Professional Documents
Culture Documents
Minipro
Minipro
PENDAHULUAN
Perilaku buang air besar sembarangan (BABS) termasuk salah satu contoh
perilaku yang tidak sehat. BABS adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja
di ladang, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan
B
erdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1,1 milyar
orang atau 17% penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka. Dari data
tersebut diatas sebesar 81% terdapat di 10 negara dan Indonesia merupakan negara
kedua terbanyak ditemukannya buang air besar di area terbuka, yaitu India (58%),
Indonesia (5%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria (3%),
(1)
Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%). Di Indonesia hasil
Riskesdas 2010 menunjukkan penduduk yang buang air besar di area terbuka
sebesar 24,7% dan buang air besar dilubang tanah sebesar 11,7%. Sedangkan akses
(3)
akhir tinja sebesar 55,5 %.
sanitasi dan higiene yang buruk memberikan dampak kerugian finansial dan
ekonomi termasuk biaya perawatan kesehatan, produktivitas dan kematian usia dini.
1
Kerugian ekonomi di Indonesia mencapai Rp.56 triliun/tahun dan 53% kerugian
adalah dampak kesehatan, adapun kerugian waktu senilai Rp.10,7 triliun/tahun dan
kehilangan hari kerja berkisar 2-10 hari. Kerugian akibat kematian diperkirakan
(4-5)
Rp.25 triliun/tahun dan 95% kematian terjadi pada anak usia 0-4 tahun.
Perilaku buang air besar ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasil penelitian
yang dilakukan terkait dengan penggunaan jamban, bahwa terdapat hubungan antara
(OR=7,5), pembinaan petugas (OR=4,48) dan dukungan aparat desa, kader posyandu
(6)
penggunaan jamban. Pada penelitian lainnya disebutkan bahwa pengetahuan, sikap,
ketersediaan air, peraturan dan sangsi sosial tidak berhubungan dengan perilaku
(7)
buang air besar.
didukung oleh faktor yang berasal dari dalam diri individu tersebut (faktor
pekerjaan, pendapatan, jenis kelamin, umur, suku, dan sebagainya. Kemudian faktor
dari luar individu (faktor eksternal) seperti kondisi jamban, sarana air bersih,
pengaruh lingkungan (peran petugas kesehatan termasuk tokoh adat dan tokoh
agama.(8)
2
Karanganyar memiliki luas wilayah 1.9940.286 km2 dengan 13 desa/kelurahan,
salah satu desa dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu sejumlah 5191 orang
dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 1689 KK. Desa Karanganyar merupakan
desa terluas di kecamatan yaitu seluas 275,808 ha. Dusun V yang diteliti pada
penelitian ini memiliki luas wilayah 83,9954 ha dengan jumlah kepala keluarga
sebanyak 330 KK dan jumlah penduduk 1037 orang, dengan perincian 546 laki-laki
dan 491 prempuan. Dusun V terdiri 6 RT yang terbagi menjadi beberapa wilayah
sanitasi yang memadai, namun masih ada beberapa hal yang masih perlu
ditingkatkan. Untuk akses air bersih khususnya air minum yang layak di Kecamatan
Karanganyar mencapai angka 72,4%, akses sanitasi layak khususnya jamban sehat
mencapai 53,67%, sedangkan untuk desa ODF (Open Defecation Free) masih belum
ada desa yang mencapainya. Dalam lingkup wilayah lebih kecil yaitu Desa
Karanganyar, akses sanitasi layak jamban sehat berada pada angka yang lebih tinggi
yaitu 88,6%.(9) Namun Dusun V merupakan dusun di Desa Karanganyar yang masih
memiliki angka kejadian BABS yang tinggi. Pada tahun 2017, Dusun V sudah
dilakukan satu kali kegiatan pemicuan namun angka BABS tidak menurun signifikan.
3
sumur gali dan mata air sebagai sumber air bersih. Namun walaupun sudah tersedia
keluarga yang tidak memiliki sarana air bersih dirumahnya. (6) Penelitian lain
menyatakan bahwa ketersediaan air tidak ada hubungan dengan perilaku buang air
besar (p=0,660) sedangkan sarana air bersih tidak ada hubungan dengan pemanfaatan
bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan air bersih dengan perilaku BABS.(11)
ketersediaan air bersih dengan kejadian BABS di Dusun V dan mendalami keadaan
Karanganyar?
4
1.3 Tujuan Penelitian
Karanganyar.
Karanganyar.
buang air besar sembarangan (BABS) terkait dengan ketersediaan sarana air
bersih.
5
Penelitian tentang hubungan ketersediaan air bersih dan perilaku BABS sudah
kondisis jamban, ketersediaan air bersih, jarak rumah ke tempat BAB selain
gambaran jenis-jenis sarana air bersih dan jarak sarana air bersih dengan
bersih. Sedangkan pada penelitian ini akan membahas lebih dalam mengenai
Pada penelitian ini, kejadian BABS dan gambaran sarana air bersih akan
sarana air bersih yang akan dibahas terkait dengan jenis-jenis sarana air bersih yang
digunakan, jarak sarana air bersih dengan sumber kontaminasi khususnya jamban.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan
menjadi air minum setelah dimasak terlebih dulu. Menurut Ketentuan Umum
persyaratan bagi sistem penyediaan air minum, dimana persyaratan yang dimaksud
adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologis
dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping .(12)
Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu
sistem penyediaan air bersih, karena tanpa sumber air maka suatu sistem penyediaan
air bersih tidak akan berfungsi. Macam-macam sumber air yang dapat di manfaatkan
1. Air hujan
Air hujan disebut juga dengan air angkasa. Beberapa sifat kualitas dari air
7
i) Pada saat uap air terkondensi menjadi hujan, maka air hujan merupakan
air murni (H2O), oleh karena itu air hujan yang jatuh ke bumi mengandung
ii) Gas-gas yang ada di atmosfir umumnya larut dalam butir-butir air hujan
terkontaminasi dengan gas seperti CO2. Air hujan yang beraksi dengan gas
SO2 dari daerah vulkanik atau daerah industri akan menghasilkan senyawa
asam (H2SO4), sehingga dikenal dengan acid rain yang bersifat asam
atau agresif
iii) Dari segi kuantitas air hujan tergantung pada tinggi rendahnya curah
hujan, sehingga air hujan tidak bisa mencukupi persediaan air bersih
2. Air permukaan
air bersih adalah air waduk (berasal dari air hujan dan air sungai), air sungai
(berasal dari air hujan dan mata air), dan air danau (berasal dari air hujan, air
sungai atau mata air). Pada umumnya air permukaan telah terkontaminasi
Kontaminan ini berasa dari buangan domestik, buangan industri, dan limbah
pertanian.
8
3. Mata air
Dalam segi kualitas, mata air sangat baik bila dipakai sebagai air baku,
karena berasal dari dalam tanah yang muncul ke permukaan tanah akibat
Dari segi kuantitasnya, jumlah dan kapasitas air sangat terbatas sehingga
bila mata air terus-menerus diambil, maka semakin lama akan habis dan
Mata air disebut terlindung bila mata air adalah sumber air permukaan
tanah di mana air timbul dengan sendirinya dan terlindung dari air bekas
4. Air tanah
Air tanah banyak mengandung garam dan mineral yang terlarut pada
waktu air melalui lapisan-lapisan tanah. Secara praktis air tanah bebas polutan
bahwa air tanah dapat tercemar oleh zat-zat yang mengganggu kesehatan
Bila ditinjau dari kedalaman air tanah maka dibedakan menjadi air tanah
dangkal dan air tanah dalam. Air tanah dangkal mempunyai kualitas lebih
rendah dibandingkan air tanah dalam. Hal ini disebabkan karena air tanah
9
dangkal lebih mudah mendapat kontaminasi dari luar dan fungsi tanah sebagai
Dari segi kuantitas, air tanah ini dinilai relatif cukup. Tetapi bila dilihat
dari segi kontinuitasnya maka pengambilan air tanah harus dibatasi, karena
pencemaran sehingga dapat diperoleh kualitas air yang baik sesuai dengan standar
kesehatan. Ada berbagai jenis sarana air bersih yang digunakan masyarakat untuk
1. Sumur gali
Sumur gali adalah salah satu jenis sarana penyediaan air bersih yang dibuat
dengan cara menggali tanah sampai pada kedalaman tertentu sampai keluar
mata airnya. Pernyataan teknis sumur gali dari segi kesehatan adalah : (15)
i) Apabila letak sumber pencemaran lebih tinggi dari sumur gali, maka jarak
letak sumber pencemaran sama atau lebih rendah dari sumur gali maka
jarak minimal sumur gali tersebut adalah 9 meter, yang termasuk sumber
10
pencemaran adalah: jamban, air kotor atau comberan, tempat pembuangan
ii) Lantai harus kedap air minimal 1 meter dari sumur, tidak retak atau bocor
iii) Saluran pembuangan air limbah harus kedap air, tidak menimbulkan
iv) Tinggi bibir sumur minimal 80 cm dari lantai terbuat dari bahan yang kuat
vi) Jika pengambilan air dengan timba harus ada timba khusus. Untuk
diletakkan di lantai.
vii) Sumur gali disebut sebagai sumur gali terlindung bila syarat nomor ii, iii,
Sumur pompa tangan terdiri dari sumur pompa tangan dangkal, sedang, dan
i) Jarak SPT minimal 11 meter dari sumber pencemar, seperti jamban, air
lain.
11
ii) Lantai harus kedap air, minimal 1 meter dari sumur, tidak retak/bocor,
sampai 5%.
iii) Saluran pembuangan air limbah (SPAL) harus kedap air, tidak
iv) Pipa penghisap dilindungi dengan casing atau coran rapat air sekurang-
v) Ujung pipa bawah saringan dipasang dop, bagian luar saringan diberi
kerikil sebesar biji jagung yang berukuran kurang lebih 2,5 meter. Pada
bagian pompa, klep, dan karet penghisap harus bekerja dengan baik agar
tidak memerlukan air pancingan, serta dudukan pompa harus kuat, rapat
3. Pemipaan
ii) Pipa yang baik harus tidak melarut dalam air atau tidak mengandung bahan
tidak lebih dari 5%. Pemasangan pipa tidak boleh terendam dalam air
kotor atau air sungai. Bak penampungan harus rapat air dan tidak dapat
perpipaan harus melalui kran. Sedangkan untuk kran umum, lantai mudah
12
dibersihkan dan harus kedap air, luas lantai minimal 1m 2, tidak tergenang
air, dan kemiringan lantai 1-5%. Tinggi kran minimal 50-70 cm dari
Persyaratan sarana air bersih berupa penampungan air hujan adalah sebagai
berikut:
i) Talang air yang masuk ke bak PAH harus dapat diatur posisinya agar air
ii) Tinggi bak saringan minimal 40 cm, terbuat dari bahan yang kuat dan rapat
iii) Pipa peluap (over flow) harus dipasang kawat kassa rapat nyamuk.
iv) Tinggi kran dari lantai 50-60 cm, lantai bak pengambilan berfungsi
sebagai resapan dengan susunan batu, pasir setebal minimal 0,6 dari lantai
vi) Untuk meningkatkan mineral, air hujan dialirkan pada saringan pasir, dan
Syarat lokasi dan konstruksi perlindungan mata air adalah sebagai berikut: (26)
13
i) Syarat lokasi
(2) Sumber air harus pada mata air dan diperkirakan mencukupi
kebutuhan.
(3) Sumber air terdapat pada lokasi air tanah yang terlindung dan tidak
(1) Tutup bak perlindungan dan dinding bak rapat air, pada bagian atas
yang arahnya keluar dari bak, agar tidak mencemari air yang masuk ke
bak penangkap.
(2) Pada bak perlindungan dilengkapi pipa peluap yang dipasang dengan
(3) Tutup bak terbuat dari bahan yang kuat dan rapat air, ukuran garis
tengah minimum 60 cm (sebaiknya bundar) pada atas bak
penampunganya.
(4) Lantai bak penampung harus rapat air dan mudah dibersihkan serta
(5) Dilengkapi saluran pembuangan air limbah yang rapat air dan
kemiringan minimal 2 %.
14
2.1.4 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan
P
erilaku buang air besar sembarangan (BABS) termasuk salah satu contoh
perilaku yang tidak sehat. BABS adalah suatu tindakan membuang kotoran atau tinja
di ladang, hutan, semak–semak, sungai, pantai atau area terbuka lainnya dan
(1-2)
dibiarkan menyebar mengkontaminasi lingkungan, tanah, udara dan air.
Berdasarkan data WHO pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 1.1 milyar
orang atau 17 % penduduk dunia masih buang air besar di area terbuka. Dari data
negara kedua terbanyak ditemukannya buang air besar di area terbuka, yaitu India
(58%), Indonesia (5%), China (4,5%), Ethiopia (4,4%), Pakistan (4,3%), Nigeria
(3%), Sudan (1,5%), Nepal (1,3%), Brazil (1,2%) dan Niger (1,1%). Di dunia
jumlah orang buang air besar di area terbuka semakin menurun hal ini dapat dilihat
dari data berikut pada tahun 1990 (25%), 2000 (21%) dan 2008 (17%). Sedangkan
(1)
di Indonesia pada tahun 1990 (39%), 2000 (31%) dan 2008 (26%).
besar di area terbuka sebesar 24,7 % dan buang air besar dilubang tanah sebesar
(3)
jenis kloset dan pembuangan akhir tinja sebesar 55,5 %. Di Indonesia, akses
15
Sedangkan jumlah orang yang buang air besar diarea terbuka diperkotaan lebih
(3,16)
rendah (15,7%) dibanding dipedesaan (34,4%) .
diutamakan adalah tinja dan urin karena kedua bahan buangan ini dapat menjadi
(17)
sumber penyebab timbulnya penyakit saluran pencernaan. Manusia
mengeluarkan tinja rata – rata seberat 100 - 200 gram per hari, namun berat tinja
(18)
yang dikeluarkan tergantung pola makan. Tinja mengandung berjuta-juta
Coliform bacteria yang dikenal dengan Escherichia coli dan fecal streptococci
manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya dalam jumlah besar dengan
(19-20)
rata-rata 50 juta per gram.
sebenarnya penyakit yang dapat dikontrol dan dicegah melalui sanitasi yang baik,
16
status kesehatan, usia dan jenis kelamin) dan perilaku penjamu (kebersihan
yaitu Fluids, Fields, Flies dan Fingers, siklus ini dimulai dari kontaminasi
oleh tinja manusia melalui pencemaran air dan tanah, penyebaran serangga dan
Penularan penyakit dari tinja manusia di kenal sebagai oral - fekal transmisi
(17)
Gambar 2.1. Bagan transmisi penyakit dari tinja manusia.
memutuskan rantai penularan penyakit karena tinja dan mengisolasi agar tinja
yang mengandung kuman penyakit tidak sampai kepada inang baru, perlu
dilakukan pembuangan tinja yang sehat sebagai penghalang sanitasi. Hal ini dapat
17
(17)
Gambar 2.2. Pembuangan tinja yang sehat.
sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber
air minum, tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus,
cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari
dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna, cukup penerangan, lantai
kedap air, ventilasi cukup baik, tersedia air dan alat pembersih. (23)
Jamban yang sehat adalah yang menggunakan leher angsa karena apabila
berpengetahuan akan membangun jamban yang sehat yang sesuai dengan jenis
dan syarat – syarat yang telah ditentukan. Syarat jamban sehat menurut Depkes RI
18
2007 adalah kotoran tidak mencemari permukaan tanah, air tanah dan air
permukaan, cukup terang, tidak menjadi sarang serangga (nyamuk, lalat, lipan, dan
kecoa), selalu dibersihkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap, cukup
Sarana air bersih contohnya seperti sumur gali, memiliki ketentuan jarak
tertentu terhadap sumber kontaminasi. Sumur gali harus ditempatkan jauh dari
sumber pencemar. Apabila letak sumber pencemar lebih tinggi dari sumur dan
diperkirakan aliran air tanah mengalir ke sumur, maka jarak minimal sumur terhadap
sumber pencemar adalah 11 meter. Jika letak sumber pencemar sama atau lebih
rendah dari sumur, maka jarak minimal adalah 9 meter dari sumur. Sumber pencemar
dalam hal ini adalah jamban, air kotor/comberan, tempat pembuangan sampah,
Jarak aman antara jamban dengan sumber air bersih dipengaruhi oleh berbagai
2. Faktor hidrologi : yang termasuk dalam faktor hidrologi antara lain kedalaman
air tanah.
19
3. Arah dan kecepatan aliran tanah, lapisan tanah yang berbatu dan berpasir.
Pada lapisan jenis ini diperlukan jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan
4. Faktor meteorologi : di daerah yang curah hujannya tinggi, jarak sumur harus
dapat disebutkan bahwa bakteri patogen lebih tahan pada tanah basah dan
lembab. Cacing dapat bertahan pada tanah yang lembab dan basah selama 5
bulan, sedangkan pada tanah yang kering dapat bertahan selam 1 bulan.
untuk keperluan orang banyak, laju aliran tanah menjadi lebih cepat untuk
mengisi kekosongan.
Perilaku BABS dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah sarana
antara ketersediaan sarana air dengan penggunaan jamban. Hal ini ditunjukkan
dalam hasil penelitian bahwa ketersediaan sarana air bersih 7,5 kali meningkatkan
(6)
perilaku keluarga dalam menggunakan jamban dan kecukupan air penggelontor
(24)
berpengaruh 9,7 kali terhadap pemanfaatan jamban keluarga.
20
Penelitian lain menyatakan bahwa ketersediaan air tidak ada hubungan dengan
perilaku buang air besar (p=0,660) sedangkan sarana air bersih tidak ada hubungan
dengan pemanfaatan jamban (p=0,8).(7,10) Begitu pula penelitian Qudsiyah et al. 2015,
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan air bersih dengan
perilaku BABS.(11)
D
alam penelitian kualitatif menjelaskan bahwa masyarakat yang bertempat
(2)
tinggal dekat sungai menjadi faktor pendukung buang air besar di area terbuka.
1,32 kali untuk tidak memanfaatkan jamban. Hal ini dikarenakan masyarakat
yang bertempat tinggal dekat dengan sumber air lebih cenderung melakukan
(24)
aktivitas buang air besar di area tersebut. Begitu pula penelitian sejenis
menyebutkan ada hubungan antara jarak rumah ke tempat BAB selain jamban
dengan tingginya angka open defecation. Jarak rumah ke tempat BAB dalam
angka open defecation dibandingkan dengan jarak rumah ke tempat BAB dalam
(10)
keluarga.
21
2.2 Landasan Teori
a. Sumber air merupakan salah satu komponen utama yang ada pada suatu sistem
karakteristik masing-masing.
b. Sarana air bersih adalah bangunan beserta peralatan dan perlengkapannya yang
sehingga dapat diperoleh kualitas air yang baik sesuai dengan standar kesehatan.
c. Perilaku BABS termasuk salah satu contoh perilaku yang tidak sehat dimana
kotoran atau tinja dibuang di ladang, hutan, semak-semak, sungai, pantai atau
kotoran manusia yang merupakan bahan buangan dapat menjadi sumber penyebab
berbagai macam penyakit. Memiliki jamban yang sehat merupakan salah satu
e. Perilaku BABS dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah sarana air
berhubungan.
22
2.3 Kerangka Konsep
2.4 Hipotesis
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
pendekatan cross sectional dimana peneliti ingin mengetahui hubungan variabel satu
dengan variabel lainnya yang mempengaruhi perilaku keluarga dalam buang air
besar.
Sampel penelitian ini adalah anggota keluarga yang memenuhi kriteria inklusi
sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Ayah, kalau dalam keluarga tersebut terdiri dari ayah, ibu dan anak.
24
b. Ibu, kalau dalam keluarga tersebut statusnya janda atau ayah sulit ditemui
2. Kriteria Eksklusi
berikut :
Keterangan:
N = besar sampel
N = besar populasi
kepercayaan (TK).
menggunakan = 0,5
n= 305(1,96)2 x 0,5(1-0,5)
305(0,1)2 + (1,96)2 x 0,5(1-0,5)
25
n = 1171,688 x 0,25
3,05 + 0,9604
n= 292,922
4,0104
n = 73,04 74
Variabel Terikat
1. Perilaku tindakan membuang Kuesioner 1. Ya Nominal
buang air kotoran atau tinja di 2. Tidak
besar ladang, hutan, semak-
sembarangan semak, sungai, pantai
atau area terbuka
lainnya dan dibiarkan
menyebar
mengkontaminasi
lingkungan, tanah,
udara dan air.
26
1. Variabel bebas : ketersediaan sarana air bersih, sebagai salah satu
sembarangan.
Data berupa data primer berupa identitas responden (nama, usia, jenis
bersih, jarak sarana air bersih dari jamban, serta jarak sarana air bersih dari
rumah.
1. Instrumen Penelitian
Kuesioner yang disediakan berisi tentang identitas responden (nama, usia, jenis
bersih, jarak sarana air bersih dari jamban, serta jarak sarana air bersih dari
rumah.
a. Data Primer
Untuk memperoleh data primer yang diperlukan, maka teknik yang digunakan
27
b. Data Sekunder
penelitian. Data sekunder pada penelitian ini berasal dari data profil kesehatan
penelitian.
28
1. Editing, peneliti melakukan pengecekan kemungkinan terjadi kesalahan pada
data yang sudah terkumpul dan kuesioner yang akan digunakan dalam
penelitian.
pengolahan data.
ketersediaan air bersih serta jarak sumber air bersih terhadap jamban dan
rumah.
29
Aturan yang berlaku untuk interpretasi uji Chi-Square pada analisis
1. Jika pada tabel silang 2x2 dijumpai Expected Count kurang dari 5
lebih dari 20% jumlah sel, maka uji hipotesis yang digunakan adalah
uji alternatif Chi- Square, yaitu uji Fisher. Hasil yang dibaca pada bagian
3. Jika pada tabel silang 2x2 tidak dijumpai Expected Count kurang dari 5
atau dijumpai tetapi tidak lebih dari 20% jumlah sel, maka uji hipotesis
yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil yang dibaca pada bagian
Continuity Correction.
4. Jika tabel silang selain 2x2 tidak dijumpai Expected Count kurang dari 5
atau dijumpai tetapi tidak lebih dari 20% jumlah sel, maka uji
hipotesis yang digunakan adalah uji Chi-Square. Hasil yang dibaca pada
Hasil uji Chi-Square dilihat dengan nilai p. Jika nilai p<0,05 maka Ho
30
BAB IV
Jumlah total sampel yang didapat selama bulan Februari adalah 205 orang.
Jumlah ini memenuhi besar sampel minimal yaitu sebanyak 74 orang. Seluruh sampel
7%
Tersedia
Tidak tersedia
93%
bersih. Sebanyak 93% warga atau sejumlah 190 orang memiliki sarana air bersih,
sedangkan sisanya sebanyak 7% atau 15 orang tidak memiliki sarana air bersih.
Warga yang tidak memiliki sarana air bersih menggunakan air sungai sebagai
Warga yang tidak memiliki sarana air bersih sebenarnya bisa mendapatkan air
bersih, namun dikarenakan pertimbangan jarak ke sungai yang lebih dekat dan
lebih mudah sehingga warga lebih memilih menggunakan air sungai. Faktor
31
musim pun mempengaruhi ketersediaan air bersih. Pada musim kemarau, warga
mengaku lebih sulit mendapatkan air bersih. Bilapun air bersih tersedia, jumlah air
yang ada menjadi lebih terbatas sehingga warga mencari sumber air yang lain yang
80 59
40 21
0
pa ng ng
om ndu n du
l ip r li r li
ga te te
r li ai
r
u ga
Su
m ur ata
m M
Su
digunakan oleh warga Dusun V. Sarana air bersih yang paling banyak digunakan
adalah mata air terlindung yaitu sebanyak 110 orang (53%). Mata air terlindung ini
digunakan secara bersama-sama oleh warga dalam lingkup yang luas dan sebagian
Dilihat dari pemenuhan syarat-syarat perlindungan mata air, sebagian besar mata
32
air di Dusun V masih belum memenuhi semua syarat yang ada. Hal-hal yang
1. mata air yang masih belum tertutup sehingga kotoran, hewan, dan air hujan
Sedangkan urutan kedua terbanyak adalah sumur gali dengan pompa yaitu
sebanyak 59 orang (28,8%) dan urutan ketiga adalah sumur gali terlindung
sebanyak 21 orang (10,2%). Sarana air bersih lain seperti pemipaan, sumur bor,
terminal air, dan penampungan air hujan tidak ditemukan pada hasil penelitian ini.
33
4.3 Perilaku Buang Air Besar Sembarangan
Dusun V dimana 63% atau sebanyak 130 orang melakukan praktik buang air besar
praktik BABS.
BABS yang dimaksud adalah buang air besar di tempat terbuka dimana dapat
mengkontaminasi air, tanah, udara, dan lingkungan. Warga yang sudah BAB di
jamban, namun penyaluran akhirnya bukan ke tempat tertutup seperti septic tank
Count
PERILA KU BUANG A IR
BES AR
Tidak B ABS BA BS Total
K ETE RSE DIAA N Tidak ters edia 0 15 15
S ARANA A IR BERS IH Tersedia 75 115 190
Total 75 130 205
34
Tabel 4.1. Ketersediaan sarana air bersih dan perilaku BABS
sarana air bersih dan perilaku BABS. Warga yang tidak memiliki sarana air bersih
warga dari total 190 warga yang memiliki sarana air bersih melakukan perilaku
Dari keseluruhan 15 warga yang tidak memiliki sarana air bersih, seluruhnya
tidak memiliki jamban sehingga secara tidak langsung berpengaruh pula terhadap
perilaku BAB yang dilakukan. Sebanyak 10 orang BABS di kolam, 3 orang di sungai,
1 orang di parit, dan 1 orang lainnya di jamban namun tidak ber-septic tank. Hal
tersebut seharusnya dapat dihindari dengan cara menumpang ke rumah yang memiliki
35
jamban sehat ber-septic tank, sehingga dapat mengurangi angka BABS di dusun V
tersebut.
Chi-Square Tests
menguji hubungan antara ketersediaan sarana air bersih dan perilaku BABS. Hasilnya
yang signifikan antara antara ketersediaan sarana air bersih dan perilaku BABS.
Warga yang tidak memiliki sarana air bersih menggunakan sungai sebagai
sumber airnya, sehingga hal ini mempengaruhi perilaku warga untuk melakukan
praktik BAB secara sembarangan di berbagai tempat seperti sungai, kolam, dan parit.
Selain itu jarak yang relatif dekat dengan tempat-tempat terbuka tersebut juga
membuat warga lebih memilih BAB secara sembarangan. Warga yang tidak memiliki
sarana air bersih tersebut juga tidak memiliki jamban sehingga secara tidak langsung
36
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil beberapa penelitian lain yang
menunjukkan bahwa ada hubungan antara ketersediaan sarana air dengan perilaku
BABS. P enelitian Pane (2009) menunjukkan bahwa ketersediaan sarana air bersih
(6)
7,5 kali meningkatkan perilaku keluarga dalam menggunakan jamban dan
menurut Soleh (2002) kecukupan air penggelontor berpengaruh 9,7 kali terhadap
(24)
pemanfaatan jamban keluarga.
Namun hal ini berkebalikan dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa
ketersediaan air tidak ada hubungan dengan perilaku buang air besar (p=0,660)
sedangkan sarana air bersih tidak ada hubungan dengan pemanfaatan jamban (p=0,8).
(7,10)
Begitu pula menurut Qudsiyah et al. (2015) sarana dan prasarana sangat
mendukung untuk berperilaku hidup sehat. Selain sarana dan prasarana juga
dan saluran irigasi, hal ini disebabkan oleh faktor kebiasaan dan kondisi geografis
dimana letak rumah dekat dengan sungai sehingga lebih menunjang masyarakat
untuk memanfaatkan air sungai tersebut. Hal ini menandakan meskipun sarana
atau tidak.
37
4.5 Jarak Sarana Air Bersih dengan Jamban
19%
>10 meter
<10 meter
81%
Gambar di atas menunjukkan tentang jarak sarana air bersih dengan salah satu
sumber pencemaran yaitu jamban. Sebesar 81% atau sebanyak 103 warga sudah
memiliki jarak aman jamban dengan sarana air bersih yaitu 10 meter. Dengan jarak
tersebut diharapkan jamban sebagai sumber kontaminasi tidak mencemari air bersih
di sekitarnya. Sedangkan sisanya 19% atau 24 warga masih memiliki jarak yang
kurang aman yaitu <10 meter. Dari 24 orang warga tersebut, 5 di antaranya memiliki
sarana air bersih berupa sumur gali terlindung, 17 orang dengan sumur gali pompa,
Seperti yang disebutkan oleh peraturan Depkes RI tahun 1995 khusus untuk
sumur gali , yaitu apabila letak sumber pencemaran lebih tinggi dari sumur gali, maka
38
jarak minimal sumur gali terhadap sumber pencemaran adalah 11 meter, jika letak
sumber pencemaran sama atau lebih rendah dari sumur gali maka jarak minimal
sumur gali tersebut adalah 9 meter, yang termasuk sumber pencemaran adalah:
jamban, air kotor atau comberan, tempat pembuangan sampah, kandang ternak, dan
sumur saluran resapan. (15) Sedangkan pada penelitian ini masih terdapat 19% warga
yang memiliki jarak tidak aman antara sarana air bersih dan jamban. Hal ini sebagian
besar dikarenakan kondisi geografis daerah setempat yang relatif tidak rata. Kondisi
tanah yang tidak rata tersebut memerlukan usaha dan perhatian lebih dalam
menentukan letak jamban dan sarana air bersih. Pemberian wawasan dan pengetahuan
lebih kepada warga akan hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas
39
BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Di Dusun V Desa Karanganyar ini 93% warga atau sejumlah 190 orang
memiliki sarana air bersih sedangkan sisanya sebanyak 7% atau 15 orang tidak
memiliki sarana air bersih. Warga yang tidak memiliki sarana air bersih
menggunakan air sungai sebagai sumber air sehari-hari. Sarana air bersih yang
digunakan adalah mata air terlindung yaitu sebanyak 110 orang (53%), sumur gali
dengan pompa sebanyak 59 orang (28,8%) dan sumur gali terlindung sebanyak 21
orang (10,2%).
Untuk perilaku buang air besar, 63% atau sebanyak 130 orang melakukan
praktik buang air besar sembarangan (BABS) sedangkan sisanya 37% atau sebanyak
75 orang tidak melakukan praktik BABS. Hasil uji analisis statistik hubungan antara
ketersediaan sarana air bersih dan perilaku BABS menunjukkan angka 0.002 dimana
Untuk jarak sarana air bersih dengan jamban, sebanyak 81% atau 103 warga
sudah memiliki jarak aman jamban dengan sarana air bersih yaitu 10 meter..
40
Sedangkan sisanya 19% atau 24 warga masih memiliki jarak yang kurang aman yaitu
<10 meter.
5.2 Saran
konsep yang lebih baik dan mengena sehingga warga lebih menyadari
dan pemeliharaan sarana air bersih tersebut sehingga kualitas air bersih
tetap terjamin.
41
d. Terkait dengan letak jamban dan sarana air bersih yang aman, diharapkan
lebih baik dan mengena, sehingga warga akan lebih menyadari dan
hanya meneliti frekuensi dan jenis ketersediaan sarana air bersih, namun
b. Penelitian ini hanya mendata jarak sarana air bersih dengan sumber
mendata jarak sarana air bersih dengan sumber kontaminasi yang lain
42
seperti air kotor atau comberan, tempat pembuangan sampah, kandang
DAFTAR PUSTAKA
Program.2011:1 - 8.
2008:21 - 30.
cities more pro - poor and gender - equitable : the case of ISSDP. IRC
43
6. Pane E. Pengaruh Perilaku Keluarga terhadap Penggunaan Jamban. Jurnal
2016. Purbalingga
10. Sutedjo. Analisis Perilaku Masyarakat Dalam Penggunaan Jamban Keluarga pada
11. Qudsiyah et al., Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Tingginya Angka Open
13. Sutrisno Totok dan Suciantur Emi i . 2010. Teknologi Penyediaan Air Bersih.
14. Marjuki, Adikuri Dini. 2008. Hubungan Kualitas Sumber Air Bersih (Inspeksi
Sanitasi) Serta Faktor Risiko Lain Dengan Kejadian Diare Pada Balita di
Indonesia.
44
15. Depkes RI. 1995. Pelatihan Penyehatan Air, Ditjen PPM & PLP, Jakarta: Depkes
RI
17. Wagner EG, Lanoix,J.N. Excreta Disposal for Rural Areas and Small
18. Guyton AC. Fisiologi Kedokteran (Textbook Medical Physiology ) VI ed. Jakarta:
20. Brooks GF, Butel,J.S, Morse,S.A. Mikrobiologi Kedokteran. 2nd ed. Jakarta:
21. Carr R. Excreta-related infections and the role of sanitation in the control of
transmission. In: Bartram LFaJ, editor. Water Quality: Guidelines, Standards and
22. Cairncross S, Valdmanis, V. Water Supply, Sanitation and Hygiene Promotion. In:
2nd edition ed. Washington (DC): World Bank 2006. p. 771 - 92.
23. Depkes RI. 2004. Masalah Diare dan Penanggulangannya. Biro Hukum dan
45
24. Soleh.M. Beberapa Faktor yang berhubungan dengan Pemanfaatan Jamban
Diponegoro;2002.
27. Desa Karanganyar. 2018. Profil Desa Karanganyar Tahun 2018. Purbalingga
LAMPIRAN
Kuesioner Penelitian
Identitas Responden
1. Nomor Responden :
2. Nama Responden /KK :
Ketersediaan Jamban
1. Adakah jamban yang tersedia di rumah anda?
a. Ya b. Tidak
2. Jenis jamban apakah yang tersedia di rumah anda?
a. Komunal c. Leher angsa
b. Cemplung d. Plengsengan
Perilaku Responden
46
1. Apakah saudara dan keluarga BAB di jamban?
a. Ya b. Tidak
2. Jika tidak di jamban, dimanakah saudara dan keluarga BAB ?
a. Kebun
b. Sawah
c. Sungai
d. Lain-lain….
47
Sumur gali terlindung
48