You are on page 1of 1

“Di sekitarmu ada bunga gak?

” tanya dia yang membuat pandanganku terpencar,


mencari sesuatu yang ia sebutkan. Sebenarnya ada banyak hal serupa di sini, tapi ingin saja
aku mencari hal yang cukup membuatku terpaku, memandangnya dengan tulus dan menarik
minatku.

Dan yah, “ada, ini sedang kupandangi. Cantik, warnanya secerah langit hari ini.”
Ucapku membalasnya.

“Apa boleh aku membuatkan kata-kata kiasan untukmu karena bunga itu?” ucapnya
seraya mengulum senyum. Kupastikan, jantungnya bergemuruh saking senangnya. Tapi aku
tidak begitu yakin, apa iya hanya karena bunga itu ia merasa seexcited ini?

Aku diam tidak menjawab, sama sekali. Hanya memandang bunga yang kutatap sejak
tadi, dengan jiwa yang seolah sedang tidak di sini.

“Kalau begitu, bagaimana kabarmu?”

Ia bertanya lagi, sejenak aku merenung. Kalimat yang ia sebutkan terdengar sangat
asing di telingaku. Bahkan cukup membuat dadaku terasa sedikit sesak. Aku, sama sekali
tidak pernah menerima kalimat seperti itu selama ini. Tapi katanya yang begitu, membuatku
tak bisa berkata sepatah kata pun.

“Hei, kawanku!” Teriak seorang lelaki sekitar 30m darinya. Ia berjalan sembari
melambaikan tangannya, menyapa dari jauh.

“Ah, aku akhiri dulu ya pembicaraan kita. Nanti aku telepon lagi.”

Lantas, kugerakkan kakiku melangkah pergi dari pria yang kini memutus sambungan
teleponnya kepada seseorang dibalik benda tipis itu, yang entah mungkin jauh di sana.
Kucabut bunga yang sedari tadi kupandangi, lalu pergi menjauh darinya. Setidaknya, hari ini
aku berbicara walaupun pendengarnya bukan untukku, bahkan bukan juga berbicara padaku.

You might also like