You are on page 1of 54

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI

DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRASEKOLAH


USIA 4- 6 TAHUN DI TK BUDI MULIA BANJARBARU

PROPOSAL
SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat memperoleh Gelar


Sarjana Kebidanan
HALAMAN SAMPUL

Oleh:
Noor Adha Anggreyini
NIM: 11194862111218

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN


JURUSAN KEBIDANAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN

ii
2022
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI
DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRASEKOLAH
USIA 4- 6 TAHUN DI TK BUDI MULIA BANJARBARU

PROPOSAL
SKRIPSI

Oleh:
Noor Adha Anggreyini
NIM: 11194862111218

Telah Disetujui untuk Diajukan dalam Ujian Proposal Skripsi


pada Tanggal 21 Agustus 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Desilestia Dwi Salmarini, S.S.T., M.Kes Linda Kusumawati, SAB., M.Kes


NIK. NIK.
HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI

HUBUNGAN JENIS KELAMIN DAN STATUS SOSIAL EKONOMI


DENGAN PERKEMBANGAN BAHASA ANAK PRASEKOLAH
USIA 4- 6 TAHUN DI TK BUDI MULIA BANJARBARU

PROPOSAL
SKRIPSI
Oleh:
Noor Adha Anggreyini
NIM: 11194862111218

Telah Diujikan dan Dipertimbangkan Dosen Penguji Proposal


Skripsi Pada Tanggal 21 Agustus 2021

Ketua Dewan Penguji

Nama dan Gelar


NIK.

Anggota Dewan Penguji Penguji Utama

Nama dan Gelar Nama dan Gelar


NIK. NIK.
Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Ketua Jurusan Kebidanan

apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm. Ika Mardiatul Ulfa, S.S.T., M.Kes
NIK. NIK.
Ketua LPPM
Universitas Sari Mulia

Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH


NIK. 1166122004007

iii
KATA PENGANTAR

Segala syukur dan puji hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena

anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar akhirnya

penulis dapat menyelesaikan menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Hubungan

Jenis Kelamin Dan Status Sosial Ekonomi Dengan Perkembangan Bahasa Anak

Prasekolah Usia 4- 6 Tahun Di TK Budi Mulia Banjarbaru”.

Penulisan Skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk mencapai gelar Sarjana Kebidanan (S.Keb) di Fakultas Kesehatan

Universitas Sari Mulia Banjarmasin. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada masa

penulisan Skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikannya. Oleh

karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hj. Aizar Soedarto, BSc., MBA., selaku Ketua Yayasan Indah Banjarmasin.

2. Dr. RR. Dwi Sogi Sri R, S.KG., M.Pd selaku Rektor Universitas Sari Mulia.

3. Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kes selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik dan Kemahasiswaan.

4. Hariadi Widodo, S.Ked., MPH selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan

Sistem Informasi.

5. Wakil Rektor III Bidang Sumber Daya dan Kemitraan.

6. Dini Rahmayani, S.Kep., Ns., MPH selaku Ketua LPPM Universitas Sari

Mulia Banjarmasin.

7. apt. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm. Selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Universitas Sari Mulia.

iv
8. Ika Mardiatul Ulfa, S.S.T., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan

Universitas Sari Mulia.

9. Desilestia Dwi Salmarini, S.S.T., M.Kes selaku Pembimbing I yang telah

menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan dalam

penyusunan skripsi ini.

10. Linda Kusumawati, SAB., M.Kes selaku Pembimbing II yang telah

senantiasa memberikan arahan, bimbingan dan dukungan dalam penyusunan

skripsi ini.

11. Eirene E.M Gaghauna, Ns., MSN selaku Penguji Utama yang telah

memberikan arahan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

12. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu mendoakan dan telah memberikan

bantuan dukungan material dan moral selama masa perkuliahan hingga

selesainya penyusunan skripsi ini.

13. Teman-teman seangkatan yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang

telah bersedia untuk berdiskusi dan saling memberikan motivasi satu sama

lain.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Skripsi ini memiliki banyak

kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati peneliti mengharapkan saran

dan kritik yang membangun demi kesempurnaan dimasa yang akan datang.

Saya berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Skripsi ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu Kebidanan.

Banjarmasin, 30 Agustus 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...........................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING..................................ii

HALAMAN PENGESAHAN DEWAN PENGUJI...........................................iii

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

DAFTAR ISI.........................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi

DAFTAR TABEL................................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................1

1.1.1 Sub-sub BAB....................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................3

1.3 Tujuan Penelitian....................................................................................3

1.4 Manfaat Penelitian..................................................................................3

1.5 Keaslian Penelitian (untuk Skripsi).........................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................4

2.1 Landasan Teori.......................................................................................4

2.2 Kerangka Teori.......................................................................................4

2.3 Kerangka Konsep (Bagi Skripsi/Sarjana)..............................................4

2.4 Hipotesis.................................................................................................4

BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................5

ix
3.1 Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian.................................5

3.2 Jenis dan Rancangan Penelitian..............................................................5

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian.............................................................5

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional........................................5

3.5 Jenis dan Sumber Data...........................................................................5

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data.............................................5

3.7 Uji Validitas dan Reliabilitas (untuk Skripsi).........................................5

3.8 Analisis Data...........................................................................................5

3.9 Etika Penelitian.......................................................................................5

3.9.1 Ethical Clereance.............................................................................5

3.9.2 Ijin Tempat Penelitian.......................................................................5

3.9.3 Informed Consent..............................................................................5

3.9.4 Confidentiallity.................................................................................5

3.9.5 Benefit...............................................................................................5

3.9.6 Justice...............................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................6

LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Book Blue............................................................................................4

Gambar 3.2 Book Blue 2.........................................................................................4

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional................................................................................5

xii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Jadwal Penelitian
2. Formulir Judul Penelitian
3. Surat Permohonan Melakukan Uji validitas
4. Surat Perizinan Uji Validitas
5. Surat Permohonan Melakukan Studi Pendahuluan
6. Surat Perizinan Melakukan Studi Pendahuluan
7. Sertifikat Ethical
8. Instrumen Penelitian
9. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
10. Daftar Singkatan dan Istilah
11. Lembar Konsultasi Pembimbing I
12. Lembar Konsultasi Pembimbing II
13. Berita Acara Perbaikan Proposal Tugas Akhir

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Masa usia dini merupakan periode awal yang penting dan mendasar dalam

rentang pertumbuhan serta perkembangan kehidupan manusia. Anak usia dini

merupakan masa pembentukan pondasi kepribadian yang akan menentukan

pengalaman anak di kehidupan selanjutnya. Masa usia dini dikenal dengan

sebutan golden age. Golden age merupakan masa yang sangat penting bagi

kehidupan anak di masa mendatang (Purnama, dkk, 2020).

Pada masa emas (golden age), anak prasekolah (3-6 tahun) merupakan

masa berkembangnya pertumbuhan dan perkembangan anak dengan sangat cepat

di setiap aspek perkembangan nya (Andriani, dkk, 2019). Aspek perkembangan

anak mulai dari aspek nilai agama dan moral, aspek perkembangan sosial

emosional, aspek pertumbuhan dan perkembangan fisik motorik, aspek

perkembangan bahasa, hingga aspek perkembangan kognitif (Suryana, 2018).

Pada aspek perkembangan bahasa, ketika perkembangan kemampuan

berbicara tidak sama dan juga tidak bisa memenuhi tugas dari perkembangan

bicara pada usianya jika di bandingkan dengan anak yang seusia pada umumnya,

maka anak tersebut dapat dikatakan mengalami hambatan perkembangan pada

kemampuan berbicara (speech delay) (Ardiyansyah, 2020). Adapun beberapa

dampak jangka panjang jika anak mengalami keterlamabatan berbicara yaitu

prestasi akademik, sulit bersosialisasi dan anak menjadi pasif (Muslimat, dkk,

2020).

1
2

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, berdasarkan

National Center for Health Statistic (NCHS) orangtua melaporkan angka kejadian

keterlambatan bicara pada anak adalah 0,9% pada anak dibawah umur 5 tahun,

dan 1,94% pada anak yang berumur 5-14 tahun. Berdasarkan hasil evaluasi secara

langsung langsung, angka kejadian pada anak usia sekolah ternyata 3,8 kali lebih

tinggi. Hal ini diperkirakan gangguan perkembangan pada sektor bicara dan

bahasa pada anak adalah sekitar 4-5% (Rohmah, dkk, 2018). Komnas

Penanggulangan Gangguan Pendengaran & Ketulian tahun 2016 mengungkapkan

prevalensi keterlambatan perkembangan pada sektor berbahasa dan bicara di

Indonesia belum pernah diteliti. Kendalanya adalah dalam menentukan kriteria

keterlambatan perkembangan berbahasa, namun berdasarkan survei epidemiologik

di 7 provinsi pada tahun 2014 diperkirakan prevalensi keterlambatan bicara pada

anak di Indonesia sekitar 3-10% dari jumlah seluruh balita yang ada (Rohmah,

dkk, 2018).

Terdapat faktor yang melatarbelakangi terlambat dalam berbicara pada

anak diantaranya: faktor internal dan eksternal. Dimana faktor internal terdiri dari

genetika, kecacatan fisik, malfungsi neorulogis, prematur, jenis kelamin.

Sedangkan dari faktor eksternal terdiri dari urutan/jumlah anak, pendidikan ibu

atau orangtua, status ekonomi, fungsi keluarga, blingual (Yulianda, 2019).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhadi dan Istanti (2020)

yang berjudul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Keterlambatan

Bicara Dan Bahasa Pada Anak Usia 2-5 Tahun, dari 27 responden menunjukkan

bahwa responden jenis kelamin laki-laki mengalami keterlambatan bicara


3

sebanyak 18 orang yaitu ringan sebanyak 13 orang (48,1%) dan sedang sebanyak

5 orang (18,6%). Sedangkan responden jenis kelamin perempuan sebanyak 9

orang yaitu ringan sebanyak 1 orang (3,7%) dan sedang sebanyak 8 orang

(29,6%). Faktor jenis kelamin terhadap tingkat keterlambatan bicara ringan

51,9%, sedang 48,1% dengan p value 0,004 (p< 0,050). Diantara beberapa faktor,

faktor jenis kelamin paling berhubungan terhadap keterlambatan bicara anak.

Status sosial ekonomi keluarga juga ikut menunjang dalam perkembangan

bahasa anak. Status sosial ekonomi keluarga secara langsung berpengaruh

terhadap anak karena menentukan standar-standar kelas yang diterima oleh orang

tua dan menentukan metode yang dipergunakan dalam mendidik anak (Novari,

2020). Secara langsung akan mempengaruhi kemampuan literasi anak karena

status sosial ekonomi menentukan keluarga itu hidup dan berinteraksi. Status

sosial ekonomi keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemampuan

bahasa anak (Baiti, dkk, 2020). Orangtua yang tidak mampu secara ekonomi

akan lebih fokus untuk pemenuhan kebutuhan pokoknya dan

mengabaikan perkembangan anaknya (Muslimat, dkk, 2020).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

bulan Desember 2022 di TK Budi Mulia Banjarbaru terdapat 19 anak tidak

mampu menyelesaikan tugas perkembangan bahasa nya, di antara nya adalah 10

anak berjenis kelamin laki-laki dan 9 anak berjenis kelamin perempuan. Dari 10

orang tua murid yang di wawancarai, diketahui bahwa orang tua murid dengan

status sosial ekonomi kategori rendah sebanyak 3 orang, kategori sedang sebanyak

2 orang, kategori tinggi sebanyak 4, kategori sangat tinggi sebanyak 1 orang.


4

Berdasarkan permasalahan perkembangan bahasa pada anak, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan jenis kelamin dan

status sosial ekonomi dengan perkembangan bahasa anak prasekolah (4-6 tahun)

di TK Budi Mulia Banjarbaru”.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah uraikan dapat dirumuskan permasalahan

yang akan diteliti, yaitu: “Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dan status

sosial ekonomi dengan perkembangan bahasa anak prasekolah (4-6 tahun) di TK

Budi Mulia Banjarbaru?”.

I.3 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum


Mengetahui hubungan antara jenis kelamin dan status sosial ekonomi dengan
perkembangan bahasa anak prasekolah (4-6 tahun) di TK Budi Mulia Banjarbaru.
1.4.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi jenis kelamin anak prasekolah (4-6 tahun) di TK Budi
Mulia Banjarbaru.
b. Mengidentifikasi status sosial ekonomi orang tua anak prasekolah (4-6 tahun)
di TK Budi Mulia Banjarbaru.
c. Mengidentifikasi perkembangan bahasa anak prasekolah (4-6 tahun) di TK
Budi Mulia Banjarbaru.
d. Menganalisis hubungan antara jenis kelamin dengan perkembangan bahasa
anak prasekolah (4-6 tahun) di TK Budi Mulia Banjarbaru.
e. Menganalisis hubungan antara status sosial ekonomi dengan perkembangan
bahasa anak prasekolah (4-6 tahun) di TK Budi Mulia Banjarbaru.
5

I.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Manfaat akademik yang diperoleh dari penelitian ini sebagai beikut. “Diharapkan
agar mendapatkan manfaat dalam memberikan informasi dan pengetahuan tentang
Hubungan jenis kelamin dan status sosial ekonomi dengan perkembangan bahasa
anak prasekolah bagi institusi dan mahasiswa”.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Bagi TK dan Orang Tua
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan dan pertimbangan kepada
orang tua dan guru TK dalam upaya mengembangkan bahasa anak
prasekolah.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dalam proses pembelajaran yang
diberikan pada mahasiswa kebidanan UNISM khususnya upaya
mengembangkan bahasa anak prasekolah.
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai sarana aktualisasi diri, menambah wawasan dan dapat
mengaplikasikan teori yang didapatkan untuk meningkatkan pemberian
asuhan kepada anak prasekolah.

I.5 Keaslian Penelitian

No Judul, Nama dan Tahun Metode Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian
1 Judul: Faktor-Faktor Yang Cross sectional faktor emosi terhadap tingkat
Berhubungan Dengan Tingkat keterlambatan bicara ringan 51,9%,
Keterlambatan Bicara Dan sedang 48,1% dengan p value 0,440
Bahasa Pada Anak Usia 2-5 (p>0,050). Faktor jenis kelamin
Tahun terhadap tingkat keterlambatan
Peneliti: Suhadi dan Istanti bicara ringan 51,9%, sedang 48,1%
Tahun: 2020 dengan p value 0,004 (p< 0,050).
Faktor lingkungan terhadap tingkat
keterlambatan bicara ringan 51,9%,
sedang 48,1% dengan p value 0,706
(p>0,050). Faktor pendidikan ibu
terhadap tingkat keterlambatan
bicara ringan 51,9%, sedang 48,1%
dengan s p value 0,1000 (p>0,050).
Faktor jumlah anak terhadap
6

tingkat keterlambatan bicara ringan


51,9 %, sedang 48,1% dengan p
value 0,420 (p>0,050). Faktor
riwayat keluarga terhadap tingkat
keterlambatan bicara ringan
51,9%,sedang 48,1% dengan p
value 0,678 (p>0,050). Faktor jenis
kelamin paling berhubungan
terhadap keterlambatan bicara anak
2-5 tahun.
2 Judul: Pengaruh Pendidikan kuantitatif (1) terdapat hubungan signifikan
Dan Ekonomi Orang Tua pendidikan orang tua dengan
Terhadap Kemampuan Literasi kemampuan literasi anak usia dini,
Anak Di Masa Pandemi (2) terdapat hubungan signifikan
Peneliti: Noor Baiti, Anwar ekonomi orang tua dengan
Zain , Ikhwatun Hasanah kemampuan literasi anak (3)
Tahun: 2022 terdapat hubungan signifikan
pendidikan dan ekonomi orang tua
dengan kemampuan literasi anak
usia dini.

Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilaksanakan:

1. Pada penelitian tersebut varibel dependen nya adalah keterlambatan


berbicara sedangkan pada penelitian ini variabel dependen nya adalah
perkembangan bahasa.
2. Pada penelitian tersebut varibel dependen nya adalah kemampuan literasi
anak sedangkan pada penelitian ini variabel dependen nya adalah
perkembangan bahasa.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

2.1.1 Konsep Anak Usia Prasekolah


a. Definisi
Menurut DeLaune & Ladner tahun 2011, anak usia prasekolah adalah
anak yang berusia antara 3 sampai 6 tahun, pada periode ini pertumbuhan
fisik melambat dan perkembangan psikososial serta kognitif mengalami
peningkatan. Anak mulai mengembangkan rasa ingin tahunya, dan mampu
berkomunikasi dengan lebih baik. Permainan merupakan cara yang digunakan
anak untuk belajar dan mengembangkan hubungannya dengan orang lain
(Mansur, 2019).
Menurut Kliegman, dkk, tahun 2007, usia prasekolah merupakan
periode yang optimal bagi anak untuk mulai menunjukkan minat dalam
kesehatan, anak mengalami perkembangan bahasa dan berinteraksi terhadap
lingkungan sosial, mengeksplorasi pemisahan emosional, bergantian antara
keras kepala dan keceriaan, antara eksplorasi berani dan ketergantungan.
Anak usia prasekolah mereka tahu bahwa dapat melakukan sesuatu yang
lebih, tetapi mereka juga sangat menyadari hambatan pada diri mereka
dengan orang dewasa serta kemampuan mereka sendiri yang terbatas
(Mansur, 2019).
b. Ciri-ciri Anak Usia Prasekolah
Ciri-ciri anak prasekolah (3- 6 tahun) menurut Hanur tahun 2021, meliputi:
1) Aspek fisik
a) Anak prasekolah umumnya aktif. Mereka telah memiliki penguasaan
atau kontrol terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang
dilakukan sendiri.
b) Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan
istirahat yang cukup, seringkali anak tidak menyadari bahwa mereka

7
8

harus beristirahat cukup. Jadwal aktivitas yang tenang diperlukan


anak.
c) Otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol
terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu biasanya anak belum
terampil, belum bisa melakukan kegiatan yang rumit, seperti
mengikat tali sepatu.
d) Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan
pandangannya pada obyek-obyek yang kecil ukurannya, itulah
sebabnya koordinasi tangan masih kurang sempurna.
e) Walaupun tubuh anak lentur, tetapi tengkorak kepala yang
melindungi otak masih lunak (soft).
2) Aspek sosial
Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat,
tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka umumnya dapat cepat
menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan teman.
Sahabat yang dipilih biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi
kemudian berkembang sahabat dari jenis kelamin yang berbeda.
3) Aspek emosi
Anak cenderung mengekspreseikan emosinya dengan bebas dan
terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali
memperebutkan perhatian guru.
4) Aspek kognitif
Perolehan keterampilan bahasa pada periode Todler ditingkatkan
pada periode prasekolah. Perluasan kosa kata memungkinkan anak usia
prasekolah untuk maju lebih jauh dengan pemikiran simbolis (Mansur,
2019)
2.1.2 Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia Prasekolah
a. Definisi
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel, serta
jaringan interselular berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh
9

sebagian atau keseluruhan sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan
berat. Pertumbuhan terjadi secara simultan dengan perkembangan
(Darmawan, 2019).
Perkembangan adalah peningkatan kemampuan dengan pola yang
teratur dan dapat diprediksi yang terjadi pada struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks, baik itu sel-sel, jaringan, organ, dan sistem organ yang
merupakan hasil dari proses pematangan (Ardiyansyah, 2020).
Dalam kehidupan anak terdapat dua proses yang beroperasi secara
kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung
secara interdependen, saling bergantung satu sama lainnya (Purnama, dkk,
2020).
b. Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
Menurut Darmawan tahun 2019, anak memiliki pola pertumbuhan
dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor
yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Adapun faktor-
faktor tersebut, antara lain:
1) Faktor Internal
a) Ras/etnik atau bangsa
Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, ia tidak memiliki
faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.
b) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk, atau kurus.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupan, dan masa remaja.
d) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki. Akan tetapi, setelah melewati masa pubertas,
pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
e) Genetik
10

Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak, yaitu potensi


anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik
yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom, umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan, seperti pada sindroma Down's dan sindroma Turner's.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Prenatal
(1) Gizi
Nutrisi ibu hamil, terutama dalam trimester akhir kehamilan
akan memengaruhi pertumbuhan janin.
(2) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
(3) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin dan Thalidomid
dapat menyebabkan kelainan kongenita seperti palatoskisis.
(4) Endokrin
Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia,
kardiomegali, dan hiperplasia adrenal.
(5) Radiasi
Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan
kelainan pada janin, seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi
mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata,
serta kelainan jantung.
(6) Infeksi
Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH
(Toksoplasma, Rubella sitomegalo virus, Herpes simpleks)
dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli,
mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital.
11

(7) Kelainan Imunologi


Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah
antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap
sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam
peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang
selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kern icterus
yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
(8) Anoksia embrio
Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta
menyebabkan pertumbuhan terganggu.
(9) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/ kekerasan
mental pada ibu hamil, dan lain-lain
b) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi, seperti trauma kepala dan asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c) Faktor Pascasalin
(1) Gizi
Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang
adekuat.
(2) Penyakit kronis/kelainan konginetal
Tuberkulosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan
mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani.
(3) Lingkungan Fisik dan Kimia
Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut
hidup yang sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).
Sanitasi yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan
sinar radioaktif, zat Kimia tertentu (Pb, Mercuri, rokok, dan
lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap
pertumbuhan anak.
12

(4) Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang
tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu
merasa tertekan, akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan
dan perkembangannya.
(5) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.
(6) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
sedangkan kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan,
akan menghambat pertumbuhan anak.
(7) Lingkungan Pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat
memengaruhi tumbuh kembang anak.
(8) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi,
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan,
sosialisasi anak, keterlibatan ibu, dan anggota keluarga lain
terhadap anak.
(9) Obat-obatan
Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat
pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat
perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan
terhambatnya produksi hormon pertumbuhan.
c. Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Darmawan, 2019)
1) Gerak kasar atau motorik kasar
Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot-otot besar, seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.
13

2) Gerak halus atau motorik halus


Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian
tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, namun memerlukan
koordinasi yang cermat, seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis,
dan sebagainya.
3) Kemampuan bicara dan bahasa
Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya.
4) Sosialisasi dan kemandirian
Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan mandiri anak (makan sendiri dan membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi serta
berinteraksi dengan lingkungannya, dan sebagainya.
d. Deteksi Gangguan Perkembangan Anak
Denver Development Sreening Test (DDST) II merupakan salah satu
alat skrining perkembangan, alat ini membantu tenaga kesehatan untuk
mengetahui sedini mungkin penyimpangan perkembangan yang terjadi pada
anak sejak lahir sampai berusia 6 tahun. Pemeriksaan dilakukan secara rutin
yaitu setiap bulan. Tes ini dilakukan kurang lebih 20-30 menit, dapat
diandalkan dan menunjukkkan validitas yang tinggi. Dari beberapa penelitian
yang pernah dilakukan ternyata DDST II secara efektif dapat
mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak prasekolah yang
mengalami keterlambatan perkembangan, dan pada "follow up" selanjutnya
ternyata 89% dari kelompok DDST II abnormal mengalami kegagalan di
sekolah 5-6 tahun kemudian
Formulir DDST II adalah alat atau instrumen yang digunakan
untuk mengetahui normal atau ada penyimpangan dari perkembangan
anak. Formulir tersebut berisikan pencapaian anak sesuai usia yang
14

dibagi dalam 4 komponen, yaitu personal sosial, adatif–motorik halus,


bahasa, dan motorik kasar (Simon, dkk, 2021).
Denver II dapat digunakan untuk memonitor dan memantau
perkembangan bayi atau anak dengan resiko tinggi terjadinya penyimpangan
atau kelainan perkembangan secara berkala. Tes ini juga tidak untuk
mendiagnosa ketidakmampuan dan kesukaran belajar, gangguan bahasa, atau
gangguan emosional, subtitusi evaluasi diagnostik atau pemeriksaan fisik
anak. Tes ini lebih mengarah pada perbandingan kemampuan atau
perkembangan anak dengan kemampuan anak lain yang seumurnya (Simon,
dkk, 2021).
Denver Developmental Screening Test (DDST) II adalah sebuah alat
klinis yang mudah digunakan untuk identifikasi dini bayi dan anak usia 0-6
tahun dengan keterlambatan perkembangan. DDST II ini lebih mengarah
kepada perbandingan kemampuan ataut perkembangan anak dengan
kemampuan anak lain yang seumurannya (Ningsih, dkk, 2022).
Penilaian DDST II dapat dilihat dari apakah anak bisa melakukan
pada tiap sektor jika lulus ( P=pass), gagal (F=fail) atau jika anak tidak
mempunyai kesempatan untuk melakukan uji coba (No oportunity=NO), dan
jika menolak untuk melakukan (R=Refusal). Interpretasi nilai (Ningsih, dkk,
2022):
a. Advanced
Apabila anak dapat melaksanakan tugas pada item di sebelah kanan garis
umur.
b. Normal
Apabila anak gagal/menolak tugas pada item di sebelah kanan garis
umur. Apabila anak lulus, gagal/menolak tugas di mana garis umur
berada di antara 25-75% (warna putih).
c. Caution
Apabila anak gagal/menolak tugas pada item di mana garis umur berada
di antara 75%-90% (warna hijau).
d. Delay
15

Apabila anak gagal/menolak tugas pada item yang berada di sebelah kiri
garis umur.
e. No Oportunity
Anak mengalami hambatan.
Interpretasi hasil keseluruhan dari 4 sektor:
a. Normal
Bila tidak ada delaypaling banyak 1 (satu) caution.
b. Suspect
Bila di dapatkan 2 (dua)/lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih
delay.
c. Untestable
Bila ada score menolak satu atau lebih item disebelah kiri garis umur (bila
menolak lebih dari satu item pada area 75 %).
2.1.3 Konsep Perkembangan Bahasa Pada Anak Usia Prasekolah
a. Definisi
Bahasa adalah suatu alat komunikasi yang digunakan makhluk
hidup untuk berinteraksi antara satu dengan yang lain (Ardiyansyah,
2020). Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting sehingga harus
diajarkan kepada anak sejak dini. Proses pemerolehan bahasa beserta
pengalamannya sangat unik dan berbeda bagi tiap individu. Setiap
tahapan perkembangan adalah penting dan berpengaruh pada penguasaan
bahasa mereka (Ardhyantama dan Apriyanti, 2020).
Pada usia 3 tahun disebut tahap pengembangan tata bahasa, anak
tidak hanya berkomunikasi dengan orang tua ataupun pengasuh dan
keluarga tetapi anak telah berani untuk bereksplorasi di dunia luar dengan
bermain dengan teman sebayanya. Hal tersebut tentu membentuk dan
menambah kemampuan bahasa anak. Anak mengenal berbagai macam
bentuk komunikasi dan ekspresi. Bahkan anak mulai mengucapkan kata-
kata baru meskipun kadang tidak mengetahui artinya (Ardhyantama dan
Apriyanti, 2020).
16

Pada usia 4-5 tahun disebut tahap bahasa menjelang dewasa, anak
sudah mampu membuat kalimat yang lebih kompleks seiring interaksinya
yang semakin beragam. Dapat menggunakan bahasa dalam konteks yang
tepat, misalnya bagaimana menyampaikan penolakan, bagaimana
menyampaikan empati dan terima kasih, dan lain-lain. Anak akan
semakin banyak bertanya kepada orang tua tentang banyak hal. Anak pun
mulai bersosialisasi dan menyerap banyak pengalaman dari kegiatannya
sehari-hari (Ardhyantama dan Apriyanti, 2020).
Pada usia 5 tahun ke atas disebut tahap kompetensi penuh,
perkembangan kosakata anak telah berkembang dengan sangat pesat
seiring kegiatannya yang semakin banyak. Anak akan belajar tentang
durasi dan waktu seperti dalam permainan maupun kegiatan, anak sudah
mampu mendengarkan 2 perintah atau lebih aktivitas yang berurutan,
belajar dan meniru lagu, mampu menceritakan kejadian yang dialami.
Anak tidak hanya mampu membuat kalimat sederhana yang melibatkan
satu subjek, satu predikat, dan satu objek. Namun, anak sudah mampu
membuat kalimat majemuk yang lebih panjang, dll. (Ardhyantama dan
Apriyanti, 2020).
b. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa Anak
1) Faktor Kesehatan
Merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan bahasa
anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila anak pada usia
dua tahun pertama sering mengalami sakit-sakitan maka anak tersebut
cenderung akan mengalami keterlambatan atau kesulitan dalam
perkembangan bahasa.
2) Intelegensi
Perkembangan bahasa anak dapat dilihat dari tingkat intelegensinya,
anak yang perkembangan bahasanya cepat, pada umumnya
mempunyai intelegensi normal atau di atas normal.
3) Status sosial ekonomi keluarga
17

Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga


miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya
dibanding dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik
status ekonominya, hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan
kecerdasan atau kesemoatan belajar (keluarga miskin diduga kurang
memperhatikan perkembangan bahasa anaknya), atau kedua-duanya.
4) Jenis kelamin
Pada tahun pertama tidak ada perbedaan vokalisasi antara wanita dan
pria, tetapi pada usia dua tahun anak perempuan menunjukkan
perkembangan yang lebih cepat dari anak laki-laki.
5) Hubungan Keluarga
Dengan gaya pengasuhan yang tepat perkembangan bahasa dan aspek
perkembangan yang lainnya dapat berkembang dengan optimal,
begitu pun sebaliknya jika pengasuhan yang orang tua terapkan salah
maka akan berdampak pada perkembangan anak dan tidak dapat
berjalan secara optimal. Hubungan yang sehat antara orang tua dengan
anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya)
memfasilitasi perkembangan bahasa anak, dan begitu sebalikya
hubungan yang tidak sehat bisa menyebabkan perkembangan bahasa
anak cenderung akan mengalami stagnasi atau kelainan, seperti gagap
dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa
takut untuk mengungkapkan pendapat, dan berkata yang kasar atau
tidak sopan (Ardiyansyah, 2020).
c. Tipe-tipe Perkembangan Bahasa
Secara umum anak mempunyai dua tipe perkembangan bahasa (menurut
susanto tahun 2011 dalam Rochmah tahun 2022), yaitu:
1) egocentric speech, yaitu teraktualisasi ketika anak berbicara pada
diri sendiri (monolog). Fase egocentric speech menunjukkan
bahwa terdapat fase anak berfikir bahwa semua orang telah
memahami maksud dirinya meskipun anak hanya melakukan kegiatan
secara monolog.
18

2) socialized speech, yaitu anak mulai berbahasa langsung ketika


terjadi kontak antara anak dan lingkungannya.

d. Aspek Bahasa
Pada dasarnya kemampuan bahasa mencakup empat aspek (Rahma, dkk,
2022), yaitu:
1) Menyimak
Didefinisikan bahwa menyimak merupakan proses mendengarkan
dengan penuh perhatian yang meliputi pemahaman, mencari makna
melalui reaksi, memilih makna, mengingat, menghadiri, menganalisis
dan menggabungkan dengan pengalaman sebelumnya.
2) Berbicara
Berbicara merupakan suatu alat untuk dapat memberikan dan
menyampaikan rasa keinginan dan kebutuhannya (Ardiyansyah,
2020).
3) Membaca
Pada saat usia 4-5 tahun anak bisa mulai dikenalkan pre-reading skills
sebagai dasar-dasar baca tulis, seperti mengenal huruf, mengenal
angka, mengeja suku kata, menulis beberapa huruf dan angka, dan
sebagainya (Ardhyantama dan Apriyanti, 2020).
4) Menulis
Anak usia prasekolah 3-4 tahun masih mengembangkan kemampuan
bicara dan bahasa, tetapi anak sudah mulai bisa mempelajari
keterampilan motorik halus dasar pre-writing skills untuk belajar
menulis (Ardhyantama dan Apriyanti, 2020).
e. Tahapan Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah (3-6 tahun) berdasarkan
SDIDTK
1) Umur 36-48 bulan
a) Menyebut nama, umur, tempat
b) Mengenal 2-4 warna
19

c) Mengerti arti kata di atas, di bawah, di depan


d) Mendengarkan cerita
2) Umur 48-60 bulan
a. Menyebut nama lengkap tanpa dibantu
b. Senang menyebut kata-kata baru
c. Senang bertanya tentang sesuatu
d. Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar
e. Bicaranya mudah dimengerti
f. Bisa membandingkan/membedakan sesuatu dari ukuran dan
bentuknya
g. Menyebut angka, menghitung jari
h. Menyebut nama-nama hari
3) Umur 60-72 bulan
a) Mengerti lawan kata
b) Mengenal warna-warni
c) Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih
d) Mengenal angka, bisa menghitung angka 5 -10
f. Fungsi Bahasa Bagi Anak Usia Prasekolah
Menurut Khosibah dan Dimyati tahun 2021, bagi anak usia dini bahasa
memiliki tujuh fungsi, yaitu:
1) fungsi instrumental, seperti menggunakan bahasa untuk pemenuhan
kebutuhan primer seperti makan, ingin buang air kecil, atau merasa
sakit maka anak akan mengucapakan sesuatu, diawali pada amasa
bayi seperti menggunakan tangisan. Hal tersebut membuktikan
bahawa fungsi bahasa instrumental yakni memudahkan orang lain
mengerti;
2) fungsi regulative, bahasa digunakan anak karena ada pengaruh dari
lingkungan dan control perilaku orang dewasa;
3) fungsi heuristic, bahasa untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan
mempelajari lingkungan
20

4) fungsi interasional, berfungsi menjalin komunikasi sehingga


membentuk interaksi social;
5) fungsi personal, untuk mengungkapkan atau mengekspresikan
perasaan, emosi, ide, pendapat, dan pemahaman;
6) fungsi imajinatif, bahasa digunakan untuk menceritakan cerita
imajinatif biasanya pada anak-anak saat bermain peran; dan
7) fungsi representasi, yaitu untuk menyamoaikan fakta dan
pengetahuan. Pada anak-anak fungsi ini terlihat saat anak bercerita
mengenai pengalaman atau kegiatan yang ia telah lakukan.
g. Permasalahan Perkembangan Bahasa Anak
Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia
karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan bahasa, seorang dapat menyampaikan ide, pikiran,
perasaan kepada orang lain, baik cara lisan atau secara tertulis. Tidak
menutup kemungkinan akan ditemukan anak usia dini yang mengalami
kesulitan dalam berbahasa, tidak mampu memahami bahasa lisan, tidak
mampu mengutarakan isi hati dengan kalimat, berbicara tidak jelas,
gagap, dan sebagainya. Masalah berbahasa yang dialami anak usia dini
berawal dari ketidakmampuan mendengar dan memahami bahasa lisan
yang diucapkan orang-orang sekelilingnya. Anak yang bermasalah dalam
perkembangan bahasanya pada umumnya anak tersebut mengalami
beberapa gangguan, misalnya:
1) Speech delay
Keterlambatan bicara adalah salah satu gangguan
perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Deteksi dini
gangguan bicara dan bahasa ini harus dilakukan oleh semua individu
yang terlibat dalam penanganan anak ini mulai dari orang tua,
keluarga, dan dokter. Pada anak normal tanpa gangguan bicara dan
bahasa juga perlu stimulasi kemampuan bicara dan bahasa sejak lahir,
bahkan bisa juga dilakukan stimulasi sejak dalam kandungan. Dengan
stimulasi dini diharapkan kemampuan anak dalam berbahasa,
21

khususnya berbicara akan berjalan optimal. Speech delay bisa


disebabkan karena pemberian makan dengan tekstur yang tidak sesuai.
Penanganan keterlambatan berbicara dilakukan dengan pendekatan
medis sesuaidengan penyebab kelainan tersebut. Biasanya anak yang
mengalami speech delay ia juga bermasalah pada gangguan
pendengarannya.

2) Gagap (stuttering)
Anak yang menderita gagap tidak dapat berkomunikasi secara
wajar. Wajar di sini mengandung pengertian normal, jelas dan tidak
tersendat-sendat. Gejala yang sering diperhatikan dengan gagap
adalah sering mengulang atau memperpanjang suara suku kata atau
kata-kata dan sering terjadi keraguan dan penghentian bicara sehingga
mengganggu arus irama bicara. Penyebab gagap biasanya terjadi
karena anak sering dibentak, dimarahi dan sering membiasakan anak
menjawab pertanyaan dengan potongan-potongan kata.
3) Cadel
Anak yang menderita cadel tidak dapat menyebut huruf
tertentu dengan jelas misalnya "R" "L "S" dan lainlain. Penyebab
cadel biasanya terjadi karena orang di sekitarnya telah membiasakan
berbicara yang tidak sesuai dengan kata sebenarnya, contoh : sayang
jadi "Tayang" atau makan jadi mamam (Ardiyansyah, 2020).
2.1.4 Konsep Jenis Kelamin
Menurut KBBI, jenis kelamin adalah sifat (keadaan) jantan atau
betina. Sedangkan menurut Depkes (2008), jenis kelamin menunjukkan
perbedaan seks yang di dapat sejak lahir yang dibedakan antara laki-laki dan
perempuan (Choiriyah, dkk, 2019).
2.1.5 Konsep Status Sosial Ekonomi
Menurut KBBI, status adalah keadaan atau kedudukan (orang, badan,
dan sebagainya) dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. Sosial
22

adalah berkenaan dengan masyarakat. Ekonomi adalah pemanfaatan uang,


tenaga, waktu, dan sebagainya yang berharga.
Status sosial ekonomi merupakan peranan yang dimiliki oleh
seseorang didalam kelompok masyarakat yang terkait dengan kemampuannya
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari berdasarkan tingkat pencapaian
yang dimiliki individu tersebut. Status sosial ekonomi seseorang
menggambarkan kedudukan seseorang dan pandangan yang diberikan orang
lain dalam bermasyarakat. Status sosial ekonomi dianggap penting, terutama
dalam rangka memenuhi kebutuhan keseharian dalam sebuah keluarga.
Semakin tinggi kedudukan seseorang, maka semakin mudah orang tersebut
memperoleh suatu hal yang diperlukan dan diinginkan (Nurwati dan Listari,
2021). Status sosial ekonomi seseorang di masyarakat terlihat pada bentuk
penghasilan atau kekayaan. Ekonomi orang tua lebih identik dengan
pendapatan yang diterima (Baiti, dkk, 2022).
Dilihat berdasarkan jumlah penghasilan per bulan, menurut Badan
Pusat Statistik menyatakan bahwa status sosial ekonomi dapat dikategorikan
menjadi 4 golongan dengan satuan rupiah yaitu, rendah: di bawah 1.500.000,
sedang: ≥1.500.000 ≤ 2.500.000, tinggi: ≥ 2.500.000 ≤ 3.500.000, dan sangat
tinggi: di atas 3.500.000. Berdasarkan indikator ini dapat dilihat bahwa
tingkatan status sosial ekonomi dengan kategori tinggi, sudah tidak relevan
lagi, apabila dibandingkan dengan upah minimum pegawai, sehingga
alternatifnya menurut BPS, dikatakan bahwa dapat menggunakan Upah
Minimum Regional (UMR). Dimana yang termasuk kategori pendapatan
tinggi jika pendapatan orang tua di atas UMR yang berlaku di daerah tersebut.
(Kasingku dan Mantow, 2022).
Sehubungan dengan penelitian ini berlangsung di kota Banjarbaru
Kalimantan Selatan, maka standar indikator pengukuran status sosial ekonomi
berdasarkan penghasilan dari BPS, akan disesuaikan dengan UMP kota
Banjarbaru saat ini. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kalimantan
Selatan Nomor 188.44/ 0741 /KUM/2021 Penetapan Upah Minimum
Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2022, menetapkan bahwa jumlah UMP
23

kota Banjarbaru adalah sebesar Rp2.906.473,32 (dua juta sembilan ratus


enam ribu empat ratu tujuh puluh tiga rupiah tiga puluh dua sen), sehingga
menghasilkan interval indikator sebagai berikut dimana nilai Rp.2.906.473,32
dibulatkan menjadi Rp.3.000.000.

No Deskripsi Interval Penghasilan


1 Rendah < Rp. 2.000.000
2 Sedang Rp. 2.000.000 – < Rp. 5.000.000
3 Tinggi Rp. 5.000.000 –  Rp. 20.000.000
4 Sangat tinggi >Rp. 20.000.000

2.1.6 Hubungan Jenis Kelamin dan Status Sosial Ekonomi dengan


Perkembangan Bahasa Anak
a. Hubungan Jenis Kelamin dengan Perkembangan Bahasa Anak
Hasil penelitian Adani dan Cepanec tahun 2019, menemukan bahwa
prevalensi gangguan komunikasi, bahasa, dan bicara yang jauh lebih tinggi
pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Demikian pula, proses
perkembangan keterampilan komunikasi dan bahasa yang normal lebih cepat
dan lebih maju pada anak perempuan dibandingkan dengan anak laki-laki
karena organisasi fungsi otak perempuan memberi perempuan keuntungan
yang melekat dalam perolehan sistem komunikasi dan bahasa dibandingkan
laki-laki.
Ada hubungan antara jenis kelamin dengan keterlambatan bicara pada
balita usia 2- 5 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor jenis
kelamin sebagai karakteristik individu memiliki hubungan yang lebih tinggi
dengan keterlambatan bicara pada anak 2-5 tahun. Hal tersebut sesuai dengan
teori (Henry dan Tarigan, 2009) yang menyebutkan bahwa kelainan bicara
lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan. Kondisi ini
24

berkaitan dengan perbedaan maturasi perempuan dalam perkembangan otak


bagian hemisfer fungsi verbal hemisfer kiri lebih baik daripada laki-laki. Pada
laki-laki perkembangan hemisfer kanan yang lebih baik yaitu untuk tugas
abstrak dan memerlukan ketrampilan (Suhadi dan Istanti, 2020).
b. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Perkembangan Bahasa Anak
Hasil penelitian Muslimat, dkk, tahun 2020 menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan bicara salah satu nya adalah
faktor ekonomi. Sosial ekonomi yang rendah meningkatkan risiko terjadinya
keterlambatan bicara. Orangtua yang tidak mampu secara ekonomi akan lebih
fokus untuk pemenuhan kebutuhan pokoknya dan mengabaikan
perkembangan anaknya.
Status sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi perkembangan
bahasa pada anak dikarenakan sosial ekonomi berperan dalam pemenuhan
status gizi, kebutuhan dan berpengaruh terhadap proses perkembangan. Anak
dengan keluarga yang sosial ekonominya tinggi memiliki tingkat pemenuhan
kebutuhan gizi yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang memiliki
sosial ekonomi rendah. Keluarga dengan tingkat pemenuhan gizi yang buruk
tidak dapat memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak terutama dalam
perkembangan otak, sehingga memperlambat terjadinya perkembangan
motorik pada anak guna mendukung anak dalam memulai berbahasa (Liana,
2012 dalam Yogatama, dkk, 2021).

II.2 Kerangka Teori


25

II.3 Kerangka Konsep

II.4 Hipotesis

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah:


a. Permasalahan perkembangan bahasa anak prasekolah (4-6 tahun) di TK Budi
Mulia Banjarbaru lebih banyak terjadi pada anak laki-laki daripada
perempuan.
b. Permasalahan perkembangan bahasa anak prasekolah (4-6 tahun) di TK Budi
Mulia Banjarbaru lebih banyak terjadi pada anak dengan orang tua yang
status sosial ekonomi rendah.
26
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Penentuan Lokasi, Waktu dan Sasaran Penelitian

3.1.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di TK Budi Mulia Banjarbaru yang terletak di
jalan Sapta Marga RT.09 RW.02 Kelurahan Guntung Payung Kecamatan
Landasan Ulin Kota Banjarbaru. TK ini didirikan pertama kali pada
tanggal 1 Januari tahun 1963, dengan status terdaftar du bawah naungan
Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru. TK Budi Mulia ini dikepalai oleh Ibu
Ernawati, SPd. AUD, memiliki 5 ruang kelas, tempat bermain bagi siswa.
Jumlah siswa di TK Budi Mulia tahun ajaran 2022/2023 sejumlah 80
siswa yang terbagi atas 2 kelas TK A dan 3 kelas TK B, dengan masing-
masing kelas terdiri dari 15-17 siswa.
3.1.2 Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2022-Januari 2023.

3.1.3 Sasaran

Sasaran penelitian ini adalah anak usia 4-6 tahun di TK Budi Mulia
Banjarbaru.
III.2 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Studi kasus kontrol yaitu studi yang dimulai
dengan mengidentifikasi sekelompok subjek dengan efek (penyakit/masalah
kesehatan) sebagai kasus dan sekelompok subjek tanpa efek sebagai kontrol
kemudian secara retrospektif diteliti ada atau tidaknya faktor risiko yang diduga
berperan. Studi ini dapat digunakan untuk menentukan apakah kelompok yang
sakit (kasus) dan kelompok yang sehat (kontrol) memiliki proporsi yang berbeda
pada mereka yang telah terpapar faktor risiko yang diteliti (Nugrahaeni, 2014
dalam Adiputra, dkk, 2021).

27
28

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi
Menurut Riyanto tahun 2011 dalam Adiputra, dkk tahun 2021, populasi
adalah seluruh subjek (manusia, binatang percobaan, data laboratorium, dan lain-
lain) yang akan diteliti dan memenuhi karakteristik yang ditentukan. Populasi
penelitian ini adalah orang tua dan siswa kelas TK A dan TK B di TK Budi mulia
yang berumur 4-6 tahun berjumlah 80 orang.
3.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono tahun 2001 dalam Adiputra, dkk tahun 2021, yang
menyatakan bahwa sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Sampel penelitian ini adalah orang tua siswa dan siswa
kelas TK A dan TK B, sebanyak 19 orang yang termasuk dalam kelompok kasus
dan 19 orang yang termasuk kelompok kontrol. Kelompok kasus adalah siswa
yang perkembangan bahasa nya dalam kategori suspect. Kelompok kontrol adalah
siswa yang perkembangan bahasa nya sesuai.

a. Kriteria inklusi
1) Anak usia 4-6 tahun yang mengikuti proses belajar mengajar pada saat
dilakukan penelitian
2) Orang tua yang dapat membaca dan menulis
3) Orang tua yang bersedia menjadi responden
b. Kriteria ekslusi
1) Anak yang menderita palatoschisis, labioschisis dan tuli
2) Anak yang berkebutuhan khusus

III.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.4.1 Varibel Penelitian

Variabel dalam suatu penelitian merupakan nilai yang berbeda dan

bervariasi antara satu objek/kategori dengan obyek/kategori yang lain, nilai


29

tersebut dapat dinyatakan dalam satu ukuran atau dapat diukur (Adiputra, dkk,

2021).

a. Variabel bebas
Variabel bebas dari penelitian ini adalah jenis kelamin dan status sosial
ekonomi.
b. Variabel terikat
Variabel terikat dari penelitian ini adalah perkembangan bahasa.
3.4.2 Definisi Opersional

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala
Penelitian Operasional Ukur Ukur
Variabel Terikat
Perkembangan Anak mampu Form -Normal jika tidak ada Ordinal
Bahasa melaksanakan tugas DDST delay paling banyak 1
dari point bahasa (satu) caution
-Suspect jika di dapatkan
2 (dua) / lebih caution
atau bila didapatkan 1
atau lebih delay
-Unstestable jika ada
score menolak satu atau
lebih item disebelah kiri
garis umur
Variabel Bebas
Jenis Kelamin Check -laki-laki Nominal
List -perempuan
Status sosial Check -Rendah jika <Rp. Ordinal
ekonomi List 2.000.000
-Sedang jika Rp.
2.000.000 – Rp.
5.000.000
-Tinggi jika Rp.
5.000.000 – <Rp.
20.000.000
-Sangat tinggi jika >Rp.
20.000.000
III.5 Jenis dan Sumber Data

3.8.1 Jenis Data

Jenis data yang saya gunakan sebagai peneliti adalah data kuantitatif.

3.8.2 Sumber Data


30

Data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu data yang didapatkan dari formulir DDST II dan check list. Sedangkan data

sekunder yaitu data yang didapatkan dari studi pendahuluan data siswa dan jurnal

penelitian.

III.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian pada dasarnya adalah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian (Purwanto, 2018 dalam Sukendra dan

Atmaja, 2020). Instrumen yang digunakan antara lain yaitu:

a. Lembar Penilaian Perkembangan Bahasa


Sampel pada penelitian akan diuji menggunakan Denver Development
Screening Test II (DDST II), berisikan pencapaian anak sesuai usia yang
dibagi dalam 4 komponen, yaitu personal sosial, adatif–motorik halus,
bahasa, dan motorik kasar (Simon, dkk, 2021). Penilaian perkembangan
bahasa dilakukan di point bahasa dengan menilai kemampuan anak atau
menyimpulkan kegiatan pemeriksaan dengan beberapa kemungkinan yaitu:
1) Normal
Bila tidak ada delaypaling banyak 1 (satu) caution.
2) Suspect
Bila di dapatkan 2 (dua) / lebih caution atau bila didapatkan 1 atau lebih
delay.
3) Untestable
Bila ada score menolak satu atau lebih item disebelah kiri garis umur (bila
menolak lebih dari satu item pada area 75 %).
b. Check List
Check list merupakan bentuk instrumen yang respondennya tinggal
membubukan tanda check pada kolom yang tersedia pada lembar instrumen.
Check list adalah daftar isian yang bersifat tertutup (Sukendra dan Atmaja,
31

2020). Adapun check list untuk parameter jenis kelamin dan status sosial
ekonomi adalah:
Nama Anak:

Jenis Kelamin Anak  Laki-laki


 Perempuan
Interval Penghasilan  < Rp. 2.000.000
 Rp. 2.000.000 – <Rp. 5.000.000
 Rp. 5.000.000 – Rp. 20.000.000
 >Rp. 20.000.000
3.6.2 Teknik Pengumpulan Data
a. Persiapan
1) Persiapan sampel
Penelitian dimulai dengan penentuan sampel yang diambil dari jumlah
siswa TK Budi Mulia menggunakan non probability sampling dengan
teknik purposive sampling yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu
kelompok kontrol dan kelompok kasus. Selanjutnya sampel dijelaskan
dengan tujuan, manfaat dan prosedur penelitian untuk kemudian dimintai
kesediaan menjadi sampel, jika bersedia dilanjutkan dengan informed
consent.
2) Persiapan Alat dan Bahan
Persiapan alat dan bahan meliputi lembar check list.
3) Persiapan Lingkungan
Berikan lingkungan aman, nyaman dan tenang. Menentukan ruang untuk
melaksanakan penelitian
b. Pelaksanaan
1) Memberikan lembar informed consent untuk ketersediaan sampel
mengikuti penelitian sampai akhir
2) Membagikan lembar check list kepada orang tua siswa
3) Orang tua siswa mengisi lembar check list
32

III.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

III.8 Analisis Data

Analisis data merupakan proses terakhir dari kegiatan penelitian yang

bertujuan untuk menjawab pertanyaan, membuktikan hipotesis, dan menjelaskan

fenomena yang menjadi latar belakang penelitian. Sebelum melakukan analisis

terhadap data yang telah dikumpulkan, perlu dilakukan edit data, pengodean dan

pengategorian data. Selanjutnya data yang tidak terisi (karena tidak dijawab

responden) perlu diselesaikan. Data kemudian disimpan dan selanjut dianalisis

menggunakan program computer (Garaika dan Darmanah, 2019).

3.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah bentuk analisis data yang paling sederhana.

“Uni” yang berarti “satu”, artinya data hanya memiliki satu variabel. Itu tidak

berurusan dengan penyebab atau hubungan dan tujuan utamanya adalah untuk

menggambarkan. Meringkas data dan menemukan pola dalam data. Analisis

univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap suatu variabel dengan tujuan

untuk mengetahui dan mengidentifikasi karakteristik dari variabel tersebut (Sagala

dan Aryatama, 2022). Penelitian ini menggunakan analisis univariat untuk

mendeskripsikan jenis kelamin anak, status soaial ekonomi orang tua,

perkembangan bahasa anak dan usia anak prasekolah (4-6 tahun).

3.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat adalah melibatkan analisis dua variabel, untuk tujuan

menentukan hubungan empiris di antara mereka (Sagala dan Aryatama, 2022).

Penelitian ini menggunakan analisis bivariat untuk mencari hubungan antara jenis

kelamin anak dengan perkembangan bahasa anak usia prasekolah (4-6 tahun) dan
33

analisis bivariat untuk mencari hubungan antara status sosial ekonomi orang tua

dengan perkembangan bahasa anak usia prasekolah (4-6 tahun) dengan

menggunakan metode contingency coefficient C.

3.8.3 Pengolahan Data

Dalam proses pengolahan data penelitian digunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Editing data (data cleaning)


Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan
klarifikasi, keterbacaan, konsistensi dan kelengkapan data yang sudah
terkumpul (Sarwono dan Lubis, 2007, dalam Suiaroka dkk, 2019).
b. Pengkodean data (coding)
Pemberian kode pada data dimaksudkan untuk menerjemahkan data
ke dalam kode-kode pada data yang biasanya dalam bentuk angka (Sarwono
dan Lubis, 2007, dalam Suiaroka dkk, 2019). Tujuan kegiatan pengkodean
adalah memudahkan proses berikutnya dalam memindahkan data ke dalam
sarana penyimpanan, misalnya komputer dan analisis berikutnya
c. Tabel induk (master sheet)
Tahap berikutnya setelah dilakukan pengkodean terhadap
variabel/indicator adalah memasukkan semua data ke dalam tabel induk
(master sheet). Tabel induk ini sebaiknya di entry dengan perangkat lunak
yang sesuai untuk analisis berikutnya (Suiraoka dkk, 2019).

III.9 Etika Penelitian

III.9.1 Ethical Clereance

Ethical Clearence merupakan ijin etika. Ethical Clearence adalah

pernyataan, bahwa rencana kegiatan penelitian yang tergambar dalam protokol

penelitian, telah dilakukakan kajian dan telah memenuhi kaidah etika sehingga
34

layak dilaksanakan. Seluruh penelitian/riset yang menggunakan manusia sebagai

subyek penelitian harus mendapatkan Ethical Clearence, baik penelitian yang

melakukan pengambilan specimen. Penelitian atau riset yang dimaksud adalah

penelitian biomedik yang mencakup riset pada farmasetik, alat Kesehatan, radiasi

dan pemotretan, prosedur bedah, rekam medis, sampel biologik, serta penelitian

epidiomiologik, social dan psikososial (Suiraoka, dkk, 2019). Dalam penelitian ini

akan dilakukan uji etik oleh Lembaga Inovasi dan Etik Penelitian.

III.9.2 Ijin Tempat Penelitian

Sebuah penelitian harus mendapatkan ijin tempat penelitian sebelum

melakukan penelitian untuk mengumpulkan data. Ijin penelitian ini diperoleh dari

surat ijin penelitian yang di keluarkan oleh TK Budi Mulia.

III.9.3 Informed Consent

Informed consent adalah suatu lembar persetujuan yang diberikan oleh

peneliti kepada responden/partisipan untuk menjalankan suatu kegiatan atau

Tindakan yang berhubungan dengan penelitian. Informed consent berrti

responden/partisipan memperoleh informasi yang adekuat tentang penelitian,

mampu memahami informasi, bebas menentukan pilihan dan peneliti memberikan

kesempatan kepada mereka untuk ikut atau tidak ikut berpartisipasi dalam

penelitian secara sukarela (Suiraoka, dkk, 2019). Dalam penelitian ini peneliti

memberikan lembar informed consent kepada orang tua siswa.

III.9.4 Confidentiallity

Bila penelitian menyangkut data pribadi, Kesehatan, catatan kriminal atau

data lain yang oleh responden dianggap sebagai rahasia, maka peneliti harus

menjaga kerahasiaan data tersebut (Suiraoka, dkk, 2019).


35

III.9.5 Benefit

Peneliti harus memaksimalkan keuntungan yang diperoleh partisipan

(subyek penelitian). Mungkin bisa diperoleh dalam beragam bentuk, mulai dari

personel benefit dari bahan kontak yang diberikan, terbebas dari penyakit akibat

pengoatan yang diberikan, terbebas dari penyakit akibat akibat pengobatan yang

diberikan, terhindar dari peyakit atau kecacatan karena modal intervensi yang

diberikan dan lain-lain yang dapat diperoleh (Suiraoka, dkk, 2019). Pada

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang

hubungan jenis kelamin dan status sosial ekonomi dengan perkembangan bahasa

anak prasekolah.

III.9.6 Justice

Subyek penelitian berhak untuk mendapatkan perlakuan yang adil dalam

perlakuan yang sama sebelum, selama atau sesudah mereka berpartisipasi dalam

penelitian (Suiraoka, dkk, 2019).


36

DAFTAR PUSTAKA

Adani, S., & Cepanec, M. (2019). Sex differences in early communication


development: Behavioral and neurobiological indicators of more vulnerable
communication system development in boys. Croatian Medical Journal,
60(2), 141–149. https://doi.org/10.3325/cmj.2019.60.141 [Diakses:
07/Desember/2022]

Adiputra, I. M. S., Trisnadewi, N. W., Oktaviani, N. P. W., & Munthe, S. A.


(2021). Metodologi Penelitian Kesehatan.

Ardiyansyah, M. (2020). Perkembangan Bahasa dan Deteksi Dini Keterlambatan


Berbicara (Speech Delay) Pada Anak Usia Dini (Guepedia/Br (ed.); I).
Guepedia.

Baiti, N., Zain, A., & Hasanah, I. (2022). Pengaruh Pendidikan Dan Ekonomi
Orang Tua Terhadap Kemampuan. 6(01). [Diakses: 22/November/2022]

Choiriyah, Z., Ramonda, D. A., & Yudanari, Y. G. (2019). Hubungan Antara


Body Image Dan Jenis Kelamin Terhadap Pola Makan Pada Remaja. Jurnal
Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(2), 109. https://doi.org/10.32584/jikj.v2i2.336

Kasingku, J. D., & Mantow, A. (2022). Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi
Dengan Pembentukan Karakter Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas
Unklab. Aksara: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 8(3), 1989.
https://doi.org/10.37905/aksara.8.3.1989-2002.2022 [Diakses:
22/November/2022]

Khosibah, S. A., & Dimyati, D. (2021). Bahasa Reseptif Anak Usia 3-6 Tahun di
Indonesia. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 1860–
1869. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1015 [Diakses:
01/Desember/2022]

Mansur, A. R. (2019). Tumbuh kembang anak usia prasekolah. In Andalas


University Pres (Vol. 1, Issue 1).
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/33035/1/Istiqomah
Aprilaz-FKIK.pdf

Muslimat, A. F., Lukman, L., & Hadrawi, M. (2020). Faktor dan Dampak
Keterlambatan Berbicara (Speech Delay) Terhadap Perilaku Anak Studi
Kasus Anak Usia 3-5 Tahun: Kajian Psikolinguistik. Jurnal Al-Qiyam, 1(1),
37

1–10. https://doi.org/10.33648/alqiyam.v1i1.122 [Diakses:


07/Desember/2022]

Nursasmita. (2022). Menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan


( Kpsp ). Keperawatan Dan Kesehatan Penerbangan, 1(2). [Diakses:
29/November/2022]

Nurwati, R. N., & Listari, Z. P. (2021). Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga
Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Pendidikan Anak. Share : Social Work
Journal, 11(1), 74. https://doi.org/10.24198/share.v11i1.33642 [Diakses:
26/November/2022]

Purnama, S., Jannah, R. R., & Sabi’ati, A. (2020). Desain Interior dan Eksterior
Pendidikan Anak Usia Dini.
http://repository.syekhnurjati.ac.id/id/eprint/5885 [Diakses:
01/Desember/2022]

Rochmah, S. N., Swandhina, M., & Maulana, R. A. (2022). Pentingnya


Memahami Gestur Anak Dalam Berkomunikasi Dengan Anak Usia Dini. I,
No. I(I), 14–19. https://ejournal.unsap.ac.id/index.php/literat [Diakses:
01/Desember/2022]

Sagala, N. T. M., & Aryatama, F. Y. (2022). Exploratory Data Analysis (EDA): A


Study of Olympic Medallist. Sistemasi, 11(3), 578.
https://doi.org/10.32520/stmsi.v11i3.1857 [Diakses: 10/Desember/2022]

Simon, M.G., Hepilita, Y., Maryati, H., Jehoman, A.S.D., Nasvia, D., Brosnan,
F.C., Madur, M.N., Murni, F. (2021). Pelatihan Kader Dan Guru Paud
Wilayah Kerja Pustu Tenda Untuk Deteksi Dini Perkembangan Anak Usia
Dini Dengan Development Denver Screning Test (DDST). Randang Tana:
Jurnal Pengabdian Masyarakat 4(2), 67–71.
https://doi.org/https://doi.org/10.36928/jrt.v4i2.737 [Diakses:
09/Desember/2022]

Suiraoka, I Putu; Budiani, Ni nyoman; Sarihati, D. (2019). Metodologi penelitian


kuantitatif bidang kesehatan. PUSTAKA PANASEA.

Yogatama, A., Anggraheni, M. H. D., Anandha, M. H., & Pd, M. (2021).


Pemerolehan Bahasa Anak dan Faktor yang Mempengaruhinya Pada Anak
Usia 1-3 Tahun di Kota Semarang. 2013, 52–59. [Diakses:
07/Desember/2022]
38
LAMPIRAN
JADWAL PENELITIAN

Bulan
Kegiatan
No. November 2022 Desember 2022 Januari 2023

Minggu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

1. Pengajuan judul skripsi dan pengumpulan teori

2. Penyusunan dan konsultasi proposal

3. Seminar proposal skripsi

4. Revisi proposal skripsi

5. Perijinan penelitian

6. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data

7. Pengolahan data dan penulisan skripsi

8. Seminar hasil

9. Revisi skripsi
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak, Ibu ………

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Noor Adha Anggreyini
NIM : 11194862111218
Alamat : Jl. Seluang No.56 RT. 008 RW. 002 Ratu Elok, Loktabat Selatan, Banjarbaru
No HP : 0812 5120 1309

Saya adalah mahasiswa Program Studi S1 Kebidanan Universitas Sari Mulia yang
akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Jenis Kelamin Dan Status Sosial
Ekonomi Dengan Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah Usia 4-6 Tahun Di TK Budi Mulia
Banjarbaru”.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara jenis kelamin dan
status sosial ekonomi dengan perkembangan bahasa anak prasekolah. Penelitian ini
bermanfaat untuk menjadi masukan dan pertimbangan kepada orang tua dan guru TK dalam
upaya mengembangkan bahasa anak prasekolah. Cara penelitian ini dilakukan adalah dengan
membagikan check lembar list kepada orang tua siswa untuk kemudian diisi oleh orang tua
siswa tersebut.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya mohon kesediaan Bapak/Ibu menyetujui
anaknya sebagai responden pada penelitian yang akan saya lakukan. Partisipasi dalam
penelitian ini bersifat suka rela dan kami akan menjamin kerahasian informasi apapun
mengenai Bapak/Ibu dan hasilnya akan dipergunakan untuk penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya dibidang kesehatan. Apabila Bapak/Ibu tidak keberatan menjadi
responden, saya mohon kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi
responden.
Atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu sebagai responden saya ucapkan terimakasih
yang sebanyak - banyaknya.

Banjarbaru, Desember 2022


Hormat saya

Noor Adha Anggreyini


INFORMED CONSENT
(PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat
penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh
Noor Adha Anggreyini dengan judul “Hubungan Jenis Kelamin Dan Status Sosial Ekonomi
Dengan Perkembangan Bahasa Anak Prasekolah Usia 4-6 Tahun Di TK Budi Mulia
Banjarbaru”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela
tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya
dapat mengundurkan diri sewaktu waktu tanpa sanksi apapun.

Banjarbaru, 2022

Saksi Yang memberikan Persetujuan

………….……… ………………

Banjarbaru, 2022

Peneliti

(Noor Adha Anggreyini)

You might also like