You are on page 1of 26

PROPOSAL TUGAS AKHIR

STUDI PENENTUAN PERINGKAT BATUBARA BERDASARKAN ANALISIS


PETROGRAFI DAN ANALISIS PROKSIMAT PADA BATUBARA CV. TAHITI
COAL SAWAHLUNTO

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Studi S-1 Teknik Pertambangan

Oleh:

MUHAMMAD RADIAN
17137060/2017

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


DEPARTEMEN TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka

penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang rneliputi

penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan

dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang (UU No. 4

Tahun 2009). Pada umumnya penambangan dibagi dua macam yaitu tambang terbuka

dan tambang bawah tanah, pada tambang bawah tanah sangat spesifik karena tidak

berhubungan langsung dengan permukaan dan bekerja pada ruang yang terbatas.

penambangan bawah tanah yang didasari dengan kondisi geologi dan keterdapatan bahan

galian yang kurang ekonomis apabila dilakukan dengan sistem tambang terbuka.

CV. Tahiti Coal melakukan kegiatan penambangan di desa Sikalang, kecamatan

Talawi, kabupaten Sawahlunto, provinsi Sumatera Barat. Metode penambangan yang

diterapkan oleh CV. Tahiti Coal ialah metode Room and Pillar, dengan tiga lubang

bukaan yaitu THC-01, THC-02 dan THC-03, yang telah melakukan kegiatan

penambangan batubara sejak tahun 2005 dengan luas Izin Usaha Pertambangan (IUP)

53,80 hektar.

Metoda room and pillar adalah kegiatan pengambilan batubara di bawah tanah

dengan cara membuat blok-blok dalam lapisan batubara yang diselingi oleh pillar-pillar

berbentuk bujur sangkar atau empat persegi panjang yang berguna sebagai penyangga

alami. Pengambilan batubara tambang bawah tanah CV. Tahiti Coal menggunakan

belincong dan jack hammer, hasil pengambilan batubara dimuat ke stockpile sementara

dan diangkut menggunakan bak lori yang ditarik dengan menggunakan bantuan mesin

lori (Drum hoist) dan sling, lalu dibongkar di Dumptruck dan dibawa ke stockpile

Kondisi Umum Geologi Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo (1995) daerah penelitian
termasuk dalam anggota Bawah Formasi Ombilin (Tmol), yang menumpang pada batuan

Granit

Stratigrafi Regional Endapan batubara terjadi pada kala oligosen diendapkan dalam

cekungan antara gunung (inter mountain basin) yang dikenal dengan cekungan ombilin

dan mempunyai luas ± 800 km 2 yang berkembang sejak zaman awal tersier memanjang

pada arah barat-tenggara, searah dengan struktur geologi yang banyak terdapat patahan

dan lipatan (Koesoemadinata dan Matasak, 1981). Batubara ini terletak di bagian barat

cekungan ombilin dan terdapat pada formasi batuan yang dikenal dengan nama formasi

Sawahlunto. Secara umum lapisannya tanah penutup batubara terdiri dari batulempung

(claystone), batupasir (sandstone) dan batulanau (siltstone). Formasi Sawahlunto ini

terletak pada dua jalur yang terpisah yaitu jalur yang menjurus dari Sawahlunto sampai

sawah rasau dan dari tanah hitam terus ke timur dan kemudian ke arah utara yang disebut

parambahan.

Sedangkan batubara sendiri adalah bahan bakar fosil paling melimpah yang

ditemukan di bumi yang dibentuk dari berbagai jenis tumbuhan yang telah mati jutaan

tahun. Bahan bakar fosil merupakan sumber energi yang terbentuk jutaan tahun yang lalu

dan dianggap sebagai sumber daya tak terbarukan. Bahan bakar fosil tersebut juga

termasuk fraksi minyak bumi dan gas alam.

Petrografi batubara adalah studi tentang unsur organik dan anorganik mikroskopis

dalam batubara dan tingkat metamorfosis atau peringkat batubara (Falcon & Snyman,

1986). Analisa petrografi ini digunakan untuk menentukan komposisi maseral batubara

dan nilai reflektansi vitrinite yang nantinya akan merujuk pada peringkat batubara.

Analisis Proksimat merupakan cara mengevaluasi batubara yang paling sederhana. Oleh

karena itu, sangat banyak dilakukan orang. Di dalam literatur, istilah ash dan zat mineral

anorganik digunakan secara bersama yang satu dapat menggantikan lainnya. Ash adalah

residu yang tertinggal setelah batubara dibakar. Ash berbeda dengan banyaknya dan
susunan kimia dari zat mineral dalam batubara yang disebabkan pemecahan termis zat

mineral pada pemanasan (Muchjidin, 2006).

Kualitas batubara merupakan faktor dasar dalam pengambilan keputusan oleh pihak

konsumen untuk memilih produk yang dihasilkan oleh produsen. Untuk dapat

mengetahui serta memperoleh data kualitas batubara yang dihasilkan selama proses

produksi perlu dilakukan kegiatan pengukuran kualitas batubara. Penilaian kualitas

batubara ditentukan oleh beberapa parameter yang terkandung dalam batubara yang

ditentukan dari sejumlah analisis di laboratorium seperti total moisture, ash content,

volatile matter, fixed karbon dan total sulphur. (Mustasim Billah, 2010)

Penentuan peringkat (rank) batubara merupakan hal yang perlu dilakukan dengan

tujuan untuk menentukan harga keekonomian batubara tersebut. Sebagai contoh,

batubara peringkat rendah memiliki harga jual rendah, sebaliknya batubara peringkat

tinggi akan memiliki harga jual yang tinggi pula. Untuk penentuan peringkat (rank)

batubara, dilakukan dengan metode analisa petrografi dan analisa proksimat.

Sesuai pemaparan di atas, maka penulis akan menentukan komposisi maseral

batubara serta peringkat (rank) batubara pada formasi sawahlunto, cekungan ombilin.

Lokasi ini dipilih dikarenakan belum adanya analisa dengan metode yang serupa, dengan

harapan penelitian ini bisa menjadi tolak ukur serta referensi bagi perusahaan tambang

batubara yang berada pada lokasi tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini

penulis beri judul “Studi Penentuam Peringkat Batubara Berdasarkan Analisis

Petrografi dan Analisis Proksimat pada Batubara di CV. TAHITI COAL

SAWAHLUNTO”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi beberapa

masalah penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Menentukan peringkat batubara dengan Analisis Petrografi dan Analisis Proksimat di

CV. Tahiti Coal Sawahlunto


2. Pemanfaatan batubara dan nilai jual batubara berdasarkan pada peringkat batubara

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah untuk menganalisis pengaruh kualitas batubara

menggunakan bahan kimia agar lebih terarah adalah sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini memfokuskan kepada dua jenis analisis untuk menentukan

peringkat batubara yaitu dengan Analisis Petrografi dan Analisis Proksimat

2. Penentuan Peringkat batubara hanya di lakukan di CV. Tahiti Coal Sawahlunto

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang sudah dibahas di atas,

maka penulis merumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana peringkat (rank) batubara pada daerah penelitian berdasarkan metode

analisa petrografi?

2. Bagaimana peringkat (rank) batubara pada daerah penelitian berdasarkan metode

analisa proksimat?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian di CV. Tahiti Coal ini adalah :

1. Mendapatkan peringkat (rank) batubara pada daerah penelitian berdasarkan metode

analisa petrografi.

2. Mendapatkan peringkat (rank) batubara pada daerah penelitian berdasarkan metode

analisa proksimat.

F. Manfaat Penelitian

Setelah Penelitian ini dilakukan diharapkan dapat memberikan mafaat bagi

perusahaan maupun bagi peneliti. Berikut manfaat yang dapat di peroleh dari

penelitian ini :

1. Bagi Peneliti, Peneliti dapat mengetahui perbedaan peringkat (rank) pada batubara
2. Bagi Perusahaan, dapat dijadikan acuan jika terdapat perbedaan (rank) pada batubara

juga memepengaruhi nilai jual

3. Bagi Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Negeri Padang, Penelitian dapat

dijadikan refensi untuk diadakan penelitian selanjutnya


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Perusahaan
1. Sejarah Perusahaan
CV. Tahiti Coal merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan,

lahan yang di kelola CV. Tahiti Coal dulunya merupakan tanah Ulayat Kolok, Sijantang.

Dimana pada awal tahun 2005 PT. Bukit Asam sebagai perusahaan yang terlebih dahulu

melaksanakan kegiatan penambangan melakukan pelepasan lahan kepada Pemerintah

Daerah Sawahlunto.

CV. Tahiti Coal telah melakukan kegiatan penambangan batubara sejak tahun

2005 setelah memperoleh Kuasa Pertambangan Eksploitasi berdasarkan Keputusan

Walikota Sawahlunto Nomor PERINDAGKOP Tahun 2005, tentang Pemberian Izin

Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi kepada CV. Tahiti Coal. Selain itu CV. Tahiti

Coal juga telah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi Batubara

berdasarkan Keputusan Walikota Sawahlunto dengan Nomor PERINDAGKOP Tahun

dan dilanjutkan dengan Perpanjangan Izin Usaha Pertambangan (IUP) Operasi Produksi

dengan nomor PERINDAGKOP Tahun 2010, tanggal 21 Oktober 2010 seluas 53,80 Ha

dengan masa berlaku selama 8 (delapan) tahun. Secara administrasi lokasi izin tersebut

berada di Sangkar Puyuh, Desa Sijantang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,

Provinsi Sumatera Barat.

Bahan galian yang ditambang oleh CV. Tahiti Coal terbagi dalam dua golongan

diantaranya Seam A dan Seam C yang memiliki berat jenis 1250 Kg/m 3 dengan

kalorinya 7600 Kkal/Kg-7900 Kkal/Kg Metode Penambangan Metoda penambangan

yang diterapkan oleh CV. Tahiti Coal dengan metoda room and pillar. Metoda room and

pillar adalah kegiatan pengambilan batubara di bawah tanah dengan cara membuat blok-

blok dalam lapisan batubara yang diselingi oleh pillar-pillar berbentuk bujur sangkar

atau empat persegi panjang yang berguna sebagai penyangga alami.


Pengambilan batubara tambang bawah tanah CV. Tahiti Coal menggunakan

belincong dan jack hammer, hasil pengambilan batubara dimuat ke stockpile sementara

dan diangkut menggunakan bak lori yang ditarik dengan menggunakan bantuan mesin

lori (Drum hoist) dan sling, lalu dibongkar di Dumptruck dan dibawa ke stockpile

Kondisi Umum Geologi Menurut P.H. Silitonga dan Kastowo (1995) daerah penelitian

termasuk dalam anggota Bawah Formasi Ombilin (Tmol), yang menumpang pada batuan

Granit

2. Kondisi Geografis

Secara geografis wilayah penambangan CV. Tahiti Coal terletak pada koordinat

100o 45’ 10’’ BT – 100o 45’ 40’’ BT dan 00o 37’ 20’’ LS – 00o 37’ 50’’ LS. Lokasi tambang

CV. Tahiti Coal terletak kurang lebih 100 Km arah timur laut dari kota Padang dan dapat

dicapai melalui jalan raya Padang – Solok – Sawahlunto (100 km). Dari kota Sawahlunto

lokasi tambang dapat dicapai melalui jalan kota Sawahlunto-Talawi dengan perjalanan darat

2 sampai 3 jam.

Secara geologi di CV. Tahiti Coal terdiri atas batuan formasi Ombilin (batu pasir,

konglomerat dan batubara), formasi Brani (sisipan pasir, dan konglomerat), formasi

Selungkang (andesit dan batu gamping), formasi selungkang (batu gamping), formasi

selungkang (batu gamping), dan formasi Tuf (batu gamping), sedangkan formasi pembawa

batubara di CV. Tahiti Coal berasal dari formasi Ombilin. Dimana formasi Ombilin adalah

formasi utama dalam membawa batubara, sedangkan formasi lainnya tidak membawa

formasi dari keterdapatan batubara


Sumber CV. Tahiti Coal

Gambar 2.1 Peta Geologi Ragional CV.Tahiti Coal

Secara regional stratigrafi Sawahlunto dapat dibagi menjadi dua bagian

utama yaitu kelompok batuan Pra-Tersier dan kelompok batuan Tersier. Berikut

ini adalah penjelasan dari masing-masing kelompok batuan:

1. Kelompok Batuan Pra Tersier terdiri dari:

a. Formasi Silungkang: Formasi ini dibedakan menjadi empat satuan, yaitu lava

andesit, lava basalt, tufa andesit dan tufa basalt, formasi ini diperkirakan

berumur Perm sampai Trias.

b. Formasi Tuhur: Formasi ini dicirikan oleh lempung abu-abu kehitaman berlapis

baik dengan sisipan-sisipan batu pasir dan batu gamping hitam, formasi ini

diperkirakan berumur Trias.

2. Kelompok Batuan Tersier terdiri dari:

a. Formasi Sangkarewang: Formasi ini terutama terdiri dari serpihan gamping

sampai napal berwarna cokelat kehitaman, berlapis halus dan mengandung


fosil ikan serta tumbuhan yang diendapkan pada lingkungan air tawar, formasi ini

diperkirakan berumur Paleosen.

b. Formasi Sawahlunto: Formasi ini merupakan formasi paling penting karena

mengandung batubara, yang dicirikan dengan adanya batu lanau, batu lempung, dan

berselingan dengan batubara. Formasi ini diendapkan pada lingkungan sungai,

formasi ini diperkirakan berumur Eosen.

c. Formasi Brani : Formasi ini terdiri dari konglomerat dan batu pasir kasar yang

berwarna cokelat keunguan, dengan kondisi terpilah baik, padat, keras dan umumnya

memperlihatkan adanya suatu perlapisan, formasi ini diperkirakan berumur

Paleosen.

d. Formasi Sawahtambang: Bagian bawah formasi ini dicirikan oleh beberapa siklus

endapan yang terdiri dari batu pasir konglomerat tanpa adanya sisipan lempung atau

batu lanau, umur formasi ini diperkirakan Oligosen.

e. Formasi Ombilin: Formasi ini terdiri dari lempung gampingan, napal dan pasir

gampingan yang berwarna abu-abu kehitaman, berlapis tipis dan mengandung fosil,

umur dari formasi ini diperkirakan Miosen bawah.

f. Formasi Ranau: Formasi ini terdiri dari tufa, batu apung berwarna abu-abu

kehitaman, umur dari formasi ini diperkirakan Pleistosen.

Dari hasil observasi yang telah dilakukan, daerah penelitian di yakini

terletak pada sub-cekungan kiliran yang merupakan bagian dari suatu sistem

cekungan intramortana (cekungan pegunungan), yang merupakan bagian dari tengah

pegunungan bukit barisan. cekungan–cekungan tersebut mulai berkembang pada

pertengahan tersier, sebagai akibat pengerakan ulang dari patahan-patahan yang

menyebabkan terbentunnya cekungan-cekungan tektonik di daerah tinggi (intra

mountain basi ) cekungan-cekungan yang terbentuk di antara


pegunungan tersebut merupakan daerah pengendapan batuan-batuan tersier yang

merupakan siklus sendimen tahap kedua.

Endapan-endapan sendimen yang terdapat didalam nya cekungan-

cekungan Sumatera Timur nyaris tergangu oleh orogenesa yang membentuk

pengung bukit barisan,sehingga dapat dijumpai urutan stratifigasi yang selaras,

mulai dari farmasi minas, sihapas, sampai farmasi pemantang yang memberi

petunjuk bahwa hal endapan berlangsung terus menerus hingga kuater, tidak

demikian halnya dengan bagian sebelah barat. pada bagian ini merupakan

cekungan muka (foredeep) dimana sekarang daerah tersebut merupakan busur

luar, non-vulkanik (nonvucanic outer arch), perlipatan-perlipatan dan pensesaran

mempengaruhi sendimen-sendimen tersier bawah dan tengah

3. Sistem Penambangan

Metoda penambangan yang diterapkan oleh CV. Tahiti Coal dengan

metoda room and pillar. Metoda room and pillar adalah kegiatan pengambilan

batubara di bawah tanah dengan cara membuat blok-blok dalam lapisan batubara

yang diselingi oleh pillar-pillar berbentuk bujur sangkar atau empat persegi

panjang yang berguna sebagai penyangga alami.

Pengambilan batubara tambang bawah tanah CV. Tahiti Coal

menggunakan belincong , di CV. Tahiti Coal terdapat 3 lubang, dimana dengan

nama: lubang THC 01, lubang THC 02, dan lubang THC 03, hasil pengambilan

batubara dimuat ke stockpile sementara, pengambilan batubara dari dalam lubang

tambang dilakukan dan diangkut dengan menggunakan bak lori yang ditarik

dengan menggunakan bantuan mesin lori (Drum hoist) dan sling, apabila bak

lori sudah penuh, lalu dibongkar di Dump truck dan dibawa ke stockpile,

umumnya satu Dump truck akan terisi penuh dengan muatan 10-15 kali pengisian
bak lori penuh.

Jarak dari tempat pemuatan batubara antara tempat pemuatan batubara

dari Dump truck menuju tempat penyimpanan stockpile sementara adalah ± 1 km,

di stockpile sementara inilah batubara akan ditumpuk sesuai dengan asal batubara

per seam, dimana batubara akan dibagi posisinya sesuai dengan kualitas masing-

masing dari batubara tersebut, unrtuk menghindari tercampurnya batubara beda

kalori. Dengan pemisahan ini, maka akan dengan mudah dilakukan analisa untuk

kualitas dari masing-masing batubara yang ada di stockpile.

B. Batubara

Menurut (Ahlul Mahmud, 2013), “Batu bara adalah salah satu bahan

bakar fosil, pengertian umumnya adalah batuan sedimen yang dapat terbakar,

terbentuk dari endapan organik, komponen utamanya adalah sisa-sisa tumbuhan

dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari

karbon , hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan organik yang

memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui dalam

berbagai bentuk”.

Batubara juga didefinisikan oleh beberapa ahli, Menurut para ahli,

definisikan batubara adalah sebagai berikut:

1. Menurut Spackerman (dalam Pradinata, 2017:13) Batubara adalah

suatu benda padat karbonan berkomposisi maceral.

2. Menurut The Internasional Hand Book of Coal Petrography (dalam

Pradinata, 2017:13) Batubara adalah batuan sedimen yang mudah

terbakar, terbentuk sisa-sisa tanaman dalam variasi tingkat

pengawetan, diikat oleh proses kompaksi dan terkubur dalam

cekungan-cekungan pada kedalaman yang bervariasi, dari dangkal

sampai dalam.

3. Menurut Prijono (dalam Pradinata, 2017:13) Batubara adalah bahan


bakar hydro-carbon padat yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan

dalam lingkungan bebas oksigen dari terkena pengaruh temperatur

serta tekanan sangat lama.

Berdasarkan beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa batubara

adalah substansi heterogen yang dapat terbakar dan terbentuk dari banyak

komponen dengan kompposisi tumbuhan, yang mempunyai sifat saling

berbeda.

Batubara juga dapat didefinisikan sebagai batuan sedimen yang terbentuk

dari dekomposisi tumpukan tanaman selama kira-kira 300 juta tahun.

Dekomposisi tanaman ini terjadi karena proses biologi dengan mikroba dimana

banyak oksigen dalam selulosa diubah menjadi karbondioksida (CO2) dan air

(H2O). Kemudian perubahan yang terjadi dalam kandungan bahan tersebut

disebabkan oleh adanya tekanan, pemanasan yang kemudian membentuk

lapisan tebal sebagai akibat pengaruh panas bumi dalam jangka waktu berjuta-

juta tahun, sehingga lapisan tersebut akhirnya memadat dan mengeras.

Pola yang terlihat dari proses perubahan bentuk tumbuh–tumbuhan

hingga menjadi batubara yaitu dengan terbentuknya karbon. Kenaikan

kandungan karbon dapat menunjukkan tingkatan batubara. Dimana tingkatan

batubara yang paling tinggi adalah antrasit, Selain kandungan C, H dan O juga

terdapat kandungan lain seperti belerang (S), nitrogen (N), serta kandungan

mineral lainnya seperti silika, aluminium, besi, kalsium dan magnesium yang

pada saat pembakaran batubara akan tertinggal sebagai abu. Karena batubara

merupakan bahan galian fosil padat yang sangat heterogen, maka batubara

mempunyai sifat yang berbeda-beda apabila diperoleh dari lapisan yang

berbeda–beda.
C. Rank Batubara
Berdasarkan dari mutu atau tingkatannya batubara dikelompokkan

menjadi kelas:

1. Gambut

Gambut adalah batuan sedimen organik yang dapat terbakar, berasal dari

tumpukan hancuran, atau bagian dari tumbuhan yang terhumidifikasi dalam kondisi

tertutup udara, tidak padat, kandungan air lebih dari 75%, dan kandungan mineral

lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering.

2. Lignit

Lignit merupakan batubara peringkat rendah dimana kedudukan lignit

dalam tingkat klasifikasi batubara berada pada daerah transisi dari jenis

gambut ke batubara. Lignit adalah batubara yang berwarna hitam dan

memiliki tekstur seperti kayu dengan brown coal. Jenis batubara ini

memiliki umur diperkirakan cretaceous hingga tersier.

Batubara lignit bercirikan memiliki warna hitam kecoklatan, rapuh, kalori rendah,

kandungan karbon sedikit sedangkan kandungan air, sulfur, dan abu banyak.

Kandungan air sekitar 35% hingga 75%. 13,5% dari Batubara lignit di gasifikasi

menjadi gas alam sintetis dan 7,5% digunakan untuk memproduksi pupuk berbasis

ammonia. Karena tingginya relativitas berat terhadap jumlah panas, lignit biasanya

digunakan dalam bentuk bubuk untuk pembangkit listrik berbahan bakar batubara.

(Lignit Energy Council. 1989).

3. Subtituminus

Batubara Subtituminus merupakan peralihan antara lignit hingga bituminous

mempunyai warna hitam kabur, nilai kalori relatif rendah.


4.Bituminus

Batubara bituminus memiliki warna hitam mengkilat, kurang kompak, nilai kalori

tinggi, kandungan karbon relatif tinggi sekitar 68% - 86%, kandungan abu, air 8-

10%, dan sulfur sedikit. Kandungan volatile meter bervariasi dari sedang hingga

tinggi.

5. Antrasit

Karakteristik batubara antrasit adalah warna hitam mengkilat, kompak, nilai

kalori tinggi, kandungan karbon sangat tinggi yang berkisar 86%-98%, kandungan air

kecil 8%, abu, dan sulfur sangat sedikit. Antrasit terbentuk dari transformasi

bituminus dimana lapisan mengalami proses geotektonik.

D. Kualitas Batubara

Menurut Widodo (2012) Kualitas Batubara adalah dapat ditentukan

dengan cara analisis parameter tertentu baik secara fisik maupun secara kimia.

Parameter yang ditentukan dari suatu analisis batubara tergantung tujuan untuk

apa batubara tersebut digunakan, selain itu batubara juga disefinisikan sebagai

parameter kualitas yang menggambarkan tingkat nilai dari batubara itu sendiri.

Menurut Putri (2011) Kualitas batubara adalah sifat fisika dan kimia dari

batubara yang mempengaruhi potensi kegunaannya. Kualitas batubara ditentukan

oleh mineral matter penyusunnya terdiri dari dalam derajat pembentukan (rank).

Tingkat pembatubaraan secara umum dapat diasosiasikan dengan mutu

atau kualitas batubara. Batubara dengan tingkat pembatubaraan yang rendah,

disebut juga batubara peringkat rendah, seperti lignit dan sub-bituminus biasanya

lebih lembut dengan materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah,

memiliki moisture yang tinggi dan kadar karbon yang rendah, sehingga memiliki

kandungan energi yang rendah. Semakin tinggi peringkat batubara, umumnya

akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan semakin hitam mengkilat.
Selain itu, kelembaban batubara pun akan berkurang sedangkan kadar karbonnya

akan meningkat, sehingga memiliki kandungan energi yang juga semakin besar

(Tirasonjaya, 2006).

Jika energi semakin besar batubara lebih sempurna karena memiliki

heating value yang paling besar dan kandungan moisture yang terendah diantara

lainnya. Oleh sebab itu, batubara jenis ini merupakan batubara yang paling tinggi

mutunya. Dalam pemanfaatannya, batubara harus diketahui terlebih dulu

kualitasnya. Hal ini dimaksudkan agar spesifikasi mesin atau peralatan yang

memanfaatkan batubara sebagai bahan bakarrya sesuai dengan mutu batubara

yang akan digunakan, sehingga mesin tersebut dapat berfungsi optimal dan tahan

lama (Sukandarrumidi, 1995).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas batubara:

1) Jenis tanaman merupakan faktor yang paling berpengaruh.

2) Kondisi pembusukan seperti kedalaman, temperatur, derajat keasaman

dan gerakan air.

3) Cara pendeposisian dan penimbunan oleh sedimen. Jika sedimen

batubara organic dan anorganic berinteraksi secara intim, maka akan

berpengaruh banyak pada tingkat (grade) batubara.

Karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan coal field dan coal

seam, sehingga batubara memiliki tingkat variabilitas tinggi baik fisik maupun

kimia, dan tidak hanya bervariasi secara vertikal namun juga horizontal. Akibat

variabilitas ini dilakukanlah parameterisasi kualitas batubara untuk memudahkan

pemanfaatannya, yang lazim digunakan adalah ukuran, tingkat kekerasan

(hardgrove grindability index, HGI), kadar kelembaban (total moisture),

kandungan zat terbang (volatile matter/VM), kadar karbon, kadar abu, kadar

sulfur, titik leleh abu batubara (ash fusion, temperature, AFT), dan nilai kalor

(Sukandarrumidi, 1995).
E. Parameter Kualitas Batubara

Dalam upaya pemenuhan kriteria permintaan konsumen, maka dilakukan

proses blending supaya batubara terjual dan sesuai dengan kriteria permintaan

konsumen dengan harga yang lebih ekonomis, namun dalam penjualan batubara,

ada beberapa hal yang harus dipenuhi selain nilai kalori seperti : Parameter-

parameter kualitas batubara dalam melakukan blending adalah :

1. Analisa Proksimat

Analisa pendahuluan untuk mengetahui kualitas batubara secara pasar

maupun perdangangan. Analisa proximate terdiri dari 4 (empat) nilai analisa

yang jika dijumlahkan akan bernilai 100%, yaitu:

a. Kandungan air merupakan analisa untuk menentukan kadar air yang

terkandung pada batubara. Nilai moisture dapat digunakan untuk

menghitung hasil-hasil analisa ke dalam basis (kondisi) yang berbeda

misalnya dry basis, dry ash free, mineral matter free, as received, dan lain-

lain. Kandungan air total terbagi menjadi dua, yaitu :

1. Kandungan Air Bebas (Free Moisture)

Kandungan air bebas merupakan kandungan air yang terdapat pada

permukaan dan retakan-retakan batubara. Jumlah kandungan air bebas dipengaruhi

oleh tingkat kelembaban, transportasi, penimbunan dan distribusi ukuran butir

batubara. Oleh karena sebagian besar moisture ini terdapat pada permukaan

batubara, maka semakin luas permukaan suatu batubara, semakin besar pula

jumlah free moisture-nya. Kandungan air bebas dapat dihilangkan dengan cara

diangin- anginkan atau i anaskan engan temperatur tidak lebih dari 40˚.

2. Kandungan Air Bawaan (Inherent Moisture)

Kandungan air bawaan terdapat pada saat proses pembentukan batubara.

Kandungan air bawaan adalah kandungan air yang terikat secara fisik dalam
batubara, pada struktur pori-pori bagian dalam. Inherent moisture juga disebut

moisture yang dianggap terdapat dalam rongga-rongga kapiler dan pori-pori

batubara yang relatif kecil. Secara teori dinyatakan bahwa inherent moisture

terdapat pada kondisi dengan tingkat kelembaban 100% serta suhu 30º. Moisture

yang terkandung dalam batubara dan tidak menguap atau hilang dengan

pengeringan udara pada suhu lingkungan walaupun batubara tersebut telah digerus

sampai ukuran 200 mikron. Untuk menghilangkannya dengan cara pemanasan

dalam oven dengan suhu 105º -110º. Banyaknya jumlah kandungan air bawaan

pada batubara berhubungan dalam penentuan peringkat batubara. Seiring dengan

naiknya peringkat batubara maka kandungan air bawaan pada batubara akan

semakin kecil.

b. Kandungan Abu ( Ash Content )

Analisa ini untuk mengetahui akumulasi jumlah abu yang dihasilkan dari

proses pembakaran batubara. Kadar abu dalam batubara dapat menurunkan nilai

kalori hasil pembakaran batubara. Kandungan batubara terdiri dari 3 unsur yaitu

air, zat organik (coal matter), dan material anorganik (mineral matter). Mineral

matter terdiri atas 2 macam yaitu material anorganik bawaan (inherent mineral

matter), serta mineral dari luar batubara (extraneous mineral matter). Inherent

mineral matter (IMM) berhubungan dengan tumbuh-tumbuhan yang hidup di

rawa-rawa dam sulit dipisahkan dari batubara, biasanya berjumlah 0,5 – 1,0%.

Extraneous mineral matter (EMM) terjadi saat terambil waktu penambangan,

terbawa oleh air ke lapisan batubara pada waktu pembetukannya. EMM dapat

dipisahkan dari batubara dengan proses pencucian.

c. Zat Terbang (Volatile Matter)

Definisi volatile matter (VM) ialah banyaknya zat yang hilang bila sampel

batubara dipanaskan pada suhu dan waktu yang telah ditentukan (setelah proses

penghilangan kadar moisture). Zat terbang terdiri dari combustible gases (gas-gas
yang mudah terbakar) seperti Hidrogen, CO, dan 𝐶𝐻4 serta gas-gas yang dapat

dikondensasikan seperti tar dengan sejumlah kecil gas-gas yang tidak terbakar

seperti 𝐶𝑂2 dan air yang terbentuk karena hasil dehidrasi dan kalsinasi. Moisture

berpengaruh pada hasil penentuan VM sehingga sampel yang dikeringkan dengan

oven akan memberikan hasil yang berbeda dengan sampel yang dikering-

udarakan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil penentuan VM adalah

suhu, waktu, penyebaran butir, dan ukuran butir.

Volatile Matter sangat erat kaitannya dengan rank batubara, makin tinggi

kandungan VM makin rendah ranknya. Dalam pembakaran batubara dengan VM

tinggi akan mempercepat pembakaran karbon tetap (Fixed Carbon/FC).

Sebaliknya bila VM rendah mempersulit proses pembakaran. Berdasarkan

National Coal Board (NCB) membagi 4 macam batubara berdasarkan parameter

VM, yaitu :

a) Volatile dibawah 9,1% dmmmf dengan coal rank 100 yaitu

Antrasit.

b) Volatile diantara 9,1-19,5% dmmmf dengan coal rank 200 yaitu

Low Volatile/ Steam Coal.

c) Volatile diantara 19,5-32% dmmmf dengan coal rank 300 yaitu

Medium Volatile Coal.

d) Volatile diantara 32% dmmmf dengan coal rank 400-900 yaitu Haig

Volatile Coal

d. Fixed Carbon

Fixed Carbon (FC) menyatakan banyaknya karbon yang terdapat dalam material

sisa setelah volatile matter dihilangkan. FC ini mempresentasikan hasil penguraian dari

komponen organic batubara ditambah senyawa nitrogen, belerang, hidrogen, dan oksigen

yang terserap atau bersatu secara kimiawi. Apabila ash dan zat mineral telah dikoreksi,
maka kandungan FC dapat dipakai sebagai indeks rank batubara dan parameter untuk

mengklasifikasikan batubara.

Sebagai komponen dari analisis proksimat, Fixed Carbon dihitung dari :

FC = 100 – ( A + VM + IM) %

Keterangan :

FC=FixedCarbon(%)

A = kandungan abu (%)

VM = volatile matter (%)

IM = Inherent moisture (%)

Rasio FC dengan volatile matter (zat terbang) disebut dengan FR (Fuel

Ratio). FR juga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menentukan peringkat

batubara dengan rumus :

FR = FC : VM

untuk anthracite = (10-60); semi anthracite = (6 -10); subituminus = (3- 7);

bituminous = (0,5-3). Semakin tinggi nilai fuel ratio, karbon yang tidak terbakar

semakin banyak.

F. Nilai Kalor

Kalor (Calorific Value) atau nilai kalor yaitu jumlah panas yang dihasilkan apabila

sejumlah tertentu batubara dibakar. Panas ini merupakan reaksi eksotermal yang melibatkan

senyawaan hidrokarbon dan oksigen. Nilai kalori ditentukan dari kenaikan suhu pada saat

sejumlah tertentu batubara dibakar. Nilai panas batubara dihitung berdasarkan selisish suhu awal

dan akhir pembakaran. Nilai kalori yaitu besarnya panas yang dihasilkan dari pembakaran

batubara yang dinyatakan dalam Kcal/kg. Nilai kalori dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Gross Calorific Value (GCV) adalah nilai kalori kotor sebagai nilai

kalor hasil dari pembakaran batubara dengan semua air dihitung

dalam keadaan wujud.

b) Net Calorific Value (NCV) adalah nilai kalori bersih hasil

pembakaran batubara dimana kalori yang dihasilkan merupakan nilai

kalor. Harga nilai kalori bersih ini dapat dicari setelah nilai kalori

kotor batubara diketahui.

G. Kerangka Konseptual

Pada penelitian tugas akhir ini dapat dilihat kerangka konseptualnya seperti dijelaskan

pada gambar berikut:

INPUT
Data Primer Data Sekunder
-Pengambilan Sampel -Peta Geologi
-Preparasi Sampel - Standar ASTM
-Analisis Sampel

PROSES
1. Melakukan uji pertrografi di laboratorium
2. Melakukan uji proksimat di laboratorium

OUTPUT
1. Komposisi maseral pada sampel batubara
2. Nilai reflektansi vitrinite pada sampel batubara
3. nilai jumlah air (moisture), zat terbang (volatile
matter), karbon padat (fixed carbon) dan kadar abu
(ash) pada sampel batubara
4. Peringkat (rank) pada sampel batubara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Kebenaran ilmiah dicari dengan menggunakan metode penelitian ilmiah yang

memungkinkan ditemukannya kebenaran objektif. Penelitian ilmiah adalah usaha untuk

memperoleh fakta atau prinsip (menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran)

dengan cara mengumpulkan dan menganalisis data (informasi) yang dilakasanakan

dengan teliti, jelas, sistematik, dan dapat dipertanggung jawabkan (metode ilmiah).

A. Jenis Penelitian

Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini bersifat kuantitatif yang mengacu kepada

penelitian eksperiman. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang

bersifat sistematis, terencana dan terstruktur dengan jelas sejak awal pembuatan desain penelitian

hingga pada tahapan kesimpulan (Wahidmurn, 2017).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian tugas akhir ini adalah di CV. Tahiti Coal yang

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara yang

terletak di Sangkar puyuh, Desa Sijantang, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto,

Sumatera Barat. Sistem penambangan yang diterapkan oleh CV. Tahiti Coal

adalah tambang bawah tanah, untuk saat sekarang ini di CV. Tahiti coal

dilakukan penambangan tambang bawah tanah, dengan 3 Tunnel, yaitu Tunnel

THC 01, Tunnel THC 02, dan Tunnel THC 03.

b. Waktu Penelitian
C. Teknik Pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Studi Literatur

Studi literatur merupakan data yang didapat dijadikan sebagai data sekunder

dengan mempelajari teori yang berhubungan dengan materi yang akan dibahas, disamping

itu juga buku dan paper yang berkaitan dengan judul atau tema penelitian tersebut.

b. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan setelah mempelajari literatur dan orientasi lapangan.

Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer diambil langsung

dilapangan, sedangkan data sekunder didapat dari literatur atau referensi dari sumber lain.

Dalam penyelesaian masalah pada skripsi ini penulis melakukan pengambilan data antara

lain :

1) Data Primer

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari :

a) Sampel Batubara

2) Data Sekunder

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri dari :

a) Peta Geologi

b) Standar ASTM

D. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Hasan (2006) adalah memperkirakan atau dengan

menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu kejadian ke suatu kejadian
lainnya, serta memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya. Teknik analisis data yang

digunakan pada penelitian ini adalah dengan melakukan analisis petrografi dan analisis

proksimat. Hasil dari analisis tersebut nantinya akan dikorelasikan dengan peringkat

(rank) batubara pada daerah penelitian

E. Kerangka Metodologi

Mulai

Studi Literatur

Pengambilan Data

1. Data 2. Data
Primer: Sekunder
- Sampel Uji - Peta Geologi
Batubara - Standar
ASTM

Analisis Petrografi &


Analisis Proksimat

nilai jumlah air (moisture),


Komposisi Maseral dan zat terbang (volatile matter),
Nilai Reflektansi Vitrinite karbon padat (fixed carbon)
dan kadar abu (ash)

Komposisi Maseral dan


Peringkat Batubara
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ubaidillah, A. Taufik Arief 2011. “Model Matematika untuk Optimasi


Nilai Kalori Batubara Blending di PT Batubara Bukit Kendi Tanjung
Enim Sumatera Selatan. Jurnal Seminar Nasional AvoER. ISBN: 979-587-
395-4. Hlm. 303—308.

Dian, Wirdasari. 2009. “Metode Simpleks Dalam Program Linier.” Jurnal


Saintikom.

Ernita, Tri, Riko Ervil, Nofriadiman, Meldia Fitri, 2016. “Buku Panduan
Penulisan dan Ujuan Skripsi”, Sekolah Tinggi Teknologi Industri.

Muchjidin. 2006. “Pengendalian Mutu dalam Industri Batubara. Bandung: Institut


Teknologi Bandung.

Noer, Bustanul Arifin. 2010. Belajar Mudah Riset Operasional. Yogyakarta:


Andi Yogyakarta.

Nugro, Agus Adhi. 2014. “Analisis Pengaruh Batubara Terhadap Biaya


Pembangkit.”Media Elektrika. 7(I).Hlm. 23-32.

Prasetyo, Agung, Agus Triantoro, Uyu Saismana, Wahyu Permadi, Hafidz Noor
Fikri, 2016. “Optimasi Pencampuran Batubara
MelaluiSimulasiBerdasarkan Kriteria Parameter Batubara.” Jurnal
Himasapta. Hlm.11-16.

Prijono (dalam Pradinata, 2017:13). “Upgrading Batubara Kualitas Rendah

Dengan Proses Hydrothermal. Padang: UNP.

Sabilillah, Insani (2021) Peningkatan Produktivitas Penambangan Tambang Batubara

Bawah Tanah Pada Lubang THC-04 CV. Tahiti Coal Untuk Mencapai Target Produksi

1.500 ton / bulan. Diploma thesis, Universitas Negeri Padang.

Candrika, Andri (2020) Analisis Biaya Perawatan Lubang Utama Tambang Batu Bara

Bawah Tanah THC 01 CV. Tahiti Loal Sangkar Puyuh Sikalang Sawahlunto Sumatera

Barat. Diploma thesis, Univesitas Negeri Padang.

You might also like