain. Masing-masing
individu saling mengakui kelebihan dan kekurangan, sehingga terjadi proses

108
saling belajar, membantu, tukar pengalaman, dan saling memberikan
dukungan.
Pada akhirnya seluruh individu yang terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidup bagi
dirinya dan keluarga. Prinsip ini sesuai dengan apa yang telah komunitas
Agradipa lakukan terhadap program pemberdayaan pada masyarakat yang
menekankan terhadap proses saling belajar satu sama lain dan saling
memberikan dukungan. Dan berdasarkan data yang peneliti kumpulkan
bahwa binaan dari komunitas Agradipa sudah mencapai terhadap
keberdayaan masyarakat dengan mampunya masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidup dirinya dan keluarga.
b. Prinsip Partisipasi
Program pemberdayaan yang dapat menstimulasi kemandirian
masyarakat adalah program yang sifatnya partisipatif, direncanakan,
dilaksanakan, diawasi, dan dievaluasi oleh masyarakat itu sendiri. untuk
sampai pada tingkat tersebut perlu waktu dan proses pendampingan yang
melibatkan pendamping yang berkomitmen tinggi terhadap pemberdayaan
masyarakat. Artinya, masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
pemberdayaan mendapatkan arahan yang jelas dari pendamping.
Masyarakat yang terlibat pada proses pelatihan dan pendampingan
mengikuti segala prosedur kegiatan komunitas Agradipa. Dan berdasarkan
data lapangan yang peneliti dapatkan bahwa di komunitas Agradipa
melakukan pendampingan terhadap anggota dan masyarakat dalam
budidaya hidroponik secara baik dan maksimal.
c. Prinsip Keswadayaan
Prinsip keswadayaan adalah lebih menghargai dan mengedepankan
kemampuan masyarakat daripada bantuan pihak lain. Konsep ini tidak
memandang orang miskin sebagai objek yang tidak berkemampuan,
melainkan subjek yang memiliki kemampuan. Sebagaimana yang terjadi
dilapangan bahwa komunitas Agradipa terbentuk dengan melihat segala
kebutuhan masyarakat. Potensi yang telah didapatkan dimanfaatkan dengan
baik dengan cara memperkuat hubungan antara pengurus dan masyarakat.

109
Hal ini akan terus dilakukan dengan maksud dan tujuan agar nantinya
bisa dimanfaatkan dan berguna bagi kebutuhan masyarakat sekitar dan
kebutuhan dasar masyarakat secara luas.
d. Prinsip berkelanjutan
Program pemberdayaan perlu dirancang supaya bisa berkelanjutan,
sekalipun pada awalnya peran pendamping lebih dominan dibandingkan
dengan masyarakat sendiri. secara perlahan dan pasti, peran pendamping
akan makin berkurang. Karena masyarakat sudah mampu mengelola
kegiatan sendiri. Data hasil temuan lapangan yang didapatkan oleh peneliti
bahwa komunitas Agradipa Hidroponik di Desa Sodong sudah menjalankan
prinsip pemberdayaan ini. Dalam arti, pendampingan hidroponik pada
masyarakat tidak dilakukan secara terus menerus terhadap anggota
binaannya melainkan secara perlahan sesuai dengan kemampuan dari
anggota binaan, maka pendamping akan membiarkan anggota binaannya
untuk melanjutkan prosesnya secara mandiri ataupun secara berkelompok.
Hasil dari pencapaian ini tentunya menjadi sudah sesuai dengan
pernyataan yang dikemukakan oleh (Pranarka, 1996). Bahwa Proses
pemberdayaan masyarakat terdapat dua unsur kecenderungan yang pertama,
proses pemberdayaan yang menekankan pada proses yang memberikan atau
mengalihkan sebagai kekuatan, kekuasaan dan kemampuan kepada
masyarakat agar individu lebih perdaya. Kecenderungan pertama tersebut
dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.
Kemudian untuk kecenderungan Kedua yaitu, proses pemberdayaan yang
menekankan pada proses menstimulasi, mendorong dan memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan dan keberdayaan untuk menentukan
apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog.
2. Penyokongan dari komunitas Agradipa terhadap masyarakat untuk
melakukan peranan dan tugasnya
Berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti hasil dari temuan
lapangan dalam melakukan wawancara bersama Ibu Cicih, beliau antusias
mengajak anggota masyarakat yang lain untuk berbudidaya hidroponik. Hal
ini dilakukan agar supaya masyarakat juga mendapatkan hasil yang baik dari

110
pemberdayaan ini. Seperti pada bab IV sebelumnya dalam wawancara Ibu
Cicih menyampaikan pada peneliti bahwa beliau mengajak yang lain juga
dalam rangka memanfaatkan apa yang beliau pelajari dalam berbudidaya
hidroponik.

Begitupun hal yang sama dilakukan oleh anggota komunitas Agradipa


hidroponik agar menanamkan pandangan terhadap anggota masyarakat yang
lain agar mendapatkan kesejahteraan dan kebahagiaan secara mandiri.
Dalam hal ini peneliti mengartikan bahwa kebahagiaan yang dimaksudkan
adalah terbebas dari segala yang menyusahkan seperti hal sederhana tentang
cara mereka untuk memanfaatkan hasil tanaman yang kemudian di masak
atau diproduksi menjadi nilai jual yang bisa menghasilkan dari penjualan
mereka.

Menurut pendapat Rahmad (2009) bahwa kebahagiaan adalah suatu


perasaan yang menyenangkan serta penilaian seseorang akan kehidupan
yang dijalaninya. Dalam artian, kebahagiaan merupakan bagian dari
kebahagiaan nonekonomi yang menciptakan kebahagiaan melalui psikologi
positif meliputi emosi positif yang dirasakan individu dan aktivitas positif
yang dilakukan individu. Dan dalam mencapai kebahagian tersebut masing-
masing anggota masyarakat memiliki cara yang berbeda-beda. Seligmen
2004 ) mengungkapkan bahwa kebahagiaan dipengaruhi pula oleh beberapa
aspek diantaranya terjalinnya relasi atau hubungan yang positif dengan
orang lain, keterlibatan penuh, penemuan makna dalam keseharian,
optimisme yang realistis, dan resiliensi.
d. Aspek-aspek kebahagiaan
6) Terjalinnnya relasi atau hubungan dari komunitas dan anggota
masyarakat yang mengikuti binaan dari Agradipa hidroponik dengan
orang lain, hubungan positif tidak hanya sekedar memiliki pasangan,
teman, akan tetapi hal tersebut dengan menjalin hubunngan yang
positif dengan orang-orang yang ada di lingkungan sekitar.
7) Keterlibatan penuh masyarakat dan anggota binaan terhadap aktifitas
yang berkaitan dengan hobi mereka dan aktifitas bersama keluarga.

111
Dan mereka melibatkan secara penuh secara fisik, hati dan pikiran
yang turut serta dalam aktifitas tersebut.
8) Penemuan makna dalam hidup. Dalam keterlibatan penuh anggota
masyarakat dan binaan serta mendapatkan relasi yang positif dengan
orang lain secara tersirat merupakan salah satu cara untuk mencapai
kebahagiaan, yakni menemukan makna dalam hal apapun yang
dilakukannya.
9) Optimisme yang realistis. Masyarakat yang ditemukan lebih bahagia
dalam hidupnya dengan tidak mudah cemas, karena dalam menjalani
kehidupan penuh dengan harapan.
10) Resiliensi. Masyarakat yang berbahagia dalam hidupnya juga akan
pasti menghadapi penderitaan. Hal itu dikarenakan kebahagiaan tidak
bergantung pada sebanyak peristiwa menyenangkan yang dialaminya,
namun sejauh mana seseorang mampu bangkit dari penderitaan yang
dialaminya.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan
4) Kehidupan sosial. Masyarakat yang berbahagia dalam menjalani
kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan. Dalam kehidupan
mereka menjadi bahagia karena lebih banyak menghabiskan waktu
untuk bersosialisasi daripada sendirian.
5) Agama dan religiuitas. Masyarakat lebih puas dan bahagia terhadap
kehidupannya lebih religius daripada orang yang tidak religius. Hal
tersebut dikarenakan agama memberikan harapan pada masa depan
dan menciptakan makna dalam kehidupan manusia.
6) Kesehatan. Dalam hal ini kesehatan mental dan kesehatan mental
masyarakat juga mempengaruhi sebesar mana indeks kebahagian dari
masyarakat tersebut.
f. Kebahagiaan dalam prespektif psikologi Islam
Agama Islam meletakkan kebahagiaan sebagai puncak kejayaan
seseorang. Prof. Syed Nauib Al-Attas menuliskan bahwa kebahagiaan itu
mencakup tiga perkara yakni ; Diri (Nafsiyah) yang mencakup ilmu dan

112
sifat terpuji, Badan (Badaniyah) misalnya kesehatan dan keselamatan,
segala yang selain diri dan badan seperti kekayaan dan lain-lain.
Kebahagiaan di dunia terbagi menjadi dua tingkatan, yaitu ; Pertama
adalah nafsi berawal dan berakhir dari waktu ke waktu dari perasaan melalui
cita rasa. Hal tersebut dapat di capai setelah segala kebutuhan dan keinginan
tercapai berdasarkan Akhlak terpuji. Kedua, yaitu Rohani yang abadi di
alami secara sadar. Hal tersebut menjadi pijakan manakal tertimpa cobaan
maupun ujian, semisal ketika cobaan berupa musibah tidak tumbuhnya
proses tanaman hidroponik yang dibudidaya tidak berkeluh kesah.
Kebahagiaan pada tingkat ini dapat di capai setelah segala keinginan
dikurangi dan segala kebutuhan sudah tercukupi. Adapun kebahagiaan pada
tingkat kedua ini menjadi bekal bagi kehidupan seseorang ketika kelak di
akhirat.

113
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdirinya komunitas Agradipa Hidroponik di Desa Sodong sejak September
2019 sampai saat ini tentunya dilatarbelakangi oleh kesemangatan antara pengurus
komunitas, aparat desa, dan masyarakat dalam pengimplementasiannya. Selama
empat tahun berjalan, komunitas Agradipa tetap konsisten untuk mencapai tujuan
utamanya yaitu meningkatkan kesolidaritasan dan kesadaran warga masyarakat
sekitar melalui kegiatan-kegiatan di bawah komunitas Agradipa Hidroponik
dengan pelatihan dan pendampingan yang telah dilaksanakan di Desa Sodong.
Perubahan-perubahan yang diciptakan oleh komunitas Agradipa hidroponik
antara lain : meningkatnya kualitas sumber daya manusia dalam berinovasi dan
berkreativitas melalui budidaya hidroponik, wawasan dan pengetahuan bertani
dengan sistem hidroponik di lahan sempit, menciptakan wilayah yang lebih asri
dalam skala mikro dengan memberdayakan masyarakat sekitar dan sumber daya
lainnya, dan menghasilkan produk sayur dan sejenisnya yang menjadi ciri khas
dari komunitas Agradipa Hidroponik di Desa Sodong. Dari hasil penelitian
pemberdayaan masyarakat melalui pendampingan hidroponik di Desa Sodong,
Kecamatan Tigaraksa, Kabupaten Tangerang dapat disimpulkan bahwa :
1. Tahapan Pendampingan dalam kegiatan komunitas meliputi antara lain:
a. Pada tahap animasi komunitas Agradipa hidroponik memberikan
stimulus kepada masyarakat agar supaya ada pandangan terhadap
budidaya hidroponik sehingga mempermudah cara untuk bertani sesuai
dengan harapan masyarakat Desa Sodong. Tahapan ini dilakukan untuk
memberikan pengetahuan dan keyakinan kepada masyarakat bahwa
dengan berbudidaya hidroponik bisa memberikan dampak baik terhadap
kehidupan sehari-hari mereka.
b. Pada tahap fasilitasi kepada masyarakat komunitas Agradipa dengan
sekuat tenaga beriringan dengan beberapa CSR dan aparat desa agar
supaya mendapatkan kebutuhan masyarakat. Hal ini dilakukan untuk
menunjang keberhasilan dari budidaya hidroponik yang telah diupayakan
melalui pelatihan dan pendampingan yang telah dilakukan secara

114
bersama.
c. Pada tahap penghapusan diri pelaku pendamping harus dipaksa berhenti
campur tangan terlalu banyak terhadap peserta binaan dan masyarakat
yang dianggap sudah bisa menjalankan proses budidaya hidroponik. Hal
ini dilakukan untuk mengetahui seberapa berhasil proses pelatihan dan
pendampingan dilakukan terhadap masyarakat. Namun, selaku
pendamping harus tetap mengawasi dan memberikan arahan kepada
peserta binaan dan masyarakat.
2. Keberhasilan komunitas Agradipa melalui pendampingan terhadap
masyarakat dengan indeks kebahagiaan nonekonomi
a. Aspek kebahagiaan yang di dapat antara lain :
1) Terjalinnnya relasi atau hubungan dari komunitas dan anggota
masyarakat yang mengikuti binaan dari Agradipa hidroponik dengan
orang lain.
2) Keterlibatan penuh masyarakat dan anggota binaan terhadap aktifitas
yang berkaitan dengan hobi mereka dan aktifitas bersama keluarga.
3) Penemuan makna dalam hidup.
4) Optimisme yang realistis.
5) Resiliensi.
6) Mendapatkan pengetahuan yang menjadikan masyarakat lebih
berbahagia dengan aktivitas baru melalui hidroponik.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas,
maka berikut saran yang dapat peneliti berikan :
1. Terkait dengan tahapan pendampingan yang telah dilakukan di komunitas
Agradipa hidroponik sebaiknya komunitas Agradipa lebih menekankan
peserta binaanya untuk pembuatan instalasi hidroponik secara mandiri dan
merata. Pendamping dari komunitas dalam mendampingi masyarakat
sebaiknya tidak hanya memberikan materi tentang budidaya hidroponik
melainkan harus ada pengetahuan tambahan seperti produksi hasil tanaman
atau perluasan relasi untuk memproduksi hasil panen agar proses
pendampingan yang telah dilakukan bisa lebih terorganisir sehingga dapat

115
memaksimalkan dan mengkolaborasikan apa saja yang mereka telah berikan
sesuai porsinya masing-masing. Dan hal tersebut bisa saja menjadi penguat
antara komunitas dan anggota masyarakat dalam merawat potensi-potensi
yang telah dimiliki untuk di kembangkan menjadi hal yang lebih besar lagi
kedepan.
2. Pencapaian pemberdayaan dari kegiatan ini yaitu pemberdayaan sosial dan
budaya, berupa : penguatan komunitas, sumber daya, dan penghijauan
lingkungan melalui hidroponik. Jika ada kesempatan untuk mengembangkan
kegiatan pendampingan ini, sebaiknya pengurus lebih menekankan pada
perluasan kerjasama kepada perusahaan atau swalayan untuk dijadikan
tempat mitra dari hasil tanam dan produksi yang telah masyarakat lakukan
agar tercapai sisi ekonominya dari budidaya hidroponik kedepan.

116
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Bungin, M Burhan, (2010). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan
Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta. Prenada Media Grup
Dedeh M, (2019). Pemberdayaan Masyarakat. Deepublish Budiutama
Effendi, (2021). Pemberdayaan Masyarakat Desa. SULUHMEDIA
Eliana, Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jayabaya University Press, 2009.
Cet-1, h.11.
Gitosputra, (2015). PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT : Konsep, Teori, dan Aplikasinya di Era Otonomi. GRAHA
ILMU
Hendrawati, (2018). MANAJEMEN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. De
La Macca.
Kusno H, (2021). Perencanaan Pembangunan Terintegritasi dan
Terdesentralisasi Prespektif Repesisi Perencanaan Pembangunan Pertanian.
Deepublish Budiutama.
Lexy J. Moleong. (2007) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Berkarya Cet-23, h.11.
M.E.P Selligman, Authentic Happiness : Menciptakan Kebahagiaan Dengan
Psikologi Positif, Terj. Eva Yulia Nukman.
Mardikanto, Totok, (2013). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Prespektif
Kebijakan Publik. Bandung Alfeta
Marsam. (2015). Manajemen Sumber Daya Manusia. Zifatama Cet-1,h.104.
Najwati, Agus, & Nyoman, (2005). Pemberdayaan Masyarakat di Lahan Gambut.
Wetlendsinternational.
Pranarka, A.M.W dan Vidyandhika Moeljarto, (1996). Pemberdayaan Konsep
Kebijakan dan Implementasi. Jakarta : CSIS
Priyono, (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Zifatama
Priyono, (2008). Manajemen Sumber daya Manusia. Zifatama Cet-1, h.46.
Rukminto Adi, Isbandi (2022). Pemikiran Dalam Kesejahteraan Sosial. Jakarta :
Penerbit Fakultas UI
Suhaimi A, (2016). Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Konsep

117
Pembangunan Partisipatif Wilayah Pinggiran dan Desa. Deepublish Budiutama.
Suharto, Edi (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:
PT. Refika Aditama
Sukarman, (2019). Pemberdayaan Berkelanjutan untuk Masyarakat Nelayan
Pesisir. UNG Gorontalo
Sulanjani, A., & Komarudin, D.(2001). Implementasi Bimbingan Teknis
Hidroponik Kepada Masyarakat Bojong Menteng Sebagai Upaya Pengembangan
Dan Pemberdayaan Sektor Pertanian. PROCEEDINGS UIN SUNAN GUNUNG
DJATI BANDUNG, 1(23), 12-26.
Sunarwan, (2020). Supra- Fasilitasi Dalam Pembangunan Masyarakat Sebuah
Paradigma Ideosistek. Deepublish Budiutama.
Suryana, (2010). Metodologi Penelitian Model Praktis Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif. Bandung UPI
Suryani & Jhon, (2019). MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA; Tinjauan
Praktis Aplikatif. NILACAKRA
Tabrani R, (2018). Manajemen Pengembangan Desa Produktif. PT Paragonatama
Jaya.
Wahidah, Hana Ni’matul, and Zeni Murtafiati Mizani. "PENGEMBANGAN
POTENSI PERTANIAN MELALUI PELATIHAN HIDROPONIK GUNA
MENGURANGI DEGRADASI TANAH DI DESA TATUNG KECAMATAN
BALONG KABUPATEN PONOROGO." PRODIMAS: Prosiding Pengabdian
Masyarakat 1 (2022): 742-757.
Zubaidi, (2019). PENGEMBANGAN MASYARAKAT : Wacana dan Praktik. PT
Fajar Interpratama Mandiri
Jurnal :
Arniati, Muryani, Masrullah (2008). PELATIHAN HIDROPONIK
MENINGKATKAN PRODUKSI PADA PEMUDA MUHAMMADIYAH
KELURAHAN KASSI KECAMATAN RAPPOCINI KOTA MAKKASAR.
Dharmakarya : Jurnal Aplikasi Iptek Untuk Masyarakat Vol.11 No.1 5-9
Kusrini, N., Sulistiawati, R., Imelda, I., & Hurriyani, Y. (2017). Pemberdayaan
masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya lokal di Desa Jeruju Besar
Kecamatan Sungai Kakap. JPM (Jurnal Pemberdayaan Masyarakat), 2(2), 139-

118
150.
Londa, Very Y. "Pengembangan Kapasitas Masyarakat Pelaku Usaha di Daerah
Penyangga Taman Nasional Laut Bunaken Provinsi Sulawesi Utara." Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB) 10.2 (2020): 63-71.
Nurhidayah, et al. "Pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Pelatihan
Tanaman melalui Media Hidroponik." Jurnal Pembelajaran Pemberdayaan
Masyarakat (JP2M) 2.3 (2021):199-204.
Rahma, Nurhayani, Muhidiin, (2021). Pemberdayaan Masyarakat Perumahan
Subsidi di Desa Taeng Kabupaten Gowa Dalam Budidaya Tanaman Sistem
Hidroponik. SMART : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat 1(1) 9-18
Rahman, (2018). Identifikasi Strategi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. 5
(1) 17-36
Internet dan Artikel :
https://www.bps.go.id/subject/55/hortikultura.html#subjecviewTab3
https://edukatama.com/pelatihan-sumber-daya-manusia/
https://highlandexperience.co.id/pengertian-pelatihan-pengembangan-sdm
https://www.jurnal.id/id/blog/jenis-pelatihan-dan-pengembangan-sdm-bagi-
perusahaan/
https://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php/abdimas/article/view/2429
https://www.kemenkopmk.go.id/membangun-sdm-indonesia-membangun-
sinergitas
https://journal.unika.ac.id/index.php/patria/article/view/2069/pdf

119
LAMPIRAN
Surat pengajuan proposal skripsi
Judul Proposal Skripsi yang disetujui
Surat izin penelitian
Surat keterangan telah melakukan penelitian
Surat izin penelitian
Surat kepengurusan Agradipa Hidroponik
Penghargaan dari Inisiatif Zakat Indonesia (IZI)
Penghargaan dari Mahasiswa PKL Universitas Soedirman Purwokerto
Dekomentasi proses wawancara
Dekomentasi saat mengikuti kegiatan Agradipa
Dekomentasi Keadaan Wilayah Agradipa
CATATAN OBSERVASI
Observer : Hanifur Rabbani
Observasi ke- : 1 (Satu)
Tempat : Desa Sodong, Tigaraksa, Tangerang
Metode Observasi : Observasi Terbuka
Judul Penelitian : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampngan
Hidroponik di Komunitas Agradipa Desa Sodong,
Tigaraksa, Tangerang.
Pada tanggal 19 Maret 2022, peneliti melakukan pengamatan terhadap
lokasi yang akan diteliti. Dari pintu gerbang desa, peneliti terkesan dengan
kondisi lingkungan desa. Selain bersih, sisi kanan-kiri aspal jalan tertata rapi
lukisan-lukisan yang terbuat dari barang bekas, kaligrafi tangan pada
tembok-tembok, dan tanaman hidroponik yang terpajang dan ia terbuat dari
barang bekas juga. Kesan tersebut tidak hanya sepenglhatan saja, ketika
peneliti tiba di lokasi penelitian dimana tempat itu merupakan tempat yag
akan diteliti sudah ramai dengan beberapa kalangan dari aparat, siswa, dan
ibu-ibu yang sedang baru saja telah usai melaksanakan pelatihan
hidroponik. Pada jam 11.40 peneliti sedang berlangsung berbincang-bincang
dengan beberapa warga setempat dan mengatakan bahwa tempat ini sudah
biasa ramai oleh tamu atau pendatang yangingin konsultasi, belajar, dan
berlatih soal tanaman hidroponik. Setelah itu, peneliti bertemu dengan ketua
pusat pelatihan hidroponik Agradipa menyampaikan maksud dan tujuan
peneliti bahwa peneliti ingin meneliti komunitas tersebut untuk kebutuhan
kampus dalam persiapan pengerjaan proposal skripsi. Peneliti disambut
dengan ramah dan ceria oleh beliau. Pukul 12.24 WIB peneliti diajak untuk
shalat berjamaah dengan segenap pengurus komunitas Agradipa dan
dilanjutkan dengan makan siang bersama. Banyak cerita dan arahan dari
beberapa pengurus Agradipa terkait dengan tugas yang peneliti sampaikan.
Setelah beberapa jam kemudian, setelah peneliti merasa cukup dengan
gambaran pada lokasi, dan komunitas yang akan diteliti, maka peneliti
kemudian pamit pulang menyudahi percakapan yang dipenuhi senyum
sumringah pengurus menyambut peneliti. Sungguh, suasana sangat indah.
Kebahagiaan, benar-benar terasa bersama mereka. Kemudian, penelilti
meminta dengan hormat kepada ketua Komunitas bahwa jika sekiranya
diperkenankan peneliti mencatat nomor handphone ketua komunitas untuk
komunikasi lanjutan melalui whatsapp.

CATATAN OBSERVASI
Observer : Hanifur Rabbani
Observasi ke- : 2 (Dua)
Tempat : Desa Sodong, Tigaraksa, Tangerang
Metode Observasi : Observasi Terbuka
Judul Penelitian : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampngan
Hidroponik di Komunitas Agradipa Desa Sodong,
Tigaraksa, Tangerang.
Pada tanggal 30 Juni 2022, peneliti datang kembali ke lokasi pennelitian
dalam rangka silaturrahmi pasca Idul Fitri sekaligus ada keperluan data
tambahan yang dibutuhkan oleh peneliti. Pada pukul 20.40 WIB peneliti
tiba di lokasi. Di lokasi terlihat sepi karena kemungkinan sudah malam hari.
Peneliti mencoba menghubungi ketua pusat pelatihan hidroponik Agradipa,
tampaknya, semua pengurus komunitas sedang musyawarah bulanan di
balai desa. Peneliti disarankan untuk menunggu dan ditawarkan untuk
bermalam saja di lokasi penelitian karena ditempat penelitian tersedia gubuk
untuk tamu yang mau bermalam sebagai fasilitas dari komuitas tersebut.
Jam 23.15 WIB ada notifikasi dari handphone peneliti dari ketua pusat
pelatihan Agradipa Hidroponik “mas, mohon maaf, sepertinya kami akan
menemui mas hanifur pada esok hari, dikarenakan kami sangat letih..” .
peneliti memaklumi hal tersebut sehingga peneliti memilih untuk bermalam
saja di lokasi penelitian. Ketika pagi hari, peneliti bermain di kebun tempat
pelatihan hidroponik itu berlangsung. Disana juga telah datang enam orang
siswa memakai seragam lengkap yng katamya siswa magang selama 3
(Tiga) bulan disana. Peneliti banyak berbincang dengan salah satu siswa
magang tersebut. Tidak lama kemudian, Pak Apep, ketua Agradipa datang
dengan istrinya berjalan beriringan. Pak Apep menghampiri peneliti .
kemudian, Pak Apep mulai memperkenalkan macam-macam jenis
tumbuhan yang ditanam pada instalasi paralon dan barang bekas hidroponik
untuk bercocok tanam. Tidak hanya itu, peneliti juga diajak untuk memberi
nutrisi terhadap aliran air instlasi hidroponik. Kemudian, kami melakukan
proses panen kangkung, sawi, dan kol di kebun. Katanya, untuk dimasak
kemudian makan bersama agar peneliti bisa mencicipi hasil dari sayuran
hidroponik. Setelah makan di saung, kami mulai berbincang mengenai
banyak hal da tentu itu sangat bermanfaat bagi peneliti. Sekitar beberapa
jam kemudian, romongan ibu-ibu berdatangan guna untuk membantu Pak
Apep panen sayur, dan ketika para ibu-ibu selesai panen, mereka
diperkenankan untuk megambil apa saja sesuka hati untuk dibawa kerumah
agar dimasak. Setelah itu, memasuki waktu dhuhur, peneliti pamit pulang,
dan peneliti dikasi juga hasil panen tadi “ini mas, silahkan dibawa..disana
kalo beli pasti mahal hehe” guyon Pak Apep. Setelah itu, peneliti pulang.

CATATAN OBSERVASI
Observer : Hanifur Rabbani
Observasi ke- : 3 (Tiga)
Tempat : Desa Sodong, Tigaraksa, Tangerang
Metode Observasi : Observasi Terbuka
Judul Penelitian : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampngan
Hidroponik di Komunitas Agradipa Desa Sodong,
Tigaraksa, Tangerang
Pada tanggal 09 Agustus 2022, peneliti kembali melakukan observasi
lapangan. Karena ada informasi dari Pak Apep bahwa Agradipa sedang ada
jadwal pelatihan hidroponik bersama Forum Komunikasi Mahasiswa Santri
Banyuanyar (FKMSB) wilayah Jabodetabek. Dalam kesempatan ini, peneliti
juga ikut serta dalam proses pelatihan dan banyak belajar tentang
hidroponik. Setelah usai sesi petama pelatihan, peneliti di beri bubuk jahe
yang di produksi langsung oleh Komunitas Agradipa. Kami juga
melanjutkan perbincangan untuk semakin lebar pembahasan mengenai
proses pelatihan dan pendampingan yang biasa diterapkan pada pelatihan
sebelum-sebelumnya. Kemudian secara kebetulan, Bapak Walikota
tangerang sedang kunjungan ke Pusat Pelatihan Agradipa bersama
jajarannya. Tapi sayangnya, peneliti tidak sempat untuk melakukan
wawancara karena Bapak Walikota sedang terburu-buru untuk kunjungan
desa berikutnya. Kemudian, peneliti bertanya kepada Bapak Apep tentang
pihak mana saja yang mendorong Komunitas Agradipa. Dari penjelasan Pak
Apep peneliti menyimpulkan bahwa banyak pihak yang mensupport
Komunitas Agradipa. Setelah itu, peneliti mulai mengelilingi kebun instalasi
ditemani ibu-ibu yang sedang melakukan pembibitan. Peneliti juga diajari
cara-cara pembibitan hingga diperkenalkan dengan jenis hama dan penyakit
tanaman yang mengancam keberhasilan hidroponik. Dalam penelitian yang
telah dilakukan, Peneliti telah melakukan observasi terkait dengan
instrumen penggalian data yang dihubungkan dengan variabel minat
masyarakat pada penjualan dan pemasaran produk-produk hasil dari
tanaman hidroponik. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh
peneliti diperoleh data produksi bubuk jahe yang dilakukan oleh komunitas
agradipa dalam satu bulan berada di kisaran 40-50 kg. Hasil dari produksi
didistribusikan ke warung sekitar, dan dijual ke pengunjung agradipa
hidroponik. Hasil produksi tersebut dikemas dalam bentuk botol, dan dalam
1 kilogram bubuk jahe bisa menghasilkan 6-7 botol. Kisaran harga dalam
satu botol antara tiga puluh ribu sampai dengan lima puluh ribu per botol
yang berisikan sekitar 150 gram bubuk jahe. Sehingga akumulasi yang
diperoleh dalam satu bulan produksi bisa mendapatkan keuntungan
8.000.000,00-10.000.000,00 (delapan juta sampai sepuluh juta rupiah).
Setelah peneliti merasa cukup, peneliti istirahat sejenak dan persiapan
pulang pada pukul 17.30 WIB. Peneliti kembali disuguhi masakan bu cicih
yang itu masih segar karena baru panen langsung dari kebun dan setelah itu
peneliti pamit pulang.

CATATAN OBSERVASI
Observer : Hanifur Rabbani
Observasi ke- : 4 (Empat)
Tempat : Desa Sodong, Tigaraksa, Tangerang
Metode Observasi : Observasi Terbuka
Judul Penelitian : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampngan
Hidroponik di Komunitas Agradipa Desa Sodong,
Tigaraksa, Tangerang
Pada tanggal 03 November 2022, peneliti kembali melakukan observasi
lapangan karena peneliti membutuhkan informasi tambahan mengenai
komunitas Agradipa. Peneliti mendapati Pak Apep dan pengurus sedang
melakukan perawatan pada tanaman hidroponik. Ibu Cicih, Ibu Dika, dan
Ibu Dewi yang kerap menemani Pak Apep dalam perawatan tanaman juga
ada di lokasi tempat pelatihan hidroponik. Mereka berhenti sejenak
menyambut peneliti dan menawarkan beberapa hidangan. Setelah itu, di
balkon tempat tamu peneliti mendalami wawancara terhadap ketua
komunitas dan pengurus yang lain. Setelah merasa cukup dengan informasi
yang didapatkan, Pak Apep mengajak kembali peneliti untuk ikut serta
dalam perawatan tanaman. Kami bersama-sama melanjutkan pekerjaan yang
terjeda. Siang hari, peneliti kemudian pamit pulang dan Ibu Cicih
memberikan hasil tanaman yang sudah disediakan kepada peneliti untuk
dibawa pulang.
TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Doni Bambang / Lurah sekaligus Pembina
Agradipa
Tujuan : Untuk Mengetahui data desa, sejarah, tujuan,
dan peran pusat pelatihan hidroponik Agradipa
Sodong dalam pemberdayaan masyarakat
sekitar
1. Nama : Bapak Doni Bambang P SE,. MM
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 37 Tahun

4. Bagaimana pendapat Bapak terhadap terbentuknya komunitas hidroponik di


desa sodong?
Jawaban : Kalo mas nanya pendapat saya, saya selaku lurah tentu sangat senang
mas, komunitas Agradipa menjadi nilai tawar tambahan terhadap desa. Dan
melihat semangat dan antusias warga waktu itu, saya juga menjadi lebih
semangat. Artian, selain komunitas Agradipa membantu masyarakat untuk
memiliki aktivitas tambahan yang lebih bermanfaat dalam budidaya hidroponik,
Komunitas Agradipa sudah pasti membawa nama baik sodong lebih baik. Dan hal
yang tidak disangka-sangka setelah Komunitas Agradipa ini terbentuk dan
berjalan, kemudian muncul juga komunitas-komunitas lain di RT lain. Bisa di
bilang Komunitas Agradipa juga membangun semangat secara tidak langsung kan
terhadap yang lainnya. Mereka jadi punya kesempatan untuk saling belajar satu
sama lain. Intinya, saya mewakili aparat desa, sangat senang dan akan mensupport
warga jika kami anggap itu perlu untuk dilakukan dan membawa nama sodong
lebih baik.
5. Apakah dengan adanya komunitas hidroponik ini warga sekitar juga banyak
yang ikut serta dalam proses pelatihan hidroponik?
Jawaban : Bisa dijelaskan secara rinci untuk peserta domisili desa sodong? Pas
awal-awal berjalan saya lihat warga masih ngerasa asing mas tentang hidroponik
ini. Maklum orang kampung kan lebih mikir yang pasti-pasti terhadap kebutuhan
mereka sehari-hari. Nah, seiring berjalannya waktu, pas panen pertama kali
komunitas Agradipa akhirnya membagi-bagi hasil panen. Warga kaget, kok cepet
gitu panen nya. Pada akhirnya mereka satu persatu ikut andil dalam proses tanam
hidroponik juga. Ya mereka sih yang deket-deket dari tempat hidroponik nya aja
si mas. Setelah itu, pas ada acara bersama warga, saya sampaikan kepada
masyrakat tentang hhidroponik agar mereka punya gambaran. Dan saya arahkan
juga untuk saling dukung satu sama lain untuk nama baik sodong kedepan. Saya
sampaikan juga bahwa ini adalah sebuah prestasi, ide bagus untuk kita semua.
Akhirnya makin lama kemudian, bukan hanya warga sekitar yang ikut pelatihan
bahkan diluar daerah, mahasiswa, dari pemda bahkan anis sekalipun melakukan
kunjungan mas. Itu kebanggaan tersendiri yang kami rasakan.
6. Apa potensi terbesar komunitas Agradipa hidroponik untuk jangka panjang
terhadap desa sodong?
Jawaban : Kemarin kami sempat ada komunikasi dengan pihak berwajib, dalam
pembicaraan itu, kami mengupayakan Komunitas Agradipa ini menjadi pusat
pelatihan atau balai latihan kerja kabupaten tangerang mas. Sebenarnya di
tangerang ini kan tentu banyak masyarakat yang budidaya hidroponik, nah kami
coba merumuskan gagasan agar dibentuk sebuah organisasi besar tangerang yang
didalamnya para masyarakat yang budidaya hidroponik se tangerang. Dari itu,
kami bikin komunitas namanya Hidroponik Kabupaten Tangerang dan kebetulan
juga ketua nya dari desa sodong yang diwakili oleh ketua Komunitas Agradipa ini
mas. Selain itu, jika terus dikembangkan potensi-potensi lain akan terlihat
dikemudian hari untuk masyarakat sendiri.
7. Jika dilihat dari segi pemberdayaan masyarakat, apakah komunitas Agradipa
Hidroponik ini sudah berhasil atau belum? Bagaimana penjelasan Bapak?
Jawaban : Saya melihat perkembangan komunitas ini sangat besar pengaruhnya.
Dengan alasan bukti dan kerja keras komunitas ini sesuai dengan yang
diharapkan. Bukan berarti komunitas ini menjamin kehidupan warga ya mas, tapi
setidaknya masyarakat itu kan punya sesuatu yang sekiranya itu dijadikan benteng
pertahanan sementara, bahasa kasarnya untuk makan sehari-hari dirasa cukup
mas. Apalagi ibu-ibu yang antusiasnya itu wah kagum saya mas. Ada banyak
produksi yang mereka buat sudah. Saya tahu ini karena ketua kelompok wanita
tani di sodong itu selalu ngasi kabar kalo itu berkaitan dengan perkembangan
usaha-usaha dari KWT.
8. Bagaimana peran dari aparat desa dalam upaya mendorong komunitas ini untuk
perkembangan yang lebih baik?
Jawaban : Ya intinya, kami akan support penuh secara moril dan materi. Apa yang
akan menjadi kebaikan untuk kami semua akan kami usahakan secara maksimal
9. Seberapa besar pengaruh komunitas ini terhadap desa sodong dan masyarakat?
Jawaban : Pengaruh komunitas Agradipa ini menurut saya besar pengaruhnya
mas, pertama dari pengetahuan terhadap hal yang baru. Jadi petani itu ga
selamanya bertani yang kita tahu, justru ada cara baru dalam bertani yang itu lebih
ringan dan sederhana. Secara materi juga mereka bisa memfungsikan hidroponik
sebagai pemasukan tambahan, yaa minimal untuk kehidupan warga masing-
masing.
10. Apa faktor pendukung dan penghambat serta perkembangan komunitas
hidroponik ini sejak 2019 sampai 2021 ?
Jawaban : Antusias warga sangat baik mas, itu yang menjadi faktor pendukung
komunitas Agradipa, berhasil itu bagi kami kalo semuanya gerak dan tidak hanya
gerak sendiri sendiri untuk kepentingan pribadi saja yak an, dan untuk hambatan
kemungkinan besarnya pada faktor pemasaran dan permodalan. Karena tidak
semua orang masih belum merespon baik dengan apa yang kami baw. Ya
bagaimanapun tetap akan kami perjuangkan.

TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”

Informan/narasumber : Ketua Pusat Pelatihan Agradipa Hidroponik


Tujuan : Untuk mengetahui proses pelatihan dan hasil
dari pelatihan hidroponik Agradipa Sodong
bagi masyarakat
1. Nama : Bapak Apep Nuryadi
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 51 Tahun

4. Apa yang mendorong bapak untuk membentuk komunitas agradipa


hidroponik?
Jawaban : Saya simpati melihat kebon saya tidak berfungsi. Punya lahan
tapi tidak punya penghasilan dari lahan sendiri. saya berfikir gimana
caranya untuk lahan ini berfungsi dengan baik tapi bukan hanya saya
sendiri yang merasakan tapi semua orang juga ikut merasakan dan mau
untuk bertani. Saya waktu itu berfikir bagaimana cara merubah pola pikir
masyarakat bahwa bertani itu susah dan kotor, panas panasan, keujanan
dan segala macam . nah momen itu pas dengan datangnya korona.
Kebetulan sekali saya coba matangkan pikiran saya dan akhirnya
terbentuklah komunitas ini sebagai pusat pelatihan hidroponik.
5. Peserta pelatihan, apakah dari desa sodong saja atau bisa dari luar daerah?
Jawaban : Awal-awal dari warga sekitar saja, tapi akhirnya banyak yang
dari luar daerah juga berdatangan.
6. Mayoritas peserta yang mengikuti pelatihan hidroponik kebanyakan dari
kalangan apa saja bapak, bisa dijelaskan?
Jawaban : Kebanyakan si anak-anak muda, mahasiswa, siswa, dan orang
tua juga ada.
7. Bagaimana cara bapak memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap
peserta pelatihan?
Jawaban : Ya saya hanya memberikan materi dasar yang harus dikenalkan
kepada mereka tentang hidroponik kemudian praktek langsung gimana
cara yang baik untuk budidaya hidroponik. Dan jika ada kesulitan saya
tetap pantau dan arahkan. Bahkan jika jarak jauh kapan saja hubungi saja
saya inshaallah siap untuk mengajarkan dan mengarahkan.
8. Apakah peserta yang mengikuti pelatihan berhasil dengan baik menerima
materi yang disampaikan?
Jawaban : Alhamdulillah semua dapat memahami. Kecuali yang masih
kecil-kecil itu biasanya. Ya pokoknya sya tetap usahakan yang terbaiklah
untuk siapapun yang mau belajar.
9. Bagaimana tingkat pencapaian peserta pelatihan bisa dikatakan berhasil
dalam pelatihan hidroponik?

Jawaban : Dapat mengaplikasikannya pada masyarakat sekitarnya dan


untuk mereka sendiri. mungkin dengan cara bikin instalasi sendiri dan lain
sebagainya. Tapi kebanyakan peserta saya itu selalu ada aja ide untuk
ngembangin ilmu yang telah mereka dapatkan.

10. Bagaimana aparat desa sodong mendorong komunitas ini menjadi besar
seperti ini?
Jawaban : Yaa kalo dari desa sangat mendukung penuh mas, dari materi
dan pendanaan.
11. Bagaimana cara bapak mengelola komunitas hidroponik ini?
Jawaban : Saya lebih kepada pendekatan secara personil agar materi lebih
gampang di cerna sehingga bermanfaat kepada orang lain.
12. Ada berapa banyak peserta yang berhasil dan gagal dalam proses bertanam
hidroponik?
Jawaban : Kalo di buat presentase ada sekitar 60% berhasil dan 40% gagal
karena faktor pendanaan yang belum terpenuhi.
13. Dari awal komunitas ini dibuka, secara keseluruhan ada berapa banyak
peserta yang bapak sudah bimbing?
Jawaban : Ya kalo dari awal sampe sekarang sudah lebih dari 1000 orang.
14. Apa kendala terbesar dalam proses pemberdayaan masyarakat melalui
komunitas hidroponik?
Jawaban : Kalo kendala terbesar si ya tentu dari pendanaan yah. Karena
semua masyrakat itu kalo dipaksa untuk ngeluarin uang banyak operasi
instalasi kan lumayan tuh harganya, sedangkan dari desa kan tidak
mungkin satu persatu kita berikan modal dana. Ya mungkin secara
bertahap akan terselesaikan. Kalo secara pola pkir mereka sudah paham
bahwa ini jalan sampingan yang menjamin sementara untuk kebutuhan
sehari-hari.
15. Pandangan bapak, Apa dampak baik yang telah dirasakan dari
kebermanfaatan melalui pelatihan hidroponik?
Jawaban : Yang saya rasakan selama ini ya ada kebanggan bagi saya.
Karena dengan cara ini bisa mencerdaskan masyarakat, dan merubah pola
pikir masyarakat, dan juga bisa banyak saudara.
16. Apakah ada strategi khusus agar peserta dapat secara cepat memahami
pelatihan sehingga mereka dapat membuat instalasi secara mandiri?
Jawaban : Ya selain kita motivasi secara terus menurus, di berikan gambar
instalasi untuk dipahami secar detail dan tetap kita awasi setiap kali
praktek. Sisa nya ya tergantung masing-masing individu nya.
17. Bagaimana bapak menyusun kegitan di komunitas hidroponik di Agradipa,
bisa dijelaskan beserta apa saja kegiatannya?
Jawaban : kami di Agradipa dalam penyusunan kegiatan awalnya ada
kegiatan harian, bulanan, dan tahunan. Tapi setelah berjalannya komunitas ini
di pandang perlu untuk diatur kembali mengenai program-program kita.
Karena kita menyesuaikan dengan apa yang menjadi kebutuhan utama. Misal,
sebelumnya pada kegiatan harian, kita fokus sama pelatihan, pengembangan,
dan pengelolaan hidroponik. Itu sudah berjalan secara maksimal. Cuma,
kebelakang dari itu ada kesibukan-kesibukan lain dari masing-masing
pengurus. Jadi, kita sekarang hanya menunggu bola. Kalo ada yang mau
pelatihan, kita atur jadwal dulu biar gak bentrok satu sama lain. Nah,
sekarang pengurus secara bergantian dan terjadwal dalam perawatan,
penanaman, dan panen sayur. Jadi enak bisa lebih teratur. Ya kalo misalkan
ada kunjungan-kunjungan atau ada kegiatan dadakan kita segera infokan di
grup whatsapp untuk disiapkan. Dan kita sudah tunjuk beberapa pengurus
yang harus konsisten ada di basecamp. Takutnya kan ada tamu yang gak
ngabarin dan tiba-tiba datang. keseringan si begitu soalnya. Ya, program
pembinaan dan beberapa workshop mengenai hidroponik diadakan kalo ada
permintaan secara khsusus dari lembaga-lembaga.
19. Apa potensi terbesar komunitas Agradipa Hidroponik desa sodong ini?
Jawaban : tentu sudah ada dalam bayangan kami mengenai potensi-potensi
komunitas ini ke depan. Selain ekowisata, pelatihan, dan pengembangan,
sedang kami usahakan juga untuk menjadi kampus pertanian di Kabupaten
Tangerang. Dan itu sudah diobrolkan dengan berbagai pihak. Yang kami
tekankan agar kaum muda, mellenial khususnya warga sodong bisa mengikuti
perkembangan zaman.

TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Bendahara/ Ketua Kelompok Wanita Tani desa
Sodong
Tujuan : Untuk mengetahui manfaat dari pelatihan
Hidroponik di desa sodong bagi masyarakat
sekitar setelah mengikuti pelatihan Hidroponik
di pusat pelatihan Hidroponik Agradipa

1. Nama : Ibu Cicih Sukaesih


2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 42 Tahun
4. Sejak kapan ibu mengikuti pelatihan hidroponik? Dari tahun 2019
5. Sudah berapa lama menjadi kepengurusan pada posisi bendahara
komunitas angradipa hidroponik? Dari awal kebentuk saya jadi pengurus
di bendahara
6. Apakah ibu memiliki instalasi hidroponik secara mandiri dirumah? Saya
punya dirumah, karena saya seneng gitu kalo bertani nya mudah
7. Apakah tidak mengganggu aktivitas ibu sehari-hari dalam merawat
hidroponik dan menjadi kepengurusan di komunitas Agradipa? Ya nggak
si, karena udah biasa juga juga kali ya. Dari pada ga ada kerjaan ya paling
duduk di teras aja
8. Apa manfaat dari tanaman hidroponik yang ibu rasakan? Saya jadi ga
repot beli sayuran, tanamannya juga bagus, hegienis
9. Bagaimana ibu menerapkan hasil dari pelatihan hidroponik? Kadang saya
ngasi semangat kepada yang lain untuk bikin juga, ya kalo yang dirumah
itu kan udah jadi bukti kalo itu saya memanfaatkan apa yang sudah
dipelajari
10. Apakah ibu mengajak tetangga sekitar juga untuk mengikuti program
pelatihan hidroponik? Iya saya ajak ajakin yang lain. Kalo ada yang belum
mau, saya kasi sayur pas saya panen. Jadi biar bisa ngerasaain hasilnya
juga
11. Apa motivasi ibu untuk menggeluti hidroponik sampai saat ini? Supaya
bisa dengan mudah bertani dan masaknya gampang ngga usah beli
12. Setelah ibu membuat instalasi sendiri dirumah, apakah ada kendala yang
di alami? Bagaimana komunitas Agradipa menangani ketika ibu memiliki
kendala? Sampai saat ini si belum, toh pun kalo ada saya pasti langsung
nelpon, ada masalah ini dan itu gitu. Nah dia pasti dating kerumah untuk
memperbaiki dan mengarahkan
13. Kesulitan terbesar apa yang ibu alami dalam proses pembangunan instalasi
dan perawatan tanaman hidroponik? Selama ini belum ada kendala
14. Apa tupoksi khusus bendahara komunitas Agradipa, apakah ada
permasalahan dari keuangan dari dulu? Belum ada
15. Bagaimana pemasukan dan pengeluaran uang dari komunitas Agradipa
selama ibu jadi bendahara? Selama saya pegang pasti aman. Karena saya
di percayai sebagai bendahara karena selalu jelas uangnya. Kalo ada yang
minta duit, saya tanyakan dulu buat apa. Kalo ga penting saya pasti ga
ngasi. Jadi mereka segan yang mau ngomongin soal duit ke saya. Uang
masuk itu kan kadang dari desa, dari bantuan, dan dari jual produk itu kita
satuin untuk kebutuhan khusus, dan untuk mentor juga kadang.
16. Pandangan ibu, Bagaiamana kinerja dari kepengurusan dan keanggotaan
komunitas Agradipa? Sampai saat ini masih kompak dan terjalin dengan
baik. Kalo ada yang kurang semangat, ya kami semangatin bareng-bareng
17. Perbedaan merupakan hambatan dalam komunitas, bagaimana ibu
menyikapi perbedaan sehingga komunitas hidroponik bertahan dan
berkembang sampai sekarang? Perbedaan bukan jadi masalah selagi kita
saling memahami dan selalu musyawarah. Jadi kita selalu berunding
mencari jalan terbaik untuk kebaikan bersama.
TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Marketing Pusat Pelatihan Hidroponik
Agradipa
Tujuan : Untuk mengetahui cara pengurus Agradipa
mengajak masyarakat sekitar untuk mengikuti
pelatihan hidroponik

1. Nama : Bapak Herkis


2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 56 Tahun
4. Apa alasan utama bergabung dan menjadi pengurus Komunitas Agradipa?
Ya saya hanya berkeyakinan kalo kami satu visi untuk mencerdaskan
masyarakat
5. Selain menjadi pengurus, kesibukan bapak sehari-hari apa? Guru saja
6. Bagaimana cara bapak membagi waktu dengan pekerjaan bapak? Ga
bentrok kok, kan udah dibagi-bagi waktunya. Lagian di komunitas juga ga
setiap hari. Bisa malam, dan bisa kapan saja sesuai kebutuhan.
7. Bagaimana tupoksi dari divisi marketing komunitas hidroponik? Ya selain
fokus sama pelatihan dan edukasi tentu saya harus memasarkan dan
menawarkan banyak produk darihasil kami.
8. Apa saja kontribusi yang telah bapak berikan terhadap komunitas
Agradipa Hidroponik? Membatu secara penuh terhadap komunitas. Selagi
saya sehat apa yang dibutuhkan komunitas dan saya perlu turun tangan
saya pasti turun tangan
9. Bagaiamana cara mengajak masyarakat untuk mengikuti program
pelatihan Hidroponik di Komunitas Agradipa? Kami coba berikan
pemahaman dan gambaran manfaat dan hasilnya, selain itu kami coba ajak
berkolaborasi secara berlanjut. Karena masyarakat itu kan butuh jaminan
keamanan yan positif. Jika itu menjanjikan mereka pasti mau, apalagi
gratis kan
10. Saat ini, Apakah sudah banyak masyarakat yang dapat merasakan manfaat
dari pelatihan hidroponik? Banyak sudah, karena hidroponik kan sudah
mulai dikenal dan banyak yang merasakan manfaatnya. Ya kita coba liat
saja beberapa tahun kebelakang ini. Semoga saja menjadi lebih
bermanfaat.
11. Selain mengajak masyarakat, dan menjalin hubungan baik dengan aparat
desa, apakah ada upaya untuk menjalin relasi dengan bebarapa CSR? Ya
kami coba untuk mengajukan proposal kepada beberapa pihak untuk
menunjang kami. Karena kalo missal kita ada kendala dibiarkan begitu
saja, ga kita cari solusi maka komunitas ini gak akan bertahan lama
12. Berapa banyak CSR yang telah menjadi partner Komunitas Agradipa?
Sekarang sudah mencapai 10 CSR yang itu dari naungan Dinas Pertanian
13. Ada berapa banyak produk yang telah di produksi? Apa saja? Selain
sayuran, kami sudah produksi minuman lidah buaya, kripik bayam brazil
dan bubuk jahe, ada lagi yang sedang kami coba produksi tapi masih
dalam tahap penyempurnaan.
14. Bagaimana cara bapak memasarkan produk hasil dari Komunitas
Agradipa? Ya selain dari medsos kami coba pasarkan secara langsung.
Target si masyarakat secara keseluruhan baik itu masyarakat sekitar
ataupun dari luar. Bahkan kepada tamu yang datang kami coba, kami
tawarkan.
15. Hasil produksi biasanya di supply kemana saja? Ke masyarakat sekitar, ke
toko-toko dan kesiapa yang menjadi langganan kami sebelumnya.

TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Anak usia dini yang belum mengikuti pelatihan
hidroponik
Tujuan : Untuk mengetahui alasan tidak ikut serta
dalam pelatihan hidroponik
1. Nama : Kamil
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Usia : 5 Tahun
4. Adek kamil kelas berapa disekolah? TK
5. Kenapa tidak mengikuti program pelatihan? maen
6. Apakah tidak ingin mengikuti pelatihan hidroponik? nggak
7. Ada yang mengajak adek untuk ikut pelatihan hidroponik? Ngak ada

TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Remaja yang belum mengikuti pelatihan
hidroponik
Tujuan : Untuk mengetahui alasan tidak ikut serta
dalam pelatihan hidroponik
1. Nama : Fajri
2. Jenis Kelamin : Laki-Laki
3. Usia : 20 Tahun
4. Fajri masih sekolah? Sudah lulus aa
5. Apa kesibukan fajri sehari-hari? Masih belum ada kesibukan, paling Cuma
main game aja
6. Kenapa tidak mengikuti pelatihan hidroponik? Lebih enak diem di rumah
aa
7. Pandangan fajri terhadap hidroponik bagaimana? Bagus si aa, mudah cara
menanmnya
8. Tidak ingin ikut serta dalam pelatihan hidroponik? Gak, pengen main aja
9. Apakah ada yang mengajak dan menawarkan fajri untuk ikut serta dalam
pelatihan hidroponik? Temen Cuma fajri ga mau
10. Sejauh ini, melihat banyak tetangga yang berhasil dalam bertanam
hidroponik, apakah fajri pernah dikasih hasil dari mereka bercocok tanam
setelah panen? Di kasi mamah masak

TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Anak usia dini yang mengikuti pelatihan
hidroponik
Tujuan : Untuk mengetahui alasan keikutsertaan dalam
pelatihan hidroponik

1. Nama : Amelia
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 7 Tahun
4. Sejak kapan mengikuti pelatihan hidroponik? kemarin
5. Apa ketertarikan adek sehingga ikut pelatihan hidroponik? Ingin belajar
6. Apa saja yang di dapat setelah mengikuti pelatihan hidroponik? Nanam
sayur
7. Apakah adek mengajak yang lain juga untuk ikut serta dalam pelatihan
hidroponik? Iya saya ajak
8. Apakah saat ini masih sering mengikuti pelatihan hidroponik? masih
9. Adek punya keinginan untuk membuat instalasi hidroponik? iya
10. Sebelumnya, apakah ada yang menyuruh adek untuk mengikuti pelatihan
hidroponik? ibu Amel
TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Remaja yang mengikuti pelatihan hidroponik
Tujuan : Untuk mengetahui alasan keikutsertaan dalam
pelatihan hidroponik

1. Nama : Indra Saputra


2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 22 Tahun
4. Sejak kapan mengikuti pelatihan hidroponik? Dari awal kebentuk
komunitas ini saya sudah masuk kak
5. Apa ketertarikan adek sehingga ikut pelatihan hidroponik? Apa alasannya?
Saya kan tidak ada kesibukan, sekolah juga sudah enggak ya jadi saya mau
gamau harus jadi petani mellenial dengan budidaya hidroponik
6. Apa saja yang di dapat setelah mengikuti pelatihan hidroponik? Banyak
sih kak tentang ilmu hidroponik dari pembibitan sampai cara panen
7. Apakah adek mengajak yang lain juga untuk ikut serta dalam pelatihan
hidroponik? Saya sering ngajakin teman-teman yang Cuma main game itu
untuk ikutan kak, biar ada aktivitas dan kegiatan yang positif.
8. Apakah saat ini masih sering mengikuti pelatihan hidroponik? Ya saya
betah disini kak. Kadang ampe ga pulang ke rumah.
9. Adek punya keinginan untuk membuat instalasi hidroponik? Pengen si
pengen kak. Cuma modal nya belom ada
10. Apa kendala adek tidak membuat instalasi secara mandiri? Saya ridak
punya modal kak
11. Sebelumnya, apakah ada yang menyuruh adek untuk mengikuti pelatihan
hidroponik? Atas kemauan sendiri si kak. Waktu ini di buat saya Tanya-
tanya dan saya ikut kak
12. Apa motivasi sampai saat ini masih bisa bertahan mengikuti pelatihan
hidroponik? Saya igin menjadi petani milenial yang sukses dengan cara
hidroponik kak
13. Apa kesulitan dalam mempelajari materi bertanam hidroponik saat
pelatihan? Saya pikir si kak gampang gampang saja kalo kita benar-benar
fokus dan pengen tau.
TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Warga yang belum mengikuti pelatihan
hidroponik
Tujuan : Untuk mengetahui alasan tidak ikut serta
dalam pelatihan hidroponik

1. Nama : Bapak Edi Wijaya


2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Usia : 30 Tahun
4. Kesibukan bapak sehari-hari apa? Kerja pabrik
5. Kenapa tidak mengikuti program pelatihan hidroponik? Terkendala waktu
6. Pandangan bapak, Apakah hidroponik tidak menjamin terhadap kehidupan
bapak? Kalau saya liat, menjamin si untuk kebutuhan sehari-hari. Saya
pengen punya tapi gimana saya sibuk kerja
7. Setalah banyak masyarakat yang ikut serta dan memiliki instalasi
hidroponik, saat mereka panen apakah bapak juga dikasih oleh mereka?
Ya gatau ya, soalnya saya jarang dirumah ppulang malam, pagi berangkat
lagi
8. Apakah tidak ada keinginan untuk ikut bergabung dalam program pelatiha
hidroponik?alasannya? saya kerja di pabrik, gimana caranya untuk ikut
pelatihannya. Ya sudah saya milih kerja aja
9. Bagaimana bapak melihat masyarakat yang sudah mengikuti pelatihan dan
memiliki instalasi hidroponik? Ya gimana ya, ikut seneng aja lah
10. Apakah tidak ada yang mengajak dan menawarkan bapak untuk bergabung
pada komunitas Agradipa? Waktu itu ketua nya itu negor dan ngomong in
soal hidroponik ya saya dukung saja. Saya bantu doa gitu.

TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Warga yang mengikuti pelatihan hidroponik
Tujuan : Untuk mengetahui alasan keikutsertaan dalam
pelatihan hidroponik
1. Nama : Ibu Anisba
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 27 Tahun
4. Sejak kapan mengikuti pelatihan hidroponik? Saya ikut pelatihannya pas
waktu 2021 akhir
5. Apa alasan ibu sehingga ikut pelatihan hidroponik? Ngeliat tetangga kok
kayaknya enak gitu jadi saya juga ikut biar tahu kayak apa
6. Apa saja yang di dapat setelah mengikuti pelatihan hidroponik? Ternyata
ada ilmunya ga syukur syukur nanem. Tapi hasilnya bagus juga
7. Apakah mengajak yang lain juga untuk ikut serta dalam pelatihan
hidroponik? Kalo yang deket deket mah saya ajakin kalo yang jauh saya
ga terlalu banyak omomg biar dia dating sendiri kalo mau
8. Apakah saat ini masih sering mengikuti pelatihan hidroponik? Sekarang
disana rame terus jadi kayaknya tamu dari luar harus diladenin dulu. Saya
liat-liat dulu kalo gak ada tamu ya saya kesana
9. Apakah ibu punya instalasi hidroponik secara mandiri dirumah? Saya gak
punya, ga punya modal untuk bikin nya
10. Apa kesulitan ibu setelah menerapkan hasil dari pelatihan hidroponik
dirumah? Awal awal Cuma cara untuk memberikan nutrisi aja yang agak
susah karena menyesuaikan dengan air juga
11. Apakah ada pendampingan secara khusus dari komunitas Agradipa?
Enaknya yak arena kita itu selalu di dukung di kasi semangat makanya jadi
betah belajarnya
12. Sebelumnya, apakah ada yang menyuruh ibu untuk mengikuti pelatihan
hidroponik? Waktu itu di suruh sama Pak Doni biar tahu ilmu bertani ala
mellenial kata beliau
13. Apa motivasi ibu sampai saat ini masih bisa bertahan mengikuti pelatihan
hidroponik? Selain mudah, seneng juga ngejalanin, ya ada untungnya bisa
masak hasil panen sendiri. sayuran ga usa beli buat masak
14. Apa kesulitan dalam mempelajari materi bertanam hidroponik saat
pelatihan? Cara mengaplikasikan rumus nutrisi, karena saya bodoh ga tau
apa-apa meski di ajari kadang suka lupa
15. Setelah panen, apakah ibu memberikan hasil panen kepada masyarakat
sekitar? Ya kalo saya bantu manen di sana, saya pasti ngambil juga buat di
kasi ke tetangga

TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Warga yang berhasil menerapkan hasil
pelatihan hidroponik
Tujuan : Untuk mengetahui strategi sukses menerapkan
hasil dari pelatihan hidroponik

1. Nama : Ibu Dika


2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 40 Tahun
4. Sejak kapan mengikuti pelatihan hidroponik? Dari tahun 2020
5. Apa alasan ibu sehingga ikut pelatihan hidroponik? Senang bertani mas
6. Apa saja yang di dapat setelah mengikuti pelatihan hidroponik? Ilmu jadi
ketambah ga panas panas an mulu di ladang
7. Apakah mengajak yang lain juga untuk ikut serta dalam pelatihan
hidroponik? Iya karena cepet nanem cepet manen, biarringan juga mereka
pada
8. Apakah saat ini masih sering mengikuti pelatihan hidroponik? Ya kadang
kesana buat nginget nginget lagi gitu, buat bantu-bantu disana juga
9. Apakah ibu punya instalasi hidroponik secara mandiri dirumah? Ada
karena buat hiasan juga bagus, selain itu pas manen bisa dimakan sendiri
10. Apa kesulitan ibu setelah menerapkan hasil dari pelatihan hidroponik
dirumah? Pembuatan nutrisi ab mix itu kadang agak susah jadi harus
nginget nginget lagi. Kalo lupa ya kadang ke basecamp nemuin mentor
disana
11. Apakah ada pendampingan secara khusus dari komunitas Agradipa? Ya
enaknya itu karena orang orang nya bertanggung jawab. Jadi ga hanya
nyuruh aja, mereka juga membantu kesulitan kita , kesusahan kita jadinya
lebih ringan karena ada yang bantu
12. Sebelumnya, apakah ada yang menyuruh ibu untuk mengikuti pelatihan
hidroponik? Pokoknya saya disuruh ngikut aja ya ngikut ternyata makin
seneng dan suka cara bertanamnya
13. Apa motivasi ibu sampai saat ini masih bisa bertahan mengikuti pelatihan
hidroponik? Ingin lebih menguasai ilmu nya biar ilmu nya betambah.
Karena kita kan perlu nanem jenis yang lain sedangkan itu beda beda cara.
Jadi harus tahu biar ga itu itu aja mah
14. Apa kesulitan dalam mempelajari materi bertanam hidroponik saat
pelatihan? Biasanya si di rumus nutrisi
15. Setelah panen, apakah ibu memberikan hasil panen kepada masyarakat
sekitar? Ya meskipun dikit saya pasti ngasi itung-itung sedekah juga
16. Apa saja yang ibu tanam dirumah pada instalasi hidroponik? Bayam,
salada, sawi, kangkung itu aja mas
17. Apakah setelah panen ibu konsumsi untuk keluarga atau di jual? Kadang
saya jual juga lumayan berduit
18. Apa strategi khusus untuk sukses di hidroponik? Pokoknya mah kudu
sabar , jangan menyerah, semangat harus kuat biar ga-goyah pas lagi ada
kendala
19. Berapa banyak uang yang ibu keluarkan untuk pembuatan instalasi
hidroponik ? untuk pembuatan instalasi akan lebih murah jika bahan-bahan
seperti pipa paralon itu kita punya stok mas, saya karena memang tidak
punya sama sekali persiapan dan langsung pembuatan itu, habis duit
sekitar delapan jutaan satu instalasi dengan paket 250 lubang. Lumayan
mahal juga.
20. Berapa pendapatan ibu dari hasil panen hidroponik yang pernah ibu jual ?
Biasanya untuk satu kilo nya harganya 30.000 mas. Kalo kita punya 250
lubang, sekitar 50 kg satu kali panen. Kalo kita jual semua itu sekitar
1.500.000 per panen.
21. Apakah ada pembiayaan lain setelah punya instalasi bu? Iya tentu mas,
kayak misalkan kita harus beli benih yang harganya lima ribuan, rockwol
seharga 25.000, nutrisi kita juga pake kan mas, harus di beli juga dengan
harga 120.000, terus biaya kelistrikan nya 20.000 mas. Jadi total
pembiayaan selain instalasi nya sekitar 500.000 an termasuk sama upah
kerja perawatan instalasi nya.
22. Apa yang membuat ibu sangat tertarik dengan bertanam hidroponik
dengan biaya yang cukup mahal dan keuntungan tidak terlalu menjamin
terhadap pemasukan ibu sendiri? seneng mas, apalagi pas manen dan
bagi-bagi hasil panen ke tetangga itu seneng banget. Dan ini bukan
penghasilan utama saya juga untuk sehari-hari. Ada gaji pokok untuk
menunjang kebutuhan keluarga.

TRANSKIP WAWANCARA
“Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pendampingan Hidroponik di Desa
Sodong Tigaraksa Tangerang”
Informan/narasumber : Warga yang gagal menerapkan hasil pelatihan
hidroponik
Tujuan : Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam
menerapkan hasil dari pelatihan hidroponik

1. Nama : Ibu Dewi


2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Usia : 32 Tahun
4. Sejak kapan mengikuti pelatihan hidroponik? Dari tahun kemarin mas
5. Apa alasan ibu sehingga ikut pelatihan hidroponik? Waktu itu saya diajak
tetangga, katanya disuruh ikut. Ya udah saya ikut saja mas
6. Apa saja yang di dapat setelah mengikuti pelatihan hidroponik? Ya saya
lebih senang bercocok tanam
7. Apakah mengajak yang lain juga untuk ikut serta dalam pelatihan
hidroponik? Iya kan saya diajak toh, jadi saya harus ngajak juga biar sama
sama ikutan nanem hidroponik
8. Apakah saat ini masih sering mengikuti pelatihan hidroponik? Ya kadang
ikut kadang enggak kalo lagi diluar. Soalnya sekarang saya sering tidak di
sini mas,
9. Apakah ibu punya instalasi hidroponik secara mandiri dirumah? Ada dua
paket mas
10. Apa kesulitan ibu setelah menerapkan hasil dari pelatihan hidroponik
dirumah? Paling kesulitan di duit ya mas karena kita juga butuh makan
11. Apakah ada pendampingan secara khusus dari komunitas Agradipa? Ada
mah kalo kita bilang,
12. Sebelumnya, apakah ada yang menyuruh ibu untuk mengikuti pelatihan
hidroponik? Iya diajak untuk ikutan gitu
13. Apa motivasi ibu sampai saat ini masih bisa bertahan mengikuti pelatihan
hidroponik? Saya petani dari dulu, ya untungnya ada hidroponik ini yang
jadi bikin smangat lagi bertani
14. Apa kesulitan dalam mempelajari materi bertanam hidroponik saat
pelatihan? Bingung kalo ngasi nutrisi kadang mas, suka lupa teh
15. Setelah panen, apakah ibu memberikan hasil panen kepada masyarakat
sekitar? Ya kalo sekiranya agak banyak saya pasti ngasih
16. Apa saja yang ibu tanam dirumah pada instalasi hidroponik? Pakcoy,
selada, kangkung
17. Apakah setelah panen ibu konsumsi untuk keluarga atau di jual? Di masak
aja buat dimakan sendiri
18. Apa alasan terbesar sehingga ibu gagal dalam bertanam hidroponik?
Kurang modal
19. Apakah tidak ada kemauan untuk mulai lagi berproses mengembangkan
instalasi yang sudah dibuat? Pengen si pengen cuma entar dulu deh
20. Seberapa besar kerugian ibu dari awal membuat instalasi hidroponik
sampai sekarang? Sekitar satu jutaan lebih udah

You might also like