You are on page 1of 3

Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW bermula pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah.

Nabi
Muhammad SAW merupakan nabi utusan Allah SWT yang menjadi penutup dari para nabi.
Untuk itulah, beliau kerap disebut dengan Khatamul Anbiya.
Melalui wahyu yang disampaikan pada Nabi Muhammad SAW juga, umat muslim
berkesempatan untuk membaca dan mempelajari Al Quran sebagai pedoman hingga
sekarang.

Jadi, tidak ada salahnya untuk mengenal lebih dalam soal Nabi Muhammad SAW, sosok
nabi terakhir dan pemimpin umat muslim yang ada di bumi saat ini.
Kisah Kelahiran Nabi Muhammad Lengkap
A. Terlahir Tanpa Seorang Ayah
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau 570 Masehi,
tepatnya pada hari Senin, di Kota Mekah. Waktu kelahiran Nabi Muhammad ini diceritakan
sendiri oleh Nabi Muhammad melalui Abu Qatadah, beliau bersabda,

‫ت َأ ْو ُأ ْن ِز َل َعلَىَّ فِي ِه‬


ُ ‫ت فِي ِه َو َي ْو ٌم ُبع ِْث‬ َ ‫َذا‬
ُ ‫ك َي ْو ٌم وُ ل ِْد‬

Artinya: "Itu adalah hari aku dilahirkan, diangkat menjadi Nabi, dan diturunkannya kepadaku
Al Quran (pertama kali)," (HR Muslim).

Beliau terlahir dari pasangan Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang saudagar yang sering
bepergian ke Negeri Syam, dan Aminah bin Wahab. Abdullah, ayah dari Rasulullah SAW,
merupakan anak dari pemimpin suku Quraisy dan sangat dihormati di kalangan warga.

Sementara Aminah, merupakan pemimpin dari Bani Zuhrah. Ia adalah sosok wanita paling
mulia dalam hal keturunan dan kedudukannya di kalangan suku Quraisy, sebagaimana
diceritakan oleh Abul Hasan al-Ali Hasani an-Nadwi melalui tulisannya yang berjudul Sirah
Nabawiyah: Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW.

Namun, Abdullah meninggal dunia saat Aminah mengandung Nabi Muhammad yang saat itu
baru berusia 2 bulan. Sehingga Nabi Muhammad terlahir sebagai seorang anak tanpa
didampingi oleh ayahnya.

"Abdullah meninggal dunia, sedangkan Aminah, ibunda Rasulullah SAW, sedang


mengandung beliau. Ketika itu, ia telah menyaksikan tanda-tanda dan jejak-jejak yang
menunjukkan bahwa anaknya memiliki kemuliaan," tulis buku tersebut.

B. Nabi Muhammad SAW dan Ibu Susunya


Dikisahkan dari buku Sirah Nabawiyah-Ibnu Hisyam karya Ibnu Hisyam, kisah kelahiran
Nabi Muhammad SAW berlanjut saat sang ibu, Aminah, mengutus seseorang untuk
mengabarkan tentang kelahiran anaknya kepada Abdul Muthalib, kakek Rasulullah. Abdul
Muthalib sangat senang dengan kelahiran Nabi Muhammad.

Sejarawan menyebut, Abdul Muthalib membawa bayi Nabi Muhammad SAW ke Kakbah. Hal
ini dilakukannya untuk berdoa sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah atas
kelahiran Nabi Muhammad.

Kakek Rasulullah SAW kemudian menyerahkan bayi Muhammad kepada salah seorang ibu
susuan dari Bani Sa'ad bin Bakar. Ibu susuannya bernama Halimah binti Abi Dzuaib.
Sebelum Halimah menjadi ibu susu yang terpilih, diceritakan bahwa saat itu Halimah dan
rombongannya pergi ke Mekah. Di sana, mereka kemudian ditawari untuk menyusui bayi
Muhammad.

Namun, rombongan Halimah menolak tawaran tersebut. Mereka beralasan bahwa


Muhammad saat itu adalah seorang anak yatim, sementara mereka membutuhkan imbalan
dari ayah sang bayi.

Di tengah-tengah kelompok yang menolak, hanya Halimah yang bersedia dan bersikeras
untuk menyusui bayi Muhammad. Hingga ia dan suaminya berhasil membawa sang bayi
pulang. Nabi Muhammad pun saat itu tinggal bersama ibu susunya di dusun Bani Sa'ad
selama empat tahun.

Perlu diketahui bahwa zaman dulu masyarakat Arab memiliki kebiasaan menyusukan anak-
anak mereka kepada perempuan desa. Hal ini bertujuan agar anak-anaknya tumbuh di
lingkungan pedesaan yang udaranya masih bersih dan berada di lingkungan dengan
bahasa Arab yang fasih.

"Agar anak dapat berbicara bahasa yang asli, bahasa Arab Kaum Badwi sejati, bahasa yang
belum rusak karena belum dipengaruhi bahasa asing. Dengan demikian, anak dapat
bertutur kata dengan bahasa Arab yang baik dan dialek Arab yang asli serta fasih," tulis
Moenawar Khalil dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad.

C. Wafatnya Sang Ibu dan Kakek


Muhammad kecil saat berusia 5 tahun sudah kembali ke rumahnya. Ia mulai kembali hidup
bersama ibunda dan kakeknya. Namun tak lama setelah itu tepatnya saat Rasul berusia 6
tahun,

Nabi Muhammad juga kehilangan sang Ibu, Siti Aminah, yang meninggal dunia setelah
mereka berdua ziarah ke makam Abdullah. Aminah dikabarkan jatuh sakit sebelumnya dan
dikuburkan di sebuah desa bernama Abwaa'.

Alhasil, Nabi Muhammad SAW kembali ke Mekah bersama Ummu Aiman, sosok pelayan di
keluarganya yang kemudian dianggap sebagai saudara sendiri oleh orang tua Nabi
Muhammad SAW.

Sepeninggal ibunya, Nabi Muhammad harus diasuh oleh Abdul Muthalib, kakeknya. Sang
kakek dikisahkan memiliki tempat spesial karena Nabi Muhammad SAW menghabiskan
masa kecil bersamanya.

Demikianlah, seorang Nabi Muhammad yang masih berusia 6 tahun sudah harus menjadi
seorang anak yatim piatu tanpa kedua orang tuanya. Hal ini membuat Nabi Muhammad
dirawat sepenuhnya oleh Abdul Muthalib yang sangat menyayanginya.

Nabi Muhammad kecil hidup bahagia dalam asuhan Abdul Muthalib dan Ummu Aiman.
Namun, seakan kebahagian tidak berlangsung lama. Dua tahun kemudian, Muhammad kecil
kembali kehilangan seseorang yang istimewa baginya, yakni sang kakek, Abdul Muthalib.
Tidak dapat dibayangkan bagaimana kesedihan seorang anak usia 8 tahun tersebut.

Pengasuhan Muhammad kecil kemudian diserahkan kepada pamannya yang bernama Abu
Thalib. Disebutkan dalam sejumlah sirrah bahwa Abdul Muthalib mewasiatkan hal tersebut
kepada Abu Thalib, mengingat Abdullah dan Abu Thalib adalah saudara seibu.

Saat bersama pamannya inilah, seorang pemuka agama mengenali Muhammad sebagai
utusan Allah SWT dan membawa Islam pada seluruh masyarakat dunia.

Kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW yang lahir tanggal 12 Rabiul Awal pada hari Senin
bernilai istimewa bagi umat Islam. Sebab itulah kita juga mengenal amalan sunnah puasa
Senin-Kamis sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

You might also like