You are on page 1of 11

HUBUNGAN UMUR, USIA KEHAMILAN DAN GRAVIDA DENGAN

KEJADIAN PRE-EKLAMPSI PADA IBU BERSALIN DI INSTALASI


RAWAT INAP KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
RSUP DR. MOH. HOESIN PALEMBANG TAHUN 2009

Rohaya dan Suprida


Dosen Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Palembang

ABSTRAK

Di Indonesia pre-eklampsi dan eklampsi masih merupakan salah satu penyebab utama
kematian maternal dan kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini pre-
eklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu segera
dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan kejadian pre-eklampsi adalah umur ibu, usia kehamilan, gravida, cara persalinan, tekanan
darah sistolik diastolik, tingkat pendidikan ibu, frekuensi pemeriksaan kehamilan, kejadian
komplikasi dan kematian perinatal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
umur, usia kehamilan dan gravida dengan kejadian pre-eklampsi pada ibu bersalin di Instalasi
Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang
Tahun 2009. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik dengan
pendekatan crossectional. Metode pemeriksaan yang dipakai adalah cara digital haemometer.
Data yang didapat dianalisa menggunakan uji Chi Square. Jumlah sampel adalah 352 orang ibu
bersalin. Hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 352 ibu bersalin, yang mengalami pre-
eklampsi sebanyak 136 orang (38,6%) dan yang tidak mengalami pre-eklampsi sebanyak 216
orang (61,4%). Dari hasil uji statistik yang dilakukan didapatkan adanya hubungan bermakna antara umur
dengan kejadian pre-eklampsi (p value = 0,000), usia kehamilan dengan kejadian pre-eklampsi (p
value = 0,000) dan gravida dengan kejadian pre-eklampsi (p value = 0,000). Diharapkan agar
dapat dikembangkan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam dengan metode yang bersifat
kualitatif untuk mengetahui faktor penyebab serta faktor resiko terjadinya pre-eklampsi.

Kata Kunci : gravida, preeklampsia, ibu bersalin

Pendahuluan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010


World Health Organization (WHO) visi MPS adalah “Kehamilan dan persalinan
memperkirakan bahwa sedikitnya 600.000 di Indonesia berlangsung aman, serta bayi
wanita meninggal setiap tahunnya sebagai yang dilahirkan hidup dan sehat”. Salah satu
akibat langsung dari komplikasi kehamilan sasaran yang ditetapkan adalah menurunkan
dan melahirkan, dimana 15 % dari semua Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 125 per
kehamilan akan menimbulkan komplikasi 100.000 kelahiran hidup dan Angka
yang dapat mengancam jiwa berkaitan Kematian Bayi (AKB) menjadi 16 per 1.000
dengan kehamilan (Pusdiknakes,2003:8). kelahiran hidup (Saifuddin,dkk, 2002).
Di dalam Rencana Strategik Nasional AKI Indonesia terus mengalami
Making Pregnancy Safer (MPS) di penurunan dari tahun 1986 sebesar 450 per
Indonesia 2001-2010 disebutkan bahwa 100.000 kelahiran hidup sampai tahun 2003
dalam konteks Rencana Pembangunan menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup.
Walaupun AKI Indonesia terus menurun, Pre-eklampsi adalah hipertensi disertai
berdasarkan data Human Development proteinuria dan edema akibat kehamilan
Report tahun 2003, dibandingkan dengan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
negara tetangga di Asia Tenggara, Indonesia segera setelah persalinan. Di Indonesia pre-
tergolong negara yang mempunyai AKI eklampsi – eklampsi masih merupakan salah
tertinggi. AKI yang paling kecil adalah satu penyebab utama kematian maternal dan
Brunei, yaitu 0 per 100.000 kelahiran hidup. kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena
Malaysia 39 per 100.000 kelahiran itu diagnosis dini pre-eklampsia yang
hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran merupakan tingkat pendahuluan eklampsia,
hidup, dan Fhilipina 170 per 100.000 serta penanganannya perlu segera
kelahiran hidup. AKI Sumatera Selatan dilaksanakan untuk menurunkan angka
tahun 2003 jauh dari angka nasional, yaitu kematian ibu dan anak. Faktor-faktor yang
472 per 100.000 kelahiran hidup, dan turun berhubungan dengan kejadian pre-eklampsi
sebesar 5 per 100.000 kelahiran hidup pada adalah umur ibu, usia kehamilan, gravida,
tahun 2004 menjadi 467 per 100.000 cara persalinan, tekanan darah sistolik
kelahiran hidup. Dibandingkan dengan diastolik, tingkat pendidikan ibu, frekuensi
provinsi lain, angka itu jauh diatas Jawa pemeriksaan kehamilan, kejadian
Barat, yaitu 274 per 100.000 kelahiran komplikasi dan kematian perinatal
hidup, tetapi dibawah Nusa tenggara Timur, (Sudhaberata,2001).
yaitu 688 per 100.000 kelahiran hidup Menurut Manuaba (1998:241) faktor-
(Mahyuddin,2006:5-7). faktor yang mempengaruhi kejadian pre-
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota eklampsi adalah umur ibu, usia kehamilan,
Palembang (2007) AKI Kota Palembang gravida, distensi rahim yang berlebihan dan
sebesar 54 per 100.000 kelahiran hidup atau riwayat penyakit yang di derita ibu.
15 kematian ibu dari 29.486 kelahiran hidup Berdasarkan data Rekam Medik RSUP
(Profil Dinkes Kota Palembang,2007:16). Dr. Mohammad Hoesin Palembang,
Di Indonesia penyebab kematian ibu kejadian pre-eklampsi pada tahun 2005
secara langsung adalah komplikasi (90%) sebanyak 144 (7,2%) dari 1984 persalinan.
yaitu perdarahan (28 %), eklampsi (24 %), Tahun 2006 sebanyak 125 (11%) dari 1130
infeksi (11 %), komplikasi puerperium (11 persalinan. Tahun 2007 sebanyak 102 (6%)
%), abortus (5 %), trauma obstetrik (5 %), dari 1710 persalinan. Tahun 2008 sebanyak
emboli obstetrik (5 %), partus lama/macet (5 272 (10,6%) dari 2578 persalinan. Dan
%), dan lainnya (11 %). Penyebab langsung tahun 2009 sebanyak 262 (9%) dari 2905
kematian ibu di Sumatera Selatan adalah persalinan
perdarahan (50 %), infeksi (12,8 %), Berdasarkan data-data di atas, penulis
eklampsi (22,9 %), dan lain-lain (14,3 %) tertarik untuk melakukan penelitian yang
(Mahyuddin,2006:9). berjudul “Hubungan Umur, Usia Kehamilan
Di Kota Palembang, kematian ibu dan Gravida dengan Kejadian Pre-eklampsi
disebabkan oleh Hemorraghea Ante Partum pada Ibu Bersalin di Instalasi Rawat Inap
(HAP) 2 orang (13 %), seksio cesarea (SC) Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP
1 orang (7%), pre-eklampsi/eklampsi 5 Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun
orang (32%), Hemorraghea Post Partum 2009”.
(HPP) 1 orang (7%), hipertensi 1 orang
(7%), infarc miocard 1 orang (7%) dan lain-
lain 4 orang (27%) (Profil Dinkes Kota
Palembang,2007:16).
Tujuan Penelitian variabel independen dengan variabel
1. Tujuan Umum dependen. Dengan menggunakan
Untuk mengetahui hubungan umur, pendekatan “Cross Sectional” dimana
usia kehamilan dan gravida dengan variabel independen ( umur, usia kehamilan
kejadian pre-eklampsi pada ibu dan gravida) dan variabel dependen
bersalin di Instalasi Rawat Inap (kejadian pre-eklampsi) secara simultan
Kebidanan dan Penyakit Kandungan dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan.
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Sampel dalam penelitian ini adalah
Palembang Tahun 2009. sebagian ibu bersalin yang dirawat di
2. Tujuan Khusus Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan
a). Diketahuinya distribusi frekuensi Penyakit Kandungan RSUP Dr. Mohammad
kejadian pre-eklampsi pada ibu Hoesin Palembang bulan Januari –
bersalin di Instalasi Rawat Inap Desember tahun 2009 sebanyak 352 orang
Kebidanan dan Penyakit Kandungan dari besar populasi sebanyak 2905 orang.
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Pengambilan sampel dilakukan dengan
Palembang Tahun 2009. metode Random Sampling dengan teknik
b). Diketahuinya distribusi frekuensi Simple Random Sampling dengan cara
umur, usia kehamilan dan gravida lottere yaitu pengambilan sampel secara
ibu bersalin di Instalasi Rawat Inap acak sederhana dengan mengundi anggota
Kebidanan dan Penyakit Kandungan populasi dimana setiap anggota/unit dari
RSUP Dr. Mohammad Hoesin populasi mempunyai kesempatan yang sama
Palembang Tahun 2009. untuk diambil sebagai sampel.
c). Diketahuinya hubungan umur Penelitian ini berlangsung pada
dengan kejadian pre-eklampsi pada bulan Juli 2010 yang dilaksanakan di
ibu bersalin di Instalasi Rawat Inap Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Penyakit Kandungan dan Instalasi Rekam
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Medik RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2009. Palembang tahun 2009.
d). Diketahuinya hubungan usia Tehnik pengumpulan data dalam
kehamilan dengan kejadian pre- penelitian ini menggunakan data sekunder
eklampsi pada ibu bersalin di yaitu data diperoleh dari catatan Rekam
Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Medik dan status ibu yang dirawat di
Penyakit Kandungan RSUP Dr. Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan
Mohammad Hoesin Palembang Penyakit Kandungan RSUP Dr. Mohammad
Tahun 2009. Hoesin Palembang tahun 2009. Instrumen
e). Diketahuinya hubungan gravida pengumpulan data yang digunakan adalah
dengan kejadian pre-eklampsi pada check list. Analisis dilakukan secara
ibu bersalin di Instalasi Rawat Inap komputerisasi dengan menggunakan uji
Kebidanan dan Penyakit Kandungan statistik Chi Square.
RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2009. Hasil dan Pembahasan
Hasil
Metode Penelitian 1. Analisis Univariat
Penelitian ini menggunakan metode Analisis ini dilakukan terhadap tiap
Survey Analitik yaitu suatu penelitian untuk variabel hasil penelitian untuk mengetahui
mempelajari dinamika hubungan antara distribusi frekuensi dan persentase dari tiap
variabel independen (umur, usia kehamilan, c). Gravida
dan gravida) dan variabel dependen Tabel 3
(kejadian pre-eklampsi). Data disajikan Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan Berdasarkan Gravida di Instalasi
teks. Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit
a). Umur Kandungan RSUP Dr. Mohammad
Tabel 1 Hoesin Palembang Tahun 2009
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin
Berdasarkan Umur di Instalasi Inap No. Gravida Frekuensi %
Kebidanan dan Penyakit Kandungan 1. Primigravida 123 34,9
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang 2. Multigravida 229 65,1
Tahun 2009 Jumlah 352 100
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa
No. Umur Frekuensi % dari 352 ibu bersalin, yang primigravida
1. Beresiko 123 34,9 sebanyak 123 orang (34,9%) dan yang
2. Tidak Beresiko 229 65,1 multigravida sebanyak 229 orang (65,1%).
Jumlah 352 100
d). Kejadian Pre-eklampsi
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa Tabel 4
dari 352 ibu bersalin, yang umurnya Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin
beresiko sebanyak 123 orang (34,9%) dan Berdasarkan Kejadian Pre-eklampsi di
yang umurnya tidak beresiko sebanyak 229 Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan
orang (65,1%). Penyakit Kandungan RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang
b). Usia Kehamilan Tahun 2009
Tabel 2
Distribusi Frekuensi Ibu Bersalin No. Kejadian Frekuensi %
Berdasarkan Usia Kehamilan Di Instalasi Pre-eklampsi
Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit 1. Ya 136 38,6
Kandungan RSUP Dr. Mohammad 2. Tidak 216 61,4
Hoesin Palembang Tahun 2009 Jumlah 352 100

No. Usia Frekuensi % Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa


Kehamilan dari 352 ibu bersalin, yang mengalami pre-
1. Preterm 44 12,5 eklampsi sebanyak 136 orang (38,6%) dan
2. Aterm 308 87,5 yang tidak mengalami pre-eklampsi
Jumlah 352 100 sebanyak 216 orang (61,4%).

Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa


dari 352 ibu bersalin, yang usia
kehamilannya preterm sebanyak 44 orang
(12,5%) dan yang usia kehamilannya aterm
sebanyak 308 orang (87,5%).
2. Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel independen
(umur, usia kehamilan dan gravida) dengan variabel dependen (kejadian pre-eklampsi) pada
ibu bersalin melalui program komputerisasi dengan menggunakan uji statistik chi-square,
dimana tingkat kemaknaan a = 0,05, bila P.Value < a, artinya ada hubungan yang bermakna
diantara variabel dan bila P.Value > a, tidak ada hubungan diantara variabel.

a). Hubungan Umur dengan Kejadian Pre-eklampsi pada Ibu Bersalin


Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (umur) dengan variabel
dependen (kejadian pre-eklampsi) pada ibu bersalin dilakukan uji chi-square. Hasil uji chi-
square dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Hubungan Umur dengan Kejadian Pre-eklampsi pada Ibu Bersalin di
Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2009

Kejadian Pre-eklampsi
Total
Umur Ya Tidak P.Value
n % n % N %
Beresiko 87 70,7 36 29,3 123 100
0,000
Tidak Beresiko 49 21,4 180 78,6 229 100
Jumlah 136 216 352 Bermakna

Berdasarkan hasil analisis tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 123 ibu bersalin umurnya
beresiko, sebanyak 87 orang (70,7%) yang mengalami pre-eklampsi. Sedangkan dari 229 ibu
bersalin yang umurnya tidak beresiko, sebanyak 49 orang (21,4%) yang mengalami pre-
eklampsi. Hasil uji chi-square diperoleh P.Value = 0,000 lebih kecil dari a = 0,05 sehingga dapat
disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian pre-eklampsi pada ibu
bersalin. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara umur dengan kejadian pre-eklampsi pada ibu bersalin terbukti secara statistik.

b). Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian Pre-eklampsi pada Ibu Bersalin
Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (usia kehamilan) dengan
variabel dependen (kejadian pre-eklampsi) pada ibu bersalin dilakukan uji chi-square. Hasil
uji chi-square dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian
Pre-eklampsi pada Ibu Bersalin di Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit
Kandungan RSUP Dr. Mohammad Hoesin
Palembang Tahun 2009

Kejadian Pre-eklampsi
Total
Usia Kehamilan Ya Tidak P.Value
n % N % N %
Preterm 36 81,8 8 18,2 44 100
0,000
Aterm 100 32,5 208 67,5 308 100
Bermakna
Jumlah 136 216 352

Berdasarkan hasil analisis tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 44 ibu bersalin yang usia
kehamilannya preterm, sebanyak 36 orang (81,8%) yang mengalami pre-eklampsi. Sedangkan
dari 308 ibu bersalin yang usia kehamilannya aterm, sebanyak 100 orang (32,5%) yang
mengalami pre-eklampsi. Hasil uji chi-square diperoleh P.Value = 0,000 lebih kecil dari a = 0,05
sehingga dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan
kejadian pre-eklampsi pada ibu bersalin. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa
ada hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kejadian pre-eklampsi pada ibu
bersalin terbukti secara statistik.

c). Hubungan Gravida dengan Kejadian Pre-eklampsi pada Ibu Bersalin


Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (gravida) dengan variabel
dependen (kejadian pre-eklampsi) pada ibu bersalin dilakukan uji chi-square. Hasil uji chi-
square dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Hubungan Gravida dengan Kejadian Pre-eklampsi pada Ibu Bersalin
di Instalasi Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUP
Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009

Kejadian Pre-eklampsi
Total
Gravida Ya Tidak P.Value
n % n % N %
Primigravida 79 64,2 44 29,3 123 100
0,000
Multigravida 57 24,9 172 78,6 229 100
Bermakna
Jumlah 136 216 352

Berdasarkan hasil analisis tabel diatas, dapat diketahui bahwa dari 123 ibu bersalin yang
primigravida, sebanyak 79 orang (64,2%) yang mengalami pre-eklampsi. Sedangkan dari 229
ibu bersalin yang multigravida, sebanyak 57 orang (24,9%) yang mengalami pre-eklampsi. Hasil
uji chi-square diperoleh P.Value = 0,000 lebih kecil dari a = 0,05 sehingga dapat disimpulkan
ada hubungan yang bermakna antara gravida dengan kejadian pre-eklampsi pada ibu bersalin.
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara
gravida dengan kejadian pre-eklampsi pada ibu bersalin terbukti secara statistik.
Pembahasan sedangkan yang tidak mengalami pre-
Kejadian Pre-eklampsi eklampsi sebanyak 216 orang (61,4%).
Di Indonesia pre-eklampsi – eklampsi Proporsi kejadian pre-eklampsi pada
masih merupakan salah satu penyebab penelitian ini tidak jauh berbeda dengan
utama kematian maternal dan kematian proporsi kejadian pre-eklampsi pada hasil
perinatal yang tinggi. Oleh karena itu penelitian Marlina (2007:37) yaitu 38,5 %
diagnosis dini pre-eklampsia yang dari 96 ibu bersalin di RSUP Dr.
merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, Mohammad Hoesin Palembang tahun 2006.
serta penanganannya perlu segera Tingginya kejadian pre-eklampsi pada
dilaksanakan untuk menurunkan angka ibu bersalin disebabkan masih kurangnya
kematian ibu dan anak. Faktor-faktor yang kesadaran ibu terhadap pentingnya
berhubungan dengan kejadian pre-eklampsi pemeriksaan kehamilan (antenatal care) .
adalah umur ibu, usia kehamilan, gravida, Untuk itu disarankan agar petugas kesehatan
cara persalinan, tekanan darah sistolik meningkatkan kegiatan antenatal care dan
diastolik, tingkat pendidikan ibu, frekuensi penyuluhan pada ibu-ibu hamil mengenai
pemeriksaan kehamilan, kejadian antenatal care, memberikan nasehat, dan
komplikasi dan kematian perinatal konseling kepada masyarakat untuk
(Sudhaberata,2001). mendeteksi dini komplikasi-komplikasi
Di Indonesia penyebab kematian ibu dalam kehamilan seperti hipertensi dan pre-
secara langsung adalah komplikasi (90%) eklampsi-eklampsi yang mungkin akan
yaitu perdarahan (28 %), eklampsi (24 %), dihadapi ibu hamil selama masa
infeksi (11 %), komplikasi puerperium (11 kehamilannya, masa bersalin dan masa
%), abortus (5 %), trauma obstetrik (5 %), nifas.
emboli obstetrik (5 %), partus lama/macet (5
%), dan lainnya (11 %). Penyebab langsung Umur
kematian ibu di Sumatera Selatan adalah Pre-eklampsi lebih sering didapatkan
perdarahan (50 %), infeksi (12,8 %), pada masa awal dan akhir usia reproduktif,
eklampsi (22,9 %), dan lain-lain (14,3 %) yaitu usia remaja atau usia di atas 35 tahun
(Mahyuddin,2006:9). (Cunningham,dkk,1999:774).
Di Kota Palembang, kematian ibu Sebagian masalah kesehatan adalah
disebabkan oleh Hemorraghea Ante Partum berkaitan dengan usia – resiko mengalami
(HAP) 2 orang (13 %), seksio cesarea (SC) masalah kesehatan akan meningkat sejalan
1 orang (7%), pre-eklampsi/eklampsi 5 dengan peningkatan usia. Wanita hamil
orang (32%), Hemorraghea Post Partum dengan usia yang lebih tua cenderung untuk
(HPP) 1 orang (7%), hipertensi 1 orang mengalami pre-eklampsi. Wanita berusia 35
(7%), infarc miocard 1 orang (7%) dan lain-
tahun atau lebih beresiko tinggi untuk
lain 4 orang (27%) (Profil Dinkes Kota
mengalami pre-eklampsi dari wanita lainnya
Palembang,2007:16).
(Curtis,2000:202-203).
Berdasarkan data Rekam Medik RSUP
Pada hasil analisis univariat
Dr. Mohammad Hoesin Palembang,
diketahui jumlah ibu bersalin pada kategori
kejadian pre-eklampsi pada tahun 2009
umur beresiko sebanyak 123 orang (34,9%)
sebanyak 262 (9%) dari 2905 persalinan.
dan ibu bersalin pada kategori umur tidak
Pada analisis univariat diketahui bahwa
beresiko sebanyak 229 orang (65,1%).
dari 352 ibu bersalin yang mengalami pre-
Untuk hasil analisis bivariat dari 123 ibu
eklampsi sebanyak 136 orang (38,6%),
bersalin pada kategori umur beresiko,
sebanyak 87 orang (70,7%) yang mengalami
pre-eklampsi. Sedangkan dari 229 ibu Usia Kehamilan
bersalin pada kategori umur tidak beresiko, Pre-eklampsi paling sering didapatkan
sebanyak 49 orang (21,4%) yang mengalami setelah umur kehamilan 20 minggu, dimana
pre-eklampsi. Dari hasil uji chi-square semakin bertambahnya usia kehamilan maka
didapatkan P.Value = 0,000 lebih kecil dari semakin besar pula kemungkinan untuk
a = 0,05 sehingga terdapat hubungan yang terjadi pre-eklampsi (POGI,2005:1).
bermakna antara umur dengan kejadian pre- Makin tua umur kehamilan, makin tinggi
eklampsi pada ibu bersalin. frekuensi terjadinya pre-eklampsi
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil (Indarti,2004:60).
penelitian Marlina (2007:38) yang Pada kehamilan normal, arteria spiralis
menyatakan bahwa ada hubungan yang yang terdapat pada desidua mengalami
bermakna antara umur dengan kejadian pre- pergantian sel dengan trofoblas
eklampsi di RSUP Dr. Mohammad Hoesin endovaskuler yang akan menjamin
Palembang. Dimana dari 20 orang ibu lumennya tetap terbuka untuk memberikan
bersalin yang beresiko tinggi sebanyak 14 aliran darah tetap, nutrisi cukup dan O 2
(70 %) yang mengalami pre-eklampsi. seimbang. Dekstruksi pergantian ini
Sedangkan dari 76 orang ibu bersalin seharusnya pada trimester pertama, yaitu
beresiko rendah sebanyak 23 (30,3 %) yang minggu ke-16 dengan perkiraan
mengalami pre-eklampsi. pembentukan plasenta telah berakhir. Invasi
Namun hasil penelitian ini tidak sesuai endovaskuler trofoblas terus berlangsung
dengan penelitian Sudhaberata (2001) yang pada trimester kedua dan masuk ke dalam
dilakukan di Rumah Sakit Umum Tarakan arteria miometrium. Hal ini menyebabkan
Kalimantan Timur dimana frekuensi pelebaran dan tetap terbukanya arteri
kejadian pre-eklampsi terbanyak pada sehingga kelangsungan aliran darah, nutrisi
kelompok umur 20-35 sebesar 76,27 %. dan O2 tetap terjamin. Hal tersebut
Kejadian pre-eklampsi – eklampsi dibutuhkan janin dalam rahim. Invasi
berdasarkan umur banyak ditemukan pada trimester kedua pada pre-eklampsi dan
kelompok usia ibu yang ekstrim yaitu eklampsi tidak terjadi sehingga terjadi
kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 hambatan pada saat memerlukan tambahan
tahun, karena pada umur kurang dari 20 aliran darah untuk memberikan nutrisi dan O2
tahun kenaikan tekanan darah akan lebih dan menimbulkan situasi ”iskemia regio
cepat menimbulkan kejang dibandingkan uteroplasenter” pada sekitar minggu ke-20.
umur yang lanjut dan pada umur lebih dari keadaan ini dapat menerangkan bahwa pre-
35 tahun dalam tubuh telah terjadi eklampsi – eklampsi baru akan terjadi mulai
perubahan-perubahan akibat penuaan organ- minggu ke-20 kehamilan
organ. Dengan begitu, kemungkinan untuk (Manuaba,dkk,2007:403-404).
mendapat penyakit-penyakit dalam masa Hasil analisis univariat menunjukkan
kehamilan yang berhubungan dengan umur jumlah ibu bersalin pada kategori usia
akan meningkat. Untuk itu, penyuluhan kehamilan preterm sebanyak 44 orang (12,5
tentang faktor resiko dalam kehamilan perlu %) dan ibu bersalin pada kategori usia
ditingkatkan. Selain itu, pemeriksaan kehamilan aterm sebanyak 308 orang
kehamilan (antenatal care) yang teratur dan (87,5%).
secara rutin sangatlah perlu untuk mencari Untuk hasil analisis bivariat dari 44
tanda-tanda pre-eklampsi sangat penting ibu bersalin pada kategori usia kehamilan
dalam usaha pencegahan pre-eklampsi dan preterm, sebanyak 36 orang (81,8%) yang
eklampsi. mengalami pre-eklampsi. Sedangkan dari
308 ibu bersalin pada kategori usia kehamilan, resiko untuk mengalami pe-
kehamilan aterm, sebanyak 100 orang eklampsi akan semakin tinggi.
(32,5%) yang mengalami pre-eklampsi. Dari
hasil uji chi-square didapatkan P.Value = Gravida
0,000 lebih kecil dari a = 0,05 sehingga Salah satu faktor yang mempengaruhi
terdapat hubungan yang bermakna antara kejadian pre-eklampsi – eklampsi adalah
usia kehamilan dengan kejadian pre- jumlah primigravida, terutama primigravida
eklampsi pada ibu bersalin. muda (Manuaba,1998:241).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil Wanita dengan kehamilan pertama
penelitian Marlina (2007:39) di RSUP Dr. mempunyai resiko lebih tinggi untuk
Mohammad Hoesin Palembang yang mengalami pre-eklampsi dari wanita lainnya
menyatakan bahwa ada hubungan yang (Curtis,2000:203).
bermakna antara umur dengan kejadian pre- Pre-eklampsi umumnya hanya terjadi
eklampsi. Dimana dari 12 orang ibu bersalin pada kehamilan pertama, sehingga para ibu
yang usia kehamilannya preterm sebanyak tidak perlu risau terkena pre-eklampsi lagi
10 (83,3 %) yang mengalami pre-eklampsi. pada kehamilan berikutnya
Sedangkan dari 84 orang ibu bersalin yang (Tara,dkk:2003:57).
usia kehamilannya aterm sebanyak 27 (32,1
Berdasarkan penelitian disimpulkan
%) yang mengalami pre-eklampsi. bahwa pre-eklampsi lebih sering terjadi pada
Namun hasil penelitian ini tidak sesuai kehamilan pertama (Indarti,2004:60).
dengan hasil penelitian Sudhaberata (2001) Pre-eklampsi banyak ditemukan pada
yang dilakukan di Rumah Sakit Umum primigravida. Primigravida merupakan
Tarakan Kalimantan Timur dimana faktor resiko terjadinya pre-eklampsi yaitu
frekuensi kejadian pre-eklampsi terbanyak sebesar 8,93 kali dibandingkan dengan
terdapat pada kelompok usia kehamilan multigravida. Biasanya pada multigravida
ibu 37-42 minggu yaitu sebesar 86 ,44%. gejalanya lebih ringan (Herlyssa,2005:37-
Begitu juga dengan hasil penelitian 38).
Amiruddin,dkk (2007:13) yang menyatakan Primigravida berada pada resiko terbesar
bahwa biasanya pre-eklampsi muncul pada terhadap pre-eklampsi – eklampsi
triwulan ketiga kehamilan, dan bisa juga (WHO,1995 dalam Purnamasari 2006:27).
pada awal triwulan. Dimana distribusi Pada primigravida frekuensi pre-
kejadian pre-eklampsi – eklampsi terbanyak eklampsi lebih tinggi dibandingkan dengan
ditemukan pada usia kehamilan antara 37-42 multigravida, terutama primigravida muda
minggu. (Wiknjosastro,2006:287).
Pre-eklampsi sering muncul setelah Salah satu determinan yang
kehamilan 20 minggu, hal ini mengkin mempengaruhi terjadinya pre-eklampsi –
disebabkan kerja plasenta yang semakin eklampsi yaitu primigravida atau nullipara,
aktif untuk pengambilan nutrisi bagi janin terutama pada umur reproduksi ekstrem,
sehingga menyebabkan kenaikan tekanan yaitu remaja dan umur 35 tahun keatas
darah sebagai tanda meningkatnya (Amiruddin,dkk,2007:14).
metabolisme organ tubuh ibu. Untuk itu, Prevalensi pre-eklampsi sepuluh kali
pemeriksaan kehamilan (antenatal care) lebih sering terjadi pada kehamilan pertama;
yang teratur dan secara rutin mencari tanda- keguguran dan penghentian kehamilan
tanda pre-eklampsi sangat penting dalam memberikan perlindungan terhadap penyakit
usaha pencegahan pre-eklampsi dan ini pada kehamilan berikutnya
eklampsi, karena semakin tua umur (Chapman,2006:162).
Menurut sudhaberata (2001) pre- 2. Distribusi frekuensi ibu bersalin yang
eklampsi sering terjadi pada kehamilan umurnya beresiko sebesar 34,9 %,
pertama dan tidak timbul lagi pada sedangkan ibu bersalin yang umur tidak
kehamilan berikutnya. Hal ini dpat beresiko sebesar 65,1%. Ibu bersalin
diterangkan bahwa pada kehamilan pertama yang usia kehamilannya preterm sebesar
pembentukan blocking antibodies terhadap 12,5 %, sedangkan ibu bersalin yang
antigen plasenta tidak sempurna, yang usia kehamilannya aterm sebesar 87,5%.
semakin sempurna pada kehamilan Ibu bersalin yang primigravida sebesar
berikutnya. 34,9%, sedangkan ibu bersalin yang
Hasil analisis univariat menunjukkan multigravida sebesar 65,1%.
jumlah ibu bersalin pada kategori 3. Ada hubungan yang bermakna antara
primigravida sebanyak 123 orang (34,9%) umur dengan kejadian pre-eklampsi pada
dan ibu bersalin pada kategori multigravida ibu bersalin di Instalasi Rawat Inap
sebanyak 229 orang (65,1%). Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Untuk hasil analisis bivariat dari 123 ibu RSUP Dr. Mohammad Hoesin
bersalin yang primigravida, sebanyak 79 Palembang tahun 2009 dengan P.Value
orang (64,2%) yang mengalami pre- = 0,000
eklampsi. Sedangkan dari 229 ibu bersalin 4. Ada hubungan yang bermakna antara
yang multigravida, sebanyak 57 orang usia kehamilan dengan kejadian pre-
(24,9%) yang mengalami pre-eklampsi. Dari eklampsi pada ibu bersalin di Instalasi
hasil uji chi-square didapatkan p.Value = Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit
0,000 lebih kecil dari a = 0,05 sehingga Kandungan RSUP Dr. Mohammad
terdapat hubungan yang bermakna antara Hoesin Palembang tahun 2009 dengan
gravida dengan kejadian pre-eklampsi pada P.Value = 0,000.
ibu bersalin. 5. Ada hubungan yang bermakna antara
Hal ini tidak sesuai dengan hasil gravida dengan kejadian pre-eklampsi
penelitian Sudhaberata (2001) yang pada ibu bersalin di Instalasi Rawat Inap
dilakukan di Rumah Sakit Umum Tarakan Kebidanan dan Penyakit Kandungan
Kalimantan Timur dimana frekuensi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
kejadian pre-eklampsi pada multigravida Palembang tahun 2009 dengan P.Value
sebesar 54,24% sedangkan pada = 0,000.
primigravida sebesar 45,76%.
Primigravida, terutama primigravida Saran
muda, mempunyai resiko lebih tinggi untuk 1. Bagi RSUP Dr. Mohammad Hoesin
mengalami pre-eklampsi. Untuk itu, Palembang untuk meningkatkan
pemeriksaan kehamilan (antenatal care) antenatal care dan penyuluhan pada ibu-
yang teratur dan secara rutin mencari tanda- ibu hamil mengenai pemeiksaan
tanda pre-eklampsi sangat penting dalam kehamilan, memberikan nasehat, dan
usaha pencegahan pre-eklampsi dan konseling kepada masyarakat untuk
eklampsi, terutama pada primigravida. mendeteksi dini komplikasi-komplikasi
dalam kehamilan seperti hipertensi dan
Kesimpulan
pre-eklampsi-eklampsi yang mungkin
1. Distribusi frekuensi ibu bersalin yang
akan dihadapi ibu hamil selama masa
mengalami pre-eklampsi sebesar 38,6%,
kehamilannya, masa bersalin dan masa
dan yang tidak mengalami pre-eklampsi
nifas.
sebesar 61, 4%.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan 11 Mahyuddin, NS. (2006). Pengembangan
dimasa yang akan datang agar dapat Upaya Keselamatan Ibu (Safe
dikembangkan penelitian lebih lanjut Motherhood) untuk Menurunkan Angka
dan lebih mendalam dengan metode Kematian Ibu Menuju Sumatera Selatan
yang bersifat kualitatif untuk mengetahui Sehat 2008. Palembang : FK-UNSRI.
faktor penyebab serta faktor resiko 12 Manuaba, dkk, IGB. (2007). Pengantar
terjadinya pre-eklampsi. Kuliah Obstetri. Jakarta : EGC.
13 Manuaba, IGB. (1998). Ilmu Kebidanan,
Daftar Pustaka Penyakit Kandungan, dan Keluarga
1 Amiruddin, dkk., Ridwan. (2007). Issu Berencana untuk Pendidikan Bidan.
Mutakhir Tentang Komplikasi Jakarta : EGC.
Kehamilan (Pre-eklampsi dan 14 Notoatmodjo, soekidjo. (2005).
Eklampsi). Medical Journal. (Online). Metodologi Penelitian Kesehatan.
(http://ridwanamiruddin.files.wordpress. Jakarta : Rineka Cipta.
com, diakses 1 April 2008). 15 Pusdiknakes-WHO-JHPIEGO. (2001).
2 Budiarto, Eko. (2002). Biostatistik untuk Buku 2 Asuhan Antenatal. Jakarta.
Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. 16 . (2003).
Jakarta : EGC. Buku 1 Konsep Asuhan Kebidanan.
3 Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Jakarta.
Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. 17 Rekam Medik RSUP Dr. Mohammad
Jakarta : EGC. Hoesin Palembang. (2007). Palembang.
4 Cunningham FG, MacDonald PC, Gant 18 Saifuddin, dkk., Abdul Bari.
NF, eds. (1999). Obstetri William Edisi (2002).Buku Panduan Praktis Pelayanan
ke-18. USA : The Mc Graw Hills Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Companies Inc. Jakarta : YBP-SP.
5 Curtis, Glade B. (2000). Kehamilan di 19 .
Atas Usia 30. Jakarta : Arcan. (2006).Buku Acuan Nasional Pelayanan
6 Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Kesehatan Maternal dan Neonatal.
selatan. (2007). Profil Kesehatan Ibu/KB Jakarta : YBP-SP.
Dinas Kesehatan Kota Palembang 20 Sudhaberata, Ketut. (2001). Profil
Tahun 2007. Palembang. Penderita Pre-eklampsi – Eklampsi di
7 Hastono, sutanto Priyo. (2001). Modul: Rumah sakit Umum Tarakan Kalimantan
Analisa Data. Jakarta : Universitas Timur. (Online).
Indonesia. (http://www.kalbe.co.id, diakses 1 April
8 Herlyssa. (2005). Faktor-faktor yang 2008)
Berhubungan dengan Kejadian Pre- 21 _. (2001). Penanganan
eklampsi pada Ibu Hamil di RSUPN Dr. Pre-eklampsi Berat dan Eklampsi.
Cipto Mangunkusumo. Majalah Bidan Majalah Cermin Dunia Kedokteran
Tahun XXVII Nomor 72. Jakarta : IBI. Nomor 133. Jakarta : CDK Kalbe Farma.
9 Himpunan Kedokteran Feto-Maternal 22 Tara, dkk.,Elizabeth. (2003). Buku
POGI. (2005). Pedoman Penanganan Pintar 50 Inovasi Kesehatan yang
Hipertensi dalam Kehamilan di Mempengaruhi Kehidupan Manusia.
Indonesia Edisi Kedua. Semarang. Jakarta : Restu Agung dan Taramedia.
10 Indarti, Junita. (2004). Panduan 23 Wiknjosastro, Hanifa, AB Saifuddin,
Kesehatan Wanita. Jakarta : Puspa Trijatmo (ed). (2006). Ilmu Kebidanan.
swara. Jakarta : YBP-SP.

You might also like