You are on page 1of 28

TUGAS ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA

PASIEN CA MAMAE + HIPERTENSI TINDAKAN OPERASI


MODIFIED RADIKAL MASTEKTOMI DENGAN GENERAL
ANESTESI DI RSUD SIM NAGAN RAYA

Disusun Oleh :

LUTH PRAMADASA PUTRA


NIM. 02202204063

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHATAN PKU MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
ANESTESIOLOGI SURAKARTA TAHUN 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN

I. CA MAMAE
A. Definisi
Ca mammae (carcinoma mammae) adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar,
saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Ca
mammae adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara. Kanker bisa
mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun jaringan
ikat pada payudara. (Medicastore, 2011).

B. Etiologi
Sebab-sebab keganasan pada mammae masih belum diketahui secara pasti (Price &
Wilson, 1995), namun ada beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab
terjadinya Ca mammae, yaitu:
1. Mekanisme hormonal
2. Virus
3. Genetik
4. Defisiensi imun

C. Tanda dan Gejala


1. Teraba adanya massa atau benjolan pada payudara
2. Payudara tidak simetris / mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
timbul pembengkakan
3. Ada perubahan kulit : penebalan, cekungan, kulit pucat disekitar puting susu,
mengkerut seperti kulit jeruk purut dan adanya ulkus pada payudara
4. Ada perubahan suhu pada kulit : hangat, kemerahan , panas
5. Ada cairan yang keluar dari puting susu
6. Ada perubahan pada puting susu : gatal, ada rasa seperti terbakar, erosi dan terjadi
retraksi
7. Ada rasa sakit
8. Penyebaran ke tulang sehingga tulang menjadi rapuh dan kadar kalsium darah
meningkat
9. Ada pembengkakan didaerah lengan
10. Adanya rasa nyeri atau sakit pada payudara.
11. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin besar.
12. Mulai timbul luka pada payudara dan lama tidak sembuh meskipun sudah diobati,
serta puting susu seperti koreng atau eksim dan tertarik ke dalam.
13. Kulit payudara menjadi berkerut seperti kulit jeruk (Peau d' Orange).
14. Benjolan menyerupai bunga kobis dan mudah berdarah.
15. Metastase (menyebar) ke kelenjar getah bening sekitar dan alat tubuh lain

D. Stadium Ca Mamae
Kanker payudara mempunyai 4 stadium, yaitu:
1. Stadium I
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm tanpa keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh.Tumor terbatas pada payudara dan tidak terfiksasi pada
kulit dan otot pektoralis.
2. Stadium IIa
Tumor yang berdiameter kurang 2 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter kurang 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.

3. Stadium IIb
Tumor yang berdiameter kurang 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
dan tanpa penyebaran jauh atau tumor yang berdiameter lebih 5 cm tanpa
keterlibatan limfonodus (LN) dan tanpa penyebaran jauh.
4. Stadium IIIa
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN)
tanpa penyebaran jauh.

5. Stadium IIIb
Tumor yang berdiameter lebih 5 cm dengan keterlibatan limfonodus (LN) dan
terdapat penyebaran jauh berupa metastasis ke supraklavikula dengan
keterlibatan limfonodus (LN) supraklavikula atau metastasis ke infraklavikula
atau menginfiltrasi / menyebar ke kulit atau dinding toraks atau tumor dengan
edema pada tangan.
Tumor telah menyebar ke dinding dada atau menyebabkan pembengkakan bisa
juga luka bernanah di payudara.Didiagnosis sebagai Inflamatory Breast Cancer.
Bisa sudah atau bisa juga belum menyebar ke pembuluh getah bening di ketiak
dan lengan atas, tapi tidak menyebar ke bagian lain dari organ tubuh
6. Stadium IIIc
Ukuran tumor bisa berapa saja dan terdapat metastasis kelenjar limfe
infraklavikular ipsilateral, atau bukti klinis menunjukkan terdapat metastasis
kelenjar limfe mammaria interna dan metastase kelenjar limfe aksilar, atau
metastasis kelenjar limfe supraklavikular ipsilateral

7. Stadium IV
Tumor yang mengalami metastasis jauh, yaitu : tulang, paru-paru, liver atau
tulang rusuk.
E. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
2. Radioterapi
3. Manipulasi hormonal
4. Kemoterapi

II. MODIFIED RADIKAL MASTEKTOMI


Pengangkatan payudara sepanjang nodul limfe axila sampai otot pectoralis
mayor.Lapisan otot pectoralis mayor tidak diangkat namun otot pectoralis minor bisa jadi
diangkat atau tidak diangkat.

III. GENERAL ANESTESI


A. Pengertian
Anestesi umum atau general anestesi merupakan suatu tindakan menghilangkan
nyeri, membuat tidak sadar, dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversible dan
dapat diprediksi. Dalam anestesi umum menyebabkan hilangnya ingatan saat
dilakukan pembiusan dan operasi sehingga pada saat pasien sudah sadar, pasien tidak
mengingat peristiwa pembedahan/pembiusan yang baru saja dilakukan (Pramono,
2019).
B. Jenis Anestesi General
1. Balance Anestesi
2. Total Intravena
3. Inhalasi

C. Tahapan Evaluasi Pra Anestesi


1. Pemeriksaan pra anestesi meliputi: anamnesis, pemeriksaan fisik,pemeriksaan
penunjang, sesuai indikasi, serta konsultasi dokter spesialis lain bila diperlukan.
Dokter anestesi dapat menunda atau menolak tindakan anestesi bila hasil evaluasi
pra anestesi belum dan atau tidak layak.
2. Menentukan status fisik pasien mengacu pada klasifikasi ASA dan mengevaluasi
jalan napas.
3. Informed consent menjelaskan rencana tindakan anestesi, komplikasi dan resiko
anestesi, memperoleh ijin tertulis dari pasien atau keluarga pasien.
4. Medikasi pra anestesi
Medikasi pra anestesi dapat diberikan sesuai kebutuhan, antara lain obat golongan
sedative tranquilizer, analgetic opioid, anti emetic. Jalur pemberian obat dapat
diberikan melalui oral, IV, IM, rectal, intranasal.
5. Rencana pengelolaan pasca bedah
6. Menjelaskan teknik dan obat yang digunakan untuk penanggulangan nyeri pasca
bedah, menjelaskan rencana perawatan pasca bedah (ruang rawat biasa atau ruang
rawat khusus).
7. Dokumentasi (pencatatan dan pelaporan)
Hasil evaluasi pra anestesi didokumentasikan/dicatat secara lengkap direkam
medik pasien.

D. Anestesi dengan Masalah Hipertensi


Hipertensi merupakan sebuah kondisi yang ditandai adanya tekanan aliran darah yang
cukup tinggi melawan dinding pembuluh darah arteri dan terjadi kronis, sehingga
dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti jantung. Hipertensi umumnya
ditemukan pada pasien yang akan menjalani suatu prosedur pembedahan dan sering
sekali tidak diobati dan ditangani dengan optimal. Evaluasi pra anestesi pada pasien
hipertensi sangat diperlukan. Pemeriksaan perlu dilengkapi dengan riwayat kualitas
kontrol tekanan darah dan agen anti hipertensi yang digunakan selama ini. Data
yang lebih
penting adalah mencari tahu kerusakan target organ akibat hipertensi. Karena
komplikasi dari hipertensi seringkali menjadi faktor prediktif resiko kejadian buruk
saat perioperatif dibandingkan dengan penyakit hipertensi itu sendiri. Kerusakan
target organ seperti gangguan jantung, penyakit pembuluh darah serebral, disfungsi
ginjal dan penyakit pembuluh darah perifer. Pasien hipertensi dari ringan hingga
sedang tanpa disfungsi organ subklinis, ataupun faktor resiko tambahan, dapat
dilanjutkan mennerima tindakan anestesi dan operasi tanpa penundaan. Pada pasien
dengan hipertensi berat (stadium 3) dan tidak terkontrol yang dijadwalkan operasi
elektif, akan tetapi belum dievaluasi kerusakan organnya, sebaiknya dilakukan
penundaan operasi terlebih dahulu.
Induksi anestesia dan intubasi endotrakea sering menimbulkan goncangan
hemodinamik pada pasien hipertensi. Saat induksi sering terjadi hipotensi namun saat
intubasi sering menimbulkan hipertensi. Hipotensi diakibatkan vasodilatasi perifer
terutama pada keadaan kekurangan volume intravaskuler sehingga preloading cairan
penting dilakukan untuk tercapainya normovolemia sebelum induksi. Disamping itu
hipotensi juga sering terjadi akibat depresi sirkulasi karena efek dari obat anestesi dan
efek dari obat antihipertensi yang sedang dikonsumsi oleh penderita, seperti ACE
inhibitor dan angiotensin receptor blocker. 3,8,10 Hipertensi yang terjadi biasanya
diakibatkan stimulus nyeri karena laringoskopi dan intubasi endotrakea yang bisa
menyebabkan takikardia dan dapat menyebabkan iskemia miokard. Angka kejadian
hipertensi akibat tindakan laringoskopi-intubasi endotrakea bisa mencapai 25%.
Dikatakan bahwa durasi laringoskopi dibawah 15 detik dapat membantu
meminimalkan terjadinya fluktuasi hemodinamik Beberapa teknik dibawah ini bisa
dilakukan sebelum tindakan laringoskopi-intubasi untuk menghindari terjadinya
hipertensi. Langkah – langkah anestesi dengan hipertensi :
1. Dalamkan anestesia dengan menggunakan gas volatile yang poten selama 5-10
menit.
2. Berikan opioid (fentanil 2,5-5 mikrogram/kgbb, alfentanil 15-25
mikrogram/kgbb, sufentanil 0,25- 0,5 mikrogram/kgbb, atau ramifentanil 0,5-1
mikrogram/kgbb).
3. Berikan lidokain 1,5 mg/kgbb intravena atau intratrakea.
4. Menggunakan beta-adrenergik blockade dengan esmolol 0,3-1,5 mg/kgbb,
propanolol 1-3 mg, atau labetatol 5-20 mg).
5. Menggunakan anestesia topikal pada airway
6. Pemilihan obat induksi untuk penderita hipertensi adalah bervariasi untuk
masing- masing klinisi. Propofol, barbiturate, benzodiazepine dan etomidat
tingkat keamanannya adalah sama untuk induksi pada penderita hipertensi.
7. Untuk pemilihan pelumpuh otot vekuronium atau rokuronium lebih baik
dibandingkan atrakurium atau pankuronium. Untuk volatile, sevofluran bisa
digunakan sebagai obat induksi secara inhalasi.
8. Pemeliharaan anestesi dan monitoring.
Tujuan pencapaian hemodinamik yang diinginkan selama pemeliharaan anestesia
adalah meminimalkan terjadinya fluktuasi TD yang terlalu lebar. Mempertahankan
kestabilan hemodinamik selama periode intraoperatif adalah sama pentingnya
dengan pengontrolan hipertensi pada periode preoperatif. 10 Pada hipertensi
kronis akan menyebabkan pergeseran kekanan autoregulasi dari serebral dan
ginjal. Sehingga pada penderita hipertensi ini akan mudah terjadi penurunan
aliran darah serebral dan iskemia serebral jika TD diturunkan secara tiba-tiba.
Terapi jangka panjang dengan obat antihipertensi akan menggeser kembali kurva
autregulasi kekiri kembali ke normal. Dikarenakan kita tidak bisa mengukur
autoregulasi serebral sehingga ada beberapa acuan yang sebaiknya diperhatikan,
yaitu:
a. Penurunan MAP sampai dengan 25% adalah batas bawah yang maksimal
yang dianjurkan untuk penderita hipertensi.
b. Penurunan MAP sebesar 55% akan menyebabkan timbulnya gejala
hipoperfusi otak.
c. Terapi dengan antihipertensi secara signifikan menurunkan angka kejadian
stroke.
d. Pengaruh hipertensi kronis terhadap autoregulasi ginjal, kurang lebih sama
dengan yang terjadi pada serebral.
e. Anestesia aman jika dipertahankan dengan berbagai teknik tapi dengan
memperhatikan kestabilan hemodinamik yang kita inginkan. Anestesia
dengan volatile (tunggal atau dikombinasikan dengan N2O), anestesia imbang
(balance anesthesia) dengan opioid + N2O + pelumpuh otot, atau anestesia
total intravena bisa digunakan untuk pemeliharaan anestesia
IV. KONSEP ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
A. Persiapan Alat
1. Sumber gas
a. Oksigen
b. Air
c. N2O
2. Mesin anestesi
a. Corugated sirkuit napas
b. Below
c. Vaporizer Sevofluran dan Isofluran
d. APL
e. Jackson rees
3. Statics
a. Scope (laringoskop, stetoskop biasa dan prekordial)
b. Tube (endo tracheal tube, laringeal mask airway)
c. Airway (oroparingeal airway, nasofaringeal airway)
d. Tape (plester, hypapik)
e. Introducer (mandrin, stylet)
f. Conector
g. Suction

B. Persiapan Obat – obatan


1. Obat – obatan emergency
a. Epineprin (dosis 10 mcg/kgbb)
b. Efedrin (dosis 0,1 – 0,3 mg/kgbb)
c. Lidocain (dosis 1 mg/kgbb)
d. Sulfas Atropin (dosis 0,01 – 0,02 mg/kgbb)
2. Obat – obatan anestesi
a. Midazolam (dosis 0,5 mg/kgbb)
b. Morphin (dosis 0,025 – 0,1 mg/kgbb)
c. Fentanyil (dosis 1 – 2 mcg/kgbb)
d. Ketamin (dosis 1 – 2 mcg/kgbb)
e. Propofol (dosis 2 – 3 mg/kgbb)
f. Atracurium (dosis 0,5 mg/kgbb)
g. Rocuronium (dosis 0,6 – 1,2 mg/kgbb)
3. Obat – obatan penunjang
a. Antrain (dosis 10 – 15 mg/kgbb)
b. Paracetamol (dosis 10 – 15 mg/kgbb)
c. Tramadol (dosis 1 mg/kgbb)
d. Ketorolac (dosis 0,5 – 0,75 mg/kgbb)
e. Ondancentron (dosis 0,1 mg/kgbb)
f. Neostigmin (dosis 0,04 – 0,07 mg/kgbb)

C. Persiapan Pasien
1. Evaluasi Pra Anestesi
2. Evaluasi Pra Induksi
3. Induksi
4. Rumatan Anestesi
5. Post Anestesi
6. Pemeriksaan Fisik
a. Airway
b. Breathing (B1)
c. Blood (B2)
d. Brain (B3)
e. Bladder (B4)
f. Bowel (B5)
g. Bone (B6)
7. Pemeriksaan AMPLE
a. Alergi
Riwayat alergi obat – obatan, makanan
b. Medical
Riwayat pengobatan
c. Post ilnes
Penyakit
penyerta
d. Last Meal
Waktu terakhir makan dan minum
e. Event/Environment
Lingkungan yang berhubungan dengan kejadian penyakit
8. Pemeriksaan Malampati
a. Class 1
Tampak palatum mole, ovula, filar faring dan seluruh tonsil
b. Class 2
Tampak palatum mole dan ovula
c. Class 3
Tampak palatum mole
d. Class 4
Tampak palatum durum

9. Status Fisik (ASA)


a. ASA 1
Seorang pasien normal dan sehat, selain penyakit yang akan dioperasi
b. ASA 2
Seorang pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang
c. ASA 3
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang belum mengancam jiwa
d. ASA 4
Seorang pasien dengan penyakit sistemik berat yang mengancam jiwa
e. ASA 5
Seorang pasien sekarat yang mungkin tidak bertahan dalam waktu 24 jam
dengan atau tanpa pembedahan

10. Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
b. Rontgen
c. Ct Scan
d. MRI

D. Asuhan Kepenataan Anestesi


1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat Penyakit Sekarang
d. Riwayat Operasi dan Pembiusan
e. Pemeriksaan Fisik
 Airway
 B1 – B6
 AMPLE
 Malampati Score
 Status Fisik (ASA)
f. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
 Rontgen
2. Analisa Masalah
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA

Soerasdi E.,Satriyanto M.D., Susanto E. Buku Saku Obat-Obat Anesthesia Sehari-hari.

Bandung, 2010 Carpenito, Lynda Juall. 2010. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8.

Jakarta : EGC. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, editors. Anestesiologi.

Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI; 1989.

Sidik, M Hasanuddin. 2014. Tumor Payudara . Bandung: Universitas Padjajaran

Smeltzer, 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddath. EGC:

Jakarta.

World Health Association. 2013


LAPORAN KASUS ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
a. Biodata Pasien
 Nama : Ny. B
 Usia / tanggal lahir : 53 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Jalan Blang Muko
 Pendidikan : SMA
 Suku / bangsa : Aceh / Indonesia
 Status pernikahan : Menikah
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Diagnosa medik : Ca Mamae (T46 N2 M0) + Hipertensi
 Berat Badan/Tinggi Badan /IBW : 55 kg / 155 cm
 No. medical record 01 47 93 70
 Tanggal masuk : 1 Mei 2023

b. Biodata Penanggung Jawab


 Nama : Tn. Z
 Usia : 39 tahun
 Jenis kelamin : Laki – laki
 Pekerjaan / sumber penghasilan : Swasta
 Hubungan dengan klien : Adik Kandung

2. Keluhan Utama
Ada benjolan dipayudara kanan

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengatakan ada benjolan dipayudara kanan sekitar 1 tahun, membesar dan
terasa sakit. Berobat ke rumah sakit kemudian anjurkan periksa FNAB biopsi pada
payudara kanan didapatkan hasil invasive duktus ca mamae. Kemudian dilakukan
program kemoterapi 6 kali (obat curacil 800 mg, epirubicin 40 mg, endoxan 800
mg). Sudah dilakukan kemoterapi 4 kali kemudian direncanakan operasi MRM
pada hari Senin 1 Mei 2023. Pasien juga ada penyakit penyerta hipertensi sudah 2
tahun dan terkontrol serta rutin minum obat penurun darah tinggi (amlodipin 10
mg 1 – 0 – 0). Pasien mengatakan takut dan cemas dengan tindakan
operasi dan pembiusan, wajah pasien nampak tegang dan sering bertanya tentang
tindakan operasi dan pembiusan.

4. Riwayat Operasi dan Pembiusan


Pasien belum pernah dilakukan tindakan operasi dan juga pembiusan.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Airway (evaluasi jalan napas)
Airway bebas, alat bantu napas (tidak), buka mulut 3 jari (ya), jarak
mentohyoid 3 jari (ya), jarak hyotiroid 2 jari (ya), leher pendek (tidak), gerak
leher (bebas), gigi geligi (tidak lengkap), ventilasi sulit (tidak), intubasi sulit
(tidak), penyulit gigi tidak lengkap.
b. Breathing (B1)
Bunyi napas vesikuler, ronchi (-), whezing (-), RR 18 kali/mnt, Spo2 100%.
c. Blood (B2)
Tekanan darah 140/90 mmhg, nadi 88 x/mnt, nadi kuat angkat, CRT < 2 detik,
d. Brain (B3)
Kesadaran CM, GCS 15.
e. Bladder (B4)
BAK spontan, warna kuning jernih, jumlah urine 50 cc/jam
f. Bowel (B5)
Abdmen kembung (-), bising usus (+), mual (-), muntah (-), nyeri tekan (-),
NGT (-)
g. Bone (B6)
Fraktur (-), nyeri (-), mobilisasi aktifitas tidak ada masalah.

6. Pemeriksaan AMPLE
a. Alergi
Tidak ada riwayat alergi obat dan makanan.
b. Medical
Pasien ada riwayat hipertensi sudah 2 tahun dan rutin minum obat penurun
darah tinggi, program kemoterapi 6 kali dengan sudah dilakukan kemoterapi 4
kali.
c. Post Ilnes
Amlodipin 10 mg (1-0-0), program pengobatan kemoterapi sudah 4 kali (obat
curacil 800 mg, epirubicin 40 mg, endoxan 800 mg).
d. Last Meal
Makan dan minum terakhir jam 01.00
e. Event/Environment
Pasien mengalami sakit sekitar 1 tahun ada benjolan dipayudara kemudian
dilakukan pemeriksaan mamografi didapatkan hasil tumor payudara curiga
keganasan.

7. Pemeriksaan Malampati
Tampak palatum mole, ovula, filar faring dan seluruh tonsil, kesimpulan malampati
satu.

8. Status Fisik (ASA)


Pasien ada penyakit penyerta hipertensi, program kemoterapi 4 kali. Kesimpulan
ASA 2.

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium Tanggal 15 April 2023
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Haemoglobin 11,4 10,25 – 14,90
2 Leukosit 10,00 4,79 – 11,34
3 Eritrosit 5,91 4,11 – 5,55
4 Hematokrit 39,6 34,00 – 45,10
5 Trombosit 284 216 – 451
6 PT 12,8 9,8 – 12,6
7 APTT 34,6 25 – 35
8 INR 0,94 0,8 – 1,1
9 GDS 97 < 200
10 Ureum 28,4 13 – 44
11 Kreatinin 1.60 0,6 – 1,1
12 SGOT 23,2 13 – 31
13 SGPT 42,1 7 – 35
14 Natrium 138 136 – 145
15 Kalium 3,8 3,5 – 5,1
16 Chlorida 104 98 – 107
17 Hbsag Non Reaktif Non Reaktif
14 Sars Cov 19 Antigen Negatif Negatif
b. Rontgen
 Thorak Fhoto hasil cor dan pulmo normal, tidak ada nampak metastasis paru

10. Rencana Anestesi


a. General Anestesi dengan Intubasi
b. Persiapan Alat
 Mesin Anestesi
 Statics
c. Obat – obatan Anestesi
 Obat
Emergency
Sulfas Atropin
Epinefrin
Lidocain
Efedrin
 Pre Medikasi
Midazolam 3 mg intravena
Morphin 5 mg
 Induksi
Fentanyl 100 mcg
Propofol 100 mg
Atracurium 30 mg
 Rumatan Anestesi
Sevofluran 2%
 Obat Penunjang
Asam Traneksamat 500
mg Ondancentron 4 mg

d. Terapi Cairan
 EBV
BB x BV
55 kg x 65 ml = 3575 ml
 EBL
Blood loss (%) berdasarkan klinis x
EBV 10 % x 3575 = 357 ml
15% x 3575 = 536 ml
20% x 3575 = 715 ml
 Maintanance
2 ml x 55 kg = 110 ml/jam
 Pengganti Puasa
6 jam x 110 ml = 660 ml
 Stress Operasi
(sedang) 6 ml x 55 kg
= 330 ml
 Jumlah Perdarahan intra operasi 200 ml
Cairan pengganti perdarahan = 3 x 200 ml = 600 ml
 Jumlah Cairan Masuk intra operasi
1 jam pertama = ½ PP + M + SO = 330 + 110 + 330 = 770
1 jam kedua = ½ PP + M + SO = 330 + 110 + 330 = 770
Total cairan masuk = 1540 ml + 600 ml = 2140 ml

e. Monitoring Anestesi
Jam Tekanan Nadi Respirasi Suhu Spo2 Keterangan
Darah
08.00 140/90 84 18 36,5 100 Pre Medikasi
08.10 130/80 88 18 36,5 100 Pre Medikasi
08.20 135/98 90 18 36,5 100 Pre Medikasi
08.30 140/90 96 18 36,5 100 Pre Medikasi
08.40 130/80 96 20 36,5 100 Pre Induksi
08.50 140/80 96 20 36,5 100 Pre Induksi
09.00 110/80 88 14 36,5 100 Induksi
09.10 120/90 88 Apnoe 36,5 100 Intubasi
09.20 140/90 84 12 on venti 36 100 Intra Operasi
09.30 130/80 88 12 on venti 35,5 100 Intra Operasi
09.40 135/98 88 12 on venti 36 100 Intra Operasi
09.50 140/90 84 12 on venti 35,5 100 Intra Operasi
10.00 130/80 88 12 on venti 36 100 Intra Operasi
10.10 140/80 88 12 on venti 35,5 100 Intra Operasi
10.20 110/80 84 12 on venti 36 100 Intra Operasi
10.30 120/90 88 12 on venti 35,5 100 Intra Operasi
10.40 140/90 88 12 on venti 36 100 Intra Operasi
10.50 130/80 84 12 on venti 35,5 100 Intra Operasi
11.00 135/98 88 12 on venti 36 100 Intra Operasi
11.10 140/90 88 18 35,5 100 Post Operasi
11.20 130/80 84 20 36,8 100 Post Operasi
11.30 140/80 88 20 37 100 Post Operasi
11.40 110/80 88 18 36 100 Post Operasi
11.50 120/90 84 20 36,5 100 Post Operasi
12.00 130/90 90 20 36,8 100 Post Operasi

f. Post Anestesi
 Aldreta Skore
Data Jam/Skore Jam/Skore Jam/Skore Jam/Skore
Aktifitas 11.15 / 1 11.30 / 1 11.45 / 2 12.00 / 2
Respirasi 11.15 / 2 11.30 / 2 11.45 / 2 12.00 / 2
Sirkulasi 11.15 / 2 11.30 / 2 11.45 / 2 12.00 / 2
Kesadaran 11.15 / 1 11.30 / 1 11.45 / 2 12.00 / 2
Warna Kulit 11.15 / 2 11.30 / 2 11.45 / 2 12.00 / 2
Jumlah 11.15 / 8 11.30 / 8 11.45 / 10 12.00 / 10

 Obat – obatan Post Operasi


Ketorolac 30 mg
Tramadol 100 mg

11. Masalah Kesehatan


a. Ansietas
b. Resiko Disfungsi Respirasi
c. Resiko Disfungsi Kardiovaskuler
d. Resiko Kekurangan Volume Cairan
e. Resiko Jatuh
f. Nyeri Akut
B. Analisa Masalah
No Data Penyebab Masalah
1 Data Subjektif Kurang Ansietas
Pasien mengatakan takut dan pengetahuan dan
cemas dengan tindakan operasi informasi
dan pembiusan
Data Objektif
Wajah pasien nampak tegang dan
sering bertanya tentang tindakan
operasi dan pembiusan
2 Faktor resiko : Teknik pembiusan Resiko disfungsi
1. Pasien dilakukan tindakan respirasi
general anestesi intubasi
2. Pemberian obat – obatan Depresi pernapasan
anestesi
3. Pasien geriatri
4. Gigi geligi tidak lengkap Resiko disfungsi
respirasi

3 Faktor resiko : Obat – obatan Resiko disfungsi


1. Pasien dilakukan tindakan anestesi kardiovaskular
general anestesi intubasi
2. Pemberian obat – obatan
anestesi Depresi miokard
3. Pasien geriatri
4. Riwayat hipertensi
5. Riwayat kemoterapi Resiko disfungsi
kardiovaskular

4 Faktor resiko : Pembedahan Resiko kekurangan


1. Pasien dilakukan tindakan volume cairan
MRM
2. Pasien geriatri
3. Riwayat hipertensi
4. Riwayat kemoterapi

5 Faktor resiko : Masih dalam Resiko jatuh


1. Pasien masih belum sadar pengaruh obat
penuh anestesi
2. Pasien masih dalam pengaruh
obat anestesi

6 Data Subjektif Agen cedera Nyeri akut


Pasien mengatakan nyeri pada biologis (luka
luka operasi operasi)
Data Objektif
1. Wajah pasien meringis
kesakitan
2. P : Nampak luka
terbalut perban payudara
3. Q : Seperti ditusuk tusuk
4. R : nyeri di daerah payudara
5. S : 7 dari (skala nyeri 1-10)
6. T : Terus menerus

C. Intervensi
No Masalah Tujuan Intervensi
1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tingkat kecemasan
diharapkan : 2. Jelaskan tentang prosedur
1. Cemas berkurang tindakan sesuai jenis
2. Pasien merasa tenang pembedahan dan prosedur
sebelum dilakukan anestesi
tindakan operasi dan 3. Lakukan intervensi yang
pembiusan menurunkan ansietas dengan
3. Tanda – tanda vital mengajarkan teknik relaksasi
dalam batas normal napas dalam
4. Anjurkan banyak berdoa
5. Berikan dukungan pada
pasien untuk dapat
beradaptasi terhadap
perubahan dan pengertia
tentang peran pasien pada
post pembedahan dan
anestesi
6. Monitoring tanda – tanda
vital
2 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan persiapan peralatan
disfungsi diharapkan : dan obat – obatan sesuai
respirasi 1. Tidak terjadi disfungsi dengan perencanaan teknik
respirasi anestesi
2. Tanda – tanda vital 2. Kaji evaluasi jalan napas,
dalam batas normal malampati
3. Kaji evaluasi ventilasi sulit
4. Kaji evaluasi intubasi sulit
5. Kaji evaluasi komorbid
sistem pernapasan
6. Monitoring tanda – tanda
vital
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan persiapan peralatan
disfungsi diharapkan : dan obat – obatan sesuai
kardiovaskular 1. Tidak terjadi disfungsi dengan perencanaan teknik
respirasi anestesi
2. Tanda – tanda vital 2. Kaji evaluasi sistem
dalam batas normal kardiovaskular
3. Kaji evaluasi penyulit pada
sistem kardiovaskular
4. Kaji evaluasi komorbid
sistem kardiovaskular
5. Monitoring tanda – tanda
vital
6. Lakukan teknik induksi
dengan metode titrasi
7. Lakukan intubasi dengan
smoth
4 Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan persiapan peralatan
kekurangan diharapkan : dan obat – obatan sesuai
volume cairan 1. Tidak terjadi dengan perencanaan
kekurangan volume tindakan anestesi
cairan 2. Kaji EBV
2. Tanda – tanda vital 3. Kaji EBL
dalam batas normal 4. Pasang kateter
3. Output urine dalam 5. Pasang IV line surflow 18,
batas normal pastikan tetesan lancar
6. Persiapkan cairan kristaloid,
koloid dan darah
7. Monitoring jumlah
perdarahan
8. Monitoring output urine
9. Monitoring tanda – tanda
vital
10.Berikan cairan
perioperatif sesuai program
5 Resiko jatuh Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan persiapan peralatan
diharapkan : dan obat – obatan sesuai
1. Tidak terjadi pasien standar recovery room
jatuh 2. Kaji tingkat kesadaran
2. Tanda – tanda vital pasien (aldreta skore)
dalam batas normal 3. Kaji evaluasi jalan napas
4. Monitoring tanda – tanda
vital
5. Pasang pengaman pada
brankar pasien
6 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan persiapan
diharapkan : peralatan dan obat – obatan
1. Nyeri berkurang atau sesuai standar recovery
hilang room
2. Tanda – tanda vital 2. Kaji tingkat nyeri pasien
dalam batas normal
3. Ajarkan metode distraksi
selama nyeri akut yang
tidak membebani
4. Monitoring tanda – tanda
vital
5. Kolaborasi pemberian
analgetik

D. Implementasi
No Masalah Implementasi
1 Ansietas 1. Melakukan pengkajian tingkat kecemasan pasien
2. Menjelaskan tentang prosedur tindakan sesuai jenis
pembedahan dan prosedur anestesi
3. Melakukan intervensi yang menurunkan ansietas
dengan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam
4. Menganjurkan banyak berdoa
5. Memberikan dukungan pada pasien untuk dapat
beradaptasi terhadap perubahan dan pengertia
tentang peran pasien pada post pembedahan dan
anestesi
2 Resiko disfungsi 1. Melakukan persiapan peralatan dan obat – obatan
respirasi sesuai dengan perencanaan 25eknik anestesi
2. Melakukan pengkajian evaluasi jalan napas,
malampati
3. Melakukan pengkajian evaluasi ventilasi sulit
4. Melakukan pengkajian evaluasi intubasi sulit
5. Melakukan pengkajian evaluasi komorbid sistem
pernapasan
6. Melakukan monitoring tanda – tanda vital
3 Resiko disfungsi 1. Melakukan persiapan peralatan dan obat – obatan
kardiovaskular sesuai dengan perencanaan 25eknik anestesi
2. Melakukan pengkajian evaluasi sistem
kardiovaskular
3. Melakukan pengkajian evaluasi penyulit pada sistem
kardiovaskular
4. Melakukan pengkajian evaluasi komorbid sistem
kardiovaskular
5. Melakukan monitoring tanda – tanda vital
6. Melakukan tindakan induksi dengan metode titrasi
7. Melakukan intubasi dengan teknik smoth
4 Resiko kekurangan 1. Melakukan persiapan peralatan dan obat – obatan
volume cairan sesuai dengan perencanaan tindakan anestesi
2. Melakukan pengkajian EBV
3. Melakukan pengkajian EBL
4. Melakukan pemasangan kateter
5. Melakukan pemasangan IV line surflow 18, pastikan
tetesan lancar
6. Mempersiapkan cairan kristaloid, koloid dan darah
7. Melakukan monitoring jumlah perdarahan
8. Melakukan monitoring output urine
9. Melakukan monitoring tanda – tanda vital
10.Memberikan terapi cairan perioperatif sesuai program
5 Resiko jatuh 1. Melakukan persiapan peralatan dan obat – obatan
sesuai standar recovery room
2. Melakukan pengkajian tingkat kesadaran pasien
(aldreta skore)
3. Melakukan pengkajian evaluasi jalan napas
4. Melakukan monitoring tanda – tanda vital
5. Memasang pengaman pada brankar pasien
6 Nyeri akut 1. Melakukan persiapan peralatan dan obat – obatan
sesuai standar recovery room
2. Melakukan pengkajian tingkat nyeri pasien
3. Mengajarkan metode distraksi selama nyeri akut
yang tidak membebani
4. Melakukan monitoring tanda – tanda vital
5. Melakukan kolaborasi pemberian analgetik

E. Evaluasi
No Masalah Evaluasi
1 Ansietas Subjektif
Pasien mengatakan sudah mengerti tentang prosedur
operasi dan pembiusan

Objektif
 Wajah pasien nampak tenang
 TD 120/80 mmhg
 Nadi 80 x/mnt
 RR 16 x/mnt
 Suhu 36’c
2 Resiko disfungsi  Persiapan alat dan obat lengkap
respirasi  Airway bebas, malampati 1
 Ventilasi sulit (tidak)
 Intubasi sulit (tidak)
 Komorbid sistem pernapasan (tidak)
 TD 110/80 mmhg
 Nadi 88 x/mnt
 RR 14 x/mnt terkontrol
 Suhu 36’c
 Disfungsi respirasi (-)
3 Resiko disfungsi  Persiapan alat dan obat lengkap
kardiovaskular  Tidak ada kontra indikasi pemberian anestesi pada
sistem kardiovaskular
 Komorbid hipertensi
 Riwayat kemoterapi
 TD 120/90 mmhg
 Nadi 88 x/mnt
 RR 14 x/mnt terkontrol
 Suhu 36’c
 Intubasi smoth (+)
 Dispungsi kardiovaskular (-)
4 Resiko kekurangan  Persiapan alat dan obat lengkap
volume cairan  Persiapan cairan kristaloid (RL 3 buah), koloid
(gelofusin 1 buah), darah (PRC 1 kantong)
 EBL 3575 ml
 EBL 10% (357 ml)
 EBL 15% (536 ml)
 EBL 20% (715 ml)
 Jumlah perdarahan 200 ml
 IV line terpasang lancar surflow 18
 Jumlah cairan masuk 2140 ml kristaloid ringer lactat
 Kateter urine terpasang lancar (jumlah urine
perioperatif 200 ml
 TD 100/700 mmhg
 Nadi 74 x/mnt
 RR 12 terkontrol
 Suhu 36’c
 Kekurangan volume cairan (-)
5 Resiko jatuh  Persiapan alat dan obat lengkap di recovery room
 Airway bebas
 Aldrett skore 7
 TD 120/90 mmhg
 Nadi 88 x/mnt
 RR 20 x/mnt
 Suhu 36’c
 Pengaman brankar terpasang , resiko jatuh (-)
6 Nyeri akut  Persiapan alat dan obat lengkap di recovery room
 Pasien mengatakan nyeri berkurang
 Aldrett skore 10
 TD 120/90 mmhg
 Nadi 88 x/mnt
 RR 20 x/mnt
 Suhu 36’c
 Wajah nampak tenang
 P (nampak luka di payudara terbalut perban
 Q (seperti ditusuk – tusuk)
 R (nyeri di daerah payudara)
 S (skala nyeri 3 dari 1 – 10)
 T (kadang – kadang )
 Ketorolac 3 x 30 mg
 Tramadol 3 x 100 mg
 Nyeri teratasi sebagian
Nagan Raya, 15 Mei 2023

Mahasiswa Dr. Anestesi

dr. Rizki Taufiqurahman. Sp.An


Luth Pramadasa Putra

You might also like