Professional Documents
Culture Documents
Hiv Aids Lengkap
Hiv Aids Lengkap
Disusun Oleh :
Kelompok 5
1. Vevi Astri (211211880)
2. Miftahul Khairati (211211853)
3. Difa Maysafitri (211211837)
Dosen Pembimbing :
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingg
a penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS” i
ni tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu NS.LENNI
SASTRA, S.Kep., M.S pada mata kuliah keperawatan dewasa. Selain itu laporan ini juga bertuju
an untuk menambah wawasan tentang Keperawatan dewasa para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuan
nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah yang kami tu
lis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis membutuhkan kritik dan saran aga
r lebih membangun kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit...............................................................................................................
2.1 Definisi...........................................................................................................
2.2Klasifikasi........................................................................................................
2.3 Etiologi...........................................................................................................
2.4 Manifestasi Klinis.........................................................................................
2.5 Komplikasi...................................................................................................
2.6 Patofisiologi..................................................................................................
2.7 Farmakologi..................................................................................................
2.8 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
2.9 Penatalaksanaan...........................................................................................
B. Konsep Askep Teoritis....................................................................................................
BAB III LAPORAN KASUS
3.1 FORMAT PENGKAJIAN GORDON.........................................................
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan......………………………..........................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh
sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain (Kemenkes, 2015). Meski
pun telah ada kemajuan dalam pengobatannya, namun infeksi HIV dan AIDS masih merupan ma
salah kesehatan yang penting di dunia ini (Smeltzer dan Bare, 2015).
Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau k
erusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar dan sebagai bentuk paling hebat dar
i infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam respon imun dan tanpa gejala yang nyata, hingga
keadaan imunosupresi yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian (P
adila, 2012).
Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti HIV dan akhir
nya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih dari 90%. Karena tidak adany
a pengobatan anti HIV yang efektif, Case Fatality Rate dari AIDS menjadi sangat tinggi, kebany
akan penderita di negara berkembang (80-90%) mati dalam 3 sampai 5 tahun sesudah di diagnos
a terkena AIDS (Kunoloji.2012).
Infeksi oleh human immunodeficiency virus (HIV) mengakibatkan kerusakan sistem kek
ebalan dan pertahanan tubuh pejamu. Selama bertahun-tahun, karena kurangnya pengetahuan da
n pengobatan efektif, HIV dianggap sebuah penyakit fatal yang berkembang secara cepat.
Saat ini infeksi HIV dipandang lebih optimis sebagai penyakit kronis yang dapat dikontro
l dengan pelayanan kesehatan yang tepat.Akan tetapi, pembiayaan pelayanan kesehatan tersebut
(yang tertinggi 28.000 dolar Amerika per tahun per orang), membatasi aksesibilitasnya untuk neg
ara maju, negara industri seperti Amerika Serikat. Oleh karena banyak bagian di dunia, seperti A
frika dan Asia, kurangnya tsumber daya ekonomi yang adekuat untuk mengobati a penyakit ini, i
nfeksi HIV berlanjut menjadi penyakit fatal yang berkembang secara cepat di daerah ini. Dari pe
rspektif keperawatan maupun kedokteran, penatalaksanaan klinik sejajar dengan perjalanan peny
akit HIV. Sejak terinfeksi HIV, seseorang yang menerima pengobatan yang tepat dapat hidup sel
ama bertahun-tahun ih dan meneruskan fungsinya tanpa masalah besar. Pada tahap akhir penyaki
t, dibahas berbagai alasan, perkembangan penyakit, dan kelelahan sistem imun.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Penyakit
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyebabkan infeksi HIV, s
edangkan AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah tahap infeksi HIV paling tin
ggi. Dengan kata lain, HIV adalah virus yang dapat menyebab- kan Acquired Immunodeficiency
Syndrome (AIDS) jika tidak dio- bati. Tidak seperti beberapa virus lain, tubuh manusia tidak dap
at menyingkirkan HIV sepenuhnya, bahkan dengan pengobatan sekalipun. Jadi, jika seseorang su
dah terinfeksi HIV, maka HIV tersebut akan selamanya (seumur hidup) berada didalam tubuh.
HIV menyerang sistem kekebalan tubuh, khususnya sel CD4 (sel T) yang membantu sistem ke
kebalan melawan infeksi. Jika tidak diobati, HIV akan mengurangi jumlah sel CD4 (sel T) dalam
tubuh sehingga membuat seseorang lebih mungkin untuk terkena infeksi lain atau kanker terkait i
nfeksi. Seiring berjalannya waktu, HIV dapat menghancurkan sel-sel tersebut sehingga tubuh tid
ak dapat melawan infeksi dan penyakit. Infeksi oportunistik atau kanker ini memanfaatkan siste
m kekebalan tubuh yang sangat lemah. Hal ini menjadi penanda bahwa seseorang tersebut men g
idap AIDS, yaitu tahap terakhir infeksi HIV.
Klasifikasi HIV/AIDS pada seorang dewasa menurut Centers For Disease Control (CDC) dapat
dibagi menjadi bagian (Kana, 2017)
a. Infeksi HIV akut
Tahap ini dapat disebut juga dengan infeksi primer HIV. Keluhan dapat muncul setelah 2-4 m
inggu terinfeksi, keluhan yang sering muncul biasanya berupa demam, bintik bintik merah pada
kulit, nyeri pada saat nelan makanan, tubuh mudah lemas, dan limfadenopati. Dan pada tahap ini,
sering diagnosis jarang ditegakkan di karenakan banyaknya keluhan yang menyerupai penyakit l
ainnya dan hasil tes yang dilakukan serologi standar negatif.
Pada tahap ini, hasil tes serologi yaitu menunjukkan hasil positif tetapi pada gejala asimtomati
s. Dan pada orang dewasa, karena fase ini berlangsung cukup lama dan penderita bisa tidak mera
sa mengalami keluhan apapun selama 10 tahun atau bisa juga lebih untuk penderita tersebut. Bed
a dengan penderita anak-anak,karena fase ini dapat dilalui lebih cepat.
Pada fase ini dapat ditemukan pembesaran pada kelenjar limfe sedikitnya di dua tempat yaitu
selain limfonodi inguinal. Pembesaran ini dapat terjadi karena adanya jaringan limfe yang berfun
gsi sebagai tempat penampungan utama pada HIV. PGL dapat terjadi pada sepertiga orang yang
positif terinfeksi HIV asimtomatis. Pembesaran bisa menetap, menyeluruh, simetri,dan tidak ada
nyeri tekan.
d. AIDS
Hampir semua orang yang terdiagnosa infeksi HIV, yang tidak mendapatkan pengobatan, dap
at berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi HIV dapat bergantung pada karakteristik vir
us dan hospes. Pada usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 40 tahun, infeksi yang menyertai, da
n faktor genetik yang merupakan salah satu penyebab peningkatan progresivitas. Dan bersamaan
dengan progresivitas dan turunnya sistem kekebalan tubuh sistem imun, penderita HIV dapat lebi
h mudah terhadap terinfeksi. Beberapa penderita dapat mengalami gejela konstitusional, contoh s
eperti demam turunnya berat badan. yang tidak jelas penyebabnya.
Virus HIV adalah jenis virus yang mematikan jika pendenta tidak melakukan pengobatan Pengo
batan virus HIV hanya unt memperpanjang umur si penderita karena virus jenis ini tidak bina dih
ilangkan atau disembuhkan Virus HIV yang telah masuk ke dalam tubuh manusia akan berkemb
ang dan akan melumpuhkan sistem imun.
Virus HIV dengan enzim reverse transkriptose akan melak kan pemrograman ulang materi gen
etik dari sel T4 yang terinfel untuk membuat double-stranded DNA. DNA dalam tubuh ma nusia
akan disatukan ke dalam nukleus sel T4 sebagai provirus kemudian akan terjadi infeksi secara pe
rmanen. Enzim tersebut membuat sel T helper tidak dapat mengenali virus HIV sebaga antigen, s
ehingga keberadaan virus tidak dapat dihancurkan oleh sel T helper. Berbanding terbalik dengan
peristiwa tersebut, virus HIV yang akan menghancurkan sel T helper. Berikut adalah fungsi sel T
helper.
4. Memproduksi limfokin.
Bila fungsi sel T4 mengalami gangguan, maka mikroorgan isme yang biasanya tidak menimbulk
an penyakit akan memilik kesempatan untuk menginvestasi dan menyebabkan penyakit yang seri
us. Jika jumlah sel T4 menurun, maka sistem imun selu- ler makin lemah secara progresif. Hal in
i akan diikuti berkurang- nya fungsi sel B, makrofag, dan menurunnya fungsi sel T penolong Vir
us HIV dalam tubuh manusia dapat tidak memperlihatkan ge- jalanya selama bertahun-tahun.
7. Sakit kepala.
Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam cara penularan
yaitu:
Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa perlindungan
bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual berlangsung, air mani, cairan vagina, dan darah
yang dapat mengenai selaput lendir, penis, dubur, atau muluh sehingga HIV yang tedapa dalam c
airan tersebut masuk ke aliran darah (PELEKSI,1995 dalam Nursalam.2007). Selama berhubung
an juga bisa terjadi lesi mikro pada dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HI
V untuk masuk ke aliran darah pasangan seksual
Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero). Berdasarkan laporan
CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 0.01% sampai 7%. Bila ibu bar
u terinfeksi HIV dan belum ada gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai
35%, sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50% (PELKESI,1995
dalam Nursalam, 2007). Penularan juga terjadi selama proses persalinan melalui tranfusi fetomat
ernal atau kontak antara kulit atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saa
t melahirkan.(Lili V, 2004 dalam Nursalam, 2007).
Semakin lama proses melahirkan, semakin besar resiko penularan. Oleh karena itu, lama
persalinan bisa dipersingkat dengan operasi sectio caesaria (HIS dan STB,2000 dalam Nursalam,
2007). Transmisi lain terjadi selam periode post partum melaui ASL Resiko bayi tertular melalui
ASI dai Ibu yang positif sekitar 10%
c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS Sangat cepat menular HIV karena virus lan
gsung masuk ke pembuluh darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat lain yang menye
ntuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinveksi HIV, dan langsung digunakan untuk oran
g lain yang tidak terinfeksi HIV,dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi H
IV bisa Menular HIV
Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang, membuat tato, me
motong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa
disterilkan terlebih dahulu.
Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang digunakan oleh para p
engguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat berpotensi menularkan HIV. Selain jarun su
ntik, pada para pemakai IDU secara bersama-sama juga menggunakan tempat penyampur, penga
duk, dan gelas pengoplos obat. sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.
Orang-orang yang menderita HIV akan mengalami berbagai masalah, mulai dari munculnya b
ermacam-macam gejala fisik hingga masalah sosial di kehidupan penderitanya. Penderita yang p
ositif HIV akan mulai menemui banyaknya tekanan dari lingkungannya, seperti pengucilan atau
cemoohan, dan diskriminasi di berbagai lini seperti dunia. kerja atau pendidikan, pengobatan sep
erti operasi, bahkan di dalam rumahnya sendiri.
Berbagai masalah sosial selama ini timbul karena pemahaman yang keliru. Masyarakat mend
uga bahwa bergaul dengan pengidap HIV akan sangat membahayakan.. Ternyata, hal tersebut tid
ak sepenuhnya benar, karena berinteraksi atau melakukan kontak fisik seperti bersalaman dan be
rpelukan, tidak dapat memindahkan virus HIV, kecuali seperti cara-cara yang telah disebutkan di
etiologi.
Dengan banyaknya faktor yang telah dipaparkan di atas, masyarakat seharusnya tidak menguc
ilkan penderita, karena sikapnya justru membuat para pengidap HIV terbatasi dalam melakukan
kebaikan, seperti berbagi pengetahuan dan pengalamannya melalui sosialisasi atau penyuluhan. P
adahal informasi dari mereka sangat berguna sebagai sebuah upaya pencegahan yang paling tepat
dan benar.
Gejala-gejala yang bisa timbul karena adanya HIV dibagi ke dalam empat hal berdasarkan stadiu
m atau tingkat keparahannya, yaitu:
a. Stadium 1: Penderita belum merasakan gejala apa pun. sehingga aktivitasnya masih berjalan la
ncar.
b. Stadium 1 Penderita sudah memiliki gejala-gejala seperti, adanya infeksi saluran pernapasan s
eperti sinusitis, berat badan mulai menunjukkan penurunan, terdapatnya herpes zoster, dan kelain
an pada mulut dan kulit. Meski telah memiliki gejala, penderita masih mampu menjalani aktivita
s seperti biasanya.
c Stadium II: Penderita memiliki gejala-gejala seperti, demam berkepanjangan, diare kronis berk
epanjangan, terdapatnya bercak putih dan berambut pada mulut. badan semakin kurus karena me
ngalami penurunan sampai 25%, kandidiasis mulut, terjangkit pneumoni, dan masalah pada paru-
paru seperti tuberkulosis.
d. Stadium IV: Pada tahap akhir, penderita akan mengalami limfoma (non-Hodgkin), dan karsino
ma sel skuamosa yang bisa ditemukan di anus dan mulut.
Menurut Gunawan (2006), komplikasi dari penyakit HIV/AIDS menyerang paling banya
k pada bagian tubuh seperti:
1. Lesi mulut
Lesi ini disebabkan karena jamur kandidia. herpes simpleks. sarcoma kaposi, HPV oral,
gingivitis, periodonitis HIV, leukoplakia oral, penurunan berat badan, keletihan, dan cacat.
2. Neurologik
Pada neurologik, virus ini dapat menyebabkan kompleks dimensia AIDS karena serang
an langsung HIV pada sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motori
k, kelemahan, disfagia, dan isolasi sosial. Enselopaty akut karena reaksi terapeutik, hipoksia, hi
poglikemia, ketidakseimbangan elektrolit, meningitis atau ensepalitis. Dengan efek seperti saki
t kepala, malaise demam, paralise, total/parsial, infrak serebral kornea sifilis meningovaskuler,
hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
3. Gastrointestinal
Pada gastrointestinal dapat menyebabkan beberapa hal seperti; diare karena bakteri dan vi
rus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma kaposi. Dengan efek penurunan ber
at badan, anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi. Hepatitis karena bakteri dan virus, limp
oma, sarcoma kaposi, obat illegal, alkoholik.
Dengan anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, ikterik, demam atritis. Penyakit anorek
tal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat infeksi dengan efek
inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan diare.
4. Respirasi
Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional tahu 2003, komplikasi yang terjadi pad
a pasien HIV/AIDS adalah sebagai berikut :
2.6 Patofisiologi
HIV masuk ke dalam tubuh manusia melalui berbagai cara, yaitu secara vertikal, horizon
tal, dan transeksual. HIV dapat men- capai sirkulasi sistemik secara langsung diperantarai benda
tajam yang mampu menembus dinding pembuluh darah. Secara tidak langsung, HIV masuk mela
lui kulit dan mukosa yang tidak intake seperti pada kontak seksual. Ketika berada dalam sirkulasi
siste mik, yaitu 4-11 hari sejak pertama terkena HIV dapat dideteksi di dalam darah. Selama sirk
ulasi sistemik terjadi viremia diser- tai dengan gejala dan tanda infeksi virus akut seperti panas ti
nggi mendadak, nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, mual, muntah, su lit tidur, batuk-pilek, dan l
ain-lain.
Keadaan seperti ini disebut sin drom retroviral akut. Pada fase ini mulai terjadi penurunan
CD4 dan peningkatan HIV-RNA viral load. Viral Load akan meningkat dengan cepat pada awal
infeksi, dan akan turun sampai pada titik tertentu.Semakin berlanjutnya infeksi, viral load secara
perlahan cend erung terus meningkat Keadaan tersebut akan diikuti penurunan CD4 secara perla
han dalam waktu beberapa tahun, dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat pada kurun wakt
ui.5-2.5 tahun, sebelum akhirnya jatuh ke stadium AIDS Sel T4 terdapat pada cairan tubuh terten
tu, seperti darah; air mani dan cairan lain yang keluar dari alat kelamin pria kecuali air seni: caira
n vagina; dan cairan leher rahim. HIV pernah ditemu- kan pada air ludah tetapi sampai saat ini be
lum ada bukti HIV menular melalui air ludah.
Orang yang terinfeksi HIV diperlukan waktu 5-10 tahun un tuk sampai ke tahap AIDS Pe
rtama kali virus HIV masuk ke dalam tubuh manusia yaitu selama 2-4 minggu. Keberadaan virus
terse but belum dapat terdeteksi melalui pemeriksaan darah. Jumlah CD4 lebih dari 500 sel/ul. m
aka disebut tahap periode jendela.
Tahap HIV positif melalui pemeriksaan darah terdapat virus HIV tetapi secara fisik pend
erita belum menunjukkan adanya gejala atau kelainan khas. Kondisi tersebut dapat menularkan v
irus ke orang lain.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan etiologi dari infeksi HIV/AIDS. Pend
erita AIDS adalah seseorang yang ter- infeksi HIV dengan jumlah CD4 < 200μL meskipun tanpa
adanya gejala yang terlihat atau juga tanpa infeksi oportunistik. HIV dapat ditularkan melalui pa
paran darah yang terinfeksi atau sekret dari kulit yang terluka, kontak seksual, dan ditularkan ole
h ibu-ibu yang terinfeksi HIV kepada janinnya atau melalui laktasi.Molekul reseptor membran C
D4 pada sel sasaran akan diikat.
Limfosit CD4 berikatan kuat dengan gp120 HIV sehingga gp4: dapat memperantarai fusi
membran virus ke membran sel. Dua ko-reseptor permukaan sel, CCR5 dan CXCR4 diperlukan
agar glikoprotein gp120 dan gp41 dapat berikatan dengan reseptor CD4. Koreseptor menyebabka
n perubahan konformasi, sehingga Xp41 dapat masuk ke membran sel sasaran.
Selain limfosit, monosit dan makrofag juga rentan terhadap infeksi HIV. Monosit dan ma
krofag yang terinfeksi dapat berfung si sebagai reservoir untuk HIV tetapi tidak dihancurkan ole
h v rus HIV bersifat politronik dan dapat menginfeksi beragam se! manusia, seperti sel Natural K
iller (NK), limfosit B, sel endotel. sel epitel, sel langerhans, sel dendritik, sel mikroglia, dan berb
agai jaringan tubuh. Setelah virus berfungsi dengan limfosit CD4, maka akan berlangsung serang
kaian proses kompleks, kemudian akan terbentuk partikel-partikel virus baru dari yang terinfeksi.
Limfosit CD4 yang terinfeksi mungkin tetap laten dalam keadaan provirus atau akan men
galami siklus-siklus replikasi se- hingga menghasilkan banyak virus. Infeksi pada limfosit CD4 j
uga dapat menimbulkan sitopatogenitas melalui beragam mekanisme termasuk apoptosis (kemati
an sel terprogram), anergi (penceg han fusi sel lebih lanjut), atau pembentukan sinsitium (fusi se
l).oleh HIV dalam tahap infeksi. HIV akan menyerang limfosit CD4.
2.7 Faramakologi
Menurut Desmawati.2013 dijelaskan ada beberapa golongan dari obat ARV antara lain yaitu:
a) Zidovudin
b) Didanosin
c) Zalzitabine
d) Stavudin
e) Lamivudne
f) Abacavir Tenofovir
2) Nucleotide Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI) termasuk golongan ini adalah Tenofir (TD
F).
golongan ini juga bekerja dengan menghambat proses perubahan RNA menjadi DNA de
ngan mengikat reverse transcriptase sehingga tidak berfungsi.
a) Nevairavin
b) Delavirdin
c) Efavirenz
Menghalangi kerja enzim protease yang berfungsi memotong DNA yang dibentuk oleh vi
rus dengan ukuran yang besar untuk memproduksi virus baru, contoh obat golongan ini :
a) Indinafir
b) Nelvinavir (NFV)
c) Squinavir (SQV)
d)Ritonavir (RTV)
c) Amprenavir (APV)
4) Penghambat Fusi
Menghambat menempelnya virus dengan sel Imfosit melalui sel CD4. Fusion inhibitor ini
yang termasuk golongan ini adalah Enfuvirtide (T-20).
Tantangan terapiutik untuk pengobatan AIDS tetap ada.Sejak agen penyebab infeksi HV
dan AIDS dapat diisolasi, pengembangan vaksin telah diteliti secara aktif. Upaya upaya rekontru
ksi imun juga sedang diteliti dengan agen tersebut seperti interferon, Penelitian yang akan datang
tidak di ragukan lagi untuk menghasilkan obat-obat tambahan dan protocol tindakan terhadap pe
nyakit ini (Desmawati, 2013).
Pemeriksaan penunjang dibagi menjadi dua yaitu untuk me diagnosis HIV/AIDS, dan unt
uk mendeteksi gangguan siste imun.
A. Hematokrit
B. LED
D. Mikroglobulin serum B2
E. Hemoglobin
2.9 Penatalaksanaan
Meski diduga belum memiliki penanganan atau peng obatan yang bisa menyembuhkan p
enderita bebas dari HIV sepenuhnya, tetapi beberapa penanganan dapat diterapkan agar HIV tida
k berlanjut pada stadium yang lebih parah atau berubah menjadi AIDS. Menurut Fahmi (2015),
RSCM Jakarta memiliki pengobatan khusus HIV, yang diproduksi langsung oleh POKDISUS R
SCM. Pengobatan tersebut adalah tiga obat antiretroviral yang dikonsumsi secara bersamaan, yai
tu:
Selain menggunakan tiga obat yang disebutkan di atas. ada satu jenis obat lagi yang dapat
dikonsumsi penderita HIV, yaitu Antiretroviral (ARV). Obat jenis ini tidak bisa menghilangkan
virus pada penderita, tetapi sangat berguna untuk memperlambat pertumbuhan virus di dalam tub
uh.) ARV harus dikonsumsi dengan obat lainnya yang masih tergolong jenis ARV, karena pada b
eberapa kasus, HIV sangat kebal terhadap ARV. Beberapa jenis obat yang tergolong ARV, adala
h:
a. Protease Inhibitors, berguna untuk menghancurkan protease yang merupakan salah satu j
enis protein HIV. sehingga virus HIV tidak bisa menggandakan diri.
b. Non Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI), kegunaannya sama seperti pr
otease ingibitors, yaitu untuk menghambat virus HIV menggandakan diri, karena NNRTI
memutus rantai protein yang dibutuhkan virus.Integrase Inhibitors, berguna untuk mengh
ancurkan integrase yang merupakan salah satu jenis protein HIV, sehingga tidak dapat m
emasukkan virus ke dalam sel-sel CD4
c. Entry Inhibitors, kegunaannya sama dengan ARV jenis integrase inhibitors, yaitu untuk
mencegah virus HIV masuk ke dalam sel-sel CD4.
d. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI). berguna untuk memperlambat pert
umbuhan virus HIV di dalam tubuh Asuhan Keperawatan.
2.10 WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
A. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan yang besar bagi
perawat karena setiap sistem organ berpotensi untuk menjadi sasaran infeksi ataupun kanker. Dis
amping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh komplikasi masalah emosional, sosial dan etika. Re
ncana keperawatan bagi penderita AIDS harus disusun secara individual untuk memenuhi kebutu
han masing-masing pasien (Burnner & Suddarth, 2013).
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR
2. Riwayat Kesehatan
adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang memiliki m
anifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam, pasien akan mengeluhkan
mual, dan diare serta penurunan berat badan drastis.
Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya riwayat
penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan
penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita
penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV.
Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan keluarga, adanya
keluarga bekerja di tempat hiburan malam, bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks
Komersial).
Persepsi terhadap penyakit :Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien aw
al nya akan berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai balasan akan
perbuatan mereka. Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mem
pengaruhi nilai dan kepercayaan pasien dalam kehidupan pasien, dan agama merupakan h
al penting dalam hidup pasien.
4. POLA NUTRISI/METABOLISME
5. POLA ELIMINASI
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.
Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami perubahan. Ada beber
apa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang m
enarik diri dari lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami gangguan karena ad
anya gejala seperi demam dan keringat pada malam hari yang berulang. Selain itu juga diduk
ung oleh perasaan cemas dan depresi pasien terhadap penyakitnya.
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu
hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau harga diri rendah.
Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu karena penyebab
utama penularan penyakit adalah melalui hubungan seksual.
Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas, depresi, dan stres.
12. POLA KOPING-TOLERANSI STRES
Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah dan depresi karena
penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit, yang kronik, perasaa
n tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa mara
h, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif dan adaptif.
Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan berubah, karena mereka
menggap hal menimpa mereka sebagai balasan akan perbuatan mereka. Adanya perubahan status
kesehatan dan penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan pasien dalam
kehidupan pasien, dan agama merupakan hal penting dalam hidup pasien.
Diagnostik
A. ELISA
B. noda Barat
D. Budaya HIV
Laboratorium
a. Rapid test:
b. ELISA test
c. Western blot test:
16. TERAPI
Terapi antiretroviral
17. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa memiliki dua arti pertama diagnosa adalah tahap kedua dari proses kepe
rawatan yang mencangkup analisa data kedua diagnosa adalah label spesifik atau pernyat
aan yang menggambarkan tentang status kesehatan kelainan dan keluarganya diagnosa ke
perawatan adalah penilaian klinik tentang respon individu keluarga atau komunitas terhad
ap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial diagnosis kepera
watan merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapka
n oleh perawat yang bertanggung jawab diagnosa keperawatan adalah respon individu ter
hadap rangsangan yang timbul dari diri sendiri maupun luar (lingkungan).
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian obat pengera
s fases (mis. atapulgt, smektit, kaoli
n-peklin)
2. Pola nutrisi-metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elekrolit, kondisi kulit,
rambut, kuku, gigi, keadaan menyusui dan pola pemberian makan pada infant
a. Gambaran yang biasa dimakan (pagi, siang, sore, snack)
b. Tipe dan intake cairan
c. Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi
makan dan nafsu makan
d. Penggunaan obat diet
e. Makanan kesukaan, pantangan, alergi
f. Penggunaan suplemen makanan
g. Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bulan
h. Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak, gatal)
i. Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
j. Adanya faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi, defisit sensori,
penurunan mobilitas)
3. Pola eliminasi
Menggambarkan pola eksresi dan fungsi usus, kandung kemih dan kulit
a. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
b. Adakah masalah dalam proses miksi
c. Adakah penggunaan alat bantu untuk miksi
d. Gambaran pola BAB dan karakteristik
e. Adakah masalah dalam BAB
f. Adakah penggunaan alat bantu untuk BAB
g. Bau badan, keringat berlebihan, lesi dan pruritus
4. Pola aktivitas-latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi
a. Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olah raga
b. Aktivitas saat senggang/waktu luang
c. Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri dada, palpitasi,
nyeri pada tungkai serta gambarkan
d. Gambaran dalam pemenuhan ADL
1) Level fungsional (0-IV)
2) Kekuatan otot (1-5)
5. Pola tidur-istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi
a. Berapa lama tidur di malam hari
b. Jam berapa tidur-bangun
c. Apakah terasa efektif
d. Adakah kebiasan sebelum tidur
e. Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
6. Pola kognitiff-persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil, penciuman, persepsi
nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan
a. Kemampuan menulis dan membaca
b. Kemampuan berbahasa
c. Kemampuan belajar
d. Kesulitan dalam mendengar
e. Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
f. Bagaimana visus
g. Adakah keluhan pusing dan bagaiman gambarannya
h. Apakah mengalami insensivitas terhadap dingin, panas dan nyeri
i. Apakah merasa nyeri (skala, karakteristik, PQRST)
7. Pola persepsi diri-konsep diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan, harga diri,
gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri
a. Bagaimana menggambarkan diri sendiri
b. Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
c. Apa hal yang menjadi pikiran
d. Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut dan bagaiman gambaranya
8. Pola peran-hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran keluarga lainnya
a. Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)
b. Apakah mempunyai orang dekat? Bagaimana kualitas hubungan? Puas?
c. Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling keterikatan
d. Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
e. Apakah mempunyai kegiatan sosial
9. Pola seksualitas-reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas reproduksi
a. Apakah kehidupan seksual aktif
b. Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
c. Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan seks
d. Khusus wanita :TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/menopause, riwayat
kehamilan, masalah terkait dengan haid
4.1 Kesimpulan
HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan virus yang menyebabkan infeksi
HIV, sedangkan AIDS atau Acquired Immunodeficiency Syndrome adalah tahap infeksi HIV pal
ing tinggi. Dengan kata lain, HIV adalah virus yang dapat menyebabkan Acquired Immunodefici
ency Syndrome (AIDS) jika tidak diobati. Tidak seperti beberapa virus lain, tubuh manusia tidak
dapat menyingkirkan HIV sepenuhnya, bahkan dengan pengobatan sekalipun. Jadi, jika seseoran
g sudah terinfeksi HIV, maka HIV tersebut akan selamanya (seumur hidup) berada didalam tubu
h Klasifikasi HIV/AIDS pada seorang dewasa menurut Centers For Disease Control (CDC) dapat
dibagi menjadi bagian (Kana, 2017) yaitu Infeksi HIV akut, Infeksi Seropositif HIV
Asimtomatis, Peristen Generalized Lymphadenopathy (PGL), AIDS.
.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Indikator Diagnosa Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Defnisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi1. Jakarta: Dewan Pengurusan Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Defnisidan Kriteria
Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Ratnawati Ana.(2018).Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan
Reproduksi.Yogyakarta.Pustaka Baru Press.
Haryono Rudi dan Maria Putri Sari Utami.2020.Keperawatan Medikal Bedah
2.Yogyakarta.Pustaka Baru Pres.