You are on page 1of 12

MACAM-MACAM TAUHID

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah :


Pembelajaran Ketauhidan AUD
Dosen Pengampu : Arif Rusadi, M. Pd.I

Disusun Oleh:

Cindy Carolline Samudra 2022.3.003


Lutfhia Zoyadila 2022.3.010

PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAUDATUL AKMAL (STAIRA)
Batang Kuis,Deli Serdang
2023

1
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melimpahkan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Ketauhidan AUD dengan judul: "Macam-
macam Tauhid"
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu,kamu
mengharapkan segala bentuk saran masukan bahkan kritik yang membangun agar
kedepannya bisa lebih baik lagi.

Batang Kuis, 2 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i


DAFTAR ISI .......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .....................................................................................................1
C. Tujuan Penulis ..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................2


A. Pengertian Tauhid .....................................................................................................2
B. Macam-Macam Tauhid ..............................................................................................3
C. Karateristik Tauhid ...................................................................................................6

BAB III PENUTUP ............................................................................................................8


A. Kesimpulan ...............................................................................................................8
B. Saran .........................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tauhid adalah sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kaum muslimin. Karena pada
umumnya kita menginginkan atau bahkan telah mengaku sebagai orang yang bertauhid.
disamping itu,kata "Tauhid" ini sangat sering disampaikan oleh para penceramah baik pada
waktu khotbah atau pengajian-pengajian. Akan tetapi bisa jadi masih banyak orang yang
belum memahami hakikat dan kedudukan tauhid ini bagi kehidupan manusia, bahkan bagi
yang telah merasa bertauhid sekalipun. Berangkat dari banyaknya pemahaman orang yang
telah kabur tentang hakikat tauhid dan lupa akan kedudukannya yang begitu tinggi maka
penjelasan yang gamblang tentang masalah ini sangat penting untuk disampaikan dan karena
permasalahan tauhid merupakan permasalahan agama maka penjelasannya tidak boleh lepas
dari sumber ilmu agama yaitu Al-Qur'an dan as-sunnah dengan merujuk kepada penjelasan
ahlinya yaitu para ulama.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian tauhid
2. Macam-macam tauhid
3. Karakteristik tauhid

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian tauhid
2. Untuk mengetahui macam-macam tauhid
3. Untuk mengetahui karakteristik tauhid

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tauhid
Kata tauhid terdiri dari perkataan “Theos” artinya Tuhan, dan “Logos” yang berarti
ilmu (science, study, discourse). Jadi theologi berarti ilmu tentang Tuhan atau ilmu
ketuhanan. Definisi theologi yang diberikan oleh para ahli-ahli ilmu agama antara lain dari
Fergilius Fer, yaitu: The discipline which concernsGod (or the Divine Reality) and God's
relation to the world (Tauhid ialah pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam
semesta). (A. Hanafi: 2003: 1).
Jubaran Mas'ud menyatakan bahwa tauhid bermakna beriman kepada Allah. Tuhan
yang Esa, atau juga sering disamakan dengan kata “Laa ilaaha illallah” tiada Tuhan sclain
Allah. (Jubaran Mas'ud: 1967: 972). Fuad Igrami al-Bustani juga menerangkan hal yang
sama. Menurutnya tauhid adalah keyakinan bahwa Allah itu bersifat Esa. (Fuad Igrami al-
Bustani: 1986: 905).1
Menurut Syaikh Muhammad Abduh. tauhid merupakan suatu ilmu yang membahas
tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh pada-Nya,
dan tentang sifat-sifat yang mustahil pada-Nya. Juga membahas tentang rasul-rasul Allah,
meyakinkan kerasulan mercka, apa yang boleh dihubungkan kepada mereka, dan apa yang
terlarang menghubungkannya kepada diri mereka. (Yusran Asmuni: 1989: 2).
Menurut Zainuddin, Tauhid berasal dari kata “wahid” yang artinya “satu”. Dalam
istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan tentang satu atau Esanya Allah, maka segala
pikiran dan teori berikut argumentasinya yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu
satu disebut dengan ilmu tauhid. (Zainuddin: 1992: 1). Hakeem Hameed mengartikan tauhid
sebagai sebuah kepercayaan ritualistik dan perilaku ceremonial yang mengajak manusia
menyembah realitas hakiki (Allah Swt) dan menerima segala pesan-Nya yang disampaikan
lewat kitab-kitab suci dan para Nabi untuk diwujudkan dalam sikap yang adil. kasih sayang,
serta menjaga diri dari perbuatan maksiat dan sewenang-wenang demi mengerjakan perintah
dan menjauhi larangan-Nya. (Hakeem Abdul Hameed: 1983: 36).2
Menurut Abu al-A'la al-Maududi mengatakan, bahwa tauhid merupakan sebuah
kalimat deklarasi atau pengakuan seorang muslim, kalimat pembeda seorang muslim dengan
orang kafir. ateis dan musyrik. Sebuah perbedaan yang lebih terletak pada peresapan makna
tauhid dan meyakininya dengan sungguh-sungguh.
1
Rahman, Hakikat Ilmu Tauhid, (Jakarta: CV Kaafa Learning Center,2022),h. 2

2
Ibid, h. 3

2
Tauhid ialah suatu ilmu yang membahas tentang ke-tuhanan Allah ta'alaa, baik yang
berhubungan dengan zat-Nya,dengan perbuatan-Nya, maupun yang berhubungan antara
seorang hamba terhadap-Nya. Uraian yang berhubungan dengan zat-Nya disebut tauhid
uluhiyah, uraian yang berhubungan dengan perbuatannya disebut tauhid rububiyah dan uraian
yang berhubungan dengan abdi hamba terhadap-Nya disebut tauhid 'ubudiah.
Semua akidah yang berhubungan dengan tauhid uluhiyah, tauhid rububiyah, dan
dengan tauhid 'ubudiah tercakup dalam kalimah `Lailaha llallah' maknanya "tiada yang kaya
dari lainnya yang berhajat kepadanya semua selainnya kecuali Allah". Kaya dari selainnya,
yakni tidak berhajat kepada yang lain, disebut istighna, dan semua yang lain berhajat kepada-
Nya disebut dengan iftiqar Berdasarkan pengertian tersebut,maka istighna dan iftiqar itu
mengandung sejumlah 'akidah yang harus diyakini oleh setiap mukalaf di mana keyakinan itu
harus berdasarkan dalil yang tepat (argumentasi yang akurat).3

B. Macam-Macam Tauhid
1. Tauhid Rububiyah
Tauhid Rububiyah artinya mengesakan Allah Swt dalam perbuatannya, dialah Allah
yang menjadikan,mengatur semua alam ini. Seperti menciptakan, memberi rezeki,
menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat dan lain-lain yang
merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allah Swt. Seorang muslim haruslah meyakini
bahwa Allah Swt tidak memiliki sekutu dalam Rububiyahnya.
Tauhid ini terkumpul dalam fitrah-fitrah insani hampir tidak ada seorangpun yang
menolaknya, sehingga Iblis pun menerimanya, padahal dia adalah pangkal kekufuran.
Allah Swt juga berfirman dalam Al-Our'an surat Al-Mu'minun ayat 86-87 yang
Artinya: Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:"Katakanlah, "Siapakah Tuhan yang
memiliki langit yang tujuh dan yang memiliki 'Arsy yang agung?"Mereka akan menjawab,
"(Milik) Allah." Katakanlah, "Maka mengapa kamu tidak bertakwa?""(QS. Al-Mu'minun 23:
Ayat 86-87)
Allah Swt berfirman dalam Al-Qur'an surat AzZukhruf 87: Artinya: “Dan sungguh
jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka, niscaya mereka
menjawab: “Allah", maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah
Allah)?”
Dengan demikian dari dua ayat tersebut, jelaslah bahwa Iblis meyakini Rububiyah
Allah Swt. begitu pula orang-orang kafir yang lain, mereka mengakui Rububiyah Allah Swt,
3
Teungku Muhammad Ali Muda,Pengantar Tauhid,(Jakarta: Prenadamedia group,2019),h.1

3
misalnya Abu Jahal dan Abu Lahab, mereka mengingkari pimpinan kafir, karena mereka
mengakui Tauhid Rububiyah atas dasar suatu yang ada di dalamnya, yaitu kekufuran dan
kesesatan.4
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah artinya: mengesakan Allah Swt dalam jenis-jenis peribadatan yang
telah disyari'atkan, dialah Allah yang harus disembah dan menyembah selainnya adalah
salah. Contohnya: shalat, puasa, zakat, haji, sembelihan, berharap, cemas, takut dan
sebagainya yang penting dalam jenis ibadah. Mengesakan Allah Swt dalam hal-hal tersebut
dinamakan Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid jenis inilah yang dituntut oleh Allah Swt dari
hamba-hambanya. Karena Tauhid jenis pertama yaitu Tauhid Rububiyah, setiap orang
(termasuk jin) mengakuinya, sekalipun orang-orang musyrik yang Allah Swt utus Rasulullah
Saw kepada mereka. Allah Swt berfirman dalam surat Al-Fatihah ayat 5: Artinya: “Hanya
engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada engkaulah kami meminta pertolongan."
Inilah salah satu ayat dan masih banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa
orang-orang musyrik meyakini Tauhid Rububiyah, akan tetapi sebenarnya yang dituntut dari
mereka adalah mengesakan Allah Swt dalam hal ibadah. Jika mereka mengikrarkan Tauhid
Rububiyah, maka hendaknya juga mengakui Tauhid Uluhiyah. Sungguh Rasulullah Saw
diutus untuk menyeru mereka agar meyakini Tauhid Uluhiyah. Allah Swt berfirman dalam
Al-Our'an surat An-Nahl ayat 36: Artinya: “Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada
tiap-tiap umat (untuk menyerukan:dan mengatur semua alam ini. Seperti menciptakan,
memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan, mendatangkan bahaya, memberi manfaat
dan lain-lain yang merupakan perbuatan-perbuatan khusus Allah Swt. seseorang muslim
haruslah meyakini bahwa Allah Swt tidak memiliki sekutu dalam Rububiyahnya.
Tauhid ini terkumpul dalam fitrah-fitrah insani hampir tidak ada seorangpun yang
menolaknya, sehingga Iblis pun menerimanya, padahal dia adalah pangkal kekufuran.
Tauhid Uluhiyah artinya: mengesakan Allah Swt dalam jenis-jenis peribadatan yang
telah disyari'atkan, dialah Allah yang harus disembah dan menyembah selainnya adalah
salah. Contohnya: shalat, puasa, zakat, haji, sembelihan, berharap, cemas, takut dan
sebagainya yang penting dalam jenis ibadah. Mengesakan Allah Swt dalam hal-hal tersebut
dinamakan Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid jenis inilah yang dituntut oleh Allah Swt dari
hamba-hambanya. Karena Tauhid jenis pertama yaitu Tauhid Rububiyah, setiap orang
(termasuk jin) mengakuinya, sekalipun orang-orang musyrik yang Allah Swt utus Rasulullah

4
Zainul Bahri,Pendidikan Tauhid Dalam Persepektif Konstitusi, (Jawa Barat:Guepedia,2020),h. 45

4
Saw kepada mereka. Allah Swt berfirman dalam surat Al-Fatihah ayat 5: Artinya: “Hanya
engkaulah yang kami sembah56, dan hanya kepada engkaulah kami meminta pertolongan.
Inilah salah satu ayat dan masih banyak ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa
orang-orang musyrik meyakini Tauhid Rububiyah, akan tetapi sebenarnya yang dituntut dari
mereka adalah mengesakan Allah Swt dalam hal ibadah. Jika mereka mengikrarkan Tauhid
Rububiyah, maka hendaknya juga mengakui Tauhid Uluhiyah. Sungguh Rasulullah Saw
diutus untuk menyeru mereka agar meyakini Tauhid Uluhiyah.
Setiap Rasul menyeru manusia agar meyakini Tauhid Uluhiyah. Karena Tauhid
Uluhiyah adalah perintah mengesakan Allah Swt dalam ibadah, yakni beribadah hanya
kepada Allah Swt dan karenanya semata. sedangkan Tauhid Rububiyah, karena merupakan
fitrah, maka belum kalau sescorang hanya meyakini Tauhid itu saja.
Kedudukan Tauhid Uluhiyah dianggap sangat urgen disebabkan beberapa hal,
pertama, kepada Tauhid inilah para Rasul, mencurahkan sebagian perhatiannya. Kedua,
Tauhid inilah yang pertama kali ditangkap oleh pemahaman manusia pada saat kalimat
Tauhid diucapkan. Ketiga, untuk membawa Tauhid inilah diutuskan para Rasul, dan
diturunkan kitab-kitab. Keempat, untuk menegakkan Tauhid Allah menampakkan tanda-
tanda kekuasaannya kepada manusia tanda-tanda yang terbentang diseluruh penjuru alam dan
pada diri mereka. Kelima, karena Tauhid ini maka ada hari kiamat, demikian halnya
pembagian catatan amal, penimbangan amal, surga dan neraka serta terbaginya manusia
menjadi dua: sengsara dan bahagia, bahagia di surga dan sengsara di neraka.5
3. Tauhid Asma wa sifat
Kata “asma” adalah bentuk jamak dari kata “ismun” yang artinya “nama. Jika kita
menyebut “Asma Allah” berarti nama-nama Allah atau sebutan asma'ul husna berarti nama-
nama yang baik dan terpuji. Sehingga istilah asma'ul husna bagi Allah maksudnya adalah
nama-nama yang indah, baik dan terpuji yang menjadi milik Allah, misalnya: ar-Rahman, ar-
Rahim, al-Malik, al-Ghafur, dan Lain-lain.
Sedangkan kata “sifat” dalam bahasa arab bermakna segala informasi atau keadaan yang
melekat pada benda yang wujud, seperti besar kecilnya, tinggi rendahnya, warnanya,
keelokannya, dan lain-lain. Juga mencakup apa yang dilakukannya, apa saja yang
dimilikinya, keadaan, gerakan, dan informasi lainnya yang ada pada benda tersebut.
Asma' dan sifat adalah termasuk bagian dari tauhid, (selain tauhid rububiyah dan tauhid
uluhiyyah), yang maknanya adalah beriman kepada nama-nama Allah dan sifat-sifatNya,
sebagaimana diterangkan dalam al-G9ur'an dan sunnah RasulNya. Makna asma dan sifat
5
Ibid, h.44

5
tersebut menurut apa yang pantas bagi Allah, tanpa melakukan tahrif (mengubah lafazh dan
membelokkan makna sebenarnya), ta'thil (pengingkaran seluruh atau sebagian sifat dan Dzat
Allah), takyiif (menanyakan bagaimana Allah), tamtsil (menyerupakan Allah dengan
makhlukNya). Hal ini menunjukkan, bila kita mengenal Asma'ul Husna dengan bersungguh-
sungguh, menghafal, kemudian memahami maknanya serta beribadah kepada Allah, maka
akan menjadi penguat iman yang paling besar, bahkan mengenal Asma' dan sifatNya
merupakan dasar iman, di mana iman seseorang itu kembali kepada dasar yang agung ini.6

C. Karakteristik Tauhid
Karakteristik ilmu Tauhid terletak pada sumber ilmu tauhid itu sendiri dan urgensi
dalam mempelajarinya, karakteristik ilmu tauhid adalah sebagai berikut :
1. Sumber Ilmu Tauhid bersifat Tauqifiyah, artinya resmi berdasarkan petunjuk nabi
berdasarkan wahyu Allah atau langsung melalui petunjuk wahyu ilahi (Suma, 2000 : 67),
makna Tauqifiyah ini yang mengandung dua pengertian, yaitu : Pertama, Rasulullah telah
menjelaskan rincian muatan akidah Islam. Tidak ada satupun masalah tauhid atau akidah
yang belum mendapat pembahasan dan penjelasan Rasulullah (Adnani, 2008 : 64), hal ini
merupakan konsekuensi dari penyempurnaan agama sebagaimana firman Allah dalam OS.al-
Maidah (5) : 3. Yang artinya: 7
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan
yang disembelih bukan alas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul. yang jatuh, yang
ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan
(diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib
dengan azlam (anak panah), (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang
kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada
mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu,
dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridhoi Islam sebagai agamamu.
Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar. bukan karcna ingin berbuat dosa, maka sungguh,
Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
Pada ayat yang lalu telah dijelaskan beberapa perbuatan yang diharamkan. Ayat ini
menguraikan lebih terperinci makanan-makanan yang diharamkan. Ada sepuluh jenis
makanan yang diharamkan, semuanya berasal dari hewan. Diharamkan bagimu memakan
bangkai, darah yang keluar dari tubuh, sebagaimana terscbut dalam Surah alAn'am 6: 145,
6
Ibid, h. 48

7
Muhiyi Shubhie, Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak, (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia,2023),h. 114

6
daging babi, dan daging hewan yang disembelih bukan atas nama Allah, demikian pula
diharamkan daging hewan yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang
diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Hewan yang tercekik, yang
dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas adalah halal hukumnya
kalau sempat disembelih sebelum mati. Dan diharamkan pula hewan yang disembelih untuk
berhala.8
Dan diharamkan pula mengundi nasib dengan anak panah. Orang Arab Jahiliah
menggunakan anak panah untuk menentukan apakah mereka akan melakukan suatu
perbuatan atau tidak. Mereka mengambil tiga buah anak panah yang belum memakai bulu,
masing-masing anak panah itu ditulis dengan kata-kata “lakukan”, “ jangan lakukan”, dan
anak panah yang ketiga tidak ditulis apa-apa. Semua anak panah itu diletakkan dalam sebuah
tempat dan disimpan dalam Kakbah. Bila mereka hendak melakukan suatu perbuatan, maka
mereka meminta agar juru kunci Kakbah mengambil salah satu dari tiga anak panah itu.
Mereka melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan sesuai dengan bunyi kalimat
yang tertulis dalam anak panah yang diambilnya. Kalau yang terambil anak panah yang tidak
ada tulisannya, maka undian diulangi sekali lagi. Janganlah melakukan yang demikian itu
karena itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini, yaitu pada waktu Haji Wada”, haji terakhir
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad, orang-orang kafir telah putus asa untuk mengalahkan
agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada
hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa dalam keadaan
terpaksa, dibolehkan memakan makanan yang diharamkan oleh ayat ini karena lapar, bukan
karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Para ulama aqidah mendefinisikan tauhid sebagai berikut: tauhid adalah keyakinan
tentang keesaan Allah SWT.dalam rububiyah-Nya, mengikhlaskan ibadah hanya kepada-Nya
serta menetapkan nama-nama dan sifat-sifat kesempurnaan bagi-Nya. Dengan demikian maka
biasa dikatakan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga macam yaitu: Tauhid rububiyah, Tauhid
8
Ibid, h. 115

9
Ibid, h. 116

7
Uluhiyah dan Tauhid Asma wa sifat. Kesimpulan ini diambil oleh para ulama setelah mereka
meneliti dalil-dalil Alquran hadits yang terkait dengan keesaan Allah SWT.

B. Saran
Kami berharap makalah ini menjadi wawasan baru,untuk semua pihak,dan kami juga
mengharapkan agar orang tua dapat memahami tentang perkembangan anak sehingga orang
tua dapat menyikapi dalam setiap masa pertumbuhan dan perkembangan anak selain itu juga
kami mengharapkan melalui makalah ini bisa di terima oleh dosen dan diterima oleh semua
pihak dengan senang hati. Kepada para pembaca agar kiranya dapat memberikan sebuah
kritikan dan saran-saran yang sifatnya membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik
lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Bahri Zainul,Pendidikan Tauhid Dalam Persepektif Konstitusi,Jawa
Barat:Guepedia,2020
Rahman, Hakikat Ilmu Tauhid,Jakarta: CV Kaafa Learning Center,2022
Shubhie Muhiyi, Pendidikan Agama Islam Akidah Akhlak,Jawa Timur:
Uwais Inspirasi Indonesia,2023

8
Muda Teungku Muhammad Ali,Pengantar Tauhid,Jakarta: Prenadamedia
group,2019

You might also like