You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN

OSTEOMIELITIS

Oleh :
RISKA MARNETRIYANI
(213028208)

CI AKADEMIK CI KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
OSTEOMIELITIS

A. KONSEP DASAR
1. Defenisi
Osteomielitis adalah suatu penyakit infeksi yang terjadi pada tulang. Infeksi
yang mengenai tulang lebih sulit disembuhkan daripada infeksi yang mengenai
jaringan lunak karena terbatasnya asupan darah , respon jaringan terhadap
inflamasi, tingginya tekanan jaringan, dan pembentukan tulang baru disekeliling
jaringan tulang mati (Brunner & Suddart, 2000).
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah
kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah (osteomielitis eksogen) (Corwin,
2009).
Osteomieliris merupakan penyakit yang sulit diobeti karena dapat terbenuk
abses lokal. Abses tulang biasanya memiliki suplai darah yang buruk, dengan
demikian pelepasan swl imun dan antibiotik terbatas (Corwin, 2009).
2. Antomi Fisiologi
a. Fungsi tulang pada manusia
Tulang berfungsi untuk melindungi sekaligus membentuk tubuh. Tengkorak
berfungsi melindungi otak sementara tulang rusuk melindungi organ vital di
dada. Selain itu, terdapat lima fungsi utama lainnya dari tulang manusia, di
antaranya adalah:
 Pembentuk struktur di dalam tubuh.
 Tempat menyimpan mineral dan lipid yang dibutuhkan oleh tubuh.
 Tempat memproduksi sel darah merah, sel darah putih, dan elemen darah
lainnya.
 Melindungi organ-organ di dalam tubuh.
 Memberi kemampuan tubuh untuk bergerak.
b. Bentuk-bentuk kerangka tulang
Berdasarkan bentuknya, tulang manusia dibagi menjadi lima bentuk, yaitu:
sumber: Daydream Anatomy

 Tulang panjang
Tulang panjang memiliki rongga dan bertanggung jawab sebagai
penopang kerangka tubuh. Sebagai contoh tulang panjang yaitu tulang
paha (femur), tulang betis (fibula), tulang kering (tibia), tulang telapak
kaki (metatarsal), dan tulang telapak tangan (metacarpal), jari-jari
(phalang), serta tulang yang membentuk lengan yaitu humerus, ulna, dan
radius.
 Tulang pendek
Ukurannya kira-kira sepanjang lebar dan berbentuk seperti dadu atau
bundar. Tulang ini yang memungkinkan Anda untuk bergerak. Sebagai
contoh tulang pendek antara lain adalah tulang yang membentuk
pergelangan kaki (tarsal) dan tulang membentuk pergelangan tangan
(carpal).
 Tulang pipih
Tulang pipih memiliki ukuran yang sangat tipis, tapi ukuran dan
bentuknya sangat bervariasi. Tulang ini memiliki area permukaan untuk
melindungi otot yang terdapat pada tulang tersebut. Sebagai contoh
tulang pipih antara lain tulang rusuk (rib), tulang tengkorak (cranial),
tulang dada (sternum), dan tulang belikat (scapula).
 Tulang tidak teratur
Tulang tidak teratur memiliki bentuk yang tidak sesuai dengan tulang
panjang, pendek, atau pipih. Sebagai contoh tulang ini adalah tulang
belakang (vertebrae), tulang sacrum, tulang ekor (coccygeal), serta
sebagian tulang yang membentuk wajah seperti tulang baji (sphenoid),
tulang pipi (zygomatic), dan tulang ethmoid.
 Tulang sesamoid
Tulang sesamoid adalah tulang yang tertanam di tendon (jaringan ikat
yang menghubungkan jaringan otot dengan tulang). Tulang bulat kecil
ini umumnya ditemukan di tendon tangan, lutut, dan kaki. Tulang
sesamoid berfungsi untuk melindungi tendon dari tekanan pada sendi
dan meningkatkan efisiensi sendi. Salah satu contoh tulang ini adalah
tempurung lutut (patella).
c. Anatomi tulang manusia
Anatomi kerangka tulang manusia dibagi menjadi dua kelompok, yaitu aksial
dan apendikular.
1) Tulang aksial
Tulang aksial mencakup semua tulang sepanjang tubuh, termasuk
kerangka tengkorak, yang meliputi tulang tengkorak dan kerangka wajah.
 Tulang tengkorak

Tengkorak melindungi bagian terpenting dari seluruh otak. Tengkorak


sebenarnya terdiri dari tulang yang berbeda. Beberapa tulang ini
melindungi otak Anda, sementara yang lain membentuk struktur wajah
Anda.
Tulang tengkorak terdiri dari tulang dahi (frontal), tulang ubun-ubun
(parietal), tulang pelipis (temporal), dan tulang pembentuk wajah yaitu
tulang pipi, tulang baji, tulang rahang bawah (mandibula), tulang
rahang atas (maksila), tulang air mata (lakrimal), dan tulang hidung
(nasal).
 Tulang belakang (vertebral coloumn)
Kerangka tulang belakang manusia memiliki 33 ruas tulang yang
terbagi menjadi lima ruas, yaitu 7 tulang leher (cervical), 12 tulang
dada (thoracic), 5 tulang punggung bawah (lumbar), 5 tulang sacrum,
dan 4 tulang ekor (coccygeal).
Masing-masing ruas tulang tersebut diberi nama berdasarkan huruf
pertama dari ruas dan posisinya di sepanjang sumbu atas hingga
bawah, kecuali sacrum dan tulang ekor. Sebagai contoh, tulang dada
atau thoracic yang paling atas disebut T1 dan yang paling bawah
disebut T12.

 Tulang rusuk dan tulang dada


Anatomi rangka tulang manusia juga meliputi tulang dada (sternum),
yaitu tulang tipis berbentuk pisau yang terletak di sepanjang garis
tengah tubuh Anda. Sternum terhubung ke tulang rusuk oleh tulang
rawan yang disebut kartilago kosta.
Tulang rusuk berguna untuk melindungi jantung, paru-paru, dan hati
serta organ lainnya di dalam rongga dada agar tetap aman. Tulang
rusuk manusia terdiri dari 12 pasang, yang terdiri dari 7 pasang tulang
rusuk sejati, 3 pasang tulang rusuk palsu, dan 2 pasang tulang rusuk
melayang.
2) Tulang apendikular
Sementara itu, anatomi kerangka manusia bagian apendikular mencakup
semua tulang yang membentuk tungkai atas, tungkai bawah, bahu, dan
panggul dan menghubungkan dengan bagian aksial.
 Tulang tangan
Anatomi tulang pada tangan, terdiri dari tulang lengan atas (humerus),
pergelangan tangan (carpal), telapak tangan (metacarpal) dan jari-jari.
Setiap lengan melekat pada tulang belikat (scapula) yaitu tulang
segitiga besar di sudut tulang bagian atas setiap sisi tulang rusuk.
Humerus terletak tepat di atas siku Anda, lalu di bawah siku terdapat
dua tulang, yaitu radius dan ulna. Masing-masing berbentuk lebar pada
bagian ujung dan tipis pada bagian tengah. Hal ini untuk memberikan
kekuatan ketika bertemu tulang lain.
Pada ujung jari-jari dan ulna terdapat delapan tulang kecil yang
membentuk pergelangan tangan Anda. Pada telapak tangan terdapat
lima tulang. Setiap jari tangan terdiri dari tiga ruas tulang, kecuali
jempol hanya terdiri dari dua ruas tulang.
 Tulang panggul
Anatomi tulang kaki akan melekat pada sekelompok tulang panggul,
yang berbetuk mangkuk yang menopang tulang belakang. Tulang
panggul terdiri dari tulang panggul kanan dan kiri, yang setiap sisinya
merupakan perpaduan dari tiga tulang yang besar, pipih dan tidak
teratur: ilium, ischium, pubis.
 Tulang kaki
Tulang kaki juga bagian dari anatomi kerangka tulang manusia yang
berfungsi untuk menopang berat tubuh sehingga Anda bisa berdiri dan
berjalan dengan tegak. Tulang kaki dimulai dari panggul hingga lutut,
dinamakan tulang paha atau femur. Ini adalah tulang terpanjang di
tubuh manusia. Tulang paha ini menempel pada tulang panggul.
Di lutut, terdapat tulang yang berbentuk segitiga yang disebut patella,
atau tempurung lutut. Tulang ini yang melindungi sendi lutut.
Di bawah lutut terdapat dua tulang kaki lainnya yaitu tibia atau dikenal
dengan tulang kering dan fibula atau tulang betis. Sama seperti tiga
tulang di lengan Anda, ketiga tulang di kaki memiliki ujung yang lebih
lebar daripada di tengah untuk memberi kekuatan ketika bertemu
tulang lain.
Sementara tulang pergelangan kaki (metatarsal) sedikit berbeda dari
pergelangan tangan. Pada bagian pergelangan kaki terdapat tulang
talus, yang melekat pada tulang betis dan membentuk pergelangan
kaki, lalu di bawah tulang talus terdapat tumit, yang tersambung
dengan enam tulang lainnya
Pada tulang telapak kaki (tarsal) terdapat lima tulang panjang yang
me.nghubungkan ke jari-jari kaki. Setiap jari kaki memiliki tiga tulang
kecil, kecuali jempol hanya memiliki dua tulang.
d. Hubungan kerangka tulang dengan sendi
Menurut Standfort Children’s Health, sendi merupakan tempat bertemunya
dua atau lebih tulang di dalam tubuh. Oleh karena itu, sendi sangat berkaitan
erat dengan kerangka tulang manusia. Sebagian besar sendi bersifat mobile
atau bisa digerakkan, sehingga tulang pun juga semakin mudah melakukan
pergerakan. Persendian terdiri dari:
1) Tulang rawan (cartilage)
Meski disebut tulang rawan, bagian dari sendi ini adalah jaringan yang
menutupi atau melapisi sendi. Tulang rawan ini dapat membantu
mengurangi pergesekan yang terjadi akibat pergerakan di dalam sendi.
2) Membran sinovial (synovial membrane)
Bagian dari sendi ini melapisi kapsul sendi. Selain itu, membran sinovial
ini mengeluarkan cairan berwarna bening yang berbentuk sedikit kental
dan lengket bernama cairan sinovial di sekitar persendian yang berfungsi
sebagai pelumas sendi.
3) Ligamen (ligaments)
Ligamen adalah jaringan berserat tapi bersifat elastis dan berfungsi sebagai
jaringan penghubung yang terdapat di sekitar persendian untuk
mendukung sekaligus membatasi pergerakan sendi. Ligamen bertugas
untuk menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya.
4) Tendon (tendons)
Hampir mirip dengan ligamen, tendon berada pada sisi-sisi sendi dan
melekat pada otot yang mengontrol pergerakan dari sendi. Tendon
berfungsi untuk menghubungjan otot dengan tulang.
5) Bursa
Sementara itu, bagian dari sendi ini adalah kantung berisi cairan yang
terdapat di antara tulang-tulang, ligamen, atau struktur lainnya. Fungsi dari
kantung cairan ini untuk mengurangi gesekan yang terdapat di dalam
sendi.
6) Meniskus
Sebenarnya, meniskus termasuk jenis tulang rawan. Namun, tulang rawan
yang satu ini berbentuk seperti huruf C yang berfungsi sebagai bantalan
yang terdapat pada persendian lutut.
3. Etiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70-80% osteomielitis. Organisme
patogenik lainnya yang sering di jumpai yaitu proteus, pseudomonas, dan
escherichia coli. Infeksi dapat terjadi melalui (Suratun dkk, 2008):
a. Penyebaran ematogen dari fokus infeksi di tempat lain: tonsil yang terinfeksi,
infeksi gigi, infeksi saluran napas bagian atas.
b. Penyebaran infeksi jaringan lunak: ulkus dekubitus yang terinfeksi atau ulkus
vaskular.
c. Kontaminasi langsung dengan tulang: fraktur terbuka, cedera traumatik (luka
tembak, pembedahan tulang).

Faktor risiko yang dapat menyebabkan osteomielitis antara lain (Suratun dkk,
2008):
a. Nutrisi buruk
b. Lansia
c. Kegemukan
d. Diabetes melius
e. Artritis reumathid
f. Mendapatkan terapi kortikosteroid jangka panjang
g. Pernah menjalani pembedahan sendi
h. Menjalani operasi othopedi lama
i. Mengalami infeksi luka yang mengeluarkan pus
j. Mengalami infeksi insisi marginal/dehisensi luka.
Bakteri merupakan penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur, dan
mikroorganisme lain dapat berperan pula (Corwin, 2009).
4. Klasifikasi
Klasifikasi menurut kejadiannya osteomyelitis ada 2 yaitu:
a. Osteomyelitis Primer, Penyebarannya secara hematogen dimana
mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi
darah.
b. Osteomyelitis Sekunder adalah Terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Berdasarkan lamanya infeksii, osteomielitis dapat dibagi menjadi 3antara lain:


a. Osteomielitis akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini
biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. (osteomielitis hematogen).
Oteomielitis dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Osteomielitis hematogen merupakan infeksi yang penyebarannya berasal
dari darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh
penyebaran bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya
terjadi pada anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan
daerah yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis
dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan onset
yang lambat.
2) Osteomielitis direk disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau
bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi
tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma,
yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur
pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi
dan melibatkan banyak jenis organisme.
b. Osteomielitis sub-akut yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
c. Osteomielitis kronis Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih
sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-
akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya
osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
Berdasarkan awitannya dibagi menjadi 3 yaitu (Suratun dkk, 2008):
a. akut fulminan (stadium I: terjadi dalam 3 bulan),
b. awitan lambat (stadium II: terjadi dalam 4-24 bulan),
c. awitan lama (stadium III: terjadi dalam 2 tahun, memalui penyebaran
hematogen).
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang terjadi pada pasien dengan isteomielitis adalah sebagai
berikut (Suratun dkk, 2008):
a. Jika infeksi hematogen, pasien mengalami demam tinggi, pasien menggigil,
denyut nadi cepat, dan malaise umum.
b. Setelah infeksi menyebar dari rongga susmsum ke korteks tulang, akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak. Bagian yang terinfeksi menjadi
nyeri, bengkak, dan mengalami nyeri tekan.
c. Jika infeksi terjadi akibat penyebaran infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung, tidak ada gejala septikemia. Gejalanya yaitu daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri, dan terjadi nyeri tekan.
d. Osteomielitis kronis ditandai oleh pus yang selalu mengalir keluar dari sinus
atau mengalami periode nyeri berulang, inflamasi, pembengkakan, dan
pengeluaran pus.
e. Gejala osteomielitis hematogen pada anak-anak adalah demam, menggigil,
dan keengganan menggerakkan ekstremitas tertentu. Pada individu dewasa,
gejala mungkin samar dan berupa demam, keletihan, dan malaise.

Osteomielitis eksogen biasanya disertai cedera dan inflamasi di tempat lesi.


Terjadi demam dan pembesaran nodus limfe regional (Corwin, 2009). Tanda dan
gejala dari osteomielitis akut dan kronis adalah sebagai berikut:
a. Osteomyelitis akut (Nyeri daerah lesi, Demam, menggigil, malaise,
pembesaran kelenjar limfe regional, Sering ada riwayat infeksi sebelumnya
atau ada luka, Pembengkakan local, Kemerahan, Suhu raba hangat, Gangguan
fungsi, hasil laboratorium menunjukkan anemia, leukositosis)
b. Osteomyelitis kronis (Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri, Gejala-gejala
umum tidak ada, Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur, hasil
Laboratorium LED meningkat)
6. Patofisiologi
Respons inisial terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan
Vaskularisas dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombosis pada pembuluh darah
terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dengan nekrosis tulang
sehubungan dengan peningkatan dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
di sekitarnya, kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
terbentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan; namun yang lebih
sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses yang terbentuk
dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati, namun seperti pada rongga
abses pada umumnya, jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan
mengalir keluar. Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang
terjadi pada jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan mengeluarkan abses
kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
7. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaaan yang dapat dilakukan dari perangkat diagnostik antara lain (Corwin,
2009):
a. Scan tulang dengan menggunakan injeksi nukleotida radiokatif dapat
memperlihatkan tempat inflamasi tulang. Pencitraan resonansi magnetik
(Magnetic Resonance Imaging) dapat memungkinkan peningkatan
sensitifitas diagnostik.
b. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah lengkap dan
laju endap eritrosit, yang menunjukkan adanya infeksi aktif yang sedang
berlangsung.
Mind mapping
Defenisi
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah
(osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah
(osteomielitis eksogen) (Corwin, 2009).

Etiologi Faktor Risiko

Penyebaran ematogen dari fokus infeksi di Nutrisi buruk, Lansia, Kegemukan, Diabetes melius,
tempat lain, Penyebaran infeksi jaringan Artritis reumathid, Mengalami infeksi luka yang
lunak, Kontaminasi langsung dengan tulang mengeluarkan pus, Mengalami infeksi insisi
marginal/dehisensi luka. dll

Klasifikasi
Osteomielitis primer dan Osteomielitis sekunder

Infasi mikroorganisme dari tempat lain yang Fraktur terbuka


beredar melalui sirkulasi darah

Kerusakan pembuluh darah dan adanya port de


Masuk ke juksta epifisis tulang panjang entree

Infasi kuman ke tulang dan sendi

Osteomielitis

Manifestasi klinis
Manifestasi klinis Manifestasi klinis
Osteomielitis kronis ditandai
Jika infeksi hematogen, pasien mengalami Setelah infeksi menyebar dari oleh pus yang selalu mengalir
demam tinggi, pasien menggigil, denyut rongga susmsum ke korteks keluar dari sinus
nadi cepat, dan malaise umum. tulang, akan mengenai
periosteum dan jaringan lunak
dan malaise umum.
Pembentukan pus, nekrosis
Terjadinya infalamasi Penurunan jaringan
nafsu makan
Terjadinya infeksi dan
pembengkakan dan mengalami
Adanya peningkatan suhu nyeri tekan Pembentukan
tubuh Proses abses tulang
penyakit
MK : Nyeri Akut
MK : Hipertermi Involuctum
MK : Defisit Nutrisi (pertumbuhan tulang
baru) pengeluaran pus
MK : Gangguan integritas
penurunan dari luka
Kelemahan fisik, tirah kulit/jaringan
kemampuan tonus baring lama
otot
Deformitas, bau
MK : Gangguan citra tubuh dari adanya luka
8. Penatalaksanaan
Antibiotik dapat diberikan pada individu yang mengalmi patah tulang atau luka
tusuk pada jaringan lunak yang memgelilingi suatu tulang sebelum tanda-tanda
infeksi timbul. Apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan antibiotik agresif
(Corwin, 2009).
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan osteomielitis antara
lain (Suratun dkk, 2008):
a. Daerah yang terkena diimobilisasi untuk mengurangi ketidaknyaman dan
mencegah terjadinya fraktur.
b. Lakukan rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali sehari unuk
mengingkatakan aliran darah.
c. Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses infeksi.
d. Berdasarkan hasil kultur, dimulai pemberian antibiotik intravena. Jika infeksi
tampak terkontrol dapat diberikan per oral dan dilanjutkan sampai 3 bulan
e. Pembedahan dilakukan jika tidak menujukkan respon terhadap antibiotik
f. Lakukan irigasi dengan larutan salin fisiologis steril 7-8 hari pada jaringan
purulen dan jaringan nekrotik di angkat. Terapi antibiotik dilanjutkan.

Pencegahan yang dapat dilakukan untuk penyakit ini antara lain (Suratun dkk,
2008):
a. Penanganan infeksi fokal dapat menurunkan angka penyebaran hematogen
b. Penanganan infeksi jaringan lunak dapat mengontrol erosi tulang.
c. Lingungan operasi dan teknik operasi dapat menurunkan insiden osteomielitis
d. Pemberian antibiotik profilaksis pada pasien pembedahan
e. Teknik merawat luka aseptik pada pasca operasi
9. Komplikasi
Osteomielitis kronis dapat terjadi yang ditandai oleh nyeri hebat yang tidak
berkurang dan penurunan fungsi bagian tubuh yang terkena (Corwin, 2009).

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMIELITIS


1. Pengkajian
Identitas Meliputi: Nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama, bahasa yang
digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asusransi, golongan darah,
nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Pada umumnya,
keluhan utama pada kasus osteomelitis adalah nyeri hebat.
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat
menggunakan metode PQRST :
a. Provoking incident : hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah proses
supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma pada daerah
metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi terjadinya osteomielitis
hematogen akut.
b. Quality of pain : rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien bersifak
menusuk
c. Region, radiation, relief : nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau istirahat,
nyeri tidak menjalar atau menyebar.
d. Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan klien secara subjektif anatara 2-
3 pada rentang skala pengukuran 0-4.
e. Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada
malam hari atau siang hari
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien datang kerumah sakit dengan
keluhan awitan gejala akut (misalnya : nyeri lokal, pembengkakan, eritema,
demam) atau kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan
dan demam sedang.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang
hampir sama dengan sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang,
seperti trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang,
dll.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit
keturunan, namun biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
3. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
4. Pengkajian dengan Pendekatan 11 fungsional Gordon
a. Persepsi dan Manajemen Kesehatan: Klien biasanya tidak mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat perlu
mengkaji bagaimana klien memandang penyakit yang dideritanya, apakah
klien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
b. Nutrisi – Metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan
karena demam yang ia diderita.
c. Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena
pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
d. Aktivitas – Latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan
aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan
e. Istirahat – Tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena
rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
f. Kognitif – Persepsi: Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
g. Persepsi Diri – Konsep Diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri,
mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak,
menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
h. Peran – Hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit
yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan
klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
i. Seksual – Reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
j. Koping – Toleransi Stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.
k. Nilai Kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien
agar kebutuhan spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di
RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia rasakan.
5. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b/d proses penyakit d/d suhu tubuh diatas normal
b. Nyeri akut b/d agen pencedera fisiologis d/d mengeluh nyeri, tampak meringis
c. Defisit nutrisi b/d kurangnya asupan makanan d/d nafsu makan menurun, BB
turun 10%
d. Gangguan integritas kulit/jaringan b/d penurunan mobilitas d/d kerusakan
jaringan dan/atau lapisan kulit
e. Gangguan citra tubuh b/d perubahan struktur/bentuk tubuh d/d
mengungkapkan kecacatan/kehilangan bagian tubuh
6. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan / Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan


1. Hipertermia b.d Termoregulasi Manajemen Hipertermia
Proses penyakit Definisi : pengaturan suhu Defenisi : mengidentifikasi dan
Defenisi: suhu tubuh tubuh agartetap berada pada mengelola peningkatan suhu tubuh
meningkat diatas rentang normal. akibat disfungsi termoregulasi
rentang normal Setelah dilakukan tindakan Tindakan
keperawatan termoregulasi Observasi:
dapat membaik dengan kriteria  Identifikasi penyebab
hasil : hipertermia
1. Menggigil menurun  Monitor suhu tubuh
2. Kulit merah menurun  Monitor kadar elektrolit
3. Kejang menurun  Monitor haluaran urine
4. Konsumsi oksigen  Monitor komplikasi akibat
menurun hipertermia
5. Pucat menurun Terapeutik :
6. Tatikardi/bradikardi
 Sediakan lingkungan yang
menurun
dingin
7. Suhu tubuh membaik
 Longgarkan atau lepaskan
8. Suhu kulit membaik
pakaian
9. Kadar glukosa darah
 Basahi dan kipasi permukaan
membaik
tubuh
10. Tekanan darah
 Berikan cairan oral
membaik
 Ganti linen setiap hari atau
lebih jika mengalami
hiperhidrosis
 Lakukan pendinginan eksternal
 Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
 Berikan oksigen jika perlu
Edukasi :
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
2. Nyeri akut b.d agen Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
pencedera fisiologis Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Defenisi : pengalaman keperawatan diharapkan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
sensorik/ emosional tingkat nyeri menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas,
yang berkaitan dengan kriteria hasil : intensitas nyeri
kerusakan jaringan - Kemampuan menuntaskan - Identifikasi skala nyeri
aktual atau fungsional, kemampuan meningkat - Identifikasi respon nyeri non
dengan onset - Keluhan nyeri menurun verbal
mendadak/ lambat dan - Meringis menurun - Identifikasi faktor yang
berintensitas ringan - Gelisah menurun memperberat dan memperingan
hingga berat yang - Kesulitan tidur menurun nyeri
berlangsung kurang dari - Anoreksia, mual,muntah - Identifikasi pengetahuan dan
3 bulan. menurun keyakinan tentang nyeri
- Frekuensi nadi membaik - Identifikasi pengaruh budaya
- Pola napas membaik terhadap respon nyeri
- Fungsi berkemih - Identifikasi pengaruh nyeri pada
membaik kualitas hidup
- Nafsu makan membaik - Monitor keberhasilan terapi
- Pola tidur membaik komplementer yang sudah
diberikan
- Monitor efek samping
penggunaan analgetik

Terapuik :
- berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi :
- Jelaskan penyebab periode dan
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

3. Defisit nutrisi b/d Status Nutrisi Manajemen Nutrisi


kurangnya asupan Setelah dilakukan tindakan O :
keperawatan status nutrisi - Identifikasi status nutrisi
makanan
dapat membaik dengan kriteria - Identifikasi alergi dan
hasil : intoleransi makanan
- Porsi makan yang - Identifikasi makanan yang
dihabiskan meningkat disukai
- Kekuatan otot - Monitor asupan makanan
pengunyah meningkat
- Monitor berat badan
- Kekuatan otot menelan
meningkat T:
- Pengetahuan tentang - Sajikan makanan secara
pilihan makanan yang menarik
sehat meningkat - Berikan makanan yang tinggi
- Perasaan cepat kenyang serat untuk mencegah
menurun konstipasi
- Nyeri abdomen
- Berikan makanan yang tinggi
menurun
- Diare menurun kalori dan tinggi protein
- Berat badan membaik E:
- Frekuensi makan - Anjurkan posisi duduk
membaik - Ajarkan diet yang di
- Nafsu makan membaik programkan
- Membran mukosa
membaik
K:
- Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrien yang
dibutuhkan

Promosi berat badan


O
- Identifikasi kemungkinan
penyebab BB berkurang
- Monitor adanya mual dan
muntah
- Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsi setiap hari
- Monitor berat badan
- Monitor albumin, limfosit, dan
elektrolit serum
T
- Berikan perawatan mulut
sebelum pemberian makanan,
jika perlu
- Sediakan makan yang tepat
sesuai kondisi pasien
- Hidangkan makanan secara
menarik
- Berikan suplemen, jika perlu
- Berikan pujian pada
pasien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
E
- Jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
- Jelaskan peningkatan asupan
kalori yang dibutuhkan
4. Gangguan integritas Integritas kulit dan jaringan Perawatan integritas kulit
kulit/jaringan b/d Setelah dilakukan tindakan O
keperawatan integritas kulit
Penurunan mobilitas - Identifikasi penyebab
dan jaringan dapat meningkat
gangguan integritas kulit
dengan kriteria hasil : T
- elastisitas meningkat
- hidrasi meningkat - Ubah posisi tiap 2 jam jika
- perfusi jaringan tirah baring
meningkat - Lakukan pemijatan pada area
- kerusakan jaringan penonjolan tulang, jika perlu
menurun - Bersihkan parineal dengan air
- kerusakan lapisan kulit hangat terutama selama
menurun
periode diare
- nyeri menurun
- Gunakan produkberbahan
- kemerahan menurun
- perdarahan menurun petrolium atau minyak pada
- suhu kulit membaik kulit kering
- sensasi membaik - Gunakan produk berbahan
- tekstur membaik ringan
- pertumbuhan rambut E
membaik
- Anjurkan menggunakan
pelembap
- Anjurkan minum air yang
cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
- Anjurkan meningkat asupan
buah dan sayur
- Anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrem
- Anjurkan menggunakan tabir
surya SPF minimal 30 saat
berada di luar rumah
- Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun
secukupnya
5. Gangguan citra tubuh Citra tubuh Promosi citra tubuh
b/d perubahan Setelah dilakukan tindakan O
keperawatan citra tubuh dapat
struktur/bentuk tubuh - Identifikasi harapan citra
meningkat dengan kriteria hasil
tubuhberdasarkan tahap
: perkembangan
- melihat bagian tubuh - Identifikasi budaya, agama,
meningkat jenis kelamindan umur terkait
- menyentuh bagian
citra tubuh
tubuh meningkat
- Identifikasi perubahan citra
- verbalisai perasaan
negatif tentang tubuhyang mengakibatkan
perubahan tubuh isolasi sosial
menurun - Monitor frekuensi pernyataan
- fokus pada bagian kritik terhadap diri sendiri
tubuh menurun - Monitor apakah pasien bisa
- fokus pada penampilan melihat bagian tubuh yang
masa lalu menurun
- respon nonverbal pada berubah
perubahan tuuh T
membaik
- hubungan sosial - Diskusikan perubahan tubuh
membaik dan fungsinya
- Diskusikan penampilan fisik
terhadap harga diri
- Diskusikan perubahan akibat
pubertas, kehamilan, penuaan
- Diskusikan kondisi stres yang
mempengaruhi citra tubuh
- Diskusikan mengembangkan
harapan citra tubuh secara
realistis
- Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan
citra tubuh
E
- Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatanperubahan
citra tubuh
- Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
- Anjurkan menggunakan alat
bantu
- Anjurkan mengikuti kelompok
pendukung
- Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
- Latih peningkatan penampilan
diri
- Latih meningkatkan
kemampuan diri kepada orang
lain maupun kelompok

DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku saku. Jakarta: EGC.
Gloria M. Bulechek, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman & Cheryl M. Wagner.
2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Mosby: United States
of America.
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Jersey: Upper Saddle River
Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta: EGC.
Slone, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC.
Smeltzer & Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta: EGC
Suratun., dkk. 2008. Klien Dengan Sistem Muskoloskeletal: Seri Asuhan Keperawatan.
Jakarta: EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : defenisi dan
indikator diagnostik. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : defenisi dan
kriteri hasil. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : defenisi dan
tindakan keperawatan. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7. EGC : Jakarta.

You might also like