Professional Documents
Culture Documents
Eeee
Eeee
BAB I
PENDAHULUAN
Kontribusi wajib kepada negara yang terhutang oleh orang pribadi atau badan
2007 pasal 1 ayat 1 pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi setiap negara
termasuk di Indonesia ( Selviani et al, 2019). Pajak mempunyai peranan yang sangat
pemerintah. Hampir sebagian besar wajib pajak tidak ada secara sukarela dengan
senang hati untuk membayar pajak dan berusaha untuk membayar pajak sekecil
mungkin karena dengan membayar pajak akan mengurangi pendapatan atau laba
2016).
dan kewajiban pada wajib pajak untuk menghitung, membayar serta melaporkan
penghasilan kena pajaknya melalui self assessment system yang diterapkan. Self
assessment system merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
untuk meningkatkan kemandirian dan melepas ketergantungan dari negara lain serta
2
beralih pada kemampuan bangsa, dimana salah satu caranya adalah dengan
meningkatkan penerimaan negara dalam sektor pajak (Dewinta & Setiawan, 2016).
pemerintah dan perusahaan dapat menimbulkan ketidak patuhan yang dilakukan oleh
pihak perusahaan yang berakibat pada upaya perusahaan dengan melakukan tax
yang dimungkinkan oleh undang-undang pajak (Kurniasih & Sari, 2013). Dengan
persoalan tersebut penghindaran pajak merupakan persoalan yang rumit dan unik.
Penghindaran pajak (tax avoidance) merupakan upaya yang dilakukan wajib pajak
untuk dapat mengurangi pajak secara legal yang tidak melanggar peraturan
perpajakan (Richmadenda & Pratomo, 2018). Praktik tax avoidance yang dilakukan
berbagai cara untuk mengurangi beban pajaknya (Putri & Putra, 2017).
akses pada tanggal 13 Juli 2019, pukul 20:00 WIB). Hal ini dikarenakan makanan
dan minuman telah dijadikan suatu kebutuhan bagi masyarakat Indonesia yang
global, karena mahal atau tidaknya harga produk perusahaan food and beverages
3
akan tetap dibeli oleh masyarakat. Makanan, minuman dan alat-alat lainnya telah
yang diakses pada tanggal 13 Juli 2019, pukul 20:00 WIB). Pendapatan domestik
bruto perusahaan food and beverages merupakan yang paling tinggi dibandingkan
dengan sektor lainnya oleh karena itu sektor industri food and beverages dianggap
sebagai salah satu industri yang mempunyai peran penting untuk mempengaruhi
kemungkinan perusahaan food and beverages mendapatkan laba yang cukup besar.
Menurut Sulistyanto (2013) makin besar laba yang diperoleh perusahaan maka
semakin besar pula pajak yang harus di bayarkan. Hal ini akan mendorong
Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) melakukan pembayaran beban pajak penghasilan kepada negara dari
Tabel I.1.
DLTA, ICBP, INDF, MLBI, MYOR, ULTJ tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
ada peningkatan, dan perusahaan ROTI, tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
tahun 2017 menurun, sedangkan perusahaan SKBM, SKLT, STTP tahun 2016
AISA mengalami rugi pendapatan atau laba sebelum pajak tahun 2017 sebesar Rp
mengalami rugi pendapatan atau laba sebelum pajak tahun 2015 sebesar Rp
perusahaan sub sektor makanan dan minuman melakukan penghindaran pajak untuk
Astuti & Aryani (2016) semakin kecil nilai ETR berarti penghindaran pajak oleh
perusahaan semakin besar dan begitu pula sebaliknya semakin besar nilai ETR maka
penghindaran pajaknya semakin kecil. Nilai ETR berkisaran lebih dari 0 dan kurang
dari 1. Kesimpulannya dari tabel I.1. juga dapat di lihat dari nilai ETR yang
membuktikan bahwa nilai ETR berkisaran lebih dari 0 dan kurang dari 1, sehingga
semakin kecil nilai ETR berarti penghindaran pajak oleh perusahaan semakin besar.
Selain istilah tax avoidance, terdapat juga istilah tax evasion. Terdapat
perbedaan tax avoidance dan tax evasion. Tax evasion mengacu terhadap
tidak benar ataupun melakukan pengurangan pendapatan yang tinggi, sedangkan tax
pengertian yang dijelaskan oleh para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa
arrangements of tax fair’s affairs yaitu suatu perbuatan legal dengan memanfaatkan
menggunakan rasio effective tax rates (ETR) yang dihitung menggunakan beban
adanya pembengkakan biaya yang besar pada tahun 2002, 2003, 2004 dan 2006.
Beban biaya yang besar menyebabkan penghasilan kena pajak berkurang sehingga
beban kena pajaknya PT CCI otomatis ikut mengecil. Beban biaya tersebut
merupakan hasil dari pembiayaan iklan minuman merk Coca Cola dari rentang waktu
tahun 2002-2006 dengan total sebesar Rp 566,84 miliar. Akibatnya, ada penurunan
penghasilan kena pajak. Menurut DJP, total penghasilan kena pajak CCI pada periode
penghasilan kena pajak hanya berjumlah Rp 492,59 miliar. Dengan selisih itu, DJP
menghitung kekurangan pajak penghasilan (PPh) CCI Rp 49,24 miliar. Bagi DJP,
7
beban biaya itu sangat mencurigakan dan hal tersebut mengarah pada praktik tax
20:00 WIB). Selain kasus PT Coca Cola Indonesia, terdapat beberapa perusahaan
informasi yang dilakukan oleh manajemen lama ternyata tidak disertai bukti-bukti
yang cukup. Seperti diketahui, manajemen baru ADES melaporkan telah terjadi
menggunakan asumsi harga jual rata-rata diluar PPN. Untuk tahun 2001 perbedaan
Untuk tahun 2002 sebesar Rp 45 miliar, untuk tahun 2003 sebesar Rp 55 miliar serta
rendah dari penjualan yang telah dilaporkan pada tahun-tahun yang disebut di atas.
manajemen laba yang dilakukan oleh PT ADES termasuk increasing income karena
8
PT ADES melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk menarik investor agar
tanggal 13 Juli 2019, pukul 20:00 WIB). Dari beberapa fenomena diatas dapat
menjelaskan bahwa walaupun tax avoidance secara literal tidak melanggar hukum,
semua pihak sepakat bahwa yang namanya penghindaran pajak merupakan sesuatu
yang secara praktik tidak dapat diterima. Hal ini dikarenakan penghindaran pajak
dibutuhkan oleh negara (pajak.go.id, yang diakses pada tanggal 13 Juli 2019, pukul
20:00 WIB).
adalah ukuran perusahaan dan leverage. Menurut Hidayat (2018) faktor yang
penjualan. Menurut Lestari & Putri (2017) corporate governance, koneksi politik
dan leverage adalah faktor yang mempengaruhi tax avoidance. Penulis tertarik untuk
karena menurut Saifudin & Yunanda (2016) ukuran perusahaan adalah suatu skala
yang menentukan besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari nilai total assets
sebuah perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya dan merupakan faktor yang
Ukuran Perusahaan
120.00
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00
MYO PSD SKB
AISA ALTO CEKA DLTA ICBP INDF MLBI ROTI SKLT STTP ULTJ
R N M
2017 29.80 27.73 27.96 27.92 31.08 32.11 28.55 30.33 27.26 29.15 28.12 27.18 28.48 29.28
2016 29.86 27.78 27.99 27.81 30.99 30.99 28.45 30.19 27.21 28.70 27.63 27.07 28.48 29.08
2015 29.83 27.80 28.03 27.67 30.91 32.15 28.37 30.06 27.15 28.63 27.36 26.66 28.28 28.90
Gambar I.1.
sub sektor makanan dan minuman dari tahun 2015-2017 persentasenya mengalami
fluktuasi. Berarti yang didapatkan perusahaan juga setiap tahunnya ada kenaikan dan
penurunan, maka hal tersebut tentunya dapat meningkatkan kekayaan total assets dan
perusahaan diukur dengan logaritma natural (Ln) dari rata-rata total assets, semakin
besar total assets mengindifikasikan semakin besar pula ukuran perusahaan dan
10
semakin besar ukuran perusahaannya, maka transaksi yang dilakukan akan semakin
yang ada untuk melakukan tindakan tax avoidance dari setiap transaksi. Faktor
laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, assets dan modal saham tertentu.
menghasilkan laba selama periode tertentu pada tingkat penjualan, asset dan modal
saham tertentu (Dewinta & Setiawan , 2016). Rasio profitabilitas menjadi bentuk
ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan (Putri & Putra, 2017). Menurut Kamsir (2008),
manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari
perusahaan dalam menghasilkan laba dari pengelolaan aktiva yang dikenal dengan
tersebut. Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio, salah satunya adalah Return on
Assets, merupakan tingkat pengembalian investasi atas investasi perusahaan pada aset
11
tetap yang digunakan untuk operasi (Saifudin & Yunanda, 2016). Menurut Fadila
sehingga semakin baik pengelolaan assets perusahaan, Return on Assets dilihat dari
laba bersih perusahaan dan pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) untuk Wajib Pajak
Badan.
profitabilitas semakin tinggi nilai ROA, maka semakin besar juga laba yang diperoleh
perusahaan.
Profitabilitas
60.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
-10.00%
-20.00%
Gambar I.2.
Penghasilan Profitabilitas di ukur Rasio ROA Laba (Rugi) Bersih Setelah Pajak
(ROA) perusahaan sub sektor makanan dan minuman dari tahun 2015-2017
perusahaan CEKA, DLTA, ICBP, INDF, MLBI, MYOR, ROTI, SKBM, SKLT,
juga setiap tahunnya ada kenaikan dan penurunan, kemudian perusahaan AISA
mengalami kerugian tahun 2017 dengan persentase -9,71%. Perusahaan ALTO juga
mengalami kerugian tahun 2015 dengan persentase -2,06%, tahun 2016 dengan
persentase -2,27%, tahun 2017 dengan persentase -5,67%. Perusahaan PSDN juga
mengalami kerugian tahun 2015 dengan persentase -6,87%, tahun 2016 dengan
persentase -5,61%. maka pengembalian modal untuk investor tidak optimal. ROA
terlepas dari pendanaan semakin tinggi rasio ini, semakin baik performa perusahaan
dengan menggunakan assets dalam memperoleh laba bersih (Darmawan & Sukartha,
perusahaan, semakin tingginya nilai ROA yang mampu diraih oleh perusahaan maka
dengan total assets yang digunakan sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam
2017). Maka dari itu faktor tingkat Profitabilitas adalah faktor yang menarik untuk
diteliti.
menimbulkan bunga, biaya bunga dapat dikurangkan dari pajak (Barli, 2018)
Menurut Dewi & Noviari (2017) pembiayaan hutang terdapat komponen biaya
pinjaman yang menjadi pengurang dalam penghasilan kena pajak. Maka, laba
tinggi tingkat hutang maka diindikasikan semakin tinggi pula perusahaan melakukan
hutang itu sendiri dan untuk membiayai aktivitas atau kegiatan perusahaan lainnya
(Dharma & Ardiana, 2016). Pada peraturan perpajakan Pasal 6 ayat 1 huruf angka 3
UU nomor 36 tahun 2008 tentang PPh, bunga pinjaman merupakan biaya yang
pajak pada akhirnya akan mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar perusahaan
akan kebutuhan dana, perusahaan memiliki beberapa pilihan sumber dana yang dapat
digunakan, salah satu sumber dana yang digunakan adalah modal pinjaman (hutang),
modal pinjaman relative tidak terbatas jumlahnya dan memotivasi manajemen untuk
bekerja lebih aktif dan kreatif karena dibebani untuk membayar beban kewajibannya
(Hidayat, 2018).
14
Leverage
200.00%
180.00%
160.00%
140.00%
120.00%
100.00%
80.00%
60.00%
40.00%
20.00%
0.00%
Gambar I.3.
(Persentase)
(DER) perusahaan sub sektor makanan dan minuman dari tahun 2015-2017
tahunnya ada kenaikan dan penurunan, maka hal tersebut tentunya dapat mengurangi
perusahaan terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk
menggunakan debt to equity ratio (DER) dan dihitung menggunakan jumlah hutang
perusahaan dibagi dengan jumlah ekuitas yang dimiliki perusahaan. Maka dari itu
dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian yang dilakukan oleh Jasmine (2017),
Swingly & Sukartha (2015), Darmawan & Sukartha (2014), Dewinta & Setiawan
(2016) meneliti mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap tax avoidance, hasil
signifikan terhadap tax avoidance. Ada perbedaan hasil penelitian menurut Barli
signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih & Sari
(2013), Panjaitan (2016), Saifudin & Yunanda (2016), Sari et al (2016), Dharma &
signifikan terhadap tax avoidance, sedangkan hasil penelitian menurut Darmayanti &
terhadap tax avoidance telah dilakukan oleh beberapa peneliti adalah Cahyono et al
negatif dan tidak signifikan terhadap tax avoidance. Ada perbedaan hasil penelitian
16
menurut Darmawan & Sukartha (2014), Dewinta & Setiawan (2016) membuktikan
terhadap tax avoidance. Ada perbedaan hasil penelitian menurut Darmawan &
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tax avoidance. Penelitian yang
dilakukan oleh Dharma & Ardiana (2016) membuktikan bahwa leverage berpengaruh
positif dan signifikan terhadap tax avoidance. Ada perbedaan hasil penelitian
(Studi Empiris pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman yang
permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
17
1. Ketika ukuran perusahaan semakin besar yang dilakukan akan semakin kompleks,
penghindaran pajak.
2. Perusahaan menginginkan laba dengan jumlah yang besar tetapi tidak ingin
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek
sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
tahun 2015-2017?
memperoleh data informasi yang dapat memberikan pandangan pada perusahaan sub
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
signifikan terhadap tax avoidance pada perusahaan sub sektor makanan dan
minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015- 2017.
terhadap tax avoidance pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
terhadap tax avoidance pada perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang
khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan.
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris mengenai faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap tax avoidance pada perusahaan sub sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-
2017.
2. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan rujukan bagi peneliti lain untuk
melakukan penelitian ulang dengan objek penelitian yang sama dan subjek
1. Penulis
avoidance dan menambah wawasan dalam kebijakan perpajakan, agar dapat lebih
2. Perusahaan
pajak.
3. Pemerintah
4. Pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai wawasan dan pengetahuan