You are on page 1of 19

Implementasi Ajaran

Islam dalam

Masyarakat

Multikultural
Kelompok 11
Abdul Aziz Al-Hadi
Aqila N. Wiandra
Raissa P. Ardani
Yasmin P. Larasati
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang memiliki perbedaan yang sangat beragam, mulai dari ras, suku,

agama, budaya, kepercayaan dan masih banyak lagi. Perbedaan itu lah yang memelopori

terbentuknya semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Indonesia merupakan negara yang memiliki perbedaan yang sangat beragam, mulai dari ras, suku,

agama, budaya, kepercayaan dan masih banyak lagi. Perbedaan itu lah yang memelopori

terbentuknya semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Peran agama Islam dalam konteks ini adalah untuk mengatur bagaimana cara bergaul dengan

masyarakat dengan kultur berbeda karena Indonesia adalah negara yang multicultural. Islam

mengajarkan untuk kita saling menghargai apapun perbedaan yang ada, saling menghormati antar

sesama manusia dan saling tolong menolong agar masyarakat hidup aman dan damai tanpa

adanya konflik dan memandang rendah pihak yang berbeda keyakinan.


Etimologis:
Multi (banyak), kultur (budaya), dan isme

(aliran/paham).
Multikulturalisme = suatu aliran/paham

tentang kebudayaan yang mengarah kepada

keberagaman (Farida Hanum dan Setya

KARAKTERISTIK
Raharja: 2006, dalam Ali M. Rosyad: 2019).

MASYARAKAT
Berkson (dalam Abdul Fadhil dkk: 2019):

Multikulturalisme adalah masyarakat yang

MULTIKULTURAL terdiri dari berbagai macam ras, agama, suku,

budaya, dan adat istiadat berhak

mengekspresikan budayanya masing-masing.


Etnis di Indonesia lebih cocok disebut sebagai

multisubetnis atau suku bangsa dari pada

multietnis. Perbedaan ras memang ada, tapi

tidak mendapat perlakuan khusus, perlakuan

khusus lebih kepada daerahnya, sehingga

tetap disebut sebagai suku bangsa Indonesia.

KARAKTERISTIK
Keberagaman dalam beragama di Indonesia

MASYARAKAT
pada dasarnya akomodatif, terutama bila

terkait dengan tradisi budayanya. Misalnya,

MULTIKULTURAL saat Lebaran, tidak hanya pemeluk agama

Islam yang merayakan, pemeluk agama lain

pun ikut merayakan dengan caranya masing-

masing. Saat tahun baru Masehi pun ikut

dirayakan oleh pemuda Islam


Islam di Indonesia sejak dari mulanya sudah

berinteraksi dengan konteks sosial setempat yang

akhirnya membuahkan hasil sosial politik dan

religius yang berbeda-beda. Kesatuan Iman Islam


Strategi

yang ditekankan oleh para pengikutnya terlihat

jelas di Indonesia, tetapi jelas juga terlihat


pembudayaan

keanekaragaman sosial yang sudah berbuat

banyak memberikan dinamisme kepada sejarah


Islam dalam

Islam Indonesia.
masyarakat

Ketika Islam datang, ia dihadapkan dengan nilai-

nilai lama, beberapa di antaranya mengandung

multikultural
unsur-unsur Hindu dan Buddha. Alih-alih

membersihkan sepenuhnya anasir non-Islami,

Islam justru mengakomodir unsur-unsur itu dan

pada akhirnya disinkretisasi ke dalam tradisi

lokal.
Soebardi (dalam Masnun: 2017) menggambarkan

pluralitas subkultur Islam di Indonesia: Realitas

kehidupan Islam sangat pluralistik. Seseorang bisa

menjumpai berbagai perbedaan cara orang Islam


Strategi

menerima dan menjalankan ajaran Islam. Bisa

ditambahkan disini bahwa ada banyak sekali


pembudayaan

anasir peribadatan yang berasal dari zaman pra-

Islam. Islam dalam

Islam di Indonesia tidak mengajak para

masyarakat

pengikutnya dengan cara keras, namun lebih

mendeketkan diri kepada masyarakat secara

multikultural
halus seperti dengan memasuki kebudayaan

mereka. Contohnya salah satu tokoh Islam dalam

Walisongo di Jawa menyebarkan agama islam

menggunakan wayang agar masyarakat secara

perlahan menerima dan memahami ajari agama

Islam.
Perjumpaan Islam dengan budaya atau tradisi lokal

seringkali menimbulkan akulturasi budaya. Hal ini

menyebabkan Islam mampu berekspresi secara

beragam dan bervariasi sehingga kaya kreatifitas

kultural-religius.

Alwi Shihab (dalam Mujamil Qomar: 2015):


Islam regional: dipengaruhi oleh kawasan tempat

keberlangsungan Islam dan mencerminkan ekpresi-

Karakteristik

ekpresi yang khas kedaerahan


Islam universal: substansi Islam yang diikuti seluruh

Islam di Indonesia
umat Islam di seantero dunia ini yang tidak

terpengaruh oleh apa pun


Azyumardi Zura (dalam Mujamil Qomar: 2015):
Proses islamisasi di Nusantara berbeda dengan

islamisasi di kawasan lain seperti Timur Tengah,

Afrika Utara maupun Asia Selatan, karena kawasan

Nusantara yang jauh dari tanah Arab.

Fauzan Saleh (dalam Mujamil Qomar: 2015):


Proses islamisasi di Indonesia dirasa terlambat

karena posisi geografis yang jauh dari pusat

Karakteristik

penyebaran Islam. Ketika proses Islamisasi di

Indonesia, dunia Islam mulai melemah dan

Islam di Indonesia
dipengaruhi tasawuf.
Ukhuwah secara etimologi bisa diartikan

“persaudaraan”.

Hasan (dalam Arpannudin: 2016):


Ukhuwah Islamiyah adalah suatu hubungan

yang terjalin antara sesama Muslim tanpa

membeda-bedakan status sosial, pendidikan,


maupun tingkat religiusnya seseorang.

Dari Anas bin Malik ra berkata bahwa


Konsep Ukhuwah

Rasulullah Saw. Bersabda, “Janganlah kalian


saling memutuskan hubungan, jangan saling

membelakangi, jangan saling bermusuhan,

Islamiyah
jangan saling hasud. Jadilah hamba-hamba

Allah SWT. yang bersaudara. Tidak halal bagi

seorang Muslim untuk tidak bertegur sapa

dengan saudaranya diatas tiga hari” (HR.

Muttafaq ‘alaihi).
Hadiyyin (2017) untuk menghindari perpecahan

di kalangan umat Islam dan memantapkan

ukhuwah Islamiyah para ahli menetapkan tiga

konsep:

Konsep tanawwu al’ibadah (keragaman cara

beribadah). Mengakui adanya keragaman

praktik ibadah selama merujuk pada

Konsep Ukhuwah

Rasulullah.
Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun

(yang salah dalam berijtihad pun mendapat

ganjaran).
Konsep laa hukma lillah qabla ijtihadi al

Islamiyah
mujtahid (Allah belum menetapkan suatu

hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan

seorang mujtahid.)
Islam sebagai agama yang mengajarkan untuk:
selalu menghormati dan toleransi terhadap sesama
menjaga kerukunan dan persatuan baik intern

maupun ekstern umat beragama


saling mencintai dan menyayangi
menanamkan nilai-nilai kesabaran serta

kebebasan untuk berpendapat

Diriwayatkan oleh Imam Bukhori,


“Sesungguhnya ada jenazah yang lewat di hadapan

Toleransi antar

Rasulullah, kemudian Dia berdiri menghormatinya.

Kemudian, dikatakan padanya: Sesungguhnya jenazah

dan inter umat

itu adalah orang Yahudi”. Rasul menjawab: Bukankah

dia juga manusia”.


beragama
Toleransi baik intern maupun ekstern umat beragama

harus dipahami sebagai bentuk pengakuan bahwa di


dunia ini terdapat berbagai macam agama, dengan

bentuk, tata cara peribadatan, dan memberikan

kebebasan dalam menjalankan agamanya masing-

masing.

Q.S al-Mumtahanah: 28 menginformasikan kepada

kita semua bahwa Islam tidak melarang untuk

berhubungan baik dan membantu non-Muslim, selama

Toleransi antar

tidak menganggu aqidah dan ibadah mahdhoh

(ibadah wajib). Rasulullah Saw. telah mencontohkan

dan inter umat

bagaimana harus bersikap terhadap pemeluk agama

lain.
beragama
Konsep Moderasi

Islam
Praktik moderasi Islam dikenal dengan “wasathiyyah”. Terminologi

“moderat” merupakan satu dari sekian terminologi yang sering

digunakan untuk menyebut label umat Islam.

El Fadl (dalam Sauqi Futaqi: 2018):


Terminologi “moderat” dianggap paling tepat di antara terminologi

yang lain. Hal ini didasarkan pada legitimasi Al-Qur’an dan hadist

bahwa umat Islam diperintahkan untuk menjadi orang yang

moderat.
Konsep Moderasi

Islam
Karakteristik Penggunaan Konsep Moderasi Dalam Konteks Islam

Indonesia
Ideologi tanpa kekerasan dalam menyebarkan Islam
Mengadopsi cara hidup modern dengan semua turunannya

(sains dan teknologi, demokrasi, hak asasi manusia, dsb.)


Penggunaan cara berfikir rasional
Pendekatan kontekstual dalam memahami Islam
Penggunaan ijtihad

Lima karakteristik tersebut bisa diperluas menjadi:


toleransi
harmoni
kerjasama antar kelompok agama
(Masdar Hilmy dalam Sauqi Futaqi: 2018)
NILAI UKHUWAH

ISLAMIYAH

DALAM

LINGKUNGAN

PENDIDIKAN,

KELUARGA DAN
Menu
tup a
“Bara ib ses
PEKERJAAN maka
ng sia
pa m
ama
hal it embe
nerak u men la keh
a.” (H jadi p orma
R. Tir engha tan sa
Saling midzi l a n udara
mema ) g untuk nya,

“Pintu fkan nya d


-pintu ari ap
Ampu Surga i

nan I di bu
tidak l a hi dili ka pa
meny m p a h da da
yang ekutu kan k ri Sen
meny kan A epada in da
Tenta impan l lah Sw setiap n Kam
ng m denda t. den h a m is.
samp ereka m kep gan s ba ya
ai me dikat a d esuat ng
reka akan: a sauda u, kec
berba Tungg ranya uali
ikan.” u, tun .
(HR. M ggu, t
uslim ungg
) u,
NILAI UKHUWAH

ISLAMIYAH

DALAM

LINGKUNGAN

PENDIDIKAN,

KELUARGA DAN
Memb
antu
“Jang sesam
PEKERJAAN karen
an sa
mpai
a
a mer keben
Masji eka m cian(m
dilhar engha u) kep
batas am, m lang- ada s
(kepa endor halan uatu
dalam da m ongm gimu kaum
(meng ereka u ber dari
tolong erjaka ). Dan b uat m
-men n ) tolong elamp
perm olong kebaj -men aui
usuha dalam i kan d olong
n.” (Q b a n t a lah ka
.S. Al- erbua kwa, mu
Ma'id t dosa d an ja
ah (5) dan ngan
: 2)
NILAI UKHUWAH

ISLAMIYAH

DALAM

LINGKUNGAN

PENDIDIKAN,

KELUARGA DAN
Berba
ik san
“Hai o gka
PEKERJAAN purba
rang-
orang
-sang yang
purba ka (ke berim
-sang curiga an, ja
kebur ka itu an), k uhilah
ukan dosa. arena keban
sama orang Dan j sebag yakan
lain. A dan j anga ian d
mema dakah a ngan n lah m ari
kan d seora lah m encar
tentu aging ng di enggu i-cari
lah ka sauda antar njingk
berta mu m ranya a kam an sa
kwala erasa yang u yan tu
Pener h kep jijik k s u d g suk
ima T ada A epada ah m a
auba llah. S nya. D a ti? Ma
Hujur t lagi esung an ka
at (49 Maha guhn
): 12) Peny ya Al
ayan lah M
g.” (Q aha
.S. Al-
NILAI UKHUWAH

ISLAMIYAH

DALAM

LINGKUNGAN

PENDIDIKAN,

KELUARGA DAN
Senan
tiasa
“Dan mend
PEKERJAAN (Muha
orang
-oran
oakan
jirin d g yan
beri a an An g dat
mpun shor), ang s
telah lah ka merek esuda
berim mi da a ber h mer
Engk an leb n sau doa: ‘ eka
au m ih dul dara- Ya Ra
terha embia u dar sauda bb ka
dap o rkan i kam ra ka mi,
Sesun rang- keden i, dan mi ya
gguh orang gkian janga ng
Peny nya E yang dalam nlah
ayan ngkau berim hati k
g.’" (Q M a an; Y ami
.S. Al- h a Pen a
Hasy yantu Rabb kam
r (59) n l a g i,
: 10) i Mah
a
KESIMPULAN
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang multikultur (memiliki beragam

kepercayaan, suku, budaya, bahasa dan adat). Keragaman ini sering dijadikan sebagai pemicu

konflik yang dapat menyebabkan perpecahan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia,

utamanya karena kurangnya kesadaran untuk saling menghargai.

Islam berperan sebagai pemersatu untuk negara Indonesia agar selalu damai, saling

menghargai, dan tolong menolong dalam berbagai aspek kehidupan seperti yang diajarkan oleh

Rasulullah SAW. Hal ini harus kita lakukan agar kita terhindar dari hal-hal buruk seperti konflik

dan agar dapat senantiasa menjaga perdamaian.

Mari kita tanamkan semangat ukhuwah dan menebarkannya kepada sesama manusia agar

terwujud masyarakat yang aman, damai, adil, dan sejahtera. Sebagimana sabda Rasulullah

SAW: “Tidaklah beriman seseorang dari kamu sehingga dia mencintai saudaranya, seperti dia

mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhori & Muslim). Kata ‘saudara’ bukan sekadar sesama Muslim,

melainkan sesama umat manusia.

You might also like