You are on page 1of 15

tGDOCS MAKALAH :

https://docs.google.com/document/d/1679Xn2qEL_F8CAoXGip1WoWTp93Kp2NKcuE2Gxp
puQc/edit?usp=sharing

IMPLANT
Skenario Kasus/
Pasien laki - laki berusia 60 tahun datang ke RSGMP Universitas Airlangga dengan keluhan
gigi bawah kiri kadang berdarah saat sikat gigi dan gigi atas depan terasa goyang
sejak 6 bulan yang lalu. Pasien mengaku area tersebut telah dipasang implan gigi 4 tahun
yang lalu.
Pasien memiliki kebiasaan menyikat gigi 2x sehari yaitu pagi setelah makan dan malam
sebelum tidur. Pasien tidak tahu apakah memiliki riwayat penyakit sistemik seperti kencing
manis, darah tinggi, kelainan darah, alergi, dan tidak sedang mengkonsumsi obat rutin
apapun serta belum pernah memeriksakan kondisi kesehatan sebelumnya. Pasien memiliki
kebiasaan sering lapar, haus dan sering buang air kecil serta merasakan penurunan
berat badan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu → dugaan diabetes
Pada pemeriksaan klinis gigi 12 dan 34 didapatkan mahkota porcelain fused to metal yang
disementasi pada implan. Gingiva regio 12, 34 kemerahan dan mudah berdarah, Gigi 12
kedalaman probing 5 mm, goyang derajat 1, Gigi 34 kedalaman probing 2 mm (Gambar
No 1 dan 2). Overjet 2 mm, overbite 2 mm dan pasien tidak memiliki kebiasaan buruk.
Pada pemeriksaan radiografis terlihat tanda-tanda seperti pada gambar no. 3 dan 4

K.U. : Baik
Vital sign : dalam batas normal
E.O : Tidak ada kelainan
I.O

1. Sebutkan dan jelaskan apa saja gambaran Kelainan klinis dan radiografi yang terjadi
pada kasus tersebut! (1 orang) (ninis)
Jawaban :
- Pada gingiva 12 dan 34 kemerahan dan mudah berdarah
- Pada gigi 12 : probing depth 5mm (severe), kegoyangan derajat 1
- Pada gigi 34 : probing depth 2mm (slight)
Kelainan radiografi :
- pada gigi 34 mengalami resorpsi alveolar crest secara horizontal, gigi 12 secara
vertikal hingga ½ panjang akar

2. Sebutkan Radiodiagnosis dan diagnosis akhir serta diagnosis banding dari kasus
tersebut! (1 orang) (ina)
Jawaban :
Radiodiagnosis: gigi 12 & 34 mengalami moderate bone loss
Diagnosis: peri-implantitis(12), periimplan mukositis (34)
DD: Periimplan mukositis, periodontitis kronis,/ aging/ osteoporosis

3. Faktor etiologi yang mengakibatkan kelainan pada kasus tersebut? (3 orang) (Ame, rizal,
rima)
- Etiologi dari peri implantitis adalah plak. Diawali invasi oleh patogen dalam plak
biofilm yang menyebabkan respon awal jaringan terhadap biofilm. respon awalnya
berupa secara histologi serupa dengan gingivitis. invasi mikroba secara terus
menerus mengakibatkan infiltrat inflamasi lebih luas pada jaringan peri-implan
dibandingkan jaringan periodontal karena pada jaringan periodontal memiliki ligamen
periodontal suprakrestal yang melekat pada gigi dan membentangi tulang alveolar
lebih efektif. Selain itu, vaskularisasi dan rasio sel-kolagen pada jaringan periodontal
lebih tinggi daripada jaringan peri-implan.
- faktor sistemik yang memperparah terjadinya peri-implantitis:
a. riwayat periodontitis
b. merokok
c. diabetes → kadar glukosa yang tinggi dapat mempengaruhi perbaikan
jaringan dan mekanisme pertahanan host, diabetes dapat mengganggu
homeostasis kolagen dalam matriks ekstrasel dan berhubungan dengan
disfungsi neutrofil serta ketidakseimbangan kekebalan tubuh. sehingga
kemampuan perbaikan jaringan dan mekanisme defensif pasien diabetes
untuk melawan plak menjadi terganggu
d. genetik
- faktor resiko lokal:
a. oral hygiene yang buruk
b. sementasi sisa mahkota pada implan
c. beban oklusal implan
d. permukaan implan
e. lebar dari attached gingival

4. Apakah ada faktor lokal dan sistemik yang memperberat kasus tersebut? (1 orang)
(shafa)
Jawaban : ada, faktor sistemik yang memperberat kemungkinan pasien mengalami
diabetes melitus yang ditandai dengan pasien sering merasa lapar, haus, dan sering buang
air kecil dan penurunan berat badan sejak kurang lebih 1 tahun lalu. faktor lokal yang
memperberat adalah pada gigi 12 mengalami penurunan tulang alveolar sehingga
mengalami kegoyangan
5. Rencana perawatan apa yang harus dilakukan sesuai kasus tersebut di bidang
periodontal? (2 orang) (Indira dan lala)
Jawaban :
-Tatalaksana perawatan pada kasus pasien dengan peri implantitis diatas diawali dengan
menghilangkan faktor etiologi, salah satunya yaitu mikroba sehingga perlu dilakukan
penghilangan mikroba penyebab terjadinya peri implantitis melalui berikut:
1. Pemberian obat antiseptik berupa chlorhexidine diglukonat 0,1-0,2% mouthwash
dengan cara penggunaannya berkumur sebanyak 10 ml selama 30 detik.
2. Pasien dengan probing depth 2 mm → pasien diinstruksikan untuk tetap menjaga
OH, dilakukan perawatan debridement mekanis dengan menggunakan kuret
nonlogam, dan polishing menggunakan rubber dan non abrasive pasta polishing.
3. Pasien dengan probing depth >= 5 mm → dilakukan pengobatan antibiotik sistemik
atau lokal. Pengobatan sistemik yang khas adalah dengan ornidazole (1.000 mg x 1)
atau metronidazole (250 mg x 3) selama 10 hari, atau kombinasi amoksisilin (375 mg
x 3) dan metronidazol (250 mg x 3) selama 10 hari.
4. Pasien juga diberikan topikal gel chlorhexidine lokal 0,2% dan atau irigasi lokal
dengan chlorhexidine 0,2% 2 kali sehari selama 3-4 minggu.
5. Selain itu, hasil dari radiografi juga dipertimbangkan dalam perawatan pasien peri
implantitis melalui terapi fotodinamik (PDT) menggunakan laser tingkat rendah untuk
eliminasi bakteri tanpa berpotensi merusak host tissue.
6. Jika kondisi pasien tidak kunjung membaik, maka pendekatan bedah dapat
dipertimbangkan.

6. Bagaimana tatalaksana proses sementasi yang baik untuk single implant supported
crown? (2 orang) (Real dan ilung)
Jawaban :
Suatu restorasi mahkota melekat pada implan dengan cara disekrup atau disemen. Cara
pemasangan restorasi mahkota pada implan dengan cara disemen menyerupai sebuah gigi
tiruan cekat konvensional telah menjadi prosedur rutin dan banyak dilakukan. Akan tetapi,
seiring berjalannya waktu sisa semen dapat menyebabkan komplikasi baik pada jaringan
lunak maupun keras. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan biologis dalam
perlekatan antara gigi alami dan implan, jenis semen yang digunakan, atau teknik sementasi
yang digunakan. Kelemahan utama cement-retained restorations adalah ekstrusi kelebihan
semen ke sulkus peri-implan, yang berakibat pada komplikasi selanjutnya. Semen berlebih
yang tidak dapat dibersihkan dengan baik dapat memicu terjadinya proses inflamasi lokal
pada gingiva, dan selanjutnya dapat menyebabkan kegagalan implan. Penelitian klinis
menunjukkan bahwa sisa atau kelebihan semen saat insersi prostesis pada abutment
implan positif terkait dengan terjadinya penyakit peri-implan. Teknik penyemenan restorasi
mahkota di luar mulut pada model ini memberikan kelebihan dibandingkan jika penyemenan
dilakukan di dalam mulut Pada teknik penyemenan di dalam mulut ada kemungkinan sulit
membersihkan sisa-sisa semen yang terlanjur menempel di permukaan gingiva sekitar
fixture implan meskipun abutment beserta restorasi mahkota dilepaskan dari mulut, atau
bahkan mungkin akan melukai gingiva saat membersihkannya.

Teknik sementasi prostesis mahkota pada implan di luar mulut menjamin tidak adanya
kelebihan bahan sementasi yang tertinggal di sekitar implan dan memungkinkan
penggantian restorasi mahkota di kemudian hari dengan lebih mudah. Prosedur klinis ini
sangat penting untuk menghindari potensi penyakit peri-implan yang disebabkan oleh sisa
semen yang tertinggal dalam sulkus gingiva.

Untuk sementasi, permukaan bagian dalam mahkota dibersihkan secara manual dan diair
abraded dengan 50μm Al2O3 pada tekanan 0,2 MPa. Penyangga dibersihkan dengan uap,
dan residu semen dihilangkan dengan kuret plastik (universal implant deplaquer; KerrHawe,
Bioggio, Swiss). Semua spesimen diseka dengan kain kasa yang dibasahi alkohol 96%,
dikeringkan dengan udara, kemudian diperiksa secara visual. Sementasi dilakukan sesuai
dengan instruksi pabrik. Setelah sementasi, model kerja (casting) ditekan secara manual
bersama selama 10 detik kemudian dimuat dengan molding press selama 10 menit. Molding
press memiliki gaya tekan 50 N pada ketinggian model kerja(castings) yang dipilih. Setelah
setting, residu semen dihilangkan dengan kuret plastik. Setengah dari spesimen disimpan
dalam larutan garam isotonik (Larutan Saline Isotonik 0,9%) selama 24 jam pada suhu 37◦C

7. Apa yang harus diperhatikan dalam perawatan pasca pemasangan implan gigi?
Jawaban: (2 orang) (Lauren dan andini)
1. Perhatikan setiap reaksi
Dokter gigi akan memberitahu pasien bahwa akan terjadi pembengkakan ringan,
dapat dikurangi dengan kompres es ke area tsb dan mengonsumsi obat penghilang
rasa sakit yang direkomendasikan oleh drg. Jika tubuh bereaksi dengan cara yang
berbeda dari yang dijelaskan oleh dokter gigi, pasien harus segera menghubungi
dokter gigi untuk mendapatkan saran atau pengobatan.
2. Hindari makanan dan minuman panas
Minuman dan makanan panas dapat melukai jaringan lunak rongga mulut. Selain itu,
gusi membutuhkan waktu untuk pulih setelah operasi implan gigi, sehingga pasien
perlu menghindari makanan dan minuman panas untuk menghilangkan stres pada
jaringan. Dokter gigi akan menyarankan pasien untuk minum lebih banyak air dingin
karena mempercepat pemulihan area yang dirawat dan memberikan kelegaan.
3. Hindari menyikat gigi terlalu kuat
Pada beberapa hari pertama setelah operasi, gusi di sekitar implan gigi akan terasa
agak perih dan sensitif. Menyikat itu penting, tetapi pasien harus menunggu
beberapa hari sebelum menyikat area di sekitar implan gigi. Idealnya, sikat gigi
berbulu halus lebih baik untuk mencegah kerusakan pada area yang dirawat. Pasien
harus menyikat dengan lembut dan hati-hati
4. Jaga kebersihan mulut
Untuk menjaga kebersihan mulut bebas dari bakteri, berkumur dengan air garam di
dalam mulut selama beberapa detik bisa sangat efektif dengan tidak terlalu kuat.
Ketika berkumur, pasien menahan air di mulut selama beberapa detik karena dapat
mempercepat pemulihan
5. Menghindari konsumsi makanan keras terlebih dahulu tapi dapat konsumsi makanan
keras secara bertahap
Pada awalnya, mungkin sulit untuk makan makanan padat selama beberapa hari
setelah prosedur implan gigi. Namun, begitu fungsi gigi normal mulai kembali, pasien
dapat secara bertahap mengonsumsi makanan padat. Menyikat dan membilas mulut
setelah setiap makan diperlukan untuk memastikan penyembuhan total.

- Hindari makan-makanan yang pedas dan asam → dpt mjd iritan pd area operasi
- tidak mengonsumsi minuman beralkohol → alkohol menghambat proses
penyembuhan luka
- Tidak makan makanan yang sulit dibersihkan → stlh operasi/ pemasangan implant
biasanya rentan kemasukan makanan
- hindari kebiasaan yang dpt merusak mahkota gigi
- lakukan perawatan rutin setiap 6 bulan
- meningkatkan konsumsi makanan berkalsium

(mahkotanya)

https://docs.google.com/document/d/1Tz4lqaoyqcORlIVcFOtR0qcbTzjmmQH8gzHEx4B7Ki
Q/edit?usp=sharing

GDOCS MAKALAH :
https://docs.google.com/document/d/1679Xn2qEL_F8CAoXGip1WoWTp93Kp2NKcuE2Gxp
puQc/edit?usp=sharing

prosto : bahan mahkota dan pemasangan


12 : periimplantitis
34 : perimplan mucositis
etiologi : lokal dan sistemik
rencana perawatan
tanda-tanda radiografik
PERI IMPLANTITIS (gigi 12)
Peri-implantitis merupakan kondisi patologis pada jaringan keras dan lunak yang
mengelilingi implan disertai dengan resorpsi tulang, peningkatan pembentukan poket
dan purulensi (Smeets et al., 2014; Schwarz et al., 2018).
https://docs.google.com/presentation/d/18xAlND8DcslIY6KdSVJoyCiiabVHFDyjQAj4
c0Zn0nY/edit#slide=id.g99f2f57a71_0_177

1. Gambaran klinis

- Gingiva kemerahan dan mudah berdarah → BOP (+)


- Probing depth 5 mm (severe) → pocket (+)
- Kegoyangan derajat 1

Kelainan radiografi :
- Pada gigi 12 tampak terjadi kehilangan tulang secara vertikal hingga ½
panjang akar atau < 25% dari panjang implan

2. Radiodiagnosis : Early Bone Loss?


Diagnosis akhir : Peri implantitis pada gigi 12

3. Etiologi (lokal dan sistemik)


Faktor lokal :
● Plak
Akumulasi plak mikroba dianggap sebagai faktor terpenting dalam
patogenesis dari peri-implantitis (Khashu et al., 2012). Walaupun plak
dianggap sebagai faktor terpenting dalam patogenesis dari peri-implantitis,
terdapat beberapa faktor lainnya yang juga dapat menjadi pemicu terjadinya
peri-implantitis seperti riwayat penyakit periodontal, kurangnya perawatan
kesehatan mulut, penggunaan rokok dan tembakau, hiperglikemia dan
obesitas. Faktor risiko lokal termasuk mukositis, malposisi implan dan
rancangan prosthesis yang buruk (Hashim & Cionca, 2020).
Peri-implantitis dikaitkan dengan beberapa spesies bakteri termasuk
Porphyromonas gingivalis dan Prevotella intermedia.
● Sementasi sisa mahkota pada implan
Semen berlebih yang tidak dapat dibersihkan dengan baik dapat
memicu terjadinya proses inflamasi lokal pada gingiva, dan selanjutnya dapat
menyebabkan kegagalan implan. Penelitian klinis menunjukkan bahwa sisa
atau kelebihan semen saat insersi prostesis pada abutment implan positif
terkait dengan terjadinya penyakit peri-implant.
● Beban oklusal implan
● Usia (60 tahun)
● Jenis kelamin,

Faktor sistemik : Diabetes melitus (ditandai dengan pasien memiliki keluhan sering
merasa lapar, haus, dan sering buang air kecil serta mengalami penurunan berat
badan selama 1 tahun)

4. Rencana perawatan dan rujukan (Kekurangan dan kelebihan perawatan tsb) →


Reimplant/ bedah flap bone graft
1. Perawatan Pendahuluan
- Periodontal: Debridement mekanis permukaan implan menggunakan
scalling manual dengan bahan berbasis plastik untuk menjaga
permukaan implan agar tidak tergores karena bahan plastik lebih
elastis dan tidak tajam dibandingkan dengan bahan metal.
- Obat-obatan : terapi antiseptik dan antibiotik dengan klorheksidin (gel,
larutan irigasi), antimikroba yang diberikan secara lokal atau sistemik
dengan 1 mg minosiklin.
- Penegakan diagnosis kondisi sistemik dirujuk ke sp.Pd
2. Rencana Perawatan
Opsi 1: Bedah flap augmentasi bone graft
Kelebihan → Bedah regeneratif bertujuan untuk regenerasi tulang dan
re-osseointegrasi
1. Pendekatan regeneratif memiliki dua tujuan utama: untuk
mendukung dimensi jaringan selama masa penyembuhan dan
menghindari resesi mukosa.
2. Meningkatkan kemungkinan memperoleh re-osseointegrasi,
menggunakan teknik rekonstruktif dan regeneratif
3. Kerusakan yang dirawat dengan bone graft memperlihatkan
peningkatan level tulang dan epitel penyatu serta pengurangan
kedalaman poket.
Kekurangan → Reaksi penolakan host (autoimun)

Opsi 2: Reimplantasi Bedah Mulut:


- Bedah flap pengambilan implant lama → bone graft → pembesaran
diameter implant dan penggantian jenis implan menggunakan screw
retained implant

Kelebihan → Meningkatkan re-osseointegrasi, dapat meningkatkan level


tulang dan mengurangi kedalaman poket, pembagian beban lebih ringan,
tanpa sementasi sehingga menghindari inflamasi akibat sisa sementasi

Kekurangan → Kurang estetik dikarenakan adanya lubang sekrup (screw


channel)

Periodontal:
Perawatan peri-implantitis dengan terapi non-bedah berdasar pada pengendalian
infeksi dengan tujuan untuk debridement biofilm yang melekat dan mengeliminasi
bakteri patogen penyebab penyakit peri-implantitis.
Terapi non- bedah peri-implantitis dapat melalui:
1. Debridement mekanis permukaan implan menggunakan scalling manual
menggunakan bahan berbasis plastik karena……. (dikaitkan dengan bahan di
blasting pada permukaan implant)
2. Dapat dikombinasikan dengan antibiotik lokal atau antiseptik seperti
klorheksidin (Figuero et al., 2014). Selain itu, agen anti inflamasi juga sering
digunakan berupa nonsteroidal anti- inflammatory drugs (NSAID), seperti
asam mefenamat, natrium diklofenak, ketorolak dan ibuprofen (Idacahyati et
al., 2020).

Bedah mulut:
Perawatan peri-implantitis dengan pembedahan dilakukan dengan alasan untuk
meningkatkan kebersihan permukaan implan serta dapat memodifikasi anatomi
jaringan lunak dan keras peri-implan untuk mendapatkan re-osseointegrasi (Figuero
et al., 2014).

Perawatan pembedahan:
1. Dekontaminasi permukaan implan: Mechanical, Chemical, Laser
- Dekontaminasi mekanis
a. Dekontaminasi mekanis terdiri dari penghilangan secara fisik deposit
jaringan keras dan lunak pada permukaan implan yang terbuka dan
terkontaminasi. Instrumen untuk debridement mekanis biasanya
menggunakan plastic scaller (cari alasannya) mencakup kuret dan
perangkat ultrasonik.
b. menghaluskan permukaan implan ('implantoplasty') (dan dengan
demikian menghilangkan permukaan kasar dari implan), menghasilkan
permukaan halus yang dipoles lebih cocok untuk praktik kebersihan
mulut. Prosedur ini dilakukan dengan bur dan stones di bawah irigasi
yang cukup karena ada kenaikan suhu yang penting dan kontaminasi
lokal yang luas dengan titanium. → UNTUK IMPLAN YANG MUNCUL
DIPERMUKAAN TULANG → PERMUKAAN IMPLAN KASAR
KARENA ADA ULIR →AKUMULASI PLAK (tidak termasuk kasus)
- Dekontaminasi kimia
Alasan penggunaan perawatan kimia adalah untuk mendesinfeksi/
dekontaminasi permukaan implan dengan aplikasi langsung dari zat
yang sesuai. Asam sitrat, hidrogen peroksida, klorheksidin atau saline
telah digunakan, dan semuanya memberikan hasil yang serupa dalam
studi eksperimental.
- Laser
Laser juga telah digunakan untuk mendekontaminasi permukaan
implan, meskipun literatur ilmiah sering gagal menemukan manfaat
klinisnya. Sebuah penelitian memperhatikan bahwa laser erbium
menghasilkan keuntungan yang signifikan dalam hal perdarahan pada
tingkat probing dan perlekatan klinis; namun, tidak ada perbedaan
yang dicatat bila dibandingkan dengan perlakuan mekanis
konvensional. Tidak ada perbedaan antara penggunaan laser dan
perawatan konvensional yang juga dicatat dengan laser CO2 sebagai
tambahan untuk teknik resective dan reconstructive.
2. Terapi bedah peri-implantitis: teknik bedah
a. Bedah flap untuk pembersihan dan dekontaminasi permukaan implan:
Tujuan dari intervensi bedah flap ini adalah untuk melestarikan dan
mempertahankan semua jaringan lunak di sekitar implan yang terkena dan
untuk fokus terutama pada dekontaminasi permukaan implan. Biasanya, insisi
intracrevicular (Gbr. 11a) dibuat di sekitar implan yang terkena dan flap
mucoperiosteal diangkat baik secara bukal maupun palatal/lingual (Gbr. 11b).
Degranulasi jaringan periimplan yang meradang paling baik dilakukan dengan
kuret titanium dan dekontaminasi permukaan implan dilakukan menggunakan
salah satu metode yang dijelaskan sebelumnya. Terakhir, flap direposisi dan
dijahit secara adekuat (Gbr. 11c).
Karena tidak ada bukti dari penelitian pada manusia atau hewan bahwa
dekontaminasi permukaan implan saja dapat menghasilkan re-osseointegrasi,
intervensi bedah ini bertujuan untuk menghilangkan perubahan inflamasi yang
bertanggung jawab atas proses penyakit. Karena teknik ini bertujuan untuk
mempertahankan posisi jaringan lunak
gin di sekitar leher implan, ini hanya dapat dicapai jika keropos tulang
peri-implant dangkal.

b. Flap yang diposisikan secara apikal


Pendekatan bedah ini dianjurkan untuk meningkatkan kebersihan mulut yang
dilakukan sendiri dan mengurangi kantong di sekitar implan yang terkena
(20). Secara teknis, insisi bevel terbalik dirancang tergantung pada
kedalaman probing poket dan lebar serta ketebalan mukosa peri-implan (Gbr.
12a). Insisi pelepasan vertikal mungkin diperlukan untuk memposisikan flap
secara apikal. Flap mukoperiosteal diangkat baik secara bukal maupun
palatal/lingual (Gbr. 12b). Kerah jaringan yang terkena kemudian diangkat
dan permukaan implan didekontaminasi secara menyeluruh. Seringkali
osteoplasty, dilakukan dengan hati-hati menggunakan pahat tulang,
diperlukan. Terakhir, flap dijahit untuk membiarkan bagian implan yang
sebelumnya terkena terkena rongga mulut (Gbr. 12c). Untuk menghaluskan
bagian yang terbuka dan untuk mengurangi kontaminasi permukaan implan
pasca operasi, implantoplasti disarankan (38). Teknik ini dapat diindikasikan
untuk peri-implantitis dengan defek supraboni atau defek intraboni satu
dinding. Ini jelas merupakan teknik yang dipilih terutama untuk area
nonestetik (39). (ii) akses untuk pembersihan dan dekontaminasi ditambah
pemaparan permukaan yang terkena dampak untuk pembersihan (flap yang
diposisikan ulang secara apikal); dan

c. Bedah regeneratif:(bone graft?) bertujuan untuk regenerasi tulang dan


re-osseointegrasi
4. Pendekatan regeneratif memiliki dua tujuan utama: untuk
mendukung dimensi jaringan selama masa penyembuhan dan
menghindari resesi mukosa.
5. untuk meningkatkan kemungkinan memperoleh
re-osseointegrasi, menggunakan teknik rekonstruktif dan
regeneratif

Dalam teknik ini, insisi intracrevicular sering dilakukan untuk


mempertahankan jumlah total jaringan lunak. Setelah elevasi flap
periosteal bukal dan lingual, degranulasi defek dilakukan dengan
menggunakan instrumen titanium. Setelah dekontaminasi permukaan
implan, cangkok ditempatkan di sekitar implan, mengisi komponen
intraboni dari defek. Grafting dapat dilakukan baik dengan tulang
autologus atau pengganti tulang. Graft dapat ditutup dengan membran
yang dapat diserap atau tidak dapat diserap. Akhirnya, flap diposisikan
secara koronal dan dijahit untuk menentukan penyembuhan
Kombinasi pendekatan regeneratif dan resektif juga telah diusulkan,
termasuk implanoplasti pada komponen supraboni dari defek;
sebaliknya, untuk komponen intraboni, dua prosedur dekontaminasi,
yaitu laser yttrium aluminium garnet erbium-doped atau kuret plastik
dan saline steril.
Teknik ini didasarkan pada pengetahuan bahwa cacat peri-implant
yang paling umum biasanya mencakup komponen intraboni dan
bagian supraboni yang lebih koronal. Komponen intraboni dari defek
diterapi dengan membran kolagen dan bovine xenograft dan
komponen supraboni diterapi dengan bedah reseksi.

Surgical treatment includes access flap and debridement, access flap and bone
recontouring or resective surgery, and regenerative approaches using bone grafts
with or without a membrane.

Prosto: Pertimbangan pemilihan bahan mahkota dan teknik pemasangannya


Pemilihan jenis implant:
1. Cement-retained implant prosthesis
resiko kelebihan sisa sementasi yang dapat menyebabkan inflamasi gingiva,
kerusakan jaringan, bone loss melalui penyakit periimplantitis, walaupun
estetik baik, tidak direkomendasikan untuk gigi anterior karena beban oklusi
yang minimal
2. Screw-retained implant prosthesis
pembagian beban lebih ringan, tanpa sementasi sehingga menghindari
inflamasi akibat sisa sementasi, namun kurang estetik dikarenakan adanya
lubang sekrup (screw channel)
PERIIMPLAN MUKOSITIS
Perimplan mukositis adalah lesi inflamasi pada jaringan lunak yang mengelilingi implan
endosseous tanpa adanya kehilangan tulang pendukung atau kehilangan tulang marjinal
yang berkelanjutan. (Lisa J.A, 2018) https://doi.org/10.1111/jcpe.12953

1. Gambaran kelainan klinis

- Pada gigi 34 : probing depth 2mm (normal) → pocket (-)


- BOP (+)
- kegoyangan (-)
- inflamasi (+)
Gambaran radiografi

- tampak gambaran radiopak pada area akar kesan material screw implant
- tampak gambaran radiopak pada area mahkota kesan bahan mahkota
porcelain fused to metal
- pada gigi 34 mengalami resorpsi alveolar crest secara horizontal
2. Radiodiagnosis: mild bone loss
Diagnosis akhir: gigi 34 periimplan mukositis
3. Etiologi (lokal dan sistemik)
a. lokal : plak, usia, jenis kelamin, penurunan mukosa berkeratin, riwayat
periodontitis, adanya akumulasi biofilm bakteri disekitar implan gigi titanium, seperti
bakteri Prevotella intermedia, Prevotella nigrescens, Streptococcus constellatus,
Aggregatibacter actinomycetemcomitans, Porphyromonas gingivalis, Treponema
denticola dan Tannerella forsythia.

b. sistemik : diabetes mellitus,


4. Rencana perawatan (keuntungan dan kerugiannya apa)
a.bidang periodontal
fase 1 (non surgical) : Debridement menggunakan scaling manual berbahan plastik agar
tidak menggores bahan implant yang bisa merubah osseointegrasi tulang. Pasien juga
diberikan obat antiseptik berupa chlorhexidine digluconate 0,2% mouthwash dengan cara
penggunaannya berkumur sebanyak 10 ml selama 30 detik.
fase 4 (maintenance) : Lakukan evaluasi 1 minggu setelah perawatan. apabila keluhan tidak
kunjung membaik, maka dapat dipertimbangkan opsi perawatan
fase 3 (restorative) berupa reabutment dengan screw retained crown untuk mencegah
terjadinya kesalahan kelebihan sementasi kembali. Kekurangan dari opsi perawatan
tersebut adalah

b. bidang prostodonsia
Opsi perawatan yang dapat dilakukan :
a. sementasi ulang dengan pilihan bahan mahkota:
- porcelain fused to metal : +- nya cari
- zirconia : +-nya cari
b. reabutment dengan screw retained crown. Opsi perawatan ini dapat mencegah
terjadinya kesalahan kelebihan sementasi kembali. Kekurangannya…

rujukan
dilakukan rujukan ke dokter spesialis patologi klinik untuk memastikan pasien mengalami
penyakit diabetes mellitus sesuai dengan keluhan yang dirasakan (kebiasaan sering lapar,
haus dan sering buang air kecil serta merasakan penurunan berat badan sejak kurang
lebih 1 tahun yang lalu)

5. Bagaimana tatalaksana proses sementasi yang baik untuk single implant supported
crown?
Suatu restorasi mahkota melekat pada implan dengan cara disekrup atau disemen. Seiring
berjalannya waktu sisa semen dapat menyebabkan komplikasi baik pada jaringan lunak
maupun keras. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan biologis dalam perlekatan
antara gigi alami dan implan, jenis semen yang digunakan, atau teknik sementasi yang
digunakan. Kelemahan utama cement-retained restorations adalah ekstrusi kelebihan
semen ke sulkus peri-implan, yang berakibat pada komplikasi selanjutnya. Semen berlebih
yang tidak dapat dibersihkan dengan baik dapat memicu terjadinya proses inflamasi lokal
pada gingiva, dan selanjutnya dapat menyebabkan kegagalan implan. Penelitian klinis
menunjukkan bahwa sisa atau kelebihan semen saat insersi prostesis pada abutment
implan positif terkait dengan terjadinya penyakit peri-implan. Teknik penyemenan restorasi
mahkota di luar mulut pada model ini memberikan kelebihan dibandingkan jika penyemenan
dilakukan di dalam mulut Pada teknik penyemenan di dalam mulut ada kemungkinan sulit
membersihkan sisa-sisa semen yang terlanjur menempel di permukaan gingiva sekitar
fixture implan meskipun abutment beserta restorasi mahkota dilepaskan dari mulut, atau
bahkan mungkin akan melukai gingiva saat membersihkannya.

Teknik sementasi prostesis mahkota pada implan di luar mulut menjamin tidak adanya
kelebihan bahan sementasi yang tertinggal di sekitar implan dan memungkinkan
penggantian restorasi mahkota di kemudian hari dengan lebih mudah. Prosedur klinis ini
sangat penting untuk menghindari potensi penyakit peri-implan yang disebabkan oleh sisa
semen yang tertinggal dalam sulkus gingiva.

Untuk sementasi, permukaan bagian dalam mahkota dibersihkan secara manual dan diair
abraded dengan 50μm Al2O3 pada tekanan 0,2 MPa. Penyangga dibersihkan dengan uap,
dan residu semen dihilangkan dengan kuret plastik (universal implant deplaquer; KerrHawe,
Bioggio, Swiss). Semua spesimen diseka dengan kain kasa yang dibasahi alkohol 96%,
dikeringkan dengan udara, kemudian diperiksa secara visual. Sementasi dilakukan sesuai
dengan instruksi pabrik. Setelah sementasi, model kerja (casting) ditekan secara manual
bersama selama 10 detik kemudian dimuat dengan molding press selama 10 menit. Molding
press memiliki gaya tekan 50 N pada ketinggian model kerja(castings) yang dipilih. Setelah
setting, residu semen dihilangkan dengan kuret plastik. Setengah dari spesimen disimpan
dalam larutan garam isotonik (Larutan Saline Isotonik 0,9%) selama 24 jam pada suhu 37◦C

6. Apa yang harus diperhatikan dalam perawatan pasca pemasangan implan gigi
a. Perhatikan setiap reaksi → Dokter gigi akan memberitahu pasien bahwa akan
terjadi pembengkakan ringan, dapat dikurangi dengan kompres es ke area
tsb dan mengonsumsi obat penghilang rasa sakit yang direkomendasikan
oleh drg. Jika tubuh bereaksi dengan cara yang berbeda dari yang dijelaskan
oleh dokter gigi, pasien harus segera menghubungi dokter gigi untuk
mendapatkan saran atau pengobatan.
b. Hindari makanan dan minuman panas → Minuman dan makanan panas
dapat melukai jaringan lunak rongga mulut. Selain itu, gusi membutuhkan
waktu untuk pulih setelah operasi implan gigi, sehingga pasien perlu
menghindari makanan dan minuman panas untuk menghilangkan stres pada
jaringan. Dokter gigi akan menyarankan pasien untuk minum lebih banyak air
dingin karena mempercepat pemulihan area yang dirawat
c. Hindari menyikat gigi terlalu kuat → Pada beberapa hari pertama setelah
operasi, gusi di sekitar implan gigi akan terasa agak perih dan sensitif.
Menyikat itu penting, tetapi pasien harus menunggu beberapa hari sebelum
menyikat area di sekitar implan gigi. Idealnya, sikat gigi berbulu halus lebih
baik untuk mencegah kerusakan pada area yang dirawat. Pasien harus
menyikat dengan lembut dan hati-hati
d. Jaga kebersihan mulut → Untuk menjaga kebersihan mulut bebas dari
bakteri, berkumur dengan air garam di dalam mulut selama beberapa detik
bisa sangat efektif dengan tidak terlalu kuat. Ketika berkumur, pasien
menahan air di mulut selama beberapa detik karena dapat mempercepat
pemulihan
e. Menghindari konsumsi makanan keras terlebih dahulu tapi dapat konsumsi
makanan keras secara bertahap → Pada awalnya, mungkin sulit untuk
makan makanan padat selama beberapa hari setelah prosedur implan gigi.
Namun, begitu fungsi gigi normal mulai kembali, pasien dapat secara
bertahap mengonsumsi makanan padat. Menyikat dan membilas mulut
setelah setiap makan diperlukan untuk memastikan penyembuhan total.
f. Hindari makan-makanan yang pedas dan asam → dpt mjd iritan pd area
operasi
g. tidak mengonsumsi minuman beralkohol → alkohol menghambat proses
penyembuhan luka
h. Tidak makan makanan yang sulit dibersihkan → stlh operasi/ pemasangan
implant biasanya rentan kemasukan makanan
i. hindari kebiasaan yang dpt merusak mahkota gigi
j. lakukan perawatan rutin setiap 6 bulan
k. meningkatkan konsumsi makanan berkalsium

tanda-tanda di radiografi:
prosto : bahan mahkota dan pemasangannya
bidang bedah mulut
p

You might also like