You are on page 1of 4

Naskah Khutbah Jum’at

Tangisan Si-Miskin diDalam Masjid


ُ ُ َ ‫َ َّ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ ُ ه‬
‫اّلِل َو َب َركاته‬
ٰ ٰ ‫لسالم عل ْيك ْم ورح َمة‬ ‫ا‬
ِّ ُ ْ ِّ َ َ ُ َ ْ ُ ِّ َ ْ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َّ ‫َ ْ َ ْ ُ ه‬
‫سوله ٰبالهدى و ٰدي ِن الحـق ٰليظ ٰهره عَل الدي ِن كل ٰه‬ ‫ّلِل الذي أرسل ر‬ ٰ ٰ ‫الحمد‬
َّ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َْ َ ُ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ٰ ْْ ُ ْ َ َ ْ َ َ
‫ وأشهد أن‬،‫شيك له‬ ِ ‫أشهد أن ال ٰإله ٰإال هللا وحده ال‬،‫شكون‬ ِ ‫ولو ك ِره الم‬
َ َ َ َ ْ َ ُ َّ ُ
َ ‫ َوع‬،‫الله َّم َص ِّل َو َس ٰل ْم َوبارك عَل َس ِّي ٰدنا ُم َح َّم ٍد‬،‫ُم َح َّم ًدا َع ْب ُده َو َر ُس ْوله‬
ُ
‫َل ٰآل ٰه‬
ْ‫هللا ُا ْوص ْي ُكم‬ َ َ َ َ ُ ْ َ َّ ِ ِّ ْ ‫إح َسان إ َىل َي‬ ْ ‫َو َص ْحبه َو َم ْن َتب َع ُه ْم ب‬
ٰ ‫اد‬‫ب‬ ‫ع‬
ٰ ‫يا‬‫ف‬ ،‫د‬ ‫ع‬ ‫ب‬ ‫ا‬‫أم‬، ‫ين‬ ‫الد‬ ‫م‬ ‫و‬
ٰ
ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ ‫َ ٰ َ ْ َ َ ٍ ْٰ ُ َّ ُ ْ ٰ َ َ َ ِ ه‬ ٰ
َ َْ ٰٰ ََْ
،‫قال اّلِل تعاىل ٰ يف ٰكت ٰاب ٰه الك ِري ٰم‬,‫ فقد فاز المتقون‬،‫هللا‬ ٰ ‫س ٰبتق ٰوى‬ ‫ي‬ ٰ ‫و َنف‬
َ ْ ‫الراكع‬ َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ٰ َّ ُ ٰ َ َ َّ ُْ َ
‫ي‬ ٰ ٰ َّ ‫وا ٰقيموا الصلوة واتوا الزكوة واركعوا مع‬
Kaum Muslimin Jamaah shalat Jum'at yang mulia.
Tiada kata henti untuk bersyukur, karena banyaknya nikmat Allah tak terukur.
Adalah keliru jika seseorang itu memandang nikmat sebatas pada makanan, minuman,
tempat tinggal maupun kemewahan. Betapa seseorang akan sulit merasakan
kebahagiaan jika tak mengenali nikmat selain pada kelezatan ragawi dan kenikmatan
materi. Imam Hasan al-Bashri berkata, ”Barangsiapa yang tidak mengenali nikmat Allah
selain pada makanan, minuman dan pakaian, maka sungguh dangkal ilmunya, dan
amat berat penderitaannya.” Tentu saja ia menderita, karena ketika seseorang tidak
mengenali nikmat, ia pun tidak mampu merasakan kelezatannya.
Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan kita
nikmat iman, nikmat Islam dan nikmat sehat sehingga bisa mengikuti sholat Jumat
dimasjid tercinta ini. Dan sebagai bentuk syukur itu, marilah senantiasa melaksanakan
perintahNya dan menjauhi semua larangan-Nya.
Sholawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita Rasulullah
Muhammad Saw., berserta keluarganya, dan sahabatnya. Semoga pada hari kiamat
nanti kita dan keluarga besar kita mendapatkan syafa'at dari beliau. Aamiin..Ya Robbal
Aalamiin.
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Sapaan pertama yang paling jamak diungkapkan untuk teman lama yang tak
lama ketemu adalah “wah…sekarang sudah makmur”, “sekarang sudah jadi orang”,
“sekarang sudah bahagia”, atau “sekarang hidupmu sudah mulia.” Itu jika yang
didapatkan adalah teman berbadan gemuk, kaya raya, atau kelihatan berpakaian
parlente. Memang begitulah rata-rata orang mengukur kemuliaan dan kehormatan,
yakni dari sudut harta, tampilan maupun jabatan. Tapi, ayat yang kita bahas ini
meluruskan asumsi itu salah tersebut.
Harta tak selalu menjadi sumber kebahagiaan bagi pemiliknya. Pikiran tegang
saat memburunya, memeras keringat ketika mendapatkannya, dan kekhawatiran akan
lenyapnya harta yang berada dalam genggamannya adalah indikiasi yang bertentangan
dengan kebahagiaan. Bahkan, ujung dari siksa itu adalah penyesalan mendalam saat
perpisahan antara dirinya dengan hartanya benar-benar terjadi. Mungkin karena
hartanya harus berpindah tangan, lenyap oleh bencana, atau lantaran ajal yang
memisahkan ia dengan hartanya. Pintu yang terakhir ini hanya tinggal menunggu
waktu, tak satupun manusia yang mampu mengelak darinya.
Kalaupun mereka mampu merasakan manisnya hasil jerih payah yang
diupayakannya, toh tak akan bertahan lama. Karena muara harta dari tangan pemburu
dunia dan lalai dari agamanya tak akan jauh dari kesenangan yang berbau maksiat.
Dan pasti, kesenangan itu akan berbuntut penderitaan di dunia, kesengsaraan di
akhirat, kecuali yang bertaubat.
Allah Swt. berfirman;

Penyusun: Usman Tahir, S.Ag


Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 1
َ‫الد ْنيا‬
ُّ َ َ ْ َ ْ ُ َ ِّ َ ُ ُ َّ ُ ُ َ َّ ْ ُ ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ
‫جبك أموالهم وال أوالدهم ٰإنما ي ِريد اللـه ٰليعذبهم ٰبها ٰ يف الحي ٰاة‬ َ ٰ ‫فال تع‬
َ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ ُ ُ َ َ ََْ
ْ
‫وتزهق أنفسهم وهم ك ٰافرون‬
“Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.
Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu
untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia…” (QS. at-Taubah: 55)
Maasyiral Muslimin rahimakumullah
Kaya atau miskin bukan ukuran mulia atau hina. Kekayaan bisa berarti siksa,
sedangkan kemiskinan boleh jadi menjadi karunia. Keduanya tak lebih sebagai ujian,
mana yang mulia, mana yang hina tergantung bagaimana masing-masing menyikapi
ujian yang mereka hadapi.
Nabi Muhammad Saw. bersabda;
َ ْ َّ ُ ُ َ ْ َ ً َ ْ َّ ُ ِّ ُ َّ
‫ٰإن ٰلكل أم ٍة ٰفتنة و ٰفتنة أم ٰ يت الم ٰال‬
“Sesungguhnya setiap umat itu menghadapi cobaan, cobaan umatku adalah
berupa harta.” (HR Tirmidzi)
Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita renungkan firman Allah Swt. Q.S. Al-
Baqarah ayat 43;
َ ْ ‫الراكع‬
َّ َ ‫وة َو ْار َك ُع ْوا َم‬
َ ٰ َّ ُ ٰ َ َ ٰ َّ ُ ‫َو َاق ْي‬
‫ي‬ ٰ ٰ ‫ع‬ ‫ك‬‫الز‬ ‫وا‬‫ت‬ ‫ا‬‫و‬ ‫وة‬‫ل‬‫الص‬ ‫وا‬‫م‬ ٰ
“Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang
rukuk”.
Berdasarkan ayat ini rasanya tidak salah bila kita bermunajat kepada Allah SWT
dirumah Allah sebagaimana yang dilakukan oleh seorang tukang ojek. Dalam sebuah
kisah, seorang pengurus mesjid bercerita sambil meneteskan air mata. Ia bertutur :
Malam tadi sekitar jam 11 malam, ditengah gerimis dan dinginnya malam aku
kembali ke mesjid karena Hp-ku tertinggal dimesjid. Mendekati teras, aku mendengar
tangis tertahan dari seseorang yang aku lihat sedang berdoa sambil memangku
anaknya. Setelah kudekati, ternyata Fulan yang terkenal ramah dan baik hati, seorang
tukang ojek yang mengontrak tak jauh dari mesjid.
Dia terkejut melihatku, Eh.. ust katanya tersenyum sambil berusaha
menyembunyikan air mata. Kulihat wajahnya kusut penuh kesedihan seakan ada yang
dia tahan, sementara anak dalam pangkuannya tertidur lelap didinginnya malam itu.
"Sholat malam kok bawa si kecil mas..? Tanyaku, sambil tersenyum mengulurkan
tangan bersalaman, ia menyambut salamku dan berkata: "tidak apa apa ustadz".
Aku lanjut bertanya, karena instingku mengatakan tentu ada masalah pada si
Fulan. "Sudahlah, jangan sungkan mas, ada yang bisa saya bantu..?", Ia menatapku.
"Tidak ada apa-apa ustadz, jawabnya sambil menunduk, kali ini suaranya agak lemah
dan serak menahan tangis. "Ayolah mas, anggaplah saya saudara mas, kataku
mendesak, bisa jadi, ada hikmah Hpku tertinggal sehingga bertemu mas disini", lanjutku
padanya, "Bisa jadi ada yang Allah inginkan dari pertemuan kita ini..."
Ia mengangkat kepalanya menatapku dengan mata yang berlinang, "Dari
kemaren saya belum makan ustadz", katanya terisak, "sedangkan anak istri saya hanya
makan sepiring lontong pagi tadi, saya sudah berusaha, namun saya malu harus
meminjam ke siapa lagi, orderan ojek pun sepi dan motor saya tak ada bensinnya
ustadz".
Air mataku berlinang mendengarnya, tenggorokanku terasa sempit, tak kuduga,
apa yang ia katakan seperti menamparku. Ia belum makan dari pagi, anak istrinya
hanya makan lontong, sementara pagi tadi dirumahku ada sebungkus lontong yang
berlebih hingga akhirnya terbuang karena basi.
Fulan melanjutkan perkataannya sambil terisak: "Aku berfikir, mungkin saja
dengan datang ke mesjid yang penuh berkah ini, sebagai tamu Allah, sambil membawa
anak, doaku akan lebih makbul, aku berharap ada rezki dari Allah untuk kami makan
malam ini... Aku tak tahu harus bagaimana lagi ustadz", pungkasnya sambil
menundukkan kepala menghapus air mata...
Penyusun: Usman Tahir, S.Ag
Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 2
Singkat cerita, pengurus mesjid itu berkata: "Sungguh saya merasa sangat
bersalah, saya malu kepada Allah. Disaat kami pengurus mesjid berencana
membangun ini dan itu, program ini dan itu, ada warga kami yang tidak makan. Disaat
kami ingin mengganti warna cat mesjid, ada bayi yang tak bisa menyusu, karena Asi
ibunya kekeringan. Disaat kami punya simpanan kas ratusan juta, ada yang tidur
digelap dan dinginnya malam dalam keadaan lapar"..
Masyiral muslimin sidang Jum'at Rahimakumullah
Adalah sebuah ironi, jika banyak orang kaya yang lebih senang naik haji
berulang kali daripada membantu kaum dhuafa’ yang membutuhkan uluran tangan.
Banyak juga orang kaya yang berlomba-lomba membangun masjid mewah, sedangkan
di sekelilingnya masih banyak kaum fakir-miskin yang membutuhkan bantuan. Padahal,
Allah tidak butuh disembah dengan indahnya masjid ataupun ibadah haji yang
berulang-ulang.
Mengapa kita tidak pernah berfikir untuk beramal saleh dengan cara ‘memberi
manfaat’ pada semua orang yang berinteraksi dengan diri kita, atau bahkan beramal
saleh dengan cara berbuat baik kepada sesama makhluk Allah, yang lebih kita
prioritaskan dalam situasi dan kondisi tertentu daripada sekadar membangun kesalehan
spiritual yang tak banyak berguna bagi orang lain ? Kita tak perlu mengatakan bahwa
urusan akhirat itu lebih penting daripada urusan dunia, atau sebaliknya. Karena
keduanya
َ ْ َ saling melengkapi.
َ ْ َ Ingat firman Allah;
ْ ُّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ُ ‫َ َ َ ه‬ َْ
‫نس ن ِص َيبك ِمن الدن َيا ۖ َوأح ِسن ك َما أح َسن‬ ‫َوابت ِغ ِفيما آتاك اَّلل الدار اْل ِخ َرة ۖ وَل ت‬
َ ْ ْ ُّ ُ َ َ ‫َّ ه‬ ْ ‫اَّلل إ َل ْي َك ۖ َو ََل َت ْبغ ْال َف َس َاد ف ْاْل‬
ُ‫ه‬
‫ب ال ُمف ِس ِدين‬ ‫ض ۖ ِإن اَّلل َل ي ِح‬
ِ ‫ر‬ ‫ِي‬ ِ ِ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi
dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. al-Qashash: 77)
Menjadi pribadi yang bermanfaat, bahkan ‘paling bermanfaat’, yang kita perlukan
adalah ‘kemauan dan keberanian untuk memulainya’, sekarang juga. “Ibda’ bi nafsik !”.
Saudara-saudaraku seiman, semoga bisa menggugah hati kita dan
menghentakan sanubari kita untuk ikut memperhatikan tetangga. Karena tetangga
inilah saudara kita terdekat. Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim
sangatlah besar dan mulia. Sampai-sampai sikap terhadap tetangga dijadikan sebagai
indikasi keimanan.
Rasulullah Saw. bersabda:
ُ‫اّلِل َو ْال َي ْوم ْاْلخر َف ْل ُي ْكر ْم َج َاره‬
َّ ُ ْ ُ َ َ ْ َ
ِ ِ ٰ ٰ ٰ ‫من كان يؤ ٰمن ٰب‬
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan
tetangganya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga kita semua termasuk orang-orang dapat memberi manfaat pada
sesama manusia…. Aamiin… Allahhumma Aamiin..
َ ‫العظ ْيم َو َن َف َعت َوا َّي ُاك ْم ب َما ف ْيه م َن ال َا َيات َو ذ ْكر‬
‫الح ٰك ْي ٰم‬
ُ
َ ‫الق ْرأن‬ ‫ف‬ ‫م‬ ْ ‫هللا ىل َو َل ُك‬ُ َ َ َ
‫بارك‬
ِ ٰ ٰ ٰ ٰ ٰ ٰ ٰ ‫ٰي‬ ُٰ ُ ٰ َّ ُ َ ٰ َ ُ ْ ‫ٰ ي‬
َ َ ِّ ‫ي‬ ُ ٰ
َ َّ َ َ َ
َ ‫السم ْي ُع‬
‫الع ٰل ْي ٰم‬ َّ َ ْ
ٰ ‫و تقبل هللا ٰم يت و ٰمنكم ٰتالوته ٰانه هو‬

Penyusun: Usman Tahir, S.Ag


Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 3
‫‪Khutbah Kedua‬‬
‫اْل ْرض َو َل ُه ْال َح ْم ُد ف ْاْلخ َرة َو ُهوَ‬ ‫َْ‬ ‫الس َم َاوات َو َ‬ ‫ّلِل َّالذي َل ُه َما ف َّ‬ ‫ْ َ ْ ُ َّ‬
‫ف‬ ‫ا‬ ‫م‬ ‫الحمد ٰ ٰ‬
‫ْ َ ُ ْ َ ٰ ُ َ ْ َ ُ َ ٰ ي َّ َ َ َّ ٰ َ ْٰ ي َ ُ َ َْ ِ ْ َ َ ُ َ َ ْ َ ٰ ي ُ َ َّ ٰ ُ ٰ َ َّ ً‬
‫شيك له وأشهد أن مـحمدا‬ ‫ِ‬ ‫الح ٰكيم الخ ٰبيَ‪,‬أشهد أن ال ٰإله ٰإال هللا وحده ال‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ِّ َ َ‬ ‫وله‪,‬أ ُ‬ ‫َُْ ُ ََ ُ ُ‬
‫لله َّم َص ِّل َو َسل ْم عَل َس ِّي ٰدنا ُم َح َّم ٍد َو عَل ٰآل ٰه َو َص ْ َح ٰب ٰه‬ ‫عبده ورس‬
‫َّ َ َ ُ ُ َ ْ ً َ ً ُ ْ ْ َ ُ ْ ْ َ َ ُْ‬ ‫َ ْ َ ْ َ َ َ ُّ َ َّ َ َ ُ َّ ُ‬
‫أجم ٰعي‪,‬يا أيها ال ٰذين آمنوا اتقوا اّلِل وقولوا قوال س ٰديدا يص ٰلح لكم أعمالكم‬
‫ول ُه َف َق ْد َف َاز َف ْو ًزا َعظيماً‬ ‫َّ َ َ َ ُ َ‬
‫ويغ ٰفر لكم ذنوبكم ومن ي ٰطع اّلِل ورس‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ََ ْ ْ َ ُْ ُُ َ ُ‬
‫ُِّ‬ ‫َ‬ ‫ُّ ٰ َ َْ‬ ‫َّ َّ َ َ َ َ َ ُ ُ ُّ َ َ ِ َّ ى َ َ َ َّ َ َ َ ُ‬
‫ٰإن اّلِل و ملئكته يصلون عَل النت يأيها ال ٰذين ءامنوا صلوا علي ٰه و سلموا‬
‫ْ‬ ‫َ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫َْ ُ ْ ْ َ َْ‬ ‫ً َ ُ َّ ْ ْ ْ ُ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َ‬ ‫َ‬
‫ات االحيآء‬ ‫ات والمس ٰل ٰمي والمس ٰلم ٰ‬ ‫سليما ْ‪,‬ا َللهم اغ ٰفر ٰللمؤ ٰم ٰني والمؤ ٰمن ٰ‬ ‫ت ٰ‬
‫ات‬ ‫و‬ ‫م ْن ُه ْم َواال ْم َ‬
‫َْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ ََ َ َْ َ ْ َ ََ ُ َ‬ ‫ٰ‬ ‫ٰ‬
‫ون َّن م َن ْال َخاشينَ‬ ‫ظلمناأنفسنا وٰإن لم تغ ٰفر َلنا وترحمنا لنك‬
‫َ ُ َّ َ َّ َ‬
‫اللهم ربنا‬
‫ٰ ِ‬ ‫ٰ‬
‫َّ‬
‫اج َعلنا لل ُمتق َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬
‫َ َّرب َنا َه ْب لنا م ْن أز َواجنا َوذ ِّ َّرياتنا ق َّرة أع ُي َو ْ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ي ٰإ َم ًاما‬ ‫ٰ ٰ‬ ‫ٰ‬ ‫ٰ‬ ‫ٰ‬
‫اغف ْ َرل َنا ُذ ُن ْو َب َنا َول َوالد ْي َنا َو ْار َح ْم ُه َما َك َ نما َ َّرب َي َاناص َغاراً‬ ‫َ َّ َ ْ‬
‫َ‬ ‫ٰ‬ ‫ً‬ ‫ْ‬ ‫ٰ ًٰ ٰ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ربنا ٰ‬
‫النار‪...‬‬ ‫َ َ َ َ َ َ َ َ َّ‬ ‫َ َ َ َ َ‬ ‫ُّ‬ ‫َ َّ َ‬
‫ْلخرٰة حسنة‪ ,‬و ٰقنا عذاب‬ ‫ربنا ٰآت َنا ٰف الدنيا حسنة َو ٰف ا ٰ‬
‫َ َ َ َ َّ ‪َّ َ َ َ َ ...‬‬
‫اب الن ِار‬ ‫و ٰقنا عذاب النار و ٰقنا عذ‬
‫ُ ْ َ َ َ َ ْ ُ َّ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ َ َ ٌ َ‬ ‫ُ‬ ‫ان َ ِّرب َك َر ِّب ْالع َّزة َع َّما َ‬ ‫ُ ْ َ َ‬
‫ّلِل َر ِّب‬ ‫ٰ ٰ‬ ‫د‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ال‬ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ٰ‬ ‫س‬ ‫ر‬ ‫م‬ ‫ال‬ ‫َل‬ ‫ع‬ ‫الم‬ ‫س‬ ‫و‬ ‫ون‬ ‫ف‬ ‫ص‬ ‫ٰ‬ ‫ي‬ ‫ْ‬ ‫ٰ‬ ‫ٰ‬ ‫سبح‬
‫ْ ُْ َ ََْ َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َّ َ َ ُ ُ َ ْ‬ ‫ْ‬ ‫َْ َ َ َ َ‬
‫تآء ٰذي القرب وينَه‬ ‫ل َّوا ُ ٰإلح َ َس َّ ٰان وٰإي ٰ‬ ‫هللا ي ْأمر ٰبا ُلعُد ٰ‬ ‫هللا; ٰإن‬ ‫العال ٰمي‪ٰ ,‬عباد ٰ‬
‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َعن ْا َلف ْحشآء َو ْا ُ‬
‫لمنك ِر وا َلب يغ ي ٰعظك ْم ل َعلك ْم تذ َك ُرون واذك ُروا هللا ا َلع ٰظ ْي َم‬ ‫ٰ‬
‫هللا أ كيْ‬‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ ْ ُِ ْ ُ ْ َ ْ‬
‫يذكركم واشكروه عَل ٰنع ٰم ٰه ي ِزدكم ول ٰذكر ٰ‬

‫‪Penyusun: Usman Tahir, S.Ag‬‬


‫‪Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo‬‬ ‫‪4‬‬

You might also like