Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
MUHAMMAD RADIAN
17137060/2017
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang (UU No. 4
Tahun 2009). Pada umumnya penambangan dibagi dua macam yaitu tambang terbuka
dan tambang bawah tanah, pada tambang bawah tanah sangat spesifik karena tidak
berhubungan langsung dengan permukaan dan bekerja pada ruang yang terbatas.
penambangan bawah tanah yang didasari dengan kondisi geologi dan keterdapatan bahan
galian yang kurang ekonomis apabila dilakukan dengan sistem tambang terbuka.
diterapkan oleh CV. Tahiti Coal ialah metode Room and Pillar, dengan tiga lubang
bukaan yaitu THC-01, THC-02 dan THC-03, yang telah melakukan kegiatan
penambangan batubara sejak tahun 2005 dengan luas Izin Usaha Pertambangan (IUP)
53,80 hektar.
Metoda room and pillar adalah kegiatan pengambilan batubara di bawah tanah
dengan cara membuat blok-blok dalam lapisan batubara yang diselingi oleh pillar-pillar
berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang yang berguna sebagai penyangga
alami. Pengambilan batubara tambang bawah tanah CV. Tahiti Coal menggunakan
belincong dan jack hammer, hasil pengambilan batubara dimuat ke stockpile sementara
dan diangkut menggunakan bak lori yang ditarik dengan menggunakan bantuan mesin
lori (Drum hoist) dan sling, lalu dibongkar di Dumptruck dan dibawa ke stockpile
Kondisi Umum Geologi Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo (1995) daerah penelitian
termasuk dalam anggota Bawah Formasi Ombilin (Tmol), yang menumpang pada batuan
Granit
Stratigrafi Regional Endapan batubara terjadi pada kala oligosen diendapkan dalam
cekungan antara gunung (inter mountain basin) yang dikenal dengan cekungan ombilin
dan mempunyai luas ± 800 km 2 yang berkembang sejak zaman awal tersier memanjang
pada arah barat-tenggara, searah dengan struktur geologi yang banyak terdapat patahan
dan lipatan (Koesoemadinata dan Matasak, 1981). Batubara ini terletak di bagian barat
cekungan ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan nama formasi
Sawahlunto. Secara umum lapisannya tanah penutup batubara terdiri dari batulempung
terletak pada dua jalur yang terpisah yaitu jalur yang menjurus dari Sawahlunto sampai
sawah rasau dan dari tanah hitam terus ke timur dan kemudian ke arah utara yang disebut
parambahan.
Sedangkan batubara sendiri adalah bahan bakar fosil paling melimpah yang
ditemukan di bumi yang dibentuk dari berbagai jenis tumbuhan yang telah mati jutaan
tahun. Bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang terbentuk jutaan tahun yang lalu
dan dianggap sebagai sumber daya tak terbarukan. Bahan bakar fosil tersebut juga
Petrografi batubara adalah studi tentang unsur organik dan anorganik mikroskopis
dalam batubara dan tingkat metamorfosis atau peringkat batubara (Falcon & Snyman,
1986). Analisa petrografi ini digunakan untuk menentukan komposisi maseral batubara
dan nilai reflektansi vitrinite yang nantinya akan merujuk pada peringkat batubara.
Analisis Proksimat merupakan cara mengevaluasi batubara yang paling sederhana. Oleh
karena itu, sangat banyak dilakukan orang. Di dalam literatur, istilah ash dan zat mineral
anorganik digunakan secara bersama yang satu dapat menggantikan lainnya. Ash adalah
residu yang tertinggal setelah batubara dibakar. Ash berbeda dengan banyaknya dan
susunan kimia dari zat mineral dalam batubara yang disebabkan pemecahan termis zat
Kualitas batubara merupakan faktor dasar dalam pengambilan keputusan oleh pihak
konsumen untuk memilih produk yang dihasilkan oleh produsen. Untuk dapat
mengetahui serta memperoleh data kualitas batubara yang dihasilkan selama proses
batubara ditentukan oleh beberapa parameter yang terkandung dalam batubara yang
ditentukan dari sejumlah analisis di laboratorium seperti total moisture, ash content,
volatile matter, fixed karbon dan total sulphur. (Mustasim Billah, 2010)
Penentuan peringkat (rank) batubara merupakan hal yang perlu dilakukan dengan
batubara peringkat rendah memiliki harga jual rendah, sebaliknya batubara peringkat
tinggi akan memiliki harga jual yang tinggi pula. Untuk penentuan peringkat (rank)
batubara serta peringkat (rank) batubara pada formasi sawahlunto, cekungan ombilin.
Lokasi ini dipilih dikarenakan belum adanya analisa dengan metode yang serupa, dengan
harapan penelitian ini bisa menjadi tolak ukur serta referensi bagi perusahaan tambang
batubara yang berada pada lokasi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini
SAWAHLUNTO”
B. Identifikasi Masalah
C. Batasan Masalah
1. Pada penelitian ini memfokuskan kepada dua jenis analisis untuk menentukan
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang sudah dibahas di atas,
analisa petrografi?
analisa proksimat?
E. Tujuan Penelitian
analisa petrografi.
analisa proksimat.
F. Manfaat Penelitian
perusahaan maupun bagi peneliti. Berikut manfaat yang dapat di peroleh dari
penelitian ini :
1. Bagi Peneliti, Peneliti dapat mengetahui perbedaan peringkat (rank) pada batubara
2. Bagi Perusahaan, dapat dijadikan acuan jika terdapat perbedaan (rank) pada batubara
A. Deskripsi Perusahaan
1. Sejarah Perusahaan
CV. Tahiti Coal merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan,
lahan yang di kelola CV. Tahiti Coal dulunya merupakan tanah Ulayat Kolok, Sijantang.
Dimana pada awal tahun 2005 PT. Bukit Asam sebagai perusahaan yang terlebih dahulu
Daerah Sawahlunto.
CV. Tahiti Coal telah melakukan kegiatan penambangan batubara sejak tahun
Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi kepada CV. Tahiti Coal. Selain itu CV. Tahiti
Coal juga telah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batubara
dan dilanjutkan dengan Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi
dengan nomor PERINDAGKOP Tahun 2010, tanggal 21 Oktober 2010 seluas 53,80 Ha
dengan masa berlaku selama 8 (delapan) tahun. Secara administrasi lokasi izin tersebut
Bahan galian yang ditambang oleh CV. Tahiti Coal terbagi dalam dua golongan
diantaranya Seam A dan Seam C yang memiliki berat jenis 1250 Kg/m 3 dengan
yang diterapkan oleh CV. Tahiti Coal dengan metoda room and pillar. Metoda room and
pillar adalah kegiatan pengambilan batubara di bawah tanah dengan cara membuat blok-
blok dalam lapisan batubara yang diselingi oleh pillar-pillar berbentuk bujur sangkar
belincong dan jack hammer, hasil pengambilan batubara dimuat ke stockpile sementara
dan diangkut menggunakan bak lori yang ditarik dengan menggunakan bantuan mesin
lori (Drum hoist) dan sling, lalu dibongkar di Dumptruck dan dibawa ke stockpile
Kondisi Umum Geologi Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo (1995) daerah penelitian
termasuk dalam anggota Bawah Formasi Ombilin (Tmol), yang menumpang pada batuan
Granit
2. Kondisi Geografis
Secara geografis wilayah penambangan CV. Tahiti Coal terletak pada koordinat
100o 45’ 10’’ BT – 100o 45’ 40’’ BT dan 00o 37’ 20’’ LS – 00o 37’ 50’’ LS. Lokasi tambang
CV. Tahiti Coal terletak kurang lebih 100 Km arah timur laut dari kota Padang dan dapat
dicapai melalui jalan raya Padang – Solok – Sawahlunto (100 km). Dari kota Sawahlunto
lokasi tambang dapat dicapai melalui jalan kota Sawahlunto-Talawi dengan perjalanan darat
2 sampai 3 jam.
Secara geologi di CV. Tahiti Coal terdiri atas batuan formasi Ombilin (batu pasir,
konglomerat dan batubara), formasi Brani (sisipan pasir, dan konglomerat), formasi
Selungkang (andesit dan batu gamping), formasi selungkang (batu gamping), formasi
selungkang (batu gamping), dan formasi Tuf (batu gamping), sedangkan formasi pembawa
batubara di CV. Tahiti Coal berasal dari formasi Ombilin. Dimana formasi Ombilin adalah
formasi utama dalam membawa batubara, sedangkan formasi lainnya tidak membawa
utama yaitu kelompok batuan Pra-Tersier dan kelompok batuan Tersier. Berikut
a. Formasi Silungkang: Formasi ini dibedakan menjadi empat satuan, yaitu lava
andesit, lava basalt, tufa andesit dan tufa basalt, formasi ini diperkirakan
b. Formasi Tuhur: Formasi ini dicirikan oleh lempung abu-abu kehitaman berlapis
baik dengan sisipan-sisipan batu pasir dan batu gamping hitam, formasi ini
mengandung batubara, yang dicirikan dengan adanya batu lanau, batu lempung, dan
c. Formasi Brani : Formasi ini terdiri dari konglomerat dan batu pasir kasar yang
berwarna cokelat keunguan, dengan kondisi terpilah baik, padat, keras dan umumnya
Paleosen.
d. Formasi Sawahtambang: Bagian bawah formasi ini dicirikan oleh beberapa siklus
endapan yang terdiri dari batu pasir konglomerat tanpa adanya sisipan lempung atau
e. Formasi Ombilin: Formasi ini terdiri dari lempung gampingan, napal dan pasir
gampingan yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis dan mengandung fosil,
f. Formasi Ranau: Formasi ini terdiri dari tufa, batu apung berwarna abu-abu
terletak pada sub-cekungan kiliran yang merupakan bagian dari suatu sistem
mulai dari farmasi minas, sihapas, sampai farmasi pemantang yang memberi
petunjuk bahwa hal endapan berlangsung terus menerus hingga kuater, tidak
demikian halnya dengan bagian sebelah barat. pada bagian ini merupakan
3. Sistem Penambangan
metoda room and pillar. Metoda room and pillar adalah kegiatan pengambilan
batubara di bawah tanah dengan cara membuat blok-blok dalam lapisan batubara
yang diselingi oleh pillar-pillar berbentuk bujur sangkar atau empat persegi
nama: lubang THC 01, lubang THC 02, dan lubang THC 03, hasil pengambilan
tambang dilakukan dan diangkut dengan menggunakan bak lori yang ditarik
dengan menggunakan bantuan mesin lori (Drum hoist) dan sling, apabila bak
lori sudah penuh, lalu dibongkar di Dump truck dan dibawa ke stockpile,
umumnya satu Dump truck akan terisi penuh dengan muatan 10-15 kali pengisian
bak lori penuh.
dari Dump truck menuju tempat penyimpanan stockpile sementara adalah ± 1 km,
di stockpile sementara inilah batubara akan ditumpuk sesuai dengan asal batubara
per seam, dimana batubara akan dibagi posisinya sesuai dengan kualitas masing-
kalori. Dengan pemisahan ini, maka akan dengan mudah dilakukan analisa untuk
B. Batubara
Menurut (Ahlul Mahmud, 2013), “Batu bara adalah salah satu bahan
bakar fosil, pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar,
karbon , hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang
memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam
berbagai bentuk”.
sampai dalam.
adalah substansi heterogen yang dapat terbakar dan terbentuk dari banyak
berbeda.
Dekomposisi tanaman ini terjadi karena proses biologi dengan mikroba dimana
banyak oksigen dalam selulosa diubah menjadi karbondioksida (CO2) dan air
lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam jangka waktu berjuta-
batubara yang paling tinggi adalah antrasit, Selain kandungan C, H dan O juga
terdapat kandungan lain seperti belerang (S), nitrogen (N), serta kandungan
mineral lainnya seperti silika, aluminium, besi, kalsium dan magnesium yang
pada saat pembakaran batubara akan tertinggal sebagai abu. Karena batubara
merupakan bahan galian fosil padat yang sangat heterogen, maka batubara
berbeda–beda.
C. Rank Batubara
Berdasarkan dari mutu atau tingkatannya batubara dikelompokkan
menjadi kelas:
1. Gambut
Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar, berasal dari
tumpukan hancuran, atau bagian dari tumbuhan yang terhumidifikasi dalam kondisi
tertutup udara, tidak padat, kandungan air lebih dari 75%, dan kandungan mineral
2. Lignit
dalam tingkat klasifikasi batubara berada pada daerah transisi dari jenis
memiliki tekstur seperti kayu dengan brown coal. Jenis batubara ini
Batubara lignit bercirikan memiliki warna hitam kecoklatan, rapuh, kalori rendah,
kandungan karbon sedikit sedangkan kandungan air, sulfur, dan abu banyak.
Kandungan air sekitar 35% hingga 75%. 13,5% dari Batubara lignit di gasifikasi
menjadi gas alam sintetis dan 7,5% digunakan untuk memproduksi pupuk berbasis
ammonia. Karena tingginya relativitas berat terhadap jumlah panas, lignit biasanya
digunakan dalam bentuk bubuk untuk pembangkit listrik berbahan bakar batubara.
3. Subtituminus
Batubara bituminus memiliki warna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalori
tinggi, kandungan karbon relatif tinggi sekitar 68% - 86%, kandungan abu, air 8-
10%, dan sulfur sedikit. Kandungan volatile meter bervariasi dari sedang hingga
tinggi.
5. Antrasit
kalori tinggi, kandungan karbon sangat tinggi yang berkisar 86%-98%, kandungan air
kecil 8%, abu, dan sulfur sangat sedikit. Antrasit terbentuk dari transformasi
D. Kualitas Batubara
dengan cara analisis parameter tertentu baik secara fisik maupun secara kimia.
Parameter yang ditentukan dari suatu analisis batubara tergantung tujuan untuk
apa batubara tersebut digunakan, selain itu batubara juga disefinisikan sebagai
parameter kualitas yang menggambarkan tingkat nilai dari batubara itu sendiri.
Menurut Putri (2011) Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari
oleh mineral matter penyusunnya terdiri dari dalam derajat pembentukan (rank).
disebut juga batubara peringkat rendah, seperti lignit dan sub-bituminus biasanya
lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah,
memiliki moisture yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga memiliki
akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat.
Selain itu, kelembaban batubara pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya
akan meningkat, sehingga memiliki kandungan energi yang juga semakin besar
(Tirasonjaya, 2006).
heating value yang paling besar dan kandungan moisture yang terendah diantara
lainnya. Oleh sebab itu, batubara jenis ini merupakan batubara yang paling tinggi
kualitasnya. Hal ini dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau peralatan yang
yang akan digunakan, sehingga mesin tersebut dapat berfungsi optimal dan tahan
seam, sehingga batubara memiliki tingkat variabilitas tinggi baik fisik maupun
kimia, dan tidak hanya bervariasi secara vertikal namun juga horizontal. Akibat
kandungan zat terbang (volatile matter/VM), kadar karbon, kadar abu, kadar
sulfur, titik leleh abu batubara (ash fusion, temperature, AFT), dan nilai kalor
(Sukandarrumidi, 1995).
E. Parameter Kualitas Batubara
proses blending supaya batubara terjual dan sesuai dengan kriteria permintaan
konsumen dengan harga yang lebih ekonomis, namun dalam penjualan batubara,
ada beberapa hal yang harus dipenuhi selain nilai kalori seperti : Parameter-
1. Analisa Proksimat
misalnya dry basis, dry ash free, mineral matter free, as received, dan lain-
batubara. Oleh karena sebagian besar moisture ini terdapat pada permukaan
batubara, maka semakin luas permukaan suatu batubara, semakin besar pula
jumlah free moisture-nya. Kandungan air bebas dapat dihilangkan dengan cara
diangin- anginkan atau i anaskan engan temperatur tidak lebih dari 40˚.
Kandungan air bawaan adalah kandungan air yang terikat secara fisik dalam
batubara, pada struktur pori-pori bagian dalam. Inherent moisture juga disebut
batubara yang relatif kecil. Secara teori dinyatakan bahwa inherent moisture
terdapat pada kondisi dengan tingkat kelembaban 100% serta suhu 30º. Moisture
yang terkandung dalam batubara dan tidak menguap atau hilang dengan
pengeringan udara pada suhu lingkungan walaupun batubara tersebut telah digerus
dalam oven dengan suhu 105º -110º. Banyaknya jumlah kandungan air bawaan
naiknya peringkat batubara maka kandungan air bawaan pada batubara akan
semakin kecil.
Analisa ini untuk mengetahui akumulasi jumlah abu yang dihasilkan dari
proses pembakaran batubara. Kadar abu dalam batubara dapat menurunkan nilai
kalori hasil pembakaran batubara. Kandungan batubara terdiri dari 3 unsur yaitu
air, zat organik (coal matter), dan material anorganik (mineral matter). Mineral
matter terdiri atas 2 macam yaitu material anorganik bawaan (inherent mineral
matter), serta mineral dari luar batubara (extraneous mineral matter). Inherent
rawa-rawa dam sulit dipisahkan dari batubara, biasanya berjumlah 0,5 – 1,0%.
terbawa oleh air ke lapisan batubara pada waktu pembetukannya. EMM dapat
Definisi volatile matter (VM) ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel
batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah proses
penghilangan kadar moisture). Zat terbang terdiri dari combustible gases (gas-gas
yang mudah terbakar) seperti Hidrogen, CO, dan 𝐶𝐻4 serta gas-gas yang dapat
dikondensasikan seperti tar dengan sejumlah kecil gas-gas yang tidak terbakar
seperti 𝐶𝑂2 dan air yang terbentuk karena hasil dehidrasi dan kalsinasi. Moisture
oven akan memberikan hasil yang berbeda dengan sampel yang dikering-
Volatile Matter sangat erat kaitannya dengan rank batubara, makin tinggi
VM, yaitu :
Antrasit.
d) Volatile diantara 32% dmmmf dengan coal rank 400-900 yaitu Haig
Volatile Coal
d. Fixed Carbon
Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam material
sisa setelah volatile matter dihilangkan. FC ini mempresentasikan hasil penguraian dari
komponen organic batubara ditambah senyawa nitrogen, belerang, hidrogen, dan oksigen
yang terserap atau bersatu secara kimiawi. Apabila ash dan zat mineral telah dikoreksi,
maka kandungan FC dapat dipakai sebagai indeks rank batubara dan parameter untuk
mengklasifikasikan batubara.
FC = 100 – ( A + VM + IM) %
Keterangan :
FC=FixedCarbon(%)
FR = FC : VM
bituminous = (0,5-3). Semakin tinggi nilai fuel ratio, karbon yang tidak terbakar
semakin banyak.
F. Nilai Kalor
Kalor (Calorific Value) atau nilai kalor yaitu jumlah panas yang dihasilkan apabila
sejumlah tertentu batubara dibakar. Panas ini merupakan reaksi eksotermal yang melibatkan
senyawaan hidrokarbon dan oksigen. Nilai kalori ditentukan dari kenaikan suhu pada saat
sejumlah tertentu batubara dibakar. Nilai panas batubara dihitung berdasarkan selisish suhu awal
dan akhir pembakaran. Nilai kalori yaitu besarnya panas yang dihasilkan dari pembakaran
batubara yang dinyatakan dalam Kcal/kg. Nilai kalori dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Gross Calorific Value (GCV) adalah nilai kalori kotor sebagai nilai
kalor. Harga nilai kalori bersih ini dapat dicari setelah nilai kalori
G. Kerangka Konseptual
Pada penelitian tugas akhir ini dapat dilihat kerangka konseptualnya seperti dijelaskan
INPUT
Data Primer Data Sekunder
-Pengambilan Sampel -Peta Geologi
-Preparasi Sampel - Standar ASTM
-Analisis Sampel
PROSES
1. Melakukan uji pertrografi di laboratorium
2. Melakukan uji proksimat di laboratorium
OUTPUT
1. Komposisi maseral pada sampel batubara
2. Nilai reflektansi vitrinite pada sampel batubara
3. nilai jumlah air (moisture), zat terbang (volatile
matter), karbon padat (fixed carbon) dan kadar abu
(ash) pada sampel batubara
4. Peringkat (rank) pada sampel batubara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
dengan teliti, jelas, sistematik, dan dapat dipertanggung jawabkan (metode ilmiah).
A. Jenis Penelitian
Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang mengacu kepada
penelitian eksperiman. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang
bersifat sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal pembuatan desain penelitian
a. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian tugas akhir ini adalah di CV. Tahiti Coal yang
Sumatera Barat. Sistem penambangan yang diterapkan oleh CV. Tahiti Coal
adalah tambang bawah tanah, untuk saat sekarang ini di CV. Tahiti coal
b. Waktu Penelitian
C. Teknik Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Studi literatur merupakan data yang didapat dijadikan sebagai data sekunder
dengan mempelajari teori yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas, disamping
itu juga buku dan paper yang berkaitan dengan judul atau tema penelitian tersebut.
b. Pengambilan Data
Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung
dilapangan, sedangkan data sekunder didapat dari literatur atau referensi dari sumber lain.
Dalam penyelesaian masalah pada skripsi ini penulis melakukan pengambilan data antara
lain :
1) Data Primer
a) Sampel Batubara
2) Data Sekunder
a) Peta Geologi
b) Standar ASTM
menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu kejadian ke suatu kejadian
lainnya, serta memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya. Teknik analisis data yang
digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan analisis petrografi dan analisis
proksimat. Hasil dari analisis tersebut nantinya akan dikorelasikan dengan peringkat
E. Kerangka Metodologi
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data
1. Data 2. Data
Primer: Sekunder
- Sampel Uji - Peta Geologi
Batubara - Standar
ASTM
Ernita, Tri, Riko Ervil, Nofriadiman, Meldia Fitri, 2016. “Buku Panduan
Penulisan dan Ujuan Skripsi”, Sekolah Tinggi Teknologi Industri.
Prasetyo, Agung, Agus Triantoro, Uyu Saismana, Wahyu Permadi, Hafidz Noor
Fikri, 2016. “Optimasi Pencampuran Batubara
MelaluiSimulasiBerdasarkan Kriteria Parameter Batubara.” Jurnal
Himasapta. Hlm.11-16.
Bawah Tanah Pada Lubang THC-04 CV. Tahiti Coal Untuk Mencapai Target Produksi
Bawah Tanah THC 01 CV. Tahiti Loal Sangkar Puyuh Sikalang Sawahlunto Sumatera