You are on page 1of 12

TUGAS KELOMPOK

EVIDENCE BASED PRACTICE DALAM BAYI

Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Dosen Pengampu : Dr. Agung Suharto, APP, S.Pd.,M.Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 6

Dwi Yuniarti P27824423258


Fadia Meisyn T P27824423262
Fenti Suwarno P P27824423263
Naning Siswati P27824423270
Valentin Elvira M P27824423285

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
KEBIDANAN KAMPUS MAGETAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Proposal yang berjudul “Evidence
Based Practice Dalam Bayi” tepat pada waktunya.

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi


Penelitian di Prodi Sarjana Terapan Kebidanan Kampus Magetan. Dalam
penyusunan makalah ini penulis mendapat banyak bimbingan dan pengarahan.
Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dwi Purwanti, S.Kp., M.Kes selaku Ketua Prodi DIV Kebidanan
Kampus Magetan
2. Bapak Dr. Agung Suharto, APP, S.Pd.,M.Kes selaku dosen pengajar mata
kuliah Metodologi Penelitian di Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya
Prodi DIV Kebidanan Kampus Sutomo
3. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran pembaca sangat penulis
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga proposal ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya

Magetan, Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... ii


Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 1
1.4 Manfaat ........................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 3
2.1 Pengertian Evidence Based Practice in Midwifery ......................................... 3
2.2 Kritik Evidence Based Practice in Midwifery ................................................. 3
2.3 Langkah dalam mempraktikan Evidence Based Practice ............................... 4
2.4 Evidence Based Practice dalam Praktik Kebidanan Asuhan pada Bayi ......... 4
2.5 Hubungan antara Evidence Based Practice dan Praktik Kebidanan ............... 7
BAB 3 PENUTUP................................................................................................ 8
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 8
3.2 Saran ................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 9

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Survey Demografi dan kesehatan indonesia (SDKI) (2012) yang di
laksanaan oleh badan pusat statistic (BPS) bekerjasama dengan badan
kependudukan dan keluarga berencana nasional (BKKBN) mendapatkan data
angka kemtian neonatal (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19/1000 kelahiran
hidup menurun dari 20/1000 kelahiran hidup di tahun 2007 dan 13/1000
kelahiran hidup di dasarkan hasil SDKI 2002, perhatian terhadap upaya
penurunan AKN menjadi penting karena kematian neonatal memberi
konstribusi terhadap 56% kematian bayi. Komitmen global dalam MDGS
menetapkan pada target ke 4 terkait kematian anak yaitu menurunkan angka
kematian anak hingga 2/3 dalam kurun waktu 1990 sampai 2015.
Presentasi AKN untuk 5 tahun sebelum survey hasil SDKI 2012
menunjukan angka perempuan, namun angka tersebut masih menunjukan
tingkat penurunan yang lebih lambat dalam tahun-tahun terakhir. Penyakit
penyebab kematian bayi berusia 0-7 hari (early neonatal date) terbanyak
adalah premature disertai berat badan lahir rendah dan afiksia lahir. Penyebab
kematian bayi berusia 8-28 hari terbanyak adalah infeksi dan feeding problem.
Maka dari itu upaya yang dapat di lakukan untuk mengurangi angka
kematian neonatal pada tahun tahun berikutnya perlu adanya evidence based.
Evidence based medicine (EBM) suatu istilah yang di gunakan untuk merujuk
para peradigma baru untuk mengambil keputusan medis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Evidence Based Practice in Midwifery?
2. Apa kritik Evidence Based Practice in Midwifery?
3. Bagaimana langkah dalam mempraktikan Evidence Based Practice in
Midwifery?
4. Apa saja Evidence Based Practice dalam praktik kebidanan asuhan pada
bayi?
5. Apa hubungan antara Evidence Based Practice dan praktik kebidanan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Evidence Based Practice in Midwifery
2. Untuk mengetahui kritik dari Evidence Based Practice in Midwifery
3. Untuk mengetahui langkah dalam mempraktikan Evidence Based Practice
in Midwifery
4. Untuk mengetahui Evidence Based Practice in Midwifery dalam praktik
kebidanan asuhan pada bayi

1
2

5. Untuk mengetahui hubungan antara Evidence Based Practice dan praktik


kebidanan
1.4 Manfaat
Untuk mengetahui pengertian dari Evidence Based Practice in Midwifery,
kritik dari Evidence Based Practice in Midwifery, langkah-langkah dalam
mempraktikan Evidence Based Practice in Midwifery, Evidence Based
Practice in Midwifery dalam praktik kebidanan dalam asuhan, dan hubungan
antara Evidence Based Practice in Midwifery.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Evidence Based Practice in Midwifery


Evidence Based Practice (EBP) merupakan prosedur yang dapat
menunjang supaya bisa mendapatkan fakta terbaru sehingga menjadikan
bukti guna melakukan ketentuan klinis efektif dan efisien serta
memberikan pasien perawatan yang paling baik. Selain itu, Evidence
Based Practice merupakan strategi untuk memperoleh ilmu serta
ketrampilan guna menambah aksi positif tenaga kesehatan hingga dapat
menerapkan Evidence Based Practice di dalam praktik kesehatan (Jayanti,
2019). Dari kedua penjelasan tentang pengertian Evidence Based Practice
diatas dimengerti sebagai salah satu cara guna memperoleh pengetahuan
yang paling baru dan bersumber pada data jelas dan sangat terkait guna
mengambil kesimpulan klinis paling efektif serta menambah kemampuan
tenaga kesehatan di praktikum guna meninggikan derajat kesehatan
pasien. Evidence Based merupakan suatu penelitian yang mampu
mengatasi permasalahan dalam suatu pelayanan kebidanan khususnya
dalam pelayanan bayi baru lahir (Jayanti, 2019).
2.2. Kritik Evidence Based Practice in Midwifery
Berpikir Kritis pada Kebidanan merupakan sebuah komponen vital
terutama guna menciptakan sebuah keefektifan ketetapan klinis. Berpikir
kritis akan menunjang bidan maupun seorang calon bidan (mahasiswa)
untuk menyusun masukan tentang manfaat serta kerugian dalam pilihan
atau alternatif, memilih mana yang utama dalam hal keperluan dan
menyusun prioritas dengan memakai kerangka kerja, juga memilih tugas
yang bisa diwakilkan atau tugas yang patut dilengkapi pribadi. Oleh
karena itu, berpikir kritis sangat dibutuhkan pada prosedur kebidanan guna
memecahkan sebuah masalah serta tercipta sebuah keputusan efektif dan
efisien (Kusumawardani, 2020).
Berpikir kritis dan Evidence Based Practice adalah dua perihal
saling melengkapi. Berpikir kritis yaitu sebuah komponen dalam
mendukung seorang mahasiswa ataupun bidan guna menciptakan sebuah
ketetapan klinis yang sangat penting dalam penerapan EBP. Begitu pula
dengan sebaliknya, tanpa menekuni Evidence Based Practice maka self-
trust dan self-confidence pada diri bidan atau calon bidan akan hilang
dimana hal tersebut merupakan komponen yang sangat penting dalam
critical thinking. Selain itu, tanpa menekuni Evidence Based Practice,
bidan dalam melakukan pemahaman, analisa, penjelasan dan kesimpulan
akan kehilangan kemampuannya karena dalam menggali informasi atau

3
4

bukti yang ditemukan terjadi kegagalan dan kegagalan menyampaikan


pendapat kuat dengan didasarkan pada bagian penting dari berpikir kritis
yaitu bukti-bukti secara ilmiah. Sehingga dalam menerapkan EBP
memungkinkan untuk meningkatkan cara berpikir kritis (Kusumawardani,
2020).
2.3. Lima Langkah dalam Mempraktikan Evidence Based Practice in
Midwifery
Menurut Rahyani (2021), Langkah-langkah Evidence Based practice
dalam asuhan kebidanan adalah :
1. Merumuskan kasus asuhan kebidanan dan pertanyaan klinik dengan
format PICO/ PICOT
a. Skenario yang telah disusun, kemudian diringkas menjadi
pernyataan klinis sesuai dengan format PICO/ PICOT.
b. Tentukan jenis pertanyaan kliniknya berdasarkan skenario tadi
(intervensi, diagnostik, prognostik, etiologi, meaning).
c. Tentukan P-I-C-O dan atau T, berdasarkan skenario yang telah
diringkas.
Contoh : Inisiasi Menyusui Dini (IMD) pada Bayi Baru Lahir
Pertanyaan 3 : Apakah IMD mencegah kejadian atonia uteri pada
ibu bersalin kala IV ?
Population (P) : bayi baru lahir yang dilakukan IMD
Intervention (I) : dilakukan IMD pada bayi baru lahir
Comparation (C) : bayi baru lahir tidak dilakukan IMD
Outcome (O) : Kejadian atonia uteri
Time (T) : kala IV persalinan
d. Tentukan jenis/ metode penelitian yang sesuai dengan pertanyaan
klinik.
2. Mencari dan mengumpulkan bukti-bukti (artikel penelitian) yang
paling relevan dengan PICO/PICOT
3. Melakukan penilaian kritis (critical appraisal) terhadap bukti-bukti
(artikel penelititan)
4. Mengaplikasikan bukti terbaik bagi kasus yang spesifik/khusus
5. Mengevaluasi perawatan yang disediakan berdasarkan hasil EBP dan
bagaimana proses-proses asuhan kebidanan diputuskan untuk
dilaksanakan secara luas
2.4.Evidence Based Practice dalam Praktik Kebidanan Asuhan pada Bayi
1. Pengertian Baby Friendly
Menurut Handayani (2018), Baby fiendly atau baby friendly
intivate (inisiasi sayang bayi) adalah suatu prakarsa internasional yang
5

didirikan oleh WHO/UNICEF tahun 1991 untuk mempromosikan,


melindungi, dan menukung inisiasi dan melanjutkan menyusui.
Menurut Handayani (2018), Pelaksanaan baby friendly dapat
dilakukan sebagai berikut :
a. Mulai memberikan ASI secara dini dan eksklusif yaitu pemberian
ASI dimulai segera setelah bayi lahir.
b. Melakukan pemotongan tali pusat. Pemotongan tali pusat
dilakukan dengan adanya penundaan selama 3 menit.
c. Perawatan tali pusat. Dengan cara membiarkan tali pusat kering
sendiri, metode kasa kering, metode antiseptic dan kasa kering.
d. Suatu ikatan yang terjadi antara orang tua dan bayi baru lahir yang
meliputi pemberian kasih sayang, pencurahan perhatian yang
saling tarik menarik. Keberhasilan dalam hubungan ikatan batin
antara seorang bayi dan ibunya dapat mempengaruhi hubungan
sepanjang masa dengan memberikan respon sensual antara ibu dan
bayi pada kontak awal kelahiran, yaitu: sentuhan, kontak mata, bau
badan, suara dan irama kehidupan.
e. Mencegah kehilangan panas pada bayi antara lain:
1) Mengeringkan tubuh bayi secara seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
3) Selimuti atau tutup kepala bayi
4) Jangan menimbang bayi dalam keadaan tidak berpakaian
5) Jangan memandikan bayi sebelum 6 jam pasca persalinan
6) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayi.

Program Baby Friendly ini mendorong rumah sakit dan fasilitas


bersalin yang menawarkan perawatan optimal untuk ibu dan bayi.
Rumah sakit sayang bayi mendorong dan membantu wanita untuk
sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka dan akan menerima
penghargaan khusus karena telah melakukannya (Handayani, 2018).

2. Pengertian IMD
Menurut Handayani (2018), Inisiasi Menyusu Dini adalah
permulaan kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi
lahir. Inisiasi dini juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu
jam pertama setelah lahir dengan usaha sendiri dengan kata lain
menyusu bukan disusui. Pemberian ASI dimulai segera setelah bayi
lahir, maksimal setengah jam pertama setelah persalinan. Ini didasari
oleh peran hormon pembuat ASI, antara lain hormon prolaktin,
hormon prolaktin dalam peredaran darah ibu akan menurun setelah
satu jam persalinan yang disebabkan oleh lepasnya plasenta.
6

Manfaat Inisiasi Menyusu Dini menurut Handayani (2018) adalah :


a. Mencegah hipotermia
b. Bayi dan ibu menjadi lebih tenang, tidak stres, pernapasan dan
detak jantung lebih stabil
c. Imunisasi Dini. Mengecap dan menjilati permukaan kulit ibu
sebelum mulai mengisap puting adalah cara alami bayi
mengumpulkan bakteri-bakteri baik yang ia perlukan untuk
membangun sistem kekebalan tubuhnya.
d. Mempererat hubungan ikatan ibu dan anak (Bonding Atthacment)
e. Sentuhan tangan bayi diputing susu, emutan dan jilatan bayi pada
puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
f. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu
mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan.
g. Perkembangan psikomotorik lebih cepat.
h. Menunjang perkembangan koknitif
i. Mencegah perdarahan pada ibu
Tahapan Inisiasi Menyusu Dini menurut Handayani (2018) adalah:
a. Tahap pertama disebut istirahat siaga (rest/quite alert stage).
Dalam waktu 30 menit, biasanya bayi hanya terdiam. Jangan
menganggap proses menyusu dini gagal bila setelah 30 menit sang
bayi tetap diam. Bayi jangan diambil, paling tidak 1 jam melekat.
b. Tahap kedua, bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan
menghisap pada mulutnya.
c. Tahap ketiga, bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur yang
menetes dari mulut bayi itu jangan dibersihkan. Bau ini yang
dicium bayi.
d. Tahap keempat, bayi sudah mulai menggerakkan kakinya. Kaki
mungilnya menghentak guna membantu tubuhnya bermanuver
mencari puting susu.
e. Tahap kelima, bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang
masuk lewat mulut akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi.
f. Tahap terakhir adalah saat bayi menemukan puting susu ibunya.
Bayi akan menyusu untuk pertama kalinya. Proses sampai bisa
menyusu bervariasi. Ada yang sampai 1 jam.
7

Penghambat pelaksanan IMD adalah :


a. Setelah melahirkan, ibu terlalu lelah untuk segera menyusui
bayinya. Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya
segera setelah lahir.
b. Tenaga kesehatan kurang tersedia.
Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan
tugasnya. Libatkan ayah atau keluarga terdekat untuk menjaga bayi
sambil memberi dukungan pada ibu.
c. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk
Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih
atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk
meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.
d. Ibu harus dijahit
Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara.
Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
e. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur.
f. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai
sehingga diperlukan cairan lain. Kolostrum cukup dijadikan
makanan pertama bayi baru lahir.
2.5 Hubungan antara Evidence Based Practice dan Praktik Kebidanan
Praktik kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah
hasil penelitian dan pengalaman praktik terbaik dari para praktisi dari
seluruh penjuru dunia. Berdasarkan pada Evidence Based, pendekatan
yang dilaksanakan mempunyai tujuan guna memperoleh data yang paling
baik sebagai respon dari persoalan dalam klinis praktikum kebidanan
yang berguna untuk menambah taraf perawatan pada ibu/pasien
(Kusumawardani, 2020).
Berdasarkan Evidence Based, bidan melaksanakan rencana asuhan
kebidanan secara komprehensif, efektif, efisien dan aman kepada klien
atau pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, akuratif dan
rehabilitatif. Asuhan dapat dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan
rujukan (Kusumawardani, 2020).
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Evidence Based merupakan suatu penelitian yang mampu mengatasi
permasalahan dalam suatu pelayanan kebidanan khususnya dalam pelayanan
bayi baru lahir. Evidence based yang sudah diterapkan dalam pelayanan bayi
baru lahir ini diantaranya yaitu perawatan tali pusar dengan sistem terbuka,
perawatan metode kanguru pada bayi baru lahir, melakukan rawat gabung
antara ibu dan bayi, dan muscle pumping. Dengan adanya evidence based ini
diharapkan tenaga Kesehatan dapat memberikan mutu pelayanan yang
berkualitas dan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai penemuan-
penemuan yang telah terbukti memberikan manfaat lebih, selain itu dengan
adanya evidence based ini diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi
atau AKB yang masih tinggi di Indonesia serta dapat meningkatkan derajat
Kesehatan bayi yang ada di Indonesia.
3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa yaitu harus menumbuhkan sikap kritis mengenai
permasalahan-permasalahan yang ada di ruang lingkup kesehatan terutama
pelayanan kebidanan.
2. Pemerintah sebagai advokasi harus memberikan kebijakan yang benar
mengenai sesuai dengan kode etik mengenai evidence based yang telah
dotemukan serta memberikan dukungan untuk merealisasikan program
tersebut.
3. Bagi Masyarakat mengenai perubahan-perubahan yang terjadi harus
menerima atau membuka pikiran (mindset) bahwa perubahan yang telah di
dasari atas evidence based ini telah melalui riset-riset yang panjang dan
sudah terbukti secara ilmiah bahwa program atau kegiatan tersebut
memberikan keuntungan.

8
9

DAFTAR PUSTAKA

Handayani T. E., Setiyani A., & Sa’adah N. 2018. Modul Ajar Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi & Balita. Prodi Kebidanan Magetan Poltekkes Kemenkes
Surabaya: Magetan

Jayanti Ira. 2019. Evidence Based dalam Praktik Kebidanan. Deepublish:


Yogyakarta

Kusumawardani, P. A., ST, S., Keb, M., Kusumawardani, P. A., ST, S., Keb, M.,
... & Rosyidah, R. (2020). Evidence Based Midwifery.

Rahyani, N. K. Y., & Hakimi, M. (2021). Critical Thinking dalam Asupan


Kebidanan Berbasis Bukti. UGM PRESS.

You might also like