BUDAYA ANTIKORUPSI DAN PERAN POLRI MENYONGSONG

PEMILU DAMAI MENUJU INDONESIA MAJU

Korupsi adalah bentuk tindakan amoral dengan menyalahgunakan kekuasaan untuk

memperoleh kekayaan dengan melanggar undang-undang. Korupsi sudah menjadi bahasan
dalan keseharian masyarakat mulai dari kalangan biasa saja hingga kaum elit pun sudah biasa
menyajikannya dalam berbagai kesempatan.

Dinamika korupsi di negeri ini sudah sangat mengerikan, menurut riset indoensia adalah
salah satu negara terkorup di dunia berdasarkan hasil survey lembaga Transparency
International, Indeks Perilaku Korupsi Indonesia (IPK) Masih berada di angka 34 atau masih
tergolong sebagai negara yang bermasalah dengan serius terhadap korupsi Sungguh ironi bagi
bangsa yang besar ini, masih harus bergelut melawan “penyakit” moral yang satu ini

Mirisnya lagi, perilaku korupsi sendiri telah dianggap sebagai “budaya” atau kebiasaan yang
tentu saja mendiskreditkan nilai-nilai filosfis dari suatu budaya. Budaya datang dari
kebiasaan yang amat luhur serta mencerminkan kearifan dalam kehidupan sehinggi kurang
tepat rasanya bila kebiasaan buruk dimaknai sebagai budaya.

Tahun 2024 adalah era emas bagi dinamika kehidupan masyarakat Indonesia, bagaimana
tidak, tahun itu adalah semarak pesta demokrasi yang menentukan arah dan tujuan
pembangunan negara dan masyarakat Indonesia. Momen ini bisa menjadi titik balik dalam
perjuangan mencapai kemajuan suatu bangsa

Pemilu 2024 diharapkan sebagai momentum yang tepat dalam memperbaiki arah dan tujuan
pembangunan negara dan masyarakat. Menghadapi era emas penting adanya kesadaran yang
tumbuh dalam setiap masyarakat tentang kebiasaan baik dalam segala aspek termasuk
kejujuran dan integritas serta melekatkan perilaku antikorupsi sebagai budaya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk memanfaatkan momentum kebangkitan budaya antikorupsi pemilu 2024 perlu adanya
kesadaran yang kuat untuk mendorong peningkatan nilai indeks perilaku antikorupsi atau
IPAK yang saat ini masih berada di angka 3,93 (skala 0-5) berdasarkan data dari BPS tahun
2022 yang disusun berdasarkan dua dimensi, yaitu Dimensi Persepsi dan Dimensi
Pengalaman. Dengan adanya peningkatan mutu perilaku antikorupsi tersebut kedepannya
mampu Membangun kebudayaan yang sesungguhnya yang memiliki nilai kearifan yang kuat.

Pemilu yang baik adalah pemilu yang dilaksanakan penuh dengan nilai juang dan etos kerja
yang positif termasuk budaya kejujuran dan integritas dalam berkompetisi guna mewujudkan
perdamaian yang menghantarkan pada kemajuan suatu bangsa. Dengan terwujudnya pemilu
yang damai akan menjadi jembatan utama arah pembangunan masyarakat dan bangsa
menjadi bangsa yang maju dengan melekatnya budaya antikorupsi dalam kehidupan
masyarakat.

Polri sebagai institusi penegak hukum dan penjaga ketertiban masyarakat sebagai mitra dan
pengayom masyarakat dalam upaya mewujudkan budaya antikorupsi dengan melalui
terciptanya pemilu yang damai sehingga terwujudnya Indonesia maju. Institusi Polri yang
berperan penting dalam penegakan hukum baik secara preventif
dan represif terhadap masyarakat sehingga patut untuk diperhatikan sebagai salah satu unsur
yang berperan penting menyongsong terciptanya pemilu yang damai serta tertib. Dalam hal
perwujudan keamanan dan keteriban masyarakat, polri memiliki peran yang sangat vital
sebagai ujung tombak dalam penegakam hukum dan tata tertib sehingga Institusi polri
memegang peranan penting dalam pelaksanaan pemilu yanng damai serta berbudaya
antikorupsi.

Untuk mewujudkan budaya antikorupsi di Negara Indonesia ini tidak cukup hanya dengan
penegakan norma hukum (represif) namun perlu ada edukasi dan sosialisasi yang
memanfaatkan berbagai media yang mampu memberikan terapi psikologis terhadap
masyarakat tentang pentingnya sikap antikorupsi yang dibudayakan dan diterapkan dalam sisi
kehidupan dan momen yang pas salah satunya melalui pemilu di tahun 2024 ini.

Dengan membudayakan perilaku antikorupsi dalam rangka pemilu damai menuju Indonesia
maju, maka rasa optimisme akan tercapainya tujuan bangsa akan semakin besar.