ُ ُ َ َ َّ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ ُ ه اّلِل َو َب َركاته ٰ ٰ لسالم عل ْيك ْم ورح َمة ا ِّ ُ ْ ِّ َ َ ُ َ ْ ُ ِّ َ ْ ْ َ َ ُ ْ ُ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َّ َ ْ َ ْ ُ ه سوله ٰبالهدى و ٰدي ِن الحـق ٰليظ ٰهره عَل الدي ِن كل ٰه ّلِل الذي أرسل ر ٰ ٰ الحمد َّ ُ َ ْ َ ُ َ َ ْ َْ َ ُ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ ُ َ ْ َ َ ْ ُ ٰ ْْ ُ ْ َ َ ْ َ َ وأشهد أن،شيك له ِ أشهد أن ال ٰإله ٰإال هللا وحده ال،شكون ِ ولو ك ِره الم َ َ َ َ ْ َ ُ َّ ُ َ َوع،الله َّم َص ِّل َو َس ٰل ْم َوبارك عَل َس ِّي ٰدنا ُم َح َّم ٍد،ُم َح َّم ًدا َع ْب ُده َو َر ُس ْوله ُ َل ٰآل ٰه ْهللا ُا ْوص ْي ُكم َ َ َ َ ُ ْ َ َّ ِ ِّ ْ إح َسان إ َىل َي ْ َو َص ْحبه َو َم ْن َتب َع ُه ْم ب ٰ ادب ع ٰ ياف ،د ع ب اأم، ين الد م و ٰ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ُ َ ٰ َ ْ َ َ ٍ ْٰ ُ َّ ُ ْ ٰ َ َ َ ِ ه ٰ َ َْ ٰٰ ََْ ،قال اّلِل تعاىل ٰ يف ٰكت ٰاب ٰه الك ِري ٰم, فقد فاز المتقون،هللا ٰ س ٰبتق ٰوى ي ٰ و َنف َ ْ الراكع َ َ ْ ُ ْ َ َ َ ٰ َّ ُ ٰ َ َ َّ ُْ َ ي ٰ ٰ َّ وا ٰقيموا الصلوة واتوا الزكوة واركعوا مع Kaum Muslimin Jamaah shalat Jum'at yang mulia. Tiada kata henti untuk bersyukur, karena banyaknya nikmat Allah tak terukur. Adalah keliru jika seseorang itu memandang nikmat sebatas pada makanan, minuman, tempat tinggal maupun kemewahan. Betapa seseorang akan sulit merasakan kebahagiaan jika tak mengenali nikmat selain pada kelezatan ragawi dan kenikmatan materi. Imam Hasan al-Bashri berkata, ”Barangsiapa yang tidak mengenali nikmat Allah selain pada makanan, minuman dan pakaian, maka sungguh dangkal ilmunya, dan amat berat penderitaannya.” Tentu saja ia menderita, karena ketika seseorang tidak mengenali nikmat, ia pun tidak mampu merasakan kelezatannya. Marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam dan nikmat sehat sehingga bisa mengikuti sholat Jumat dimasjid tercinta ini. Dan sebagai bentuk syukur itu, marilah senantiasa melaksanakan perintahNya dan menjauhi semua larangan-Nya. Sholawat dan salam marilah kita haturkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad Saw., berserta keluarganya, dan sahabatnya. Semoga pada hari kiamat nanti kita dan keluarga besar kita mendapatkan syafa'at dari beliau. Aamiin..Ya Robbal Aalamiin. Maasyiral Muslimin rahimakumullah, Sapaan pertama yang paling jamak diungkapkan untuk teman lama yang tak lama ketemu adalah “wah…sekarang sudah makmur”, “sekarang sudah jadi orang”, “sekarang sudah bahagia”, atau “sekarang hidupmu sudah mulia.” Itu jika yang didapatkan adalah teman berbadan gemuk, kaya raya, atau kelihatan berpakaian parlente. Memang begitulah rata-rata orang mengukur kemuliaan dan kehormatan, yakni dari sudut harta, tampilan maupun jabatan. Tapi, ayat yang kita bahas ini meluruskan asumsi itu salah tersebut. Harta tak selalu menjadi sumber kebahagiaan bagi pemiliknya. Pikiran tegang saat memburunya, memeras keringat ketika mendapatkannya, dan kekhawatiran akan lenyapnya harta yang berada dalam genggamannya adalah indikiasi yang bertentangan dengan kebahagiaan. Bahkan, ujung dari siksa itu adalah penyesalan mendalam saat perpisahan antara dirinya dengan hartanya benar-benar terjadi. Mungkin karena hartanya harus berpindah tangan, lenyap oleh bencana, atau lantaran ajal yang memisahkan ia dengan hartanya. Pintu yang terakhir ini hanya tinggal menunggu waktu, tak satupun manusia yang mampu mengelak darinya. Kalaupun mereka mampu merasakan manisnya hasil jerih payah yang diupayakannya, toh tak akan bertahan lama. Karena muara harta dari tangan pemburu dunia dan lalai dari agamanya tak akan jauh dari kesenangan yang berbau maksiat. Dan pasti, kesenangan itu akan berbuntut penderitaan di dunia, kesengsaraan di akhirat, kecuali yang bertaubat. Allah Swt. berfirman;
Penyusun: Usman Tahir, S.Ag
Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 1 َالد ْنيا ُّ َ َ ْ َ ْ ُ َ ِّ َ ُ ُ َّ ُ ُ َ َّ ْ ُ ُ َ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ َ ْ ْ ُ َ َ جبك أموالهم وال أوالدهم ٰإنما ي ِريد اللـه ٰليعذبهم ٰبها ٰ يف الحي ٰاة َ ٰ فال تع َ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ ُ ُ َ َ ََْ ْ وتزهق أنفسهم وهم ك ٰافرون “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia…” (QS. at-Taubah: 55) Maasyiral Muslimin rahimakumullah Kaya atau miskin bukan ukuran mulia atau hina. Kekayaan bisa berarti siksa, sedangkan kemiskinan boleh jadi menjadi karunia. Keduanya tak lebih sebagai ujian, mana yang mulia, mana yang hina tergantung bagaimana masing-masing menyikapi ujian yang mereka hadapi. Nabi Muhammad Saw. bersabda; َ ْ َّ ُ ُ َ ْ َ ً َ ْ َّ ُ ِّ ُ َّ ٰإن ٰلكل أم ٍة ٰفتنة و ٰفتنة أم ٰ يت الم ٰال “Sesungguhnya setiap umat itu menghadapi cobaan, cobaan umatku adalah berupa harta.” (HR Tirmidzi) Pada kesempatan khutbah ini, marilah kita renungkan firman Allah Swt. Q.S. Al- Baqarah ayat 43; َ ْ الراكع َّ َ وة َو ْار َك ُع ْوا َم َ ٰ َّ ُ ٰ َ َ ٰ َّ ُ َو َاق ْي ي ٰ ٰ ع كالز وات او وةلالص وام ٰ “Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk”. Berdasarkan ayat ini rasanya tidak salah bila kita bermunajat kepada Allah SWT dirumah Allah sebagaimana yang dilakukan oleh seorang tukang ojek. Dalam sebuah kisah, seorang pengurus mesjid bercerita sambil meneteskan air mata. Ia bertutur : Malam tadi sekitar jam 11 malam, ditengah gerimis dan dinginnya malam aku kembali ke mesjid karena Hp-ku tertinggal dimesjid. Mendekati teras, aku mendengar tangis tertahan dari seseorang yang aku lihat sedang berdoa sambil memangku anaknya. Setelah kudekati, ternyata Fulan yang terkenal ramah dan baik hati, seorang tukang ojek yang mengontrak tak jauh dari mesjid. Dia terkejut melihatku, Eh.. ust katanya tersenyum sambil berusaha menyembunyikan air mata. Kulihat wajahnya kusut penuh kesedihan seakan ada yang dia tahan, sementara anak dalam pangkuannya tertidur lelap didinginnya malam itu. "Sholat malam kok bawa si kecil mas..? Tanyaku, sambil tersenyum mengulurkan tangan bersalaman, ia menyambut salamku dan berkata: "tidak apa apa ustadz". Aku lanjut bertanya, karena instingku mengatakan tentu ada masalah pada si Fulan. "Sudahlah, jangan sungkan mas, ada yang bisa saya bantu..?", Ia menatapku. "Tidak ada apa-apa ustadz, jawabnya sambil menunduk, kali ini suaranya agak lemah dan serak menahan tangis. "Ayolah mas, anggaplah saya saudara mas, kataku mendesak, bisa jadi, ada hikmah Hpku tertinggal sehingga bertemu mas disini", lanjutku padanya, "Bisa jadi ada yang Allah inginkan dari pertemuan kita ini..." Ia mengangkat kepalanya menatapku dengan mata yang berlinang, "Dari kemaren saya belum makan ustadz", katanya terisak, "sedangkan anak istri saya hanya makan sepiring lontong pagi tadi, saya sudah berusaha, namun saya malu harus meminjam ke siapa lagi, orderan ojek pun sepi dan motor saya tak ada bensinnya ustadz". Air mataku berlinang mendengarnya, tenggorokanku terasa sempit, tak kuduga, apa yang ia katakan seperti menamparku. Ia belum makan dari pagi, anak istrinya hanya makan lontong, sementara pagi tadi dirumahku ada sebungkus lontong yang berlebih hingga akhirnya terbuang karena basi. Fulan melanjutkan perkataannya sambil terisak: "Aku berfikir, mungkin saja dengan datang ke mesjid yang penuh berkah ini, sebagai tamu Allah, sambil membawa anak, doaku akan lebih makbul, aku berharap ada rezki dari Allah untuk kami makan malam ini... Aku tak tahu harus bagaimana lagi ustadz", pungkasnya sambil menundukkan kepala menghapus air mata... Penyusun: Usman Tahir, S.Ag Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gorontalo 2 Singkat cerita, pengurus mesjid itu berkata: "Sungguh saya merasa sangat bersalah, saya malu kepada Allah. Disaat kami pengurus mesjid berencana membangun ini dan itu, program ini dan itu, ada warga kami yang tidak makan. Disaat kami ingin mengganti warna cat mesjid, ada bayi yang tak bisa menyusu, karena Asi ibunya kekeringan. Disaat kami punya simpanan kas ratusan juta, ada yang tidur digelap dan dinginnya malam dalam keadaan lapar".. Masyiral muslimin sidang Jum'at Rahimakumullah Adalah sebuah ironi, jika banyak orang kaya yang lebih senang naik haji berulang kali daripada membantu kaum dhuafa’ yang membutuhkan uluran tangan. Banyak juga orang kaya yang berlomba-lomba membangun masjid mewah, sedangkan di sekelilingnya masih banyak kaum fakir-miskin yang membutuhkan bantuan. Padahal, Allah tidak butuh disembah dengan indahnya masjid ataupun ibadah haji yang berulang-ulang. Mengapa kita tidak pernah berfikir untuk beramal saleh dengan cara ‘memberi manfaat’ pada semua orang yang berinteraksi dengan diri kita, atau bahkan beramal saleh dengan cara berbuat baik kepada sesama makhluk Allah, yang lebih kita prioritaskan dalam situasi dan kondisi tertentu daripada sekadar membangun kesalehan spiritual yang tak banyak berguna bagi orang lain ? Kita tak perlu mengatakan bahwa urusan akhirat itu lebih penting daripada urusan dunia, atau sebaliknya. Karena keduanya َ ْ َ saling melengkapi. َ ْ َ Ingat firman Allah; ْ ُّ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ َّ ُ َ َ َ ه َْ نس ن ِص َيبك ِمن الدن َيا ۖ َوأح ِسن ك َما أح َسن َوابت ِغ ِفيما آتاك اَّلل الدار اْل ِخ َرة ۖ وَل ت َ ْ ْ ُّ ُ َ َ َّ ه ْ اَّلل إ َل ْي َك ۖ َو ََل َت ْبغ ْال َف َس َاد ف ْاْل ُه ب ال ُمف ِس ِدين ض ۖ ِإن اَّلل َل ي ِح ِ ر ِي ِ ِ “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. al-Qashash: 77) Menjadi pribadi yang bermanfaat, bahkan ‘paling bermanfaat’, yang kita perlukan adalah ‘kemauan dan keberanian untuk memulainya’, sekarang juga. “Ibda’ bi nafsik !”. Saudara-saudaraku seiman, semoga bisa menggugah hati kita dan menghentakan sanubari kita untuk ikut memperhatikan tetangga. Karena tetangga inilah saudara kita terdekat. Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia. Sampai-sampai sikap terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi keimanan. Rasulullah Saw. bersabda: ُاّلِل َو ْال َي ْوم ْاْلخر َف ْل ُي ْكر ْم َج َاره َّ ُ ْ ُ َ َ ْ َ ِ ِ ٰ ٰ ٰ من كان يؤ ٰمن ٰب “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya”. (HR. Bukhari dan Muslim) Semoga kita semua termasuk orang-orang dapat memberi manfaat pada sesama manusia…. Aamiin… Allahhumma Aamiin.. َ العظ ْيم َو َن َف َعت َوا َّي ُاك ْم ب َما ف ْيه م َن ال َا َيات َو ذ ْكر الح ٰك ْي ٰم ُ َ الق ْرأن ف م ْ هللا ىل َو َل ُكُ َ َ َ بارك ِ ٰ ٰ ٰ ٰ ٰ ٰ ٰ ٰي ُٰ ُ ٰ َّ ُ َ ٰ َ ُ ْ ٰ ي َ َ ِّ ي ُ ٰ َ َّ َ َ َ َ السم ْي ُع الع ٰل ْي ٰم َّ َ ْ ٰ و تقبل هللا ٰم يت و ٰمنكم ٰتالوته ٰانه هو