You are on page 1of 8

Skip to content

Bagian Atas Formulir

Bagian Bawah Formulir

Health Centers > Alergi & Penyakit Autoimun > Alergi

Jenis-Jenis Obat Antihistamin Generasi Pertama dan


Kedua untuk Alergi
Ditinjau secara medis oleh: dr. Tania Savitri - Dokter Umum | Ditulis oleh: Novita Joseph
Terakhir diperbarui: 09/12/2019
Bagikan sekarang

Obat antihistamin biasanya adalah yang pertama kali diberikan apoteker untuk meredakan
gejala alergi. Namun, tahukah Anda obat antihistamin terbagi dalam dua generasi
berbeda? Memang apa bedanya? Obat alergi Anda masuk generasi yang mana?

Apa itu antihistamin? 


Antihistamin adalah obat untuk meredakan gejala alergi. Namun, tidak semua gejala alergi
bisa diobati dengannya.

Obat ini hanya bisa meredakan gejala ringan yang berupa gatal-gatal, bersin, ruam biduran
pada kulit, hidung berair, sesak napas, dan mata merah berair. Obat ini tidak bisa digunakan
untuk mencegah kekambuhan alergi atau mengobati reaksi alergi yang parah
seperti anafilaktik.

Obat alergi ini bekerja mengurangi atau memblokir produksi histamin dalam tubuh. Histamin
adalah zat kimia yang diproduksi oleh sistem imun tubuh untuk melawan alergen yang
sebenarnya tidak berbahaya. Histaminlah yang menyebabkan jaringan di hidung, mata, dan
Anda membengkak sehingga terasa gatal.

Antihistamin itu sendiri terbagi menjadi dua generasi, yaitu generasi pertama dan kedua.

Obat antihistamin generasi pertama 


Seperti namanya, obat generasi pertama adalah kelompok obat yang pertama kali dirancang
dan tersedia untuk mengatasi alergi.
Antihistamin generasi pertama adalah obat alergi yang sangat umum ditemukan. Namun di
sisi lain, efek obatnya tidak bisa bertahan lama sehingga Anda perlu minum berulang kali
sampai sembuh. Beberapa orang mungkin butuh dosis yang lebih tinggi agar efeknya bisa
lebih tahan lama.

Beberapa contoh obat dari generasi pertama adalah:

1. Diphenhydramine
Diphenhydramine adalah obat untuk membantu meredakan reaksi alergi seperti bersin,
mata gatal, atau tenggorokan gatal. Diphenhydramine juga dapat digunakan untuk
mengobati serta mengurangi kemerahan akibat gatal di tubuh.

Obat ini bekerja memblokir efek histamin yang menyebabkan gatal. Produk ini juga
mengandung bahan lain (seperti allantoin dan zinc acetate) untuk meredakan masalah
kulit, seperti kering, basah, atau bernanah.

Diphenhydramine bisa didapat bebas di apotek dalam bentuk bentuk topikal, seperti krim
dan gel, serta semprotan hidung. Namun, beberapa jenis dan merek dari obat ini tidak
dianjurkan untuk anak kurang dari 2, 6, atau 12 tahun kecuali bila diresepkan oleh dokter.

Maka itu, baca dulu aturan pakai dan dosisnya yang tertera pada kemasan untuk informasi
lebih lanjut.

2.Chlorpheniramine
Chlorpheniramine adalah antihistamin generasi pertama untuk membantu meredakan pilek,
bersin, mata gatal atau berair, dan hidung dan tenggorokan gatal akibat
alergi. Chlorpheniramin tersedia dalam sediaan tablet kunyah, permen, kapsul, dan suspensi
cair.

Kapsul, tablet telan, tablet kunyah, dan suspensi cair direkomendasikan diminum setiap 4-6
jam sesuai kebutuhan. Sementara unttuk ablet dan kapsul jangka panjang (long acting)
diminum dua kali sehari pada pagi dan sore hari sesuai kebutuhan.

3. Clemastine
Clemastine adalah obat antihistamin generasi pertama untuk meredakan gejala alergi
termasuk bersin, pilek, gatal, dan mata berair.

Versi generik dari Clemastine dalam bentuk tablet dan suspensi cair dapat dibeli di apotek.
Obat ini perlu diminum dua atau tiga kali sehari. Ikuti petunjuk pada label resep dan minum
clemastine persis seperti yang diarahkan dokter atau apoteker. 

4. Promethazine
Promethazine juga obat antihistamin generasi pertama untuk mengobati gejala alergi seperti
gatal, pilek, bersin, mata gatal, atau mata berair. 
Promethazine dapat dikombinasikan dengan obat-obatan lain untuk mengobati syok
anafilaksis akibat reaksi alergi parah. 

Penggunaan obat ini harus dengan resep dan di bawah pengawasan dokter. Pasalnya,
promethazine dapat menyebabkan pernapasan melambat atau berhenti. Promethazine juga
tidak boleh diberikan kepada bayi atau anak-anak karena dapat menyebabkan bahaya yang
fatal.

Efek samping obat generasi pertama


Salah satu efek samping yang paling umum dari obat generasi pertama adalah rasa kantuk.
Namun pada dasarnya obat generasi pertama kini tidak lagi menjadi rekomendasi pertama
karena menyimpan banyak risiko efek samping. Beberapa di antaranya adalah:

 Mulut, hidung dan tenggorokan terasa kering


 Sakit kepala atau pusing
 Mual
 Muntah
 Kehilangan selera makan
 Sembelit atau susah buang air besar
 Dada terasa sesak
 Kelemahan otot
 Hiperaktif, terutama pada anak-anak
 Gugup 
Efek samping yang serius dapat termasuk:

Masalah penglihatan, contoh mata jadi buram

Kesulitan buang air kecil atau nyeri saat buang air kecil
Efek samping ini lebih sering terjadi pada orang tua.

Obat antihistamin generasi kedua


Generasi kedua selanjutnya dikembangkan untuk menyempurnakan generasi pertama yang
efeknya kurang tahan lama.

Obat generasi kedua bekerja lebih cepat dan tahan lama karena langsung menargetkan aksi
pada reseptor yang lebih spesifik. Dengan begitu, Anda tidak perlu lagi minum obat sampai
berulang kali dan dalam dosis yang tinggi. 

Obat generasi kedua juga lebih minim risiko efek samping dan tidak begitu membuat
ngantuk sehabis diminum.
Beberapa contoh obat antihistamin generasi kedua adalah:

1. Cetirizine
Cetirizine adalah obat antihistamin generasi kedua yang banyak diresepkan untuk alergi
ringan. Cetirizine tersedia dalam bentuk tablet, sirup, dan obat tetes mata.

Sebuah studi kecil dari San Martino Hospital Italia yang diterbitkan dalam jurnal European
Annals of Allergy and Clinical Immunology melaporkan, penggunaan obat cetirizine setiap
hari selama tiga tahun dapat mengurangi gejala alergi.

Namun, penelitian ini hanya menguji keampuhan cetirizine pada satu jenis alergi saja dan itu
pun pada anak. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut lagi untuk benar-benar menemukan
manfaat tunggal obat ini untuk alergi.

Obat ini hanya perlu diminum sekali sehari. Apabila dokter meresepkan dosis lebih sedikit
atau lebih banyak, konsumsi sesuai anjuran dokter. 

2. Loratadine
Loratadine adalah obat yang digunakan untuk mengobati gatal-gatal akibat alergi. Mirip
dengan cetirizine, loratadine tidak menyebabkan kantuk dan cukup diminum sekali sehari.

Meski demikian, efek antihistamin pada obat cetirizine masih lebih cepat mengobati gatal
daripada loratadine. 

3. Fexofenadine
Fexofenadine adalah obat antihistamin untuk meringankan gejala alergi termasuk bersin,
mata merah, gatal, atau berair. Obat ini umumnya dapat digunakan pada orang dewasa dan
anak-anak berusia 2 tahun ke atas. 

Fexofenadine hadir dalam bentuk tablet dan suspensi (cair) untuk dikonsumsi. Biasanya
diminum dengan cara dicampur air sebanyak sekali atau dua kali sehari. Fexofenadine akan
bekerja lebih baik jika tidak dikonsumsi bersama jus buah seperti jeruk, jeruk bali, atau jus
apel. 

Sebelum digunakan, kocok botol agar zat obat tercampur merata. Takar dosis fexofenadine
persis seperti yang diarahkan pada kemasan. Jangan menakar lebih atau kurang dari itu
atau mengonsumsinya lebih sering daripada yang ditentukan oleh dokter Anda.

Efek samping antihistamin generasi kedua


Ada beberapa efek samping umum yang bisa didapat dari obat pemblokir histamin generasi
kedua ini. Antara lain sebagai berikut: 

Mengantuk

Sakit kepala
Sakit perut

Mulut kering

Efek samping yang serius dapat berupa kesulitan bernapas atau menelan.
Obat antihistamin yang lebih baru seperti loratadine dan cetirizine mengandung zat bius
dalam dosis rendah. Artinya, Anda mungkin masih akan merasa mengantuk setelah minum
obat. Namun, efek ngantuknya belum terbukti bisa mengganggu kemampuan Anda untuk
menyetir, berkendara, atau mengoperasikan mesin berat.

Aturan minum obat antihistamin


Minumlah obat seperti yang dijelaskan dalam kemasan obat, atau seperti yang disarankan
oleh apoteker atau dokter.

Selain itu, perhatikan juga beberapa hal berikut ini:

Bagaimana cara mengonsumsinya? Beberapa obat antihistamin ada yang dikonsumsi


dengan cara dicampurkan di air atau makanan. Perhatikan juga bagaimana cara pakai obat
ini apabila menggunakan jenis tetes mata atau semprotan hidung.  

Berapa banyak dosis yang digunakan? Dosis obat umumnya bervariasi tergantung pada
hal-hal seperti usia dan berat badan Anda. 

Kapan harus meminumnya? Sebelum mengonsumsi obat cari tahu atau tanyakan terlebih
dahulu seberapa banyak Anda harus minum obat ini dalam sehari. Pasalnya, tidak semua
obat harus diminum dalam aturan umum yaitu 3 kali dalam sehari. Ketahui juga kapan harus
minum obat tersebut. Beberapa obat antihistamin ada yang harus diminum sebelum tidur
karena punya efek yang bikin Anda jadi mengantuk. 

Berapa lama boleh mengonsumsi obat tersebut? Beberapa jenis dapat digunakan untuk
waktu yang lama. Akan tetapi ada juga obat yang cuma boleh diminum dalam waktu
beberapa hari karena dapat menimbulkan efek samping. 
Untuk mengetahui secara jelas serta lengkap beberapa pertanyaan di atas, ada baiknya
Anda tanyakan kepada dokter atau apoteker. Nantinya, mereka akan menjelaskan aturan
minum yang benar. Tanyanya juga apa yang harus dilakukan apabila Anda melewatkan
dosis atau minum dosis lebih banyak dari yang disarankan. 

Interaksi obat antihistamin


Sama seperti obat lainnya, antihistamin juga dapat berinteraksi secara negatif di dalam
tubuh jika cara pemakaiannya sembarangan. Maka itu, beri tahu dokter dan apoteker terkait
obat-obatan dan suplemen lain yang masih Anda gunakan sarang.

Obat ini tidak boleh diminum berbarengan dengan alkohol karena dapat meningkatkan rasa
kantuk. Obat alergi ini juga tidak boleh digunakan berbarengan dengan pil tidur, obat
penenang, atau pelemas otot.
Selain itu, antihistamin sering dikombinasikan dengan obat dekongestan atau penghilang
rasa sakit. Jika Anda minum obat kombinasi, penting untuk mengetahui setiap bahan aktif di
dalamnya. Karena mengonsumsi satu atau lebih obat pemblokir histamin dapat berinteraksi
dengan obat lain yang Anda gunakan.

Begitu pula jika Anda memiliki riwayat penyakit tertentu, seperti penyakit hati dan ginjal,
asma, dan pembesaran prostat. Penyakit hati dan ginjal dapat memengaruhi cara tubuh
memproses cetirizine, obat antihistamin jenis kedua. 

Sementara dalam kasus yang jarang, obat generasi kedua perna terbukti menyebabkan
kejang bronkial pada penderita asma. Jika Anda mencurigai mengalami overdosis obat
antihistamin, seperti kebingungan, sakit kepala, pupil mata melebar, lemas, mengantuk,
jantung berdebar, sulit bernapas, dan tremor segera beri tahu dokter. 

Bagi pria yang memiliki pembesaran prostat, obat-obatan ini dapat memperburuk masalah
buang air kecil Anda. 

Jadi, obat antihistamin apa yang paling baik?


Tidak ada penelitian atau saran medis yang menunjukan bahwa antihistamin generasi
tertentu lebih baik daripada yang lainnya. Beda orang, berbeda pula kebutuhan dan efek
obatnya. Ada yang merasa obat tertentu bekerja lebih baik untuk dirinya sementara orang
lain tidak mendapatkan efek yang sama. 

Anda mungkin perlu mencoba lebih dari satu jenis untuk menemukan yang cocok untuk
Anda. Maka, minta saran dokter obat apa yang harus dicoba, karena tidak semua
antihistamin cocok untuk semua orang.

Jika Anda tidak memiliki kondisi apa pun yang menghalangi konsumsi antihistamin, obat
generasi kedua mungkin jadi pilihan terbaik karena tidak terlalu bikin ngantuk. Sebaliknya
jika gejala alergi justru membuat Anda susah tidur nyenyak, generasi pertama mungkin
adalah solusi buat Anda karena membuat tidur pulas.

Pada umumnya semua orang yang mengalami reaksi alergi boleh mengonsumsi obat
antihistamin. Namun, beri tahu dokter dan apoteker dulu sebelum meminumnya jika Anda
sedang hamil atau menyusui. Ini karena dikhawatirkan obat bisa mengganggu
perkembangan janin atau bayi yang masih menyusu.

Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun
pengobatan. Silakan cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.

Subscribe to updates
Baca Juga:

Psst, Ternyata Buah Juga Bisa Bikin Alergi

Berbagai Obat Alergi Dingin yang Perlu Anda Ketahui


Kebocoran Cairan Otak Bisa Bikin Hidung Meler, Mirip Seperti Pilek dan
Alergi
Sumber
Yang juga perlu Anda baca

Ternyata, Obat Alergi Tidak Boleh Dibeli Asal-asalan

Ternyata Anda tidak boleh asal membeli obat alergi, lho. Terdapat cara tertentu untuk memilih obat alergi agar
kondisi Anda semakin membaik.

Alergi & Penyakit Autoimun, Alergi, Health Centers 21/05/2019

4 Pilihan Obat yang Tepat untuk Atasi Hidung Tersumbat

Jangan biarkan hidung tersumbat menganggu istirahat dan aktivitas Anda. Berikut pilihan obat untuk atasi hidung
tersumbat yang bisa dibeli di apotek.

Hidup Sehat, Tips Sehat 25/04/2019

Ini Dampaknya Jika Anda Minum Antihistamin Setiap Malam Sebelum Tidur

Antihistamin merupakan kandungan obat yang menyebabkan kantuk. Bolehkah diminum setiap malam sebelum
tidur? Apa saja efek samping antihistamin yang terjadi?

Hidup Sehat, Fakta Unik 20/03/2019

Alco Drop

Alco Drop adalah obat untuk mengatasi gejala pilek. Cari tahu dosis, efek samping, interaksi obat, serta
peringatan pemakaian Alco Drop di Hello Sehat.

Obat A-Z, Obat-obatan & Suplemen A-Z 10/03/2019

Hidup sehat  Hidup bahagia

INFORMASI

KEBIJAKAN

KEBIJAKAN EDITORIAL

INFORMASI KESEHATAN
SITEMAP

HELLO SEHAT

TENTANG KAMI

EXECUTIVE BIOS

LOWONGAN

KONTAK KAMI

MARI BERTEMAN!
    
© 2020 Hello Health Group Pte. Ltd. Hak cipta dilindungi.
Hello Health Group dan Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, maupun pengobatan. Silakan
cek laman kebijakan editorial kami untuk informasi lebih detail.

You might also like