You are on page 1of 6

MAKALAH

PERAN BIDAN DALAM


MEMBERIKAN ASUHAN DENGAN KEBUTUHAN
KOMPLEKS SEBAGAI BAGIAN DARI TIM INTERDISIPLIN

Dosen : Nanda Yansih Putri, S.ST., M.Keb

Disusun oleh :
Krisdayanti (R.19.05.035)
Nabila Arifin (R.19.05.036)
Nia Khasanah (R.19.05.037)
YAYASAN INDRA HUSADA
Nia Kurniyah (R.19.05.038)
PROGRAM STUDI SARJANA
Putri Dewi Sinta (R.19.05.039)
KEBIDANAN
Putri Rizka A. (R.19.05.040)
SEKOLAH TINGGI ILMU
Putri Sri Ayu (R.19.05.041)
KESEHATAN INDRAMAYU
Sherli Kusumanihati (R.19.05.042)
2022
Sifa Fauziah (R.19.05.043)
A. Bekerja Dalam Interdisiplin (Interprofessional Education/IPE)
1. Pengertian IPE
Menurut World Health Organization (2010), IPE didefenisikan proses
pembelajaran dimana dua atau lebih profesi belajar dengan, dari, dan tentang satu
sama lain untuk nmeningkatkan kolaborasi dan kualitas outcome pelayanan
kesehatan. World Health Organization (WHO) menyajikan hasil penelitian di 42
negara tentang dampak dari penerapan collaborative practice dalam dunia
kesehatan. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa collaborative
practice dapat meningkatkan keterjangkauan serta koordinasi layanan kesehatan,
penggunaan sumber daya klinis spesifik yang sesuai, outcome kesehatan bagi
penyakit kronis, dan pelayanan serta keselamatan pasien.
2. Tujuan IPE
Tujuan pelaksanaan IPE antara lain :
a) Meningkatkan pemahaman interdisipliner dan meningkatkan kerjasama
b) Membina kerjasama yang kompeten
c) Membuat penggunaan sumberdaya yang efektif dan efisien;
d) Meningkatkan kualitas penanganan masalah kesehatan yang komprehensif
3. Anggota Tim Interdisipliner
Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional
yang mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan
berfungsi baik Jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan
pelayanan kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat,
dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu
tim kolaborasi hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab
dan saling menghargai antar sesama anggota tim.
4. Kerja sama dalam IPE
Kerjasama adalah menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk
memeriksa beberapa altermatif pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas
penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan
keyakinan tindakan asertif mejamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan

1
kosensus untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung keputusan yang di peroleh
dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat
digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
 Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan
keahlian unik professional
 Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efisiensi sumber daya
 Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
 Meningkatnya kohesifitas antar professional
 Kejelasan peran dalam berinteraksi antar protesional
 Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai serta memahami
orang lain
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerja sama kemitraan
dengan dokter, perawat, bidan perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari
vokasional menjadi profesional. Status yuridis seiring perubahan perawat dan
bidan dan perpanjangan tangan dokter menjadi mitra dokter sangat kompleks.
Tanggung jawab hukum juga akan terpisah untuk masing-masing kesalahan atau
kelalaian. Yaitu, malpraktik medis, dan malpraktik keperawatan atau malpraktik
bidan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak terkait mengenai
tanggung jawab hukum dari perawat, dokter, bidan, maupun rumah sakit.
Pertemuan profesional antara bidan, dokter dan perawat dalam situasi
nyata lebih banyak terjadi dalam lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen
rumah sakit dapat menjadi fasilitator demi terjalinnya hubungan kolaborasi seperti
dengan menerapkan sistem atau kebijakan yang mengatur interaksi diantara
berbagai profesi kesehatan. Pencatatan terpadu data kesehatan pasien, ronde
bersama, dan pengembangan tingkat pendidikan bidan dapat juga dijadikan
strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
Ronde bersama yang dimaksud adalah kegiatan visite bersama antara
dokter, perawat dan bidan dan mahasiswa bidan maupun mahasiswa kedokteran,
dengan tujuan mengevaluasi pelayanan kesehatan yang telah dilakukan kepada
pasien. Dokter, perawat dan bidan saling bertukar informasi untuk mengatasi

2
permasalahan pasien secara efektif. Kegiatan ini juga merupakan sebagai satu
upaya untuk menanamkan sejak dini pentingnya kolaborasi bagi kemajuan proses
penyembuhan pasien. Kegiatan ronde bersana dapat ditindak lajuti dengan
pertemuan berkala untuk membahas kasus-kasus tertentu sehingga terjadi transfer
pengetahuan diantara anggota tim.

B. Peran Bidan dalam memberikan Asuhan dengan Kebutuhan yang


Kompleks sebagai bagian dari Tim Interdisiplin
Standar pelayanan kesehatan reproduksi pada penyandang disabilitas sama
seperti Standar Pelayanan Kesehatan Reproduksi pada non disabilitas. Hal yang
berbeda yaitu adanya beberapa penyesuaian yang harus dilakukan dalam
pemberian pelayanan misalnya cara berinteraksi, teknik pengukuran dan teknik
pemeriksaan yang perlu disesuaikan dengan kondisi ragam disabilitas.
Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan,
pertolongan pada ibu, pengawasan bayi baru lahir (neonatus) dan pada persalinan,
ibu post partum serta mampu mengidentifikasi penyimpangan dari kehamilan dan
persalinan normal dan melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke
fasilitas pelayanan yang tepat.
Pengenalan dan penanganan kasus-kasus yang gawat seharusnya mendapat
prioritas utama dalam usaha menurunkan angka kesakitan lebih lebih lagi angka
kematian ibu, walaupun tentu saja pencegahan lebih baik dari pada pengobatan.
Dalam kegawatdaruratan, peran anda sebagai bidan antara lain :
a) Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat
b) Stabilisasi klien (ibu), dengan oksigen, terapi cairan, dan medikamentosa
dengan :
1) Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungst system respirasi
dan sirkulasi
2) Menghentikan perdarahan
3) Mengganti cairan tubuh yang hilang
4) Mengatasi nyeri dan kegelisahan

3
c) Ditempat kerja, menyiapkan Sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu :
1) Pematauan dan Asuhan Promotif, Preventif dan Deteksi Dini
2) Penguatan kapasitas klien
3) Community Mobilization, Rujukan dan Kolaborasi
4) Menyiapkan radiant warmer/lampu pemanas untuk mencegah kehilangan
panas pada bayi
5) Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi
6) Menyiapkan alat pelindung diri
7) Menyiapkan obat-obatan emergensi
8) Pertolongan kegawatdaruratan
d) Memiliki keterampilan klinik, yaitu:
1) Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan yang
berkesinambungan. Peran organisasi sangat penting didalam
pengembangan sumber daya manusia (SDM) untuk meningkatkan
keahlian
2) Memahami dan mampu melakukan metode efektif dalam pelayanan ibu
dan bayi baru lahir, yang meliputi making pregnancy safer, safe
motherhood, bonding attachment, inisiasi menyusu dini dan lain lainnya.

4
DAFTAR PUSTAKA
 World Health Organization. 2010. Framework for Action on
Interprofessional Education & Collaborative Practice.
 Kementrian Kesehatan RI. 2017. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan Reproduksi bagi Penyandang Disabilitas Usia Dewasa. ISBN :
Jakarta.

You might also like