You are on page 1of 24

Volume XX. No X.

page-page BULAN 20XX

Penggunaan Lampu Pijar Sebagai Resistor Dalam Rangkaian Listrik


Menggunakan Metode Praktikum Problem Solving
Novi nuraeni1, rafirda fitri muawani2, rahma anne andinie3, salsabila rheinata rhamadani
futri supriadi4, yanto5

1
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
2
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
3
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
4
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
5
UIN Sunan Gunung Djati Bandung

novinuraeni1218@gmail.com1
Info Artikel ABSTRAK
Riwayat artikel Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan lampu
pijar sebagai resistor dalam rangkaian listrik menggunakan
Dikirim: Month XX, 20XX
Direvisi : Month XX, 20XX metode praktikum problem solving. Tujuan dari penelitian ini
Diterima: Month XX, 20XX adalah untuk memahami karakteristik dan perilaku lampu pijar
(Palatino Linotype 9) saat digunakan sebagai resistor dalam rangkaian listrik. Metode
Kata Kunci: praktikum problem solving digunakan dalam penelitian ini, di
mana serangkaian eksperimen dilakukan untuk mengumpulkan
lampu pijar
resistor data dan menganalisis perilaku lampu pijar sebagai resistor.
rangkaian listrik Eksperimen melibatkan merancang rangkaian listrik sederhana
metode praktikum dengan lampu pijar sebagai bagian dari rangkaian. Kemudian,
problem solving.
variasi tegangan dan arus diukur dan dicatat untuk memperoleh
hubungan antara keduanya. Hasil penelitian ini menunjukkan
DOI: bahwa lampu pijar dapat berfungsi sebagai resistor dalam
10.24252/jpf.xxxxx
rangkaian listrik. Variasi tegangan yang diberikan pada lampu
pijar menyebabkan variasi arus yang mengalir melalui lampu
pijar tersebut. Analisis data menunjukkan bahwa hubungan
antara tegangan dan arus dapat dijelaskan dengan menggunakan
hukum Ohm, yaitu bahwa arus yang mengalir melalui lampu
pijar sebanding dengan tegangan yang diberikan. Penelitian ini
memiliki implikasi penting dalam pemahaman tentang
penggunaan lampu pijar sebagai resistor dalam rangkaian
listrik. Mengetahui karakteristik dan perilaku lampu pijar
sebagai resistor dapat membantu dalam perancangan dan
pemahaman rangkaian listrik yang melibatkan penggunaan
lampu pijar. Metode praktikum problem solving juga terbukti
efektif dalam memahami dan menganalisis fenomena fisik

Page |
JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

seperti ini.

ABSTRACT
This study aims to analyze the use of incandescent lamps as
resistors in electrical circuits using problem solving practicum
methods. The purpose of this study is to understand the
characteristics and behavior of incandescent lamps when used
as resistors in electrical circuits. The problem solving practicum
method was used in this study, in which a series of experiments
were conducted to collect data and analyze the behavior of
incandescent lamps as resistors. The experiment involved
designing a simple electrical circuit with an incandescent lamp
as part of the circuit. Then, variations in voltage and current are
measured and recorded to obtain the relationship between the
two. The results of this study indicate that incandescent lamps
can function as resistors in electrical circuits. Variations in the
voltage applied to the incandescent lamp cause variations in the
current flowing through the incandescent lamp. Data analysis
shows that the relationship between voltage and current can be
explained using Ohm's law, namely that the current flowing
through an incandescent lamp is proportional to the applied
voltage. This research has important implications for
understanding the use of incandescent lamps as resistors in
electrical circuits. Knowing the characteristics and behavior of
an incandescent lamp as a resistor can assist in the design and
understanding of electrical circuits involving the use of an
incandescent lamp. Problem solving practicum methods have
also proven effective in understanding and analyzing physical
phenomena like this.
© 20xx The Author(s). Published by Department of Physics Education. Alauddin State Islamic University Makassar
PENDAHULUAN
Model pembelajaran Problem Posing adalah model pembelajaran yang
mengharuskan seorang siswa/mahasiswa menyusun pertanyaan sendiri atau
memecahkan suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana
(Dakhi 2022). Dalam model pembelajaran ini menekankan pada kegiatan
merumuskan soal yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal (Komariah 2011). Model praktikum problem solving
melibatkan pemahaman dan penyelesaian masalah dalam konteks pendidikan.

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Model ini didasarkan pada pemikiran bahwa kemampuan problem solving


merupakan keterampilan penting yang harus dikembangkan oleh siswa untuk
menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari dan mempersiapkan mereka untuk
masa depan yang sukses (Kiranadewi and Hardini 2021). Ada beberapa faktor yang
mendasari penggunaan model praktikum problem solving dalam pendidikan yaitu
model praktikum problem solving membantu siswa mengembangkan keterampilan
ini sehingga mereka dapat menjadi pekerja yang efektif dan inovatif (Harefa 2020).
Problem solving mengarah pada pendidikan berbasis keterampilan abad ke-21, yang
meliputi keterampilan seperti pemecahan masalah, kreativitas, kritis berpikir,
kolaborasi, dan komunikasi (Malik, Handayani, and Nuraini 2015). Keterampilan
abad-21 dapat peningkatan pemahaman konsep dengan menggunakan model
praktikum problem solving, siswa tidak hanya belajar konsep-konsep teoritis, tetapi
juga diberi kesempatan untuk menerapkannya dalam situasi dunia nyata (M.
Ariyanto, F. Kristin 2018). Melalui penyelesaian masalah praktis, siswa dapat
mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam tentang materi pelajaran dan
melihat hubungan antara konsep-konsep tersebut (Subekti 2017). Model praktikum
problem solving mendorong pembelajaran aktif di mana siswa aktif terlibat dalam
memecahkan masalah, mengidentifikasi sumber daya yang diperlukan, dan
merencanakan strategi untuk mencapai solusi yang diinginkan (Kamarudin et al.
2022). Hal ini menggeser peran guru dari penyampai informasi menjadi fasilitator
pembelajaran, dengan siswa menjadi subjek utama dari proses pembelajaran
(Rahman Fadli, Subiki, and Astutik 2019).
Model pembelajaran problem solving membantu melatih keterampilan siswa dalam
beberapa keterampilan, seperti: Pemecahan Masalah, model pembelajaran problem
solving memberikan siswa kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah. Mereka belajar untuk mengidentifikasi masalah, menganalisis
faktor-faktor yang terlibat, menghasilkan strategi penyelesaian, dan
mengimplementasikan langkah-langkah yang tepat. Kreativitas, melalui problem
solving, siswa diberi kesempatan untuk berpikir kreatif dalam mencari solusi yang
inovatif dan efektif (Ladino and Rond 2019). Mereka dihadapkan pada tantangan
dan diberikan kebebasan untuk berpikir di luar kotak serta mengembangkan solusi
yang tidak konvensional. Keterampilan Berpikir Kritis (Sadler 2020), model
pembelajaran problem solving melibatkan siswa dalam analisis mendalam dan
pemikiran kritis terhadap masalah yang dihadapi. Mereka diajak untuk
mengevaluasi informasi, mengidentifikasi asumsi, dan mengambil keputusan
berdasarkan pemikiran yang logis dan rasional (Kanchi and Uttarkar 2012).
Kolaborasi dan Komunikasi, dalam memecahkan masalah, siswa sering kali bekerja
secara kolaboratif dalam tim (Palaniappan et al. 2021). Mereka belajar untuk berbagi

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

ide, mendengarkan sudut pandang orang lain, dan bekerja sama untuk mencapai
solusi yang terbaik. Selain itu, mereka juga diajarkan keterampilan komunikasi
efektif untuk menyampaikan ide dan argumen dengan jelas. Ketekunan dan
Ketangkasan Mental, problem solving memerlukan ketekunan dan ketangkasan
mental dalam menghadapi tantangan dan mengatasi rintangan (Hundert 2020).
Siswa belajar untuk tidak mudah menyerah, tetapi terus mencoba dan mencari solusi
alternatif ketika menghadapi kesulitan. Kemampuan Transfer, melalui problem
solving, siswa dapat mengembangkan kemampuan transfer, yaitu kemampuan
untuk menerapkan pemahaman dan keterampilan yang diperoleh dari satu situasi
ke situasi lain yang serupa atau berbeda. Mereka belajar untuk menghubungkan
konsep-konsep dan pengetahuan yang telah mereka pelajari ke dalam konteks yang
baru. Model pembelajaran problem solving merupakan pendekatan yang efektif
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan
ketekunan siswa (Galih et al. 2020). Dengan mempraktikkan pemecahan masalah
secara terus-menerus, siswa dapat menjadi pemikir yang lebih terampil, mandiri,
dan siap menghadapi tantangan di dunia nyata.
Dalam model pembelajaran Problem solving ada beberapa langkah yang perlu
diperhatikan, seperti: Identifikasi masalah yaitu pilihlah sebuah masalah yang ingin
diselesaikan (Oliveira and Carniato 2019). Pastikan masalah tersebut cukup spesifik
dan terukur. Analisis masalah yaitu dengan pahami akar penyebab masalah dan
efeknya terhadap situasi yang ada. Identifikasi faktor-faktor yang berkontribusi
terhadap masalah tersebut. Buatlah rencana tindakan yang berdasarkan analisis
masalah, buatlah rencana tindakan yang terperinci . Pecah masalah menjadi langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mencapai solusi (Zanetti 2019). Implementasikan
rencana yaitu dengan memulailah melaksanakan rencana tindakan yang telah dibuat
(Seifan, Robertson, and Berenjian 2020). Pastikan terorganisir, disiplin, dan
berkomitmen untuk melaksanakan langkah-langkah yang telah ditetapkan. Evaluasi
dan pantau hasil (Moreno 2011) yaitu dengan melakukan evaluasi terhadap rencana
yang telah dijalankan. Apakah solusi yang diterapkan berhasil mengatasi masalah
atau memperbaiki situasi, pantau progres dan perubahan yang terjadi. Refleksi,
setelah melalui proses implementasi dan evaluasi, refleksikan hasilnya (Reisslein et
al. 2006).

Penggunaan Lampu Pijar Sebagai Resistor Dalam Rangkaian Listrik melibatkan


pemahaman tentang komponen elektronik yang penting dalam sirkuit listrik
(Ristiasari et al. 2012). Resistor adalah komponen pasif yang menghambat aliran arus
listrik dan menghasilkan penurunan tegangan (Pertiwi, Sudjito, and Rondonuwu
2019). Resistor digunakan dalam sirkuit elektronik untuk mengontrol aliran arus

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

listrik (Ukhtikhumayroh and Rahmatsyah 2021). Mereka menghambat aliran arus


dengan cara mengubah energi listrik menjadi energi panas. Resistor juga digunakan
untuk membagi tegangan, mengubah energi listrik menjadi energi panas,
menstabilkan sirkuit, dan melakukan berbagai tugas penting lainnya. Resistor
dengan resistansi yang lebih tinggi akan menghasilkan hambatan yang lebih besar
terhadap aliran arus (Khairani and Safitri 2018).
Hubungan antara aliran arus dengan hukum Ohm dimana Resistor mematuhi
hukum Ohm, yang menyatakan bahwa arus listrik yang mengalir melalui resistor
berbanding lurus dengan beda potensial atau tegangan dan berbanding terbalik
dengan resistansi. Hukum Ohm (I = V/R) sangat penting dalam memahami
bagaimana resistor berperilaku dalam sirkuit listrik (Reisslein and Martin 2020).
Dalam rangkaian listrik, resistor dapat digunakan untuk mengontrol arus listrik,
membagi tegangan, mengatur daya, atau melindungi komponen lain dari arus yang
terlalu besar (Agam et al. 2021). Resistor juga dapat digunakan dalam kombinasi seri
dan paralel untuk mencapai nilai resistansi yang diinginkan. Penerapan hukum Ohm
dan penggunaan resistor dalam rangkaian listrik memungkinkan perancangan dan
pengaturan yang tepat dari arus dan tegangan dalam rangkaian, serta memastikan
kinerja yang aman dan efisien .
Penggunaan Lampu Pijar Sebagai Resistor Dalam Rangkaian Listrik,etika arus listrik
mengalir melalui filamen yang memiliki resistansi tinggi (Verawati et al. 2022),
energi listrik diubah menjadi energi panas. Akibat pemanasan ini, filamen
memancarkan cahaya. Filamen yang digunakan dalam lampu pijar umumnya
terbuat dari tungsten karena memiliki titik leleh yang tinggi dan tahan terhadap
panas yang dihasilkan (Prasti et al. 2021). Meskipun lampu pijar memberikan cahaya
yang terang, mereka memiliki efisiensi energi yang rendah. Sebagian besar energi
listrik yang dikonsumsi oleh lampu pijar diubah menjadi energi panas daripada
cahaya (Nurhayati and Maisura 2021). Hal ini menyebabkan lampu pijar menjadi
boros energi dan menghasilkan biaya operasional yang tinggi dalam jangka panjang.
Penggunaan lampu pijar dapat menggantikan resistor dalam rangkaian listrik dalam
beberapa kasus. Lampu pijar, selain berfungsi sebagai sumber cahaya, juga memiliki
sifat resistif yang dapat digunakan untuk mengontrol aliran arus dalam rangkaian
(Hege, Effendi, and Pasangka 2019). Lampu pijar memiliki nilai resistansi yang
bervariasi tergantung pada jenis dan daya lampu yang digunakan. Resistansi lampu
pijar mungkin tidak presisi dan stabil seperti resistor yang dirancang khusus
(Saputro and Sukmadi 2019). Tetapi resistor memiliki nilai resistansi yang lebih
akurat dengan toleransi yang dinyatakan dalam persentase (Romadhon and
Budiyanto 2020). Hal ini memungkinkan perancang rangkaian untuk mendapatkan
nilai resistansi yang sesuai dengan kebutuhan spesifik. Lampu pijar umumnya tidak

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

memiliki toleransi resistansi yang spesifik, sehingga penggunaannya mungkin tidak


cocok untuk aplikasi yang membutuhkan toleransi resistansi yang ketat.
Lampu pijar dirancang untuk menghasilkan cahaya dengan memanaskan filamen
logam. Filamen tersebut memiliki hambatan yang rendah untuk memungkinkan
arus listrik yang cukup besar mengalir melaluinya dan memanaskan filamen
tersebut (Evans and Division 1998). Resistor, di sisi lain, adalah komponen khusus
yang dirancang untuk memiliki hambatan tertentu dalam rangkaian listrik (Koll
2013). Resistor dapat digunakan untuk mengatur aliran arus, membagi tegangan,
atau melindungi komponen lain dari arus yang terlalu besar. Meskipun lampu pijar
memiliki hambatan, penggunaannya sebagai resistor tidak dianjurkan karena
hambatan lampu pijar dapat bervariasi secara signifikan tergantung pada suhu
filamen. Selain itu, lampu pijar juga dirancang untuk tujuan penerangan, bukan
sebagai komponen resistor.
Lampu pijar memiliki karakteristik temperatur yang signifikan (Herlan and Prabowo
2009). Ketika lampu pijar dinyalakan, filamen di dalamnya menjadi panas dan
resistansinya berubah. Hal ini dapat mempengaruhi performa dan stabilitas
rangkaian, terutama jika ada perubahan suhu yang signifikan (Bielecki et al. 2020).
Resistor yang dirancang khusus untuk karakteristik temperatur tertentu akan
memberikan stabilitas yang lebih baik dalam rangkaian listrik. Lampu pijar
umumnya kurang efisien secara energi dibandingkan dengan resistor. Sebagian
besar energi yang dikonsumsi oleh lampu pijar diubah menjadi energi panas,
sedangkan resistor menghasilkan sedikit atau tidak ada energi panas (Hege, Effendi,
and Pasangka 2019). Oleh karena itu, penggunaan lampu pijar sebagai pengganti
resistor dapat menghasilkan pemborosan energi yang tidak diinginkan dalam
rangkaian (Abdussamad 2022).
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan potensi penggunaan lampu pijar
sebagai pengganti resistor dalam rangkaian listrik (Qu, Wang, and Liu 2018).
Namun, perlu diingat bahwa eksperimen ini hanya merupakan langkah awal dalam
penelitian dan pengembangan penggunaan lampu pijar sebagai pengganti resistor
dalam rangkaian listrik (Husnayain et al. 2023). Diperlukan studi lebih lanjut untuk
memperoleh data yang lebih lengkap dan valid, serta evaluasi yang lebih mendalam
terhadap aspek teknis, efisiensi, dan keselamatan dalam penerapan praktisnya
(Effendi and Sudarminto 2010).

METODE
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam analisis penggunaan lampu pijar sebagai resistor
dalam rangkaian listrik menggunakan metode praktikum problem solving adalah Metode

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

praktikum akan melibatkan langkah-langkah praktis yang melibatkan penggunaan lampu pijar
sebagai resistor dalam rangkaian listrik. Peneliti akan merancang dan mengatur rangkaian
eksperimen yang sesuai, mengukur data yang relevan, dan menganalisis hasil yang diperoleh.
Penelitian ini dilakukan pada hari Rabu tanggal 14 Juni 2023 dari pukul 10.30 sampai
12.00 WIB di laboratorium UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang dilengkapi dengan
peralatan dan fasilitas yang diperlukan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan
pengukuran. Peneliti akan mengamati dan mencatat fenomena yang terjadi dalam penggunaan
lampu pijar sebagai resistor dalam rangkaian listrik. Selanjutnya, data yang terkumpul akan
dianalisis menggunakan metode analisis yang sesuai, seperti analisis statistik, untuk
menghasilkan temuan dan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam eksperimen praktikum ini, kita akan menjelajahi hubungan antara tegangan
dan arus dalam komponen elektronika seperti resistor dan lampu pijar. Pada
dasarnya resistor adalah komponen elektronika pasif yang memiliki nilai resistansi
atau hambatan tertentu yang berfungsi untuk membatasi dan mengatur arus listrik
dalam suatu rangkaian elektronika. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Prastiawan (2021), penulis menjelaskan bahwa resistor berperan penting dalam
mengontrol arus listrik dalam suatu rangkaian.
Dalam eksperimen ini, kita akan melihat cara-cara yang berbeda dalam mengukur
nilai resistansi resistor. Dengan membandingkan metode pengukuran yang berbeda,
kita dapat melihat apakah ada perbedaan dalam nilai resistansi yang diperoleh dan
seberapa akurat metode tersebut. Resistor secara umum sering disingkat dengan
huruf "R". Satuan yang digunakan untuk mengukur resistansi atau kapasitansi
resistor adalah ohm (Ω) (Firdaus dan Yasyifa (2022).
Resistor umumnya memiliki bentuk fisik yang menyerupai tabung dengan dua kaki
yang terletak di sisi kiri dan kanan. Pada bagian tubuh resistor, terdapat cincin-
cincin yang membentuk kode warna yang digunakan untuk menentukan nilai
resistansi tanpa harus mengukurnya menggunakan alat pengukur seperti Ohm
meter.

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Tim Dosen Fisika Dasar (2018) menjelaskan
bahwa resistor seringkali memiliki cincin-cincin berwarna yang menunjukkan nilai
resistansi dan toleransi komponen tersebut. Cincin-cincin tersebut terletak di sekitar
tubuh resistor dan memiliki urutan warna yang spesifik untuk mewakili digit-nilai
dan faktor pengali.
Dalam ilustrasi yang diberikan, terlihat bahwa resistor memiliki lingkaran-lingkaran
berwarna yang terbentuk di bagian tubuhnya. Setiap lingkaran mewakili angka
tertentu dalam kode warna resistor. Dengan memahami kode warna ini, kita dapat
mengidentifikasi nilai resistansi resistor tanpa perlu menggunakan alat pengukur
eksternal.

Band
Multipler Tolerance
1 2 3

Black 0 0 0 1 -

Brown 1 1 1 10 ± 1%

Red 2 2 2 100 ±2%

Orang 3 3 3 1.000 -
e

Yellow 4 4 4 10.000 -

Green 5 5 5 100.000 ± 0.5 %

Blue 6 6 6 1.000.000 ± 0.25 %

Violet 7 7 7 10.000.000 ± 0.1 %

Gray 8 8 8 100.000.000 ± 0.05 %

White 9 9 9 1.000.000.000 -

Gold 0.1 ±5%

Silver 0.01 ± 10 %

None ± 20 %

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

cara pembacaan: Gelang pertama berwarna kuning, Gelang kedua coklat, Gelang
ketiga berwarna hitam Gelang keempat berwarna emas maka nilai toleransinya
dapat ditentukan 1 2 3 4 dengan menyesuaikan warna dan nilainya. Kuning = 4,
coklat = 1, hitam = 0 Emas = ± 5 %. Maka nilai tahanannya adalah 47 Ω dengan
toleransi ±5% artinya nilai tahanannya berada pada 47 Ω ± 5 % .

Untuk mengetahui bagaimana hubungan resistor dengan resistor, hubungan resistor


dan lampu pijar, dilakukan percobaan dengan jenis kawat yang berbeda yaitu kawat
jenis besi dan kawat jenis tembaga, dengan tegangan yang berbeda. -berbeda pula,
itu akan terjadi

Gambar 1.1 Resistor dengan resistor

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Gambar 1.2 Resistor dengan Lampu Pijar

Tabel 2.1, Resistor 1 dan 2 (47 Ω ± 5 % ¿

Percobaa V ∆V I ∆I
n Ke- (Volt ) (Volt ) ( Ampere) ( Ampere)

1 3 0,1 0,12 0,01

Percobaa 3V ∆V
0,1 0,12I 0,01 ∆ I Tabel 2.2, Resistor (47 Ω ± 5 % ¿ dan
n Ke- (Volt ) (Volt ) ( Ampere) ( Ampere) Lampu Pijar (4,8 V)
3 0,1 0,12 0,01
1 3 0,1 0,12 0,01
2 6 0,1 0,32 0,01
3 0,1 0,12 0,01
6 0,1 0,32 0,01
3 0,1 0,12 0,01
6 0,1 0,32 0,01
2 6 0,1 0,30 0,01
3 9 0,1 0,52 0,01
6 0,1 0,30 0,01
9 0,1 0,52 0,01
6 0,1 0,30 0,01
9 0,1 0,52 0,01 Setelah mencatat hasil percobaan
0,53 dalam bentuk tabel, kemudian di
3 9 0,1 0,01
Judul Artikel... Page |
9 0,1 0,53 0,01

9 0,1 0,53 0,01


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

analisis menggunakan perhitungan yang sudah di rumuskan. Dimana (I) adalah


Kuat arus yang mengalir dalam penghantar (Ampere), (V) adalah Beda potensial
(tegangan) kedua ujung penghantar (Volt), dan (R) adalah Tahanan atau hambatan
(Ohm). Sehingga dapat dituliskan rumus :
V
V =I . R → I =
R

Tabel 2.1 Percobaan 1


V 3
I= = =0,12 A
R 4

Tabel 2.1 Percobaan 2


V 6
I= = =0,32 A
R 4

Tabel 2.1 Percobaan 3


V 9
I= = =0,52 A
R 4

Tabel 2.2 Percobaan 1


V 3
I= = =0,12 A
R 5

Tabel 2.2 Percobaan 2


V 6
I= = =0,30 A
R 5

Tabel 2.2 Percobaan 3


V 6
I= = =0,53 A
R 5

Dari perhitungan tersebut, kita mendapatkan nilai arus (I) untuk setiap percobaan
dalam Tabel 2.1 dan Tabel 2.2. Data yang diberikan dalam tabel tersebut merupakan

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

hasil percobaan yang mengukur tegangan (V) dan resistansi (R) untuk setiap
percobaan. Dengan menggunakan hukum Ohm, kita dapat menghitung nilai arus (I)
yang mengalir melalui rangkaian tersebut.
Dalam Tabel 2.1, resistansi (R) tetap 47 Ω, sedangkan tegangan (V) berubah-ubah
untuk setiap percobaan. Dengan menggunakan rumus I = V/R, kita dapat
menghitung nilai arus (I) untuk masing-masing percobaan. Dalam Tabel 2.2, selain
resistansi (R) tetap 47 Ω, juga terdapat lampu pijar dengan tegangan tetap sebesar 4,8
V. Dengan menggunakan rumus yang sama, kita dapat menghitung nilai arus (I)
untuk setiap percobaan.
Pembahasan ini hanya memberikan perhitungan nilai arus (I) berdasarkan data yang
diberikan dalam tabel. Namun, untuk melakukan analisis yang lebih lengkap dan
menyimpulkan hasil percobaan, kita perlu mengetahui tujuan percobaan, faktor-
faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil, dan melakukan perhitungan atau
analisis yang lebih mendalam.
Setelah dilakukan eksperimen di laboratorium, dihasilkan data yang akan diolah
untuk melihat hubungan antara resistor dengan resistor, hubungan antara resistor
dan lampu pijar , dengan panjang dan jenis kawat yang berbeda-beda. Data tersebut
diolah dalam bentuk grafik hubungan untuk mempermudah mengambil kesimpulan
dari hasil penelitian.

Setelah melakukan percobaan untuk membandingkan dua rangkaian resistor 47


Ohm dan rangkaian resistor 47 Ohm dengan lampu pijar, kami telah mengumpulkan
data yang direpresentasikan dalam Tabel 2.1 Resistor dengan resistor sebagai
berikut:

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Resistor 47 Ω dan Resistor 47 Ω


0.600
0.520
0.500

0.400
0.320
Ampere

0.300

0.200
0.120
0.100

0.000
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Volt

Gambar 1.3 Grafik Pengaruh Resistor dengan Resistor.


Dalam percobaan 1, dengan menggunakan resistor 47 Ohm, ketika tegangan V yang
diberikan sebesar 3 Volt, arus yang mengalir dalam rangkaian tersebut adalah 0,12
Ampere. Dalam percobaan 2, dengan tegangan 6 Volt, arus yang mengalir menjadi
0,32 Ampere. Sedangkan dalam percobaan 3, dengan tegangan 9 Volt, arus yang
mengalir adalah 0,52 Ampere.
Melalui data percobaan yang tercantum dalam Tabel 2.2, kita dapat menjelaskan
hubungan antara tegangan dan arus dalam rangkaian resistor dan lampu pijar :

Resistor 47 Ω dan Lampu pijar


0.6
0.53
0.5

0.4
0.3
Ampere

0.3

0.2
0.12
0.1

0
2 3 4 5 6 7 8 9 10
Volt

Gambar 1.4 Hubungan Antara Resistor dengan Lampu Pijar.

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Pada percobaan 1, dengan menggunakan resistor 47 Ohm, ketika tegangan V yang


diberikan adalah 3 Volt, arus yang mengalir dalam rangkaian adalah 0,12 Ampere.
Pada percobaan 2, dengan tegangan 6 Volt, arus yang mengalir menjadi 0,30
Ampere. Sedangkan dalam percobaan 3, dengan tegangan 6 Volt, arus yang mengalir
adalah 0,53 Ampere.
Dengan melihat data tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa dengan peningkatan
tegangan yang diberikan, arus dalam rangkaian juga meningkat. Namun, perlu
diperhatikan bahwa hubungan antara tegangan dan arus dalam lampu pijar tidak
memiliki karakteristik yang linier seperti pada resistor.
Pada lampu pijar, ketika tegangan V dalam rangkaian semakin besar, disipasi daya
listrik yang dihasilkan juga semakin besar. Hal ini mengakibatkan peningkatan suhu
pada penghambat lampu pijar. Ketika suhu meningkat, hambatan penghantar dalam
lampu pijar juga meningkat, dan ini tercermin dalam kemiringan grafik beda
potensial terhadap arus.
Grafik beda potensial terhadap arus pada lampu pijar menunjukkan bahwa
karakteristiknya tidak linier jika dibandingkan dengan resistor. Ini berarti lampu
pijar memiliki perilaku yang berbeda dengan resistor ketika tegangan yang
dihubungkan memiliki nilai kecil dan waktu yang singkat. Namun, ketika tegangan
meningkat menjadi besar dan diberikan dalam waktu yang lama, karakteristik
lampu pijar akan berbeda secara signifikan karena faktor temperatur yang
mempengaruhinya.
Dalam kesimpulannya, data percobaan menunjukkan bahwa hubungan antara
tegangan dan arus dalam rangkaian resistor dan lampu pijar tidak bersifat linier.
Lampu pijar memiliki karakteristik yang berbeda dengan resistor, terutama ketika
tegangan yang dihubungkan cukup tinggi dan diberikan dalam waktu yang lama.
Faktor temperatur memainkan peran penting dalam perubahan karakteristik
tersebut.

KESIMPULAN
Data percobaan menunjukkan bahwa hubungan antara tegangan dan arus dalam
rangkaian resistor dan lampu pijar tidak bersifat linier. Hal ini mengindikasikan bahwa lampu
pijar memiliki karakteristik yang berbeda dengan resistor. Ketika tegangan yang dihubungkan
cukup tinggi dan diberikan dalam waktu yang lama, lampu pijar menunjukkan perubahan
perilaku yang signifikan.
Faktor temperatur juga terbukti memainkan peran penting dalam perubahan
karakteristik lampu pijar sebagai resistor. Ketika suhu lampu pijar meningkat, resistansinya
Judul Artikel... Page |
JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

dapat berubah, sehingga mempengaruhi hubungan antara tegangan dan arus dalam rangkaian.
Hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan suhu saat menggunakan lampu pijar sebagai
resistor dalam rangkaian listrik.
Dengan demikian, data percobaan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
penggunaan lampu pijar sebagai resistor dalam rangkaian listrik. Penemuan ini penting dalam
merancang dan menganalisis rangkaian listrik yang melibatkan lampu pijar, terutama saat
tegangan yang diberikan cukup tinggi dan dalam jangka waktu yang lama.

SARAN
melakukan lebih banyak percobaan dengan variasi tegangan dan waktu yang berbeda,
serta memperhatikan pengaruh suhu terhadap karakteristik lampu pijar. Hal ini akan
memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang penggunaan lampu pijar sebagai
resistor dalam rangkaian listrik. Selain itu, penelitian dapat melibatkan pengukuran suhu
secara langsung dan analisis yang lebih mendalam terkait perubahan karakteristik lampu pijar.

DAFTAR PUSTAKA
Abdussamad, Syahrir. 2022. “Implementasi Pengukuran Beban Resistif Pada Lampu
Pijar.” Jambura Journal of Electrical and Electronics Engineering 4 (1): 83–86.
https://doi.org/10.37905/jjeee.v4i1.12064.
Agam, Bima Brilliando, Trapsilo Prihandono, Dosen Program, Studi Fisika, and
Universitas Jember. 2021. “Pengaruh Jenis Dan Bentuk Lampu Terhadap Intensitas
Pencahayaan Dan Energi Buangan Melalui Perhitungan Nilai Efikasi Luminus 1),”
384–89.
Bielecki, Joseph, Ahmad Sameh Jwania, Fadi El Khatib, and Thomas Poorman. 2020.
“Thermal Considerations for LED Components in an Automotive Lamp.”
Dakhi, Oskah. 2022. “Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Problem
Solving Untuk Meningkatkan Kreativitas Dan Prestasi Belajar.” Educativo: Jurnal
Pendidikan 1 (1): 8–15. https://doi.org/10.56248/educativo.v1i1.2.
Effendi, M Zaenal, and S Sudarminto. 2010. “Rancang Bangun Inverter Multipulsa
Untuk Beban Penerangan Rumah Tangga Jenis Lampu Pijar,” no. Lcd: 1–5.
Evans, David L, and Optoelectronics Division. 1998. “High Luminance LEDs Replace
Incandescent Lamps in New Applications” 3002: 142–53.
Galih, Valentinus, Vidia Putra, Andrian Wijayono, and Endah Purnomosari. 2020.
“Pengembangan Alat Uji Efisiensi Lampu Berbasis Mikrokontroller Arduino Uno
Untuk Evaluasi Tingkat Pencahayaan Lampu Meja Belajar Di Laboratorium Fisika-
Mekatronika Politeknik STTT” 4 (2): 65–71.

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Harefa, Darmawan. 2020. “Perbedaan Hasil Belajar Fisika Melalui Model


Pembelajaran Problem Posing Dan Problem Solving Pada Siswa Kelas X-MIA SMA
Swasta Kampus Telukdalam.” Sinasis 1 (1): 103–16.
Hege, Asih Pitasari, Jauhari Effendi, and Bertholomeus Pasangka. 2019. “Analisis
Dan Perancangan Pengendali Intensitas Lampu Pijar Jarak Jauh Dengan Sistem
Remote Control Terhadap Efisiensi Energi.” Bumi Lestari Journal of Environment 19 (2):
31. https://doi.org/10.24843/blje.2019.v19.i02.p04.
Herlan, Herlan, and Briliant Adhi Prabowo. 2009. “Rangkaian Dimmer Pengatur
Iluminasi Lampu Pijar Berbasis Internally Triggered TRIAC.” INKOM Journal of
Informatics, Control Systems, and Computers 3 (1): 14–21.
Hundert, Edward M. 2020. “A Model for Ethical Problem Solving in Medicine , With
Practical Applications PRINCIPLES VERSUS MORAL” I (4).
Husnayain, Faiz, Dicky Syachreza Himawan, Agus R Utomo, I Made Ardita, and
Budi Sudiarto. 2023. “Analisis Perbandingan Kinerja Lampu LED , CFL , Dan Pijar
Pada Sistem Penerangan Kantor” 6 (01).
Kamarudin, Kamarudin, Muhammad Ridwan, Jefri Saputra, and Kemas Muhammad
Aby. 2022. “Sistem Pengukuran Arus Dan Tegangan Pada Rangkaian Kombinasi
Virtual Lab.” Jurnal Integrasi 14 (2): 103–9. https://doi.org/10.30871/ji.v14i2.4384.
Kanchi, Raghavendra Rao, and Naveen Kumar Uttarkar. 2012. “Study of Heat Loss
from Hot Tungsten Filament Bulb Using AT89C51 Based Data Acquisition System” 2
(3): 8–10.
Khairani, Indah, and Rini Safitri. 2018. “Penerapan Metode Pembelajaran Problem
Solving Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Materi Usaha Dan
Energi Di Man Rukoh Banda Aceh.” Jurnal Pendidikan Sains Indonesia 5 (2): 32–40.
https://doi.org/10.24815/jpsi.v5i2.9814.
Kiranadewi, Dhea Fatar, and Agustina Tyas Asri Hardini. 2021. “Perbandingan
Efektivitas Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Model Problem
Solving Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Pada Pembelajaran PPKn.” Journal for
Lesson and Learning Studies 4 (1): 1. https://doi.org/10.23887/jlls.v4i1.33860.
Koll, Bas. 2013. “Conceptual Understanding of Electrical Circuits in Secondary
Vocational Engineering Education : Combining Traditional Instruction with Inquiry
Learning in a Virtual Lab” 102 (3): 375–93. https://doi.org/10.1002/jee.20022.
Komariah, Kokom. 2011. “Penerapan Metode Pembelajaran Problem Solving Model
Polya Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Bagi Siswa Kelas IX
J Di SMPN 3 Cimahi.” Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan Dan Penerapan
MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 181–88.
Judul Artikel... Page |
JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Ladino, Luis A, and Hermilda S Rond. 2019. “In Search of the Dimensions of an
Incandescent Light Bulb Filament.”
M. Ariyanto, F. Kristin, I. Anugraheni. 2018. “Penerapan Model Pembelajaran
Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar
Siswa.” Jurnal Guru Kita 2 (3): 106–15.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jgkp/article/view/10392/9331.
Malik, A., Wahyuni Handayani, and Rany Nuraini. 2015. “Model Praktikum Problem
Solving Laboratory Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa.”
Prosiding Simposium Nasional Inovasi Dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015) 2015
(Pembelajaran): 193–96.
Moreno, Roxana. 2011. “Teaching With Concrete and Abstract Visual
Representations : Effects on Students ’ Problem Solving , Problem Representations ,
and Learning Perceptions” 103 (1): 32–47. https://doi.org/10.1037/a0021995.
Nurhayati, Nurhayati, and Besty Maisura. 2021. “Pengaruh Intensitas Cahaya
Terhadap Nyala Lampu Dengan Menggunakan Sensor Cahaya Light Dependent
Resistor.” CIRCUIT: Jurnal Ilmiah Pendidikan Teknik Elektro 5 (2): 103.
https://doi.org/10.22373/crc.v5i2.9719.
Oliveira, Christopher A De, and Leonardo A Carniato. 2019. “LOAD MODELLING
IN ELECTRIC SYSTEMS : COMPUTATIONALLY IMPLEMENTATION OF
GRAPHICAL INTERFACE AND QUALITATIVE ANALYSIS.” CILAMCE.
Palaniappan, Ramaswamy, Senior Member, Surej Mouli, Senior Member, Evangelia
Fringi, Howard Bowman, I A N Mcloughlin, and Senior Member. 2021.
“Incandescent Bulb and LED Brake Lights : Novel Analysis of Reaction Times.”
https://doi.org/10.1109/ACCESS.2021.3058579.
Pertiwi, Sinta, Debora Natalia Sudjito, and Ferdy Semuel Rondonuwu. 2019.
“Perancangan Pembelajaran Fisika Tentang Rangkaian Seri Dan Paralel Untuk
Resistor Menggunakan Understanding by Design (UbD).” Jurnal Sains Dan Edukasi
Sains 2 (1): 1–7. https://doi.org/10.24246/juses.v2i1p1-7.
Prasti, D, M I Rusdi, S Kasma, and ... 2021. “Implementasi Nodemcu Untuk
Mengontrol Alat Listrik Rumah Tangga Menggunakan Google Assistant.” Proceeding
KONIK (Konferensi Nasional Ilmu Komputer), 571–75.
https://prosiding.konik.id/index.php/konik/article/view/126%0Ahttps://
prosiding.konik.id/index.php/konik/article/download/126/111.
Qu, Na, Jianhui Wang, and Jinhai Liu. 2018. “An Arc Fault Detection Method Based
on Current Amplitude Spectrum and Sparse Representation,” 1–8.
https://doi.org/10.1109/TIM.2018.2880939.

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Rahman Fadli, Arif, Subiki, and Sri Astutik. 2019. “Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Solving Laboratory Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa Di
Man 2 Banyuwangi.” Jurnal Pembelajaran Fisika 8 (2): 53–58.
Reisslein, Jana, Robert K Atkinson, Patrick Seeling, and Martin Reisslein. 2006.
“Encountering the Expertise Reversal Effect with a Computer-Based Environment on
Electrical Circuit Analysis” 16: 92–103.
https://doi.org/10.1016/j.learninstruc.2006.02.008.
Reisslein, and Martin. 2020. “Pre-College Electrical Engineering Instruction : The
Impact of Abstract vs . Contextualized Representation and Practice,” 225–35.
Ristiasari, Tia, Bambang Priyono, Sri Sukaesih, and Jurusan Biologi. 2012. “Model
Pembelajaran Problem Solving Dengan Mind Mapping Terhadap Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa.” J.Biol.Educ 1 (3): 50229.
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujeb.
Romadhon, Haris, and Budiyanto Budiyanto. 2020. “Pemanfaatan Intensitas Radiasi
Cahaya Lampu Dengan Reflektor Panel Surya Sebagai Energi Harvesting.”
RESISTOR (Elektronika Kendali Telekomunikasi Tenaga Listrik Komputer) 3 (2): 45.
https://doi.org/10.24853/resistor.3.2.45-56.
Sadler, John. 2020. “Clinical Problem Solving and the Biopsychosocial Model,” no.
November 1992. https://doi.org/10.1176/ajp.149.10.1315.
Saputro, Jimy Harto, and Tejo Sukmadi. 2019. “ANALISA PENGGUNAAN LAMPU
LED PADA PENERANGAN DALAM RUMAH Metode.”
Seifan, Mostafa, Nigel Robertson, and Aydin Berenjian. 2020. “Use of Virtual
Learning to Increase Key Laboratory Skills and Essential Non-Cognitive
Characteristics.” Education for Chemical Engineers 33: 66–75.
https://doi.org/10.1016/j.ece.2020.07.006.
Subekti, Pri. 2017. “Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V.” Briliant: Jurnal Riset Dan Konseptual
2 (2): 130. https://doi.org/10.28926/briliant.v2i2.46.
Ukhtikhumayroh, and Rahmatsyah. 2021. “Efek Model Problem Based Learning
(PBL) Berbantuan Alat Praktikum Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Pada
Materi Pokok Elastisitas Dan Hukum Hooke.” Jurnal Inovasi Pembelajaran Fisika 8 (4):
83–88.
Verawati, Yuni, Dedy Hamdani, Iwan Setiawan, Jl Wr Supratman Kandang, and
Limun Bengkulu. 2022. “Pengembangan Alat Peraga Ada Materi Energi Dengan
Menggunakan Solar Cell, Sensor Ultrasonik Dan Light Dependent Resistor Berbasis
Arduino Uno.” Amplitudo : Jurnal Ilmu Pembelajaran Fisika 1 (2): 166–73.
Judul Artikel... Page |
JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Zanetti, Vittorio. 2019. “Temperature of Incandescent Lamps” 546 (1985).


https://doi.org/10.1119/1.14410.

LAMPIRAN
PENGOLAHAN DATA
Resistor dan resistor
1. Diketahui :

V =3V
R=4 ohm
I =0,12 A

V =3V
nst=0,1
1
∆ V = ×0,1=0,05 V
2
∆V 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=1,7 % (3 Ap)
V 3
ktp=( 300± 0,0500 ) V

R=4R
nst=0,1
1
∆ R = ×0,1=0,05 R
2
∆R 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=1 , 25 %(3 Ap)
R 4
ktp=( 400 ± 0,0500 ) R

I = 0,12 A
nst=0,01
1
∆ I = ×0,01=0,005 A
2
∆I 0,005
ksr = ×100 %= ×100 %=4 , 16 % (4 Ap)
I 0 , 12
ktp =( 0 ,12 00 ± 0,005000 ) A
2. Diketahui :
V =6 V
R=4 ohm
I =0,32 A

V =6V
nst=0,1

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

1
∆V = ×0,1=0,05 V
2
∆V 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=0,83 % (4 Ap)
V 6

ktp =( 3000± 0,05000 ) V

R=4 R
nst=0,1
1
∆ R = ×0,1=0,05 R
2
∆R 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=1 , 25 %(3 Ap)
R 4
ktp =( 400 ± 0,0500 ) R

I = 0,32 A
nst=0,01
1
∆ I = ×0,01=0,005 A
2
∆I 0,005
ksr = ×100 %= ×100 %=1 , 56 % (4 Ap)
I 0 , 32
ktp=( 0 ,32 00 ± 0,00500 ) A

3. Diketahui :
V =9 V
R=4 ohm
I =0,52 A

V =9V
nst=0,1
1
∆ V = ×0,1=0,05 V
2
∆V 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=0,56 % (4 Ap)
V 9

ktp=( 9000 ±0,05000 ) V


R=4R
nst=0,1
1
∆ R = ×0,1=0,05 R
2
∆R 0,05
ksr = × 100 %= ×100=1,25 %(3 Ap)
R 4
ktp =( 400 ± 0,0500 ) R

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

I = 0,52 A
nst=0,01
1
∆ I = ×0,01=0,005 A
2
∆I 0,005
ksr = ×100 %= ×100 %=0,961% (4 Ap)
I 0,5 2
ktp=( 0,5 200 ± 0,00500 ) A

Resistor dan Lampu


1. Diketahui :

V =3V
R=5 ohm
I =0,12 A

V =3V
nst=0,1
1
∆ V = ×0,1=0,05 V
2
∆V 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=1,7 % (3 Ap)
V 3
ktp=( 300± 0,0500 ) V

R = 5 ohm
nst=0,1
1
∆ R = ×0,1=0,05 R
2
∆R 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=1 %( 5 Ap)
R 5
ktp=( 5 00± 0,0500 ) R

I = 0,12 A
nst=0,01
1
∆ I = ×0,01=0,005 A
2
∆I 0,005
ksr = ×100 %= ×100 %=4 , 16 % (4 Ap)
I 0,1 2
ktp =( 0,120 0 ± 0,0500 ) A
2. Diketahui :
V =6 V
R=5 ohm
I =0,30 A

V =6V
Judul Artikel... Page |
JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

nst=0,1
1
∆ V = ×0,1=0,05 V
2
∆V 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=0,83 % (4 Ap)
V 6
ktp =( 6000± 0,05000 ) V

R = 5 ohm
nst=0,1
1
∆ R = ×0,1=0,05 R
2
∆R 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=1 %( 3 Ap)
R 5
ktp=( 5 00± 0,0500 ) R

I = 0,30 A
nst=0,01
1
∆ I = ×0,01=0,005 A
2
∆I 0,005
ksr = ×100 %= ×100 %=1 , 666 % (4 Ap)
I 0,3 0
ktp=( 0,3 00 0± 0,00500 ) A
3. Diketahui :
V =9 V
R=5 ohm
I =0,53 A

V =9V
nst=0,1
1
∆ V = ×0,1=0,05 V
2
∆V 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=0,56 % (4 Ap)
V 9
ktp =( 9000 ±0,05000 ) V

R = 5 ohm
nst=0,1
1
∆ R = ×0,1=0,05 R
2
∆R 0,05
ksr = × 100 %= ×100 %=1 %( 3 Ap)
R 5
ktp=( 500± 0,0500 ) R

I = 0,53 A
nst=0,01
Judul Artikel... Page |
JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

1
∆I = ×0,01=0,005 A
2
∆I 0,005
ksr = ×100 %= ×100 %=0 , 943 %(4 Ap)
I 0,5 3
ktp=( 0,530 0 ± 0,00500 ) A

PERHITUNGAN DATA
Resistor dan resistor
1. Diketahui :

V =3V
R=4 ohm
V 3
I = = =0,12 A
R 4
ϑI ϑI 1 V 1 3
∆ I= ∆V + ∆ R= ∆ V + 2 ∆ R= 0,05+ 2 0,05=0,0125+0,009375=0,021875 A
ϑV ϑR R R 4 4
∆I 0,021875
ksr = ×100 %= ×100 %=18,2291 % (3 Ap)
I 0,12
ktp=( 0,12 00 ± 0,0219 ) A

2. Diketahui :
V =6 V
R=4 ohm

V 6
I= = =0,32 A
R 4
ϑI ϑI 1 V 1 6
∆ I= ∆V + ∆ R= ∆ V + 2 ∆ R= 0,05+ 2 0,05=0,0125+0,01875=0,03125 A
ϑV ϑR R R 4 4
∆I 0,03125
ksr = ×100 %= ×100 %=9 ,7656 % (3 Ap)
I 0,32
ktp=( 0,320 ±0,03125 ) A

3. Diketahui :
V =9 V
R=4 ohm

V 9
I= = =0,52 A
R 4
ϑI ϑI 1 V 1 9
∆ I= ∆V + ∆ R= ∆ V + 2 ∆ R= 0,05+ 2 0,05=0,0125+0,028125=0,040625 A
ϑV ϑR R R 4 4
∆I 0,040625
ksr = ×100 %= ×100 %=7 ,8125 % (3 Ap)
I 0,5 2
ktp=( 0,5 20 ± 0,04062 ) A

Judul Artikel... Page |


JPF (Jurnal Pendidikan Fisika) UIN Alauddin Makassar Volume XX (X) (20XX)

Resistor dan Lampu


1. Diketahui :

V =3V
R=5 ohm
V 3
I = = =0,12 A
R 5
ϑI ϑI 1 V 1 3
∆ I= ∆V + ∆ R= ∆ V + 2 ∆ R= 0,05+ 2 0,05=0,01+0,006=0,016 A
ϑV ϑR R R 5 5
∆I 0,016
ksr = ×100 %= × 100 %=0 , 0005 %(3 Ap)
I 0 , 12
ktp=( 0,12 0 ± 0,0160 ) A

2. Diketahui :
V =6 V
R=5 ohm

V 6
I= = =0,30 A
R 5
ϑI ϑI 1 V 1 6
∆ I= ∆V + ∆ R= ∆ V + 2 ∆ R= 0,05+ 2 0,05=0,01+0,012=0,022 A
ϑV ϑR R R 5 5
∆I 0,022
ksr = ×100 %= ×100 %=7 , 334 % (3 Ap)
I 0 , 30
ktp=( 0,3 00± 0,0220 ) A

3. Diketahui :
V =9 V
R=5 ohm

V 6
I= = =0,53 A
R 5
ϑI ϑI 1 V 1 9
∆ I= ∆V + ∆ R= ∆ V + 2 ∆ R= 0,05+ 2 0,05=0,01+0,018=0,028 A
ϑV ϑR R R 5 5
∆I 0,028
ksr = ×100 %= × 100 %=5 ,283 % (3 Ap)
I 0,5 3
ktp =( 0,53 0 ± 0,0260 ) A

Judul Artikel... Page |

You might also like