You are on page 1of 19

COVER

MANAJEMEN RESIKO

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5 :

FAHRUL IMANTOFANI (196601130)


MUH. AL-FAJRI (196601377)
YUFANY AKHIR WULANDARI (196601393)
MUHAMMAD AZHAR (196601312)
ISLAMIA DWI CAHYANI (196601180)
TANIA REGITA CAHYANI (196601185)
PRATIWI DEWI AYU ANGREINI (196601248)
ADHAR ZULHIJAR AKBAR (196601425)
ASDAR (196601334)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM-ENAM KENDARI

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,karena
berkat karunia-Nya kami dapat menulis Makalah ini dengan baik.Dalam makalah ini kami
menyampaikan pokok pikiran mengenai sistematika penulisan. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isi maupun penyusunannya.Oleh
karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk penyempurnaan makalah ini ke jenjang
yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kendari,17 Januari 2023

DAFTAR ISI
ii
COVER.................................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
 INSTRUMEN DERIVATIF....................................................................................................3
a. Pengertian Instrumen Derivatif..........................................................................................3
b. Jenis-jenis Instrumen Derivatif..........................................................................................3
c. Contoh Instrumen Derivatif................................................................................................4
d. Contoh Call Option dalam Investasi..................................................................................4
e. Contoh Put Option dalam Investasi...................................................................................5
 MANAJEMEN RESIKO OPERASIONAL DAN RISIKO PERUBAHAN........................5
A. Pengendalian Kualitas sebagai Strategi Menghadapi Risiko Operasional......................5
B. Manajemen Perubahan Kurs............................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A. Kesimpulan............................................................................................................................15
B. Saran.......................................................................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar keuangan dunia tumbuh dengan pesat antara lain dengan ditandaiadanya
penemuan produk keuangan generasi baru guna mendapatkan hasil yangtinggi dengan tingkat
risiko yang terkendali. Beberapa produk dimaksuddinamakan dengan transaksi ”Derivative”.
Sejak tahun 1980-an, transaksiderivatif berkembang sangat pesat dan banyak perusahaan
besar tingkat duniamempergunakan instrumen ini guna mendapatkan sumber pendanaan
yangmurah. Bagi yang meguasai dan dapat mengelola produk derivatif akanmendapatkan
minimalisasi risiko dengan maksimalisasi hasil. Sebaliknya,terhadap para pihak yang kurang
mengenal secara mendalam dan tidak dapatmengelola secara benar, maka bukannya hasil
maksimal yang diperoleh, tetapikerugian yang sangat besar. Ibaratnya, instrumen derivatif
bagaikan pedangbermata dua yang dapat berfungsi sebagai sarana konstruktif, sekaligus
bisadestruktif. Transaksi derivatif itu sendiri sebenarnya merupakan bentukinstrumen
keuangan yang dipakai untuk mengurangi risiko yang muncul akibatpergerakan
harga.Pengertian Derivatif (derivatives) secara umum adalah sebuah instrumentkeuangan
(financial instrument) yang nilainya diturunkan atau didasarkan padanilai dari aktiva,
instrument, atau komoditas yang lain. Definisi ini bisa didapatdi berbagai situs di internet
maupun buku-buku teks. Secara ringkas, bisadikatakan bahwa derivative hanya ada kalau
aktiva, instrumen, atau komoditas lain sebagai instrument utamanya ada. Contoh dari
derivative adalah opsi right. Selain pengertian derivative, ada satu istilah yang berkaitan erat
dengan derivative yaitu “manajemen resiko”. Manajemen resiko dapat di definisikan sebagai
proses keseluruhan untuk mengidentifikasi, mengendalikan, dan meminimalkan pengaruh
dari ketidak pastina suatu kejadian.

Dalam manajemen risiko, tentunya perlu adanya sebuah teknik agar risiko tersebut
dapat dihindari. Salah satu risikonya adalah risiko operasional. Risiko operasional adalah
risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari ketidakcukupan atau kegagalan
proses internal, manusia, sistem, atau peristiwa-peristiwa dari eksternal. Risiko operasional
merupakan risiko yang paling tua tetapi belum banyak diketahui karakteristiknya
dibandingkan beberapa risiko lain seperti risiko pasar, risiko tingkat bunga, risiko kredit.

1
Dikatakan paling tua, karena perusahaan berurusan dengan aspek operasional sejak
perusahaan berdiri.

Dalam makalah ini akan membahas tentang teknik manajemen risiko untuk risiko operasional
dan manajemen risiko untuk eksposur perubahan kurs. Manajemen risiko operasional
memfokuskan pada manajemen kualitas, yang intinya adalah bagaimana memperbaiki
kualitas produk atau pelayanan dengan memperbaiki proses produksi atau pelayanan.
Sehingga nantinya akan dibahas manajemen kualitas melalui konsep six-sigma, yang
kemudian diteruskan dengan alat statistik yang bermanfaat untuk pengendalian kualitas.

Selain manajemen risiko operasional, tentunya perusahaan harus memanajemen risiko


perubahan kurs. Dalam makalah ini akan dibahas tentang manajemen risiko perubahan kurs
untuk eksposur transaksi, eksposur akuntansi, dan eksposur operasi.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, diantaranya adalah:

1. Apa pengertian Instrumen Derivatif ?


2. Apa jenis-jenis Instrumen Derivatif ?
3. Bagaimana teknik manajemen risiko dalam menghadapi risiko operasional khususnya
dalam risiko kualitas ?
4. Bagaimana teknik manajemen risiko untuk eksposur perubahan kurs ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian Instrumen Derivatif


2. Untuk mengetahui jenis-jenis Instrumen Derivatif
3. Untuk memahami teknik manajemen risiko operasional pada manajemen kualitas.
4. Untuk memahami teknik manajemen risiko untuk eksposur perubahan kurs.

2
BAB II

PEMBAHASAN

 INSTRUMEN DERIVATIF
a. Pengertian Instrumen Derivatif
Instrumen derivatif adalah instrumen keuangan turunan yang nilainya bergantung pada
aset yang mendasarinya. Adapun derivatif merupakan perjanjian kontrak antara dua pihak
yang harganya bergantung pada fluktuasi aset yang menjadi tolak ukurnya.

Hal-hal yang terkait dengan derivatif di Negara Indonesia, semuanya telah di atur
dalam UU nomor 8 tahun 95 yang berisi tentang hal yang berkaitan dengan pasar modal
Indonesia. Di dalam undang-undang tersebut dikatakan bahwa instrumen derivatif diatur
sebagai jenis efek yang diajukan emiten pada publik sebagai lanjutan dari efek yang
dahulu sudah pernah masuk ke pasar.

Sementara aturan pajak instrumen derivatif diatur pemerintah melalui PP no. 17 tahun
2009. Pajak yang berlaku adalah PPh Final berupa 2,5% dari keuntungan. Jadi, peraturan
aset turunan ini berbeda dengan pajak penjualan saham pribadi.

b. Jenis-jenis Instrumen Derivatif


Berikut ini adalah jenis-jenis instrumen derivatif.
1. Call option
Call option adalah kontrak atau persetujuan yang memberikan hak bagi pemegangnya
untuk membeli saham, obligasi, komoditas, atau aset lain dengan harga tertentu serta
dalam jangka waktu yang sudah ditentukan sebelumnya. Seorang investor biasanya
melakukan call option jika ia memiliki ekspektasi harga aset akan naik di masa yang
akan datang.
2. Put option
Pada dasarnya, put option adalah kontrak atau persetujuan yang memberikan hak pada
pemegangnya untuk menjual saham, bligasi, komoditas, atau aset lain pada harga dan
jangka waktu yang sudah ditentukan.
3. Forward

3
Sementara itu, forward contract adalah kontrak atau persetujuan untuk membeli atau
menjual aset dengan harga dan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan
sebelumnya. Perjanjian ini lebih fleksibel karena kedua pihak dapat mengubah
komoditas yang diperdagangkan, juga kuantitas dan tanggal transaksinya.
4. Futures
Ada pula istilah Futures. Future contract adalah kontrak atau persetujuan untuk
membeli atau menjual aset pada harga yang sudah ditentukan sebelumnya pada waktu
tertentu di masa yang akan datang.
5. Swap
Swap contract adalah kontrak atau persetujuan untuk menukarkan satu aset sekuritas
dengan yang lain. Tujuannya adalah untuk mengubah persyaratan sekuritas yang
dikenakan kepada tiap pihak yang terlibat.

c. Contoh Instrumen Derivatif


Instrumen derivatif sangat sering ditemukan dalam transaksi finansial. Berikut ini
adalah contoh instrumen derivatif call option dan put option.

d. Contoh Call Option dalam Investasi


Pak Budi tertarik membeli rumah di salah satu lokasi Jakarta, namun ia ingin
melakukannya setelah melihat perkembangan di area sekitar rumah tersebut di masa
mendatang.
Oleh karena itu, ia membuat call option dengan pihak pengembang untuk membeli
rumah tersebut dalam waktu 3 tahun ke depan dengan harga Rp100.000.000. Pihak
pengembang bisa menyetujui kesepakatan tersebut dengan meminta Pak Budi untuk
membayar sejumlah uang muka.
Dua tahun setelah kesepakatan dibuat, area di sekitar perumahan sudah berkembang
dan harga rumah naik dua kali lipat. Namun Pak Budi tetap bisa membelinya dengan
harga awal sesuai kesepakatan dengan pihak pengembang.
Tetapi jika setelah waktu yang disepakati area perumahan tidak juga berkembang,
maka Pak Budi bisa membeli rumah sesuai dengan harga pasar saat itu atau
memberikan uang muka yang dibayarkan kepada pengembang.
Selain properti, call option juga dapat diterapkan dalam investasi saham, forex, dan
cryptocurrency.

4
e. Contoh Put Option dalam Investasi
Sementara itu, put option memiliki fungsi mirip dengan asuransi. Contoh put option
dalam investasi saham adalah sebagai berikut.
Anggaplah Pak Aldi membeli option A yang sedang diperjualbelikan dengan harga
Rp500.000, serta dengan harga kesepakatan (strike price) senilai Rp470.000. Dalam
hal ini, bahkan jika harga aset A jatuh ke angka Rp400.000, Pak Aldi masih bisa
menjual aset A dengan harga Rp470.000 sesuai harga kesepakatan di awal. Namun,
untuk bisa melakukan hal ini, Pak Aldi harus membayar premi sebesar Rp50.000.
Apabila dihitung, Pak Aldi berhasil menghindari kerugian sebesar Rp20.000
dibandingkan jika ia tidak menggunakan put option.

 MANAJEMEN RESIKO OPERASIONAL DAN RISIKO PERUBAHAN

A. Pengendalian Kualitas sebagai Strategi Menghadapi Risiko Operasional


Manajemen risiko operasional pada dasarnya sudah dilakukan perusahaan, meskipun
dengan nama yang berbeda. Jika perusahaan berusaha memperbaiki operasionalnya,
maka perusahaan sudah melakukan manajemen risiko operasional. Sistem operasional
yang efektif bisa mengendalikan risiko operasionalnya. Manajemen kualitas pada
dasarnya ingin memperbaiki kualitas output melalui pengendalian operasional.
Konsep tersebut pertama kali populer untuk proses produksi. Tetapi pada
perkembangan selanjutnya, konsep manajemen kualitas juga diterapkan untuk
lainnya, seperti sektor pelayanan (jasa).

a. Definisi Kualitas
Kualitas adalah fitur dan karakteristik produk atau pelayanan secara keseluruhan yang
bisa memuaskan kebutuhan tertentu. Kualitas mengukur seberapa baik produk atau
pelayanan bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Kualitas akan menentukan daya
saing organisasi,karena itu organisasi perlu menjaga dan memonitor kualitas.
Jaminan mutu (quality assurance) adalah sistem menyeluruh dari kebijakan, prosedur,
pedoman yang diterapkan oleh organisasi untuk menjaga dan mencapai kualitas.
Jaminan kualitas terdiri dari dua fungsi pokok:
1. Rekayasa kualitas, membuat proses dan desain produk yang berkualitas.

5
2. Pengendalian kualitas, inspeksi untuk melihat apakah standar kualitas sudah
terpenuhi.

b. Six-sigma
Six-sigma dapat didefinisikan sebagai metodologi untuk mengelola variasi dalam
suatu proses yang menyebabkan produk rusak, yaitu produk yang mempunyai
penyimpanan yang lebih besar dari standar penyimpangan tertentu, dan secara
sistematis bekerja untuk mengelola variasi tersebut, untuk menghilangkan produk
rusak tersebut.
Tujuan dari six sigma adalah untuk mengurangi variasi output dari suatu proses
tertentu,sehingga dalam jangka panjang bisa menghasilkan produk rusak kurang dari
3,4 produk rusak per 1 juta output.
Six sigma mempunyai dua metodologi kunci yaitu DMAIC dan DMADV :
1. DMAIC (define, measure, analyze, improve,control) digunakan untuk
memperbaiki proses bisnis saat ini yang berada di bawah standar, dan digunakan
untuk mencari perbaikan secara gradual.
2. DMADV (define, measure, analyze, design, verify) digunakan untuk menciptakan
proses atau output yang baru yang mempunyai kualitas dengan standar six-sigma.
DMADV juga bisa digunakan jika proses saat ini membutuhkan lebih dari
perbaikan gradual.

DMAIC terdiri dari lima tahap berikut ini:


1) Mendefinisikan secara formal tujuan dari perbaikan proses yang konsisten
dengan permintaan konsumen dan strategi orgnisasi.
2) Melakukan pengukuran awal untuk perbandingan di masa mendatang.
Melakukan penataan dan pengukuran proses yang sedang diperbaiki, dan
mengumpulkan data proses yang diperlukan.
3) Melakukan analisis untuk memverifikasi kaitan dan hubungan sebab akibat.
4) Memperbaiki dan mengoptimalkan proses berdasarkan analisis dengan
menggunakan teknik seperti desain eksperimen.
5) Menyiapkan dan mengendalikan percontohan untuk menetapkan
kemampuan proses, transisi ke produksi, dan secara terus menerus

6
mengukur proses dan menetapkan mekanisme pengendalian, untuk
memastikan bahwa variasi diperbaiki sebelum memunculkan produk rusak.

DMADV terdiri dari lima tahap:

1) Mendefinisikan secara formal tujuan dari aktivitas desain yang konsisten


dengan permintaan konsumen dan strategi perusahaan.
2) Mengukur, mengidentifikasi kualitas perusahaan, kemampuan produk,
kemampuan proses produksi, assessment risiko dan sebagainya.
3) Analisis, mengembangkan alternatif desain, menciptakan desain dengan
tingkat yang tinggi, dan mengevaluasi  kemampuan desain, supaya bisa dipilih
desain yang terbaik.
4) Desain, dan mengembangkan desain yang detail, megoptimalkan desain, dan
merencanakan verifikasi desain.
5) Verifikasi desain, menyiapkan percontohan, menjalankan proses produksi, dan
menyerahkan proses tersebut ke pemilik proses.

Six-sigma mengidentifikasi lima peranan kunci untuk menjamin kesuksesannya.


Kelima kunci tersebut adalah:

1) Pemimpin puncak (Direktur atau CEO) organisasi dan anggota manajemen


puncak lainnya. Mereka bertanggung jawab untuk menetapkan visi untuk
pelaksanaan six-sigma.
2) Champions bertanggung jawab terhadap pelaksanaan six-sigma di organisasi
dengan cara yang terintegrasi. Champion juga bertindak sebagai guru untuk
pemegang sabuk hitam six-sigma.
3) Master Black Belts (Guru pemegang sabuk hitam) ditunjuk
oleh champions, bertindak sebagai pakar dalam organisasi (in-house) dalam
hal six-sigma. Mereka menghabiskan waktunya 100% untuk six-sigma.
4) Pemegang sabuk hitam bekerja di bawah guru sabuk hitam untuk
melaksanakan metodologi six-sigma untuk proyek spesifik. Fokus mereka
adalah pelaksanaan proyek, sedangkan fokus champions dan guru pemegang
sabuk hitam adalah indentifikasi proyek/ fungsi untuk six-sigma.

7
5) Pemegang sabuk hijau adalah karyawan yang melaksanakan six-
sigma berbarengan dengan pekerjaannya. Mereka bekerja di bawah
pengarahan pemegang sabuk hitam.

c. Perbaikan Proses Bisnis


Perbaikan proses bisnis berkaitan erat dengan six-sigma, karena salah satu
aktivitas six-sigma bisa jadi melakukan perbaikan proses bisnis. Perbaikan proses
bisnis adalah pendekatan yang sistematis untuk membantu organisasi melakukan
perubahan signifikan terhadap cara organisasi menjalankan bisnisnya. Tujuan dari
perbaikan proses bisnis lebih pada perubahan radikal, bukannya perubahan
secara gradual.

Cara kerja perbaikan proses bisnis adalah sebagai berikut ini:\


1. Mendefinisikan tujuan strategis organisasi, misi dan maksud keberadaan
organisasi.
2. 3Menentukan kosumen, stakeholders organisasi.
3. Menentukan struktur dan proses yang ada saat ini. Menyatukan proses bisnis agar
bisa memenuhi persyaratan yang diminta oleh konsumen.
4. Menentukan output apa dari proses tersebut yang akan menghasilkan nilai tambah
bagi organisasi. Pemilik proses yang bertanggung jawab
menentukan output tersebut.
5. Setelah output tersebut ditentukan, organisasi perlu memfokuskan pada
pencapaian output tersebut, perlu melakukan perubahan agar bisa memenuhi misi
dan visinya, menggunakan serangkaian benchmark dan indikator pencapaian
target lainnya.

d. Bagan Pengendalian (Control Charts)


Bagan pengendalian ingin menunjukkan apakah variasi dari output disebabkan karena
proses yang masih terkendali (in control) atau proses yang sudah tidak terkendali (out
of control). Jika situasi menjadi tidak terkendali, maka perbaikan harus dilakukan agar
proses kembali lagi ke situasi normal. Badan pengendalian bisa dikelompokkan
berdasarkan data yang dicakup. Bagan x̄ digunakan jika kualitas suatu output diukur
dengan variabel seperti panjang, berat, temperatur, dan sebagainya. Jika

8
suatu output mempunyai ukuran di luar batas yang ditentukan, maka proses produksi
seharusnya dievaluasi ulang, sebelum dilanjutkan lagi.
Garis vertikal menyajikan skala pengukuran variabel yang diamati. Garis tengah
menyajikan rata-rata dari proses jika proses masih terkendali. Dua batas yaitu batas
atas dan batas bawah. Jika suatu sampel diamati berada diantara kedua batas tersebut,
maka dikatakan bahwa ada probabilitas yang tinggi bahwa proses masih terkendali.
Jika sampel mempunyai variabel diatas batas atas atau di bawah batas bawah, maka
ada indikasi proses tersebut di luar kendali, sehingga tindakan perbaikan seharusnya
dilakukan. Dari waktu ke waktu sampel akan diambil untuk diamati. Garis kanan
adalah garis waktu.

e. Bagan x jika standar deviasi dan rata-rata diketahui


Jika standar deviasi dan rata-rata proses diketahui, kita bisa menyusun bagan x
sebagai berikut ini. Kita akan mengamati sampel, maka kita akan menggunakan rata-
rata sampel dan standar deviasi sampel (standar error of the mean). Distribusi sampel
dari rata-rata (x̄ ) bisa digunakan untuk menentukan batas atas dan bawah, dan dengan
demikian indikator batas atas dan batas bawah. Standar deviasi dari rata-rata sampel
tersebut bisa dihitung sebagai berikut:
Batas atas dan batas bawah biasanya ditentukan dengan tiga standar deviasi dari rata-
rata (mencangkup sekitar 99,7%) dari total wilayah.

f. Bagan x̄  jika standar deviasi dan rata-rata tidak diketahui


Jika rata-rata populasi dan standar deviasi tidak diketahui, kita bisa menggunakan
rara-rata dan standar deviasi sampel sebagai proksi (indikator) rata-rata dan standar
deviasi populasi.
Standar deviasi bisa dihitung (diaproksimasi) dengan formula sebagai berikut:
Dimana R̅  adalah rata-rata range, dan d2 adalah konstanta yang nilainya tergantung
dari ukuran sampel.

g. Bagan R (R-chart)
Yaitu bagan yang memperlihatkan variabilitas suatu proses. Untuk membuat bagan
ini, kita bisa mengasumsikan range sebagai variabel random dengan nilai rata-rata
dan standar deviasinya. Rata-rata range memberikan estimasi rata-rata
variabel random tersebut. Standar deviasi dari range bisa dihitung sebagai berikut:

9
 = d3( R̅ / d2)         
Dimana d3 dan d2 adalah konstanta yang nilainya tergantung dari ukuran sampel.
Batas atas dan batas bawah untuk range tersebut bisa dihitung sebagai berikut:
 = R̅  + 3(
 = R̅  – 3 (
Alternatif dari R-chart adalah bagan pengawasan standar deviasi (s-chart). Jika
sampel kurang dari 10, maka R-chart dan s-chart akan memberikan hasil yang sama.
Jika ukuran sampel lebih dari 10, maka s-chart biasanya lebih dipilih.

B. Manajemen Perubahan Kurs


Perubahan kurs merupakan salah satu sumber risiko yang dihadapi oleh perusahaan,
khususnya perusahaan yang mempunyai operasi luar negeri yang signifikan. Eksposur
terhadap perubahan kurs tersebut dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yaitu eksposur
transaksi, eksposur akuntansi, dan eksposur operasi. Berikut ini adalah penjelasan
manajemen risiko perubahan kurs untuk masing-masing eksposur tersebut.

a. Manajemen Eksposur Transaksi


Derivatif
Misalkan importir Indonesia melakukan transaksi pembelian dari eksportir Amerika
Serikat. Importir tersebut harus membayar $1 juta tiga bulan mendatang. Importir
tersebut dalam hal ini menghadapi risiko perubahan kurs, jika rupiah melemah, ia
akan memperoleh kerugian. Untuk mengelola risiko perubahan kurs tersebut, ia bisa
melakukan langkah atau hedging dengan derivatif dan instrumen money-market.
Karena importir tersebut membutuhkan dolar tiga bulan mendatang, maka dia
dikatakan short $. Short $ adalah sedemikian rupa jika rupiah melemah, pemegang
posisi short $ akan mengalami kerugian, dan sebaliknya. Sebagai hedge-nya, importir
tersebut bisa membeli 3 bulan $ forward.

Money-market Hedge
Misalkan instrumen derivatif tidak ada, hedging dengan money-market
instrument bisa dilakukan. Misalkan eksportir Indonesia akan memperoleh $1 juta
tiga bulan mendatang. Is menghadapi risiko perubahan kurs, dan ia ingin

10
menghilangkan risiko tersebut. Hedging  tersebut bisa dilakukan seperti berikut ini.
Misalkan tingkat bunga dalam $ untuk tiga bulan adalah 5%.
  T = 0 (sekarang)          Pinjam sebesar $1 juta / (1,05) = $952.381
Konversi ke rupiah dengan kurs spot Rp10.000/$, untuk memperoleh rupiah sekitar
Rp9,52 miliar

               T = 3 (3 bulan)            Memperoleh $1 juta

Kas tersebut digunakan untuk melunasi hutangnya, sehingga ia membayar sebesar $952.381
× (1,05) = $1 juta

Pada saat sekarang, ketika ia mengkonversi $ ke rupiah, ia sudah terbebas dari risiko
perubahan kurs. Apapun yang akan terjadi dengan kurs rupiah/dolar tiga bulan mendatang,
tidak akan berpengaruh terhadap posisinya, karena ia sudah menerima sekitar Rp9,52 miliar.

Risk Shifting

Misalkan perusahaan komputer menjual produknya di Indonesia. Karena komponendiimpor


dari luar negeri, maka harga komputerakan sangat tergantung dari kurs yang berlaku. Jika
rupiah menguat, harga akan mengalami penurunan, dan sebaliknya. Atau dengan cara lain
yaitu dengan menggeser risiko perubahan kurs ke konsumen. Jika posisi konsumen lebih kuat
dibandingkan produsen, maka hal sebaliknya bisa terjadi, yaitu risiko dialihkan dari
konsumen ke produsen.

Netting Exposure

Netting exposure dilakukan dengan menggabungkan eksposur yang berlawanan sehingga


eksposur bersihnya adalah nol. Misalkan perusahaan Indonesia meminjam dalam dolar.
Dalam hal ini perusahaan tersebut menghadapi risiko perubahan kurs. Jika rupiah melemah,
perusahaan tersebut akan menghadapi masalah. Untuk menghilangkan risiko perubahan kurs
tersebut perusahaan bisa menjual ke luar negeri (ekspor) sehingga perusahaan tersebut akan
memperoleh dolar.

b. Manajemen Eksposur Akuntansi

11
Eksposur akuntansi terjadi jika perusahaan, khususnya perusahaan multinasional melakukan
konversi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lainnya. Sebagai contoh,
perusahaan multinasional AS mempunyai anak perusahaan di Indonesia. laporan keuangan
perusahaan Indonesia (dalam rupiah) akan dikonsolidasikan ke $. Dalam proses konversi
tersebut ada kemungkinan timbul rugi/untung karena perubahan kurs. Manajemen tehadap
eksposur akuntansi bisa dilakukan dengan menyesuaikan aset atau kewajiban tergantung
prediksi kurs di masa mendatang. Tabel berikut ini menyajikan manajemen eksposur
akuntansi tersebut.

Kurs Melemah Menguat

Aset Dikurangi Ditambah

Kewajiban Ditambah Dikurangi

Dalam situasi di atas, jika rupiah diperkirakan melemah, maka alternatif yang bisa dilakukan
adalah mengurangi aset (misal kas cepat-cepat dipindahkan ke dolar) dan/atau menambah
kewajiban (misal menambah hutang dalam rupiah). Tetapi cara seperti itu tidak sepenuhnya
menghilangkan risiko, karena masih menebak-nebak arah perubahan kurs. Dalam hal ini
disebut dengan spekulasi. Jika tebakan salah, maka akan merugi. Jika pasar sudah efisien,
maka alternatif semacam itu tidak akan menghasilkan keuntungan. Alternatif lain adalah
dengan menggunakan derivatif untuk mencegah kerugian yang muncul akibat perubahan
kurs.

c. Manajemen Eksposur Operasi

Eksposur operasi terjadi karena perubahan kurs akan mengakibatkan terganggunya operasi
perusahaan. Manajemen eksposur operasi bisa dilakukan sebagai berikut:

Jangka pendek: memanfaatkan situasi perubahan kurs untuk kepentingan perusahaan.

Jangka panjang: mengurangai sensitivitas operasi perusahaan terhadap perubahan kurs.

Berikut adalah penjelasan lebih luasnya:

12
Memanfaatkan Situasi Perubahan Kurs

Misalkan perusahaan Jepang sedang bersiap-siap untuk meluncurkan produk baru di Amerika
Serikat. Tiba-tiba yen melemah signifikan terhadap dolar. Jika yen melemah terhadap dolar,
maka harga produk tersebut dalam $ akan menurun. Karena harganya turun, maka situasi
tersebut merupakan kesempatan baik untuk merebut pangsa pasar di Amerika Serikat.

Mengurangi Sensitivitas Operasi Perusahaan Terhadap Perubahan Kurs

Pengurangan sensitivitas pada dasarnya merubah produk atau konsumen agar menjadi tidak
sensitif terhadap perubahan harga (harga berubah karena kurs berubah). Jika mereka tidak
sensitif terhadap perubahan harga, maka perubahan kurs tidak akan banyak berpengaruh
terhadap permintaan produk tersebut. Pengurangan sensitivitas tersebut bisa dilakukan
melalui beberapa cara seperti berikut:

Aspek Pemasaran

Perusahaan bisa membuat pemasaran yang membuat konsumen berkurang sensitivitasnya


terhadap kurs, misal dengan mendiferensiasikan produknya (diferensiasi versus komoditas).
Produk terdiferensiasi mempunyai fitur tertentu yang menarik konsumen untuk membeli.
Konsumen membeli bukan karena harga, melainkan karena fitur tersebut. Sebagai contoh,
sedan BMW atau Mercedes mendiferensiasikan diri sebagai sedan kelas atas. Konsumen
membeli sedan tersebut bukan karena harga, melainkan
karena fitur kemewahan, prestise, dan kenyamanan.

Cara lain adalah dengan mendiversifikasikan pasar di luar negeri. Sebagai contoh, jika suatu
perusahaan Jepang 90% ekspornya ke Amerika Serikat maka penguatan yen terhadap dolar
akan menimbulkan masalah. Perusahaan tersebut bisa mendiversifikasikan pasarnya sehingga
akan mengekspor produknya ke AS, Inggris, Indonesia, India, dan lainnya. Penguatan yen
terhadap dolar  kemungkinan dikompensasi oleh pelemahan yen terhadap, misal rupiah.

Aspek Produksi

13
Perusahaan bisa melakukan manajemen eksposur operasi melalui aspek produksi. Sebagai
contoh, perusahaan bisa mendiversifikasikan input-nya. Misalkan suatu perusahaan Jepang
menghadapi masalah dengan penguatan yen terhadap dolar. Jika perusahaan tersebut
membeli input-nya tidak hanya dari Jepang, tetapi juga dari negara lain, seperti Indonesia,
Inggris, India, dan lainnya. Penguatan yen tersebut akan dikompensasi oleh penguatan yen
terhadap mata uang lain, yang mengakibatkan harga input menjadi lebih murah. Alternatif
lain, perusahaan bisa memindahkan fasilitas produksinya. Sebagai contoh, untuk menghadapi
kenaikan nilai yen terhadap dolar yang diperkirakan permanen (jangka panjang), Toyota
memutuskan untuk mendirikan fasilitas pabrik di Amerika Serikat. Dengan cara tersebut
Toyota bisa mengurangi dampak negatif penguatan yen tersebut karena
sebagian input Toyota dan tenaga kerjanya berasal dari Amerika Serikat, dan dibayar dalam
$.

Aspek Lain

Masih banyak aspek dan teknik lain yang bisa digunakan untuk manajemen eksposur operasi.
Sebagai contoh, perusahaan Jepang yang menjual produknya ke Amerika Serikat akan
menerima $. Perusahaan tersebut bisa meminjam dalam $, sehingga eksposur bersihnya
adalah nol (antara pendapatan $ dengan pembayaran hutang $ akan saling mengkompensasi.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Instrumen derivatif adalah instrumen keuangan turunan yang nilainya bergantung pada
aset yang mendasarinya. Adapun derivatif merupakan perjanjian kontrak antara dua pihak
yang harganya bergantung pada fluktuasi aset yang menjadi tolak ukurnya.

Manajemen risiko operasional dilakukan melalui perbaikan operasional perusahaan.


Karena itu manajemen kualitas menjadi relevan dengan menajemen risiko operasional.
Perbaikan proses bisnis juga merupakan teknik yang bermanfaat untuk mengelola risiko
operasional. Di samping aspek rekayasa kualitas, aspek pengendalian dan pengawasan
kualitas juga penting diperhatikan. Teknik statistik yang bisa digunakan untuk
mengendalikan atau mengawasi proses manajemen kualitas, yaitu teknik statistik
x~ chart, R chart.

Manajemen risiko perubahan kurs dilakukan berdasarkan tipe eksposur yang dihadapi
oleh perusahaan, yaitu eksposur transaksi, akuntansi, dan operasi. Untuk masing-masing
eksposur tersebut, beberapa alternatif manajemen risiko bisa dilakukan.

15
B. Saran
Setelah mengetahui tentang teknik manajemen risiko pada manajemen kualitas dan
manajemen perubahan kurs, hendaknya jika kita nantinya bekerja dalam sebuah
perusahaan, kita mengamalkan apa yang telah kita ketahui dan pahami.

16

You might also like