Professional Documents
Culture Documents
1.3 Iktiofauna
Pengumpulan data nekton khususnya jenis ikan dilakukan dengan cara pengamatan langsung dan
wawancara dengan penduduk setempat, serta dengan metode beach scene (jaring pantai).
a b
Gambar 2.1 a. Kondisi Sungai Kurus, di sebelah selatan sungai sudah mulai terbangun jalan
dan sebelah utara sungai merupakan daerah tambak; b. sisa-sisa tegakan alami pohon bakau
di sekitar tambak.
b. Desa Tanjung Pasir (6°01'26.4''S; 106°40'21.1''E)
Pengambilan data diarah selatan dari Desa Tanjung Pasir, tepatnya di daerah lahan
pengurugan bekas tambak. Sebelah utara daerah tapak proyek berbatasan dengan daerah
wisata Pantai Tanjung Pasir yang dikelola oleh Kabupaten Tangerang dan juga berbatasan
dengan kawasan konservasi penangkaran bakau (Rhizopora stilosa) yang dikelola oleh
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten bersama Perhutani.
a b
Gambar 2.2. a. Daerah pengerukan bekas tambak; b. kawasan konservasi penangkaran
bakau disebelah utara tapak proyek.
c. Desa Tanjung Burung (6°01'38.2''S; 106°38'55.7''E)
Pengambilan data terletak disebelah utara Desa Tanjung Burung, di daerah yang didominasi
oleh tambak, rawa dan hutan bakau. Keberadaan lahan basah yang masih memiliki formasi
hutan bakau menjadi habitat beberapa jenis tumbuhan berbiji dan paku yang dijadikan
sebagai kawasan makan (Feeding ground) bagi burung-burung dan hewan lain.
a b
Gambar 2.3. a. Daerah tambak yang dikelilingi oleh rawa; b. hutan bakau di kawasan
Hutan Negara Perum Perhutani.
d. Desa Kohod (6°00'37.8''S; 106°38'12.1''E)
Pengambilan data terletak di Muara Sungai Cisadane yang berada paling utara dan
berbatasan langsung dengan laut. Kawasan ini didominasi oleh rawa, tambak dan beberapa
sisa-sisa tegakan formasi bakau dan vegetasi sepanjang aliran sungai yang masih tersisa.
Keberadaan ekosistem lahan basah menjadi habitat bagi hewan dan tumbuhan sebagai
kawasan makan (Feeding ground) dan perkembangbiakan (Spawning ground).
a b
Gambar 2.4. a. Daerah rawa yang tertutupi sampah yang mengelilingi tambak; b. Sisa-sisa
tegakan bakau.
3. Hasil
3.1 Flora
3.1.1 Desa Muara
Secara administratif, lokasi 1 berada di antara sungai Kurus dan Desa Muara. Kawasan
pengambilan data di lokasi 1 didominansi oleh empang dan tambak selain dijadikan kawasan
wisata pancing, juga dijadikan area penanaman mangrove di sempadan tambak. Selain sebagai
tanggul untuk menghindari abrasi, keberadaan mangrove di sempadan tambak menjadi tempat
bertelur ikan dan udang, terutama ikan Chanos chanos (Bandeng) yang banyak dibudidayakan
masyarakat sekitar. Hal ini berakibat pada banyaknya jenis mangrove yang ditemui di wilayah
tambak. Berdasarkan hasil sampling di lokasi 1, komposisi vegetasi umumnya didominasi oleh
tumbuhan mangrove dari marga Avicennia (Api-api) dan Rhizopora (Bakau). Adanya ekosistem
buatan yaitu tambak membuat burung-burung air banyak ditemukan di kawasan ini.
Tabel 3.1.1.1 Jenis-jenis tumbuhan lokasi 1
No. Nama Jenis Familia Nama Daerah Status IUCN
1. *Avicennia marina Acanthaceae Api-api Laut LC
2. *Rhizopora apiculata Rhizoporaceae Bakau minyak LC
3. *Rhizopora mucronata Rhizoporaceae Bakau kurap LC
4. Acalypha indica Euphorbiaceae Anting-anting -
5. Acasia mangium Fabaceae Akor LC
6. Azadirachta indica Meliaceae Mimba -
7. Cerbera manghas Apocynaceae Bintaro -
8. Chromolaena odorata Asteraceae Kirinyuh -
9. Cyperus imbricatus Cyperaceae Teki -
10. Mercurialis perennis Euphorbiaceae Merkuri Anjing -
11. Morinda citrifolia Rubiaceae Mengkudu -
12. Pluchea indica Asteraceae Beluntas -
Keterangan : * (Mangrove sejati)
LC (Least Concern)
Lokasi 2 merupakan kawasan tapak proyek yang berbatasan dengan wilayah penangkaran
mangrove Rhizopora stilosa. Secara administratif, lokasi 2 berada di Desa Tanjung Pasir dan
merupakan kawasan bekas tambak dan empang yang telah di urug. Keberadaan kegiatan proyek
menyebabkan komposisi vegetasi yang didominan yaitu tumbuhan dari kelompok Poaceae dan
Fabaceae. Tumbuhan berkayu dengan habitus pohon ditemukan pada wilayah batas proyek yang
berbatasan dengan jalan raya dan tempat tinggal masyarakat. Jenis tumbuhan habitus pohon yang
ditemukan adalah kelompok mangrove jenis Avicennia alba dan Spondias dulcis. Kawasan tapak
proyek di lokasi 2 juga berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah Utara dan kawasan pantai
Tanjung Pasir yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang. Adanya kawasan perhutani
dan penangkaran mangrove membuat stabilitas ekosistem di batas tapak proyek masih terjaga.
Burung-burung pantai kerap ditemukan bertengger dan bersarang dikawasan penangkaran
mangrove.
A B
Lokasi sampling 3 berada di antara kawasan proyek yang berbatasan dengan Desa Tanjung
Burung. Kawasan yang didominasi oleh wetland (Lahan basah) yang terdiri dari sungai, empang
atau tambak, dan rawa menjadikan lokasi 3 sebagai kawasan yang nyaman bagi keberadaan
tumbuhan mangrove dan tumbuhan air. Keberadaan tumbuhan rawa khas seperti Typha membuat
ekosistem tersendiri bagi burung-burung air, reptil, amfibi dan ikan untuk berkembang biak
(Spawning), mencari makan (feeding), merawat anak (Nursery) dan tempat berlindung (Shelter).
Selain terdapat ekosistem rawa, di lokasi pengambilan data ini juga terdapat ekosistem mangrove
yang dikelola oleh Perum Perhutani. Keberadaan ekosistem mangrove dicirikan dengan
kemunculan mangrove sejati dan mangrove asosiasi.
Jenis mangrove asosiasi yang dominan adalah genus Pluchea (Beluntas), Acanthus (Jeruju) dan
Achrostichnum (Paku Laut). Mangrove sejati yang ditemukan di lokasi 3 adalah genus Avicennia
(Api-api), Nypa (Nipah), Rhizpora (Bakau), dan Excoecaria (Ki Buta). Mangrove sejati dan
mangrove asosiasi tumbuh di sepanjang sempadan sungai dan kawasan Perhutani. Keberadaan
tumbuhan jenis Excoecaria agallocha (Ki Buta) yang hanya ditemukan satu individu menjadi
spesies kunci (key species). Selain itu, Excoecaria agallocha memiliki status konservasi secara
global LC dec (Least Concern decreasing) berdasarkan status konservasi yang dikeluarkan oleh
IUCN (International Union For Conservation Of Nature). Karena populasinya yang cenderung
menurun, perlindungan terhadap tumbuhan Excoecaria agallocha (Ki Buta) perlu dilakukan.
Dengan tidak adanya pemanfaatan kayu dan penebangan liar di kawasan mangrove. Keberadaan
perhutani diharapkan dapat membantu menjaga kawasan mangrove dari kerusakan sekaligus
dapat dijadikan kunci stabilitas ekosistem.
Lokasi sampling 4 berada diantara muara Cisadane dan Desa Kohod, kawasan ini
merupakan kawasan terluar proyek pembangunan PIK Extension. Lokasi 4 masih didominansi
oleh ekosistem basah yang terdiri dari ekosistem rawa atau lahan gambut, ekosistem mangrove,
dan ekosistem muara. Adanya ragam ekosistem ditambah ekosistem buatan seperti tambak dan
empang membuat lokasi 4 bervariasi dalam komposisi flora dan fauna. Vegetasi yang dominan
terdapat di lokasi 4 adalah kelompok Cyperaceae dari genus Scirpus (Mensiang) dan
Schoenoplectus (Kumbuh) yang tumbuh di wilayah perairan dangkal. Selain itu, tumbuhan
sempadan muara seperti Saccharum spontaneum (Gelagah), Ipomoea carnea (Krangkung) dan
Typha angustifolia (Lembang) menjadikan lokasi 4 sebagai kawasan yang menandakan stabilitas
ekosistem yang baik.
Jenis-jenis mangrove yang ditemukan di lokasi 4 adalah Avecennia alba, Avicennia
marina, Rhizopora mucronata, Nypa fruticans, Sunneratia alba dan Sonneratia caseolaris.
Dominansi tumbuhan air dan tumbuhan mangrove serta minimnya aktifitas antropogenik yang
terjadi berdampak pada kerap kalinya ditemukan kelompok-kelompok burung air dan burung
pantai mencari makan di kawasan ini. Selain itu, lokasi 4 menjadi habitat bagi Buaya muara
(Crocodilus porosus) dan tumbuhan Angsana (Pterocarpus indicus). Tumbuhan jenis Angsana
(Pterocarpus indicus) secara global berdasarkan status konservasi yang dikeluarkan IUCN
adalah Endangered (Terancam). Pemanfaatan kayu Angsana yang berlebihan serta penanaman
yang minim membuat status konsrvasi Angsana secara global terancam (Endangered).
Tabel 3.1.4.1 Jenis-jenis tumbuhan lokasi 4
No. Nama Jenis Familia Nama Daerah Status IUCN
1. *Avicennia alba Acanthaceae Api-api LC
2. *Avicennia marina Acanthaceae Api-api Laut LC
3. *Nypa fruticans Arecaceae Nipah LC
4. *Rhizopora mucronata Rhizoporaceae Bakau Kurap LC
5. *Sonneratia alba Lythraceae Pidada LC
6. *Sonneratia caseolaris Lythraceae Pidada Merah LC
7. Acasia mangium Fabaceae Akor -
8. Achrostichnum aureum Pteridaceae Paku Laut LC
9. Alternanthera paronychioides Amaranthaceae Kremah -
10. Amaranthus dubius Amaranthaceae Babayeman -
11. Cerbera manghas Apocynaceae Bintaro -
12. Chara sp Charophyceae Ganggeng -
13. Cocos nucifera Arecaceae Kelapa -
14. Colocasia esculenta Araceae Talas -
15. Cyperus compactus Cyperaceae Jekeng -
16. Cyperus imbricatus Cyperaceae Teki -
17. Ficus religiosa Moraceae Ara suci -
18. Ipomoea carnea Convolvulaceae Krangkungan -
20. Ipomoea pes-caprae Convolvulaceae Ubi Pantai -
21. Leersia hexandra Poaceae Kalamenta -
22. Leonotis leonurus Lamiaceae Ekor Singa -
23. Ludwigia peruviana Onagraceae Cacabean -
24. Muntingia calabura Muntingiaceae Kersen -
25. Panicum repens Poaceae Lalampuyangan -
26. Pluchea indica Asteraceae Beluntas -
27. Pterocarpus indicus Fabaceae Angsana EN
28. Saccharum spontaneum Poaceae Gelagah -
29. Schoenoplectus mucronata Cyperaceae Kumbuh -
30. Scirpus grossus Cyperaceae Mensiang -
31. Spondias dulcis Anacardiaceae Kedondong -
32. Typha angustifolia Tuphaceae Lembang LC
33. Urena lobata Malvaceae Pulutan -
Keterangan : * (Mangrove sejati)
LC (Least Concern)
EN (Endangered)
Berdasarkan hasil sampling Flora darat yang dilakukan di empat (4) titik lokasi, dimana dua
(Desa Muara dan Desa Tanjung Pasir) di antaranya telah mengalami perubahan tata guna lahan,
sedangkan dua (Desa Tanjung Burung dan Desa Kohod) lokasi lainnya belum mengalami
perubahan tata guna lahan dan menunjukan komposisi vegetasi yang di dihuni oleh kelompok
tumbuhan berhabitus semak, herba, perdu hingga pohon. Selain itu, kelompok tumbuhan berbiji
hingga tumbuhan paku juga ditemukan keberadaannya di lokasi sampling. Dari keempat lokasi
pengambilan data, dominansi tumbuhan ekosistem lahan basah yang termasuk ekosistem rawa,
ekosistem mangrove, ekosistem muara, dan ekosistem buatan berupa empang dan tambak
menunjukan dominansi tumbuhan seperti Typha angustifolia, Schoenoplectus validus, Avicennia
alba, Avicennia marina, Rhizopora mucronata, Achanthus ilicifolius dan Pluchea indica. Hal ini
disebabkan kondisi topografi PIK Extension yang umumnya dataran rendah dan merupakan
kawasan lahan basah, sehingga didominasi oleh tumbuhan air dan tumbuhan mangrove yang
mampu beradaptasi terhadap lingkungan basah dan toleran terhadap perubahan kadar garam.
Adanya kegiatan tapak proyek, akan merubah rona lingkungan atau kondisi topografi kawasan,
yang secara langsung dapat memberikan dampak pada pengurangan variasi komposisi vegetasi
akibat hilangnya ekosistem. Hilangnya ekosistem yang berakibat pada hilangnya komposisi
vegetasi akan berdampak pada menurunnya stabilitas ekosistem yang dicirikan dari penurunan
jumlah fauna, siklus biogeokimia yang terganggu dan menurunnya produktivitas. Penurunan
kualitas lingkungan akibat menurunnya stabilitas ekosistem, apabila tidak dikendalikan dan
segera diatasi dalam waktu dekat akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia.
Upaya rencana kelola lingkungan dan monitoring selama proses pembangunan dapat dilakukan,
untuk mengatasi dan mencegah dampak lingkungan yang akan terjadi.
3.2 Fauna
3.2.1 Avifauna
Tercatat sebanyak 78 jenis avifauna yang tergolong kedalam 37 famili di seluruh lokasi
pengambilan data. Teridentifikasi 1 jenis merupakan jenis endemik Pulau Jawa yaitu bubut Jawa
(Centropus nigrorufus). Status perlindungan menurut Peraturan Mentri LHK 106 tahun 2018
mengindentifikasi sebanyak 13 jenis yang dilindungi. Sedangkan menurut status konservasi
IUCN tercatat sebanyak 1 jenis tergolong kritis (CR) yaitu cikalang christmas (Fregata
andrewsi), 2 jenis terancam (EN) yaitu bangau blowok (Mycteria cinerea) dan kacamata Jawa
(Zosterops flavus) dan 2 jenis rentan (VU) yaitu bubut Jawa (Centropus nigrorufus) dan kerak
kerbau (Acridotheres javanicus). Beberapa jenis burung migran juga tercatat sebanyak 16 jenis,
selengkapnya jenis-jenis tersebut dan jenis yang dilindungi Permen LHK dapat dilihat pada
Tabel 3.2.1.1.
Analisis indeks keanekaragaman (H’) diseluruh lokasi (gabungan 4 lokasi) mendapatkan nilai
sebesar 3.45 dengan jumlah total 78 jenis. Nilai tersebut termasuk kategori tinggi dan dapat
diartikan bahwa populasi avifauna tinggi dan tersebar merata. Nilai (H’) terendah perlokasi
sebesar 2.40 berada di titik sampling di desa Tanjung Pasir dengan jumlah 22 jenis, nilai H’ yang
rendah salah satunya karena kehadiran jenis yang rendah yang dapat disebabkan oleh alih fungsi
lahan habitat avifauna. Sedangkan nilai (H’) tertinggi berada di titik sampling di Desa Kohod
dengan nilai 2.99 dan jumlah jenisnya sebanyak 48 jenis. Lokasi sampling tersebut tergolong
masih memiliki habitat yang cukup baik dengan adanya tegakan vegetasi alami, seperti tegakan
hutan bakau dan vegetasi sepanjang aliran sungai. Semakin baiknya kondisi tutupan vegetasi
akan berkorelasi positif terhadap daya dukung lingkungan bagi setiap jenis hewan yang hidup
didalamnya. Lokasi lainnya yaitu Desa Muara berhasil mendapatkan nilai H’ sebesar 2.60
dengan jumlah 21 jenis dan termasuk kedalam kategori sedang. Selanjutnya Desa Tanjung
Burung mendapatkan nilai H’ sebesar 2.89 dengan jumlah temuan jenis sebanyak 28 yang
tergolong kedalam kategori sedang.
Temuan menarik yang berhasil tercatat adalah ditemukannya jenis yang langka, dilindungi,
endemik, dan terancam punah di beberapa lokasi pengambilan data (Gambar 3.2.1.1). Hal ini
menunjukan sebenarnya lokasi ini memiliki daya dukung lingkungan bagi beberapa jenis burung
tersebut, sehingga perlu adanya pengelolaan yang berlandaskan pembangunan berkelanjutan.
a b c
d e f
Gambar 3.2.1.1. a. Elanglaut perut-putih yang dilindungi oleh Permen LHK; b. Alapalap kawah
jenis burung migran yang juga dilindungi oleh Permen LHK; c. Cikalang christmas burung
dengan status IUCN kritis (CR) dan dilindungi oleh Permen LHK; d. Cerek kalung-kecil jenis
burung air migran; e. Bangau bluwok yang dilindungi Permen LHK dan memiliki status IUCN
terancam (EN); f. Gajahan Pelanga merupakan burung migran yang dilindungi Permen LHK.
3.2.2 Herpetofauna
Tercatat sebanyak 8 jenis herpetofauna yang tergolong kedalam 6 famili di seluruh lokasi
pengambilan data. 1 jenis merupakan jenis amphibia (katak/kodok) dan 7 lainnya merupakan
jenis reptilia. Teridentifikasi 1 jenis murupakan jenis asing invasif yang berkembang biak dan
dapat mengancam biodiversitas dilokasi tersebut. Jenis tersebut adalah bunglon taman (Calotes
vesicolor). Terdapat potensi beberapa jenis ular berbahaya dan berbisa di lokasi pengambilan
data dan selain itu terdapat jenis buaya muara ( Crocodylus porosus) di lokasi pengambilan data
Desa Kohod yang berbahaya bagi manusia apabila terjadi serangan.
Tabel 3.2.2.1. Jenis-jenis herpetofauna yang tercatat di lokasi PIK II Extention 2021
Kelas Lokasi* Status**
No Famili Nama Indonesia
1 2 3 4 E RI IUCN
Nama Ilmiah
Amphibia
1. Dicroglossidae
1 Fejervarya cancrivora Katak sawah + - n LC
Reptilia
1. Agamidae
2 Calotes vesicolor Bunglon taman + + + + I n -
2. Crocodylidae
3 Crocodylus porosus Buaya muara + - P LC
3. Gekkonidae
4 Hemidactylus platyurus Cecak berekor pipih + + - n -
5 Gekko gecko Tokek + - n LC
4. Scincidae
6 Eutropis multifasciata Kadal kebun + + + + - n LC
5. Varanidae
7 Varanus salvator Biawak + + + + - n LC
6. Homalopsidae
8 Cerberus schneiderii Ular Tambak + - n LC
Total 3 4 5 6
Sumber: Data Primer 2021
Ket:
*Lokasi: **Status:
1. Desa Muara E: I = Invasive species; - = Non-
2. Desa Tanjung Pasir invasive species
3. Desa Tanjung Burung RI (Permen LHK No. 106): P =
4. Desa Kohod Dilindungi; n = Tidak dilindungi.
IUCN (International Union of
Conservation of Nation): LC
(Resiko rendah).
a b c
Gambar 3.2.1.2. a. Ular tambak salah satu ular yang berbisa dan dapat berakibat fatal bagi
sebagian orang; b. Bunglon taman adalah salah satu jenis invasif; c. Buaya muara yang sedang
berjemur di tepi tambak di Desa Kohod.
3.2.3 Iktiofauna
Sebanyak 6 jenis ikan berhasil tercatat di lokasi pengambilan data, beberapa diantaranya
merupakan ikan budidaya masyarakat salah satunya adalah bandeng (Chanos chanos) dan
beberapa jenis merupakan jenis ikan liar penghuni perairan tropis air tawar seperti tembakang
(Helostoma temminckii). Jenis ikan yang tercatat tidak tergolong dilindungi, tetapi 1 jenis yang
tergolong rentan (VU) menurut IUCN, jenis tersebut adalah Mujair (Oreochromis mossambicus).
a b
Gambar 3.2.1.3. a. jenis ikan tembakang merupakan ikan liar yang umum diperairan air tawar;
b. Pengambilan ikan oleh masyarakat menggunakan jaring di Desa Tanjung Burung.
Daftar Pustaka
Das, I. 2010. A Fieldguide to the Reptiles of Shoutheast Asia. London: New Holland Publishers
(UK) Ltd.
Eaton, J.A., B. van Balen., B. N. W. Brickle., & F. E. Rheindt. 2016. Birds of the Indonesian
Archipelago. Greater Sundas and Wallacea. Lynx Edicions. Barcelona.
Handbook of the Birds of the World and BirdLife International (2021). Handbook of the Birds of
the World and BirdLife International digital checklist of the birds of the world. Version 4.
Available at: http://datazone.birdlife.org/userfiles/file/Species/Taxonomy/HBW-
BirdLife_Checklist_v6_Dec21.zip.
IUCN, 2021. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2021.1. Online Database at
http://www.iucnredlist.org/.
MacKinnon J., K. Phillips, & B. v. Balen. 2000. Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan. BirdLife International Indonesia Programme dan Puslitbang Biologi LIPI.
Bogor.
Somaweera, R. 2017. 2nd Edition A Naturalist’s Guide to The Reptilies & Amphibians of Bali.
John Beaufoy Publishing.
Sukmantoro, W., Irham, M., Novarino, W., Hasudungan, F., Kemp, N., Muchtar, M. 2007.
Daftar burung Indonesia no. 2. Bogor (ID): Indonesian Ornithologists’ Union.