You are on page 1of 53

LAPORAN KASUS KELOLAAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA PADA NN C DENGAN

DISMINOREA DI PUSKESMAS MUARA DELANG

Disusun oleh:

Rezki Andriyani 2115901121

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS FORT DE KOCK
BUKITTINGGI
2021/2022
ASUHAN KEBIDANAN PADA NN C DENGAN DISMINOREA DI

PUSKESMAS MUARA DELANG

Laporan Kelompok Praktik Klinik Kebidanan Remaja

Telah Memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal……………………

Disusun oleh:

Rezki Andriyani 2115901121

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

(……………………………) (………………………………)
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA NN C DENGAN DISMINOREA DI
PUSKESMAS MUARA DELANG

Disusun oleh :

Rezki Andriyani 2115901121

Telah diseminarkan di depan penguji

Pada tanggal……….20…...........

Mengetahui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademi

(……………………………) (………………………………)

Ketua Prodi Kebidanan


Universitas Fort De Kock

(.................................................)
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Komprehensif yang

berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Remaja Pada Nn C Dengan Disminorea di

Puskesmas Muara Delang”, dalam kesempatan ini penulis menghanturkan rasa hormat

dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada dosen pembimbing ibu Febrinati

Rifdi, SSIT, M. Biomed, dan lapangan pembimbing lapangan ibu Ancy Gusputria, Str.

Keb yang telah membimbing selama ini.

Penulis juga mengakui bahwa dalam proses penulisan laporan ini, masih jauh

dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian penulis

telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan

kritik dan saran yang membangun guna perbaikan dan penyempurnaan laporan ini

dikemudian hari.

Akhirnya penulis berharap, laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.

Dan dapat memberikan kontribusi yang positif serta bermakna dalam proses perkuliahan

Praktik Klinik Kebidanan.

Penulis

Rezki Andriyani

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dengan dewasa

dan relatif belum mencapai tahap kematangan mental dan sosial sehingga mereka

harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

Banyak sekali life events yang akan terjadi yang tidak saja akan menentukan

kehidupan masa dewasa tetapi juga kualitas hidup generasi berikutnya sehingga

menempatkan masa ini sebagai masa kritis.

Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormon terutama hormon estrogen

dan progesteron mulai berperan aktif, sehingga pada diri remaja khususnya remaja

putri terjadi menarche atau menstruasi. Disamping itu remaja putri merupakan salah

satu kelompok penduduk yang termasuk kelompok wanita usia subur (WUS)

(Depkes, 2010).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014 diperkirakan

kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia.

Sedangkan menurut hasil Susenas tahun 2018 jumlah presentase penduduk di

Indonesia berdasarkan kelompok umur 10-14 tahun 8,6%, umur 15-19 tahun 8,2%

dan 20-24 tahun 8,0% (Badan Pusat Statistik, 2018). Provinsi Jambi jumlah

penduduk perempuan berdasarkan kelompok umur 10-14 tahun 149.976 jiwa, 15-

19 tahun 152.281 jiwa dan umur 20-24 tahun 151.674 jiwa (BKKBN, 2018).

Menstruasi merupakan tanda bahwa siklus masa subur telah dimulai.

menstruasi terjadi saat lapisan dalam dinding rahim luruh dan keluar dalam bentuk

yang dikenal dengan istilah darah menstruasi. Menstruasi yang terjadi disaat saat
awal memang cenderung tidak teratur setelah pertama kali datang bulan berikutnya

bisa saja menghilang, dan hal ini merupakan kondisi yang normal. seiring

bertambahnya usia menstruasi akan datang secara teratur (Menstruasi merupakan

peristiwa pengeluaran darah, mukus, dan sel-sel epitel dari uterus secara

periodik.Menstruasi umumnya terjadi dengan interval setiap bulan selama periode

reproduksi, kecuali selama kehamilan dan menyusui, peristiwa ini biasanya

tersupresi (Reeder, 2012).

Menstruasi (Haid) ialah perdarahan yang siklik dari uterus.Panjang siklus

menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya perdarahan dinamakan hari pertama

siklus. Panjang siklus menstruasi yang normal dianggap sebagai siklus yang klasik

ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita

mempunyai siklus menstruasi antara 24 sampai 35 hari (Fitri, 2017). Perubahan

yang biasa dihadapi perempuan saat mengalami mestruasi yaitu cemas, stress,

depresi dan biasanya di dampingi dengan gejala kejang-kejang menstruasi atau

bahasa medisnya dysmenorrhea (Sukarni & Wahyu, 2013).

Dismenorea adalah rasa sakit atau nyeri hebat pada bagian bawah perut,

tetapi dapat menyebar hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha

atas hingga betis yang terjadi saat perempuan mengalami siklus menstruasi.Nyeri

biasanya berlangsung sesaat sebelum menstruasi, selama menstruasi, hingga

berakhirnya siklus menstruasi.Nyeri yang terus menerus membuat penderitanya

tidak bisa beraktivitas (Ratnawati, 2018. Sinaga, dkk., 2017). Nyeri merupakan

pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan


jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk

kerusakan tersebut (Wiarto, 2017).

Nyeri menstruasi muncul akibat kontraksi disritmik miometrium yang

menampilkan satu gejala atau lebih, mulai dari nyeri yang ringan sampai berat di

perut bagian bawah, bokong, dan nyeri spasmodik disisi medial paha (Anurogo &

Wulandari, 2011).Proverawati, 2009).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut didapatkan rumusan masalah bagaimana asuhan

kebidanan pada remaja dengan Disminorea pada Nn.C diPuskesmas Muara Delang.

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

1. Tujuan umum

Untuk memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan amenorea

sekunder pada Nn. M diPuskesmas Muara Delang.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengumpulan data dasar pada remaja Disminorea

pada Nn.C diPuskesmas Muara Delang.

b. Mampu menginterpretasi data dasar pada remaja dengan Disminorea

pada Nn.C diPuskesmas Muara Delang.

c. Mampu mengidentifikasikan diagnosa pada pada remaja dengan

Disminorea pada Nn.C diPuskesmas Muara Delang.

d. Mampu merencanakan asuhan kebidanan pada remaja dengan

Disminorea pada Nn.C diPuskesmas Muara Delang.


e. Mampu melakukan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada

remaja dengan Disminorea pada Nn.C diPuskesmas Muara Delang.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Teoritis

Hasil Laporan Tugas ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi ilmu pengetahuan

terutama yang berkaitan dengan Disminorea pada remaja.

2. Manfaat Praktis

a. institusi

Diharapkan sebagai bahan kajian, masukan dan dasar pemikiran bagi

mahasiswa khususnya untuk studi kasus lebih lanjut guna meningkatkan

kualitas pendidikan.

b. Lahan praktek

Dapat menjadi bahan masukan dalam pelayanan asuhan kebidanan terhadap

pasien dengan Disminorea pada remaja

c. Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dengan Amenorea sekunder

sehingga dapat mengatasi dengan Disminorea pada remaja yang dapat

merugikan kesehatan reproduksinya.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Remaja

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja

mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan

serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh

pertimbangan yang matang (Kemenkes RI, 2015).

Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,

remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-

24 tahun dan belum menikah.

Remaja adalah seseorang yang tumbuh menjadi dewasa mencakup

kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Dimana remaja mempunyai rasa

keingintahuan yang besar dan sedang mengalami proses perkembangan sebagai

persiapan memasuki masa dewasa.

1. Ciri-ciri Remaja

Ciri remaja menurut (Putro, 2017), yaitu:

a. Masa remaja sebagai periode yang pentingPada periode remaja, baik akibat

langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah penting. Perkembangan

fisik yang begitu cepat disertai dengan cepatnya perkembangan mental,


terutama pada masa awal remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan

perlunya penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan

minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang dewasa.

Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari untuk bertindak

sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha berperilaku sebagaimana

orang dewasa, remaja seringkali dituduh terlalu besar ukurannya dan

dimarahi karena mencoba bertindak seperti orang dewasa. Di lain pihak,

status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status

memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan

menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar

dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan

fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung

pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka perubahan sikap dan perilaku

juga menurun.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-sendiri,

namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang sulit diatasi

baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ketidakmampuan mereka

untuk mengatasi sendirimasalahnya menurut cara yang mereka yakini,


banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu

sesuai dengan harapan mereka.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap kelompok

masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka

mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama

dengan teman-teman dalam segala hal, seperti sebelumnya. Status remaja

yang mendua ini menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja

mengalami “krisis identitas” atau masalah-masalah identitas ego pada

remaja.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya sendiri,

yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak,

menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi

kehidupan remaja yang takut bertanggung jawab dan bersikap tidak

simpatik terhadap perilaku remaja yang normal.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata berwarna

merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia

inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal harapan dan

cita-cita. Harapan dan cita-cita yang tidak realistik ini, tidak hanya bagi

dirinya sendiri tetapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan

meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja
akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau

ia tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi

gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan

kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak

seperti orang dewasa ternyata belumlah cukup. Oleh karena itu, remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status

dewasa, yaitu merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan,

dan terlibat dalam perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka

menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan citra yang

sesuai dengan yang diharapkan mereka.

2. Tahap Perkembangan Remaja

Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap

(Putra, 2013) yaitu :

a. Masa remaja awal (12-15 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1) Lebih dekat dengan teman sebaya

2) Ingin bebas

3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak

b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas antara lain:

1) Mencari identitas diri

2) Timbulnya keinginan untuk kencan


3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam

4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak

5) Berkhayal tentang aktivitas seks

c. Masa remaja akhir (18-21 tahun), dengan ciri khas antara lain

1) Pengungkapan identitas diri

2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya

3) Mempunyai citra jasmani dirinya

4) Dapat mewujudkan rasa cinta

5) Mampu berpikir abstrak

3. Perkembangan Fisik Remaja

Pertumbuhan fisik pada masa remaja, berlangsung sangat pesat. Dalam

perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yaitu ciri-ciri seks

primer dan seks sekunder (Putra, 2013). Berikut ini adalah uraian lebih lanjut

mengenai kedua hal tersebut.

1) Ciri-ciri seks primer

Modul kesehatan reproduksi remaja (Sarwono,2003) menyebutkan

bahwa ciri-ciri seks primer pada remaja putri yaitu mengalami

menstruasi. Menstruasi adalah peristiwa keluarnya cairan darah dari alat

kelamin perempuan berupa luruhnya lapisan dinding dalam rahim.

2) Ciri-ciri seks sekunder

Menurut (Sarwono,2003), ciri-ciri seks sekunder pada remaja putri

adalah sebagai berikut:


a) Pinggul lebar, bulat dan membesar, putting susu membesar dan

menonjol, serta berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi

lebih besar dan lebih bulat

b) Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat lubang pori-pori

bertambah besar, kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih

aktif

c) Otot semakin besar dan semakin kuat terutama pada pertengahan dan

menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk bahu,

lengan dan tungkai

d) Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu

4. Karakteristik Remaja

Menurut (Titisari dan Utami, 2013) karakteristik perilaku dan pribadi

pada masa remaja meliputi aspek:

a) Perkembangan Fisik-seksual

Laju perkembangan secara umum berlangsung pesat, dan munculnya ciri-

ciri seks sekunder dan seks primer

b) Psikososial

Dalam perkembangan sosial remaja mulai memisahkan diri dari orangtua

memperluas hubungan dengan teman sebayanya.

c) Perkembangan Kognitif

Ditinjau dari perkembangan kognitif, remaja secara mental telah berpikir

logis tentang berbagai gagasan yang abstrak

d) Perkembangan Emosional
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi

yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual

mempengaruhi berkembangnya emosi atau perasaan-perasaan dan

dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya seperti perasaan cinta,

rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis.

e) Perkembangan Moral

Remaja berada dalam tahap berperilaku sesuai dengan tuntutan dan

harapan kelompok dan loyalitas terhadap norma atau peraturan yang

berlaku yang diyakininya maka tidak heranlah jika diantara remaja masih

banyak yang melakukan pelecehan terhadap nilai-nilai seperti tawuran,

minum minuman keras dan hubungan seksual diluar nikah.

f) Perkembangan Kepribadian

Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan

integrase kepribadian

5. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

Terjadinya peningkatan perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat

dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik selama periode pubertas

(Santrock, 2003). Sebagian besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan

perilaku seksualnya dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau percintaan.

Bila ada kesempatan para remaja melakukan sentuhan fisik, mengadakan

pertemuan untuk bercumbu bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari

kesempatan untuk melakukan hubungan seksual (Soetjiningsih, 2004).


Menurut Irawati (Irawati dan Prihyugiarto, 2005) remaja melakukan

berbagai macam perilaku seksual berisiko yang terdiri atas tahapan-tahapan

tertentu. Perilakuhubungan seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya

dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri

(Darmasih , 2011).

B. Pengertian Menstruasi

Menstruasi merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis dan

ovarium dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi.

Gangguan menstruasi merupakan masalah yang cukup banyak dihadapi oleh

wanita, terutama pada usia remaja dan merupakan indikator penting untuk

menunjukkan adanya gangguan sistem reproduksi yang dapat dikaitkan dengan

peningkatan risiko berbagai penyakit seperti kanker rahim, kanker payudara dan

infertilitas. Beberapa faktor seperti lemak tubuh, dan obesitas dapat menyebabkan

penyimpangan dalam siklus menstruasi. Wanita yang memiliki bobot tubuh

berlebih atau gemuk tidak ditemukan kejadian infertilitas yang terlalu tinggi namun

kejadian infertilitas terjadi berkaitan dengan disfungsi ovulasi. Pada wanita obesitas

tersebut ditemukan 30-47% yang mengalami siklus yang tidak teratur.

Menstruasi adalah proses keluarnya darah atau perdarahan yang secara

teratur atau periodik dan siklik. Darah ini keluar dari uterus yang diikuti dengan

pelepasan dari endometrium. Proses menstruasi ini terjadi bila ovum tidak dibuahi

oleh sperma (Fahmawati, 2009).

Menstruasi merupakan perdarahan akibat dari luruhnya dinding sebelah

dalam rahim (endometrium). Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima


implantasi embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh.

Perdarahan ini terjadi secara periodik, jarak waktu antar menstruasi dikenal

dengan satu siklus menstruasi (Purwoastuti & Walyani, 2015).

a. Siklus Menstruasi

Pada umumnya siklus menstruasi berlangsung selama 28 hari. Siklus

normal berlangsung 21-35 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada tiap

perempuan, namun beberapa perempuan memiliki siklus yang tidak teratur.

Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi yang

kemudian dihitung sampai dengan hari perdarahan menstruasi bulan

berikutnya dimulai. (Saryono, 2009). Siklus menstruasi bervariasi pada

perempuan dan hampir 90% perempuan memiliki siklus 25-35 hari dan hanya

10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa

perempuan memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi

indikasi adanya masalah kesuburan. (Wijayanti, 2009).

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya

lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap

normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen- fragmen

kelupasan endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak

tentu. Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu

besar, bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan.

Ketidakbekuan darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem

fibrinolitik lokal yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah

yang hilang pada perempuan normal selama satu periode menstruasi telah
ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb

normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per gr, volume darah ini

mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama

dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150

sampai 400 mg per tahun (Heffner, 2008).

b. Mekanisme Menstruasi

Pada hari ke 1-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel

primer yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut, sel oosit primer

akan membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel

berkembang menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga

menghasilkan hormon estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis.

Estrogen yang keluar berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus, yaitu

endometrium, yang habis terkelupas saat menstruasi. Selain itu, estrogen

menghambat pembentukan FSH dan memerintahkan hipofisis menghasilkan

LH yang berfungsi merangsang folikel de Graaf yang masak untuk

mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari ke-14. Waktu di sekitar terjadinya

ovulasi disebut fase estrus.

Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah

menjadi badan kuning (corpus luteum). Badan kuningmenghasilkan

hormon progesterone yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang

kaya dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio.

Periode ini disebut fase luteal. Selain itu progesterone juga berfungsi

menghambat pembentukan FSH dan LH, akibatnya corpus luteum mengecil


dan menghilang. Pembentukan progesterone berhenti sehingga pemberian

nutrisi kepada endometriam terhenti. Endometrium menjadi mongering dan

selanjutnya akan terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari

ke-28. Fase ini disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena

tidak ada progesterone, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses

oogenesis kembali (Kusmiran, 2011).

c. Fase Menstruasi
Menurut Redeer, dkk (2011) siklus menstruasi dibagi menjadi tiga
fase: proliferasi, sekresi, dan iskemik. Siklus menstruasi berhubungan
langsung dengan siklus ovarium, dan keduanya di bawah pengaruh hormon,
seperti yang akan dijelaskan pada bagian berikut
1) Fase Proliferasi

Segera setelah menstruasi, endometrium menjadi sangat tipis. Selama

minggu berikutnya, endometrium mengalami proliferasi dengan sangat

jelas. Sel-sel pada permukaan endometrium menjadi lebih tinggi,

sementara kelenjar yang terdapat di endometrium tersebut menjadi lebih

panjang dan lebih luas. Akibat perubahan ini, ketebalan endometrium

meningkat enam atau delapan kali lipat. Kelenjar- kelenjarnya menjadi

lebih aktif dan menyekresi zat yang kaya nutrisi. Setiap bulan selama

siklus menstruasi ini (sekitar hari ke lima sampai hari ke empat belas),

sebuah folikel de Graaf berkembang mendekati bentuk terbesarnya dan

menghasilkan peningkatan jumlah cairan folikular. Cairan ini

mengandung hormon estrogenic estrogen. Karena estrogen menyebabkan

endometrium tumbuh atau berproliferasi, fase siklus menstruasi ini


disebut fase proliferasi. Kadang kala fase ini disebut fase estrogenic atau

fase folikular.

2) Fase Sekresi

Setelah pelepsan ovum dari folikel de Graaf (ovulasi), sel-sel yang

membentuk korpus luteum mulai menyekresi hormon penting lainnya,

yaitu progesterone, selain estrogen. Kondisi ini menambah kerja estrogen

pada endometrium sedemikian rupa sehingga kelenjar menjadi sangat

kompleks, dan lumennya sangat berdilatasi dan berisi sekresi.

Sementara itu suplai darah ke endometrium meningkat, dan endometrium

menjadi tervaskularisasi dan kaya air. Arteri spiral meluas ke lapisan

superfisial endometrium dan menjadi sangat kompleks. Efek kondisi ini

adalah memberi tempat untuk ovum yang telah dibuahi. Fase siklus

menstruasi ini berlangsung 14 ± 2 hari dan disebut fase sekresi, fase ini

kadang kala juga disebut fase progestasi, fase luteal, atau fase

pramenstruasi.

3) Fase Menstruasi

Jika ovum tidak dibuahi, korpus luteum mengalami regresi, sekresi

estrogen dan progesterone menurun, dan endometrium mengalami

involusi. Saat endometrium mengalami degenerasi, sejumlah pembuluh

darah kecil mengalami ruptur disertai terjadinya hemoragi. Endometrium

yang luruh disertai darah dan sekresi dari kelenjar, keluar menuju rongga

uterus, melewati serviks, dan keluar melalui vagina, disertai ovum kecil

yang tidak dibuahi. Dengan demikian menstruasi merupakan terminasi


mendadak suatu proses yang dirancang untuk mempersiapkan tempat

untuk ovum yang telah dibuahi. Tujuan mestruasi adalah membersihkan

endometrium yang lama sehingga endometrium yang baru dan segar

dapat dibentuk kembali untuk bulan berikutnya. Fase siklus ini

(berlangsung sekitar hari pertama sampai kelima) disebut fase menstruasi.

d. Hormon yang Mempengaruhi Menstruasi

Menurut Wulanda (2011), hormon yang berpengaruh dalam

menstruasi diantaranya:

1) Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen, tetapi

yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna

untuk pembentukan cirri-ciri perkembangan seksual pada perempuan yaitu

pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-lain.

Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk

ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan serviks dan

vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma, selain fungsinya yang turut

membantu mengatur temperature suhu (sistem saraf pusat/ otak).

Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di

ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di

kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen.

Pada uterus, estrogen menyebabkan proliferasi endometrium; pada serviks

menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks; pada

vagina menyebabkan proliferasi epitel vagina; dan pada payudara


menstimulasi pertumbuhan payudara. Selain itu estrogen juga mengatur

distribusi lemak tubuh.

Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu

pertumbuhan/ regenerasi tulang. Pada perempuan pascamenopause, untuk

pencegahan tulang keropos/ osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon

estrogen (sintetik) pengganti.

2) Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum, sebagian diproduksi di
kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesterone mempertahankan ketebalan endometriumsehingga dapat
menerima implantasi zigot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama
trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk hormon hCG.
Progesterone menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase
sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium
uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
3) Gonadotrophin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus otak. GnRH
akan merangsang pelepasan Follicle Stimulating Hormone (FSH) di
hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GnRH akan menjadi rendah,
begitupun sebaliknya.
Hormon ini diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi
menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan
hormon-hormon gonadotropin (FSH/ LH).

4) Follicle Stimulating Hormone (FSH)


Hormon ini diproduksi pada sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons
terhadap GnRH yang berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan
folikel dan sel-sel granulosa di ovarium perempuan (pada pria: memicu
pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik/ pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3
jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim
inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme umpan balik
negatif.
5) Luteinizing Hormone (LH)
Hormon ini diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH,
LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel
granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus
(LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan
mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan
progesterone.
Pelepasannya juga periodik/ pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap
fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat
cepat dan singkat. Pada pria LH memicu sintesis testosterone di sel-sel
leydig testis.
6) Lactotrophic Hormone (LTH)/ Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktivitas memicu/ meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin
ikut memengaruhi pematangan sel telur dan memengaruhi fungsi korpus
luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (Human
Placental Lactogen / HPL).
Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi/
pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH
hipotalamus sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat
terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi, dan gangguan haid
berupa amenorea.

e. Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi


Menurut Kusmiran (2011) faktor yang mempengaruhi menstruasi
diantaranya yaitu:
1) Faktor Hormon
Hormon-hormon yang memengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita

yaitu:

a) Follicle Stimulating Hormone (FSH)

b) Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium

c) Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis

d) Progesteron yang dihasilkan oleh ovarium

2) Faktor Enzim

Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang

berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga

mengakibatkan regresi endometrium dan perdarahan.

3) Faktor Vaskular

Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan

fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula

arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi

endometrium, timbul statis dalam vena-vena serta saluran-saluran yang

menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis dan

perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari arteri maupun vena.

4) Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya

desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan

kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan

pada haid.
Selain itu penelitian mengenai faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi

adalah pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, serta proses ovulasi dan adekuatya

fungsi luteal. Perhatian khusus saat ini juga ditekankan pada perilaku diet dan stress

pada atlet perempuan.

1) Berat badan

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi menstruasi.

Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan gangguan pada fungsi

ovarium, tergantung derajat tekanan pada ovarium dan lamanya penurunan

berat badan. Kondisi patologis seperti berat badan yang kurang/ kurus dan

anorexia nervosa yang menyebabkan penurunan berat badan yang berat

dapat menimbulkan amenorhea.

2) Usia

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa atlet yang lebih muda, di bawah

25 tahun lebih besar kemungkinannya mendapat amenorrhea.

3) Aktivitas fisik

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi

menstruasi. Atlet perempuan seperti pelari, senam balet memiliki resiko

untuk mengalami amenorhea, anovulasi, dan defek pada fase luteal.

Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin Releasing

Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga menurunkan level

dari serum estrogen.

4) Stress
Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem

persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau endogenous

opiate yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan menurunkan

hormon lutein (LH) yang menyebabkan amenorhea.

5) Diet

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan

anovulasi, penurunan respons hormon pituitary, fase folikel yang pendek,

tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10x/ tahun). Diet rendah

lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode

perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging merah dan rendah lemak

berhubungan dengan amenorhea.

6) Paparan lingkungan dan kondisi kerja

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang panjang

dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang. Perempuan yang

bekerja di pertanian mengalami jarak menstruasi yang lebih panjang

dibandingkan dengan perempuan yang bekerja perkantoran. Paparan suara

bising di pabrik dan intensitas yang tinggi dari pekerjaan berhubungan

dengan keteraturan dari siklus menstruasi . Paparan agen kimiawi dapat

memengaruhi / meracuni ovarium, seperti beberapa obat anti kanker (obat

sitotoksik) merangsang gagalnya proses di ovarium termasuk hilangnya

folikel-folikel, anovulasi, oligomenorhea, dan amenorhea. Neuroleptik

berhubungan dengan amenorhea.

Tembakau pada rokok berhubungan dengan gangguan pada metabolisme


estrogen sehingga terjadi elevasi folikel pada fase plasma estrogen dan

progesterone. Faktor tersebut menyebabkan resiko infertilitas dan

menopause yang lebih cepat. Hasil penelitian pendahuluan dari merokok

dapat juga menyebabkan dysmenorhea, tidak normalnya siklus menstruasi,

serta perdarahan menstruasi yang banyak (Kusmiran, 2011).

f. Gangguan atau Kelainan Haid.

Gangguan siklus haid disebabkan ketidakseimbangan FSH atau LH

sehingga kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan

menstruasi yang sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak teratur atau jarang

dan perdarahan yang lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang

ditimbulkannya, seperti nyeri perut, pusing, mual atau muntah (Prawirohardjo,

2008).

1) Menurut Jumlah Perdarahan

a) Hipomenorea

Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya.

Hipomenorea tidak mengganggu fertilitas. Hipomenorea adalah

perdarahan dengan jumlah darah sedikit (<40 ml), melakukan

pergantian pembalut 1-2 kali per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari

saja.

Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang

akibat kurang gizi, penyakit menahun, maupun gangguan hormonal.

Sering disebabkan karena gangguan endokrin. Kekurangan estrogen

maupun progesteron, stenosis hymen, stenosis serviks uteri, sinekia uteri


(sindrom asherman).

b) Hipermenorea

Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya

(lebih dari 8 hari) dan mengganti pembalut 5-6 kali per hari. Penyebab

hipermenorea bisa berasal dari rahim berupa mioma uteri (tumor jinak

dari otot rahim, infeksi pada rahim atau hyperplasia endometrium

(penebalan lapisan rahim). Dapat juga disebabkan oleh kelainan di luar

rahim (anemia, gangguan pembekuan darah), juga bisa disebabkan

kelainan hormon (gangguan endokrin).

2) Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan

a) Polimenorea

Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau kurang

dari 21 hari. Wanita dengan polimenorea akan mengalami menstruasi

hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola teratur dan jumlah

perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.

Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem

hormonal pada aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium. Ketidakseimbangan

hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi

(pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk

berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga didapatkan

menstruasi yang lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat

terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama, beberapa tahun

menjelang menopause, gangguan indung telur, stress dan depresi,


pasien dengan gangguan makan, penurunan berat badan berlebih,

obesitas, olahraga berlebih misal atlet, dan penggunaan obat-obat

tertentu.

b) Oligomenorea

Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari dengan jumlah

perdarahan tetap sama. Perempuan yang mengalami oligomenorea akan

mengalami menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya.

Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan

hormonal pada aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium. Gangguan hormon

tersebut menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi

memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih jarang terjadi. Penyebab

lain dari terjadinya oligomenorea diantaranya adalah kondisi stress dan

depresi, sakit kronik, pasien dengan gangguan makan, penurunan berat

badan berlebih, olahraga berlebihan missal atlet, adanya tumor yang

melepaskan estrogen, adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks

yang menghambat pengeluaran darah menstruasi, dan penggunaan obat-

obat tertentu. Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah,

namun pada beberapa kasus dapat menyebabkan gangguan kesuburan.

c) Amenorea

Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan

berturut-turut. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas,

kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause.

Amenorea terdiri dari:


i. Amenorea primer

Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadi menstruasi pada

wanita usia 16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0,1-2,5%

wanita usia reproduksi.

ii. Amenorea sekunder

Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3

siklus. Angka kejadian berkisar antara 1-5 %.

(Purwoastuti & Walyani, 2015)

d) Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya:

i. Premenstrual tension

Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid, seperti

gangguan tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit kepala.

ii. Mastadinia.

Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum

menstruasi.

iii. Mittelschmerz

Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat

juga disertai dengan perdarahan/ bercak.

iv. Dismenorea

Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada bagian

kemaluan sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.


v. Perdarahan di luar menstruasi

Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi

(metroragia). Pendarahan ini disebabkan oleh keadaan yang

bersifat hormonal dan kelainan anatomis. Pada kelainan hormonal

terjadi gangguan poros hipotalamus hipofisis, ovarium (indung

telur) dan rangsangan estrogen dan progesterone dengan bentuk

pendarahan yang terjadi di luar menstruasi, bentuknya bercak dan

terus menerus, dan pendarahan menstruasi berkepanjangan.

Keadaan ini dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon tubuh,

yaitu kadar hormon progesteron yang rendah atau hormon

estrogen yang tinggi.

C. Disminorea

1. Pengertian

Istilah dismenore (dysmenorrhea) berasal dari kata dalam bahasa yunani

kuno (Greek) kata tersebut berasal dari dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal;

meno yang berarti bulan; dan rrhea yang berarti aliran atau arus. Secara singkat

dismenore dapat di definisikan sebagai aliran menstruasi yang sulit atau

menstruasi yang mengalami nyeri (Anurogo, 2011). Nyeri haid disebut juga

dengan dismenore (Sari, 2012).

Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa Indonesia berarti nyeri pada

saat menstruasi (Icemi & Wahyu, 2013). Menurut Reeder (2013) dismenore

yakni nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai nyeri singkat sebelum atau

selama menstruasi. Nyeri ini berlangsung selama satu sampai beberapa hari
selama menstruasi.

Dismenore merupakan nyeri menstruasi yang dikarakteristikan sebagai

nyeri singkat sebelum awitan atau selama menstruasi yang merupakan

permasalahan ginekologikal utama, yang sering dikeluhkan oleh wanita

(Lowdermilk et al, 2011). Dismenore merupakan masalah yang sering terjadi

pada wanita yang sedang mengalami haid atau menstruasi (Hendrik, 2006).

Dari berbagai pendapat, dapat disimpulkan dismenore merupakan adanya

gangguan fisik pada wanita yang mengalami menstruasi, yang dikarakteristikan

dengan adanya nyeri pada saat menstruasi, dan nyeri tersebut bisa terjadi

sebelum atau selama menstruasi dalam waktu yang singkat.

Menurut Icemi Sukarni, K dan Wahyu, P (2013) ada dua tipe-tipe dari

dysmenorrhea, yaitu:

1. Primary dysmenorrhea, adalah nyeri haid yang dijumpai pada alat- alat

genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah

menarche. Dismenore primer adalah suatu kondisi yang dihubungkan

dengan siklus ovulasi (Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2011).

2. Secondary dysmenorrhea, adalah nyeri saat menstruasi yang disebabkan

oleh kelainan ginekologi atau kandungan. Pada umumnya terjadi pada

wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Dismenore sekunder adalah nyeri

menstruasi yang berkembang dari dismenore primer yang terjadi sesudah

usia 25 tahun dan penyebabnya karena kelainan pelvis (Perry, Hockenberry,

Lowdermilk, & Wilson, 2011)


2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dismenore

Penyebab terjadinya dismenore yaitu keadaan psikis dan fisik seperti

stres, shock, penyempitan pembuluh darah, penyakit menahun, kurang darah,

dan kondisi tubuh yang menurun (Diyan, 2013). Faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi dismenore menurut Arulkumaran (2006) antara lain:

a. Faktor menstruasi

1) Menarche dini, gadis remaja dengan usia menarche dini insiden

dismenorenya lebih tinggi.

2) Masa menstruasi yang panjang, terlihat bahwa perempuan dengan siklus

yang panjang mengalami dismenore yang lebih parah.

b. Paritas, insiden dismenore lebih rendah pada wanita multiparitas. Hal ini

menunjukkan bahwa insiden dismenore primer menurun setelah pertama kali

melahirkan juga akan menurun dalam hal tingkat keparahan.

c. Olahraga, berbagai jenis olahraga dapat mengurangi dismenore. Hal itu juga

terlihat bahwa kejadian dismenore pada atlet lebih rendah, kemungkinan

karena siklus yang anovulasi. Akan tetapi, bukti untuk penjelasan itu masih

kurang.

d. Pemilihan metode kontrasepsi, jika menggunakan kontrasepsi oral sebaiknya

dapat menentukan efeknya untuk menghilangkan atau memperburuk kondisi.

Selain itu, penggunaan jenis kontrasepsi lainnya dapat mempengaruhi nyeri

dismenore.

e. Riwayat keluarga, mungkin dapat membantu untuk membedakan

endometriosis dengan dismenore primer.


f. Faktor psikologis (stres)

g. Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka

tidak mendapat penjelasan yang baik tentang proses haid, mudah timbul

dismenore. Selain itu, stres emosional dan ketegangan yang dihubungkan

dengan sekolah atau pekerjaan memperjelas beratnya nyeri.

Menurut Wiknjosastro (2005) dalam Dianika (2011) faktor penyebab

dismenore, yaitu:

a. Faktor Psikis

Pada gadis-gadis yang emosional, apabila tidak mendapatkan pengetahuan

yang jelas maka mudah terjadi dismenore.

b. Faktor konstitusional

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor psikis. Faktor-faktor seperti

anemia, penyakit menahun dan sebagainya mempengaruhi timbulnya

dismenore.

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu faktor yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore

adalah stenosus kanalis servikalis. Pada wanita uterus hiperantefleksi

mungkin dapat terjadi stenosus kanalis servikalis, akan tetapi hal tersebut

tidak anggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab terjadinya

dismenore.

d. Faktor endokrin
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore

primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor ini

mempunyai hubungan dengan tonus dan kontraktilitas otot uterus.

Menurut Manuaba (2007) pada dismenore primer disebabkan oleh faktor

hormonal, sedangkan dismenore sekunder tidak disebabkan faktor hormonal.

Adapun faktor penyebab pada dismenore, yaitu

a) Terjadi akibat kontraksi yang kuat atau lama dinding Rahim;

b) Hormon prostaglandin yang tinggi;

c) Pelebaran leher rahim saat keluarnya darah haid;

d) Adanya infeksi daerah panggul;

f) Endometriosis;

g) Tumor jinak pada Rahim;

h) Postur tubuh yang kurang baik (sikap yang salah);

i) Rahim tidak berkembang secara optimal;

j) Diperberat jika mengkonsumsi kopi dan stress (Wratsongko &

Budisulistyo, 2006).

Menurut Nanang Winarto Astarto, et all (2011) penyebab pasti dismenore

belum diketahui secara pasti, pada dismenore primer nyeri timbul akibat

tingginya kadar prostaglandin. Sedangkan pada dismenore sekunder diduga


penyebab terbanyak adalah endometriosis. Adapun faktor-faktor risiko dari

dismenore primer yaitu wanita yang belum pernah melahirkan, obesitas,

perokok, dan memiliki riwayat keluarga dengan dismenore. Sedangkan faktor

yang dapat memperburuk keadaan adalah rahim yang menghadap ke belakang,

kurang berolahraga dan stres psikis atau stres sosial (Icemi & Wahyu, 2013).

Timbulnya rasa nyeri pada menstruasi biasanya disebabkan karena seseorang

sedang mengalami stres yang dapat menggangu kerja sistem endokrin, sehingga

dapat menyebabkan menstruasi yang tidak teratur dan menimbulkan rasa sakit

pada saat menstruasi (Hawari, 2008).

Menurut Sinclair (2010) dan Reeder (2012) Pada dismenore sekunder dikaitkan

dengan patologi pelvis dan lebih sering dialami wanita yang berusia diatas 20

tahun. Dismenore sekunder terjadi akibat penyakit panggul organik seperti

adenomiosis, leiomiomata, polip endometrium, malformasi kongenital, stenosis

servikal, endometriosis, PRP, mioma uterus, sindrom kongesti pelvis, kista atau

tumor ovarium, sindrom asherman (perlekatan intrauterus), prolaps uterus,

penggunaan AKDR atau trauma.


BAB III

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA PRANIKAH NN ”C“

REMAJA FISIOLOGIS DI PUSKESMAS MUARA DELANG KECAMATAN

TABIR SELATAN KABUPATEN MERANGIN

Tanggal Pengkajian : 4 Desember 2021


Pukul : 08.45 WIB
Tempat Pengkajian : Poli KIA/KB Puskesmas Muara Delang

A. SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama : Nn C
Umur : 13 tahun
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl.Tongkol
No.Telp : 082277xxxxxx
2. Alasan datang
Pasien datang ingin memeriksakan kesehatan
3. Keluhan Utama
sakit perut bawah
4. Riwayat Menstruasi
a. Menarche : 11 tahun
b. Siklus : 28 hari/bulan, teratur, lama 4-6 hari
c. Banyaknya : ganti pembalut 2-3 kali ganti pembalut
d. Disminorhea : kadang- kadang tapi hanya nyeri ringan
e. HPHT : 3 Desember 2021
f. Fluor Albus : kadang-kadang, bening, sebelum dan setelah menstruasi, tidak
gatal, tidak berbau
5. Penyuluhan yang Pernah Didapat
Nn C pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan reproduksi saat belajar
disekolah dan saat petugas puskesmas memberikan penyuluhan diSekolah
6. Riwayat Kesehatan
Tidak sedang ataupun pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, asma, DM,
ginjal, batuk lama (TBC atau difteri),belum pernah melakukan pemeriksaan
hepatitis, IMS dan HIV/AIDS, dan golongan darah, Status TT4 (SD Kelas 1 dan
6).
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah menderita hipertensi
Ibu menderita DM
8. Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
Tidak ada
9. Pola Fungsional Kesehatan
a. Nutrisi :
Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang, terdiri dari nasi, ayam, telur,
daging, jarang mengkonsumsi buah dan sayur . Minum air putih 6-7 gelas
sehari, suka mengkosumsi minuman berwarna seperti es teh dan capuccino.
Tidak ada pantangan/alergi makanan
b. Eliminasi:
BAB 1-2 hari sekali, warna kuning khas, tidak ada keluhan sakit saat BAB.
BAK 4-6 kali sehari, tidak nyeri saat berkemih
c. Istirahat :
Tidur siang 1 jam dan pada malam hari tidur 7-8 jam
d. Aktivitas :
Sekolah dan membantu mengerjakan pekerjaan rumah, seperti menyapu,
mencuci piring dan menjemur baju
e. Hygiene :
Mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti celana dalam 2-3 kali/hari
atau setiap kali basah. Setelah BAK atau BAB tidak dikeringkan memakai
tisu atau handuk.
f. Riwayat Pernikahan
Belum pernah menikah
g. Riwayat Psikososial Budaya
Tidak ada budaya tertentu yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
remaja.
B. OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Antropometri :
BB : 46 Kg
TB : 155 cm
IMT : 19,1 kg/m2
LILA: 24 cm
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
a. Bentuk tubuh : Normal
b. Wajah : wajah tidak pucat, tidak ada kelainan yang berkenaan dengan genetic
seperti sindrom down
c. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
d. Mulut : bibir tidak pucat, lembab tidak kering
e. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
f. Dada : tidak dilakukan
g. Abdomen : nyeri tekan perut bawah
h. Anogenital : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Penunjang
Hb :-
HIV :-

C. ASSESMENT
1. Diagnosa
Nn. C usia 13 tahun dengan disminorea
Data dasar
a. Nn C mengatakan HPHT pada tanggal 3 Desember 2021
b. Nn. C mengatakan nyeri diperut bagian bawah mulai kemarin
2. Masalah
Nn. C merasakan cemas dengan nyeri perut yang dialaminya
3. Kebutuhan
a. Informasikan hasil pemeriksaan
b. Informasikan cara menjaga kesehatan reproduksi
c. Informasikan resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan riwayat
penyakit orangtua
d. Informasikan cara menjaga pola makan, minum dan olahraga
e. Informasi cara meredakan nyeri perut yang dialami

D. PERENCANAAN
a. Jelaskan hasil pemeriksaan
b. Jelaskan status imunisasi Nn. C
c. Jelaskan cara menjaga kesehatan reproduksi
d. Jelaskan resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan riwayat penyakit
orangtua
e. Jelaskan cara menjaga pola makan, minum dan olahraga
f. Anjurkan untuk mengurangi garam
g. Anjurkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan minum tablet
tambah darah
h. Jelaskan bahwa keputihan yang dialami masih normal
i. Jelaskan cara meredakan nyeri perut yang dialami
j. Berikan terapy ibuprofen 400mg 3x1
k. Anjurkan untuk memeriksakan kesehatan bila ada keluhan

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 4 Desember 2021 Pukul :08.45 WIB
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Nn. C bahwa keadaan baik, tanda- tanda
vital dalam batas normal dan Nn. C menderita disminorea.
BB : 46 Kg
TB : 155 cm
IMT : 19,1 kg/m2
LILA: 24 cm
2. Menjelaskan kepada Nn. C bahwa status imunisasi TT saat ini sudah TT5 yang
masa perlindungannya terhadap tetanus neonatorum adalah seumur hidup,
sehingga Nn.C tidak perlu diberikan suntik imunisasi TT lagi .
3. Menjelaskan kepada Nn. C untuk menjaga kesehatan reproduksinya, dengan
mengganti pembalut setiap 4-6 jam pemakaian, Vagina cukup dibersihkan
dengan sabun polos dan air saat mandi dari arah depan kebelakang, memilih
sabun untuk membersihkan vagina yang tidak mengandung pewangi dan
antiseptic, dan mengeringkan vagina setelah BAK atau BAB.
4. Menjelaskan kepada Nn. C memiliki risiko terkena DM karena memiliki
keturunan diabetes mellitus dan memiliki risiko mengalami hipertensi
dikarenakan memiliki keturunan penyakit hipertensi
5. Menganjurkan kepada Nn. C , mengurangi makanan yang mengandung kadar
garam dikarenakan berisiko mengalami hipertensi dan makanan yang
mengandung kadar gula tinggi serta mengurangi kafein (batas mengkonsumsi
kafein sebanyak 200 miligram/hari) karena dapat memperburuk kesehatan
dimasa yang akan datang, serta mencegah stress berlebihan, minum air putih
minimal 8 gelas sehari, melakukan olahraga dan kontrol kesehatan secara rutin
6. Menganjurkan kepada Nn. C untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang
kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran berwarna hijau tua, kacang-
kacangan, ikan, dan daging ayam, serta mengandung asam folat seperti pada
sayuran bewarna hijau tua atau minum susu yang terdapat kandungan asam
folat.Selain itu, juga penting mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Aturan
minum TTD bagi remaja putri yaitu diminum secara teratur 1 tablet dosis 1 (satu)
tablet per minggu sepanjang tahun, TTD diminum setelah makan dengan air
putih/jus buah tidak dengan teh, kopi, dan susu.
7. Menjelaskan kepada Nn. C bahwa keputihan yang dialami merupakan keputihan
yang fisiologis. Menganjurkan klien untuk sering mengganti celana dalam,
menggunakan celana dalam dengan bahan yang mudah menyerap keringat seperti
berbahan cutton, tidak perlu menggunakan cairan pembersih genetalia untuk
menjaga tingkat keasaman normal vagina dan tidak perlu menggunakan
pantyliner untuk mencegah agar vagina tidak lembab.
8. Memberikan konseling untuk mengtasi nyeri dan rasa sakit saat menstruasi, dapat
diatasi dengan memberikan kompres hangat yang diletakkan di atas perut bagian
bawah. Kram menstruasi juga dapat diatasi dengan beberapa olahraga dan
peregangan, dan bila nyeri tak kunjung hilang bisa diberikan obat pereda nyeri
seperti asam mefenamat.
9. Memberikan jus wortel 2 kali sehari dengan selang waktu 4 jam setelah
pemberian yang pertama dengan takaran wortel 250 gram dicampur dengan air
mineral 200 cc sebagai obat traditional untuk mengurangi disminorea.
10. Memberikan terapy asam mefenamat 500mg 3x1
11. Menganjurkan Nn. C untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.

E. EVALUASI
Nn. C mengerti penjelasan yang diberikan
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal : 6 Desember 2021


Pukul : 10.00 WIB
SUBJEKTIF
1. Nn. C mengatakan nyeri perut bawahnya sudah hilang
2. Nn. C mengatakan sudah mengganti pembalut tiap 4-6 jam sekali
3. Nn. C mengatakan membersihkan vagina seperti yg dianjurkan bidan
4. Nn. C mengetahui resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan riwayat
penyakit orangtua
5. Nn. C berjanji untuk mengurangi makanan mengurangi makanan yang
mengandung kadar garam, namun masih susah untuk mengurangi makanan
yang mengandung kadar gula tinggi serta mengurangi kafein
6. Nn. C berjanji untuk makan makanan yang mengandung zat besi namun masih
susah minum tablet tambah darah
7. Nn. C sudah mempraktekkan cara meredakan nyeri perut yang dialami dengan
minum jus wortel 2 kali sehari dengan selang waktu 4 jam setelah pemberian
yang pertama dengan takaran wortel 250 gram dicampur dengan air mineral
200 cc sebagai obat traditional untuk mengurangi disminorea.
8. Nn. C berjanji untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.

OBJEKTIF
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Antropometri :
BB : 46 Kg
TB : 155 cm
IMT : 19,1 kg/m2
LILA: 24 cm
d. Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit

ASSESMENT
Nn. C usia 13 tahun fisiologis

PLANNING
a. Jelaskan hasil pemeriksaan
b. Ingatkan cara menjaga kesehatan reproduksi
c. Ingatkan resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan riwayat penyakit
orangtua
d. Ingatkan cara menjaga pola makan, minum dan olahraga
e. Ingatkan untuk mengurangi garam dan makanan yang mengandung gula yang
tinggi
f. Ingatkan untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan minum tablet
tambah darah
g. Beri jus wortel 2 kali sehari dengan selang waktu 4 jam setelah pemberian yang
pertama dengan takaran wortel 250 gram dicampur dengan air mineral 200 cc
sebagai obat traditional untuk mengurangi disminorea.
h. Anjurkan untuk memeriksakan kesehatan bila ada keluhan

PELAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan pada Nn. C bahwa keadaan baik, tanda- tanda
vital dalam batas normal dan Nn. C sudah tidak menderita disminorea.
2. Menjelaskan kepada Nn. C untuk tetap mempertahankan kesehatan
reproduksinya, dengan mengganti pembalut setiap 4-6 jam pemakaian, Vagina
cukup dibersihkan dengan sabun polos dan air saat mandi dari arah depan
kebelakang, memilih sabun untuk membersihkan vagina yang tidak mengandung
pewangi dan antiseptic, dan mengeringkan vagina setelah BAK atau BAB.
3. Mengingatkan Nn. C memiliki risiko terkena DM karena memiliki keturunan
diabetes mellitus dan memiliki risiko mengalami hipertensi dikarenakan memiliki
keturunan penyakit hipertensi jadi harus memperhatikan pola makan dan gaya
hidupa
4. Mengingatkan Nn. C untuk mengurangi makanan yang mengandung kadar garam
dikarenakan berisiko mengalami hipertensi dan makanan yang mengandung
kadar gula tinggi serta mengurangi kafein (batas mengkonsumsi kafein sebanyak
200 miligram/hari) karena dapat memperburuk kesehatan dimasa yang akan
datang, serta mencegah stress berlebihan, minum air putih minimal 8 gelas
sehari, melakukan olahraga dan kontrol kesehatan secara rutin
5. Mengingatkan kepada Nn. C untuk lebih banyak mengkonsumsi makanan yang
kaya zat besi seperti hati, daging sapi, sayuran berwarna hijau tua, kacang-
kacangan, ikan, dan daging ayam, serta mengandung asam folat seperti pada
sayuran bewarna hijau tua atau minum susu yang terdapat kandungan asam
folat.Selain itu, juga penting mengonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD). Dan
tetap minum TTD bagi remaja putri yaitu diminum secara teratur 1 tablet dosis 1
(satu) tablet per minggu sepanjang tahun, TTD diminum setelah makan dengan
air putih/jus buah tidak dengan teh, kopi, dan susu.
6. Menganjurkan Nn. C untuk memeriksakan kesehatan apabila ada keluhan.

EVALUASI
1. Nn. C mengetahui hasil pemeriksaan
2. Nn. C mengetahui cara menjaga kesehatan reproduksi
3. Nn. C mengetahui resiko penyakit yang mungkin diderita berdasarkan
riwayat penyakit orangtua
4. Nn. C mengetahui cara menjaga pola makan, minum dan olahraga
5. Nn. C bersedia untuk mengurangi garam dan makanan yang mengandung
gula yang tinggi
6. Nn. C bersedia untuk makan makanan yang mengandung zat besi dan
minum tablet tambah darah
7. Nn. C bersedia untuk memeriksakan kesehatan bila ada keluhan
BAB IV
ANALISIS KASUS

Analisis kasus merupakan bagian dari laporan kasus yang akan membahas

kesenjangan dan hambatan selama penulis melakukan asuhan kebidanan pada remaja

Nn. C dengan disminorea.

Pasien adalah seorang pelajar berusia 13 tahun, berasal dari Tabir Selatan,

bertempat tinggal tetap di jl Tongkol Desa Muara Delang Kecamatan Tabir Selatan.

Pasien beragama Islam dan merupakan keturunan suku Jawa. Aktivitas pasien setiap

harinya merupakan pelajar di pagi hari hingga jam 2 siang.

Pengumpulan data dasar dilakukan untuk mengumpulkan data tentang pasien.

Pada pengkajian data subjektif keluhan utama pada pasien yaitu Pasien datang ingin

memeriksakan kesehatan dengan keluhan utama sakit perut bawah sejak 1 hari yang lalu

dikarenakan datang haid. Berdasarkan pemeriksaan umum yang dilakukan yaitu

keadaan umum pasien kurang baik, kesadaran composmentis, tanda-tanda vital

menunjukkan bahwa Tekanan Darah 110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, frekwensi napas

20 x/menit, suhu 36,5 º C. Berat badan BB 46 Kg, tinngi badan155 cm, IMT 19,1 kg/m2

dan LILA 24 cm. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan: wajah tidak pucat,

konjungtiva merah muda, sklera putih, bibir tidak pucat lembab dan tidak kering.

Abdomen tedapat nyeri tekan perut bawah.

Fluor albus yang kadang dialami Nn. C sebelum dan setelah menstruasi,

memiliki sifat bening, tidak gatal, tidak berbau merupakan fisiologis atau normal.

Sebagaimana diungkapkan oleh Saifuddin (2012) bahwa keputihan normal adalah tidak
berbau, berwarna putih, dan tidak gatal apabila berbau, berwarna, dan gatal dicurigai

adanya kemungkinan infeksi alat genital.

Riwayat kesehatan keluarga Nn. C ditemukan bahwa ayah memiliki riwayat

penyakit hipertensi, begitupun ibu memiliki penyakit diabetes melitus. Beberapa

penyakit yang dapat diturunkan ialah hipertensi dan diabetes mellitus (Kemenkes,

2018). Dengan mengetahui gejala dan faktor risiko hipertensi dan diabetes mellitus

diharapkan Nn. C dapat melakukan pencegahan dengan modifikasi diet/gaya hidup,

seperti pola makan seimbang dengan mengurangi makanan yang mengandung

kolesterol, kadar garam natrium dan kadar gula tinggi, mengurangi makanan cepat saji,

mencegah stress berlebihan, menghentikan kebiasan merokok, olahraga rutin,

menghindari stress, olahraga rutin, dan cek kesehatan secara rutin sehingga dapat

terhindar dari hipertensi dan diabetes mellitus maupun komplikasinya

Selain itu, pemberian imunisasi TT pada Nn. C, hal tersebut dilakukan dalam

upaya pencegahan dan perlindungan terhadap penyakit tetanus, sehingga akan memiliki

kekebalan untuk melindungi tubuh terhadap penyakit tetanus. Pemberian imunisasi

tetanus toxoid (TT) akan dilakukan suntikan booster nanti saat hendak melangsungkan

pernikahan untuk mencapai status T5 hasil pemberian imunisasi dasar dan lanjutan.

Status T5 sebagaimana dimaksud ditujukkan agar wanita usia subur memiliki kekebalan

penuh. Dalam hal status imunisasi belum mencapai status T5 saat pemberian imunisasi

dasar dan lanjutan, maka pemberian imunisasi tetanus toxoid dapat dilakukan saat yang

bersangkutan menjadi calon pengantin (Kemenkes, 2017).

Berdasarkan tahun kelahiran Nn. C yakni 2009 dan mengaku selalu ikut

imunisasi yang diadakan saat SD yakni kelas 1 dan 6 yang masing-masing diberikan 2
dosis imunisasi (4 dosis), sehingga status imunisasi TT Nn. C adalah T4 dan kurang

satu kali imunisasi TT. Sehingga pada kunjungan ini diberikan injeksi imunisasi TT

yang ke-5 untuk kekebalan seumur hidup.

Dismenore dapat dikatakan problematika seorang remaja putri yang memaksa

mereka untuk melakukan segala cara dalam mencegah bahkan menghilangkan nyeri

dismenore. Tidak sedikit wanita yang absen pada saat kerja atau kuliah karena

dismenore (Fascia, 2008).

Penelitian Novia (2008) menunjukkan bahwa dengan umur menarche yang

normal ternyata dismenore primer masih terjadi. Hasil penelitian ini berbeda dengan

pendapat Wijayakusuma dalam Novia (2008), bahwa menarche pada usia lebih awal

dapat meningkatkan kejadian dismenore primer, sedangkan hasil penelitian Novia

menunjukkan bahwa pada umur menarche normal masih banyak remaja yang

mengalami dismenore primer. Hasil penelitian Novia juga berbeda dengan pendapat

Widjanarko dalam Novia (2008) yang menyatakan bahwa menarche pada usia lebih

awal merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer.

Usia menarche dini meningkatkan risiko terjadinya dismenore. selain itu menarche dini

dapat meningkatkan resiko kejadian mioma 1,24 kali. Hal ini juga dijelaskan oleh

Sophia et.al. (2013) yang menyatakan bahwa usia ideal seorang wanita mengalami

menarche yaitu pada usia antara 13-14 tahun. Seseorang yang mengalami menarche

kurang dari sama dengan 12 tahun memiliki kemungkinan 1,6 kali lebih besar

mengalami dismenore dibandingkan umur 13-14 tahun.

Selama ini remaja putri mengatasi masalah dismenore dengan mengkonsumsi

obat-obatan analgetik yang tidak baik untuk kesehatan jangka panjang (Tabari, 2016).
Untuk menurunkan tingkat nyeri dismenore sebaiknya menggunakan obat tradisional

yang sedikit efek sampingnya bahkan tidak ada. Salah satu cara non farmakologi

tersebut adalah dengan mengkonsumsi jus wortel. Kandungan vitamin E dan

betakarotein pada wortel mampu mengeblok prostaglandin yaitu hormon yang

mempengaruhi dismenore atau nyeri haid. Wortel merupakan salah satu sayuran yang

memiliki banyak kegunaan misalnya sebagai bahan sayur sop atau dijadikan campuran

makanan. Wortel banyak ditemukan di Indonesia dan penyebaranya sudah merata.

Wortel mudah ditemukan dipasaran karena hampir setiap hari wortel dijual dipasar.

Selain rasanya yang enak, wortel juga dipercaya oleh masyarakat sebagai sayuran yang

memiliki banyak vitamin dengan harga terjangkau (Hembing, 2007).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Noravita pada mahasiswi DIV bidan

pendidik semester IV di Universitas Aisyiyah Yogyakarta yang memiliki cara

tersendiri dalam mengurangi tingkat dismenore. Yaitu dengan cara pemberian

jus wortel 2 kali sehari dengan selang waktu 4 jam setelah pemberian yang pertama

dengan takaran wortel 250 gram dicampur dengan air mineral 200 cc, dengan hasil

eksperimen terjadi penurunan setelah pemberian jus wortel pada kasus dismenore

primer

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dr. S. Ziaei dalam Hembing (2007),

vitamin E pada wortel dapat mengurangi nyeri pada menstruasi. Vitamin E mampu

membantu pengeblokan formasi prostaglandin dan mengatasi efek peningkatan produksi

hormon prostaglandin. Menurut Berkley (2013), dalam penelitiannya vitamin B1

(Thiamine), B6 dan E mampu mengurangi nyeri menstruasi. Sehingga makanan yang


mengandung vitamin tersebut sebaiknya dikonsumsi untuk mengurangi nyeri

menstruasi.

Kandungan magnesium pada wortel dapat digunakan untuk kekuatan tulang,

mengakifkan vitamin B, merilekskan otot dan syaraf, pembekuan darah dan produksi

energi. Wortel juga mengandung analgetik alami yang berperan seperti obat analgetik

(contoh ibuprofen) dan sebagai anti inflamasi (Silva, 2014). Mengonsumsi vitamin E 2-

3 hari sebelum dan 2-3 hari setelah masa menstruasi dapat mengurangi kram dan

kecemasan pada pre menstrual syndrom (PMS). Vitamin E dapat menurunkan tingkat

nyeri dan dapat mengurangi banyaknya darah haid yang keluar. Hal ini dilakukan

dengan cara menyeimbangkan hormon dalam tubuh. sehingga siklus menstruasi dapat

diatur (Axe, 2016).

Jus wortel yang didalamnya mengandung vitamin E yang bermanfaat untuk

mengurangi dismenore dan membantu mengatasi efek peningkatan produksi hormon

prostaglandin. Semakin banyak mengkonsumsi jus wortel maka tingkat dismenore

primer akan semakin menurun (Hembing, 2007).

Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap penurunan tingkat dismenore selain

konsumsi obat analgetik, adalah dengan olah raga ringan, rileksasi, hypnotherapi, dan

kompres hangat (Prawirohardjo, 2010).


BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil asuhan kebidanan pada pasien dengan Disminorea di

Puskesmas Muara Delang, Kecamatan Tabir Selatan, Kabupaten Merangin pada

tahun 2021, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil pengkajian pada Nn. C didapatkan, Nn. C mengalami disminorea. Saat ini

Nn. C mengeluhkan Sakit perut bagian bawah sejak 1 hari yang lalu dikarenakan

datangnya menstruasi.

2. keluhan ini diatasi dengan memberikan Memberikan konseling untuk mengtasi

nyeri dan rasa sakit saat menstruasi, dapat diatasi dengan memberikan kompres

hangat yang diletakkan di atas perut bagian bawah. Kram menstruasi juga dapat

diatasi dengan beberapa olahraga dan peregangan.

3. Memberikan jus wortel 2 kali sehari dengan selang waktu 4 jam setelah pemberian

yang pertama dengan takaran wortel 250 gram dicampur dengan air mineral 200

scc sebagai obat traditional untuk mengurangi disminorea.

4. bila nyeri tak kunjung hilang bisa diberikan obat pereda nyeri seperti asam

mefenamat.

5. Evaluasi dari asuhan yang dilakukan yaitu dilakukan kunjungan berikutnya,

dimana pada kunjungan rumah yang dilakukan pada tanggal 6 Desember 2021,

keluhan disminorea sudah tidak ada,serta diagnosa potensial tidak muncul setelah

dilakukan asuhan kebidanan secara baik.


B. Saran

Bagi penulis laporan kasus kelompok asuhan kebidanan pada remaja

selanjutnya melakukan pengkajian komprehensif dan mengambil diagnosis

kebidanan yang tepat menurut pengkajian yang didapatkan, melaksanakan tindakan

kebidanan dengan lebih dahulu memahami masalah dengan baik, melakukan asuhan

dengan tepat sehingga tercapai tujuan dari asuhan yang komprehensif dan

mendokumentasikan hasil tindakan yang telah dilakukan.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawiroharjo

https://hellosehat.com/wanita/menstruasi/berapa-kali-ganti-pembalut-saat-haid/
2021

https://dinkes.surakarta.go.id/tablet-tambah-darah-pada-remaja-putri/2/2020

https://www.popmama.com/big-kid/10-12-years-old/jemima/menstruasi-
pertama/5 juni 2021

https://id.wikipedia.org/wiki/Remaja, 2021

Handika, W. 2010. Efektivitas Jus Wortel (Daucus Carota) Terhadap Penurunan


Derajat Dismenore Pada Remaja Putri Di Asrama Putri Mahasiswa Stikes ’Aisyiyah
Yogyakarta. Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
’Aisyiyah Yogyakarta. opac.unisayogya.ac.id/1828/1/NASPUB.pdf.

Hembing, W. 2007. Penyembuhan Dengan Wortel, Pustaka Populer Obor,


Jakarta.

Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian Kesehatan


RI, Jakarta.
Kusmiran, E. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita, Salemba Medika, Jakarta.

Manuaba, I.G.B. 2014. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta:
EGC. Nurmaidah, 2020.

Prawirohardjo, Sarwono. 2011. llmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo.


Dalam: Saifudding AB, dkk (Editor). PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta,
Indonesia.

Prawirohardjo, S. 2010, Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo, Jakarta.

You might also like