You are on page 1of 6

KRITIK TARI

(Peradaban Budaya Seribu Benteng Karnaval Tari Kolosal Kota Baubau)

OLEH :

WA ODE FITRA AZALI

1882140008

PROGRAM STUDI SENI TARI

JURUSAN SENI PERTUNJUKAN

FAKULTAS SENI DAN DESAIN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2020
A. Menurut anda apa itu kritik tari ?

Kritik tari adalah sebuah ungkapan apresiasi terhadap pertunjukan karya tari

dengan menuliskan kembali peristiwa pertunjukan yang sudah dilihat agar dapat

memberikan informasi secara khusus kepada khalayak yang bersifat positif dan dapat

mengevaluasi dengan pemikiran-pemikiran baru untuk mendapatkan kemungkinan

yang lebih baik terhadap karya tari sebagai tolak ukur untuk meningkatkan mutu dan

kreatifitas. Kegiatan ini bukan hanya dapat menggupas kelebihan dan kelemahan

suatu karya tari tetapi juga dapat menyikapi suatu pertunjukan sebagai objek

pengalaman estetik dalam penyajian sebuah karya tari agar dapat mempermudah

penonton untuk memahami maksud dan makna yang ingin disampaikan koreografer.

Dengan adanya kritik tari juga dapat membentuk masyarakat untuk memiliki

wawasan dan pengetahuan terhadap karya tari yang berkualitas.

B. Tulisan kritik tari untuk media massa

“ Budaya Seribu Benteng Karnaval Tari Kolosal Kota Baubau”

Melalui Karnaval tari kolosal Kota Baubau menetapkan diri sebagai kota Budaya

yang digelar di Stadion Betoambari, kamis 15 oktober 2015. Bupati Buton Umae

samiun dan Wali Kota Bau-bau secara bergantian sering menggelar peristiwa budaya,

yang diadakan di Kabupaten Buton, Pasarwajo, maupun di Kota Bau-bau.

Sebelumnya Samiun telah menggelar tari kolosal yang melibatkan 20.000

penari.Kedua kepala daerah tersebut sangat memperhatikan dan berkomitmen untuk

melestarikan keanggungan Kesultanan Buton utamanya pada bagian warisan budaya

dan kesenian yang dimiliki daerah. Agar tujuan tersebut dapat optimal setiap

tahunya. Terpilihnya AS Thamrin dan Waode Waasara Manarfa sebagai Walikota dan
Wakil Wakikota maka, dalam rangka hari jadi itulah, acara Karnaval budaya adat

Nusantara dan tari kolosal se-Kota Bau-bau. Sejak 3 bulan sebelum Karnaval ini

diadakan masyarakat Kota Baubau sudah tidak sabar untuk menyaksikan acara ini.

Kenggulan tersendiri pada masyarakat Buton terlihat dalam pagelaran ini mengenai

kesadaranya masih sangat kuat untuk mengapresiasi budaya sendiri dimana pagelaran

budaya seperti ini akan selalu dibanjiri oleh banyak penonton yang beberapa

diantaranya terlihat lengkap dengan atribut payung agar tetap nyaman dan terlindung

dari terik matahari demi menyaksikan acara ini. Tontonan seperti ini ternyata cukup

mencuri perhatian penduduk Kota.

Tari kolosal ini melibatkan 11.000 personel dalam busana pakaian warna-warni

tenun tradisional Buton, hal ini membuat penjual kain tenun Khas Buton kembali

mendapat keuntungan yang besar mengingat harga selembar kain tenun cukup mahal.

Penari terdiri dari siswa SD hingga SMA dimana dalam masing-masing tarian

memiliki perbedaan pada setiap kostum dan properti yang digunakan. Penataan

Desain lantai diarea terbuka mengambil ide membentuk konfigurasi Benteng Keraton

Buton yang menampilkan kolaborasi beberapa tari Tradisional Buton yang uniknya

dikreasikan menjadi semi kontemporer oleh Syamsu Umar Abdul Samiun, Bupati

Buton, dimana Tari Tradisional yang digabungkan dengan pertunjukan tari kreasi

yang digabungkan menjadi pertunjukan yang lebih kreatif.

Penampilan tari kolosal dibagi dalam 4 kelompok penampilan. Iringan yang

digunakan merupakan gabungan dari musik tabuhan dan band yang telah bekerjasama

mengaransemen musik-musik tari yang lebih moderen tetapi tetap menggunakan lagu

tradisional Buton. Pertunjukan diawali dengan tari Ponare dan Potimbe semacam tari
perang yang langkap dengan pengikat kepala (Kapurui) yaitu pengikat kepala khas

Buton yang telah dimodifikasi menggunakan kain biasa dan menggunakan baju kaos

hitam dan sarung tenun Khas Buton sebagai rok. Tari ini ditampilkan oleh penari

laki-laki anak-anak siswa SD dimana gerakanya mewakili semangat heroisme yang

semangat dan ceria mengambarkan sikap pemuda yang gagah berani siap sedia

membela negara dan bangsa yang sudah tumbuh menjadi tradisi masyarakat Buton

sejak leluhur mereka. Meskipun bentuk geraknya masih nampak tidak teratur karena

tari ini menggunakan properti tombak dan tameng yang dicat merah, saat menari

memang tidak terlalu membutuhkan penghayatan yang khusus karena gerakanya

menitik beratkan pada keceriaan dalam bergerak sambil bernyanyi dengan suara yang

lantang.

Kelompok Kedua sebanyak 2.500 putra dan putri yang menampilkan tari bosu,

gerak tari lebih pelan dan mengalir diselingi dengan menjunjung guci air diatas kepala

dan melambai-lambaikan ujung selendang yang terlilit dipinggang. Penari

mengguankan manset putih dan kain tenun khas Buton berwarna putih hitam sebagai

baju lengkap dengan pengikat kepala. Tari ini memiliki gerakan yang sederhana tetapi

bersahaja mengambarkan gadis-gadis Katobengke membuat Bosu (buyung) dari tanah

liat yang merupakan keterampilan warga desa itu. Kemudian penari membentuk pola

perahu Sope yaitu perahu khas Buton yang memiliki filosofi kebanggaan orang Buton

sebagai pelaut yang tangguh membuat pola lantai bervariasi dan tidak monoton

walaupun memiliki gerakan yang sederhana tetapi dengan adanya pola lantai ini

penari dan penonton seolah-olah berinteraksi mengambarkan perahu yang terapung

oleh lautan penonton yang memadati area pertunjukan. Perpindahan penari menuju

pola lantai yang ditentukan masih tidak terlalu teratur karena penari harus berjalan
sambil menenteng bosu atas kepala mereka yang membutuhkan konsentrasi khusus

agar bosu yang terbuat dari tanah liat tersebut tidak jatuh dan pecah.

Salah satu pertunjukan yang tidak kalah menyedot perhatian adalah panampilan

tari Kambero (tari kipas) yang ditarikan oleh seluruh peserta tari kolosal yang

berjumlah 11.000 penari. Keindahan terpancar dari pergabungan warna-warni kipas

yang digunakan penari sebagai properti yang menghasilkan warna pelangi tari. Gerak

tari yang ditampilkan telah dikreasi sebagai kebutuhan pertunjukan. Tarian diiringi

lagu sope-sope yaitu lagu khas Buton yang bermakna perahu tradisional Buton. Lagu

ini memiliki nada musik yang ceria membuat penonton semakin ikut bersorak dan

ikut bernyanyi. Pada akhir Karnaval tari kolosal semua penari bersorak sambil

berjoget sebagai wujud kebahagiayaan selesainya acara yang berlangsung dengan

khidmat dan lancar. Semua penari saling berinteraksi sambil mengikuti alunan lagu

membuat acara berakhir dengan penuh kebahagiaan antara sesama penari dan

penonton yang hadir. Penampilan karnaval budaya yang diikuti berbagai paguyuban

di Kota Baubau ini marupakan salah satu bentuk tali persaudaraan dan persahabatan

yang terus dibina untuk saling menyatukan tekad dan tujuan membangun Kota

Baubau yang cinta Budaya dan terus menjadi daerah yang melestarikan Kebudayaan

sebagai warisan yang harus selalu dijaga.

Akhirnya, tari kolosal yang dengan kolaborasi antara beberapa seni tari

tradisional khas Buton yang dikreasikan oleh Bupati Buton Umar Samiun juka dilihat

secara keseluruhan sangat sangat dapat mengekspresikan Buton dan Kota Bau-bau

sebagai salah satu pusat budaya dan peradabatan terbaru yang memanfaatkan warisan
di kesenian daerah yang dimana budaya Buton telah baerkembang sejak 700 tahun

silam.

You might also like