You are on page 1of 16

PERNYATAAN BERSAMA

GEREJA LUTHERAN DAN GEREJA ORTODOKS


Perihal
Pemahaman tentang Keselamatan
di dalam Terang Konsili-konsili Ekumenis

(1995)

Dokumen 3

Tuan El-Janah 1
KATA PENGANTAR

Terpujilah Allah yang Esa dengan Tiga Pribadi-Nya, di


dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Atas kasih-Nya,
Penulis dapat menyelesaikan penerjemahan ini.
Buku Pernyataan Bersama Gereja Lutheran dan
Gereja Ortodoks Perihal Pemahaman tentang Keselamatan
di dalam Terang Konsili-konsili Ekumenis ini Penulis
persembahkan bagi seluruh orang Kristen, khususnya bagi
mereka yang memiliki kerinduan terkait persatuan Gereja.
Penulis sadar bahwa terjemahan ini mengandung banyak
kelemahan, baik dari kualitas penerjemahan maupun unsur-unsur
tafsir yang tanpa sengaja masuk ke dalam penerjemahan. Maka
dari itu, Penulis berharap agar di masa depan terdapat
penerjemah lain yang lebih mahir menerjemahan teks dalam
buku ini.
Demikian Penulis sampaikan. Kiranya Allah beserta kita!

Jakarta, 7 Agustus 2021


ttd.
Penulis

1
PERNYATAAN BERSAMA GEREJA
LUTHERAN DAN GEREJA ORTODOKS
PERIHAL PEMAHAMAN TENTANG
KESELAMATAN DI DALAM TERANG
KONSILI-KONSILI EKUMENIS
(TAHUN 1995)

2
Pada Pertemuan Komisi Gabungan ke-5 Dialog Lutheran-
Ortodoks di Bad Segeberg, Jerman, tahun 1989, diputuskan
untuk melanjutkan karya dialog dengan tema baru, “Otoritas di
dalam dan dari Gereja.” Tema ini, yang secara khusus mengacu
kepada Konsili-konsili Ekumenis, telah dibahas dan
dielaborasikan dengan sebuah pernyataan bersama pada
Pertemuan Komisi Gabungan ke-7 di Sandbjerg, Denmark,
tahun 1993, dan telah disepakati bahwa “Pemahaman tentang
Keselamatan di dalam Terang Konsili-konsili Ekumenis”
menjadi tema Pertemuan Komisi Gabungan ke-8 di Limassol,
Siprus, tahun 1995.

I. Misteri Allah dan Rumusan-rumusan Dogma

1. Allah Tritunggal adalah misteri “yang di dalam-Nya kita


hidup dan bergerak dan berada” (Kis 17: 28). Misteri ini,
yang diungkapkan di dalam Yesus Kristus melalui
pencurahan Roh Kudus saat Pentakosta, terus-menerus
hidup dan dialami di dalam Gereja. Rumusan-rumusan
doktrinal dari Tujuh Konsili Ekumenis adalah ekspresi
kesinambunganiman apostolik di dalam kehidupan Gereja,
serta panduan bagi kehidupan Kristiani. Rumusan-rumusan
ini memungkinkan umat beriman untuk dengan benar
beribadah, memuji, dan bersaksi tentang kemuliaan Allah.

3
2. Misteri Allah tidak boleh dikacaukan dengan rumusan-
rumusan doktrin sehubungan dengan Tritunggal Mahakudus
dan Inkarnasi. Rumusan-rumusan doktrinal ini adalah
petunjuk-petunjuk yang diperlukan di dalam jalan yang
sempit, guna membantu umat beriman dalam menghindari
penyimpangan-penyimpangan sesat dan penyembahan
berhala yang memperkenalkan spekulasi teologis terhadap
substansi dan esensi Allah dan terhadap pribadi-pribadi
Tritunggal Mahakudus. “Tidaklah mungkin untuk
mengekspresikan Allah, dan bahkan lebih tidak mungkin
untuk memikirkan-Nya” (St. Gregorius sang teolog, Oratio
Theologica 2,4).

3. Baik ortodoksi doktrin kami maupun realitas partisipasi kami


di dalam Tubuh Kristus, dimanifestasikan dan diuji di dalam
kehidupan kasih gerejawi, yakni kehidupan yang sungguh
dikatakan dalam perkataan St. Paulus, “Bukan aku lagi yang
hidup, tetapi Kristus yang hidup di dalamku. Dan hidup yang
kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman
di dalam Anak Allah yang mengasihiku dan menyerahkan
diri-Nya bagiku” (Gal 2: 20).

4. Sebagai Lutheran dan Ortodoks, kami menegaskan bahwa


orang-orang Kristen yang dipimpin oleh Roh Kudus,

4
bertumbuh melalui iman di dalam pengalaman akan Allah
sebagai suatu misteri, dipupuk oleh kehidupan liturgi Gereja,
oleh iman apostolik, oleh doa, dan dengan berbagi di dalam
persekutuan Gereja lokal (Lihat Kis 2: 42).

5a. Kami sepakat terhadap doktrin Allah, yakni Tritunggal


Mahakudus, sebagaimana dirumuskan oleh Konsili
Ekumenis di Nicea dan Konstantinopel, serta terhadap
doktrin pribadi Kristus sebagaimana dirumuskan oleh
Empat Konsili Ekumenis Pertama. Para Bapa dari Keempat
Konsili menolak gagasan Arian dan Eunomian bahwa Logos
Sang Malaikat Penasihat Agung (Yes 9: 6, Septuaginta)
diciptakan sebelum segala zaman, serta menyatakan dengan
tegas bahwa Logos adalah “homoousios to Patri.” Mereka pun
menolak gagasan Nestorian bahwa Seorang yang lahir dari
Maria sang perawan adalah bukan Logos itu sendiri, dan
bahwa Logos hanya berdiam di dalam Seorang yang telah
lahir dari Maria sang perawan. Ringkasnya, Para Bapa
Konsili-konsili ini menegaskan bahwa Dia yang telah lahir
dari Maria sang perawan adalah Allah secara kodrati dan
bukan hanya oleh kehendak Bapa, dan bahwasanya Dia
menjadi homoousios dengan kita dalam keinsanian-Nya.
Kesatuan kodrat Ilahi dan insani di dalam hypostasis Logos,
menurut Konsili Kalsedon, adalah “tanpa kekacauan, tanpa

5
perubahan, tanpa pembagian, dan tanpa pemisahan.”
Konsili-konsili Ekumenis selanjutnya mengikuti pengajaran
ini dan menerapkannya terhadap tatangan-tantangan baru
bagi iman. Konsili Ekumenis Kelima menerima dua
terminologi teologis di dalam pengakuan akan satu Tuhan
Yesus Kristus. Konsili Ekumenis Keenam menegaskan dua
kehendak dan energi kodrati, bersama dua sifat kodrati, dari
satu pribadi Logos yang berinkarnasi. Konsili Ekumenis
Ketujuh menarik kesimpulan dari penegasan kesatuan
hypostatis di dalam Kristus guna memastikan venerasi
terhadap ikon-ikon.

5b. Kami sepakat dalam pengajaran-pengajaran fundamental ini,


yakni mengakui Yesus Kristus Sang Logos yang bagi kita dan
bagi keselamatan kita (soteria) turun dari Sorga, berinkarnasi
oleh Roh Kudus dari Maria sang perawan, dan yang bagi
kita telah disalibkan, dibangkitkan, dan ditinggikan di
sebelah kanan Bapa; Dia akan datang kembali dalam
kemuliaan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang
mati.

5c. Kami menegaskan bahwa antara Pentakosta dan Parousia


terakhir, Roh Kudus Sang Tuhan dan Pemberi Hidup,
“yang dari Bapa akan Aku (Yesus Kristus) utus kepadamu,

6
yakni Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa” (Yoh 15: 26),
memanggil, mengumpulkan, menerangi, dan memuliakan
orang-orang percaya di dalam Tubuh Kristus.

5d. Kami menegaskan bahwa karya penyelamatan (oikonomia)


Allah Tritunggal mencakup segenap manusia berdosa.
“Allah di dalam Kristus telah mendamaikan dunia dengan
diri-Nya,” dan melalui pelayanan pendamaian, Dia mengajak
segenap umat untuk “didamaikan dengan Allah” (2 Kor 5:
19-20).

5e. Semuanya ini adalah dasar-dasar dogmatis dan pengajaran


ortodoks di dalam Gereja tentang keselamatan.

II. Pembenaran dan Permuliaan sebagai Gambaran


Keselamatan

6. Bahasa yang dengannya Konsili-konsili Ekumenis dan Para


Bapa Gereja purba mengekspresikan dan mengklarifikasi
kesaksian Alkitab tentang keselamatan, adalah bahasa
Kristiani yang istimewa, unik, dan tergantikan. Menurut
pemahaman mereka, keselamatan di dalam Perjanjian Lama
dan Baru adalah kemerdekaan kita dari perbudakan dosa,
iblis, dan maut, serta partisipasi kita di dalam kehidupan

7
Kristus yang menghancurkan maut oleh kematian-Nya dan
menghidupkan mereka yang ada di dalam kubur. Dalam
konteks ini, pembenaran (dikaiosis) adalah pemerdekaan dari
kuasa iblis dan pemulihan persekutuan kita bersama Allah.
Mereka yang dibenarkan adalah juga yang dimuliakan (Rom
8: 30) di dalam Tubuh Kristus Sang Gereja. Melalui baptisan
dan partisipasi dalam misteri-misteri (sakramen-sakramen)
Gereja lainnya, umat beriman dibangkitkan ke kehidupan
baru kebenaran yang di dalam Kristus, bersama dengan
seluruh nabi dan orang kudus Perjanjian Lama dan Baru.
Allah memberikan mereka –di dalam Roh Kudus– kekuatan
untuk melewati pemurnian dan penerangan hati, serta tiba
“bersama seluruh orang kudus” (Ef 3: 18) pada permuliaan
(Mat 17: 2; Yoh 17: 22; 2 Kor 3: 18; 2 Pet 1: 4). Di dalam
kehidupan ini, permuliaan mungkin memliki beragam bentuk
dan dialami dengan beragam jangka waktu, dan di kehidupan
selanjutnya akan beralih dari kemuliaan kepada kemuliaan
tanpa akhir.

7. Pengajaran Konsili-konsili Ekumenis dan Para Bapa –


sebagaimana pula Kitab Suci– telah diturunkan dari generasi
ke generasi di dalam segenap bahasa manusia, sebab Allah
berkehendak agar segenap umat manusia datang kepada
pengetahuan tentang kebenaran (1 Tim 2: 4). Di dalam

8
Perjanjian Baru, satu misteri keselamatan diekspresikan
dalam termoninologi berbeda yang pada dasarnya saling
melengkapi, seperti pengudusan, pembenaran, penebusan,
adopsi, pemerdekaan, permuliaan, dst. Dalam menafsirkan
pengajaran apostolik tentang keselamatan, dua tradisi
gerejawi kami mengembangkan titik tekan yang berbeda.

8. Bagi Gereja Ortodoks, keselamatan adalah karunia cuma-


cuma Allah yang ditawarkan dalam Yesus Kristus bagi
segenap umat manusia (1 Tim 2: 4; Yoh 3: 17), yang mana
mereka harus memilih secara bebas dan mengerjakannya (1
Kor 3: 13, 15: 58; Fil 2: 12). Menurut St. Paulus, ini adalah
synergia (1 Kor 3: 9; 2 Kor 6: 1). Sekali karunia rahmat Ilahi
ini diterima oleh iman, Kristus sungguh menjadi tabib bagi
jiwa-jiwa dan tubuh-tubuh umat beriman di dalam Roh
Kudus, melalui Firman Allah dan misteri-misteri Gereja. Dia
memurnikan hati-hati mereka (Maz 51: 10; Kis 15: 9) dan
secara konstan kembali memperbaharui pikiran-pikiran
mereka (Rom 12: 2; 2 Kor 4: 16), memimpin mereka dari
penerangan/ pembenaran (2 Kor 4: 6) yang dimanifestasikan
oleh doa di dalam hati (Rom 8: 26, Ef 5: 19, 6: 18; Kol 3: 16)
dan memelihara perintah-perintah (1 Yoh 3: 22), kepada
permuliaan (Yoh 17: 22; 1 Kor 12: 26). Gereja Ortodoks
tidak berpendapat bahwa umat manusia mewarisi kesalahan
dosa Adam dan Hawa dan karenanya layak mendapat

9
hukuman kekal, atau bahwa Allah hanya memilih orang-
orang tertentu dari mereka yang bersalah untuk diselamatkan
tanpa jasa manusia, atau bahwa Kristus wafat di salib hanya
bagi mereka, atau bahwa Kristus hanya mengasihi para
pendosa yang ditakdirkan masuk Sorga, atau bahwa Allah
harus diperdamaikan dengan manusia melalui pemyaliban
Kristus.

9. Lutheran memahami karya penyelamatan yang diselesaikan


oleh Allah di dalam Kristus melalui Roh Kudus, terutama
melalui konsep “pembenaran.” Bagi Lutheran, pembenaran
adalah pernyataan kerahiman Allah tentang pengampunan
dosa demi Yesus Kristus yang telah disalibkan dan bangkit,
serta di saat yang sama karunia hidup baru di dalam-Nya
yang diberikan secara cuma-cuma. Melalui kehidupan liturgi,
pemberitaan, dan sakramen-sakramen Gereja, Roh Kudus
memampukan kita untuk memiliki iman di dalam Injil –yakni
di dalam janji kerahiman Allah tentang pengampunan dan
hidup baru. Janji ini diterima oleh iman semata (sola fide); ini
berarti keselamatan tersebut adalah oleh Kristus semata, dan
bukannya oleh perbuatan atau jasa apapun dari manusia.
Dalam iman, orang-orang Kristen mempercayakan diri
mereka sepenuhnya kepada rahmat Allah di dalam Kristus
bagi keselamatan. Dengan jalan ini, mereka memasuki suatu

10
hubungan baru dengan Allah, seperti yang dikatakan oleh St.
Paulus, “Karena kita dibenarkan oleh iman, kita memiliki
damai bersama Allah melalui Tuhan kita Yesus Kristus”
(Rom 5: 1). Pembenaran adalah suatu partisipasi nyata di
dalam Kristus yang berkeberadaan Allah sejati dan Manusia
sejati. Di dalam Gereja, orang percaya melalui iman
berpartisipasi di dalam Kristus dan segenap karunia-Nya, dan
dengan demikian mendapat bagian dalam kehidupan Ilahi.
Kehadiran Kristus di dalam iman sungguh mempengaruhi
kebenaran Kristus di dalam kita, serta memimpin orang-
orang percaya kepada pengudusan hidup mereka. Dengan
jalan ini, orang-orang percaya mengerjakan keselamatan
mereka dengan takut dan gentar, percaya bahwa Allah di
dalam Kristus sedang bekerja bagi mereka, baik untuk
berkehendak maupun bekerja menurut kerelaan-Nya (Fil 2:
12-13).

10. Lutheran dan Ortodoks sepakat bahwa Konsili-konsili


Ekumenis Gereja mula-mula adalah sebuah karunia spesifik
dari Allah bagi Gereja-Nya. Konsili-konsili tersebut adalah
sebuah warisan yang otoritatif selama berabad-abad karena
konsili-konsili itu menjaga kebenaran profetik dan apostolik,
serta menyediakan panduan-panduan untuk pemurnian dan
penerangan hati kepada permuliaan di dalam Kristus bagi

11
keselamatan dan pembenaran umat manusia di sepanjang
zaman.

11. Lutheran dan Ortodoks masih perlu menyelidiki lebih jauh


perbedaan konsep mereka tentang keselamatan, yakni
sebagai pemurnian, penerangan, dan permuliaan, dengan
penggunaan synergia yang merupakan ajaran dan tradisi
Ortodoks, serta sebagai pembenaran dan pengudusan
dengan penggunaan sola fide yang merupakan ajaran dan
tradisi Lutheran.

Metropolitan Spyridon Uskup (em.) William


dari Italia Lazareth
President Ortodoks President Lutheran

Limassol, Siprus, 1-8 Agustus 1995

12
SUMBER TERJEMAHAN

Karya ini diterjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia


dari https://www.lutheranworld.org/sites/default/files/1995-
Lutheran_Orthodox_Dialogue-EN.pdf

13
“… karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut
dan gentar … karena Allahlah yang mengerjakan di dalam
kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya
…”

- St. Paulus Rasul (63 M)

TUAN EL-JANAH adalah nama pena Penulis. Penulis adalah seorang profesional dan jemaat di salah satu gereja
tradisional Indonesia. Beliau terobsesi dengan Ilmu-ilmu yang berhubungan dengan dogmatika Kristen, tarombo Batak, dan
ilmu hukum. Buku ini dipersembahkan untuk kalangan sendiri. Soli Deo Gloria! 14

Pos Elekstronik: saminter56@yahoo.com / sams00111@gmail.com

You might also like