Professional Documents
Culture Documents
Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Perilaku
1. Batasan perilaku
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia
itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan,
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Menurut
atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu
perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan
kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-
Menurut Notoatmodjo (2007), dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini,
(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
7
8
orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas
terbuka (overt). Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh
orang lain.
2. Domain perilaku
dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif
a. Pengetahuan (Knowlegde)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melalui mata dan telinga. Pengatahuan atau kognitif merupakan domain yang
yakni :
9
1) Tahu (Know)
sebelumnya, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
2) Memahami (Comprehension)
3) Aplikasi (Aplication)
4) Analisis (Analysis)
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
5) Sintesis (Synthesis)
6) Evaluasi (Evaluation)
b. Sikap (Attitude)
Merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap
suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap
tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku terbuka. Sikap
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan,
yakni :
1) Menerima (Receiving)
diberikan (obyek).
2) Merespon (Responding)
3) Menghargai (Valuing)
masalah.
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko.
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas.
1) Persepsi (Perception)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh.
3) Mekanisme (Mecanisme)
4) Adaptasi (Adaption)
Adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
tindakan tersebut.
12
oleh seseorang atau masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang
cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama
karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh
kesadaran sendiri.
13
b. Pemberian informasi
dengan cara ini memakan waktu yang cukup lama tetapi perubahan yang
dicapai akan bersifat langgeng karena didasari pada kesadaran mereka sendiri
Cara ini sebagai peningkatan cara kedua di atas dimana di dalam memberikan
B. Konsep Spiritual
1. Pengertian spiritual
Spiritual adalah hubungan trasenden antara manusia dengan yang Maha Tinggi,
sebuah kualitas yang berjalan di luar afiliasi agama tertentu, yang berjuang keras
jawaban tentang sesuatu yang tidak terbatas (Stanley & Beare 2007).
2. Karakteristik spiritualitas
diri sendiri)
dunia ini.
dan cinta.
harapan.
Menurut Taylor et al. (1997), Craven dan Hirnk (1996 dalam Azizah, 2011),
bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama dan kepribadian
anak.
b. Keluarga
Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang tua tapi apa yang
Sikap keyakinan dan dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya.
Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual agama.
(Toth, 1993) dan (Craven dan Hirnk, 1996). Krisis sering dialami ketika
16
bahkan kematian.
sosial.
intervensi pengobatan.
masalah spiritual.
a. Verbalisasi distress
bantuan.
b. Perubahan perilaku
spiritual.
17
Tabel 2.1
Ekspresi kebutuhan spiritual
(Azizah, 2011).
20
C. Konsep Depresi
1. Pengertian depresi
kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho, 2008).
Perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut Keliat (1996, dalam Azizah,
a. Afektif
kesedihan.
b. Fisiologik
c. Kognitif
minat dan motivasi, menyalahkan diri sendiri, mencela diri sendiri, Pikiran
d. Perilaku
kebersihan diri yang kurang, isolasi sosial, mudah menangis, dan menarik
diri.
1) Depresi Ringan
Gejala:
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
biasa dilakukan
2) Depresi Sedang
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
3) Depresi Berat
a) Mood depresif
lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan
menurunnya aktivitas
h) Tidur terganggu
Depresi pada lansia merupakan perpaduan interaksi yang unik dari berkurangnya
interaksi sosial, kesepian, masalah sosial ekonomi, perasaan rendah diri karena
kesedihan ditinggal orang yang dicintai, faktor kepribadian, genetik, dan faktor
jiwa (mental health) yang serius dan kompleks, tidak hanya dikarenakan aging
process tetapi juga faktor-faktor lain yang saling terkait. Sehingga dalam mencari
penyebab depresi pada lansia harus dengan multiple approach (Azizah, 2011).
Menurut Saimun (2006, dalam Aizah, 2011), ada 5 pendekatan yang dapat
a. Psikodinamik
Menurut maramis (1995), pada lanjut usia permasalahan yang menarik adalah
b. Perilaku Belajar
Salah satu hipotesis untuk menjelaskan depresi pada lansia adalah individu
Dampak dari kurangnya hadiah dan hukuman yang lebih banyak ini
c. Kognitif
dunia dan masa depan mereka. Akibat dari persepsi yang negatif itu, individu
merasa masa depannya suram dan penuh dengan kegagalan. Masalah utama
24
pada lansia yang depresi adalah kurangnya rasa percaya diri (self confidence)
d. Humanistik Eksistensial
Depresi terjadi karena adanya ketidak cocokan antara reality self dan ideal
self. Individu yang menyadari jurang yang dalam antara reality self dan ideal
self dan tidak dapat dijangkau, sehingga menyerah dalam kesedihan dan tidak
e. Fisiologis
hipotalamus, seperti mengontrol tidur, selera makan, seks dan tingkah laku
keluhan-keluhan tersebut.
Dalam pendekatan pelayanan kesehatan pada kelompok lanjut usia sangat perlu
ditekankan pendekatan yang mencakup fisik, psikologis, spiritual dan sosial. Hal
tersebut karena pendekatan dari satu aspek saja tidak akan menunjang pelayanan
health) disebut pendekatan eclectic holistik, yaitu suatu pendekatan yang tidak
tertuju pada kondisi fisik saja, akan tetapi juga mencakup aspek psychological,
kesehatan lanjut usia, secara utuh dan menyeluruh (Hawari, 1996 dalam Azizah,
a. Pendekatan Keagamaan
kehidupan di dunia ini manusia tidak terbebas dari rasa cemas, tegang,
yang pada intinya memohon pada Tuhan agar dalam kehidupan ini manusia
(Hawari, 1996).
b. Pendekatan Psikodinamik
Penghargaan atas diri yang kurang akibat dari kurangnya hadiah dan
d. Pendekatan Kognitif
Pendekatan ini bertujuan untuk mengubah pandangan dan pola pikir tentang
2006).
f. Pendekatan Farmakologis
Dari berbagai jenis upaya untuk gangguan depresi ini, maka terapi
alternatif. Hasil terapi dengan obat anti depresan adalah baik dengan
dengan gejala yang termanifestasi. Jika dicurigai terjadi depresi, harus dilakukan
serta valid dan memang dirancang untuk diujikan kepada lansia. Salah satu yang
peneliti maupun praktisi klinis adalah Geriatric Depression Scale (GDS). Alat ini
diperkenalkan oleh Yessavage pada tahun 1983 dengan indikasi utama pada
27
lanjut usia, dan memiliki keunggulan mudah digunakan dan tidak memerlukan
84% dan specificity 95%. Tes reliabilitas alat ini correlates significantly of 0,85
(Burns, 1999). Alat ini terdiri dari 30 poin pertanyaan dibuat sebagai alat
yang di isi sendiri dengan menjawab “ya” atau “tidak” setiap pertanyaan. GDS
merupakan alat psikomotorik dan tidak mencakup hal-hal somatik yang tidak
psikiatrik terhadap depresi secara lebih rinci, karena GDS hanya merupakan alat
berikut:
a. Minat Aktivitas
b. Perasaan Sedih
e. Perasaan Bersalah
f. Perhatian/Konsentrasi
(Azizah, 2011).
28
adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Lanjut usia adalah bagian
dari proses tumbuh kembang (Azizah, 2011). Lansia bukan suatu penyakit,
namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan
Berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia menurut Maryam dkk (2008).
a. Pralansia (Prasenilis)
b. Lansia
d. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang
age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60 dan
74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old)
di atas 90 tahun.
2) Usia Lanjut Dini (Senescen): kelompok yang mulai memasuki masa usia
4. Tipe Lansia
b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
menuntut.
d. Tipe Pasrah
e. Tipe Bingung
dan acuh tak acuh. Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif,
Teor-teori proses menua meliputi teori biologi, teori kejiwaan sosial, teori
a. Teori Biologi
Lelah
4) Pengumpulan dari Pigmen atau Lemak dalam Tubuh yang disebut dengan
Gizi.
9) Teori Stress
secara langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang
sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial.
b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut
usia.
Dasar kepribadian atau dasar tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori di atas. Pada teori ini
4) Teori Sosial
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan
kondisi agar para lanjut usia tidak menarik diri. Proses penuaan
d. Teori Perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh
lanjut usia pada saat muda hingga dewasa. Teori ini menjelaskan bagaimana
proses menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lanjut
usia terhadap berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun
negatif.
e. Teori Spiritual
kepercayaan adalah suatu fenomena timbal balik, yaitu suatu hubungan aktif
spiritual pada lanjut usia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan
krisis kehilangan dalam hidup smapai kematian. Satu hal pada lansia yang
diketahui sedikit berbeda dari orang yang lebih muda yaitu sikap mereka
terlalu taku terhadap konsep dan realitas kematian. Pada tahap perkembangan
Mortality).
Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik, perubahan sosial,
a. Perubahan Fisik
1) Sel
2) Kardiovaskuler
3) Respirasi
4) Pernafasan
5) Muskuloskeletal
serabut-serabut otot.
6) Gastrointestinal
7) Genitourinaria
8) Vesika urinaria
menurun.
9) Pendengaran
10) Penglihatan
11) Kulit
Keriput serta kulit kepala dan dan rambut menipis. Rambut dalam hidung
keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kakai tumbuh
b. Perubahan Sosial
1) Peran
2) Teman
berkembang).
36
3) Pensiun
Kalau menjadi PNS akan ada tabungan (dana pensiun). Kalau tidak, anak
4) Agama
Melaksanakan ibadah.
c. Perubahan Psikologis
berikut :
a. Depresi
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam (Nugroho,
wanita, terutama yang memiliki riwayat depresi, baru saja kehilangan, hidup
1992; Schoevers, et al. 2000; Sadavoy, et al. 2004). Resiko bunuh diri pada
lansia wanita yang mengalami depresi dua atau tiga kali lebih tinggi dari
pada lansia laki-laki (Jones, 2002). Tingginya angka depresi pada lansia
37
b. Self-esteem
c. Dementia
kemampuan daya ingat dan daya pikir, dan penurunan kemampuan tersebut
d. Gangguan Perilaku
Individu dengan konsep agama yang positif memiliki kemungkinan yang lebih kecil
untuk mengalami depresi. Selain itu, individu juga akan merasa lebih bahagia dalam
ajaran agama apapun mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan di dunia ini
manusia tidak terbebas dari rasa cemas, tegang, depresi, dan sebagainya. Demikian
pula dapat ditemukan dalam do’a-do’a yang pada intinya memohon pada Tuhan agar
dalam kehidupan ini manusia diberi ketenangan, kesejahteraan dan keselamatan baik
38
di dunia dan di akhirat (Hawari, 1998 dalam Azizah, 2011). Spiritual yang sehat
tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau
penyembahan terhadap sang pencipta alam dan seisinya (Allah Yang Maha Kuasa).
Secara mudah spiritual yang sehat itu dapat dilihat dari praktik keagamaan atau
(Notoatmodjo, 2007).
F. Penelitian Terkait
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oda (2012) yang bejudul “Hubungan antara
interaksi sosial dengan tingkat depresi pada lanjut usia di Unit Rehabilitasi Sosial
dengan Tingkat Depresi (p value < 0,05) yaitu 0,000 < 0,05, sehingga Ho ditolak
artinya terdapat hubungan antara interaksi sosial dengan tingkat depresi di Unit
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Furqon (2009) yang berjudul “Hubungan
gangguan activity daily living dengan tingkat depresi pada Lansia di UPT
Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi”. Diperoleh nilai r = 0,895 dan setelah
lebih besar dibandingkan dengan Z tabel yaitu 2,58. Maka dapat disimpulakan
bahwa koefisien korelasi antara gangguan activity daily living dengan tingkat
3. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hallis dan Rahmawati (2009) yang berjudul
depresi dan insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Tlogo Indah Rt.02 Rw.04
4. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Basyirotin (2011) yang berjudul “Hubungan
mengalami depresi berat sebanyak 36,48%. Hasil analisa data menggunakan uji
statistik Rank Spearman didapatkan nilai ρ = (0,00) < α = (0,05) yang berarti ada
Wonokromo Surabaya.