You are on page 1of 24

,Laporan Praktikum

Pemeriksaan Imunnologi Metode Aglutinasi / Presipitasi

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik pada
Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh

Oleh:
Teuku Caesar Riayatsyah Nurarafat
2207501010258

BAGIAN PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD DR.ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH – 2023
1.1 Definisi Pemeriksaan Imunologi

Zat atau patogen) dalam tubuh dapat dideteksi dengan bantuan teknik
imunologi. Hal-hal yang dapat dideteksi antara lain virus, hormon dan
hemoglobin pigmen darah. Tes ini memanfaatkan sistem kekebalan tubuh: Untuk
melawan kuman atau zat asing, sistem kekebalan menghasilkan antibodi. Antibodi
adalah protein yang dapat mengikat kuman atau zat tertentu, seperti kunci yang
masuk ke lubang kunci tertentu. Mereka "menangkap" kuman atau zat,
menetralisirnya dan menarik sel kekebalan lainnya.

Tes imunologi menggunakan salah satu hal berikut:

a. Antigen untuk mendeteksi antibodi terhadap patogen dalam spesimen pasien

b. Antibodi untuk mendeteksi antigen patogen dalam spesimen pasien,

penanganan spesimen berbeda-beda, tetapi jika pengujian ingin ditunda, spesimen


biasanya harus didinginkan atau dibekukan untuk mencegah pertumbuhan
berlebih dari kontaminan bakteri.

1.2 Definisi Aglutinasi

Tes aglutinasi mendeteksi antibodi atau antigen dan melibatkan aglutinasi bakteri,
sel darah merah, atau partikel lateks berlapis antigen atau antibodi. Mereka
mengandalkan sifat bivalen dari antibodi, yang dapat menghubungkan silang
antigen partikel.

Aglutinasi adalah penggumpalan partikel secara bersama-sama. Reaksi ini terjadi


ketika antigen-antibodi yang terjadi ketika antigen (yaitu molekul yang mampu
memicu respons imun adaptif) dicampur dengan antibodi yang sesuai pada pH
dan suhu yang sesuai.

Dalam tes aglutinasi (misalnya, aglutinasi lateks, koagregasi), partikel yang sangat
kecil (manik-manik lateks, partikel gelatin, bakteri) digabungkan dengan antigen
reagen atau antibodi. Kompleks partikel yang dihasilkan dicampur dengan
spesimen (misalnya, cairan serebrospinal, serum); jika antibodi target atau antigen
hadir dalam spesimen, itu mengikat silang partikel, menghasilkan aglutinasi
terukur, maka artinya tes aglutinasi positif.
1.3 Definisi Presipitasi

Tes presipitasi adalah jenis reaksi antigen-antibodi di mana antigen terjadi dalam
bentuk larutan. Tes serologi menggunakan reaksi precipitin untuk mendeteksi
keberadaan antigen spesifik. khususnya: tes yang digunakan dalam kriminologi
untuk menentukan manusia atau sumber noda darah lainnya.

a. Antibodi berinteraksi dengan antigen terlarut dengan adanya elektrolit untuk


menghasilkan endapan.

b. Antibodi dan antigen terlarut berinteraksi dalam larutan berair yang akhirnya
berkembang menjadi endapan yang terlihat.

c. Antibodi yang mengumpulkan antigen terlarut disebut presipitin.

Pembentukan kisi/endapan antigen-antibodi bergantung pada valensi antibodi dan


antigen; Antibodi harus bivalen; endapan tidak akan terbentuk dengan fragmen
Fab monovalen. Antigen harus berupa bivalen atau polivalen; yaitu harus
memiliki setidaknya dua salinan dari epitop yang sama atau memiliki epitop
berbeda yang bereaksi dengan antibodi berbeda yang ada dalam antisera

poliklonal.
Penggunaan reaksi presipitasi yaitu:

-Menentukan jenis kuman

-Identifikasi unsur antigenik pada kuman di dalam jaringan binatang


yangterinfeksi

-Pembakuan toksin dan antitoksin

-Mencari antibodi di dalam serum

-Uji serologis medikolegal untuk mendeteksi darah, serum dll.

Faktor – faktor yang mempengaruhi reaksi presipitasi :

-Sifat antigen (Ag)

-Elektrolit dan pH

-Waktu dan suhu

-Ratio antigen-antibody (Ag-Ab)

1.4 Perbedaan Aglutinasi dan Precipitasi

Karakteristik Aglutinasi Precipitasi


Proses Ketika banyak antigen berikatan Ketika antigen terlarut berikatan
dengan satu antibody, proses dengan antibody terlarut, terbentuk
aglutinasi terjadi endapat yang terlihat dan tidak terlarut
Prinsip kerja Aglutinasi terjadi ketika antigen Ketika antigen terlarut bereaksi dengan
yang diinginkan berinteraksi dengan antigen pelengkapnya dengan adanya
isoagglutinin, antibodi yang cocok, elektrolit pada suhu dan pH yang tepat,
pada suhu dan pH optimal dengan ikatan silang atau endapan terbentuk
adanya elektrolit, menghasilkan dan keluar dari larutan.
pembentukan gumpalan atau agregat
yang dapat diamati.
Ukuran Ukuran antigen adalah pembeda Untuk menggunakan presipitasi untuk
Antigen utama antara keduanya. Rasio mengidentifikasi keberadaan antibodi
jumlah dan intensitas reaktan dalam dalam sampel, diperlukan sejumlah
reaksi antigen-antibodi tidak besar antigen.
konstan. Antigen yang terlibat dalam reaksi
aglutinasi biasanya jauh lebih kecil
daripada yang terlibat dalam reaksi
presipitasi.

1.5 Jenis aglutinasi

Reaksi aglutinasi yang terjadi bisa dibedakan menjadi 2 : reaksi aglutinasi aktif
dan reaksi aglutinasi pasif. Kedua reaksi tersebut dibedakan berdasarkan apakah
antigen atau epitope yang terkandung dalam sel target secara natural ada disana
atau tidak. Dikatakan reaksi aglutinasi aktif jika, terdapat antigen atau epitope
bawaan pada sel target. Sedangkan, pada reaksi aglutinasi pasif, tidak terdapat
antigen / epitope bawaan pada sel target.

Contoh : dalam kultur agar bakteri dan sudah diberikan antiserum, terjadi

clumping (active agglutination)


Contoh : pada carrier partikel, diberikan soluble antigen terlebih dahulu,
kemudian diberikan antibody spesifik yang mampu bereaksi dengan target
antigen, terjadi clumping (passive agglutination).

1.6 Uji Tes Aglutinasi

Beberapa contoh uji aglutinasi adalah sebagai berikut:*

a. Uji Widal

Uji Widal adalah prosedur uji serologi untuk mendeteksi bakteriSalmonella


enterica yang mengakibatkan penyakit Thipoid. Uji ini akanmemperlihatkan
reaksi antibodi Salmonella terhadap antigen O-somatikdan H-flagellar di dalam
darah. Prinsip pemeriksaan adalah reaksiaglutinasi yang terjadi bila serum
penderita dicampur dengan suspenseantigen Salmonella typhosa. Pemeriksaan
yang positif ialah bila terjadireaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(agglutinin).

Antigen yang digunakan pada tes widal ini berasal dari suspense salmonella
yangsudah dimatikan dan diolah dalam laboratorium. Dengan jalanmengencerkan
serum, maka kadar anti dapat ditentukan. Pengenceran tertinggi yang masih
menimbulkan reaksi aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam serum.

b. Uji Weil-Felix
Uji Weil-Felix merupakan uji yang dilakukan terhadap infeksi oleh riketsia. Uji ini
melibatkan antigen heterofil, beberapa riketsia memilikiantiten yang sama seperti
yang terdapat pada galur-galur Proteus
spp. Artinya serum dari pasien yang menderita infeksi oleh riketsia akanmengaglu
tinasikan suspensi bakteri Proteus spp. Reaksi Weil-Felix inibersifat diferensial,
atau diagnostik terhadap penyakit-penyakit tertentuyang disebabkan oleh riketsia
karena terjadinya aglutinasi galur-galur inisecara selektif

c. Uji Aglutinasi biasanya digunakan dalam penentuan golongan darah ABO dan


penentuan tipe Rh.

Penggolongan Darah ABO

Pada proses transfusi darah, pertimbangan utama ditunjukkan pada interaksi


antara antibodi resipien dan sel-sel donor. Transfusi yang inkompatibel (tidak
serasi) akan mengakibatkan terjadinya penggumpalan serta lisis sel yang
ditransfusikan oleh isoantibodi dan komplemen serum si donor. Hal ini dapat
menyebabkan terganggunya fungsi ginjal pada donor. Orang-orang dengan
golongan darah O, yang memiliki agulitinin anti-A dan anti-B dalam serum
darahnya disebut sebagai donor universal, sedangkan golongan darah AB yang
memiliki aglutinogen A dan B disebut sebagai resipien universal.

Penentuan tipe darah Rh

Pada sistem Rh tidak dijumpai isoantibodi alamiah terhadap antigen Rh. Namun
demikian, seseorang dengan Rh negatif yang menerima sel- sel darah dengan Rh
positif akan memberikan respon dengan cara mensintesis antibodi terhadap faktor
Rh. Untuk melakukan uji Rh dapat dilakukan dengan menambahkan antigen D
pada darah. Penyakit yang dapat ditimbulkan apabila perkawinan terjadi antara
rherus yang berbeda adalah eritroblastosis fetalis bada bayi mereka. Hal ini dapat
terjadi bila ayah rhesus positif sedangkan ibunya rhesus negatif, rhesus positif
lebih dominan terhadap rhesus negatif. . Anak dari pasangan beda rhesus punya
kemungkinan 50-100% berrhesus positif. Kemungkinan berrhesus negatif hanya
0-50%. Artinya rhesus si anak lebih mungkin berbeda dengan si ibu. Perbedaan
rhesus antara calon bayi dengan ibu akan menimbulkan masalah. Melalui
plasenta, rhesus darah janin akan masuk ke peredaran darah si ibu. Selanjutnya ini
akan menyebabkan tubuh si ibu memproduksi antirhesus. Melalui plasenta juga,

antirhesus ini akan melakukan serangan balik ke dalam peredaran darah si calon
bayi. Sel-sel darah merah si calon bayi akan dihancurkan.Pada kehamilan
pertama, antirhesus mungkin hanya akan menyebabkan si bayi lahir kuning
(karena proses pemecahan sel darah merah menghasilkan bilirubin yang
menyebabkan warna kuning pada kulit). Tapi pada kehamilan kedua, problemnya
bisa menjadi fatal jika anak kedua juga memiliki rhesus positif. Saat itu, kadar
antirhesus ibu sedemikian tinggi, sehingga daya rusaknya terhadap sel darah
merah bayi juga hebat. Ini bisa menyebabkan janin mengalami keguguran.

1.7 Uji tes precipitasi

itasi
Penggunaan reaksi
presipitasi yaitu:
 Menentukan jenis
kuman
 Identifikasi unsur
antigenik pada kuman di
dalam jaringan binatang
yang
terinfeksi
 Pembakuan toksin dan
antitoksin
 Mencari antibodi di
dalam serum
 Uji serologis
medikolegal untuk
mendeteksi darah, serum
dll.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi reaksi
presipitasi :
 Sifat antigen (Ag)
 Elektrolit dan pH
 Waktu dan suhu
 Ratio antigen-antibody
(Ag-Ab
itasi
Penggunaan reaksi
presipitasi yaitu:
 Menentukan jenis
kuman
 Identifikasi unsur
antigenik pada kuman di
dalam jaringan binatang
yang
terinfeksi
 Pembakuan toksin dan
antitoksin
 Mencari antibodi di
dalam serum
 Uji serologis
medikolegal untuk
mendeteksi darah, serum
dll.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi reaksi
presipitasi :
 Sifat antigen (Ag)
 Elektrolit dan pH
 Waktu dan suhu
 Ratio antigen-antibody
(Ag-Ab
itasi
Penggunaan reaksi
presipitasi yaitu:
 Menentukan jenis
kuman
 Identifikasi unsur
antigenik pada kuman di
dalam jaringan binatang
yang
terinfeksi
 Pembakuan toksin dan
antitoksin
 Mencari antibodi di
dalam serum
 Uji serologis
medikolegal untuk
mendeteksi darah, serum
dll.
Faktor – faktor yang
mempengaruhi reaksi
presipitasi :
 Sifat antigen (Ag)
 Elektrolit dan pH
 Waktu dan suhu
 Ratio antigen-antibody
(Ag-AbBeberapa macam
pemeriksaan berdasarkan
prinsip presipitasi adalah
berikut:
1) Turbidimetri :
Mengukur kepadatan
atau kekeruhan satu
larutan. Alat
deteksi ditempatkan
langsung menghadap
sinar langsung. Cahaya
yang
terkumpul setelah
melewati langsung
melalui larutan. Larutan
yang
dimaksud dapat berupa
partikel padat dalam air
(suspensi) atau partikel
koloid dalam air (koloidal).
Kedua partikel tersebut
bila terkena cahaya,
dapat mengabsorbsi atau
menebar (scattered)
cahaya tersebut. Apabila
cahaya dilewatkan melalui
suatu larutan yang
memiliki kekeruhan, maka
intensitas cahaya tersebut
akan berkurang karena
refleksi, absorbsi atau
tebaran
Beberapa macam
pemeriksaan berdasarkan
prinsip presipitasi adalah
berikut:
1) Turbidimetri :
Mengukur kepadatan
atau kekeruhan satu
larutan. Alat
deteksi ditempatkan
langsung menghadap
sinar langsung. Cahaya
yang
terkumpul setelah
melewati langsung
melalui larutan. Larutan
yang
dimaksud dapat berupa
partikel padat dalam air
(suspensi) atau partikel
koloid dalam air (koloidal).
Kedua partikel tersebut
bila terkena cahaya,
dapat mengabsorbsi atau
menebar (scattered)
cahaya tersebut. Apabila
cahaya dilewatkan melalui
suatu larutan yang
memiliki kekeruhan, maka
intensitas cahaya tersebut
akan berkurang karena
refleksi, absorbsi atau
tebaran
Beberapa macam pemeriksaan berdasarkan prinsip presipitasi adalah
berikut:

1) Turbidimetri : Mengukur kepadatan atau kekeruhan satu larutan.


Alatdeteksi ditempatkan langsung menghadap sinar langsung. Cahaya
yangterkumpul setelah melewati langsung melalui larutan. Larutan
yangdimaksud dapat berupa partikel padat dalam air (suspensi) atau partikelkoloid
dalam air (koloidal). Kedua partikel tersebut bila terkena cahaya,dapat
mengabsorbsi atau menebar (scattered) cahaya tersebut. Apabilacahaya
dilewatkan melalui suatu larutan yang memiliki kekeruhan, makaintensitas cahaya
tersebut akan berkurang karena refleksi,
absorbsi atau tebaran.
Teknik Imunodifusi pasif.
Prinsip kerjanya yaitu
antigen dan antibodi
akan berdifusi di dalam
lapisan agar, dan setelah
terbentuk presipitat kan
terlihat secara visual
berupa pita presipitin .
Teknik lain dari
prosedur
presipitasi berupa teknik
imunodifusi pasib meliputi
:
1) Uji Tabung
Uji Tabung adalah uji
presipitin yang paling
sederhana. Kedalam
sebuah tabung bermulut
kecil diletakkan larutan
antigen diatas larutan
serum yang
mengandung antibodi.
Kedua larutan tersebut
akan
berdifusi sampai
keduanya mencapai
konsentrasi optimum
untuk
terjadinya presipitasi, pada
titik tersebut muncullah
suatu zona rapat
atau cincin endapan
diantara kedua larutan
tersebut.
2) Metode Difusi Agar
Ketepatan yang lebih
tinggi dan pemisahan
komponen di dalam
campuran antigen dan
antibodi dapat diperoleh
dengan cara
membiarkan reaktan-
reaktan tersebut berdifusi
bersama-sama dalam di
dalam suatu gel agar.
2) Teknik Imunodifusi pasif. Prinsip kerjanya yaitu antigen dan
antibodiakan berdifusi di dalam lapisan agar, dan setelah terbentuk presipitat
kanterlihat secara visual berupa pita presipitin . Teknik lain dari
prosedurpresipitasi berupa teknik imunodifusi pasif meliputi :

a. Uji Tabung

Uji Tabung adalah uji presipitin yang paling sederhana. Kedalam sebuah
tabung bermulut kecil diletakkan larutan antigen diatas larutanserum yang
mengandung antibodi. Kedua larutan tersebut akan berdifusi sampai
keduanya mencapai konsentrasi optimum untukterjadinya presipitasi, pada
titik tersebut muncullah suatu zona rapatatau cincin endapan diantara kedua
larutan tersebut.

b. Metode Difusi Agar

Ketepatan yang lebih tinggi dan pemisahan komponen di dalam campuran


antigen dan antibodi dapat diperoleh dengan cara membiarkan reaktan-
reaktan tersebut berdifusi bersama-sama dalam didalam suatu gel agar.

Metode difusi tunggal : Dalam metode difusi tunggal yang dirancang


Oudin, antigen ditaruh diatas gel agar yang mengandung antiserum di dalam
suatu tabung reaksi bermulut sempit. Setelah dibiarkan selama beberapa jam atau
beberapa hari, antigen itu merembes ke dalam gel membentuk pita-pita
endapan pada berbagai taraf, bergantung kepada jumlah dan macam
antigen-antibodi yang ada. Karena presipitasi terjadi ketika antigen
menembus gel, maka cincin endapan mula-mula muncul di dekat puncak gel
dan nampaknya bergerak perlahan ke arah bawah. Efek semacam ini
mungkin sesungguhnya disebabkan karena adanya peningkatan jumlah
antigen yang menyebabkan endapan itu melarut (karena reaksiantigen-
antibodi itu dapat balik). Presipitasi terbentuk kembali pada posisi yang
lebih kebawah dalam tabung tersebut, yaitu padatempat konsentrasi antigen
yang optimum. Faktor-faktor yang menentukan taraf untuk terjadinya reaksi
ialah ukuran molekul dan konsentrasi nisbi reaktan.
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.msdmanuals.com/professional/infectious-diseases/laboratory-
diagnosis-of-infectious-disease/immunologic-tests-for-infectious-disease
2. InformedHealth.org [Internet]. Cologne, Germany: Institute for Quality
and Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006-. What are immunological
tests? 2016 Jun 30 [Updated 2016 Jun 30]. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK373089/
3. https://www.biosciencenotes.com/precipitation-test/, copyright 2022,
wordpress MHthemes.
4. https://www.tutorialspoint.com/difference-between-agglutination-and-
precipitation#, Vineet nanda (2023)

5. Pschyrembel W. Klinisches Wörterbuch. Berlin: De Gruyter; 2020.


reviewed
6. Menche N. Pflege konkret. Innere Medizin. München: Elsevier; 2018.
reviewed

You might also like