You are on page 1of 29

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN FAKTOR IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSI PADA


BAYI BERUSIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS AMPENAN
TAHUN 2012

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Menyelesaikan Pendidikan D-III Akademi Kebidanan Bhakti Kencana Mataram

                                                                                 

OLEH :
LIA ETIKA AMELIA
NIM : 712402S09021

AKADEMI KEBIDANAN BHAKTI KENCANA MATARAM


 2012
INTI SARI

GAMBARAN FAKTOR IBU DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS


AMPENAN TAHUN 2012
ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu lagi, namun akhir-akhir ini
sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu menyusui melupakan keuntungan
menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat
pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol
atau susu formula. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini
merupakan ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan
penggunaan ASI. Tujuaan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor ibu
dalam mendukung pemberian ASI eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan di
Puskesmas Ampenan.
Penelitian ini mengambil referensi dari berbagai macam buku salah satunya
prasetyono tahun 2009, dengan kerangka konsep modifikasi dari Notoatmodjo 2010
dan Prasetyono 2009. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk menggambarkan secara sistematis dan akurat mengenai faktor-faktor
pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan. Penelitian dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Ampenan bulan juli 2012 dengan menggunakan tekhnik sampling
acidental sampling.
subjek penelitian berjumlah 30 responden, dari seluruh responden yang yang
berhasil memberikan ASI Eksklusif sebanyak 27 responden (90%) dan 3 responden
yang tidak memberikan ASI secara eksklusif (10%) dengan beberapa faktor yaitu
pegetahuan, pekerjaan, mitos, sosial ekonomi, dan dukungan tenaga kesehatan.
Kata kunci: Faktor, ibu, ASI.
 
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain makanan yang

kurang juga karena Air Susu Ibu (ASI) banyak diganti dengan susu botol dengan cara

dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan sosial

dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi.

Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar ditentukan oleh jumlah ASI

yang diperoleh termasuk energi dan zat gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI

tersebut. ASI tanpa bahan makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan

sampai usia sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber protein

vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu

pada beras.

Dalam pembangunan bangsa, peningkatan kualitas manusia harus dimulai sedini

mungkin yaitu sejak dini yaitu sejak masih bayi, salah satu faktor yang memegang

peranan penting dalam peningkatan kualitas manusia adalah pemberian Air Susu Ibu

(ASI). Pemberian ASI semaksimal mungkin merupakan kegiatan penting dalam

pemeliharaan anak dan persiapan generasi penerus di masa depan. Akhir-akhir ini sering

dibicarakan tentang peningkatan penggunaan ASI.

Dukungan politis dari pemerintah terhadap peningkatan penggunaan ASI termasuk

ASI EKSLUSIF telah memadai, hal ini terbukti dengan telah dicanangkannya Gerakan

Nasional Peningkatan Penggunaan Air Susu Ibu (GNPP-ASI) oleh Bapak Presiden pada

hari Ibu tanggal 22 Desember 1990 yang betemakan “Dengan Asi, kaum ibu

mempelopori peningkatan kualitas manusia Indonesia”. Dalam pidatonya presiden

menyatakan juga bahwa ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi
berusia empat bulan.Pemberian ASI tanpa pemberiaan makanan lain ini disebut dengan

menyusui secara ekslusif. Selanjutnya bayi perlu mendapatkan makanan pendamping

ASI kemudian pemberian ASI di teruskan sampai anak berusia dua tahun. ASI

merupakan makanan yang bergizi sehingga tidak memerlukan tambahan komposisi.

Disamping itu ASI mudah dicerna oleh bayi dan langsung terserap.

Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI Eksklusif pada bayi yang

dilahirkannya kecuali terdapat indikasi medis yang tidak memperbolehkan bayi

menyusu. Setiap ibu yang melahirkan bayinya harus menolak pemberian susu formula

bayi dan atau produk bayi lain.

Untuk mencapai pencapaian ASI Eksklusif secara optimal, tenaga kesehatan dan

penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi

ASI Eksklusif pada ibu/anggota keluarga bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan

kehamilan sampai periode pemberian ASI Eksklusif selesai.

Diperkirakan 80% dari jumlah ibu yang melahirkan ternyata mampu menghasilkan

air susu dalam jumlah yang cukup untuk keperluan bayinya secara penuh tanpa makanan

tambahan. Selama enam bulan pertama. Bahkan ibu yang gizinya kurang baikpun sering

dapat menghasilkan ASI cukup tanpa makanan tambahan selama tiga bulan pertama.

ASI sebagai makanan yang terbaik bagi bayi tidak perlu diragukan lagi, namun

akhir-akhir ini sangat disayangkan banyak diantara ibu-ibu meyusui melupakan

keuntungan menyusui. Selama ini dengan membiarkan bayi terbiasa menyusu dari alat

pengganti, padahal hanya sedikit bayi yang sebenarnya menggunakan susu botol atau

susu formula. Kalau hal yang demikian terus berlangsung, tentunya hal ini merupakan

ancaman yang serius terhadap upaya pelestarian dari peningkatan penggunaan ASI.
Berbagai alasan dikemukakan oleh ibu-ibu mengapa keliru dalam pemanfaatan ASI

secara Eksklusif kepada bayinya, antara lain adalah produksi ASI kurang, kesulitan bayi

dalam menghisap, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang, ibu bekerja, keinginan

untuk disebut modern dan pengaruh iklan/promosi pengganti ASI dan tdak kalah

pentingnya adalah anggapan bahwa semua orang sudah memiliki pengetahuan tentang

manfaat ASI .

Berdasarkan Angka cakupan pemberian ASI Eksklusif  per Kabupaten /Kota di

provinsi Lampung tahun 2009 sebesar 35,82 % dan pada tahun 2010 meningkat menjadi

49,86%, akan tetapi angka ini belum memenuhi target yang diinginkan yaitu 75,00%

( Dikes Lampung, 2010) 

Berdasarkan rekapitulasi laporan dari Dinas Kesehatan Lampung Timur, ASI

eksklusif tahun 2012 di Kota Mataram terbanyak di Desa Raman Aji yaitu 50,68%.

Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk meneliti gambaran faktor-

faktor pendukung pemberian ASI Eksklusif di Desa Raman Aji Lampung Timur.

B.   RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka masalah yang

dapat di rumuskan adalah : Faktor- faktor apa saja yang mendukung pemberian ASI

Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Ampenan?

C.   TUJUAN PENELITIAN

1.    Tujuan  Penelitian

a.    Tujuan Umum


Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui  faktor-faktor pendukung

pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan di Puskesmas Ampenan.

b.    Tujuan khusus

Tujan khusus dalam penelitian ini adalah

1.      Mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Ampenan.

2.      Mengidentifikasi pekerjaan ibu dalam pemberian ASI Ekskusif di Puskesmas

Ampenan.

3.      Mengidentifikasi mitos yang dipercaya ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di

Puskesmas Ampenan.

4.      Mengidentifikasi sosial ekonomi ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di Puskesmas

Ampenan.

5.      Mengidentifikasi dukungan tenaga kesehatan kepada ibu dalam memberikan ASI

Eksklusif di Puskesmas Ampenan.

D.   MANFAAT PENELITIAN

Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua

pihak yang berkepentingan antara lain :

1.    Bagi  Peneliti Lain

Dapat memberikan gambaran dan menambah pengetahuan bagi peneliti lain

tentang faktor – faktor yang menyebabkan ibu berhasil memberikan ASI Eksklusif

pada bayinya sebagai dasar untuk melakukan pemecahan masalah di lapangan.

2.    Bagi Instansi Puskesmas

Dengan adanya penelitian ini dapat meningkatkan pelayanan yang profesional

dan meningkatkan derajat kesehatan bagi penerus bangsa.

3.    Bagi Institusi  Pendidikan


Dapat dijadikan sebagai bacaan untuk memperluas wawasan tentang faktor-

faktor pemberian ASI Eksklusif.

4.    Bagi Masyarakat

Dapat mempergunakan sebagai informasi tambahan khususnya yang berkaitan

dengan masalah pemberian ASI Eksklusif.

 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.      KERANGKA TEORITIS

1.       Gambaran faktor-faktor ibu

a.       Pengertian

1)      Gambaran

Gambaran adalah lukisan, bayangan yang terpateri dalam pemikirannya lebih bagus

dari kenyataannya. (Badudu-Zein, 2001)

Gambaran adalah hasil menggambar, lukisan, bayangan. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia)

2)      Faktor

Faktor adalah sesuatu yang turut serta menyebabkan atau mempengaruhi sehingga

sesuatu terjadi. (Badudu-Zein, 2001).

Faktor adalah hal keadaan atau peristiwa yang ikut menyebabkan dan mempengaruhi

terjadinya sesuatu.(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

3)      Ibu

Ibu adalah wanita yang sudah melahirkan seorang anak, sebutan untuk wanita yang

sudah bersuami, panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah bersuami mapun

belum bersuami. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

4)      Gambaran faktor ibu


7
Adalah lukisan, bayangan pemikiran untuk menjadi sesuatu yang mempengaruhi

sesuatu terjadi yang berhubungan dengan wanita yang sudah melahirkan seorang anak.

b.      Faktor-faktor ibu

1)      Pengetahuan

Kurangnya informasi kepada ibu yang menyusui juga mempengaruhi pengetahuan ibu

dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Banyak ibu yang merasa bahwa susu formula

itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI sehingga cepat menambah susu formula bila

merasa bahwa ASI kurang. Petugas kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan

informasi pada saat pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. (Prasetyono,2009)

Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui secara ekslusif

kepada bayinya, beberapa penelitian yang telah dilakukan didaerah perkotaan maupun

perdesaan di Indonesia dan Negara berkembang lainnya, menunjukan bahwa faktor sistem

dukungan, pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI secara ekslusif, promosi susu formula

dan makanan tambahan mempunyai pengaruh terhadap praktek pernberian ASI ekslusif itu

sendiri. Pengaruh-pengaruh tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun positif dalam

memperlancar pemberian ASI eksklusif.(Santos, 2004).

2)      Pekerjaan

Kebiasaan para ibu yang bekerja, terutama yang tinggal di perkotaan, juga turut

mendukung rendahnya tingkat ibu menyusui.(Prasetyono,2009)

Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas sosial,

maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan bagi bayi yang

ditinggalkan dirumah.(Siregar,2010.www.menmedia.co.uk)

mengungkapkan bahwa fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan

oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kesibukan ibu dalam melakukan pekerjaanya dan

singkatnya pemberian cuti melahirkan yang diberikan oleh pemerintah terhadap ibu yang
bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering diungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil

menyusui secara ekslusif.(Roesli,2008)

3)      Mitos

Kebiasaan membuang kolostrum (cairan yang keluar pertama dari susu ibu setelah

melahirkan) karena kolostrum dianggap kotor disebabkan karena warnanya kekuning-

kuningan, padahal kolostrum memberikan zat kekebalan tubuh bayi terhadap berbagai

penyakit. (Prasetyono,2009)

Memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada waktu bayi

baru lahir beberapa hari. Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan atau minuman selain

ASI akan menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi keluarnya ASI. Selain itu, bayi

menjadi malas menyusui karena sudah mendapat minuman atau makanan tersebut terlebih

dahulu.(Prasetyono,2009)

Berbagai tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnya tidak dimakan oleh ibu

yang sedang menyusui seperti ikan dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi

tidak menyukainya. Anggapan tersebut tidak tepat karena ikan mengandung banyak ptotein

dan akan mempengaruhi rasa pada ASI.(Prasetyono,2009)

4)      Sosial ekonomi

Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa menyusui secara eksklusif

dapat mengurangi biaya tambahan, yang diperlukan untuk membeli susu formula beserta

peralatannya.(Prasetyono,2009)

Ditinjau dari sosial banyak masyarakat yang mangartikan salah bahwa menyusui

dapat merusak payudara sehingga dapat mengganggu kecantikan ibu dan sebagian

beranggapan bahwa menyusui merupakan perilaku yang kuno. Bila ibu ingin disebut modern

ibu yang menggunakan susu formula. (DEPKES RI,2005)

5)      Dukungan tenaga kesehatan


Peran tenaga kesehatan sangat berpengaruh dalam proses pemberian ASI kepada bayi.

Bidan, perawat atau dokter adalah orang yang mebantu pertama ibu bersalin di tempat

pelayanan kesehatan ataupun di rumah sakit. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus

memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan harus mempunyai

sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Petugas kesehatan diharapkan meluangkan waktu

untuk memotivasi dan membantu ibu habis bersalin untuk memberikan ASI eksklusif.

(Prasetyono,2009)

2.       Pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan

a.       Pengertian

1)      Pemberian

Sesuatu yang diberikan atau sesuatu yang didapat dari orang lain karena diberi.

(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

2)      ASI Eksklusif

Pemberian air susu ibu tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk air jeruk,

madu, air, gula), yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6 bulan.

(Sulistyawati,2009)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain

pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI

eksklusif ini.(WHO,2001)

ASI Eksklusif adalah pemberian Asi saja kepada bayi berumur 0-6 bulan tanpa

memberikan makanan atau minuman lain, menurut ahli kesehatan, bayi pada usia tersebut

sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI Eksklusif yaitu agar bayi kebal

terhadap beragam penyait pada usia selanjutnya (Depkes,2006).

3)      Bayi usia 0-6 bulan


Anak yang belum lama lahir sampai berumur 6 bulan. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia)

b.      Pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan

Adalah sesuatu yang diberikan berupa air susu ibu tanpa makanan dan minuman

pendamping yang diberikan kepada bayi yang baru lahir sampai berumur 6 bulan.

B.      KERANGKA KONSEP

FAKTOR IBU DALAM PEMBERIAN ASI ESKLUSIF


PENGETAHUAN
MITOS
DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN

ASI EKSKLUSIF
 0-6 BULAN
SOSIAL EKONOMI
PEKERJAAN

               

KETERANGAN :
                                                           : Variabel yang diteliti
                                                           : Variabel yang tidak diteliti
         
           Sumber : Modifikasi Notoatmodjo 2010, modifikasi Prasetyono 2009.
            
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   KERANGKA TEORITIS

1.    Gambaran faktor-faktor ibu

a.    Pengertian

1)    Gambaran

Gambaran adalah lukisan, bayangan yang terpateri dalam pemikirannya lebih

bagus dari kenyataannya. (Badudu-Zein, 2001)

Gambaran adalah hasil menggambar, lukisan, bayangan. (Kamus Besar

Bahasa Indonesia)

2)    Faktor

Faktor adalah sesuatu yang turut serta menyebabkan atau mempengaruhi

sehingga sesuatu terjadi. (Badudu-Zein, 2001).

Faktor adalah hal keadaan atau peristiwa yang ikut menyebabkan dan

mempengaruhi terjadinya sesuatu.(Kamus Besar Bahasa Indonesia)

3)    Ibu

Ibu adalah wanita yang sudah melahirkan seorang anak, sebutan untuk

wanita yang sudah bersuami, panggilan yang takzim kepada wanita baik yang sudah

bersuami mapun belum bersuami. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

4)    Gambaran faktor ibu

7
Adalah lukisan, bayangan pemikiran untuk menjadi sesuatu yang

mempengaruhi sesuatu terjadi yang berhubungan dengan wanita yang sudah

melahirkan seorang anak.

b.    Faktor-faktor ibu


1)    Pengetahuan

Kurangnya informasi kepada ibu yang menyusui juga mempengaruhi

pengetahuan ibu dalam pemberian ASI eksklusif kepada bayi. Banyak ibu yang

merasa bahwa susu formula itu sama baiknya atau malah lebih baik dari ASI

sehingga cepat menambah susu formula bila merasa bahwa ASI kurang. Petugas

kesehatanpun masih banyak yang tidak memberikan informasi pada saat

pemeriksaan kehamilan atau saat memulangkan bayi. (Prasetyono,2009)

Banyak faktor yang mempengaruhi seorang ibu dalam menyusui secara

ekslusif kepada bayinya, beberapa penelitian yang telah dilakukan didaerah

perkotaan maupun perdesaan di Indonesia dan Negara berkembang lainnya,

menunjukan bahwa faktor sistem dukungan, pengetahuan ibu terhadap pemberian

ASI secara ekslusif, promosi susu formula dan makanan tambahan mempunyai

pengaruh terhadap praktek pernberian ASI ekslusif itu sendiri. Pengaruh-pengaruh

tersebut dapat memberikan dampak negatif maupun positif dalam memperlancar

pemberian ASI eksklusif.(Santos, 2004).

2)    Pekerjaan

Kebiasaan para ibu yang bekerja, terutama yang tinggal di perkotaan, juga

turut mendukung rendahnya tingkat ibu menyusui.(Prasetyono,2009)

Para ibu sering keluar rumah baik karena bekerja maupun karena tugas-tugas

sosial, maka susu sapi adalah satu-satunya jalan keluar dalam pemberian makanan

bagi bayi yang ditinggalkan dirumah.(Siregar,2010.www.menmedia.co.uk)

mengungkapkan bahwa fenomena kurangnya pemberian ASI eksklusif

disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah kesibukan ibu dalam

melakukan pekerjaanya dan singkatnya pemberian cuti melahirkan yang diberikan


oleh pemerintah terhadap ibu yang bekerja, merupakan alasan-alasan yang sering

diungkapkan oleh ibu yang tidak berhasil menyusui secara ekslusif.(Roesli,2008)

3)    Mitos

Kebiasaan membuang kolostrum (cairan yang keluar pertama dari susu ibu

setelah melahirkan) karena kolostrum dianggap kotor disebabkan karena warnanya

kekuning-kuningan, padahal kolostrum memberikan zat kekebalan tubuh bayi

terhadap berbagai penyakit. (Prasetyono,2009)

Memberikan ASI diselingi atau ditambah minuman atau makanan lain pada

waktu bayi baru lahir beberapa hari. Cara ini tidak tepat karena pemberian makanan

atau minuman selain ASI akan menyebabkan bayi kenyang sehingga mengurangi

keluarnya ASI. Selain itu, bayi menjadi malas menyusui karena sudah mendapat

minuman atau makanan tersebut terlebih dahulu.(Prasetyono,2009)

Berbagai tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnya tidak dimakan

oleh ibu yang sedang menyusui seperti ikan dengan anggapan ASI akan berbau

amis sehingga bayi tidak menyukainya. Anggapan tersebut tidak tepat karena ikan

mengandung banyak ptotein dan akan mempengaruhi rasa pada ASI.

(Prasetyono,2009)

4)    Sosial ekonomi

Ditinjau dari sudut biaya, maka dapat disimpulkan bahwa menyusui secara

eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang diperlukan untuk membeli susu

formula beserta peralatannya.(Prasetyono,2009)

Ditinjau dari sosial banyak masyarakat yang mangartikan salah bahwa

menyusui dapat merusak payudara sehingga dapat mengganggu kecantikan ibu dan

sebagian beranggapan bahwa menyusui merupakan perilaku yang kuno. Bila ibu

ingin disebut modern ibu yang menggunakan susu formula. (DEPKES RI,2005)
5)    Dukungan tenaga kesehatan

Peran tenaga kesehatan sangat berpengaruh dalam proses pemberian ASI

kepada bayi. Bidan, perawat atau dokter adalah orang yang mebantu pertama ibu

bersalin di tempat pelayanan kesehatan ataupun di rumah sakit. Petugas kesehatan

di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas

kesehatan harus mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Petugas

kesehatan diharapkan meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu

habis bersalin untuk memberikan ASI eksklusif.(Prasetyono,2009)

2.    Pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan

a.    Pengertian

1)    Pemberian

Sesuatu yang diberikan atau sesuatu yang didapat dari orang lain karena

diberi. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

2)    ASI Eksklusif

Pemberian air susu ibu tanpa makanan dan minuman pendamping (termasuk

air jeruk, madu, air, gula), yang dimulai sejak bayi baru lahir sampai dengan usia 6

bulan. (Sulistyawati,2009)

ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan

lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan

dalam tahap ASI eksklusif ini.(WHO,2001)

ASI Eksklusif adalah pemberian Asi saja kepada bayi berumur 0-6 bulan

tanpa memberikan makanan atau minuman lain, menurut ahli kesehatan, bayi pada

usia tersebut sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI Eksklusif

yaitu agar bayi kebal terhadap beragam penyait pada usia selanjutnya

(Depkes,2006).
3)    Bayi usia 0-6 bulan

Anak yang belum lama lahir sampai berumur 6 bulan. (Kamus Besar Bahasa

Indonesia)

b.    Pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan

Adalah sesuatu yang diberikan berupa air susu ibu tanpa makanan dan minuman

pendamping yang diberikan kepada bayi yang baru lahir sampai berumur 6 bulan.

B.   KERANGKA KONSEP

FAKTOR IBU DALAM PEMBERIAN ASI ESKLUSIF


PENGETAHUAN
MITOS
DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN

ASI EKSKLUSIF
 0-6 BULAN
SOSIAL EKONOMI
PEKERJAAN

           

KETERANGAN :
                                             : Variabel yang diteliti
                                             : Variabel yang tidak diteliti
         
           Sumber : Modifikasi Notoatmodjo 2010, modifikasi Prasetyono 2009.
      
BAB III

METODE PENELITIAN

A.   JENIS PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

menggambarkan atau melukiskan secara sistematis aktual dan akurat mengenai

faktor-faktor pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan di lokasi penelitian

yaitu di wilayah kerja Puskesmas Ampenan. Ditinjau dari segi waktu penelitian ini

merupakan penelitian cross sectional yaitu penelitian hanya melakukan observasi

dan pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja. Pengukuran variabel tidak

terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa

setiap subyek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau

pengulangan pengukuran.(Saryono, 2011)

B.   TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1.    Tempat penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah kerja Puskesmas Ampenan, dengan

pertimbangan/alasan yaitu jumlah ibu yang memberikan ASI Eksklusif kepada

bayinya cukup tinggi di Puskesmas Ampenan, yaitu pada tahun 2011 ibu yang

memberikan ASI Eksklusif pada bayinya sebanyak 72,25%.

13
 

2.    Waktu penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal bulan Juli 2012.

C.   POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


1.    Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010).

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki

bayi berumur 7-12 bulan dan telah berhasil diberikan ASI Eksklusif di Puskesmas

Ampenan tahun 2012. 

2.    Jumah dan besar sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan

dianggap mewakili populasi (Notoatmodjo, 2010)

Sampel yang diambil adalah seluruh populasi yang diambil dari responden di

Puskesmas Ampenan. Sampel dari penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian

yaitu ibu yang memiliki bayi berumur 7-12 bulan yang telah berhasil memberikan ASI

Eksklusif pada bayinya.

Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini menggunakan Central Limit

Theory bahwa sampel penelitian disebut sampel besar jika subyek yang diteliti ≥ 30,

sedangkan jika < 30 disebut sampel kecil.(Saryono, 2011)

3.    Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara accidental

sampling yaitu pengambilan sampel secara accidental ini dilakukan dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat

sesuai dengan konteks peneitian.(Notoatmodjo, 2010)

D.   JENIS DAN CARA PENGUMPULAN DATA

1.    Jenis data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer yaitu data yang

didapatkan langsung dari subyek penelitian. (Notoatmodjo, 2010)


Data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah:

a.    Data karakteristik responden meliputi pengetahuan, pekerjaan, mitos, sosial

ekonomi, dan dukungan tenaga kesehatan di Puskesmas Ampenan.

b.    Data tentang faktor-faktor pendukung pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas

Ampenan.

2.    Cara pengumpulan data dan instrume penelitian

Cara yang digunakan untuk mendapatkan data yang diperlukan yaitu dengan

menggunakan kuesioner.

E.   PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

Dalam penelitian ini teknik pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer dengan program SPSS.

F.    VARIABEL PENELITIAN

Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang

lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini adalah  Faktor – faktor yang

mendukung pemberian ASI Eksklusif pada bayi berusia 0-6 bulan meliputi faktor

pengetahuan, pekerjaan, mitos, sokses, dukungan tenaga kesehatan. 

G.   DEFINISI OPERASIONAL


Definisi oprasional disajikan dalam table berikut ini :

Skala
No Variabel Definisi Oprasional Cara Ukur Kriteria
Ukuran
1 Pengetahuan Tingkat pengetahuan ibu Wawancaraa.     Baik Nominal
tentang menyusui secara menggunakb.     Cukup
dini an kuesioner      Kurang

2 Pekerjaan Kegiatan rutin yang Wawancar a. IRT Ordinal  


dilakukan dalam menggunak b. Swasta/PNS
pertukaran untuk an kuesioner c. Lain – lain
memperoleh pembayaran/     (petani, buruh)
upah / gaji.

3 Mitos Kepercayaan yang Wawancara        Ada Nominal


dipercayai dan dilakukan menggunak         Tidak ada
oleh ibu yang an kuesioner
berhubungan dalam
pemberian ASI Eksklusif

5 Sosial Tingkat kemampuan Wawancaraa.     < 1.000.000 Nominal


ekonomi ekonomi ibu menggunakb.     ≥1.000.000
an kuesioner

6 Dukungan Peran tenaga kesehatan Wawancaraa.     Ada Nominal


tenaga dalam proses pemberian menggunakb.     Tidak ada
kesehatan ASI Eksklusif setelah bayi an kuesioner
lahir

  BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.   Hasil Penelitian

1.    Latar Belakang Puskesmas Ampenan

a.    Visi Puskesmas Ampenan

Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas

Ampenan untuk mewujudkan masyarakat yang sehat dan mandiri

b.    Misi Puskesmas Ampenan

1.    Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,

termasuk swasta untuk tercapainya kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.

2.    Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, bermutu

dan berkeadilan

3.    Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan

4.    Menciptakan tata kelola pelayanan kesehatan yang baik

c.    Program Puskesmas Ampenan

1.    Promosi kesehatan (promkes)

2.    Pencegahan penyakit menular (P2M)

3.    Program pengobatan

4.    Kesehatan ibu dan anak (KIA)

5.   
17
Upaya peningkatan gizi

6.    Kesehatan lingkungan

7.    Pencatatan dan pelaporan

d.    Program KIA Puskesmas Ampenan

1.    Pemeliharaan kesehatan ibu hamil dan menyusui serta bayi, anak balita dan anak

prasekolah.

2.    Deteksi dini faktor resiko ibu hamil.

3.    Pemantauan tumbuh kembang balita.

4.    Imunisasi Tetanus Toxoid 2 kali pada ibu hamil serta BCG, DPT 3 kali, Polio 3 kali

dan campak 1 kali pada bayi.

5.    Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program

KIA.

6.    Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam-macam

penyakit ringan.

7.    Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan pemeliharaan serta

bayi-bayi yang lahir ditolong oleh dukun selama periode neonatal (0-30 hari)

8.    Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak-kanak dan para dukun bayi serta

9.    kader-kader kesehatan.

2.    Hasil Penelitian

a.    Pengetahuan ibu dalam pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Dalam Pemberian


Asi Eksklusif Di Puskesmas Ampenan Tahun 2012.
No Pengetahuan n %
1 Baik 0 0

2 Cukup 24 76,7

3 Kurang 6 23,3

Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar

memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 24 responden (76,7%) dan terendah

berpengetahuan baik yaitu yaitu 0 responden.

b.    Pekerjaan ibu

Tabel 4.2 Disrtibusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Dalam Pemberian Asi
Esklusif Di Puskesmas Ampenan Tahun 2012.
No Pekerjaan n %

1 IRT 26 86,7

2 Swasta/PNS 0 0

Lain-lain (petani,
3 4 13,3
buruh)

Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa sebagian besar responden bekerja

sebagai ibu rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 26 responden (86,7%).

c.    Mitos yang dipercayai ibu

Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Mitos Yang Dipercaya Ibu Alam
Memberikan Asi Eksklusif Di Puskesmas Ampenan Tahun 2012.
No Mitos n %

1 Ada 3 10
3 Tidak ada 27 90

Total 30 100

Berdasarkan Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 30 responden sebagian besar

responden tidak memiliki mitos sebanyak 27 responden (90%).

d.    Sosial ekonomi ibu

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sosial Ekonomi Ibu Dalam


Memberikan Asi Eksklusif Di Puskesmas Ampenan Tahun 2012.
No penghasilan n %

1 < 1.000.000 23 76,7

2 > 1.000.000 7 23,3

Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden

berpenghasilan < 1.000.000 sebanyak 23 responden (76,7%) dan 7 responden

(23,3%) berpenghasilan >1.000.000.

e.    Dukungan tenaga kesehatan

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Dukungan Tenaga Kesehatan Dalam


Pemberian Asi Eksklusif Di Puskesmas Ampenan Tahun 2012.
No Dukungan Nakes n %

1 Ada 30 100

2 Tidak ada 0 0

Total 30 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa seluruh responden sudah

mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan.

B.   Pembahasan Hasil Penelitian


1.    Pengetahuan

            Berdasarkan pernyataan responden di lahan penelitian yaitu wilayah kerja

Puskesmas Ampenan mengatakan bahwa ibu mengetahui tentang pemberian ASI

Eksklusif karena selalu diingatkan oleh kader dan adanya penyuluhan tentang ASI

Eksklusif.

Pengetahuan pada dasarnya terjadi dari sejumlah fakta dan teori yang

memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai masalah yang dihadapinya.

Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman orang lain. (Notoatmodjo, 2010)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 30 ibu yang menyusui

ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ampenan ternyata pengetahuan ibu

cukup tentang pemberian ASI eksklusif. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor

seperti pengalaman ibu tersebut, kematangan cara berfikir, keaktifan ibu dalam

bertanya, mendapatkan informasi dari petugas kesehatan, media cetak maupun

media elektronik dan masyarakat serta ibu rajin untuk menghadiri berbagai

penyuluhan tentang kesehatan.

2.    Pekerjaan

Berdasarkan pernyataan responden di lahan penelitian bahwa hampir

keseluruhan pekerjaan masyarakat adalah nelayan dimana ibu-ibu membantu

suaminya berjualan ikan disamping pekerjaan utamanya sebagai Ibu Rumah

Tangga, ibu berjualan tidak lebih dari 5 jam setiap harinya dan meninggalkan

bayinya di rumah bersama keluarganya yang lain.

Hendara, AW mengemukakan bahwa kesesuaian antara pekerjaaan dalam

diri seseorang memberikan kesan dan pengetahuan tersendiri (Hendra, 2009). Jenis

pekerjaan responden mempengaruhi banyak tidaknya aktifitas yang dilakukan setiap


hari hal ini akan mempengaruhi kondisi fisik, mental serta kesempatan untuk

menambah pengetahuan. Semakin banyak kesibukan ibu bekerja maka semakin

sulit untuk memperoleh informasi, dan semakin mudah bagi ibu rumah tangga untuk

mengikuti berbagai penyuluhan dan mencari informasi untuk menambah

pengetahuan (Hariweni, 2003).

Dari hasil penelitian terlihat bahwa untuk tingkat pekerjaan sebagian besar

responden adalah ibu rumah tangga sehingga ibu dapat memiliki waktu luang yang

banyak untuk mencari berbagai informasi tentang ASI Eksklusif dan memperhatikan

kebutuhan bayinya.

3.    Mitos

            Berdasarkan pernyataan resonden di lahan penelitian bahwa tidak ada mitos

yang berhubungan dengan pemberian ASI Eksklusif, akan tetapi ada beberapa

responden yang mengatakan memiliki mitos dari keluarganya tetapi ibu tidak

melakukannya karena ibu telah mendapat informasi dari tenaga kesehatan bahwa

tidak ada makanan pantangan dalam memberikan ASI Eksklusif dan tidak boleh

membuang ASI yang pertama kali keluar.

Berbagai tahayul untuk berpantangan makanan yang seharusnya tidak

dimakan oleh ibu yang sedang menyusui seperti ikan dengan anggapan ASI akan

berbau amis sehingga bayi tidak menyukainya. Anggapan tersebut tidak tepat

karena ikan mengandung banyak ptotein dan akan mempengaruhi rasa pada ASI.

(Prasetyono,2009)

Kebiasaan membuang kolostrum (cairan yang keluar pertama dari susu ibu

setelah melahirkan) karena kolostrum dianggap kotor disebabkan karena warnanya

kekuning-kuningan, padahal kolostrum memberikan zat kekebalan tubuh bayi

terhadap berbagai penyakit. (Prasetyono,2009)


Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 30 responden

sebagian besar ibu tidak memiliki mitos yang berhubungan dengan pemberian ASI

Eksklusif. 

4.    Sosial Ekonomi

            Berdasarkan pernyataan responden di lahan penelitian bahwa penghasilan

yang didapatkan setiap bulan kurang lebih hampir mendekati satu juta setiap

bulannya.

Berdasarkan tingkat ekonominya maka dapat disimpulkan bahwa menyusui

secara eksklusif dapat mengurangi biaya tambahan, yang diperlukan untuk membeli

susu formula beserta peralatannya.(Prasetyono,2009)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 30 responden

sebagian besar memiliki penghasilan < 1.000.000 yaitu 76,7%.

5.    Dukungan Tenaga Kesehatan

            Berdasarkan pernyataan responden di lahan penelitian bahwa selalu ada

penyuluhan dari tenaga kesehatan tentang pemberian ASI Eksklusif.

Peran tenaga kesehatan sangat berpengaruh dalam proses pemberian ASI

kepada bayi. Bidan, perawat atau dokter adalah orang yang membantu pertama ibu

bersalin di tempat pelayanan kesehatan ataupun di rumah sakit. Petugas kesehatan

di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas

kesehatan harus mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Petugas

kesehatan diharapkan meluangkan waktu untuk memotivasi dan membantu ibu

habis bersalin untuk memberikan ASI eksklusif.(Prasetyono,2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, seluruh responden yang

berjumlah 30 responden pernah mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan

baik saat segera setelah melahirkan (IMD) maupun memberikan pendidikan


kesehatan yang rutin dilakukan oleh tenaga kesehatan dari puskesmas Ampenan itu

sendiri (penyuluhan), juga didukung kader-kader yang dibentuk dalam program

NICE.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.   KESIMPULAN

a.    Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 30 responden yang

memberikan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Ampenan ternyata

pengetahuan ibu cukup tentang pemberian ASI Ekskklusif. Hal ini disebabkan oleh

berbagai faktor seperti pengalaman ibu tersebut, kematangan cara berfikir, keaktifan

ibu dalam bertanya, dan mendapatkan informasi dari petugas kesehatan, media

cetak dan masyarakat serta ibu rajin untuk menghadiri berbagai penyuluhan tentang

kesehatan.

b.    Pekerjaan

Dari hasil penelitian terlihat bahwa untuk tingkat pekerjaan sebagian besar

responden adalah ibu rumah tangga sehingga ibu dapat memiliki waktu luang yang

banyak untuk mencari berbagai informasi tentang ASI Eksklusif dan memperhatikan

kebutuhan bayinya.

c.    Mitos
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 30 responden

sebagian besar ibu tidak memiliki mitos yang berhubungan dengan pemberian ASI

Eksklusif.

26
 

d.    Sosial ekonomi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 30 responden

sebagian besar memiliki penghasilan < 1.000.000, dimana sosial ekonomi ibu

berpengaruh terhadap pemberian ASI Eksklusif, karena pemberian ASI Eksklusif

murah, mudah dan tidak perlu memerlukan biaya.

e.    Dukungan tenaga kesehatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, seluruh responden yang

berjumlah 30 responden pernah mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan

baik saat segera setelah melahirkan (IMD) maupun memberikan pendidikan

kesehatan yang rutin dilakukan oleh tenaga kesehatan dari puskesmas Ampenan itu

sendiri (penyuluhan), juga didukung kader-kader yang dibentuk dalam program

NICE.

B.   SARAN

1.    Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan atau bahan penelitian

berikutnya bagi peneliti lainnya, terutama untuk faktor-faktor yang belum diteliti.
2.    Bagi Puskesmas Ampenan

Diharapkan bagi instansi puskesmas untuk terus memberikan KIE kepada ibu

tentang ASI Eksklusif sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan bagi penerus

bangsa.

3.    Bagi AKBID Bhakti Kencana Mataram

Diharapkan dengan Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah kepustakaan

memperluas wawasan tentang faktor-faktor pemberian ASI Eksklusif.

4.    Bagi Profesi IBI Kota Mataram

Diharapkan dapat dipergunakan sebagai informasi tabahan khususnya yang

berkaitan dengan masalah pemberian ASI Eksklusif.

You might also like