Professional Documents
Culture Documents
LP Osteomielitis
LP Osteomielitis
OSTEOMIELITIS
Oleh :
RISKA MARNETRIYANI
(213028208)
CI AKADEMIK CI KLINIK
( ) ( )
A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi
yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi yang mengenai
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah , respon jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan, dan pembentukan tulang baru disekeliling
jaringan tulang mati (Brunner & Suddart, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah
kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah (osteomielitis eksogen) (Corwin,
2009).
Osteomieliris merupakan penyakit yang sulit diobeti karena dapat terbenuk
abses lokal. Abses tulang biasanya memiliki suplai darah yang buruk, dengan
demikian pelepasan swl imun dan antibiotik terbatas (Corwin, 2009).
2. Antomi Fisiologi
a. Fungsi tulang pada manusia
Tulang berfungsi untuk melindungi sekaligus membentuk tubuh. Tengkorak
berfungsi melindungi otak sementara tulang rusuk melindungi organ vital di
dada. Selain itu, terdapat lima fungsi utama lainnya dari tulang manusia, di
antaranya adalah:
Pembentuk struktur di dalam tubuh.
Tempat menyimpan mineral dan lipid yang dibutuhkan oleh tubuh.
Tempat memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan elemen darah
lainnya.
Melindungi organ-organ di dalam tubuh.
Memberi kemampuan tubuh untuk bergerak.
b. Bentuk-bentuk kerangka tulang
Berdasarkan bentuknya, tulang manusia dibagi menjadi lima bentuk, yaitu:
sumber: Daydream Anatomy
Tulang panjang
Tulang panjang memiliki rongga dan bertanggung jawab sebagai
penopang kerangka tubuh. Sebagai contoh tulang panjang yaitu tulang
paha (femur), tulang betis (fibula), tulang kering (tibia), tulang telapak
kaki (metatarsal), dan tulang telapak tangan (metacarpal), jari-jari
(phalang), serta tulang yang membentuk lengan yaitu humerus, ulna, dan
radius.
Tulang pendek
Ukurannya kira-kira sepanjang lebar dan berbentuk seperti dadu atau
bundar. Tulang ini yang memungkinkan Anda untuk bergerak. Sebagai
contoh tulang pendek antara lain adalah tulang yang membentuk
pergelangan kaki (tarsal) dan tulang membentuk pergelangan tangan
(carpal).
Tulang pipih
Tulang pipih memiliki ukuran yang sangat tipis, tapi ukuran dan
bentuknya sangat bervariasi. Tulang ini memiliki area permukaan untuk
melindungi otot yang terdapat pada tulang tersebut. Sebagai contoh
tulang pipih antara lain tulang rusuk (rib), tulang tengkorak (cranial),
tulang dada (sternum), dan tulang belikat (scapula).
Tulang tidak teratur
Tulang tidak teratur memiliki bentuk yang tidak sesuai dengan tulang
panjang, pendek, atau pipih. Sebagai contoh tulang ini adalah tulang
belakang (vertebrae), tulang sacrum, tulang ekor (coccygeal), serta
sebagian tulang yang membentuk wajah seperti tulang baji (sphenoid),
tulang pipi (zygomatic), dan tulang ethmoid.
Tulang sesamoid
Tulang sesamoid adalah tulang yang tertanam di tendon (jaringan ikat
yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang). Tulang bulat kecil
ini umumnya ditemukan di tendon tangan, lutut, dan kaki. Tulang
sesamoid berfungsi untuk melindungi tendon dari tekanan pada sendi
dan meningkatkan efisiensi sendi. Salah satu contoh tulang ini adalah
tempurung lutut (patella).
c. Anatomi tulang manusia
Anatomi kerangka tulang manusia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aksial
dan apendikular.
1) Tulang aksial
Tulang aksial mencakup semua tulang sepanjang tubuh, termasuk
kerangka tengkorak, yang meliputi tulang tengkorak dan kerangka wajah.
Tulang tengkorak
Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteomielitis antara lain (Suratun dkk,
2008):
a. Nutrisi buruk
b. Lansia
c. Kegemukan
d. Diabetes melius
e. Artritis reumathid
f. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
g. Pernah menjalani pembedahan sendi
h. Menjalani operasi othopedi lama
i. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
j. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
Bakteri merupakan penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur, dan
mikroorganisme lain dapat berperan pula (Corwin, 2009).
4. Klasifikasi
Klasifikasi menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu:
a. Osteomyelitis Primer, Penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
b. Osteomyelitis Sekunder adalah Terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Penyebaran ematogen dari fokus infeksi di Nutrisi buruk, Lansia, Kegemukan, Diabetes melius,
tempat lain, Penyebaran infeksi jaringan Artritis reumathid, Mengalami infeksi luka yang
lunak, Kontaminasi langsung dengan tulang mengeluarkan pus, Mengalami infeksi insisi
marginal/dehisensi luka. dll
Klasifikasi
Osteomielitis primer dan Osteomielitis sekunder
Osteomielitis
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Manifestasi klinis
Osteomielitis kronis ditandai
Jika infeksi hematogen, pasien mengalami Setelah infeksi menyebar dari oleh pus yang selalu mengalir
demam tinggi, pasien menggigil, denyut rongga susmsum ke korteks keluar dari sinus
nadi cepat, dan malaise umum. tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak
dan malaise umum.
Pembentukan pus, nekrosis
Terjadinya infalamasi Penurunan jaringan
nafsu makan
Terjadinya infeksi dan
pembengkakan dan mengalami
Adanya peningkatan suhu nyeri tekan Pembentukan
tubuh Proses abses tulang
penyakit
MK : Nyeri Akut
MK : Hipertermi Involuctum
MK : Defisit Nutrisi (pertumbuhan tulang
baru) pengeluaran pus
MK : Gangguan integritas
penurunan dari luka
Kelemahan fisik, tirah kulit/jaringan
kemampuan tonus baring lama
otot
Deformitas, bau
MK : Gangguan citra tubuh dari adanya luka
8. Penatalaksanaan
Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalmi patah tulang atau luka
tusuk pada jaringan lunak yang memgelilingi suatu tulang sebelum tanda-tanda
infeksi timbul. Apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan antibiotik agresif
(Corwin, 2009).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan osteomielitis antara
lain (Suratun dkk, 2008):
a. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyaman dan
mencegah terjadinya fraktur.
b. Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari unuk
mengingkatakan aliran darah.
c. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi.
d. Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena. Jika infeksi
tampak terkontrol dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan
e. Pembedahan dilakukan jika tidak menujukkan respon terhadap antibiotik
f. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada jaringan
purulen dan jaringan nekrotik di angkat. Terapi antibiotik dilanjutkan.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit ini antara lain (Suratun dkk,
2008):
a. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen
b. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
c. Lingungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan insiden osteomielitis
d. Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan
e. Teknik merawat luka aseptik pada pasca operasi
9. Komplikasi
Osteomielitis kronis dapat terjadi yang ditandai oleh nyeri hebat yang tidak
berkurang dan penurunan fungsi bagian tubuh yang terkena (Corwin, 2009).
Terapuik :
- berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
- Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku saku. Jakarta: EGC.
Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl M. Wagner.
2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby: United States
of America.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Slone, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Suratun., dkk. 2008. Klien Dengan Sistem Muskoloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : defenisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : defenisi dan
kriteri hasil. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : defenisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.