You are on page 1of 10

JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

246
Volume 7, Nomor 1, Halaman 246-255 ISSN: 2528-0767
http://journal2.um.ac.id/index.php/jppk e-ISSN: 2527-8495

AKIBAT HUKUM KETIDAKLENGKAPAN PENJABARAN AUDIT DALAM


PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH BERDASARKAN PERATURAN
PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2021
DUE TO LEGAL INCOMPLETE DESCRIPTION OF AUDIT IN PROCUREMENT
OF GOVERNMENT GOODS/SERVICES BASED ON PRESIDENTIAL REGULATION
NUMBER 12 OF 2021
Anisa Pasha Rahmawati*, Tunggul Anshari Setia Negara
Program Magister Ilmu Hukum Universitas Brawijaya
Jalan M.T Haryono Nomor 169 Malang 65145, Indonesia

INFO ARTIKEL Abstract: this study aimed to analyze the types of audits in
government goods/services procurement under Presidential
Riwayat Artikel: Regulation Number 12 of 2021 and the legal consequences
Diterima : 04 Oktober 2021 of the incomplete descriptions of audits in government goods/
Disetujui : 05 Maret 2022 services procurement. The type of research used in this study
was normative juridical with a statute approach, a concept
Keywords: approach, and a case approach. Data collection was done by
incompleteness, translation using library research techniques. The data obtained were
audit, procurement of goods/ analyzed using law interpretation techniques. The results of
services, government the study showed that Presidential Regulation Number 12
of 2021 concerning Amendments to Presidential Regulation
Kata Kunci: Number 16 of 2018 concerning Procurement of Goods/Services
ketidaklengkapan, penjabaran did not explain in detail the main tasks and functions of the
audit, pengadaan barang/ Government Internal Supervisory Apparatus in carrying out
jasa, pemerintah audits of government procurement of goods/services. The legal
*) Korespondensi: consequences of incomplete audit rules in the procurement of
E-mail: Anisapashar93@gmail.com government goods/services gave rise to multiple interpretations,
so it was necessary to establish an internal regulation or a
Regent’s regulation related to the main tasks and functions of
the Government’s Internal Supervisory Apparatus.
Abstrak: kajian ini bertujuan untuk menganalisis jenis-
jenis audit dalam pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 dan akibat hukum
ketidaklengkapan penjabaran audit dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah. Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian ini
yaitu yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan,
pendekatan konsep, dan pendekatan kasus. Pengumpulan data
dilakukan dengan teknik studi kepustakaan. Data yang telah
diperoleh dianalisis dengan teknik penafsiran hukum. Hasil
kajian menunjukkan bahwa Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2021 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 16
Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa tidak menjelaskan
secara rinci tugas pokok dan fungsi Aparat Pengawas Intern
Pemerintah dalam melaksanakan audit pengadaan barang/
jasa pemerintah. Akibat hukum ketidaklengkapan aturan
audit dalam pengadaan barang/jasa pemerintah menimbulkan
multitafsir sehingga diperlukan pembentukan peraturan internal
atau peraturan Bupati terkait tugas pokok dan fungsi Aparat
Pengawas Intern Pemerintah.

246
Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 7, Nomor 1, Maret 2022 247

PENDAHULUAN menjelaskan bahwa pemerintah daerah adalah


Kinerja pemerintah pusat dan pemerintah Kepala Daerah sebagai unsur penyelenggara
daerah dalam memberikan pelayanan publik pemerintahan daerah atau kewenangan daerah
belum memenuhi kualitas yang diharapkan otonom. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah
masyarakat. Aksi demonstrasi yang terjadi memiliki urusan pemerintahan masing-masing.
menunjukkan bahwa masyarakat telah mengkritik Pembagian urusan pemerintahan harus
kinerja pemerintah. Tuntutan masyarakat ditetapkan secara tegas antara kewenangan
terhadap pelayanan publik menimbulkan citra pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan
yang kurang baik bagi aparatur negara (Fadhila, pemerintah daerah kabupaten/kota. Pembagian
2015). Fungsi dan tugas dari pemerintah dalam urusan pemerintahan pusat dan pemerintah daerah
melayani masyarakat perlu ditingkatkan untuk diharapkan dapat menciptakan suatu struktur
menghindari timbulnya kesenjangan antara organisasi pemerintahan yang ramping, efisien,
tuntutan masyarakat dan kemampuan aparatur serta efektif (Habibi, 2016). Pembagian urusan
dalam memberikan pelayanan publik (Ridwan, pemerintahan yang tidak jelas akan menghasilkan
2014). Kualitas penyelenggaraan pemerintah masih pelaksanaan otonomi daerah yang bersifat semu.
jauh dari harapan dan kebutuhan masyarakat. Pemerintah dalam menjalankan otonomi daerah
Pemerintah telah menetapkan berbagai berusaha mendekatkan diri dengan masyarakat
kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas (Sesung, 2013). Pemerintah diharapkan lebih
pelayanan publik. Penyelenggaraan pemerintah memahami terkait keluhan-keluhan yang
saat ini lebih berorientasi pada konsep dihadapi oleh masyarakat. Pembagian urusan
governance bukan government (Ilmar, 2013). pemerintah membuka peluang bagi pemerintah
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang daerah melakukan inovasi dalam meningkatkan
Administrasi Pemerintahan menjelaskan bahwa kualitas pelayanan publik.
pelaksanaan konsep tata kelola yang baik atau Pemerintah harus mewujudkan pembangunan
good governance harus diimbangi dengan dan pengembangan perekonomian nasional
peningkatan kapasitas dan kapabilitas aparatur salah satunya terkait pengadaan barang/jasa.
penyelenggaraan pemerintah. Paradigma Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021
penyelenggaraan pemerintahan dengan paradigma tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
governance tidak bersandar pada peraturan atau 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/
pemerintah saja tetapi juga peran sektor swasta Jasa Pemerintah (Perpres PBJ) menjelaskan
dan warga masyarakat (Hadjon dkk, 2012). bahwa pengadaan barang dan jasa pemerintah
Penyelenggaraan pemerintah yang berpedoman belum sesuai dengan peraturan yang berlaku.
pada good governance system bertujuan agar Pengadaan barang dan jasa lebih kepada urusan
dapat mencapai tata kelola pemerintahan yang pemerintah daerah. Pengadaan barang dan
baik. jasa atau procurement muncul karena adanya
Konsep good governance juga harus kebutuhan akan suatu barang atau jasa untuk
diterapkan dalam sistem pemerintahan kebutuhan sehari-hari (Sutedi, 2012). Pengadaan
desentralisasi. Penerapan sistem desentralisasi barang dan jasa adalah usaha untuk mewujudkan
menyebabkan adanya pergeseran atau pengalihan dan mendapatkan adanya barang dan jasa yang
kewenangan pengurusan dari pemerintah pusat dibutuhkan melalui proses perjanjian kontrak.
kepada pemerintah daerah (Shofa, 2015). Pengadaan barang dan jasa pemerintah
Pembagian urusan pemerintahan telah diatur meliputi seluruh kontrak pengadaan antara
dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 pemerintah dengan badan usaha milik negara,
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor perusahaan, atau perorangan. Organisasi
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pengadaan barang dan jasa salah satunya yaitu
(UU Pemda). Pasal 1 ayat (1) UU Pemda Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Pejabat
menjelaskan bahwa pemerintah pusat adalah Pelaksana Teknis (PPTK). Pengadaan barang/
Presiden Republik Indonesia yang memegang jasa dalam dunia pemerintahan diawasi oleh
kekuasaan pemerintahan negara dengan dibantu Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP).
oleh Wakil Presiden dan Menteri sebagaimana Peran APIP dalam pengawasan pengadaan
dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara barang/jasa dilaksanakan dengan kegiatan probity
Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 1 ayat (3) audit yang belum dijelaskan secara rinci dalam

Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 7, Nomor 1, Maret 2022 248

Perpres PBJ. Audit yang dilakukan oleh APIP memberikan pelayanan publik diharuskan dapat
selama ini belum maksimal dalam menjamin mengapresiasi secara tepat kebutuhan masyarakat
efektifitas pengadaan barang/jasa (Jusuf, Nangor, (Fadhila, 2015). Konsep good governance
& Tinangon, 2021). APIP cenderung melakukan system yang diadopsi pada implementasinya
audit setelah pembayaran sehingga berpotensi belum sepenuhnya memberikan jaminan tata
menimbulkan masalah penyimpangan dan kasus kelola pemerintahan yang baik (Shofa, 2015).
tindak pidana. Penerapan good governance system seharusnya
Kesalahan APIP dalam melaksanakan audit disertai dengan peningkatan kapasitas dan
dapat diketahui setelah adanya proses penegakan kapabilitas aparatur penyelenggara pemerintah.
hukum. APIP seharusnya melakukan audit Pengadaan barang/jasa pemerintah dalam
saat pra, proses dan pasca kegiatan pengadaan konsep good governance harus sesuai dengan
barang/jasa untuk menghindari terjadinya prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa yang telah
permasalahan (Rini & Damiati, 2017). Jenis- ditetapkan. Pasal 6 Perpres PBJ menjelaskan
jenis audit dalam pengadaan barang/jasa tidak bahwa prinsip-prinsip pengadaan barang/jasa
dijelaskan secara terperinci dalam Perpres PBJ pemerintah meliputi efisien, efektif, transparan,
sehingga diperlukan pengkajian ulang. Pasal terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel. Prinsip
76 ayat (2) Perpres PBJ hanya menjelaskan pengadaan barang/jasa pemerintah jika dapat
tentang tugas pokok dan fungsi APIP terkait terpenuhi secara keseluruhan maka akan
audit sehingga menimbulkan banyak multitafsir. mendapatkan hasil yang maksimal. Konsep
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, good governance juga berkaitan dengan etika
kajian ini akan membahas (1) jenis-jenis audit pengadaan barang/jasa (Hadiyati, 2018). Pasal
dalam pengadaan barang/jasa pemerintah sesuai 7 ayat (1) Perpres PBJ menjelaskan bahwa
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 dan pengadaan barang/jasa jika dilakukan sesuai
(2) akibat hukum ketidaklengkapan penjabaran dengan aturan yang berlaku akan meminimalisir
audit dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. terjadinya penyimpangan. Pengadaan barang/
jasa pemerintah dalam konsep good governance
METODE harus dijalankan sesuai dengan peraturan, prinsip,
Jenis penelitian yang digunakan dalam kajian dan etika yang ditetapkan dalam Perpres PBJ.
ini yaitu yuridis normatif. Penelitiаn hukum Konsep good governance harus diterapkan
normаtif tidаk hаnyа mengаnаlisis berbаgаi oleh APIP dalam melaksanakan pengawasan
teks hukum, tetаpi melibаtkаn kemаmpuаn pengadaan barang/jasa pemerintah. Pasal 1 ayat
аnаlisis terhаdаp bаhаn hukum (Fajar, 2009). (22) Perpres PBJ menjelaskan bahwa APIP adalah
Kajian ini menggunakan pendekatan kasus, aparat yang melakukan pengawasan melalui
pendekatan konsep, dan pendekatan perundang- audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan kegiatan
undangan. Bahan hukum primer berupa peraturan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan
perundang-undangan terkait pengadaan barang/ tugas dan fungsi pemerintah. Pasal 1 ayat (2)
jasa pemerintah. Bahan hukum sekunder berupa Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan
buku dan artikel, sedangkan bahan hukum dan Pembangunan Nomor 3 Tahun 2019 tentang
tersier berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia Pedoman Pengawasan Intern atas Pengadaan
(KBBI). Teknik analisis data yang digunakan Barang/Jasa Pemerintah (Perka BPKP)
adalah teknik analisis penafsiran hukum yaitu menjelaskan bahwa APIP bertugas melaksanakan
pendekatan pada peraturan yang tidak lengkap pengawasan intern di lingkungan pemerintah
untuk dapat diterapkan pada peristiwanya. pusat dan pemerintah daerah. APIP terdiri dari
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
HASIL DAN PEMBAHASAN (BPKP), Inspektorat Jenderal/Inspektorat/Unit
Jenis-Jenis Audit dalam Pengadaan Barang/ Pengawasan Intern pada Kementerian, Inspektorat
Jasa Pemerintah sesuai Peraturan Presiden Utama/Inspektorat/Unit Pengawasan Intern
Nomor 12 Tahun 2021 pada Lembaga Pemerintah Non-Kementerian,
Paradigma penyelenggaraan pemerintah Kesekretariatan Lembaga Negara, Inspektorat
yang berorientasi pada konsep governance Provinsi/Kabupaten/Kota, dan unit pengawasan
memberikan dorongan lebih cepat terhadap tuntutan intern pada instansi pemerintah lainnya sesuai
kebutuhan. Penyelenggaraan pemerintahan dalam dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 7, Nomor 1, Maret 2022 249

APIP dalam melaksanakan tugas pokok pemerintah dapat dilakukan dengan swakelola
dan fungsinya wajib mematuhi prinsip- dan penyedia yang anggarannya dikeluarkan
prinsip dan etika dalam pengadaan barang/ oleh Kementerian/Lembaga/Perangkat Daerah.
jasa. APIP jika dapat memenuhi keseluruhan Penyusunan Rencana Umum Pengadaan (RUP)
unsur pengadaan barang/jasa pemerintah maka dilaksanakan setelah penetapan alokasi anggaran
dapat mewujudkan pelaksanaan pemerintahan untuk Kementerian dan Lembaga, sedangkan
yang baik. Pengadaan barang dan jasa adalah pengumuman RUP pada Perangkat Daerah
mengajukan harga dan memborong pekerjaan dilakukan setelah rancangan peraturan daerah
atas penyediaan barang/jasa (Habibi & Untari, tentang APBD disetujui bersama oleh Pemerintah
2018). Pengadaan barang dan jasa dimulai dari Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
adanya transaksi pembelian atau penjualan barang Pelaku pengadaan barang/jasa pemerintah
secara langsung (Firmansyah, 2018). Transaksi berdasarkan Perpres PBJ terdiri dari pengguna
pengadaan barang dan jasa pada masanya akan anggaran, kuasa pengguna anggaran, pejabat
berkembang ke arah pembelian berjangka dengan pembuat komitmen, pejabat pengadaan, kelompok
waktu pembayaran. Pembelian berjangka harus kerja pemilihan, agen pengadaan, penyelenggara
membuat dokumen pertanggungjawaban antara swakelola, serta penyedia. Tugas pokok dan
pembeli dan penjual dan akhirnya pada proses fungsi pelaku pengadaan barang/jasa yaitu
pengadaan ataupun pelelangan. membantu PPTK sebagai pejabat pada unit Satuan
Pengadaan barang dan jasa atau procurement Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Pelaksanaan
muncul karena adanya suatu barang atau jasa. pengadaan barang/jasa pada implementasinya
Procurement dimulai dari tahap persiapan, masih banyak terjadi permasalahan atau
penentuan, dan pelaksanaan atau administrasi kendala (Sutedi, 2012). Pelaksanaan pengadaan
tender (Hadiyati, 2018). Pengadaan barang dan barang/jasa harus dilakukan pengawasan dan
jasa tidak hanya mencakup memilih rekanan pemeriksaan. Pengawasan dan pemeriksaan
tetapi seluruh proses sejak awal perencanaan, atau audit merupakan dua hal yang tidak dapat
persiapan, perijinan, penentuan pemenang dipisahkan (Fuddloilulhaq, 2017). Pengawasan
tender hingga tahap pelaksanaan dan proses dapat dilaksanakan melalui suatu pemeriksaan
administrasi. Proses pengadaan barang dan jasa dan pemeriksaan dilakukan dalam rangka
melibatkan beberapa pihak yaitu pengguna dan menjalankan fungsi pengawasan.
penyedia barang dan jasa (Habibi & Untari, Pengawasan dalam pengadaan barang
2018). Kedudukan pengadaan barang dan jasa dan jasa wajib dilakukan oleh instansi
tidak selalu sama dalam tingkatannya sehingga pemerintah untuk mewujudkan keadilan,
semua tergantung dari jenis pengadaan barang transparansi dan pertanggungjawaban dalam
dan jasanya. rangka penyelenggaraan pemerintahan yang
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Lembaga baik. Pengawasan pengadaan barang harus
Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah memenuhi prinsip-prinsip dan etika pengadaan
(LKPP) Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman barang/jasa pemerintah (Rini & Damiati, 2017).
Perencanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Pengawasan dalam pengadaan barang dan jasa
menjelaskan bahwa pengadaan barang/jasa atau audit dilaksanakan oleh APIP. Peraturan
adalah kegiatan yang dibiayai oleh APBN/ Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
APBD sejak identifikasi kebutuhan sampai dan Reformasi Birokrasi (Permen PANRB)
dengan serah terima hasil pekerjaan. Dana yang Nomor PER/05/M.PAN/03/2008 menjelaskan
bersumber dari APBN dilakukan bersamaan bahwa APIP terdiri atas Badan Pengawasan
dengan proses penyusunan RKA K/L setelah Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang
penetapan pagu indikatif. Dana yang bersumber bertanggung jawab kepada Presiden, Inspektorat
dari APBD dilakukan bersamaan dengan Jenderal/Inspektorat Utama/Inspektorat yang
proses penyusunan RKA Perangkat Daerah bertanggung jawab kepada Menteri/Kepala
setelah adanya nota kesepakatan Kebijakan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND),
Umum APBD serta Prioritas Plafon Anggaran Inspektorat Pemerintah Provinsi yang bertanggung
Sementara (KUA PPAS). Pasal 17 ayat (1) dan jawab kepada Gubernur, Inspektorat Pemerintah
Pasal 22 Peraturan LKPP Nomor 7 Tahun 2018 Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab kepada
menjelaskan bahwa pengadaan barang/jasa Bupati/Walikota.

Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 7, Nomor 1, Maret 2022 250

UU Pemda menjelaskan bahwa pemerintah Pasal 116 Peraturan Presiden Nomor 54


daerah memiliki kewenangan untuk mengatur Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa
dan mengurus rumah tangganya sendiri. Prinsip menjelaskan bahwa Kementerian/Lembaga/
otonomi pengawasan atas penyelenggaraan Institusi dan Pemerintah Provinsi/Pemerintah
pemerintahan daerah dipertegas dalam Peraturan Kabupaten/Kota wajib melakukan pengawasan
Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman terhadap PPK dan ULP termasuk pelaksanaan
Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan swakelola dan penggunaan produksi dalam
Pemerintahan Daerah (Sunarno, 2005). Pasal 1 negeri agar lebih efektif dan efisien. Pengawasan
ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun tersebut dilaksanakan oleh APIP yang meliputi
2005 menjelaskan bahwa pengawasan atas membuat sistem pengawasan intern atas
penyelenggaraan pemerintahan daerah bertujuan pengadaan barang/jasa. APIP sebagai salah satu
untuk menjamin agar pemerintahan daerah tim pengawas memiliki peran melaksanakan
berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan probity audit dan audit pengadaan barang/jasa
rencana dan ketentuan peraturan perundang- pemerintah. Perpres PBJ belum menjelaskan
undangan. Penyelenggaraan pemerintah daerah secara terperinci jenis-jenis audit yang menjadi
harus ditingkatkan terutama dalam pengawasan ruang lingkup pengadaan barang/jasa pemerintah.
pengadaan barang/jasa pemerintah. Jenis audit yang berhak dilaksanakan oleh APIP
Inspektorat Kabupaten/Kota yang bertanggung pada dasarnya tidak hanya terkait pengadaan
jawab kepada Bupati/Walikota dalam melakukan barang/jasa tetapi juga probity audit.
pengawasan pengadaan barang/jasa pemerintah Probity secara harfiah dikaitkan dengan
juga harus merujuk pada peraturan-peraturan integrity, uprightness, dan honesty. Integrity
diatasnya. Pengawasan pada daerah dilaksanakan dihubungkan dengan keutuhan, ketulusan hati,
oleh Inspektorat Daerah Kabupaten/Kota yang dan keadaan yang utuh. Integritas menyiratkan
bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota. dapat dipercaya dan tidak dapat dikorupsi sampai
Inspektorat Daerah sendiri berfungsi sebagai auditor pada tingkat seseorang tidak mampu untuk
internal pemerintah dalam menyelenggarakan memalsukan suatu kepercayaan, tanggung jawab,
kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah atau janji (Fuddloilulhaq, 2018). Uprightness
dan tugas lain yang diberikan oleh Kepala yaitu berpegang teguh pada prinsip-prinsip moral
Daerah berdasarkan mandat (Sunarno, 2005). sedangkan honesty menunjukkan penolakan
Inspektorat Daerah merupakan suatu lembaga untuk berbohong, mencuri, atau menipu (Jufus,
pengawas di lingkungan pemerintah daerah. Nangoi, & Tinangon, 2021). Probity audit
Pengawasan pada Inspektorat Provinsi dilakukan merupakan aktivitas assurance yang diberikan
oleh APIP tingkat provinsi yang bertanggung oleh auditor probity untuk melakukan pengawasan
jawab kepada Gubernur. independen terhadap suatu proses pengadaan
Implementasi pengawasan pengadaan barang barang dan jasa.
dan jasa bertujuan untuk mendukung prinsip- Probity audit adalah kegiatan penilaian
prinsip pengadaan barang dan jasa pemerintah. independen untuk memastikan bahwa proses
Proses pengadaan barang dan jasa melibatkan pengadaan barang/jasa telah dilaksanakan secara
beberapa pihak dalam menjalankan fungsi konsisten sesuai dengan prinsip penegakan
pengawasan meliputi pimpinan dari instansi integritas, kebenaran, kejujuran dan mematuhi
pemerintah yang bersangkutan, pengguna barang peraturan perundangan yang berlaku. Probity
dan jasa, unit pengawas intern, dan masyarakat audit bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas
(Sutedi, 2012). Inspektorat Daerah memiliki penggunaan dana sektor publik (Jufus, Nangoi,
peran yang sangat penting dalam kemajuan dan & Tinangon, 2021). Probity audit sebenarnya
keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan. tidak terbatas pada pengadaan barang/jasa
Inspektorat Daerah berkedudukan di bawah tetapi mencakup seluruh proyek-proyek publik.
Sekretaris Daerah sehingga kewenangannya Menciptakan dan memelihara integritas, kebenaran,
dalam melakukan pengawasan sangat terbatas. dan kejujuran dalam nilai dan tugas sektor
Laporan hasil pengawasan dan pemeriksaan publik meliputi sikap netral, bertanggungjawab
Inspektorat Daerah masih bergantung pada dan keterbukaan. Aparatur pemerintahan juga
para auditor. Kepala Daerah berperan dalam harus menciptakan dan memelihara integritas,
memeriksa laporan dari Inspektorat Daerah. kebenaran, dan kejujuran untuk menghindari

Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 7, Nomor 1, Maret 2022 251

korupsi dan perilaku tidak jujur (Ilmar, 2013). interest. Masyarakat dan calon penyedia
Pengelolaan integritas, kebenaran, dan kejujuran barang/jasa berharap kepada pemerintah untuk
yang efektif difokuskan pada ketaatan prosedur, melakukan pengambilan keputusan yang bebas
proses, dan sistem dibandingkan dengan hasil dari kepentingan pribadi terkait dengan proyek
dari sebuah kegiatan sendiri. publik (Ridwan, 2014). Hal ini sama dengan
Keterlibatan probity audit tidak hanya untuk sektor privat yaitu penyedia barang/jasa jika
menghindarkan proyek publik dari korupsi atau mendapat tugas mengerjakan proyek publik
perilaku tidak jujur. probity audit juga teribat mempunyai kewajiban bahwa segala konflik
dalam proses sektor publik seperti pengadaan, kepentingan sudah diungkapkan dan dikelola
penghapusan aset (Barang Milik Negara/Daerah), dengan baik. Sektor privat bertanggung jawab
serta pemberian bantuan dan hibah. Keterlibatan untuk menghindari persaingan yang tidak sehat,
probity audit bertujuan agar proses pengadaan kolusi dengan petugas pemerintah, suap, dan
barang/jasa dilaksanakan dengan adil, tidak kecurangan lainnya.
memihak, akuntabel, dan transparan sesuai Proses pengadaan barang/jasa harus
dengan tuntutan masyarakat (Jufus, Nangoi, & mewujudkan akuntabilitas dan transparan.
Tinangon, 2021). Penerapan probity merupakan Akuntabilitas dan transparan merupakan dua
bagian dari perencanaan dan manajemen proyek konsep yang saling berhubungan. Pemerintah
yang besar, kompleks, dan berisiko tinggi. yang diberikan kewenangan mengelola sumber
Kriteria pengadaan barang/jasa yang akan daya publik harus menghasilkan jejak audit yang
di-probity audit ditetapkan oleh Kementerian/ dapat dipertanggungjawabkan. Transparan atau
Lembaga/Perangkat Daerah/Institusi. Beberapa keterbukaan adalah mempersiapkan proyek
kriteria yang dapat dijadikan patokan dalam publik dan prosesnya untuk dapat dilihat, serta
menetapkan target probity audit yaitu berisiko alasan-alasan pengambilan keputusan harus
tinggi dan kompleks, bermasalah dengan hukum, diinformasikan kepada pemangku kepentingan
berpotensi menimbulkan konflik kepentingan, (Mardawani & Relita, 2019). Proses pengadaan
berhubungan dengan kepentingan masyarakat, barang/jasa juga harus ada unsur kerahasiaan
memenuhi pelayanan dasar masyarakat, serta atau confidentiality. Beberapa informasi detail
nilai paket yang besar. harus tetap dirahasiakan dalam jangka waktu
Auditor probity, tim proyek, dan pihak lain tertentu untuk mendukung integritas selama
yang terlibat dalam proses pengadaan barang/ proses dan penyedia barang/jasa contohnya
jasa perlu mempertimbangkan hal-hal yang rincian HPS dan detail penawaran dari penyedia
fundamental. Kelima fundamental yang harus barang/jasa.
dipatuhi sebagai dasar pelaksanaan proyek yaitu Pelaksanaan probity audit dapat dilakukan
nilai yang terbaik, netral, menghindari konflik dengan dua metode yaitu eksternal probity
interest, akuntabilitas dan transparan, serta auditor dan self assessment. Penugasan dengan
kerahasiaan. Nilai uang terbaik (best value of menggunakan eksternal auditor probity seperti
money) yaitu para pelaksana proyek publik harus Kantor Akuntan Publik, Kantor Konsultan
mengutamakan kualitas teknis dan pengelolaan Manajemen, dan tenaga ahli yang memberikan
risiko sehingga memaksimalkan nilai uang. Netral layanan audit/konsultan secara komersial.
atau tidak berpihak (impartiality) yaitu individu Penggunaan auditor probity dari luar pemerintah
dan organisasi yang terlibat dalam kontrak mempunyai konsekuensi yaitu menyediakan
proyek publik telah mengalokasikan waktu, anggaran untuk membayar jasa. Kelebihan
usaha, dan sumber daya sehingga mengharapkan penggunaan auditor eksternal adalah independensi
adanya perlakuan yang jujur pada setiap proses terjamin sehingga memberikan kepercayaan
(Hadiyati, 2018). Perlakuan yang tidak netral kepada masyarakat. Penilaian mandiri atau self
dan tidak jujur seperti formulir-formulir yang assessment yaitu melakukan probity audit oleh
bias, petugas yang memiliki kepentingan pribadi, pemerintah sendiri atas proyek-proyek publik
petugas yang tidak berintegritas akan berakibat yang dilaksanakan (Firmansyah, 2018). Probity
menarik diri dari proyek publik. audit secara mandiri dapat dilakukan oleh
Auditor probity, tim proyek, dan pihak penanggung jawab proyek dengan menunjuk
lain yang terlibat dalam proses pengadaan petugas yang mempunyai kompetensi dan
barang/jasa juga harus menghindari konflik keterampilan (skill) untuk melakukan probity

Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 7, Nomor 1, Maret 2022 252

audit. Petugas yang ditunjuk oleh penanggung pengawasan dan menempatkan posisi APIP di
jawab proyek meliputi auditor internal (APIP), luar lingkaran kekuasaan.
penanggung jawab proyek di lokasi lain, dan Probity audit merupakan upaya untuk
penanggung jawab proyek itu sendiri. meningkatkan peran APIP dalam melakukan
Kerangka kebijakan penerapan probity audit pengawasan. Probity audit dilakukan oleh
pengadaan barang/jasa dituangkan dalam bentuk pengguna barang dan jasa, aparat pengawas
keputusan yang berisikan unit yang bertanggung intern instansi, dan BPKP (Sutedi, 2012).
jawab, kriteria paket, rencana, biaya, kualifikasi, Pengguna barang dan jasa menyakinkan bahwa
serta kebijakan pelaporan dan tindak lanjutnya. pengadaan barang dan jasa telah sesuai dengan
Unit yang bertanggung jawab melakukan kontrak. Aparat pengawas intern instansi juga
probity audit yaitu Inspektur Jenderal/Inspektur/ meyakinkan bahwa proses pengadaan barang
Satuan Pengawas Intern dan auditor internal. dan jasa telah sesuai perencanaan pengadaan dan
Kriteria paket yang dijadikan auditor probity peraturan perundang-undangan yang berlaku.
audit melibatkan masyarakat, paket pekerjaan BPKP selaku aparat intern pengawas pemerintah
pelayanan masyarakat, dan terkait isu politik pusat menilai kinerja pelaksanaan anggaran
(Fuddloilulhaq, 2017). Rencana probity menjadi pemerintah secara menyeluruh (Fuddloilulhaq,
tanggung jawab masing-masing pelaksana paket 2018). APIP tidak hanya berhak melakukan
pekerjaan/pengadaan dengan mempertimbangkan probity audit saja tetapi berkewajiban untuk
titik-titik kritis yang berpotensi menimbulkan melaksanakan audit pengadaan barang/jasa
masalah. Biaya probity audit dianggarkan pada pemerintah yang nantinya berkaitan dengan
instansi yang ditetapkan menjadi penanggung audit ketaatan.
jawabnya. Kualifikasi probity auditor dalam Fungsi pengawasan yang dilakukan APIP
peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dinilai belum optimal. Pejabat penyelenggara
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah negara banyak yang tersangkut kasus korupsi
menjelaskan bahwa APIP harus melakukan dan inefisiensi pengelolaan keuangan. Temuan
pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas BPK menjadi tolok ukur bahwa APIP belum
dan fungsi instansi. sepenuhnya independen (Sutedi, 2012). Posisi
Penguatan peran APIP khususnya dalam APIP baik di instansi pusat maupun daerah
pengadaan barang dan jasa pemerintah meliputi berada di bawah pimpinan organisasi yakni
beberapa tahapan yang harus dilakukan. Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota. APIP
Peningkatan kompetensi APIP di bidang pengadaan wajib melaporkan hasil pengawasannya kepada
barang jasa baik sertifikasi dasar maupun pimpinan instansi. Independensi APIP dipengaruhi
pemahaman lanjutan. APIP harus mempunyai oleh struktur organisasi pemerintah, sumber
dukungan emosi yang dekat, berdampingan, dan pembiayaan, dan kepegawaian. Independensi APIP
bersama-sama dengan Obyek Wasrik (Obrik) diharapkan ada kebebasan dalam mengangkat
dalam melancarkan program pembangunan. atau memberhentikan pegawai tanpa campur
Peran APIP tidak hanya sebagai pengawas tetapi tangan pimpinan organisasi (Firmansyah, 2018).
tempat konsultasi, teman diskusi, serta sebagai Penguatan fungsi APIP menjadi langkah yang
penjamin mutu. Inspektorat sebagai probity mutlak agar fungsi pengawasan dalam organisasi
adviser dapat mengawal dan melakukan audit menjadi efektif dan dapat diandalkan.
sepanjang proses pengadaan berlangsung dari Penguatan fungsi APIP dapat menurunkan
awal perencanaan hingga serah terima barang. penyimpangan dan sekaligus meningkatkan
Inspektorat seharusnya memiliki kewenangan akuntabilitas organisasi. Penguatan fungsi APIP
eksekusi yang jelas (Ilmar, 2013). Kewenangan dapat meringankan tugas auditor eksternal atau
eksekusi temuannya tidak dikembalikan kepada BPK sehingga dapat fokus pada pemeriksaan
kepala daerah. Mendorong peran dan fungsi APIP yang sifatnya strategis dan berdampak luas.
dalam prevent, deter, dan detect sebagai early Pelaksanaan probity audit oleh APIP pada
warning system atas proses pengadaan barang implementasinya belum sesuai dengan teori yang
dan jasa, serta dalam rangka peningkatan kualitas ada sehingga menimbulkan banyak masalah
akuntabilitas keuangan negara yang efektif, yang terjadi. Probity audit tidak selamanya
efisien, transparan/terbuka, dan akuntabel/dapat dilakukan oleh permintaan auditor tetapi juga
dipertanggung jawabkan. Peningkatan anggaran dapat atas permintaan pengguna barang/jasa.

Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 7, Nomor 1, Maret 2022 253

Probity audit menjalankan fungsi manajemen pekerjaan atas penyediaan barang/jasa. Audit
pengawasan terhadap suatu objek kegiatan pengadaan barang/jasa melibatkan dua pihak yaitu
dengan menggunakan metode, alat, dan aturan- instansi pemerintah, BUMN, atau perusahaan
aturan tertentu untuk menjamin kesesuaian swasta yang mengadakan penawaran pengadaan
pelaksanaannya dengan rencana dan kebijakan barang dan jasa, serta orang secara personal atau
yang telah ditetapkan (Jufuf, Nangoi, & Tinangon, perusahaan kontraktor yang menawarkan diri untuk
2021). Pengawasan dan pemeriksaan pada memenuhi permintaan akan pengadaan barang
dasarnya bertujuan untuk mencegah terjadinya dan jasa (Firmansyah, 2018). Audit pengadaan
penyimpangan dan kegagalan dalam pengadaan barang dan jasa bertujuan untuk meyakinkan bahwa
barang/jasa. prosedur pelaksanaan pengadaan barang/jasa telah
Pasal 76 ayat (1) dan ayat (2) Perpres PBJ dilakukan sesuai dengan prosedur, memperhatikan
menjelaskan bahwa Menteri/Kepala Lembaga/ pencapaian tingkat komponen dalam negeri,
Kepala Daerah wajib melakukan pengawasan mengidentifikasi adanya penyimpangan/
pengadaan barang/jasa melalui aparat pengawasan kecurangan, ketidakpatuhan dalam kegiatan
internal pada Kementerian/Lembaga/Pemerintah PBJ terhadap ketentuan pengadaan barang/
Daerah masing-masing melalui kegiatan jasa, serta mengevaluasi kecukupan efektivitas
audit, reviu, pemantauan, evaluasi, dan/atau intern pemerintah dalam proses pengadaan
penyelenggaraan whistleblowing system. Pasal barang/jasa. Kegiatan pengadaan barang dan
76 ayat (2) Perpres PBJ tidak menjelaskan secara jasa merupakan upaya pemenuhan kebutuhan
rinci tugas pokok dan fungsi APIP dalam audit untuk mencapai kesejahteraan masyarakat yang
pengadaan barang/jasa. Jenis-jenis audit yang harus dapat dipertanggungjawabkan.
dilaksanakan dalam pengadaan/jasa meliputi
Akibat Hukum Ketidaklengkapan Penjabaran
probity audit dan audit pengadaan barang/jasa. Audit dalam Pengadaan Barang/Jasa
Probity audit dilaksanakan untuk meyakinkan Pemerintah
bahwa proses pengadaan barang/jasa telah Pengadaan barang dan jasa agar dapat
dilaksanakan sesuai dengan peraturan dan menjaga akuntabilitas maka diperlukan adanya
prosedur yang berlaku. peraturan yang dapat memberikan jaminan
Probity audit pengadaan barang/jasa kepastian hukum. Penyelenggaran pengadaan
pemerintah dilakukan dengan metodologi desk barang dan jasa dapat terlaksana sebagaimana
audit, field audit, dan benchmarking. Desk mestinya jika ada peraturan yang lengkap dan
audit yaitu penelaahan terhadap peraturan jelas (Firmansyah, 2018). Tugas pokok dan
perundang-undangan yang berlaku, dokumen fungsi APIP dalam melaksanakan audit dalam
yang berkaitan dengan pengadaan barang/jasa, Perpres PBJ belum dijelaskan secara rinci
serta mengidentifikasikan kelemahan dalam karena pada implementasinya masih banyak
pelaksanaan sistem dan prosedur pengadaan menimbulkan multitafsir antara probity audit
barang/jasa (Habibi & Untari, 2018). Field audit dan audit pengadaan barang/jasa. Probity audit
yaitu pemeriksaan lapangan untuk pengecekan dan audit pengadaan barang/jasa merupakan
langsung atas kebenaran jumlah, mutu dan dua hal berbeda.
penempatan, serta ketepatan waktu penyerahan Rekomendasi probity audit hanya sebatas
(Fuddloilulhaq, 2018). Benchmarking yaitu saran dan perbaikan sedangkan untuk audit
suatu proses membandingkan dan mengukur pengadaan barang/jasa mendapat rekomendasi
suatu kegiatan perusahaan/organisasi terhadap untuk pengembalian kerugian yang nantinya
proses operasi yang terbaik di kelasnya sebagai terkait dengan audit ketaatan. Jenis-jenis audit
inspirasi dalam meningkatkan kinerja misalnya dalam pengadaan barang dan jasa belum dipahami
modus operandi penyimpangan yang terjadi oleh berbagai kalangan (Sutedi, 2012). Hal ini
dan best practice dalam PBJ. probity audit terjadi pada Inspektorat Kabupaten Malang
bertujuan memberikan rekomendasi perbaikan yang melaksanakan probity audit pada Dinas
atas proses pengadaan barang/jasa yang sedang Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Malang.
dilaksanakan. Proses pelaksanaan probity audit tidak sesuai
Audit pengadaan barang/jasa merupakan dengan probity requirement yaitu tidak mematuhi
tawaran untuk mengajukan harga dan memborong prosedur, prinsip-prinsip dan etika pengadaan

Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 7, Nomor 1, Maret 2022 254

barang/jasa pemerintah. Inspektorat Kabupaten probity audit dan audit pengadaan barang/jasa
Malang pada implementasinya belum memiliki saja. Audit dalam pengadaan barang/jasa jika
aturan khusus terkait probity audit. dianalisis lebih lanjut juga terkait dengan audit
Probity audit dan audit pengadaan barang/ ketaatan karena berkaitan dengan pengembalian
jasa adalah dua jenis audit yang berbeda namun kerugian daerah.
masih dalam satu lingkup pengadaan barang/
jasa. probity audit diterapkan selama proses SIMPULAN
pelaksanaan pengadaan barang/jasa untuk Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021
memastikan bahwa seluruh ketentuan telah tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor
diikuti dengan benar, jujur dan penuh integritas 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa
sehingga mencegah terjadinya penyimpangan Pemerintah tidak menjelaskan secara rinci tugas
dalam proses pengadaan barang/jasa (Jusuf, pokok dan fungsi APIP dalam melaksanakan
Nangoi, & Tinangon, 2021). Berbeda dengan audit pengadaan barang/jasa pemerintah. Audit
audit pengadaan barang/jasa yang perencanaannya yang dilaksanakan dalam pengadaan barang/jasa
dimulai dari identifikasi kebutuhan barang/jasa pemerintah tidak hanya satu jenis saja tetapi
dan penganggarannya dalam rangka penyusunan ada probity audit, audit pengadaan barang/
Rencana Umum Pengadaan (RUP). Ruang jasa, dan audit ketaatan. Akibat hukum dari
lingkup probity audit dimulai dari perencanaan, ketidaklengkapan pengaturan tugas pokok dan
persiapan pemilihan penyedia, pelaksanaan fungsi APIP dalam hal audit pengadaan barang/
pemilihan penyedia, penandatanganan kontrak, jasa dapat menimbulkan multitafsir karena
pelaksanaan kontrak sampai dengan penyerahan adanya perbedaan antara probity audit dan audit
barang/jasa sebelum pembayaran 100%. Ruang pengadaan barang/jasa pemerintah. Pemerintah
lingkup audit pengadaan barang/jasa dimulai daerah selama ini banyak yang belum memiliki
pada saat pelaksanaan pengadaan barang/jasa aturan-aturan terkait pelaksanaan audit dalam
dilaksanakan. lingkup pengadaan barang/jasa pemerintah.
Perpres PBJ tidak menjelaskan secara Pembentukan peraturan internal atau peraturan
rinci terkait tugas pokok dan fungsi APIP Bupati terkait tugas pokok dan fungsi APIP
dalam melaksanakan audit pengadaan barang/ dalam pengadaan barang/jasa sangat diperlukan.
jasa pemerintah. Perpres PBJ hanya mengatur
tentang ruang lingkup pengadaan barang/jasa DAFTAR RUJUKAN
pemerintah mulai dari awal proses perencanaan Fadhila, N. L. (2015). Urgensitas Ombudsman
sampai dengan hasil akhirnya, pelaku pengadaan, dalam Pengawasan Pelayanan Publik.
pelaksanaan pengawasan dan pemeriksaan. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan
Pengadaan barang/jasa pemerintah tidak hanya Kewarganegaraan, 28(2), 130-136.
diatur oleh Perpres PBJ tetapi diatur dalam Fajar, M. (2009). Dualisme Penelitian Hukum
peraturan LKPP (Hadiyati, 2018). Fungsi dan Normatif & Empiris. Yogyakarta: Pustaka
tugas APIP dalam proses pelaksanaan pengadaan Pelajar.
barang/jasa dijelaskan dalam Peraturan LKPP Firmansyah, B. (2018), Pengadaan Barang,
Akibat hukum ketidaklengkapan terkait Jasa dan Informasi dalam E-Commerce
pengaturan jenis-jenis audit pengadaan barang/ dan M-Commerce. Jurnal Pengadaan
jasa pemerintah menyebabkan adanya multitafsir. Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/
Peraturan turunan dari peraturan yang lebih Jasa Pemerintah, 1(2), 30-38.
tinggi sangat diperlukan dalam pelaksanaan audit Fuddloilulhaq, M. (2017). Evaluasi Kesesuaian
pengadaan barang/jasa pemerintah (Rahardjo, Pelaksanaan Probity Audit pada BPKP
2000). Pemerintah daerah selama ini banyak Pusat dengan Pedoman Probity Audit
yang belum memiliki aturan-aturan terkait Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
pelaksanaan audit dalam lingkup pengadaan Jurnal Info Artha, 1(1), 17-34.
barang/jasa pemerintah. Pembentukan peraturan Habibi, M. M. (2016). Analisis Pelaksanaan
internal atau peraturan Bupati terkait tugas pokok Desentralisasi dalam Otonomi Daerah
dan fungsi APIP dalam pengadaan barang/jasa Kota/Kabupaten. Jurnal Ilmiah Pendidikan
sangat diperlukan. Audit yang dapat dilaksanakan Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(2),
dalam pengadaan barang/jasa tidak hanya 117-124.

Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 7, Nomor 1, Maret 2022 255

Habibi, M. M., & Untari, S. (2018). Efektivitas Lembaran Negara Republik Indonesia
Pelaksanaan E-Procurement dalam Tahun 2015 Nomor 58. Tambahan Lembaran
Pengadaan Barang dan Jasa. Jurnal Negara Republik Indonesia Nomor 5679.
Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Republik Indonesia. (2018). Peraturan Lembaga
Kewarganegaraan, 3(2), 159-168. Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa
Hadiyati, N. (2018), Urgensi Pengaturan Pengadaan Pemerintah (LKPP) Nomor 7 Tahun 2018
Barang dan Jasa melalui Undang-Undang. tentang Pedoman Perencanaan Pengadaan
Jurnal Pengadaan Lembaga Kebijakan Barang/Jasa Pemerintah. Berita Negara
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
1(1), 1-9. 760.
Hadjon, M. P., Lotulung, P. E., Marzuki, H. M. Republik Indonesia. (2019). Peraturan Kepala Badan
L., Djatmiati, T. S., & Wairocana, I. G. Pengawas Keuangan dan Pembangunan
N. (2012). Hukum Administrasi Good Nomor 3 Tahun 2019 tentang Pedoman
Governance. Surabaya: Universitas Pengawas Intern Atas Pengadaan Barang/
Universitas Trisakti. Jasa Pemerintah. Berita Negara Republik
Ilmar, A. (2013). Hukum Tata Pemerintahan. Indonesia Tahun 2019 Nomor 69.
Jakarta: Prenada Media Group. Republik Indonesia. (2021). Peraturan Presiden
Jusuf, R. A., Nangoi, G. B., & Tinangon, J. J. Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan
(2021). Analisis Pelaksanaan Probity Audit Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Pemerintah. Lembaran Negara Republik
Utara. Jurnal Riset Akuntansi dan Auditing, Indonesia Tahun 2021 Nomor 63.
12 (1), 1-11. Ridwan. (2014). Diskresi dan Tanggung Jawab
Mardawani, & Relita, D. T. (2019). Strategi Pemerintah. Yogyakarta: Fakultas Hukum
Pemerintah Daerah Kabupaten Sintang Universitas Islam Indonesia Press.
dalam Mewujudkan Visi Pemerintahan dan Rini, & Damiati, L. (2017). Analisis Hasil
Good Governance. Jurnal Ilmiah Pendidikan Audit Pemerintahan dan Tingkat Korupsi
Pancasila dan Kewarganegaraan, 4(1), Pemerintahan Provinsi di Indonesia. Journal
109-116. of Accounting and Business Dynamics,
Rahardjo, S. (2000). Ilmu Hukum. Bandung: 4(1), 73-90.
Citra Aditya Bakti. Sesung, R. (2013). Hukum Otonomi Daerah:
Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Aditama.
Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Shofa, A. M. A. (2015). Dari Desentralisasi
Pembinaan dan Pengawasan atas hingga Good Governance: Antara Harapan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. dan Realitas. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Lembaran Negara Republik Indonesia Pancasila dan Kewarganegaraan, 28(1),
Tahun 2005 Nomor 165. Tambahan 1-5.
Lembaran Negara Republik Indonesia Sunarno, S. (2005). Hukum Pemerintahan Daerah
Nomor 4593. di Indonesia. Makassar: Sinar Grafika.
Republik Indonesia. (2015). Undang-Undang Sutedi, A. (2012). Aspek Hukum Pengadaan Barang
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan dan Jasa dan Berbagai Permasalahannya.
Kedua Undang-Undang Nomor 23 Tahun Jakarta: Sinar Grafika.
2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Copyright © 2022 Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

You might also like