You are on page 1of 14

MAKALAH

VARIASI FONEM & GEJALA FONEMIS

Dosen Pengampuh:
Nila Sudarti, M.Pd

DI SUSUN OLEH :
NAMA : Nurul Hidayanti (22053029)
Sri Utama (22053020)
NurHizzah Ritonga (22053027)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU


PENDIDIKAN.PRODI PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS ASAHAN
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
serta hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sistem Informasi Kesehatan. Pada kesempatan ini kami
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak dan Ibu pengampu mata kuliah yang telah membimbing kami dalam
menyusun makalah ini.
2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa pengetahuan kami masih
terbatas. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat
kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja . Dan kami juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.

Asahan, 27 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2


2.1 Perlunya Organisasi Bimbingan dan Konseling ...................................................... 2
2.2 Dasar-dasar dan Prinsi-prinsip Organisasi Bimbingan dan Konseling .................... 2
2.3 Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling ........................................ 5
2.4 Organisasi Bimbingan dan konseling di Sekolah .................................................... 7

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 10


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manajemen Bimbingan dan Konseling di sekolah agar bisa berjalan seperti yang
diharapkan antara lain perlu didukung oleh adanya organisasi yang jelas dan teratur.
Organisasi tersebut dengan secara tegas mengatur kedudukan, tugas, dan tanggung jawab
para personil sekolah yang terlibat. Organisasi tersebut tergambar dalam struktur atau pola
organisasi yang bervariasi yang tergantung pada keadaan dan karakteristik sekolah masing-
masing. Kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan konseling terlihat dari adanya
kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih luas lagi. Dengan demikian,
kehadiran suatu organisasi bimbingan dan konseling tampaknya menjadi suatu tuntutan alami
untuk menjawab kebutuhan pelaksanaan program pelayanan, khususnya kepada siswa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Seberapa penting organisasi bimbingan dan konseling?


2. Apa dasar-dasar dan prinsip-prinsip bimbingan konseling ?

1.3 Tujuan penulisan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan punulisan adalah:

1. Dapat mengetahui pentingnya organisasi bimbingan dan konseling


2. Dapat mengetahui prinsi-prinsip organisasi bimbingan dan konseling
3. Dapat mengetahui pola dan struktur dan pola organisasi bimbingan dan konseling

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perlunya Organisasi Bimbingan dan Konseling

Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti alat1[1].
Organisasi adalah wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang
sebelumnya tidak dapat di capai oleh individu secara sendiri-sendiri. Organisasi merupakan
suatu unit terkoordinasi yang terdiri setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran
tertentu atau serangkain sasaran. Sebagaimana fungsi organisasi sebagai media menyatukan
persepsi dan tujuan bersama yang hendak dicapai, kehadiran organisasi profesi, khususnya di
bidang bimbingan dan konseling di lingkungan lembaga pendidikan menjadi sangat penting.
Hal itu karena kegiatan program bimbingan dan konseling berarti suatu bentuk kegiatan yang
mengatur kerja, prosedur kerja, dan pola kerja atau mekanisme kerja kegiatan bimbingan dan
konseling. Kegiatan bimbingan ini terfokuskan pada pelayanan yang diberikan kepada para
siswa dan rekan tenaga pendidik serta orangtua siswa, dan evaluasi program bimbingan
Kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan konseling terlihat dari adanya
kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih luas lagi. Dalam wadah organisasi,
tenaga pembimbing bekerja berdasarkan suatu program bimbingan yang direncanakan dan
dikelola dengan baik.

2.2 Dasar-dasar dan Prinsi-prinsip Organisasi Bimbingan dan Konseling

Dasar bagi organisasi bimbingan dan konseling adalah adanya kesepakatan bersama
antar pengurus. Atas dasar kesepakatan itu, pengelolaan dan penyelenggaraan bimbingan dan
konseling dapat melibatkan semua pihak.
Adapun prinsip-prinsip organisasi, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas
Organisasi dibentuk atas dasar adanya tujuan yang ingin dicapai, sehingga tidak
mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan.
2. Prinsip skala hierarki

1[1] Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia

2
Dalam suataun organisasi, harus ada garis kewenangan yang jelas dari pimpinan,
pembantu pimpinan sampai pelaksana, sehingga dapat mempertegas dalam
pendelegasian wewenang dan pertanggung jawaban, dan akan menunjang
efektivitas jalannya organisasi secara keseluruhan.
3. Prinsip kesatuan perintah
Dalam hal ini, seseorang hanya menerima perintah atau bertanggung jawab
kepada seorang atasan.
4. Prinsip pendelegasian wewenang
Seorang pemimpin mempunyai kemampuan terbatas dalam menjalankan
pekerjaannya, sehingga perlu dilakukan pendelegasian wewenang kepada
bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus dapat menjamin tercapainya
hasil yang diharapkan.
5. Prinsip pertanggung jawaban
Dalam menjalankan tugasnya, setiap pegawai harus bertanggung jawab
sepenuhnya kepada atasan.
6. Prinsip pembagian pekerjaan
Suatu organisasi, untuk mencapai tujuannya, melakukan berbagai aktivitas atau
kegiatan. Agar kegiatan dapat berjalan optimal, dilakukan pembagian
tugas/pekerjaan yang didasarkan pada kemampuan dan keahlian dari tiap-tiap
pengurus.
7. Prinsip rentang pengendalian
Artinya bahwa jumlah bawahan atau staf yang harus dikendalikan oleh seoran
atasan perlu dibatasi secara rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk
dan tipe organisasi. Semakin besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang
cukup banyak, semakin komplek rentang pengendaliannya.
8. Prinsip fungsional
Secara fungsional, tugas dan wewenang, kegiatan, hubungan kerja, serta tanggung
jawab seorang pegawai harus jelas.
9. Prinsip pemisahan
Tanggung jawab tugas pekerjaan seseorang tidak dapat dibebankan kepada orang
lain.
10. Prinsip keseimbangan
Keseimbangan di sini adalah keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif
dan tujuan organisasi.
3
11. Prinsip fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai
dengan dinamika organisasi sendiri dank arena adanya pengaruh di luar
organisasi, sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai
tujuannya.
12. Prinsip kepemimpinan
Dalam organisasi, apa pun bentuknya diperlukan pemimpin atau dengan kata lain,
organisasi mampu menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan
yang digerakkan oleh pemimpin organisasi tersebut.2[2]

Delapan sifat pemimpin yang menjadi pertimbangan dalam sebuah organisasi yang
akan mempengaruhi lahirnya sebuah kebijakan, yaitu sebagai berikut :

1. Kemampuan untuk memusatkan


2. pendekatan pada nilai yang sederhana
3. Selalu bergaul dengan orang
4. menghindari professional tiruan
5. Mengelola perubahan
6. Memilih orang
7. hindari “mengerjakan semua sendiri”
8. Meghadapi kegagalan3[3]

2[2] Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia
3[3] Juntika Nurihsan, Achmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT.
Refika Aditama

4
2.3 Pola dan Struktur Organisasi Bimbingan dan Konseling

1. Struktur

Struktur Organisasi bimbingan dan konseling di sekolah menengah


(SMP/MTs,SMA/MA/SMK)

Orang tua Kepala Sekolah


Instansi Pemerintah/
Wakil Kepala
Swasta, Organisasi
Profesi
(ABKIN,PGRI) para
ahli (seperti Dokter,
dan Psikolog)

Tata Usaha

Walikelas Guru Mata


Koordinator BK/ Guru
Pembimbingan Pelajaran
(Konselor)

Siswa

Menurut buku, “Bimbingan dan Konseling” (2008: 26), struktur organisasi


pelayangan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan tidak harus sama.
Masing-masing disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang bersangkutan. Meskipun
demikian struktur organisasi pada setiap satuan pendidikan hendaknya memperhatikan hal-
hal berikut :

a. Menyeluruh
b. Sederhana

5
c. Luwe dan terbuka
d. Menjamin berlangsungnya kerja sama
e. Menjamin terlaksananya pengawasan, penilaian dan upaya tindak lanjut4[4]

2. Personal

Personal layanan bimbingan konseling adalah segenap unsur yang terkait di dalam
struktur organisasi pelayanan bimbingan konseling dengan coordinator guru pembimbing
khusus sebagai pelaksana utama. Personal yang dapat berperan dalam pelayanan bimbingan
dan konseling terentang secara vertikal dan horizontal. Pada umumnya dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
a. Personal pada Kantor Dinas Pendidikan yang bertugas melakukan pengawasan
(penyeliaan) dan pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan
konseling di satuan pendidikan.
b. Kepala Sekolah, sebagai penanggung jawab program pendidikan secara menyeluruh
(termasuk di dalamnya program bimbingan dan konseling) di satuan pendidikan
masing-masing.
c. Guru Pembimbing atau Guru Kelas, sebagai petugas utama dan tenaga inti dalam
pelayanan bimbingan dan konseling.
d. Guru-guru lain, (guru mata pelajaran Guru Praktik) serta wali kelas, sebagai
penanggung jawab dan tenaga ahli dalam mata pelajaran, program latihan atau kelas
masing-masing.
e. Orang tua, sebagai penanggung jawab utama peserta didik dalam arti yang seluas-
luasnya.
f. Ahli-ahli lain, dalam bidang non bimbingan dan nonpelajaran/ latihan (seperti dokter,
psikolog, psikiater) sebagai subjek alih tangan kasus.
g. Sesama peserta didik, sebagai kelompok subyek yang potensial untuk
diselenggarakannya “bimbingan sebaya”5[5]
Untuk setiap personal yang diidentifikasikan itu ditetapkan, tugas, wewenang, dan
tanggung jawab masing-masing yang terkait langsung secara keseluruhan organisasi
pelayanan bimbingan dan konseling. Tugas, wewenang dan tanggung jawab Guru

4[4] Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia

5[5]Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia

6
Pembimbing sebagai tenaga inti pelayanan bimbingan dan konseling dikaitkan antara seorang
Guru Pembimbing dan jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab langsungnya.
Guru Kelas sebagai tenaga pembimbing bertanggungjawab atas pelaksanaan bimbingan dan
konseling terhadap seluruh peserta didik di kelasnya.
Berhubungan dengan jenjang dan jenis pendidikan serta besar kecilnya satuan
pendidikan, jumlah dan kualifikasi personil (khusus personil sekolah) yang dapat dilibatkan
dalam pelayanan bimbingan dan konseling pada setiap satuan pendidikan dapat tidak sama.
Dalam kaitan itu, tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing personil di setiap
satuan pendidikan disesuaikan dengan kondisi satuan pendidikan yang bersngkutan tanpa
mengurangi tuntutan akan efektifitas dan efisiensi pelayanan bimbingan dan konseling secara
menyeluruh demi kepentingan peserta didik.6[6]

2.4 Organisasi Bimbingan dan konseling di Sekolah

Sekolah adalah suatu organisasi formal. Di dalamnya terdapat usaha-usaha administrasi


untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran nasional. Bimbingan konseling adalah sub
organisasi dari organisasi sekolah yang melingkupinya.
Bimbingan dan konseling disekolah merupakan bagian terpadu dari sekolah tersebut,
sehingga dalam pelaksanaannya tergantung bagaimana pengorganisasian yang dijalankan
disekolah tersebut, sehingga tidak ada tolok ukur bagaimana organisasi bimbingan dan
konseling disekolah yang terbaik.7[7]
Organisasi bimbingan konseling di sekolah dalam pengertian umum adalah suatu
wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan secara
bersama-sama.8[8] Sebagai suatu badan, banyak ahli menawarkan model atau pola organisasi
mana yang cocok diterapkan disekolah. Akan tetapi pola organisasi yang dipilih harus
berdasarkan atas kesepakatan bersama diantara pihak-pihak yang terkait di sekolah yang
dilanjutkan dengan usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian tugas,
pengendalian proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan.
Organisasi bimbingan dan konseling disekolah mutlak diperlukan, karena:

6[6]gurupembaharu.com/home/wp-content/plugins/.../download.php?id=2625
7[7] Sukardi, Dewa Ketut. Organisasi dan Administrasi Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional
8[8]Depdiknas.2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah
Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan

7
1. Pelayanan bimbingan adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
keseluruhan program pendidikan. Ini berarti bahwa seluruh staf sekolah baik
kepala sekolah, guru, Sali kelas, maupun staf admnistrasi sekolah perlu
melibatkan diri dalam usaha layanan bimbingan.
2. Pembinaan bimbingan dan konseling di sekolah ada pada kepala sekolah
sebagai administrator sekolah yang memegang peranan kunci.
3. Tanggung jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan konseling
di sekolah hendaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang yang
memilikii persyaratan tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat, sikap
dan kepribadian, ketrampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup untuk
melaksanakan tugas.
4. Program bimbingan merupakan suatu bentuk kegiattan yang cukup luas
bidang geraknya.
5. Program layanan bimbingan di seklah hendaknya perlu di evaluasi untuk
mengertahui efektivitas dan efisiensi program.
6. Petugas-petugas yang diserah tanggung jawab bimbingan yang bersifat
khusus, seperti kegiatan konseling hendaknya ditangani oleh petugas yang
professional da berkompeten mengerjakan tugas tersebut.
7. Petugas-petugas bimbingan dan seluruh staf pelaksanan bimbingan mutlak
perlu diberikan latihan dalam jabatan. Sebagai suatu alat untuk memperbaiki
pelayanan bimbingan di sekolah.9[9]
Prinsip-Prinsip Organisasi Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dalam organisasi bimbingan dan konseling di sekolah perlu diperhatikan beberapa
prinsip operasional, karena pelaksanan dari prinsip-prinsip tersebut digunakan untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan program bimbingan di sekolah. Prinsip tersebut antara
lain:
1. Program layanan bimbingan di sekolah harus dirumuskan dengan jelas
2. Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah masing-masing
3. Penempatan petugas-petugas bimbingan harus disesuaikan dengan kemampuan,
potensi-potensi (bakat, minat dan keahliannya masing-masing)
4. Program bimbingan hendaknya diorganisasikan secara sederhana

9[9] Ridwan. 1998. Penangan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Penangan Efektif
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

8
5. Menciptakan jalinan kerjasama yang erat diantara petugas bimbingan di sekolah, dan
di luar sekolah yang berkaitan dengan program bimbingan di sekolah.
6. Organisasi harus dapat memberikan berbagai informasi yang penting bagi
pelaksanaan program layanan bimbingan.
7. Program layanan bimbingan harus merupakan suatu program yang integral dengan
keseluruhan program pendidikan di sekolah.10[10]

10[10] Tim Dosen PPB FIP UNY. 1993. Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah.
Yogyakarta:UNY.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan konseling terlihat dari adanya
kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih luas lagi. Dalam wadah organisasi,
tenaga pembimbing bekerja berdasarkan suatu program bimbingan yang direncanakan dan
dikelola dengan baik.
Prinsip-prinsip organisasi bimbingan dan koseling, yaitu

1. Organisasi harus mempunyai tujuan yang jelas


2. Prinsip sekala Hierarki
3. Prinsip kesatuan perintah
4. Prinsip pendelegasian wewenang
5. Prinsip pertanggungjawaban
6. Prinsip pembagian pekerjaan
7. Prinsip rentang pengendalian
8. Prinsip fungsional
9. Prinsip pemisahan
10. Prinsip keseimbangan
11. Prinsip fleksibilitas
12. Prinsip kepemimpinan

Pola dan Struktur Organisasi bimbingan san konseling;


1. Struktur
2. Personal
Organisasi bimbingan konseling di sekolah dalam pengertian umum adalah suatu
wadah atau badan yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai tujuan bimbingan secara
bersama-sama. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) adalah suatu
organisasi profesi yang beranggotakan guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan
kualifikasi pendidikan akademik strata satu (S-1) dari Program Studi Bimbingan dan
Konseling dan Program Pendidikan Konselor (PPK).

10
DAFTAR PUSTAKA

Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung : CV. Pustaka Setia
Juntika Nurihsan, Achmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung : PT.
Refika Aditama
gurupembaharu.com/home/wp-content/plugins/.../download.php?id=2625
http://boharudin.blogspot.com/2011/05/kode-etik-profesi-konselor-indonesia.html
Depdiknas.2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Bahan Belajar Mandiri Musyawarah
Kerja Pengawas Sekolah), Jakarta: Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Tim Dosen PPB FIP UNY. 1993. Bimbingan dan Konseling
Sekolah Menengah. Yogyakarta:UNY.
Ridwan. 1998. Penangan Efektif Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Penangan Efektif
Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta
Sukardi, Dewa Ketut. Organisasi dan Administrasi Bimbingan dan Konseling di
Sekolah. Surabaya: Usaha Nasional

11

You might also like