Professional Documents
Culture Documents
Ananda Sekar Widyawati-Fst
Ananda Sekar Widyawati-Fst
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
ii
iii
ABSTRACT
Ananda Sekar Widyawati. Growth and Quality of Ipomea reptans Poir. Using
NFT Hydroponic Technology with the Addition of Calcium Chloride (CaCl2).
Faculty of Science and Technology. Syarif Hidayatullah State Islamic
University, Jakarta. 2023. Supervised by Dasumiati and Ardian Khairiah.
Ipomea reptans Poir. is a food plant that is grown using hydroponics. One of the
non-agricultural land use solutions is urban farming which is supported by
intensification using hydroponic technology. The addition of calcium chloride
(CaCl2) is expected to increase the production and quality of Ipomea reptans Poir.
The purpose of this study was to determine the effect and concentration of optimal
calcium levels in increasing the growth and quality of Ipomea reptans Poir. using
NFT hydroponic technology. The study used a completely randomized design
(CRD) with treatment factors in the form of additional CaCl2 concentrations
consisting of six levels, namely: 0 ppm, 200 ppm, 400 ppm, 600 ppm, 800 ppm,
and 1000 ppm. Research data were analyzed by ANOVA test using the SPSS
application. The addition of CaCl2 significantly affected the fresh weight of
plants, the degree of crispiness of leaves and stems and the color of Ipomea
reptans Poir., but had no significant effect on the growth of plant height, root
length, stem diameter, number of leaves, and leaf area of Ipomea reptans Poir.
CaCl2 600 ppm has the highest wet weight (0.0091 g). CaCl2 also increases the
crispiness of stems and leaves and the color of Ipomea reptans Poir. Good levels
of crispness of the stems and leaves of Ipomea reptans Poir. were obtained at
CaCl2 800 ppm (crunchy) and good color for leaves and stems was obtained at
CaCl2 1000 ppm (dark green and green).
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan semesta
alam yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Pertumbuhan dan Kualitas Tanaman
Kangkung (Ipomea Reptans Poir.) menggunakan Teknologi Hidroponik NFT
dengan Penambahan Kalsium Klorida (CaCl2)”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu tugas akhir pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi
(FST) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sadar bahwa selesainya skripsi ini merupakan peran dari berbagai
pihak dalam memberikan kritik, saran, motivasi dan bimbingannya yang
melengkapi segala kekurangan penulis sehingga pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Ir. Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Dasumiati, M.Si dan Ardian Khairiah, M.Si selaku pembimbing I dan
II yang telah membimbing, memberikan saran dan dukungan kepada
penulis.
4. Dr. Agus Salim, S.Ag., M.Si. dan Reno Fitri, M.Si selaku penguji I dan II
yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.
5. Seluruh dosen yang telah mendidik penulis selama menuntut ilmu di
Program Studi Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK .......................................................................................................................... ii
ABSTRACT....................................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................... iv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... v
iii
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian ................................................................ 3
Gambar 2. Morfologi Tanaman Kangkung (Ipomea reptans Poir.)........................ 4
Gambar 3 Diagram Alur Cara Kerja Penelitian .................................................... 15
Gambar 4. Pertumbuhan Tanaman Kangkung pada Hidroponik NFT dengan
Perlakuan CaCl2 .................................................................................................... 25
Gambar 5. Pertumbuhan Daun Tanaman Kangkung pada Hidroponik NFT dengan
Perlakuan CaCl2 .................................................................................................... 27
Gambar 6. Nilai Berat Basah Tanaman Kangkung pada Hidroponik NFT dengan
Perlakuan CaCl2 .................................................................................................... 29
Gambar 7. Nilai Tingkat Kerenyahan dan Warna Tanaman Kangkung pada
Hidroponik NFT dengan Perlakuan CaCl2............................................................ 31
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Desain Instalasi Hidroponik NFT ..................................................... 41
Lampiran 2. Tabel Komposisi AB mix 10 Liter ................................................... 42
Lampiran 3. Persiapan Pra Penelitian ................................................................... 42
Lampiran 4. Persiapan Penelitian .......................................................................... 43
Lampiran 5. Persiapan Pasca Penelitian................................................................ 45
Lampiran 6. Hasil Analisis Anova Pertumbuhan Tanaman .................................. 47
Lampiran 7. Hasil Analisis Anova Pertumbuhan Daun ........................................ 50
Lampiran 8. Hasil Analisis Anova Berat Basah.................................................... 52
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
tanaman dengan sedikit ruang, sedikit air dan sedikit nutrient (Vidianto et al.,
2013).
Kalsium klorida (CaCl2) sebagai nutrisi hidroponik berkonstribusi untuk
memperkokoh jaringan tanaman sehingga pemberian CaCl2 diharapkan mampu
meningkatkan kandungan Ca pada tanaman kangkung (Rohmaniyah et al., 2015).
Pemberian nutrisi CaCl2 pada pertumbuhan tanaman telah dilakukan penelitian
sebelumnya menggunakan tanaman Selada Lollo Rosa (Lactusa sativa L.) dengan
konsentrasi 650 ppm menunjukkan konsentrasi optimal untuk mendukung
kuantitas dan kualitas pertumbuhan dengan penambahan volume daun yang
dihasilkan (Kamalia et al., 2017).
Penelitian mengenai sistem hidroponik NFT telah dilakukan penelitian
sebelumnya menggunakan tanaman kangkung (Ipomea sp.) (Jayavarman, M.
2021); bayam (Amaranthus tricolor L.) (Rohmaniyah et al., 2015) ; dan Kailan
(Brassica oleraceae var. alboglabra) (Vidianto et al., 2013). Berdasarkan uraian
latar belakang, penelitian ini akan menganalisis pertumbuhan tanaman kangkung
(Ipomea reptans Poir.) dengan penambahan CaCl2 dalam teknologi hidroponik
NFT.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Apakah CaCl2 dapat meningkatkan pertumbuhan dan kualitas tanaman
kangkung pada teknologi hidroponik NFT?
2. Berapakah konsentrasi CaCl2 yang optimal meningkatkan pertumbuhan dan
kualitas tanaman kangkung pada teknologi hidroponik NFT?
1.3. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian sebagai berikut :
1. Terdapat pengaruh CaCl2 untuk meningkatkan pertumbuhan dan kualitas
tanaman kangkung pada teknologi hidroponik NFT.
2. Terdapat konsentrasi CaCl2 yang optimal untuk meningkatkan pertumbuhan
dan kualitas tanaman kangkung pada teknologi hidroponik NFT.
3
4
5
2.2. Hidroponik
Hidroponik berasal dari bahasa Yunani, yaitu hydro (air) dan ponos (kerja)
artinya pengerjaan (budidaya tanaman) dengan air. Jadi, hidroponik merupakan
budidaya tanaman dengan air. Teknik budidaya hidroponik tetap memperhatikan
pengaturan terhadap pH larutan, komposisi hara, konsentrasi unsur hara, sirkulasi
oksigen, suhu dan sebagainya (Naibaho, 2020). Menurut Binaraesa et al. (2016)
bahwa hidroponik didefinisikan secara ilmiah sebagai suatu cara budidaya
tanaman tanpa menggunakan tanah tetapi menggunakan media inert (tidak
menyediakan unsur hara seperti pasir) yang diberikan larutan hara yang
mengandung semua elemen esensial yang diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal tanaman.
Sistem hidroponik membutuhkan air dan lahan yang cukup pada fase
pertumbuhan tanaman sehingga kebutuhan air pada tanaman tetap terpenuhi
secara optimal, sehingga pertumbuhan berjalan dengan baik. Hal ini dituangkan
oleh Allah SWT dalam Q.S. Yasiin ayat 33 - 35 berbunyi :
Dalam ayat tersebut Allah SWT menjelaskan bahwa pada awal bumi itu
mati lalu Allah SWT hidupkan kemudian dikeluarkan dari padanya biji-bijian
melalui kekuasaan Allah SWT dengan adanya air hujan atau tetesan air secara
terus-menerus yang menjadi proses awal sebelum nanti tanaman dapat tumbuh.
Allah SWT memberi pengajaran tentang proses panjang pengelolaan bumi (lahan
atau tanah) dari yang awalnya mati (tandus-gersang) tidak dapat ditumbuhi jenis
tanaman apapun sampai dengan dihidupkan kembali hingga subur dan dapat
7
ditumbuhi beragam jenis tanaman. Begitu dengan tanaman yang membutuhkan air
dan kandungannya yang cukup.
Budidaya hidroponik dilakukan di dalam rumah kaca (green house) dan di
tempat terbuka dengan kondisi lingkungan yang optimal terlindungi dari unsur
luar seperti air hujan, hama, penyakit, iklim dan lain - lain. Prinsip budidaya
tanaman secara hidroponik adalah memberikan atau menyediakan nutrisi yang
diperlukan tanaman dalam bentuk larutan dengan cara disiramkan, diteteskan,
dialirkan atau disemprotkan pada media tanaman (Koerniawati, 2013).
Menurut Qalyubi (2015) bahwa bertanam secara hidroponik memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam budidaya. Kelebihan dari sistem hidroponik
adalah keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih terjamin,
perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol, pemakaian pupuk
lebih hemat, tanaman yang mati lebih mudah diganti dengan tanaman yang baru,
tidak membutuhkan banyak tenaga, harga jual hidroponik lebih tinggi, beberapa
jenis tanaman dapat dibudidayakan di luar musim, tidak ada resiko kebanjiran,
erosi, kekeringan atau ketergantungan dengan kondisi alam, tanaman hidroponik
dapat dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas misalnya di atap, dapur atau
garasi (Nadiah, 2011). Kekurangan sistem hidroponik adalah investasi awal yang
mahal, memerlukan keterampilan khusus untuk menimbang dan membuat
komponen bahan kimia sebagai nutrisi, tenaga kerja harus terlatih, pemilihan
pasar harus tepat, ketersediaan dan pemeliharaan perangkat hidroponik agak sulit
(Puspitasari, 2017).
Rentang pH yang ideal bagi tanaman kangkung dengan sistem hidroponik
adalah 5,5 - 6,5 karena pada kisaran ini semua nutrisi larut sempurna dalam air
sehingga tanaman bisa menyerap semua unsur hara baik makro maupun mikro
secara maksimal (Puspitasari, 2017). Menurut Mairusmianti (2013), kadar pH
yang kurang dari 5 (asam) menunjukkan tingkat keasaman tinggi yang
mengakibatkan unsur Al dan P tidak bisa diserap tanaman. Sementara pH yang
lebih besar dari 7 (basa) mengakibatkan unsur Na dan Mo berlebih dan hal ini
dapat menyebabkan toxicity (tanaman keracunan hara).
Nilai Electrical Conductivity (EC) berpengaruh pada kecepatan penyerapan
unsur hara oleh tanaman, semakin besar nilai EC maka semakin cepat penyerapan
8
unsur hara oleh tanaman dan sebaliknya jika nilai EC semakin kecil maka
penyerapan unsur hara akan lambat (Binaraesa et al., 2016). Rentang nilai EC
larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman kangkung berkisar antara 2,0 - 2,1
μS/cm atau 1.050 - 1.400 ppm. Penurunan nilai EC yang terjadi pada larutan
hara karena akar tanaman mengabsorbsi berbagai ion - ion hara yang terdapat di
dalam larutan (Wibowo & Arum, 2013). Menurut Binaraesa et al. (2016),
konsentrasi larutan hara semakin menurun dengan bertambahnya umur tanaman
karena terjadi penyerapan unsur hara dan peningkatan nilai EC terjadi karena
adanya sejumlah ion - ion tertentu di dalam larutan dan proses evapotranspirasi.
Saat ini dikenal 8 macam teknik hidroponik modern yaitu Nutrient Film
Technique (NFT), Static Aerated Technique (SAT), Ebb and Flow Technique
(EFT), Deep Flow Technique (DFT), Aerated Flow Technique (AFT), Drip
Irrigation Technique (DIT), Root Mist Technique (RMT) dan Frog Feed
Technique (FFT) (Koerniawati, 2013).
2.3. Nutrient Film Technique (NFT)
Sistem Hidroponik Nutrient Film Technique (NFT) merupakan tipe spesial
hidroponik yang dikembangkan oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse Crops
Research Institute, Littlehampton di Inggris pada tahun 1960 - 1970 (Binaraesa et
al., 2016). NFT merupakan model budidaya dengan meletakkan akar tanaman
pada air nutrisi yang dangkal disirkulasikan secara terus menerus selama 24 jam,
lapisan air tersebut sangat tipis yaitu sekitar 3 mm sehingga mirip film. Akar
tanaman berada pada posisi lapisan dangkal yang mengandung nutrisi sesuai
dengan kebutuhan tanaman (Mairusmianti, 2013). Perakaran dapat tumbuh dan
berkembang di dalam nutrisi dan sebagian lainnya berkembang diatas permukaan.
Aliran air sangat dangkal dan meskipun perakaran yang berkembang di atas
permukaan air itu lembab, perakaran tetap berada di udara. Kemiringan talang
dibuat 1 - 5% sehingga larutan nutrisi mengalir dari atas kebawah sesuai dengan
gaya gravitasi (Vidianto et al., 2013).
Air yang digunakan pada tanaman hidroponik sebaiknya belum dicampur
dengan nutrisi. Air baku tidak boleh mengandung Cl (Chlor) atau zat pencemar
lainnya. Air baku pada hidroponik memiliki nilai TDS berkisar ± 100 - 150 ppm.
Unsur hara tersedia bagi tanaman pada pH 5,5 - 7,5 tetapi pH optimal adalah 6,5
9
karena kondisi ini unsur hara dalam keadaan tersedia bagi tanaman. Pada
umumnya, tanaman membutuhkan suhu larutan nutrisi berkisar 18 - 28 ºC
(Susilawati, 2019).
Sistem hidroponik NFT (Nutrient Film Technique) memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan sistem hidroponik lainnya yaitu pada saat
saluran air tersumbat, maka akar tetap akan berwarna putih, tidak pucat serta
tanaman tidak mudah layu sedangkan sistem hidroponik seperti rakit apung akar
akan berubah warna menjadi coklat dan tanaman mudah layu (Mairusmianti,
2013). Penanaman kangkung dengan menggunakan sistem teknologi hidroponik
NFT (Nutrient Film Technique) mempunyai prospek untuk meningkatkan
produksi yang baik. Produktivitas tanaman yang dihasilkan cukup tinggi dengan
umur panen yang relatif pendek. Selain itu, sayuran hasil budidaya dengan sistem
NFT dapat memperoleh hasil dengan kualitas yang baik, sehat, segar, dan disertai
cita rasa yang tinggi (Vidianto et al., 2013).
Larutan nutrisi yang mengalir di sepanjang talang dari sebuah tanki dengan
kapasitas sesuai dengan populasi tanaman. Larutan dari tanki penampungan
dipompa naik ke saluran distribusi menggunakan pompa. Setelah naik ke talang,
aliran dari larutan nutrisi ini kembali lagi ke tanki atau bak penampungan dan
seterusnya sirkulasi ini berjalan (Wibowo & Arum, 2013). Kelebihan dari sistem
NFT ini adalah dapat mengurangi jumlah oksigen, memudahkan pengendalian
daerah perakaran tanaman, kebutuhan air dapat terpenuhi dengan baik dan mudah,
keseragaman nutrisi dan tingkat konsentrasi larutan nutrisi yang dibutuhkan oleh
tanaman dapat disesuaikan dengan umur dan jenis tanaman. Tanaman dapat
diusahakan beberapa kali dengan periode tanam yang pendek (Agis, 2016).
Kelemahan seperti investasi dan biaya perawatan yang mahal, tanaman yang
terserang penyakit akan dengan cepat menular ke tanaman lain, memiliki
gangguan dalam aliran, misalnya pemadaman listrik (Puspitasari, 2017).
2.4. Media Tanam
Media yang digunakan dalam penanaman secara hidroponik adalah
rockwool, cocopeat, hidrogel, hidroton, dan perlite (Agis, 2016). Menurut
Rizqanna (2015), bahwa media tanam tersebut memiliki manfaat sebagai
pengganti tanah dalam penanaman secara hidroponik. Media tanam pada
10
metabolisme sel. Unsur Ca berperan dalam sintesis protein yang diperlukan dalam
pembelahan dan pembesaran sel tanaman serta mampu berperan untuk
mempermudah proses asimilasi. Menurut Sari et al. (2013), penambahan Ca ke
dalam media tanam dapat mempengaruhi nilai pH. Nilai pH pada media tanam
dapat mengalami peningkatan dengan penambahan larutan kalsium (Ca) secara
eksternal ke dalam media tanam yang digunakan serta dapat mempengaruhi
terjadinya proses diferensiasi dan morfogenesis tanaman. Hal tersebut karena pH
media memberikan pengaruh terhadap pengambilan unsur hara makro dan unsur
hara mikro dalam bentuk molekul maupun ion.
Unsur Cl (Khlor) merupakan salah satu unsur hara mikro yang memberikan
beberapa fungsi bagi tanaman. Salah satunya fungsi Cl sebagai pengatur tekanan
osmosis sel tanaman utamanya yang tumbuh pada kondisi tanah dengan tingkat
salinitas tinggi (Khaliq et al., 2015). Pada proses fotosintesis, Cl berperan sebagai
aktivator enzim pengurai air. Secara umum, Cl mampu memberikan
keseimbangan antara anion dan kation dalam tanaman. Menurut Ramadani et al.
(2013), tanaman yang mengalami devisiensi Cl akan mengalami kelayuan dan
hambatan pertumbuhan utama pada bagian - bagian muda serta pemanjangan akar
kecuali percabangan akar sehingga Cl memiliki peran sebagai osmoregulator serta
mengatur pembukaan stomata.
BAB III
METODE PENELITIAN
14
15
sebagai bibit semaian karena salah satu ciri benih yang bermutu baik yaitu benih
yang berisi sehingga dapat dilakukan proses pembibitan.
Pembibitan. Proses pembibitan tanaman kangkung dilakukan dengan cara
memasukkan benih yang sudah direndam sebelumnya ke dalam cocopeat. Proses
pembibitan dilakukan dalam green house agar nutrisi dapat tercukupi dengan
baik.Selanjutnya, dilakukan proses perawatan disemprotkan menggunakan air
sampai bibit memiliki 3 - 4 helai daun. Pembibitan dilakukan hingga 7 hari masa
semai.
Pindah tanam, Pemeliharaan, dan Panen
Proses pemindahan tanam bibit dilakukan ketika bibit berumur 7 hari
dengan cara menyortir benih kangkung yang memiliki helaian daun yang seragam
untuk dimasukkan ke dalam rockwool kemudian dipindahkan ke dalam instalasi.
Selanjutnya, proses penanaman pada perangkat hidroponik NFT yang telah dialiri
larutan nutrisi. Satu netpot berisi tiga tanaman kangkung. Media tanam harus
dipastikan dialirkan oleh air nutrisi. Penempatan sekaligus penanaman disesuaikan
dengan pengacakan setiap perlakuan yang sebelumnya telah ditentukan.
Proses perawatan dan pemeliharaan yang dilakukan meliputi pengontrolan
pompa dan selang air, penyulaman, penggantian larutan nutrisi, pengukuran faktor
kimia fisik serta pengendalian hama dan penyakit. Pengontrolan pompa dan
selang air dilakukan supaya tidak ada penyumbatan yang akan menyebabkan
aliran larutan nutrisi berjalan tidak lancar. Penyulaman dilakukan pada tanaman
yang mati atau tumbuh abnormal dengan mengambil dari tanaman sulaman yang
telah disediakan dengan umur yang sama. Penggantian larutan nutrisi dilakukan
dengan cara menggantikan dengan larutan nutrisi baru sesuai perlakuan yang
ditentukan setiap 3 hari sekali dan dilanjutkan pengukuran faktor kimia fisik, serta
melakukan pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara manual tanpa
menggunakan pestisida agar tanaman tidak terkontaminasi dengan bahan kimia
lainnya.
Umur panen tanaman kangkung berkisar 4 minggu setelah tanam. Ciri
tanaman yang dapat dipanen yaitu tinggi tanaman kangkung pada kisaran 20 - 30
cm atau lebih. Cara melakukan panen yaitu mencabut seluruh tanam beserta
media tanamnya. Sebelum pencabutan tanaman sebaiknya dilihat terlebih dahulu
17
fisik tanaman seperti daun yang sudah melebar, tidak kerdil dan tidak terkena
hama.
3.5. Parameter Pengamatan
Parameter pengamatan pada tanaman kangkung selama penelitian yang
dilakukan pada saat umur tanaman yang dihitung sejak benih tanaman kangkung
ditanam 1 MST- 4 MST sebagai berikut:
a. Tinggi tanaman (cm), diukur menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi
tanaman dimulai dari permukaan media tanam atau pangkal tanaman sampai
ujung daun tertinggi dari tanaman dengan cara menelungkupan semua daun.
Pengukuran dilakukan pada waktu 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan 4 MST.
b. Diameter batang (mm), diukur menggunakan jangka sorong. Pengukuran
diameter tanaman dimulai dari bagian tengah antara buku pertama dan kedua
dari batang. Pengukuran dilakukan pada waktu 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan 4
MST.
c. Luas daun (cm2), diukur menggunakan penggaris dipilih dari salah satu daun
pada tanaman kangkung dengan mengukur panjang dan lebar daun yang telah
membuka dengan sempurna. Pengukuran dilakukan pada waktu 1 MST, 2
MST, 3 MST, dan 4 MST. Perhitungan menggunakan metode panjang kali
lebar, sistematika rumus sebagai berikut : LD = P x L x K. Dimana P
merupakan panjang daun, L merupakan lebar daun, dan K merupakan nilai
konstanta yang memiliki ketetapan 0,6 untuk tanaman kangkung.
d. Jumlah daun per tanaman (helai), dihitung dengan cara seluruh daun tanaman
yang membuka penuh dan masih berwarna hijau. Pengamatan dilakukan pada
waktu 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan 4 MST.
e. Panjang akar per tanaman (cm), diukur menggunakan penggaris. Pengukuran
panjang akar dimulai dari leher akar tanaman atau tempat munculnya akar
sampai ujung akar terpanjang. Pengukuran panjang akar tanaman dilakukan
pada waktu 1 MST, 2 MST, 3 MST, dan 4 MST.
f. Berat basah per tanaman (gr), dilakukan menggunakan timbangan. Berat basah
adalah berat segar sebuah tanaman yang masih mengandung kadar air
didalamnya dan ditimbang seluruh bagian tanaman (akar, batang, dan daun).
Penimbangan dilakukan pada waktu panen (4 MST).
18
19
20
tanaman dapat mengalamai stress hingga layu atau mati pada kondisi ekstrim
(Purwanto et al., 2019).
Nilai pH pada awal pemberian nutrisi berkisar antar 5,54 - 5,86 dan pada
akhir pemberian nutrisi berkisar antar 5,64 - 5,88. Nilai pH yang diperoleh
menunjukkan hasil yang beragam termasuk kategori yang baik untuk
pertumbuhan tanaman. Nilai pH menjadi salah satu indikator penting dalam masa
pertumbuhan tanaman kangkung. Kondisi nilai pH baik untuk pertumbuhan
hidroponik kangkung (Putri, 2017).
Pengukuran pH nutrisi merupakan hal yang rutin dilakukan pada budidaya
tanaman secara hidroponik. Menurut Nirmalasari (2018), kisaran pH untuk
tanaman sayuran daun hijau yaitu 5,5 - 6,5, jika nilai PH kurang dari 5,5 atau lebih
dari 6,5 maka daya larut unsur hara tidak sempurna bahkan mulai mengendap
sehingga tidak bisa diserap oleh akar tanaman. Nilai pH dipengaruhi oleh
beberapa faktor aktivitas biologi seperti fotosintesis dan respirasi organisme,
temperatur, dan larutan nutrisi (Binaraesa, 2016). Naik turun nilai pH dapat
dipengaruhi karena adanya proses fotosintesis serta respirasi dari tanaman, bakteri
atau mikroorganisme dan media tanam yang digunakan.
Pengukuran nilai TDS pada awal pemberian nutrisi berkisar antar 1.656,31 -
1.966,77 ppm dan pada akhir pemberian nutrisi berkisar antar 1.510,08 - 1.882,08
ppm sehingga disetiap perlakuan nilai TDS mengalami penurunan di akhir
pengukuran. Penurunan nilai TDS pada akhir pengukuran terjadi karena tanaman
kangkung dapat menyerap nutrisi yang diberikan dengan baik. Pengukuran nilai
EC dan TDS harus sering dilakukan untuk mengontrol kadar larutan nutrisi pada
tanaman kangkung. Apabila kekurangan nutrisi maka proses pertumbuhan
terhambat sehingga mudah terkena stress pada tanaman sedangkan kelebihan
nutrisi dapat mengalami keracunan pada tanaman. Menurut Rahmadhani (2020),
nilai TDS menunjukkan jumlah padatan yang terlarut dalam nutrisi, sehingga nilai
TDS menjadi indikator penting untuk sistem budidaya akuaponik maupun
hidroponik (Endah, 2020).
23
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Parameter
Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir Awal Akhir
3.624,77 ± 3.020,15 3.312,31 3.269,69 3.933,54 3.764,15 3.348,77 3.150,54 3.582,15 3.453,85 3.733,23 3.591,23
EC (µs/cm) 818,38 ± 878,55 ± 450,75 ± 525,82 ± 464,93 ± 337,83 ± 339,18 ± 280,73 ± 418,9 ± 352,03 ± 531,74 ± 828,96
5,64 ± 5,62 ± 5,75 ± 5,59 ± 5,82 ± 5,58 ± 5,82 ± 5,54 ± 5,88 ± 5,72 ± 5,70 ±
pH 5,86 ± 0,21
0,11 0,13 0,25 0,14 0,10 0,15 0,18 0,12 0,13 0,17 0,16
1.812,38 ± 1.510,08 1.656,31 1.634,85 1.966,77 1.882,08 1.674,38 1.575,38 1.791,08 1.726,92 1.866,62 1.795,62
TDS (ppm) 409,19 ± 439,27 ± 225,06 ± 262,91 ± 232,47 ± 168,92 ± 169,59 ± 140,32 ± 209,09 ± 176,02 ± 265,87 ± 414,48
30,65 ± 28,54 ± 29,74 ± 28,05 ± 30,36 ± 28,95 ± 29,67 ± 29,08 ± 29,83 ± 29,38 ± 29,54 ±
Suhu Air (°C) 28,95 ± 0,86
1,30 0,85 1,18 0,94 0,65 0,90 0,81 0,82 0,61 1,40 0,86
24
Hasil pengukuran nilai suhu air pada awal pemberian nutrisi berkisar antar
28,05 ºC - 29,38 ºC dan pada akhir pemberian nutrisi berkisar antar 29,54ºC -
30,65ºC sehingga disetiap perlakuan nilai suhu air mengalami peningkatan di
akhir pengukuran. Nilai suhu air yang diperoleh menunjukkan hasil yang
beragam. Suhu air memiliki pengaruh penting untuk laju metabolisme tanaman.
Nilai suhu air yang optimal akan mempengaruhi laju pertumbuhan tanaman
menjadi tinggi untuk melakukan proses fotosintesis dan transpirasi pada tanaman.
Suhu air di bawah optimum menyebabkan enzim tidak aktif sehingga
metabolisme terhenti sedangkan suhu di atas optimum dapat merusak enzim
sehingga metabolisme tidak berjalan dengan baik dan tanaman akan mati jika
tidak dapat beradaptasi dengan cekaman.
Iklim untuk pertumbuhan kangkung yang mempunyai suhu 18ºC malam
hari dan 28ºC siang hari (Naibaho, 2020). Tanaman kangkung bisa ditemukan di
dataran tinggi ± 2000 meter dpl dan dataran rendah khusunya kawasan yang berair
dengan suhu 20 - 30°C (Hardin et al., 2021). Tanaman ini memiliki kemampuan
adaptasi yang tinggi sehingga dapat tumbuh dihampir semua kondisi lahan
(Naibaho, 2020).
Pengaruh suhu sangat besar terhadap pertumbuhan tanaman. Suhu tinggi
mengakibatkan benih - benih melakukan metabolisme lebih cepat namun jika
dibiarkan dalam tempetatur tinggi maka daya kecambahnya akan turun (Putri,
2017). Pada suhu yang terlalu tinggi tanaman banyak mengalami kehilangan air
akibat penguapan yang melampaui batas (Tulung et al., 2019). Semakin tinggi
suhu maka enzim tanaman akan rusak sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat
menyebabkan enzim tanaman tidak aktif (Nirmalasari, 2018).
Penyakit yang menyerang tanaman pada saat penelitian tidak ada. Pengendalian
gulma perlu dilakukan untuk menghindari persaingan penyerapan unsur hara bagi
tanaman, untuk pengendalian hama dan penyakit dilakukan bila terdapat tanda-
tanda serangga (Parawansa, 2014). Faktor lingkungan yang mempengaruhi
produksi tanaman kangkung pada penelitian ini adalah suhu, cuaca, curah hujan,
dan persediaan air. Berdasarkan penelitian faktor yang diukur untuk pertumbuhan
dan produksi tanaman kangkung meliputi tinggi tanaman, diameter batang, dan
panjang akar. Berikut hasil pengukuran:
A B
70,00 1,00
Tinggi tanaman (cm)
C 20,00
Panjang akar (cm)
15,00
10,00
5,00
0,00
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Penambahan CaCl2
Fhitung < Ftabel 5%. Nilai Fhitung untuk tinggi tanaman (0,0026), diameter
batang (0,000), dan panjang akar (0,0001) (Lampiran 6).
Pertumbuhan tinggi tanaman kangkung tidak ditentukan oleh konsentrasi Ca
dalam larutan nutrisi. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan CaCl2 ketika
diaplikasikan berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman
kangkung. Ketersediaan hara yang cukup dan seimbang akan mempengaruhi
proses metabolisme pada jaringan tanaman, maka pertumbuhan akan normal dan
optimal sedangkan jika kekurangan atau kelebihan menunjukkan kondisi
abnormal (Megasari, 2020). Kurangnya unsur Ca pada tanaman dapat
menimbulkan gejala terhambatnya pertumbuhan pucuk bahkan titik tumbuh
terhenti akibat terhambatnya proses pembesaran dan pemanjangan sel (Kamalia et
al., 2017).
Diameter batang tanaman kangkung memperoleh hasil berpengaruh tidak
nyata oleh penambahan konsentrasi Ca dalam larutan nutrisi, hal ini disebabkan
karena kepekatan larutan nutrisi yang terlalu pekat mengakibatkan defisiensi
unsur hara sehingga menyebabkan pertumbuhan batang tidak normal menjadi
terhambat namun masih dapat tumbuh. Menurut Putri (2017), kalsium berperan
dalam mengatur dan merawat dinding yang terakumulasi pada bagian jaringan
tanaman yang tua, banyak terdapat pada daun dan batang sebagai penyusun sel.
Penambahan kalsium pada dinding sel akan mengakibatkan terjadinya rigiditas
pada dinding sel karena adanya pengikatan kalsium oleh asam pektat, hal tersebut
dapat mengurangi permeabilitas air pada membran sel (Breemer, 2015).
Akar tanaman kangkung memperoleh hasil berpengaruh tidak nyata oleh
penambahan konsentrasi Ca dalam larutan nutrisi. Perbedaan konsentrasi Ca
dalam larutan nutrisi tidak berpengaruh terhadap luas permukaan akar tanaman
kangkung (Rohmaniyah et al., 2015). Menurut Suseno & Widyawati (2020),
biomassa akar sangat dipengaruhi oleh volume serta jumlah akar karena dapat
menyerap air dan unsur hara lebih banyak sehingga aktivitas fotosintesis akan
meningkat. Hal lain yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
akar yaitu akar tanaman kangkung yang ada dalam media tanam rockwool
sebagian tidak terendam oleh larutan nutrisi yang mengakibatkan defisiensi unsur
hara sehingga menyebabkan pertumbuhan akar tidak normal menjadi terhambat
27
30,00
Luas daun (cm2)
25,00
20,00 25,00
20,00
15,00
15,00
10,00 10,00
5,00 5,00
0,00 0,00
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P0 P1 P2 P3 P4 P5
Penambahan CaCl2 Penambahan CaCl2
0,12
Berat Basah Tanaman
0,1
0,08
0,06
0,04
0,02
0
P0 P1 P2 P3 P4 P5
Penambahan CaCl2
Gambar 6. Nilai Berat Basah Tanaman Kangkung pada Hidroponik NFT dengan
Perlakuan CaCl2
Keterangan :
Perlakuan P0 = 100% larutan AB Mix; P1 = P0 + 200 ppm CaCl2; P2 = P0 + 400 ppm CaCl2; P3 = P0 + 600
ppm CaCl2; P4 = P0 + 800 ppm CaCl2; dan P5 = P0 + 1000 ppm CaCl2.
baik dan lancar (Adnan, 2013). Adanya peningkatan biomassa dikarenakan pada
konsentrasi tersebut tanaman menyerap air dan hara lebih banyak sehingga
tanaman dapat menyerap hara dan air lebih banyak selanjutnya aktivitas
fotosintesis akan meningkat dan mempengaruhi peningkatan berat basah dan berat
kering tanaman (Rahmah et al., 2014). Hal ini dikarenakan jumlah kandungan
unsur hara yang ideal dan konsentrasi nutrisi yang sesuai menjadikan nutrisi dapat
terserap dengan baik oleh tanaman (Ainina & Aini, 2019).
4.4 Tingkat Kerenyahan
Tingkat kerenyahan dikategorikan menjadi 4 yaitu sangat renyah, renyah,
tidak renyah dan sangat tidak renyah. Sedangkan tingkat warna dikategorikan
hijau pekat, hijau, hijau kekuningan dan kuning kehijauan. Hasil pengujian
organoleptik yang dilakukan kepada 30 responden terhadap tingkat kerenyahan
dan warna tanaman kangkung menunjukkan hasil yang beragam. Berikut hasil
nilai dari tingkat kerenyahan dan warna dari batang dan daun tanaman kangkung:
25 A 30
25
20
Daun memiliki Daun kangkung
tekstur sangat berwarna hijau
Jumlah Responden
Jumlah Responden
renyah 20 pekat
15
Daun memiliki Daun kangkung
tekstur renyah 15 berwarna hijau
10
Daun memiliki
10 Daun kangkung
tekstur tidak
berwarna hijau
renyah
kekuningan
5 Daun memiliki 5
tekstur sangat Daun kangkung
tidak renyah berwarna kuning
0 0 kehijauan
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P0 P1 P2 P3 P4 P5
Penambahan CaCl2 Penambahan CaCl2
31
30 35
B
25 30
Batang memiliki Batang kangkung
tekstur sangat 25 berwarna hijau
Jumlah Responden
Jumlah Responden
20 renyah pekat
Batang memiliki 20 Batang kangkung
15 tekstur renyah berwarna hijau
15
Batang memiliki Batang kangkung
10 tekstur tidak berwarna hijau
renyah 10 kekuningan
5 Batang memiliki Batang kangkung
tekstur sangat 5 berwarna kuning
tidak renyah kehijauan
0 0
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P0 P1 P2 P3 P4 P5
Penambahan CaCl2 Penambahan CaCl2
membentuk ikatan dengan karbonil dari asam galakturonat sehingga akan terjadi
ikatan menyilang diantara gugus karbonil tersebut. Banyaknya jumlah ikatan
menyilang menjadikan pektin yang terbentuk menjadi sukar larut sehingga tekstur
menjadi lebih keras (Breemer, 2015). Kalsium memiliki peran penting pada
tumbuhan sebagai pengikat molekul-molekul fosfolipida atau antara fosfolipida
dengan protein penyusun membran, hal ini menyebabkan membran dapat
berfungsi secara normal pada semua sel. Gejala kekurangan kalsium pada
tanaman antara lain tunas pucuk (terminal) mati, yang diikuti distorsi pada ujung
pangkal daun muda. Daun muda pada titik tumbuh melengkung yang kemudian
mengering pada bagian ujungnya (Adrian, 2014).
Tingkat kerenyahan ditentukan oleh besarnya tingkat aktivitas respirasi
maupun transpirasi tanaman kangkung sedangkan perubahan warna dari tanaman
kangkung ditentukan oleh perubahan pigmen likopen dan stabilitas klorofil. Hal
ini terjadi karena pengaruh kalsium klorida pada produksi laju etilen yang
mempengaruhi sintesis pigmen likopen selama proses pematangan. Kalsium dapat
memperkuat struktur sel sehingga dapat mempengaruhi kekerasan dengan
meningkatkan integritas membran sehingga tekanan turgor sel meningkat
(Breemer, 2015). Memasuki proses penuaan, kandungan likopen akan meningkat
kemudian dibarengi dengan degradasi klorofil (Breemer, 2015). Kalsium dapat
mempertahankan warna karena akumulasi kalsium pada dinding dan
kemungkinan ion kalsium terikat dengan molekul protein sehingga dapat
mencegah terjadinya degradasi pigmen (Breemer, 2015).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Penambahan konsentrasi CaCl2 berpengaruh nyata terhadap berat basah
tanaman, tingkat kerenyahan dan warna pada daun serta batang tanaman
tanaman kangkung. Sedangkan berpengaruh tidak nyata terhadap
pertumbuhan tinggi tanaman, panjang akar, diameter batang, jumlah
daun, dan luas daun tanaman kangkung pada teknologi hidroponik NFT.
2. Konsentrasi yang optimal meningkatkan pertumbuhan dan kualitas
produksi tanaman kangkung pada teknologi hidroponik NFT
berdasarkan hasil persentase pada tingkat kerenyahan dan warna daun
serta batang diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan 800 ppm (P4)
CaCl2.
5.2 Saran
Kegiatan penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian
menggunakan varietas kangkung yang sama dengan penambahan berbagai macam
perbandingan sumber kalsium dan konsentrasi kalsium berbeda yang diberikan
serta dilakukan di tempat penelitian yang berbeda.
33
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A.; Rasyad, A.; & Armaini. (2013). Pertumbuhan dan hasil tanaman
kangkung darat (Ipomea reptans Poir) diberi trichokompos. Skripsi Jerami
Padi. Riau: Universitas Riau.
Agis, P. (2016). Pengaruh berbagai macam medium tanam dan konsentrasi POC
urin sapi pada pertumbuhan dan hasil caisim (Brassica juncea L.) dengan
sistem wick pot hidroponik. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Skripi. Yogyakarta.
Ainina, A. N., & Aini, N. (2019). Konsentrasi nutrisi ab mix dan media tanam
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman selada merah (Lactuca sativa L.
var crispa) dengan sistem hidroponik substrat. Jurnal Produksi Tanaman.
Vol. 6(8) : 23 – 35.
Breemer, R.; Picauly, P.; & Polnaya, J.P. (2015). Pengaruh pemberian kalsium
klorida dan penghampaan udara terhadap mutu buah tomat. Teknologi
Pertanian. Vol. 4(2) : 56 – 62.
Endang, Arini. (2011). Pemberian kapur (CaCO3) untuk perbaikan kualitas tanah
tambak dan pertumbuhan rumput laut Gracillaria sp. Saintek Perikanan.
Vol. 6(2) : 23 – 30.
34
35
Faiqoh, E.N. (2014). Pengaruh konsentrasi dan lama perendaman dalam CaCl2
(Kalsium Klorida) terhadap kualitas dan kuantitas buah naga super merah.
Ilmu Pertanian. Vol. 11(1) : 1 – 10.
Gustia, H. (2013). Pengaruh penambahan sekam bakar pada media tanam terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.). E-Journal
WIDYA Kesehatan dan Lingkungan. Vol.1 :12 – 17.
Hambali, P. (2018). Pengaruh substitusi ab mix dengan pupuk organik cair kelinci
pada pertumbuhan dan hasil tanaman selada merah (Lactuca sativa L. )
dengan sistem rakit apung. Jurnal Produksi Tanaman. Vol.6(12) : 3096 –
3105.
Irawan, A. & Kafiar, Y. (2015). Pemanfaatan cocopeat dan arang sekam padi
sebagai media tanam bibit cempaka (Elmerrillia ovalis). Jurnal Pros
SemNas Masy Biodiv Indon. Vol.1(4) : 805 – 808.
Juniyati, T., Asmah, A., & Patang. (2016). Pengaruh komposisi media tanam
organik arang sekam dan pupuk padat kotoran sapi dengan tanah timbunan
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup tanaman kangkung darat
(Ipomea reptans Poir). Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian. Vol.2(1) : 9
– 15.
Lestari, P. (2018). Komposisi nutrisi dan media tanam terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman selada romaine (Lactuca sativa var.romana L. ) sistem
hidroponik substrat. Jurnal Produksi Tanaman. Vol.6(3) : 36 – 42.
Mairusmianti, (2013). Pengaruh konsentrasi pupuk akar dan pupuk daun terhadap
pertumbuhan dan produksi bayam (Amaranthus hybridus) dengan metode
nutrient film technique (NFT). Skripsi. Progam Studi Biologi Fakultas Sains
dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Muntashilah, U., Islami, T.; & Sebayang, H. (2015). Pengaruh dosis pupuk
kandang sapi dan pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman
kangkung darat (Ipomoea reptans Poir). Jurnal Produksi Tanaman. Vol.
3(5) : 53 – 62.
Prameswari, Z.; Trisnowati, S.; & Sriyanto, W. (2014). Pengaruh macam media
dan zat pengatur tumbuh terhadap keberhasilan cangkok sawo (Manilkara
zapota (L.) van Royen) pada musim penghujan. Vegetalika. Vol. 3(4) : 107
– 118.
Purwanto, E., Sunaryo, Y., & Widata, S. (2019). Pengaruh kombinasi pupuk ab
mix dan pupuk organik cair (POC) kotoran kambing terhadap pertumbuhan
dan hasil sawi (Brassica juncea L.) hidroponik. Jurnal Ilmiah Agroust.
Vol.2(1) : 11 – 24.
Qalyubi, I. (2015). Pengaruh debit air dan pemberian jenis nutrisi terhadap
pertumbuhan tanaman kangkung pada sistem irigasi hidroponik nft
(Nutrient Film Technique). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Universitas Negeri Jember: Jember.
Rahmah, A., Izzati, M., & Parman, S. (2014). Pengaruh pupuk organik cair
berbahan dasar limbah sawi putih (Brassica chinensis L.) terhadap
pertumbuhan tanaman jagung manis (Zea mays L. var. Saccharata). Anatomi
Fisiologi. Vol. 22(1) : 65 – 71.
Saroh, M., Syawaluddin, S., & Harahap, I. S. (2017). Pengaruh jenis media tanam
dan larutan ab mix dengan konsentrasi berbeda pada pertumbuhan dan hasil
produksi tanaman selada (Lactuca sativa L.) dengan hidroponik sistem
39
Siswadi & Teguh, Y. (2013). Uji hasil tanaman sawi pada berbagai media tanam
secara hidroponik. Jurnal Innofarm. Vol. 2(1) : 44 – 50.
Subandi, M., Nella, P.S., & Budy, F., (2015). Pengaruh berbagai niai ec
(Electrical Coductivity) terhadap pertumbuhan dan hasil bayam
(Amaranthus sp.) pada hidroponik sistem rakit apung (Floating Hydoponic
Syistem). Jurnal Agroeknologi. Vol. 9(2): 136 – 152.
Tulung, R., Rumambi D., Ludong D. (2019). Penerapan Irigasi Hidroponik Sistem
Akar Telanjang (Bare Root System) pada Tanaman Kangkung (Ipomea
aquatic forsk). Jurnal Eugenia. Vol. 25(3) : 86-93.
Vidianto, D. Z., Fatimah, S., & Wasonowati, C. (2013). Penerapan panjang talang
dan jarak tanam dengan sistem hidroponik nft (Nutrient Film Technique)
pada tanaman kailan (Brassica oleraceae var. alboglabra). Agrovigor, Vol.
6(2): 128-135.
Vina, K. S. (2016). Kombinasi berbagai sumber bahan organik dan arang terhadap
efisiensi pemupukan tanaman bawang merah (Allium cepa L.) di tanah pasir
pantai samas bantul. Fakultas Pertanian. Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. Skripi. Yogyakarta.
Wibowo, S., & Arum, S. (2013). Aplikasi hidroponik nft pada budidaya pakcoy
(Brassica rapachinensis). Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. Vol.13(3) :
159 – 167.
41
42
Descriptives
Tinggi Tanaman
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
,097 5 18 ,991
ANOVA
Tinggi Tanaman
47
48
B. Panjang Akar
Descriptives
Panjang Akar
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
,052 5 18 ,998
ANOVA
Panjang Akar
C. Diameter Batang
Descriptives
Diameter Batang
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
,000 5 18 1,000
ANOVA
Diameter Batang
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
6,117 5 18 ,002
ANOVA
Jumlah Daun
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
B. Luas Daun
Descriptives
Luas Daun
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
,297 5 18 ,908
ANOVA
Luas Daun
Descriptives
Berat Basah
N Mean Std. Deviation Std. Error 95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum
2,462 5 18 ,072
ANOVA
Berat Basah
Berat Basah
1 2
2,00 4 ,0675
6,00 4 ,0675
1,00 4 ,0688
a
Duncan 5,00 4 ,0725
4,00 4 ,0975